• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arahan Pengembangan program Wilayah Gerbangkerta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Arahan Pengembangan program Wilayah Gerbangkerta"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan

tepat waktu. Tidak lupa kami ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.rer.reg. selaku dosen pembimbing dan Bu Vely Kukinul Siswanto, ST., MT., MSc selaku dosen mata kuliah Ekonomi Wilayah

2. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dorongan semangat. 3. Teman-teman yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini.

Makalah dengan judul “Arahan Pengembangan Wilayah Gerbangkertasusila Untuk Mengurangi Kesenjangan Ekonomi Wilayah

dengan Pendekatan New Economy Geography” ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Ekonomi Wilayah dalam Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Dalam proses penyelesaian makalah penelitian kecil ini tentunya banyak kekurangan, baik dari pengambilan referensi data maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi sempurnanya makalah ini.

Demikianlah makalah ini disusun, semoga bermanfaat bagi berbagai pihak dan dapat memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas pembelajaran mata kuliah Ekonomi Wilayah.

Surabaya, 25 Mei 2018

(3)

DAFTAR ISI

1.3 Sistematika Penulisan ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Kesenjangan Wilayah ... 4

2.1.1 Pengertian Kesenjangan Wilayah ... 4

2.1.2 Faktor Kesenjangan Wilayah ... 4

2.2 New Ecconomy Geography ... 5

2.2.1 Gaya Sentrifugal dan Sentripetal (Forces Affecting Geographical Concentration) ... 7

2.3 Sintesa Pustaka ... 8

BAB III GAMBARAN UMUM... 9

3.1 Gerbangkertasusila ... 9

3.2 Jumlah Penduduk ... 9

3.3 Indeks Pembangunan Manusia ... 10

3.4 Pendapatan Regional ... 12

3.4.1 Produk Domestik Regional Bruto ... 12

3.5 Aksesibilitas ... 18

3.6 Skala Pelayanan ... 21

3.7 Upah Minimum Regional ... 22

3.8 Pendapata Perkapita ... 23

3.9 Harga Rata-Rata Tanah ... 24

BAB IV ANALISA ... 26

4.1 Analisis Kesenjangan Wilayah ... 26

(4)

4.3 Analisis Sentripetal dan Sentrifugal ... 42

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN ... 46

BAB VI PENUTUP ... 49

6.1 Kesimpulan ... 49

6.2 Lesson Learned ... 49

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Perbandingan Gaya Sentrifugal dan Gaya Sentipetal ... 7

Tabel 2. 2 Sintesa Pustaka ... 8

Tabel 3. 1 Jumlah Penduduk Kawasan Gerbangkertasusila... 9

Tabel 3. 2 Indeks Pembangunan Manusia di Kawasan Gerbangkertasusila ... 11

Tabel 3. 3 Produk Domestik Regional Bruto Jawa Timur tahun 2012 dan 2016 12 Tabel 3. 4 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Gresik tahun 2012 dan 2016 ... 13

Tabel 3. 5 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bangkalan tahun 2012 dan 2016 ... 13

Tabel 3. 6 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Mojokerto tahun 2012 dan 2016 ... 14

Tabel 3. 7 Produk Domestik Regional Bruto Kota Mojokerto tahun 2012 dan 2016 ... 15

Tabel 3. 8 Produk Domestik Regional Bruto Kota Surabaya tahun 2012 dan 2016 ... 16

Tabel 3. 9 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Sidoarjo tahun 2012 dan 2016 ... 16

Tabel 3. 10 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten tahun 2012 dan 2016 17 Tabel 3. 11 Kondisi Aksesibilitas di Kawasan Gerbangkertasusila ... 20

Tabel 3. 12 Nilai UMR di Kawasan Gerbangkertasusila ... 23

Tabel 3. 13 Perbandingan UMR dan Pendapatan perkapita ... 24

Tabel 3. 14 Harga Rata-Rata Lahan di Kawasan Gerbangkertasusila ... 25

Tabel 4. 1 Index Williamson Kab/Kota di Wilayah Gerbangkertasusila ... 27

Tabel 4. 2 Indeks Williamson Gerbangkertasusial 2014-2016 ... 27

Tabel 4. 3 Analisis Sentripetal dan Sentrifugal ... 42

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Key of New Economic Geography ... 6

Gambar 3. 1 Peta Kawasan Strategis Gerbangkertasusila ... 9

Gambar 3. 2 Peta Struktur Ruang di Jawa Timur ... 19

Gambar 3. 3 Peta Struktur Ruang di Kawasan Gerbangkertasusila ... 19

Gambar 3. 4 Peta Skala Pelayanan Kawasan Gerbangkertasusila ... 22

Gambar 4. 1 Grafik Indeks Williamson Gerbangkertasusial 2014-2016 ... 28

Gambar 4. 2 Perhitungan LQ Kabupaten Gresik ... 30

Gambar 4. 3 Perhitungan LQ Kabupaten Bangkalan ... 31

Gambar 4. 4 Perhitungan LQ Kabupaten Mojokerto ... 32

Gambar 4. 5 Perhitungan LQ Kota Mojokerto... 33

Gambar 4. 6 Perhitungan LQ Kota Surabaya... 34

Gambar 4. 7 Perhitungan LQ Kabupaten Sidoarjo ... 35

Gambar 4. 8 Perhitungan LQ Kabupaten Lamongan ... 36

Gambar 4. 9 Sektor Basis dan Pengungkit Gerbangkertasusila Tahun 2012 dan 2016 ... 37

Gambar 4. 10 Peta Persebaran Sektor Basis di Gerbangkertasusila tahun 2012 .. 40

Gambar 4. 11 Peta Persebaran Sektor Basis di Gerbangkertasusila tahun 2016 .. 41

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesenjangan ekonomi antar wilayah merupakan fenomena global yang sering terjadi di negara berkembang. Bahkan masalah kesenjangan ekonomi ini telah menjadi pembahasan utama dalam penetapan kebijakan pembangunan ekonomi di negara berkembang sejak puluhan tahun lalu. Perhatian ini timbul karena ada kecenderungan bahwa kebijakan pembangunan yang dirancang untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi justru memperburuk kondisi kesenjangan ekonomi antar wilayah dalam suatu negara.

