• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR PROYEK POLITIK LINGKUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN AKHIR PROYEK POLITIK LINGKUNGAN"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR PROYEK POLITIK LINGKUNGAN GLOBAL LISA (LIHAT SAMPAH ANGKAT)

Dosen Pengampu :

Dewa Ayu Putu Eva Wishanti, S.IP., M.Si

Disusun Oleh :

Nuchiza Normansyah 145120407121038 Enta Fadila Tapisa 155120407121005 Randy Rizki Lubis 155120407121010 Pieter Biyan T.Dasion 155120407121017 Fritz Franklyn Mandagi 155120407121022 Pricilla Monique 155120407121028 Lusia Paulina Hornai 155120407121033 Gwendry Redaria 155120407121038 Hasanul Adha Fauzi 155120407121043

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Jargon “Think Globally, Act Locally”, yang menjadi tema KTT Bumi di Rio de Janeiro pada bulan Juni 1992 silam, segera menjadi jargon populer untuk mengekspresikan kehendak berlaku ramah terhadap lingkungan. Topik yang diangkat dalam konferensi ini adalah permasalahan polusi, perubahan iklim, penipisan ozon, penggunaan dan pengelolaan sumber daya laut dan air, meluasnya penggundulan hutan, penggurunan dan degradasi tanah, limbah- limbah berbahaya serta penipisan keanekaragaman hayati.

KTT ini bermula dari konferensi di Stockholm Swedia juni 1972 yang dikenal dengan

Konferensi Internasional Lingkungan hidup atau United Nations Conference on Human Environment (UNCHE) ini adalah konferennsi pertama tentang lingkungan hidup yang diprakarsai PBB dan diikuti oleh 114 negara. Dari konferensi ini muncul moto Only One Earth (hanya ada satu bumi) dan melalui konferensi ini ditetapkan 5 juni sebagai World Environment Day (Hari Lingkunngan Hidup Se-dunia).

Dari KTT ini juga menghasilkan resousi fundamental yaitu pembentukan badan

khusus PBB yaitu United Nations Environmental Program (UNEP). KTT lingkungan ini terus berlanjutan bahkan pada Desember 2007 Indonesia juga menjadi tuan rumah

penyelenggaraan KTT Pemanasan Global di Nusa Dua bali. Hal ini juga menunjukan

keseriusan Indonesia dalam menunjukan antusiasmenya untuk berpartisipasi dalam upaya

membangun kesasdaran semua warga di dunia untuk berkontribusi menyelamatkan bumi

walau dalam aksi sekecil apapun. Namun kenyataan yang dijumpai di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya dan pada program pemerintah Malang yaitu Car Free

Day di Ijen justru bertentangan.

Observasi lapangan yang penulis temui justru kebiasaan membuang sampah

sembarangan tidak pada tempatnya. Temuan ini menjadi bertentangan dengan apa yang

diusahakan oleh pemerintah Indonesia khususnya pemerintah Kota Malang, bahkan oleh

Rezim Global. Tujuan yang ingin dicapai dari lingkup lokal hingga global ini adalah untuk

menjaga lingkungan dan keberlangsungan hidup di dunia dari kebiasaan kecil yang dilakukan

oleh setiap individu di lingkup lokal.

Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang sendiri sudah sudah menghimbau kembali

(3)

tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup UU PPLH pasal 98 ayat 1, bahwa

yang barangsiapa dengan sengaja membuang sampah sembarangan akan dikenakan hukuman

pidana dan denda. Namun kenyataan yang kami dapatkan masih banyak orang yang

membuang sampah sembarangan namun tidak ada pihak yang menjadi pengawas untuk

memberikan sanksi kepada orang yang melanggar. Untuk itu kami berusaha membuat sebuah

proyek sosial untuk mengatasi kesenjangan yang terjadi di dalam isu ini dengan harapan agar

output yang didapatkan bisa merubah perilaku masyarakat dalam upaya menjaga lingkungan

dunia dalam skala yang paling kecil yaitu individu. Tidak dalam bentuk mengubah peraturan

atau mempertegas aturan yang ada, penulis akan melakukan proyek yang berupaya mengubah

pola hidup masyarakat agar lebih mencintai lingkungan.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan survey awal kelompok, penulis mengunjungi tempat-tempat yang memang rawan atau sering menjadi sorotan masyarakat secara umum terkait sampah makanan/minuman/plastik lainnya dengan sembarangan. Salah satunya adalah CFD (Car Free Day) yang diadakan setiap pekan pada Hari Minggu. Car Free Day sendiri ditujukan sebagai tempat berolahraga, berkumpulnya komunitas, serta sarana bagi para penjual makanan/minuman/hiasan/hal lainnya untuk menjajakan jualan mereka. Memang benar adanya, dengan informasi yang sering beredar bahwa di CFD menjadi tempat penumpukan sampah secara besar- besaran oleh para pengunjung CFD di setiap minggunya.

Menanggapi permasalahan tersebut, jurtru penulis menemukan minimnya jumlah tempat sampah yang disedikan oleh pemerintah Malang pada ruang publik. Khususnya, pada lokasi tempat menjajakan makanan dan minuman juga memiliki jumlah tempat sampah sedikit. Hal ini justru semakin mendukung kebiasaan buruk masyarakat yang senang membuang dan menumpuk sampah pada sembarangan tempat, seperti jalan dan taman di area CFD. Meskipun ada masyarakat yang membuang sampah pada tempatnya, tempat sampah yang disediakan tidak mampu menampung jumlah sampah yang dihasilkan. Sehingga akibatnya, sampah yang berlebihan akan jatuh dan mengotori tempat pembuangan sampah. Selain jumlah tempat sampah yang tidak memadai, jarak antara satu tempat sampah ke tempat sampah yang lain terhitung jauh. Hal ini semakin menambah deretan alasan masyarakat untuk membuang sampah di jalanan.

