WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015|
PENGANGGARAN
WARTA
ANGGARAN
MAJALAH KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
EDISI 29 • TAHUN 2015
|WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015
I
ni juga merupakan hari ketika masyarakat melakukan hal-hal positif bagi lingkungan dan pengumpulan aksi individu menjadi aksi kolektif yang menghasilkan dampak positif yang berlipat bagi bumi. Selain itu, isu tentang lingkungan hidup, perubahan iklim, gerakan hijau ataupun hemat energi mungkin sudah lama kita dengar didengungkan oleh masyarakat di negara maju seperti negara-negara anggota G8, tetapi bagi negeri berkembang termasuk Indonesia, isu-isu ini baru hangat beberapa periode belakangan.Sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap lingkungan dan masih sejalan dengan perayaan hari lingkungan hidup sedunia, seyogianya Instansi Pemerintah termasuk Kantor Direktorat Jenderal Anggaran perlu turut berpartisipasi dan memberikan keteladanan dalam menghadapi isu-isu lingkungan tersebut. Tulisan ini akan membahas dua bentuk partisipasi sederhana yang dapat dilakukan oleh Direktorat Jenderal Anggaran selaku institusi dan juga para pegawainya yang sangat mungkin ditularkan ke kantor
Beberapa Langkah Sederhana Untuk
Kantor Yang Lebih “hijau”
Teks oleh : Wahyu Indrawan
Sebagian besar dari kita
mungkin idak menyadari
bahwa dunia merayakan hari
lingkungan hidup yang jatuh
pada seiap tanggal 5 Juni.
Menurut
United Naions
Environment Programe
(UNeP),
hari lingkungan hidup sedunia
merupakan sarana utama untuk
mendorong kesadaran dan aksi
untuk lingkungan di seluruh
dunia.
anonkapler.blogspot.com
WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015| lain. Bentuk partisipasi sederhana yang
diusulkan ini mencakup kebutuhan dan aktivitas sehari-hari di kantor, yaitu
eisiensi dalam penggunaan kertas dan
air bersih.
Kondisi yang terjadi saat ini Kertas-kertas bekas berceceran di dekat printer, konsep nota dinas ataupun surat yang penuh dengan coretan ataupun sisa print out bahan rapat yang menumpuk di tempat sampah pojok ruangan mungkin menggambarkan kondisi yang jamak kita temui di sekitar tempat kerja kita, termasuk juga di Direktorat Jenderal Anggaran. Barangkali karena kondisi ini dengan mudah kita temui di hampir tiap ruangan, kita sering menganggap hal ini adalah hal yang wajar dan tidak perlu dipersoalkan. Selain itu, relatif mudah atau banyaknya mendapatkan pasokan kertas baru tentu akan menambah kecenderungan untuk “menyia-nyiakan” dan tidak memilih alternatif yang menghemat penggunaan kertas.
Untuk menyingkapkan cara pandang yang lain atas penggunaan kertas di kantor, tulisan ini akan menggambarkan sebagian kecil material dari alam yang diperlukan untuk menciptakan kertas. Tentu hampir semua kita sudah mafhum kalau kertas dibuat dari kayu, tetapi mungkin belum semua menyadari seberapa banyak pohon yang ditebang dan seberapa liter air yang dibutuhkan untuk memproduksi kertas. Menurut laman akuinginhijau (2009), untuk memproduksi 16 rim dibutuhkan 1 batang pohon kayu. Terlihat sedikit
memang kayu yang diperlukan, tetapi apabila kita coba telaah lebih dalam, kernyitan di kepala bisa muncul di benak kita. Masih dari sumber yang sama, hanya dengan 1 batang pohon sudah cukup untuk menghasilkan oksigen yang dibutuhkan oleh 3 orang untuk bernapas. Selain itu, pembuatan 3 lembar kertas membutuhkan 1 liter air dan apabila produksi mencapai 1 kg kertas, air yang dibutuhkan adalah sebanyak 324 liter. Produksi kertas juga menghasilkan limbah berupa 2,6 ton gas karbondioksida (setara dengan emisi mobil selama 6 bulan) dan 72.200 liter limbah cair dan 1 ton limbah padat untuk setiap produksi 1 ton kertas (ibid.).Foto dari SrillitaR (2009) di atas juga dapat mengingatkan kita bahwa
“apabila pohon terakhir telah habis ditebang dan tetesan air telah habis diminum, ternyata uang tidak dapat dimakan”. Dari uraian beberapa fakta ini, semoga kita tidak lagi menganggap sepele atas kertas yang kita gunakan atau pun yang malah kita sia-siakan.