Kesenjangan ekonomi antar wilayah juga terjadi di Indonesia. Kesenjangan ini berkaitan dengan strategi pembangunan Indonesia yang bertumpu pada aspek pertumbuhan ekonomi sejak masa orde baru. Sasaran pembangunan diarahkan untuk pencapaian pertumbuhan ekonomi tinggi, namun tidak memperhatikan pemerataan pembangunan ekonomi di seluruh wilayah Indonesia. Dalam praktiknya, pemerintah hanya menetapkan target tingkat pertumbuhan yang hendak dicapai, namun tidak menetapkan target mengenai tingkat kemerataan.

Setiap daerah memiliki strategi yang berbeda-beda sehingga tidak semua daerah dapat secara bersamaan memiliki pertumbuhan ekonomi yang merata. Namun, hasil yang diperoleh dari strategi pertumbuhan ekonomi tersebut justru menimbulkan sebuah masalah baru yang serius yaitu ketimpangan pendapatan. Gerbangkertasusila merupakan sebuah kawasan metropolitan di Jawa Timur yang mengintegrasikan kegiatan perekonomian. Namun pembangunan tiap-tiap daerah Gerbangkertasusila tidak sama sehingga terjadi ketimpangan seperti pada aspek pendapatan, harga lahan, dsb.

Pembangunan ekonomi tanpa memperhatikan pemerataan tiap-tiap daerah bukan tidak mungkin menjadikan pembangunan hanya terjadi di beberapa daerah tertentu saja.

Seperti halnya pada Gerbangkertasusila pembangunan secara massive hanya terjadi di

pusatnya yakni Kota Surabaya dengan Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Gresik

menjadi imbas dari urban sprawl yang terjadi di Kota Surabaya. Adapun side effect dari

pembangunan yang terpusat ini adalah keberpusatan masyarakat pada satu wilayah sehingga pemenuhan infrastruktunya juga terpusat pada satu daerah. Dengan demikian

akan timbul gap dalam pembangunan daerah yang berimbas pada kegiatan ekonomi

(8)

Perlu dilakukan beberapa analisis untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang menarik kegiatan perekonomian ke dalam suatu daerah dan kegiatan apa saja yang mendorong kegiatan tersebut keluar dari suatu daerah. Perlu dilakukan analisis sektor basis untuk mengetahui kekuatan masing-masing daerah dan perlu dilakukan analisis

kesenjangan untuk mengetahui sejauh mana gap yang telah tercipta dan langkah-langkah

efisien yang dilakukan untuk mengejar ketertinggalan di beberapa daerah.

Pemerintah daerah perlu memahami potensi dari masing-masing daerahnya sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah melalui potensi internal. Hal tersebut akan lebih memudahkan dalam pengorganisasian dan pemetaan untuk pengintegrasian kegiatan ekonomi di Gerbangkertasusila. Selain itu perlunya pemahaman tentang kesiapan sumber manusia dalam mengelola ekonomi. Dari pembenahan berbagai aspek maka akan mendongkrak aspek lain untuk ikut bertumbuh dan meningkatkan perekonomian daerah.

1.2 Tujuan dan Sasaran

Tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah menentukan arahan pengembangan wilayah Gerbangkertasusila untuk mengurangi kesenjangan economi dengan pendekatan New Economy Geography. Sasaran untuk mencapai tujuan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi kesenjangan ekonomi di wilayah Gerbangkertasusila

2. Menganalisis tingkat kesenjangan tiap kabupaten /kota di Gerbangkertasusila

3. Menganalisis pergeseran potensi ekonomi wilayah di tiap kabupaten /kota di Gerbangkertasusila.

4. Merumuskan Arahan Pengembangan Wilayah Gerbangkertasusila.

1.3 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada makalh ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN : membahas terkait latar belakang pengambilan studi

(9)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA : bab ini membahas tinjauan terkait

kesenjangan wilayah, dan new economy geography, serta sintesa pustaka yang bertujuan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh dalam kesenjangan wilayah. BAB III GAMBARAN UMUM : pada bab ini membahas terkait gambaran

umum GERBANGKERTASUSILA, dan data-data terkait faktor atau variabel yang digunakan.

BAB IV ANALISA : pada bab ini membahas terkait analisa yang digunakan

untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan, yaitu analisa terkait tingkat kesenjangan wilayah di dalam suatu kota/kabupaten dan antar kabupaten/kota di GERBANGKERTASUSILA.

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN : pada bab ini membahas terkait arahan

pengembangn secara garis besar yang dijelaskan menggunakan pendekatan konsep Upstream firm downstream firm dan pendekatan NEG yang diterapkan pada setiap kota/kabupaten di GERBANGKERTASUSILA.

BAB VI PENUTUP : pada bab ini membahas terkait kesimpulan dan lesson

(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesenjangan Wilayah

2.1.1 Pengertian Kesenjangan Wilayah

Menurut Mudrajad Kuncoro dalam Damarjati (2010) kesenjangan mengacu pada standar hidup relatif dari seluruh masyarakat.Kesenjangan antar wilayah terjadi karena perbedaan endowment factor dari masing-masing daerah.Perbedaan tersebut akhirnya menyebabkan tingkat pembangunan dan pengembangan wilayah yang berbeda-beda sehingga timbullah gap kesejahteraan

antar wilayah.

Kesenjangan berarti suatu gambaran terhadap fakta (kondisi) yang tidak

homogen, yang di dalamnya terdapat perbedaan-perbedaan yang membutuhkan perhatian.Atas dasar pengertian tersebut, penyusunan profil kesenjangan antarwilayah dimaksudkan untuk memberi gambaran fakta-fakta perbedaan perkembangan kondisi hasil pembangunan antarwilayah, juga terkandung informasi mengenai perbandingan antarwilayah yang maju dan tertinggal. Kesenjangan wilayah adalah komparatif antarwilayah (kabupaten/kota) yang disajikan dalam suatu pengamatan yang agregat terhadap seluruh kabupaten/kota yang ada di wilayah Indonesia. (http://simreg.bappenas.go.id, Analisis Kesenjangan Antarwilayah 2012)

2.1.2 Faktor Kesenjangan Wilayah

Dalam mengetahui kesenjangan ekonomi, terdapat beberapa indicator yang bisa digunakan. Menurut Anwar dalam Faisal (2011) terdapat 5 indikator yang mempengaruhi kesenjangan ekonomi, diantaranya adalah :

 Karakter Demografi

 Sumber Daya Manusia

 Potensi Lokasi

 Aksesibitas

(11)

Di Indonesia faktor-faktor penyebab terjadinya ketipangan ekonomi antar provinsi atau wilayah. menurut Tambunan dalam Faisal (2011), diantaranya adalah:

 Konsentrasi kegiatan ekonomi wilayah.