(4)

peraturan Kota Malang bahwa petugas Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup akan membersihkan sepanjang jalan yang digunakan setelah CFD berlangsung agar tidak terjadi penumpukan sampah yang berlebihan. Tetapi harusnya yang perlu diperhatikan juga oleh Pemerintah Kota Malang adalah penambahan jumlah tempat sampah di sepanjang jalan CFD khususnya pada tempat yang ramai menjual makanan dan minuman. Sesuai dengan peraturan daerah Kota Malang No 10 Tahun 2010 tentang pengelolaan sampah tidak disebutkan mengenai pengadaan tempat sampah tetapi dimunculkan terkait pengelolaan sampah di tempat umum. Ini merupakan salah satu kritik dan saran dari penulis, dengan maksud agar dimunculkan kebijakan pemerintah untuk menyediakan fasilitas dan sarana yang memadai juga.

Permasalahan tentang sampah ini memang menjadi persoalan bersama, karena terkait dan berhubungan tentang khalayak umum. Untuk itu penulis akan mengambil dan meninjau tentang masalah sampah dalam lingkup Kota Malang pada tempat-tempat yang sering dikunjungi oleh masyarakat. Permasalahan serupa terjadi di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Car Free Day Ijen seperti yang sudah dipaparkan, dan pantai yang kerap dikunjungi. Dari beberapa tempat tersebut memiliki permasalahan yang hampir sama, yaitu seputar tempat sampah dan kebiasaan buruk masyarakat.

Dalam survey yang penulis lakukan, terdapat beberapa indikasi masalah yang sangat terlihat jelas dalam hal pengelolaan sampah di beberapa tempat terutama di saat event-event tertentu seperti CFD Ijen dan juga pariwisata di Pantai. Indikasinya berupa:

1. Kurangnya kebijakan yang mengikat.

Hal ini terlihat dari survey kami di CFD Ijen serta Wisuda UB. Penulis menemukan bahwa terdapat banyak sekali perilaku – perilaku yang merusak serta mencemarkan lingkungan. Seperti terdapat pembiaran oleh pihak pengelola maupun pemerintah setempat untuk masyarakat melakukan pelanggaran-pelanggaran tersebut. Tidak ada kebijakan yang pasti serta mengikat membuat perilaku menyimpang ini menjadi – jadi, sehingga seperti telah menjadi sebuah budaya bersama.

2. Tidak adanya penegakan hukum.

(5)

3. Tidak adanya peta lokasi pembuangan sampah dan himbauan

Setelah melalukan survey di berbagai tempat, penulis menemukan tempat CFD tidak menyedikan sumber informasi mengenai tempat pembuangan sampah. Dari hasil survey yang didapatkan juga tidak adanya himbauan. Himbauan yang dimaksud adalah himbauan untuk tidak membuang sampah sembarangan, dan himbauan mengenai peraturan daerah Malang mengenai peraturan pembuangan sampah sembarangan beserta ganjaran yang akan didapatkan.

4. Fasilitas pembuangan sampah yang tidak memadai

Masalah fasilitas merupakan yang sangat vital dari survey yang penulis lakukan. Jumlah tempat pembungan sampah yang minim di area event seperti CFD Ijen dan pantai. Hal ini tentu menjadi masalah besar mengingat pola perilaku kadang terkonstruk dari keadaan yang memaksa masyarakat untuk bertindak anarkis atau tidak merawat.

Hal-hal tersebut adalah empat indikasi masalah yang kami lihat dari hasil survey penulis di beberapa event serta tempat wisata pantai di Malang Raya. Penulis tentunya sangat ingin bertindak dengan proyek ini dalam membantu serta menjadi aktif untuk menjaga lingkungan sekitar.

1.3Nama Kegiatan

Nama Kegiatan : LISA (Lihat Sampah Angkat)

Pelaksana : Mahasiswa Universitas Brawijaya Program Studi Hubungan Internasional Angkatan 2015 Kelas I-6

Dana : Rp. 321.000,- (terlampir)

1.4Fokus Kegiatan

Fokus kegiatan yang akan dilakukan adalah meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan, khususnya sampah. Terdapat beberapa strategi untuk melakukan proyek. Penulis melakukan gerakan kegiatan cinta lingkungan yaitu

‘Lihat Sampah, Angkat’ sebagai bentuk gerakan sosial dalam lingkup yang sempit namun

bisa mengubah perilaku secara pribadi. Penulis akan memungut sampah di tempat- tempat yang sudah dijadikan lokasi kemudian hasil sampah organik akan langsung dibuang sementara sampah anorganik akan disumbangkan kepada BSM M 162 Malang. 1.5Target dan Mitra Project

(6)

menargetkan mahasiswa. Mahasiswa merupakan kelompok yang sering beraktivitas dalam menimbah ilmu. Namun sering kali mahasiswa juga yang mengotori lingkungan fakultas dengan meninggalkan sampah makanan di kelas.

Selain itu, masyarakat secara umum dijadikan target di Car Free Day Ijen Malang dan Pantai Balekambang. Selama mengikuti kegiatan Car Free Day, masyarakat tidak hanya berolah raga tetapi juga membeli makanan dan minuman pada stand makanan yang disediakan. Sayangnya sampah makanan sering kali dibiarkan begitu saja. Sama seperti di pantai, masyarakat yang berlibur dan menikmati keindahan alam juga beberapa kali meninggalkan sampah plastik yang saat ini sudah mencemari lingkungan

Dalam menjalankan proyek ini, penulis tidak melaksanakannya sendiri. Penulis akan membangun mitra kerja sama dalam menangani permasalahan sampah di Malang bersama Malang Osoji Club. Malang Osoji Club merupakan komunitas pencinta lingkungan, khususnya pada isu sampah. Osoji Club sendiri merupakan komunitas yang berawal di Jakarta. Penggeraknya sendiri pun adalah orang Jepang yang ada di Indonesia. Malang Osoji Club sendiri terbentuk pada 19 September 2013.