Di samping dalam menggunakan kertas, penggunaan air juga sering
diabaikan eisiensi pemakaiannya.
Tidak jarang kita melihat, entah disengaja atau pun tidak, ada kran air di toilet dibiarkan mengalir pada saat gosok gigi ataupun selang air di taman yang kurang rapat. Satu contoh lain juga dapat dilihat pada saat pengambilan air wudhu bagi sebagian pegawai, meskipun sebenarnya disunnahkan air yang digunakan untuk wudhu secukupnya saja, pada praktiknya sering terlihat kran air dibuka maksimal sehingga air keluar dengan melimpah dan berlebihan.
Beberapa pembenaran atas pemborosan air misalnya air tersedia berlimpah di mana-mana, bumi didominasi oleh air daripada darat, dan hujan akan turun dengan wajar tetapi, dalam kenyataan kondisi saat ini, dasar pembenaran ini cukup mudah dipatahkan dengan argumen dan fakta yang terang. Sebagai contoh, memang karena kita tinggal di negara tropis, kita dapat dengan mudah menjumpai air dimana-mana. Namun, faktanya berdasarkan perhitungan Kementerian Pekerjaan Umum tahun 2003 kebutuhan air di Pulau Jawa saja sudah mencapai 38 miliar meter kubik, sedangkan ketersediaan air hanya 25 miliar meter kubik dan diperkirakan pada tahun 2020 kebutuhan air dapat mencapai 42 miliar meter kubik (IRSDP 2011). Selain itu, dari sumber yang sama menunjukkan meski benar bumi didominasi oleh air, tetapi komposisinya berupa 97% air yang ada di bumi merupakan air asin, 2% air tawar yang terkunci dalam salju dan es, serta tersisa 1% yang dapat dikonsumsi. Terlebih lagi, Indonesia juga terkena dampak atas perubahan iklim antara lain telah terjadi peningkatan peluang curah hujan ekstrem harian di sebagian wilayah Indonesia, kecuali beberapa wilayah di Maluku, dalam kurun waktu kurang lebih selama 10 tahun, 1998–2008 (Bappenas 2013). Sehingga, curah hujan di negeri tropis kita tercinta ini juga udah mulai terganggu kewajarannya. Dengan pengungkapan sedikit fakta tentang air bersih, semoga dapat membuka cara pandang kita untuk lebih bijaksana dalam penggunaan air di kantor.
Landasan Pelaksanaan dan Tindakan Penghematan
Meskipun tidak seluruh isu lingkungan di atas tersasar, Pemerintah telah beberapa kali mengatur tentang penghematan penggunaan energi dan air di lingkungan instansi Pemerintah, salah satunya adalah Instruksi Presiden No. 13 tahun 2011. Sejalan dengan itu, khusus untuk lingkungan Kementerian Keuangan, Menteri Keuangan telah menginstruksikan kepada seluruh Pejabat dan Pegawai Kementerian Keuangan untuk melakukan
OPINI
50 |WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015
penghematan energi dan air melalui Instruksi Menteri Keuangan No. 12/IMK.01/2012.
Bentuk-bentuk anjuran penghematan air telah diatur dalam Instruksi di atas. Beberapa langkah penghematan yang dianjurkan antara lain pegawai agar membuka kran air secukupnya pada saat penggunaan dan menutup kembali setelah digunakan, mempergunakan lush WC sesuai kebutuhan untuk WC modern, dan menyiram tanaman sesuai kebutuhan dan tidak membiarkan kran air terbuka terus menerus.