 Alokasi invetasi.

 Tingkat mobolitas faktor produksi yang rendah antardaerah.

 Perbedaan sumber daya alam antar provinsi.

 Pembangunan ekonomi didaerah yang kaya sumber daya alam akan lebih maju dan masyarakatnya lebih makmur dibandingakan dengan daerah yang miskin sumber daya alam.

 Perbedaan kondisi demografis antar wilayah.

 Kurang lancarnya perdagangan antar provinsi.

2.2 New Ecconomy Geography

Teori ekonomi geografi baru berupaya untuk menurunkan efek-efek aglomerasi dari interaksi antara besarnya pasar, biaya transportasi dan increasing

(12)

Gambar 2. 1 Key of New Economic Geography

Dalam penerapannya teori New Economic Geography memiliki konsep-konsep sebagai berikut :

1. Mengenalkan konsep diferensiasi produk dan skala ekonomi

2. Size effect: negara besar mendominasi negara kecil karena memiliki variasi produk yang lebih banyak dengan harga yang lebih murah. Karena sudah terjadi ekonomi aglomerasi

3. Home-Market Effect: Dengan adanya aglomerasi, biaya transportasi yang dibutuhkan rendah, sehingga negara besar dapat mendapatkan upah yang lebih banyak daripada negara kecil

4. Competition Effect : Tidak lagi menggunakan Sumber daya yang ada melainkan berkompetisi untuk memberikan barang yang sama

namun dengan harga yang lebih murah.

5. Krugman menunjukkan bahwa globalisasi cenderung untuk

(13)

2.2.1 Gaya Sentrifugal dan Sentripetal (Forces Affecting Geographical

Concentration)

Dalam New Economic Geography Theory, dikenal adanya gaya sentrifugal dan sentripetal. Gaya Sentripetal adalah sebuah kekuatan yang membawa pada aglomerasi (konsentrasi) industri,sedangkan gaya sentrifugal adalah sebaliknya, yakni kekuatan yang membuat industrialisasi menyebar

Tabel 2. 1 Perbandingan Gaya Sentrifugal dan Gaya Sentipetal

No. Centripetal Forces Centrifugal Forces

1. Market-size effects (linkages) - Jika pasar semakin

mengumpul akan

- Ada faktor diluar yang tidak bisa dipindahkan, sehingga harus keluar untuk mendekati faktor tersebut. Contoh : tanah yang subur

2. Thick labour markets - Semakin besar pasar maka

pekerja yang dibutuhkan semakin banyak

Land Rent

- Faktor harga tanah di luar lebih murah, sehingga pelaku kegiatan ekonomi akan cenderung

memilih lokasi dengan harga tanah yang lebih murah namun masih berpotensi untuk

dikembangkan (dekat dengan

(14)

3. Pure external economies - Memanfaatkan faktor

eksternal ekonomi, contoh :

kedekatan dengan pasar

Pure external diseconomies

- Ada faktor eksternal ekonomi di dalam core yang menghambat

kegiatan ekonomi, contoh kemacetan. Sehingga pelaku ekonomi terdorong melakukan gaya sentrifugal

Sumber : Penulis, 2016

2.3 Sintesa Pustaka

Berdasarkan pembahasan tinjauan pustaka diatas dan sasaran penelitian yaitu mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kesenjangan ekonomi

wilayah, maka dapat disintesiskan kajian teori yang telah dilakukan. Hasil sintesa dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 2. 2 Sintesa Pustaka

No. Kriteria Indikator Variabel

1. Faktor yang

Potensi Lokasi  Sektor Basis

Aksesibilitas  Peta Struktur Ruang

Potensi Pasar  Skala Pelayanan

Pekerja  Upah Minimum

Regional

 Pendapata Perkapita

Harga Lahan  Harga Rata-Rata Tanah

(15)

BAB III

GAMBARAN UMUM

3.1 Gerbangkertasusila

GERBANGKERTASUSILA merupakan bentuk wilayah dari segi nodalitas (titik) dimana wilayah yang secara fungsional mempunyai ketergantungan antara pusat (inti) dan daerah belakangnya (hinterland). Gerbangkertsusila terdiri dari beberapa Kota/Kabupaten di Provinsi Jawa Timur, yaitu Kabupaten Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Lamongan. Kota Surabaya sendiri merupakan pusat

ekonomi di kawasan gerbangkertasusila.

Gambar 3. 1 Peta Kawasan Strategis Gerbangkertasusila

3.2 Jumlah Penduduk

Jumlah Penduduk berpengaruh terhadap kesenjangan ekonomi. Berikut jumlah penduduk kabupaten/Kota Wilayah Metropolitan Gerbangkertasusila.

Tabel 3. 1 Jumlah Penduduk Kawasan Gerbangkertasusila

No Kota/Kabupaten Jumlah Penduduk (jiwa)

2014 2015 2016

1 Gresik 1216313 1256313 1270702

2 Bangkalan 945821 954305 962773

(16)

4 Mojekerto (Kabupaten) 1070486 1080389 1090075

5 Surabaya 2833924 2848583 2862406

6 Sidoarjo 2083924 2117279 2150482

7 Lamongan 1187084 1187795 1188193

Sumber : Provinsi Jawa Timur dalam Angka

Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa hampir seluruh kabupaten/kota di GERBANGKERTASUSILA merupakan kawasan besar yaitu memiliki jumlah penduduk lebih dari 1 juta jiwa. Hanya Kabupetan Bangkalan dan Kota Mojokerto saja yang memiliki jumlah penduduk kurang dari 1 juta jiwa. Jumlah penduduk itu sendiri merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan kegiatan ekonomi dalam suatu wilayah.