Kegiatan yang dilakukan pemungutan sampah yang sering disebut sebagai kegiatan weekly portrait petik sampah, kampanye malu buang sampah sembarangan, dan gerakan menggunakan tumblr atau botol minuman pribadi.1 Pemilihan mitra ini dirasa cocok karena penulis dan komunitas ini memiliki konsentrasi yang sama mengenai sampah, khususnya sampah anorganik. Selain itu, penulis juga menggandeng Bank Sampah Malang M 162 RT 01 RW 07 Kelurahan Gadang, Kecamatan Sukun, Kota Malang. Bank Sampah Malang merupakan lembaga berbadan hukum koperasi bekerja sama dengan pemerintahan Kota Malang dan CSR PT. PLN Distribusi Jawa Timur.2

Bank Sampah merupakan program kerja yang berbasis 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle) untuk mengubah perilaku masyarakat. Harapan dari adanya bank sampah adalah untuk terwujudnya lingkungan Kota Malang yang ber-BSM (Bersih, Sejuk, dan Manfaat). Melalui proyek ini, penulis akan menggandeng Bank Sampah Malang M 162 ini dengan cara memberikan sampah anorganik. Bank Sampah ini memiliki kegiatan menjual sampah anorganik yang tidak bisa didaur ulang serta membuat kerajinan dari sampah yang bisa dimanfaatkan. Penulis akan menyumbangkan sampah yang dipungut di acara

1Indorelawan, 2016, Malang Osoji Club, terdapat dalam https://indorelawan.org/organization/56b9cbc68cbb0d4279408b48, diakses pada 22 Februari 2018.

(7)

CFD untuk menjaga lingkungan serta memanfaatkan sampah untuk kepentingan ekonomi dan kerajinan.

1.6Tujuan Kegiatan

Tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan ini adalah:

1. Memberikan sosialisasi kepada masyarakat dan mahasiswa mengenai penanganan isu kebersihan lingkungan, khususnya sampah.

2. Memberikan sosialisasi mengeanai dampak sampah dan peraturan Kota Malang mengenai sampah.

3. Menambah kepekaan masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya. 4. Sebagai salah satu penggerak kegiatan membersihkan lingkungan dari sampah. 5. Memanfaatkan sampah anorganik untuk disumbangkan kepada BSM.

6. Membangun relasi dengan pihak di luar Universitas Brawijaya yang memiliki konsentrasi terhadap isu lingkungan, khususnya sampah.

1.7Indikator Kunci Pencapaian Kegiatan

Untuk menentukan keberhasilan proyek ini, penulis memberikan beberapa indikator kunci pencapaian kegiatan, di antaranya adalah:

1. Terlihatnya perbedaan pra dan pasca pelaksanaan aktivitas kearah yang lebih positif. 2. Tersedianya tempat sampah di pantai yang akan digunakan oleh pengunjung pantai

setempat.

3. Pemberian 5 kg sampah kepada Bank Sampah Malang.

4. Pengurangan jumlah sampah yang dibuang sembarangan di lingkungan CFD Ijen. 5. Masyarakat telah terstimulasi untuk membuang sampah pada tempatnya.

6. Terjadinya kebersihan di lingkungan sekitar yang ditargetkan secara kontinu. 7. Tidak terjadi penumpukan sampah yang berlebih di satu tempat.

1.8Timeline Project

No Rencana Kegiatan

Februari Maret April Mei Minggu Minggu Minggu Minggu

4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

1 Penetapan tema serta kegiatan project

2 Presentasi gambaran umum kegiatan project LISA

3 Survey lokasi pertama project LISA & Rapat project

(8)

5 Persiapan bahan serta alat-alat untuk project LISA

6 Turun lapangan untuk project LISA

7 Pembuatan laporan dan modul akhir project LISA

KETERANGAN

 (27 Februari 2018) Perundingan kelompok project serta penetapan lokasi dan tujuan proyek.

 (6 Maret 2018) Presentasi gambaran umum kegiatan project LISA yang di lakukan antar kelompok di kelas.

 (11 Maret 2018) Survey titik-titik tempat sampah di Car Free Day Ijen Malang.

 (12 – 19 Maret 2018) Pembuatan proposal proyek, penetapan jadwal kegiatan turun lapangan serta penetapan dana yang di keluarkan.

 (20 Maret – 2 April 2018) Pembuatan dan persiapan brosur dan poster serta pembelian tempat sampah untuk lokasi pertama project.

 (6 – 16 April 2018) Turun lapangan ke lokasi kedua project, melakukan pengumpulan data serta penempatan tempat sampah di lokasi pertama project.

(9)

BAB II

PELAKSANAAN KEGIATAN

2.1 Logbook Kegiatan Harian

No. Hari/Tanggal Kegiatan Lokasi Keterangan

1. lapangan I, menandai titik-titik rawan banyak sampah

Maret 2018 Turun Lapangan I CFD Ijen

(10)

untuk survey lapangan II.

Maret 2018 Turun Lapangan II CFD Ijen

- Penulis berkumpul di

April 2018 Turun Lapangan III

Pantai

(11)

memungut sampah yang

April 2018 Pengumpulan Data I FISIP

(12)
(13)

sehabis jam CFD

Kelas dan Sosialisasi II FISIP

Penulis sadar bahwa

Mei 2018 Turun Lapangan V

(14)

narasumber untuk

Mei 2018 Pengumpulan Data II FISIP

Penulis pada akhir proyek menemukan banyak sekali sampah yang di buang tidak pada tempatnya. Setelah melihat-lihat titik dimana saja para pengunjung membuang sampah, pada akhirnya penulis pun mulai berdikusi dan membahas permasalahan pada kunjungan pertama. Oleh karena itu pada kunjungan kedua, penulis melakukan kegiatan kampanye dengan berjalan mengelilingi car free day dengan membawa trash bag dan melakukan kegiatan dari project penulis ini LISA (Lihat Sampah Angkat).