Sementara itu, meskipun belum tercakup dalam instruksi di atas, Direktorat Jenderal Anggaran secara tidak langsung telah mempelopori penghematan dalam penggunaan kertas. Contoh sederhana hal ini adalah mulai diterapkannya paperless
ofice concept dalam penganggaran dengan diaplikasikannya RKAKL-DIPA Online. Selain itu, tidak dilakukannya lagi proses penelaahan atas dokumen Terms of Reference
(TOR) dan Rincian Anggaran Biaya (RAB) di Direktorat Jenderal Anggaran mengakibatkan Kementerian/Lembaga tidak perlu mengirimkan copy atas TOR dan RAB tersebut. Tidak perlunya pengiriman
copy ini mengurangi penggunaan
kertas yang relatif signiikan
mengingat selama ini TOR dan RAB yang disusun untuk setiap kegiatan pada tiap Satuan Kerja memerlukan kertas yang tidak sedikit, terlebih lagi apabila keseluruhan Satuan Kerja mencetak dan mengirimkan
copy TOR dan RAB tersebut. Diharapkan tindakan dan kebijakan penghematan ini telah dapat dianggap sebagai bentuk partisipasi awal cinta lingkungan hidup.
Langkah Sederhana Ekstra untuk Lebih Hijau
Dalam suasana hari lingkungan hidup sedunia ini tentu akan lebih membanggakan bagi Direktorat Jenderal Anggaran dan segenap pegawainya apabila kita dapat meningkatkan partisipasi kita dalam kepedulian lingkungan hidup melampaui yang sudah dilakukan
atau telah diatur sebelumnya. Bagian ini mengusulkan beberapa langkah sederhana yang dapat mengurangi penggunaan kertas dan juga air bersih di kantor kita.
Untuk mengurangi penggunaan kertas dalam keseharian kita di kantor, tidak sedikit opsi yang dapat kita lakukan dengan cukup mudah dan tidak terlalu mengganggu rutinitas. Sebagai contoh, kita dapat mengikuti anjuran dari California Integrated Waste Management Board berikut dengan cara menggunakan dua sisi kertas untuk beberapa keperluan seperti untuk pencetakan bahan rapat yang dibagi untuk peserta atau menggunakan sisi lain dari kertas bekas konsep nota dinas/surat yang tidak rahasia untuk pencetakan peraturan-peraturan ataupun sebagai kertas untuk menerima kiriman
fax. Kita juga perlu meningkatkan peranan konsep paperless ofice dalam keseharian (tidak hanya sebatas RKAKL-DIPA) melalui optimalisasi penggunaan email dan cloud storage
dengan tetap memperhatikan pengamanan dokumen digital dalam penyiapan konsep nota dinas ataupun surat.
Dengan tujuan yang sama, penggunaan air bersih juga dapat lebih dihemat lagi dengan beberapa cara sederhana ekstra. Contoh sederhananya adalah dengan mengaplikasikan Instruksi Menteri Keuangan dalam keseharian misalnya pada saat berwudhu kita tidak perlu membuka
kran sampai penuh, tetapi secukupnya saja. Contoh aplikasi lain yaitu cukup dengan menekan tombol lush yang lebih kecil apabila kita buang air kecil dan tombol lush yang lebih besar pada saaat kita buang air besar. Usulan lain yang dapat dipertimbangkan untuk penghematan air bersih adalah berupa pemisahan penampungan air sisa wudhu dari air kotor lain, mengingat air sisa wudhu masih dapat dipergunakan untuk menyiram tanaman di taman.
Diharapkan dengan menerapkan beberapa langkah sederhana di atas dalam keseharian kita di kantor, kita dapat lebih peduli terhadap lingkungan hidup dan akan memberi kontribusi maksimal dalam penciptaan kantor yang ”hijau”.
Sumber:
• http://www.tripadvisor.com/
LocationPhotoDirectLink-g303951-i21552835-Palangkaraya_ Central_Kalimantan_Borneo.html diakses tanggal 16 Juni 2014; • Readers Digest Indonesia
Edisi Khusus ”Langkah Hijau Selamatkan Bumi” 2008; • www.unep.org/wed/about diakses
tanggal 12 Juni 2014; • http://akuinginhijau.
org/2009/12/01/fakta-kertas diakses tanggal 6 Juni 2014;
• Infrastructure Reform Structure Development Program BAPPENAS 2011, ‘Ironi air di Indonesia’ dimuat dalam majalah Sustaining Partnership Edisi Desember 2011.
• Bappenas 2013, ‘Perubahan iklim dan dampaknya bagi Indonesia’ dipaparkan dalam Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim • Instruksi Presiden No. 13 tahun
2011 tentang Penghematan Energi dan Air
• Instruksi Menteri Keuangan No. 12/IMK.01/2012 tentang Penghematan Energi dan Air di Lingkungan Kementerian Keuangan