3.3 Indeks Pembangunan Manusia

Secara khusus, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. IPM diperkenalkan oleh United Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 1990 dan dipublikasikan secara berkala dalam laporan tahunan Human Development Report (HDR). IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.

IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam

upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). IPM dihitung berdasarkan data yang dapat menggambarkan keempat komponen yaitu angka harapan hidup yang mewakili bidang kesehatan; angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah mengukur capaian pembangunan di bidang pendidikan; dan kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup layak.

(17)

Tabel 3. 2 Indeks Pembangunan Manusia di Kawasan Gerbangkertasusila

Wilayah

IPM

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Jawa Timur 65.36 66.06 66.74 67.55 68.14 68.95 69.74

Kota Surabaya 77.2 77.62 78.05 78.51 78.87 79.47 80.38

Kabupaten Sidoarjo 73.75 74.48 75.14 76.39 76.78 77.43 78.17

Kota Mojokerto 72.78 73.47 74.2 74.91 75.04 75.54 76.38

Kabupaten Gresik 69.9 71.11 72.12 72.47 72.84 73.57 74.46

Kabupaten Mojokerto 68.14 68.71 69.17 69.84 70.22 70.85 71.38

Kabupaten Lamongan 65.4 66.21 67.51 68.9 69.42 69.84 70.34

Kabupaten Bangkalan 57.23 58.63 59.65 60.19 60.71 61.49 62.06

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur

Angka IPM dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah. Kriteria penentuan kesenjangan adalah sebagai berikut:

1. Indeks Pembangunan Manusia <80, berarti sangat tinggi 2. Indeks Pembangunan Manusia 70-80, berarti tinggi 3. Indeks Pembangunan Manusia 60-70, berarti sedang. 4. Indeks Pembangunan Manusia 50-60, berarti rendah; dan 5. Indeks Pembangunan Manusia >50, berarti sangat rendah

(18)

tahun 2012 Kabupaten Bangkalan mempunyai angka IPM sebesar 57,23 yang berarti di tahun itu Kabupaten Bangkalan mempunyai IPM rendah.

3.4 Pendapatan Regional

3.4.1 Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian di suatu daerah. Penghitungan PDRB menggunakan dua macam harga yaitu harga berlaku dan harga konstan. PDRB atas harga berlaku merupakan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada tahun bersangkutan, sementara PDRB atas dasar harga konstan dihitung dengan menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar dan saat ini menggunakan tahun 2000.

Pada gambaran umum kali ini, PDRB yang digunakan adalah atas dasar harga konstan. Berikut adalah gambaran PDRB di Jawa Timur dan Kabupaten/Kota di Gerbangkertasusila pada tahun 2012 dan 2016.

Tabel 3. 3 Produk Domestik Regional Bruto Jawa Timur

tahun 2012 dan 2016

No Lapangan Usaha 2012 2016

1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 146002,6 164687.46

2. Pertambangan dan Penggalian 58287,9 75024.89

3. Industri Pengolahan 326681,8 411028.39

4. Pengadaan Listrik dan Gas 4259 4483.93

5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 1182 1366.77

6. Konstruksi 102250,9 126802.99

7. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 206433,7 257126.66

8. Transportasi dan Pergudangan 31528,7 41107.64 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 54601,2 73398.14

10. Informasi dan Komunikasi 58299,2 79216.96

11. Jasa Keuangan dan Asuransi 26668 37158.62

12. Real Estate 19153,8 24298.54

13. Jasa Perusahaan 8416,9 10884.7

(19)

Wajib

15. Jasa Pendidikan 28789,4 37438.7

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7033,1 9245.38

17. Jasa Lainnya 16666,3 20298.2

Total PDRB 1124464,6 1405236.1

Sumber : BPS Jawa Timur

Tabel 3. 4 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Gresik

tahun 2012 dan 2016

No Lapangan Usaha 2012 2016

1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4730,2 5911,0 2 Pertambangan dan Penggalian 8348,9 9234,2

3 Industri Pengolahan 32380,8 41016,9

4 Pengadaan Listrik dan Gas 389,8 467,5

5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 43,1 51,8

6 Konstruksi 5397,9 7617,1

7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 7652,7 10546,8 8 Transportasi dan Pergudangan 1433,7 1819,9 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 712,6 995,1

10 Informasi dan Komunikasi 2619,1 3638,4

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 687,1 935,5

12 Real Estate 836,5 1095,6

13 Jasa Perusahaan 172,8 229,3

14 Adm. Pemerintah, Pertahanan&Jaminan Sosial

Wajib 867,9 999,3

15 Jasa Pendidikan 539,8 713,1

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 242,1 324,5

17 Jasa Lainnya 193,7 239,2

Total PDRB 67248,8 85835,1

Sumber : BPS Jawa Timur

Tabel 3. 5 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bangkalan

tahun 2012 dan 2016

No. Lapangan Usaha 2012 2016

1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3155,5 3669,2

2 Pertambangan dan Penggalian 6833,7 5439,1

3 Industri Pengolahan 312,2 374,8

(20)

5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 10,6 12,5

6 Konstruksi 1370,1 1840,6

7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi

Mobil 1825,2 2381,6

8 Transportasi dan Pergudangan 180,8 216,1

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 129,3 172,7

10 Informasi dan Komunikasi 606,2 847,2

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 216,6 273,1

12 Real Estate 145,7 181,9

13 Jasa Perusahaan 30,8 37

14 Adm. Pemerintah, Pertahanan&Jaminan

Sosial Wajib 710,8 802,3

15 Jasa Pendidikan 488,4 585,5

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 47,9 59,6

17 Jasa Lainnya 103,8 118

Total PDRB 16173,7 17018,5

Sumber : BPS Jawa Timur

Tabel 3. 6 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Mojokerto

tahun 2012 dan 2016

No. Lapangan Usaha 2012 2016

1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3457,2 5842,5

2 Pertambangan dan Penggalian 418,6 637,6

3 Industri Pengolahan 20592 33660,1

4 Pengadaan Listrik dan Gas 29,3 37

5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 29,7 40,4

6 Konstruksi 3503,9 6576,8

7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi

Mobil 4265,1 6641,9

8 Transportasi dan Pergudangan 426 823,2

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 679,7 1401,4

(21)