Car Free Day sebagai salah satu tempat untuk berkumpul bagi masyarakat Malang beserta keluarga, kerabat, dan sahabat merupakan salah satu kegiatan yang diadakan oleh Pemerintah Kota Malang yang berpotensi serta memiliki daya tarik bagi pengunjung baik dari luar Malang dan juga dari masyarakat Malang itu sendiri. Dalam hal ini setiap kegiatan yang diadakan oleh pemerintah memiliki karakteristik dan daya tarik yang berbeda-beda.

(15)

lingkungan khususnya di kota tersebut. Pada kegiatan turun lapangan yang kedua, penulis sadar dan melihat bahwa tidak sedikit pengunjung car free day yang mengabaikan kebersihan lingkungan dengan membuang sampah tidak pada tempatnya. Namun, sikap buruk pengunjung dalam mengabaikan kebersihan lingkungan car free day tersebut tidak terlepas karena adanya faktor fasilitas kebersihan yang masih kurang.

Selama kegiatan di Car Free Day penulis memungut sampah yang ada di jalan-jalan yang dilalui oleh masyarakat. Gerakan kecil juga sempat dibantu oleh beberapa pejalan kaki. Bahkan di antaranya juga ada yang mengelukan suasana CFD yang tidak terawat. Selain itu, penulis juga mewawancarai pedagang makanan dan minuman. Berdasarkan data yang penulis dapatkan, terdapat denda yang diberikan kepada pedagang jika banyak mencemari lingkungan. Setiap kali berjualan para pedagang juga harus membayar iuran kebersihan yang akan diayarkan kepada pedugas.

2.2.2 Pantai

Dalam laporan ini penulis memaparkan dinamika yang terjadi dalam pelaksanaan proyek LISA di Pantai Balekambang. Pemilihan Pantai Balekambang tidak lepas dari beberapa pertimbangan penulis dalam melihat sasaran proyek ini. Pertama, pemilih memiliki kriteria, yaitu jumlah pengunjung yang ada. Hal ini dijadikan acuan karena untuk melihat keefektifan sebuah kebijakan terutama dalam kebersihan sampah, jumlah pengunjung menjadi sangat penting untuk dilihat. Karena semakin banyak pengunjung maka jumlah sampah yang dibawa juga banyak. Setiap satu orang akan membawa sekitar 3 sampah. Sehingga dalam melihat bagaimana cara pengelola dalam menjaga dan juga menjadi penyedia jasa wisata menyeimbangkan, kedua wisata dengan konservasi menjadi satu.

Kedua, adalah akses. Dalam indikator ini penulis melihat kemudahan akses menjadi sangat vital. Fungsi akses tidak hanya sebagai media untuk alur pulang-pergi kendaraan tetapi menjadi media perkembangan infrastruktur, perdagangan, serta mencapai daerah – daerah yang dahulunya tidak bisa dicapai. Pantai Balekambang dibandingkan dengan Pantai Malang selatan lainnya, merupakan pantai yang paling mudah untuk diakses. Hal ini tentu menghasilkan sebuah efek, yaitu keramaian. Keramaian yang diakibatkan akses yang mudah ini menjadi sebuah dilema pengelola agar bisa tetap menjaga kebersihan serta ekosistem laut dari lautan sampah yang siap untuk menjadi wajah laut Malang Selatan.

(16)

dapat dikatakan sangat kurang.

Lalu dalam kegiatan penulis di Pantai Balekambang, penulis menemukan sebuah fenomena yang tidak asing, yaitu sampah. Setelah penulis mengelilingi Pantai Balekambang, penulis mampu memberikan sebuah pernyataan bahwa kebanyakan sampah di Pantai Balekambang berbentuk sampah plastik. Seperti bekas bungkus Pop Mie, botol mineral dengan berbagai merk, plastik minuman, plastik makanan, dan banyak lagi jenis plastik yang ada. Sampah-sampah tersebut tercecar di sepanjang Pantai Balekambang. Ironisnya, tempat sampah yang ada tidak dipenuhi dengan sampah-sampah tersebut. Bahkan penulis melihat perilaku pengunjung dengan membuang serta meninggalkan sampah di pasir pantai. Lalu, penulis memulai gerakan LISA (Liat Sampah Angkat) dengan berkeliling menjadi 3 tim yang tersebar untuk memungut sampah-sampah tersebut agar manjadi percontohan untuk para pengunjung yang ada.

Hasilnya, ternyata pengunjung ikut serta dalam membuang sampah di tempat yang penulis siapkan. Walaupun jumlah pengunjung yang tergerak terhitung sangat sedikit, tetapi penulis melihat bahwa pola perilaku tersebut dapat ditularkan kepada orang lain. Bahwa kesadaran diri merupakan sebuah hal yang tidak lazim untuk ditemui, terutama di tempat wisata alam seperti Pantai. Pengelola yang kami temui pun mengapresiasi usaha proyek LISA yang mereka harapkan mampu mengubah sedikit perilaku merusak pengunjung. Meski menurut pengelola bahwa usaha yang dilakukan sudah maksimal namun masih terdapat penemuan bahwa fasilitas kebersihan sangat minim adanya. Jarang ditemui tempat pembuangan sampah di sepanjang pantai. Menjadi sebuah tamparan bagi pengelola, mengetahui bahwa mereka terlena dengan infrastruktur, tetapi melupakan kebersihan yang merupakan faktor vital dalam wisata alam seperti Pantai.

2.2.3 Bank Sampah Malang

(17)

TPP PKK saat itu Hj. Heri Pudji Utami, M.AP dan beberapa orang yang peduli lingkungan.3 Bank sampah merupakan program kerja yang berbasis 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle) untuk mengubah perilaku masyarakat menuju lingkungan Kota Malang yang ber-BSM (Bersih, Sejuk, dan Manfaat). Dengan adanya BSM sampai saat ini sampah yang ada di Kota Malang berkurang menjadi berkurang sebanyak 25%.

Penulis melakukan proyek di Kantor Pusat BSM tanggal 21 Mei 2018. Kedatangan penulis ke tempat ini merupakan opsi setelah batalnya kegiatan di BSM M 162 RT 01 RW 07 Kelurahan Gadang, Kecamatan Sukun, Kota Malang. Hal tersebut karena sebelumnya BSM M 162 yang sudah menyetujui dan mendukung kegiatan penulis tidak memberikan konfirmasi pada hari pelaksanaan. Sampah yang dibawa ke Kantor BSM adalah sampah yang telah penulis kumpulkan dari Pantai, Car Free Day Ijen, sampah pribadi, dan bahkan sumbangan dari rekan lainnya. Sampah yang penulis bawa merupakan sampah anorganik seperti botol plastik, kaleng, dan kertas. Di BSM penulis melihat kegiatan dalam pengelolahan sampah mulai dari tahap pengumpulan berdasarkan jenis sampah, penimbangan, pembersihan jenis sampah, penggilingan, hingga bentuk pajangan hasil akhir kerajinan. Penulis juga mendapatkan penjelasan oleh Bapak Yudi selaku salah satu karyawan. Hasil kerajinan sampah dijadikan tas sekolah, tempat sampah, sandal, dan lain-lain. Terdapat total 18 karyawan yang bekerja di Bank Sampah Malang.

Sampah-sampah yang ada di BSM berasal tabungan sampah dari setiap anggota. Untuk keanggotaan sendiri terdapat 600 BSM kelompok yang beranggotakan minimal 20 orang serta keanggotaan yang bersifat individu. Pengambilan sampah diambil oleh pihak BSM menggunakan transportasi pemerintah seperti truck dan pick up. Pengambilan sampah di masing-masing anggota biasanya setelah anggota tersebut menginformasikan pihak BSM dalam waktu 2 sampai 3 hari sebelumnya. Pelayanan untuk pengambilan sampah dilakukan jika minimal sampah mencapai 100 kg. BSM juga bekerjasama dengan CSR tugasnya mendaur-ulangkan sampah tersebut untuk dijadikan barang siap pakai. BSM juga mengadakan pelatihan mendaur-ulang sampah pada saat itu tanggal 21 Mei 2018 pelatihan tersebut ada di salah satu hotel di Malang.

Pak Yudi menjelaskan cara sampah yang belum didaur ulang sampai selesai menjadi barang kembali dan cara menimbang sampah yang benar. Di BSM sampah tersebut tidak hanya sampah langsung masuk ditumpuk ternyata memiliki semacam kode. Buku tulis

3 Jurnal Malang, 2018, Bank Sampah Malang (BSM) Jadi Percontohan Nasional, terdapat dalam

(18)

kodenya K1, kertas HVS kode K2, Koran kode K3,kertas semen kode K4, kertas duplex kode K5, plastik kode P14. Setelah itu penulis diajak berkeliling untuk melihat prosesnya dari penimbangan sampah, pemilahan sampah menurut kode, pembersihan sampah dan yang terakhir penghancuran sampah di mesin penggiling. Sampah yang penulis bawa sebelumnya sudah dicatat dan ditimbang oleh Bapak Yudi kurang lebih beratnya 8,5 kg dan bernilai dengan uang sebesar Rp. 15.000 yang setelahnya penulis sumbangkan ke Masjid Muhajirin di Jalan Sigura-gura.

2.2.4 Lingkungan FISIP

Dalam proyek LISA (Lihat Sampah Angkat) penulis memulai dengan langkah yang paling sederhana yaitu memungut sampah yang ada di dalam kelas dan membuangnya setelah kelas berakhir. Kegiatan ini memang kegiatan yang paling sederhana dan dapat dilakukan tanpa perlu adanya proyek. Namun sayangnya langkah sederhana tersebut masih sangat sulit dilaksanakan oleh sebagian besar mahasiswa. Jumlah barang yang mahasiswa bawa di kelas tidak sebanyak barang yang mereka bawa keluar kelas. Sebagai kelompok yang mengangkat tema sampah, penulis melaksanakan pemungutan sampah setelah berakhirnya kelas hampir setelah kegiatan belajar mengajar berakhir. Dimulai dengan pribadi untuk mengangkat sampah, kegiatan ini juga dibantu oleh beberapa mahasiswa lainnya walaupun belum semuanya bergerak.

2.3 Analisa Pencapaian Kegiatan

2.3.1 Car Free Day

(19)

sediakan. Alhasil, banyak pengunjung yang menggunakan tong sampah yang penulis sudah sediakan untuk membuang sampah.

2.3.2 Pantai

Penulis telah mencapai tujuan kegiatan awal dari kegiatan proyek di Pantai Balekambang ini. Poin utamanya adalah perbedaan sebelum dan sesudah pelaksanaan project ini. Saat penulis melakukan kegiatan proyek LISA di lokasi, banyak pengunjung yang melihat kegiatan kami dan secara tidak langsung beberapa pengunjung membuang sampah yang dimiliki ke tempat sampah yang ada. ada juga yang menawarkan untuk membuang sampah di plastik sampah saat penulis melewati para pengunjung. Dengan kegiatan yang penulis lakukan banyak pengunjung yang mulai menyadari untuk membuah sampah pada tempat yang telah disediakan. Setelah kegiatan pemungutan sampah di pantai jumlah sampah yang berserakan di sekitar pantai dan are parker mulai bersih kembali. Penulis juga berhasil membuat kesadaran para pengunjung di Pantai Balekambang bahwa sampah yang dibawa tidak boleh dibuang sembarangan agar ekosistem dan keindahan pantai terjaga.