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 535 1068,7

12 Real Estate 613,2 1011,5

13 Jasa Perusahaan 58,8 105

14 Adm. Pemerintah, Pertahanan&Jaminan

Sosial Wajib 1046,5 1571

Jasa Pendidikan 509,5 903,3

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 142,3 258,5

17 Jasa Lainnya 395,6 555,5

Total PDRB 39047,3 64629,2

Sumber : BPS Jawa Timur

Tabel 3. 7 Produk Domestik Regional Bruto Kota Mojokerto

tahun 2012 dan 2016

No. Lapangan Usaha 2012 2016

1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 23,9 25

2 Pertambangan dan Penggalian 0 0

3 Industri Pengolahan 362,5 451,4

4 Pengadaan Listrik dan Gas 3,4 3,8

5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 4,3 5,6

6 Konstruksi 373,3 456

7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi

Mobil 994,6 1250,7

8 Transportasi dan Pergudangan 90,4 107,7

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 207,1 261,9

10 Informasi dan Komunikasi 450,1 604,1

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 242,1 315,5

12 Real Estate 97,6 119,4

13 Jasa Perusahaan 25 31,3

14 Adm. Pemerintah, Pertahanan&Jaminan

Sosial Wajib 167,9 192,8

15 Jasa Pendidikan 145,4 185,6

(22)

17 Jasa Lainnya 130,6 160,8

Total PDRB 3358,4 4221,5

Sumber : BPS Jawa Timur

Tabel 3. 8 Produk Domestik Regional Bruto Kota Surabaya

tahun 2012 dan 2016

No. Lapangan Usaha 2012 2016

1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 467,1 570,8

2 Pertambangan dan Penggalian 17,4 20

3 Industri Pengolahan 51100,7 66582,8

4 Pengadaan Listrik dan Gas 1643,2 1514,7

5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 461 528,3

6 Konstruksi 27183 33864,7

7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi

Mobil 77408 97443,6

8 Transportasi dan Pergudangan 12667,2 16569,2 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 36714,5 49881,3

10 Informasi dan Komunikasi 16540 22421,1

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 11781,1 17184,8

12 Real Estate 7314 9145,6

13 Jasa Perusahaan 6282,2 7761,4

14 Adm. Pemerintah, Pertahanan&Jaminan

Sosial Wajib 3931,9 4384,6

15 Jasa Pendidikan 6276,8 8052,6

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2018 2649,1

17 Jasa Lainnya 4222,2 5077,8

Total PDRB 265892,1 343652,4

Sumber : BPS Jawa Timur

Tabel 3. 9 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Sidoarjo

tahun 2012 dan 2016

No. Lapangan Usaha 2012 2016

(23)

2 Pertambangan dan Penggalian 153,3 146.6

3 Industri Pengolahan 46274,8 58304.9

4 Pengadaan Listrik dan Gas 1006,9 1123.4

5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 78,9 90.9

6 Konstruksi 8593,3 10747.9

7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi

Mobil 14722,8 19059.4

8 Transportasi dan Pergudangan 8175,1 9833.8

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2924,5 4023.3

10 Informasi dan Komunikasi 3722,7 5132.6

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 1050,4 1446.7

12 Real Estate 900,9 1154.5

13 Jasa Perusahaan 151 187.3

14 Adm. Pemerintah, Pertahanan&Jaminan

Sosial Wajib 1874,3 2070.5

15 Jasa Pendidikan 1064,2 1405.8

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 296,7 387.7

17 Jasa Lainnya 382,7 459.6

Total PDRB 93543,9 118179.1

Sumber : BPS Jawa Timur

Tabel 3. 10 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten

tahun 2012 dan 2016

No. Lapangan Usaha 2012 2016

1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 7059 8567,50

2 Pertambangan dan Penggalian 240,5 294,00

3 Industri Pengolahan 1317,1 1839,40

4 Pengadaan Listrik dan Gas 14,4 17,60

5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 20,6 25,60

6 Konstruksi 2042,5 2455,90

7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi

(24)

8 Transportasi dan Pergudangan 135,4 186,40 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 240,1 345,90

10 Informasi dan Komunikasi 1401,3 1848,50

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 352 487,60

12 Real Estate 377 508,70

13 Jasa Perusahaan 51,9 66,00

14 Adm. Pemerintah, Pertahanan&Jaminan

Sosial Wajib 851,9 960,70

15 Jasa Pendidikan 473,7 639,10

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 148,7 210,30

17 Jasa Lainnya 370,4 460,70

Total PDRB 18562,7 23623,80

Sumber : BPS Jawa Timur

3.5 Aksesibilitas

(25)

Gambar 3. 2 Peta Struktur Ruang di Jawa Timur

Sumber : RTRW Jawa Timur

\

Gambar 3. 3 Peta Struktur Ruang di Kawasan Gerbangkertasusila

(26)

Berdasarkan peta tersebut, dapat diketahui bahwa seluruh wilayah di Gerbangkertasusila dilewati oleh jalur nasional yaitu jalan arteri primer. Baik jalan Raya Surabaya Malang, Jalan Pantura, dll. Berikut adalah persebaran jaringan jalan dan sarana pendukungnya :

Tabel 3. 11 Kondisi Aksesibilitas di Kawasan Gerbangkertasusila

No. Kab/Kota Pendukung

Aksesibilitas

3 Mojokerto (Kota)  Jalan Nasional  Jalan Tol

 Angkutan Umum

-

(27)

7 Lamongan  Jalan Nasional  Rencana dilalui Jalan

Tol

 Pelabuhan Perikanan  Angkutan Umum

Terminal tidak aktif

Sumber : Analisa, 2018

3.6 Skala Pelayanan

(28)

Gambar 3. 4 Peta Skala Pelayanan Kawasan Gerbangkertasusila

Sumber : RTRW Provinsi Jawa Timur

Dalam wilayah Gerbangkertasusila, skala pelayanan terbesar berada pusat, yaitu di Surabaya sebagai Surabaya Metropolitan Area (SMA). Skala pelayanan

Surabaya Metropolitan Area (SMA) merupakan yang terbesar dan mempunyai banyak pusat pelayanan yang tumbuh merapat disekitarnya. Selain di Surabaya, pada kabupaten/kota lain juga terdapat pusat-pusat kegiatan yang tersebar di seluruh wilayah Gerbangkertasusila. Meskipun banyak terdapat pusat kegitan di kabupaten/kota lain, namun pusat-pusat ini tidak lebih besar dan membawa pengaruh bagi wilayah sekiarnya sebesar Surabaya Metropolitan Area (SMA).