2.3.3 Bank Sampah Malang

Sebelumnya penulis menargetkan untuk menyumbangkan 5 kg sampah untuk diberikan kepada Bank Sampah Malang. Sampah yang akan disumbangkan adalah hasil dari produksi sampah masing masing anggota kelompok dan juga berasal dari sumbangan beberapa mahasiswa FISIP Brawijaya. Sampah yang dikumpulkan harus bermaterial plastik seperti botol plastik, atau yang bermaterial kertas conntohnya kardus atau kertas hvs. Dari rentang 1 minggu penulis dapat mengumpulkan sebanyak 8,5 kg sampah. Lebih detailnya jumlah sampah dengan kode K5 sebanyak 3 Kg, Jumlah sampah dengan kode K3 sebanyak 2 Kg, dan jumlah sampah dengan kode P14 sebanyak 3.5 Kg. kunjungan ke BSM juga memberikan ilmu baru bagi penulis dalam pemahaman terhadap sampah.

2.3.4 Lingkungan FISIP

(20)

tergerak untuk membuang sampah pada tempatnya, sesuai dengan indikator ketiga.

2.4 Hambatan Kegiatan dan Solusi 2.4.1 Car Free Day

Minimnya fasilitas kebersihan Car Free Day ini penulis temukan di dalam kegiatan mingguan ini yang terletak di sepanjang jalan Ijen dan Pahlawan Trip kota Malang. Penulis menemukan banyak sekali sarana tempat sampah yang belum tersedia di setiap sudut area car free day Ijen Malang. Melihat ukuran kegiatan CFD yang tidak kecil serta jumlah pengunjung yang ramai, penulis merasa kurangnya fasilitas kebersihan menjadi hambatan. Setelah memungut sampah yang kotor, penulis kebingungan untuk membuangnya di tempat sampah mana. Akhirnya penulis memadatkan sampah kemudian di buang pada tempat yang telah tersedia. Untuk sampah yang tidak muat penulis tetap letakkan di plastik dan dijejerkan berdekatan dengan tempat sampah.

Hambatan kedua adalah mitra kerja sama. Penulis pada awalnya berencana untuk bekerja sama dengan pihak OSOJI dimana komunitas ini peduli terhadap kebersihan kota sehingga salah satu kegiatannya adalah aksi pungut sampah. Namun dikarenakan satu dan lain hal penulis tidak dapat bekerja sama dengan pihak OSOJI. Sebagai gantinya, penulis sendiri yang turun tangan serta mampu bekerja sama dengan pihak Dinas Perumahan dan Pemukiman Kota Malang dan dalam mengelolah sampah yang sudah di kumpulkan penulis dibantu oleh pihak Bank Sampah Malang (BSM). Melalui beberapa kendala tersebut penulis memberikan solusi dengan turun ke lapangan secara langsung dan melakukan kampanye dengan berjalan mengelilingi wilayah car free day Ijen dengan mengumpulkan sampah mengunakan trash bag dan tempat sampah yang penulis bawa untuk proyek LISA. Penulis juga meletakan tong sampah yang penulis bawa di beberapa titik area CFD Ijen Malang dan melakukan kampanye dengan Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman Kota Malang.

2.4.2 Pantai

(21)

biaya sendiri untuk membawa sampah yang berada di Pantai setiap harinya. Jumlah pengunjung yang melebihi kapasitas tempat sampahnya, hal ini menjadi hambatan dikarenakan antisipasi dari pengelola dan kenyataan yang ada sangat berbeda. Dimana pengelola mengharapkan untuk mampu menampung sampah setiap harinya sebanyak 100 orang pengunjung. Pada kenyataannya jumlah tersebut sudah dilewati sangat jauh sekitar 120-200 orang pengunjung setiap harinya.

Lalu, kesadaran pengunjung dalam menjaga kebersihan. Dalam hal ini penulis melihat pola perilaku pengunjung di Pantai balekambang, dari kesempatan yang ada untuk kegiatan, penulis menemukan bahwa pola perilaku bermain sangat penting. Mengingat keberadaan tempat sampah yang tersedia tetapi pembuangan masih dilakukan di tempat yang bukan seharusnya. Hal ini menjadi sebuah hambatan untuk menjaga kebersihan pantai dan ekosistem laut sekitarnya, melihat banyaknya tanda-tanda himbauan dari pengelola tentang pentingnya ketertiban dalam membuang sampah. Tentu, kesadaran pengunjung jauh lebih berperan untuk mengantisipasi hal tersebut. Itu merupakan beberapa hambatan proyek LISA dalam melakukan kegiatan pembersihan sampah dan penyadaran elemen di Pantai Balekambang tentang kebersihan dan pentingnya ekosistem laut untuk selalu dalam keadaan sehat. Berdasarkan hambatan tersebut, solusi yang penulis lakukan adalah dengan memberikan contoh untuk mengubah perliku pengunjung. Meski tidak semuanya ikut bergerak, banyak pengunjung yang memungut kembali sampah yang sempat mereka buang.

2.4.3 Bank Sampah Malang

Selama melaksanakan kegiatan proyek di Bank Sampah Malang tidak terdapat hambatan yang begitu berarti untuk menghalangi pelaksanaan kegiatan ini. Namun demikian, masih terdapat segelintir hambatan yang membuat kami harus menyelesaikan permasalahan tersebut sendiri. Berikut hambatan yang penulis alami beserta dengan solusinya:

1. Komunikasi yang kurang baik

(22)

sampah yang akan disumbangkan akhirnya penulis berinisiatif untuk berkunjung ke kantor pusat Bank Sampah Malang yang beralamat di Jalan S. Supriyadi No 38 Malang. Penulis memilih opsi ini karena pada siang hari itu masih dalam jam kerja dan sekiranya proyek sumbangan sampah ini tetap dapat terlaksana meskipun terjadi pergantian lokasi. Selain itu, Kantor BSM pusat juga memiliki sistematika yang hampir sama dan bahkan lebih terstruktur. Penulis tidak langsung datang ke BSM M 162 dikhawatirkan contact person yang sebelumnya sudah berhubungan dengan penulis sedang memiliki kepentingan lain maka dari itu tidak dapat mengkonfirmasi bahwa akan menerima penulis di BSM M 162 pada hari itu.

2. Dokumentasi yang tidak maksimal

Dikarenakan penulis yang datang pada hari itu juga, para pegawai yang berada di tempat penimbangan sampah tidak sempat untuk berganti pakaian ke pakaian yang lebih formal untuk nantinya di dokumentasi bersama dengan penulis. Selama proses penyumbangan sampah, penulis tidak bisa mengambil dokumentasi saat Bapak Yudi memberikan penjelasan. Hal ini dikarenakan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang mengharuskan proses dokumentasi menggunakan seragam BSM. Untuk itu, penulis mendokumentasikan beberapa sesuai dengan penjelasan dari Bapak Yudi.

2.4.4 Lingkungan Fisip

Hambatan kegiatan yang terasa selama menjalankan proyek adalah sikap mahasiwa yang kurang peka terhadap lingkungan, bahkan dengan sampah yang dibawanya sendiri. Proyek tidak akan dapat berjalan maksimal jika hanya dilakukan oleh satu pihak saja. Sebagai solusinya, penulis memulai dengan anggota kelompok untuk memungut sampah setelah kelas bersama dengan mahasiswa yang memiliki kepedulian. Meskipun tidak semua mahasiswa tergerak, setidaknya pelaksanaan kegiatan dengan pihak yang memiliki kepedulian dapat dijadikan solusi dalam mengurangi sampah di FISIP.

2.5 Rekomendasi Kebijakan

(23)

1. Alokasi sampah CFD ke Bank Sampah Malang

Berdasarkan data yang kami dapatkan dari Bank Sampah Malang, sampah – sampah yang terkumpul berasal dari individu dan sekitar 600 kelompok BSM yang tersebar di daerah Malang. Sementara CFD memiliki sistem pembuangan yang berbeda. Terdapat tempat sampah di CFD yang memisahkan jenis sampah namun saat penulis melihat isinya ternyata sering tercampur antara sampah anorganik dan sampah organik di masing-masing tempat sampah. Selain itu, terdapat banyak sampah anorganik yang kotor. Jikapun sampah dipisahkan, saat pengangkutan tersebut sampah seringkali disatukan untuk ke proses pembuangan akhir.

Penulis menilai jika sampah diberikan ke BSM maka prosesnya akan lebih sistematis. Sampah yang ada dialokasikan ke BSM akan juga tetap akan dipilah secara terperinci. Bukan lagi tentang organik atau anorganik namun sudah pada tahap pada jenis sampah yang lebih spesifik seperti sampah hvs, sampah kertas buku, sampah botol bening, botol berwarna, dan lain-lain. BSM yang diinisiasi oleh pemerintah kota dan CFD yang dibawahi oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang dapat membuat kolaborasi dalam bentuk kebijakan pemerintah terkait alokasi sampah. Maksud dari rekomendasi kebijakan ini adalah agar setiap minggunya saat CFD berakhir akan ada truk dan mobil pick up dari BSM yang mengangkut sampah. Sampah tersebut oleh BSM dapat dipilah dan didaur ulang.

2. Penyediaan stand BSM di acara CFD setiap minggu

Stand ini dibuat agar setiap kerajinan hasil daur ulang sampah oleh BSM dapat dilihat dan diperjualkan kepada masyarakat yang datang ke CFD. Kegiatan ini memang tidak akan mengubah perilaku masyarakat secara langsung dan instan. Namun kegiatan ini memiliki beberapa keuntungan yang didapatkan. Keuntungan pertama, kerajinanan hasil daur ulang dapat dibeli oleh lebih banyak masyarakat yang datang ke CFD. Selama ini penjualan kerajinan hanya terpusat di kantor BSM dengan nilai penjualan yang tidak terlalu tinggi dari masyarakat itu sendiri.

(24)

juga dapat mendaftar di stand BSM yang ada di CFD. Selama ini BSM sudah mampu berpartisipasi dalam pengurangan 25% sampah di Malang. Semakin banyaknya anggota makan presentasi sampah yang mencemari lingkungan dapat semakin berkurang. Pengelolaan sampah akan semakin bagus dengan semakin banyaknya anggota yang terlibat.

3. Keikutsertaan FISIP sebagai kelompok BSM

Kelompok BSM FISIP akan terdiri dari anggota koperasi dan petugas kebersihan. Masing-masing akan mengumpulkan sampah anorganik yang ada di FISIP. Setiap dua minggu sekali atau satu bulan sekali akan ada pengambilan sampah oleh BSM. Hal ini memungkinkan mengingat setiap harinya tempat sampah di dalam maupun luar gedung selalu penuh dengan sampah, terutama dalam bentuk botol plastik. Setelah menjadi anggota, BSM FISIP akan memiliki tabungan di BSM yang nantinya akan dikelola bersama yang diketuai oleh Korepasi sebagai pihak yang tetap mencatat jumlah sampah anggotanya. Dengan begitu, jumlah sampah yang ada akan digunakan dengan maksimal dan tidak dibuang begitu saja. Petugas kebersihan juga tetap mendapatkan gaji untuk membersihakan lingkungan FISIP dan mendapatkan tambahan dari hasil tabungan sebagai anggota BSM.