3.7 Upah Minimum Regional

(29)

Tabel 3. 12 Nilai UMR di Kawasan Gerbangkertasusila

No. Kota/Kab UMR Peringkat di UMR Tertinggi

Jawa Timur

1 Kota Surabaya Rp. 3.583.312 1

2 Kab. Gresik Rp. 3.580.370 2

3 Kab. Sidoarjo Rp. 3.577.428 3

4 Kab. Mojokerto Rp. 3.565.660 5 5 Kota Mojokerto Rp. 1.886.387 14

6 Kab. Lamongan Rp. 1.851.083 17

7 Kab. Bangkalan Rp.1.663.975 24

Sumber : detik.com

Dari data diatas, dapat dilihat bahwa besar Upah Minimum Regional paling tinggi berada di Kota Surabaya dengan besar Rp. 3.583.312 dan terpaling rendah di Kabupaten Bangkalan dengan besar Rp.1.663.975. Besaran Upah Minimum Regional Kota Bangkalan yang tidak mencapai setengah dari besar Kota Surabaya dapat mengindikasikan kesenjangan ekonomi antara Kabupaten Bangkalan dan Surabaya.

Upah Minimum Regional di Wilayah Gerbangkertasusila jika dirata-rata adalah sebesar Rp. 2.815.459,00. Berdasarkan angka rata-rata ini, Kabupaten/Kota di dalam wilayah Gerbangkertasusila yang berada dibawah rata-rata upah minimum regional antara lain Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Lamongan, dan Kabupaten Bangkalan, dimana ketiga Kabupaten tersebut berada diperingkat diatas 10 Upah Minimum Regional Jawa Timur.

3.8 Pendapata Perkapita

Pendapatan Perkapita ialah pendapatan rata-rata penduduk dalam suatu

wilayah pada suatu periode tertentu. Pendapatan perkapita ini merupakan salah

satu tolak ukur kemakmuran dari suatu wilayah. Penadapat perkapita dapat dihitung dengan rumus :

(30)

Wilayah yang memiliki nilai pendapatan nasional yang tinggi belum tentu lebih makmur bila dibandingkan dengan wilayah yang berpendapatan rendah dikarenakan jumlah penduduk pun menentukan tingkat kemakmuran dari negara tersebut.

Tabel 3. 13 Perbandingan UMR dan Pendapatan perkapita

No Kota/Kabupaten UMR Pendapatan perkapita per-bulan

2016 2016

1 Gresik 3.042.500 5.629.113

2 Bangkalan 1.414.000 1.473.054

3 Mojokerto (Kota) 1.603.000 2.783.074

4 Mojekerto (Kabupaten) 3.030.000 3.770.528

5 Surabaya 3.045.000 10.004.771

6 Sidoarjo 3.040.000 4.579.562

7 Lamongan 1.573.000 1.656.844

Sumber : Analisa, 2018

Upah Minimum Regional (UMR) adalah standar minimal besar gaji pegawai suatu wilayah. Berdasarkan table diatas, besar Upah Minimum Regional (UMR) berbeda jauh dengan pendapatan perkapita perbulan Kabupaten-Kota tersebut kecuali Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Lamongan, dan Kabupaten Mojokerto. Perbedaan besar pendapatan ini mengindikasikan perbedaan yang signifikan antar orang yang ada di wilayah tersebut, dan berpotensi menyebabkan kesenjangan.

3.9 Harga Rata-Rata Tanah

Harga tanah merupakan aspek yang mempengaruhi gaya sentripetal dan

sentrifugal pada suatu kawasan. Semakin tinggi harga lahan akan mengakibatkan terjadinya gaya sentrifugal, begitu juga sebaliknya. Selain itu harga lahan juga

(31)

snagat jauh berbeda. Berikut adalah harga lahan rata-rat lahan di kawasan Gerbangkertasusila.

Tabel 3. 14 Harga Rata-Rata Lahan di Kawasan Gerbangkertasusila

No Kota/Kab Harga Rata-Rata Lahan (Rp/m2)

1 Kota Surabaya ± Rp. 10.000.000 – 40.000.000

2 Kab. Gresik ± Rp. 2.000.000 – 10.000.000

3 Kab. Sidoarjo ± Rp. 4.000.000 – 15.000.000

4 Kab. Mojokerto ± Rp. 2.500.000

5 Kota Mojokerto ± Rp. 2.500.000

6 Kab. Lamongan ± Rp. 500.000

7 Kab. Bangkalan ± Rp. 750.000

Sumber : Komparasi Berita, 2018

(32)

BAB IV

ANALISA

4.1 Analisis Kesenjangan Wilayah

Kesenjangan suatu wilayah dapat diketahui dengan melakukan analisis Indeks Williamson. Williamson mengamati tingkat kesenjangan di berbagai daerah dari tingkat pendapatan. Indeks Williamson adalah suatu indeks yang didasarkan pada ukuran penyimpangan pendapatan perkapita penduduk tiap wilayah dan pendapatan perkapita nasional.Analisis ini merupakan modifikasi dari analisis standar deviasi.Hasil dilihat dengan semakintinggi Indeks Williamson berarti kesenjangan wilayah semakin besar dan begitupun sebaliknya semakin rendah Indeks Williamson maka akan semakin rendah kesenjangan di wilayah tersebut.

Rumus perhitungan Williamson adlaah:

√∑ ⁄

dimana,

IW adalah Indeks Ketimpangan regional.

Yi adalah pendapatan regional atau PDRB per kapita kabupaten/kota ke i di wilayah Provinsi Jawa Timur.

Y adalah pendapatan regional atau PDRB per kapita Provinsi Jawa Timur. Pi adalah jumlah penduduk kabupaten/kota ke i.

P adalah jumlah penduduk Provinsi Jawa Timur.