4. Revitalisasi Kebijakan Denda Pembuangan Sampah

Kebijakan untuk memberikan denda kepada pihak yang membuang sampah sembarangan memang sudah ada. Namun sayangnya peraturan ini tidak mengikat dikarenakan oleh masih banyaknya pihak yang membuang sampah sembarangan dan tidak ada pihak yang mengontrolnya. Penulis menghimbau kepada pemerintah untuk bekerja sama dengan stasiun TV Jawa Timur dan Radio yang ada untuk menginformasikan hal tersebut. Selain itu, pemerintah Kota Malang dapat menggandeng Kakang dan Mbakyu Kota Malang untuk mempromosikan kebijakan tersebut.

5. Penambahan Fasilitas Tempat Sampah di Ruang Publik

(25)

BAB III KESIMPULAN

Istilah sampah pasti sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Jika mendengar istilah sampah, pasti yang terlintas dalam benak kita adalah setumpuk limbah yang menimbulkan aroma busuk yang sangat menyengat. Bagi kita manusia, sampah menjadi masalah bersama yang tak dapat dihindari lagi dalam kehidupan kita masing-masing. Sudah terlalu banyak hal

– hal yang disosialisasikan terkait dengan sampah, mulai dari dampak baik positif maupun negatif, hingga masalah lain yang akan ditimbulkan oleh sampah. Bisa kita akui bahwa hanya segelintir orang saja yang sadar akan kebersihan lingkungan tempat tinggal dan sekitarnya, sehingga tak heran sampah menjadi masalah utama yang menjadi fokus oleh pihak-pihak yang berpihak pada lingkungan alam bahkan pemerintah setempat pun harus mengeluarkan kebijakan terkait tata tertib dalam pembuangan sampah. Hal inilah yang kemudian berkembang dan akhirnya sistem global pun ikut fokus dalam penanganan masalah sampah, karena masalah sampah adalah masalah bersama, dari tingkat lokal hingga global.

Kebijakan Bank Sampah Malang merupakan agenda global yang ada pada Sustainable Development Goals poin 13 yaitu climate action. Agenda yang sudah dirativikasi oleh Indonesia ini diturunkan ke tingkat daerah, termasuk Malang. Namun sayangnya, agenda global yang sudah dijalani terkait dengan masalah lingkungan nyatanya belum efektif karena hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu. lingkungan saat ini untuk dieksploitasi bukan untuk kesejahteraan warga dunia. Untuk itu, sudah banyak program internasional yang mencoba untuk menyelamatkan lingkunga, tapi nyatanya hanya akan merusak kembali lingkungan yang dimanfaatkan oleh manusia. Harusnya suatu hal yang menjadi milik bersama merupakan tanggung jawab bersama bukan hanya dan untuk pihak tertentu.

(26)
(27)

DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Malang. (2018). Bank Sampah Malang (BSM) Jadi Percontohan Nasional. Terdapat dalam

http://www.jurnalmalang.com/2013/12/bank-sampah-malang-bsm-jadi-percontohan.html. Diakses pada 22 Mei 2018.

BBC. 2015. Membayar Listrik dan Pulsa dengan Sampah Lewat Bank Sampah. Terdapat dalam http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2016/05/160522_majalah_lingkungan_

banksampahmalang. Diakses pada 22 Februari 2018.

Indorelawan. 2016. Malang Osoji Club. Terdapat dalam

(28)

LAMPIRAN I ANGGARAN DANA

Pengeluaran Jumlah Pajak Jumlah

PPh2 1

PPh2 2

PPh23 PPN Pajak

Administrasi

1. Print Surat, Poster, dan

Brosur Rp. 50.000,-

1 x Rp.50.000,-

Total Rp. 50.000,-

Perlengkapan

1. Plastik Sampah

10 x Rp. 2.500,- Rp. 25..000,-

2. Tempat Sampah

2 x Rp. 60.000,- Rp. 120.000,-

Total Rp. 145.000,-

Transportasi

1. Bensin

15 x Rp. 8.400,- Rp. 126..000,-

Total Rp. 126.000,-

(29)

LAMPIRAN II DOKUMENTASI Car Free Day

(30)

Bank Sampah Malang

Referensi

Dokumen terkait

Permata Niaga II No. 73 Taman Royal I Tangerang, Telp./Fax.. WAHANA TRANS UTAMA sebagai perusahaan jasa transportasi terdepan di Indonesia yang didukung dengan pengelolaan

Tambahan Lembaran  Negara Republik Indonesia Nomor  5105) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah  Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan

Kewajiban Pembayaran Bank Umum yang dijamin oleh Pemerintah meliputi pembayaran kepada Kreditur atau Nasabah Penyimpanan dalam negeri dan luar negeri, baik dalam mata uang

sehingga kondisi seperti ini yang akan menjadikan sulitnya mencari Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dalam sektor pertanian. Salah satu komponen yang penting dalam

Faktor-faktor penghambat dalam pengawasan dan pengendalian terhadap counter handphone di Kecamatan Tampan yaitu tidak adanya tim pengawasan perizinan oleh Dinas

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang diperoleh melalui penyebaran kuisioner kepada 94 orang responden mengenai pengaruh Brand Image giant terhadap

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecenderungan kecerdasan siswa yang dominan dalam kelas, merancang strategi pembelajaran yang sesuai dengan kecenderungan

kedatangan saya kesini mau mendapatkan informasi tentang bagaimana perilaku kesehatan ibu selama hamil dengan malaria, terkait judul skripsi saya yaitu