Rumus IW ini jika menghasilkan angka indeks yang lebih besar atau sama dengan nol dan lebih kecil dari satu. Apabila indeks sama dengan nol maka

menandakan tidak terjadi keimpangan antar kabupaten/kota di Wilayah Provinsi Jawa Barat. Kriteria penentuan kesenjangan adalah sebagai berikut:

1. Ketimpangan taraf rendah bila indeks Williamson < 0,35,

(33)

Indeks Williamson untuk Kabupaten/Kota yang berada dalam Wilayah Gerbangkertasusila adalah sebagai berikut

Tabel 4. 1 Index Williamson Kab/Kota di Wilayah Gerbangkertasusila

Indeks Williamson Per-Kabupaten

Kab/Kota 2014 2015 2016

Gresik 0.05 0.17 0.17

Bangkalan 0.15 0.15 0.16

Mojokerto (Kota) 0.06 0.06 0.06

Mojekerto (Kabupaten) 0.16 0.16 0.16

Surabaya 0.21 0.20 0.22

Sidoarjo 0.21 0.21 0.22

Lamongan 0.17 0.17 0.17

Sumber : Analisa, 2018

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa index Willliamson menunjukkan kesenjangan pada tiap kabupaten kota. Semakin tinggi nilai index maka kesenjangan pada kawasan tersebut juga semakin tinggi. Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo memiliki nilai index tertinggi yang menunjukkan pada kawasan tersebut kesenjangannya tinggi. Sedangkan Kota Mojokerto merupakan kota yang memiliki nilai index terendah yang menunjukkan kesenjangan wilayahnya rendah.

Selain itu, perhitungan kesenjangan juga dilihat dari data antar kabupaten kota untuk mengetahui kesenjangan pada kawasan di skala atasnya. Dari hasil analisis Indeks Williamson, didapatkan tingkat kesenjangan di kawasan GERBANGKERTASUSILA adalah:

Tabel 4. 2 Indeks Williamson Gerbangkertasusial 2014-2016

No. Tahun Indeks Williamson

1 2014 0,42

2 2015 0,45

3 2016 0,45

(34)

Gambar 4. 1 Grafik Indeks Williamson Gerbangkertasusial 2014-2016

Sumber : Analisa, 2018

Dasar perhitungan Indeks Williamson adalah persamaan probabilitas 0<IW< 1, yang berarti apabila nilai IW mendekati 0, maka tingkat kesenjangan pendapatan antar daerah juga semakin kecil (tingkat pemerataan ekonomi baik).Sedangkan jika mendekati angka 1, maka tingkat pemerataan tidak baik atau kesenjangan antar daerah buruk. Berdasarkan penghitungan, wilayah Gerbangkertasusila mempunyai indeks Williamson 0,4 yang berarti tingkat pemerataan atau kesenjangan antar daerah termasuk dalam angka sedang.

Wilayah Gerbangkertasusila pada tahun 2014-2016 memiliki rata-rata ketimpangan williamson sebesar 0,42 (antara 0,35-0,50), maka berdasarkan ketentuan ketimpangan williamson, Wilayah Gerbangkertasusila di tahun 2014-2016 terjadi ketimpangan distribusi yang sedang, dimana terjadi pertumbuhan ekonomi antara daerah yang tidak merata dibeberapa tempat.

0.42

0.45 0.45

2014 2015 2016

Tingkat Kesenjangan

(35)

4.2 Analisis Pergeseran Sektor Basis

Salah satu analisis yang digunakan untuk menentukan arahan pengembangan adalah dengan meilihat sektor basis yang berkembang di daerah tersbeut. Sektor basis merupakan potensi komparatif yang harusnya dikembangkan di daerah tersebut. sektor basis dapat dilihat dengan analisis LQ dengan rumus sebagai berikut :

Dimana :

Si = Jumlah buruh sektor kegiatan ekonomi i di daerah yang diselidiki

S = Jumlah buruh seluruh sektor kegiatan ekonomi di daerah yang diselidiki

Ni = Jumlah sektor kegiatan ekonomi i di daerah acuan yang lebih luas, di mana daerah yang di selidiki menjadi bagiannya N = Jumlah seluruh buruh di daerah acuan yang lebih luas

(36)

Gambar 4. 2 Perhitungan LQ Kabupaten Gresik

(37)

Gambar 4. 3 Perhitungan LQ Kabupaten Bangkalan

(38)

Gambar 4. 4 Perhitungan LQ Kabupaten Mojokerto

(39)

Gambar 4. 5 Perhitungan LQ Kota Mojokerto

(40)

Gambar 4. 6 Perhitungan LQ Kota Surabaya

(41)

Gambar 4. 7 Perhitungan LQ Kabupaten Sidoarjo

(42)

Gambar 4. 8 Perhitungan LQ Kabupaten Lamongan

(43)

Berdasarkan tabel perhitungan LQ diatas maka dapat diketahui sektor apa saja yang menjadi sektor basis di tiap-tiap daerah di Gerbangkertasusila. Adapun yang masuk kedalam sektor basis adalah sektor yang memiliki nilai LQ > 1. Berikut adalah sektor basis tiap-tiap daerah di Gerbangkertasusila pada tahun 2012 dan tahun 2016.

Gambar 4. 9 Sektor Basis dan Pengungkit Gerbangkertasusila Tahun 2012 dan 2016

No Kabupaten/Kota Sektor Basis Sektor Pengungkit

2012 2016 2012 2016

Pertanian, Kehutanan , dan Perikanan; Pertambangan dan Penggalian; Adm. Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib; Jasa Pendidikan

Pertanian, Kehutanan , dan Perikanan; Pertambangan dan Penggalian; Adm. Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib; Jasa Pendidikan;

Industri Pengolahan; Informasi dan Komunikasi; Adm. Pemerintah,

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Industri Pengolahan; Adm. Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah

Industri Perdagangan Besar dan Eceran;

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah; Konstruksi; Perdagangan Besar dan Eceran;

(44)

Reparasi Mobil; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Informasi dan Komunikasi; Jasa Keuangan dan Asuransi; Real

Estate; Adm. Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial;

Jasa Lainnya

Reparasi Mobil; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Informasi dan Komunikasi; Jasa Keuangan dan Asuransi; Real

Estate; Adm. Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial;

Jasa Lainnya

5 Surabaya

Pengadaan Listrik dan Gas; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah; Konstruksi; Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil; Transportasi dan

Pergudangan; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Informasi dan Komunikasi; Jasa

Keuangan dan Asuransi; Real Estate; Jasa Perusahaan; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial; Jasa Lainnya

Pengadaan Listrik dan Gas; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah; Konstruksi; Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil; Transportasi dan

Pergudangan; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Informasi dan Komunikasi; Jasa

Keuangan dan Asuransi; Real Estate; Jasa Perusahaan; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial; Jasa Lainnya

Jasa Perusahaan

Jasa Perusahaan

(45)

Listrik dan Gas; Konstruksi; Transportasi dan Pergudangan

Listrik dan Gas; Konstruksi; Transportasi dan Pergudangan Konstruksi; Perdagangan Besar dan

Eceran; Reparasi Mobil; Informasi dan Komunikasi; Real Estate; Adm. Pemerintah, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib; Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial;

Jasa Lainnya

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah; Konstruksi; Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil; Real Estate; Adm. Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; Jasa Lainnya

Pertanian,

Sumber: Analisa Penulis, 2018

(46)

Gambar 4. 10 Peta Persebaran Sektor Basis di Gerbangkertasusila tahun 2012

(47)
(48)

5.1 Analisis Sentripetal dan Sentrifugal

Analisis NEG khususnya sentripetal dan sentrifugal merupakan salah satu input untuk merumuskan arahan pengembangan. Berikut adalah hasil analsis sentripetal dan sentrifugal berdasarkan kondisi eksisting di Kawasa Gerbangkertasusila :

Tabel 4. 3 Analisis Sentripetal dan Sentrifugal

No. Kab/Kota Sentipetal Sentrifugal

1 Gresik • Termasuk ke dalam kategori

kota besar dengan jumlah penduduk lebih dari 1,2 juta jiwa

• IPM termasuk ke dalam kategori tinggi yang

menunjukkan kualitas hidup masyarakat baik

• Dilalui oleh Jalan Nasional • Dilalui oleh jalan tol

• Terdapat pelabuhan industri • Dekat dengan pusat wilayah

Gerbangkertasusila (Surabaya) • Sudah terdapat pusat industri • Sektor basis yang berpotensi

dikembangkan adalah industri pengolahan

2 Bangkalan • Jumlah penduduk tinggi dengan jumlah 962.773 jiwa • Aksesibilitas tinggi karena

terdapat Jembatan Suramadu yang memudahkan akses • Skala Pelayanan tingkat

Nasional

• UMR rendah yaitu

(49)

Rp.1.663.975

• Dekat dengan Surabaya sbg pusat Gerbangkertasusila

• Termasuk kedalam kategori kota besar dengan jumlah

penduduk lebih dari 1 juta • IPM termasuk ke dalam

kategori tinggi yang

menunjukkan kualitas hidup masyarakat baik

• Dilewati jalan nasional • Dilewati jalan tol baru cuy • Sektor basis yang berpotensi

dikembangkan adalah industri pengolahan

• Skala pelayanan tingkat nasional (PKN)

• Lahan yang subur

•Jauh dengan pusat wilayah

• Termasuk kedalam kategori kota besar dengan jumlah penduduk lebih dari 1,2 juta • IPM termasuk ke dalam

kategori tinggi yang

menunjukkan kualitas hidup masyarakat baik

• UMR termasuk kedalam kategori sedang dengan nilai

1,8 juta

• Sektor basis yang berpotensi

(50)

dikembangkan adalah

perdagangan besar dan eceran • Dilalui jalan nasional

• Skala pelayanan tingkat nasional (PKN)

golongan tinggi yaitu 2,5 juta

5 Surabaya • Termasuk kedalam kategori kota besar dengan jumlah penduduk lebih dari 2,8 juta • IPM termasuk ke dalam

kategori sangat tinggi yang menunjukkan kualitas hidup masyarakat baik

• Terdapat pelabuhan, terdapat terminal tipe A

• Dilewati jalan nasional • Pusat kawasan

gerbangkertasusila

• Sektor basis yang berpotensi dikembangkan adalah

perdagangan besar dan eceran • Terdapat banyak pusat-pusat

kegiatan ekonomi

• Skala pelayanan nasional (PKN)

• Terdapat stasiun tipe A dan B

•UMR yang tinggi dengan nilai lebih dari 3,5 juta •Harga lahan tinggi

dengan nilai lebih

6 Sidoarjo • Termasuk kedalam kategori kota besar dengan jumlah penduduk lebih dari 2 juta • IPM termasuk ke dalam

kategori tinggi yang •Harga lahan tinggi

dengan nilai lebih

dari 5 juta

(51)

• Terdapat bandara internasional, terdapat

terminal tipe A

• Dilewati jalan nasional • Dekat dengan pusat wilayah

Gerbangkertasusila (Surabaya) • Sektor basis yang berpotensi

dikembangkan adalah industry pengolahan

• Skala pelayanan nasional (PKN)

• Sentrifugal Force

tinggi

7 Lamongan • Harga Lahan sedang yaitu Rp.500.000/

• Jumlah penduduk tinggi, 1.188.193 jiwa

• IPM sedang dengan nilai 70,34 dan mengalami

peningkatan yg signifikan tiap tahunnya

• Dilewati jalan nasional Jalur Pantura

• Dilalui Rencana

pengembangan tol Surabaya-Tuban

• Skala Pelayanan tingkat nasional

• UMR sedang, yaitu Rp.1.851.083

• Terdapat pelabuhan perikanan • Hasil ikan tangkap gemilang

•Sedikitnya lahan

(52)

BAB V

ARAHAN PENGEMBANGAN

Arahan pengembangan bisa dibentuk dari berbagai macam input. Hasil analisa yang telah dilakukan juga bisa merupakan input untuk membentuk arahan. Dalam arahan pengembangan kawasan gerbangkertasusila ini dapat dilihat dari analisis sektor basis dan analisis sentripetal dan sentrifugal. Berikut adalah skema yang diangkat untuk menyelaraskan atau mengintegrasikan setiap kabupaten/kota di Kawasan Gerbangkertasusila dengan meilihat sektor basis yang dapat dikembangkan atau disebut sektor pengungkit.

Gambar 5. 1 Skema Upstream Dan Downstream Firm Untuk Kawasan

Gerbangkertasusila

Sumber : Rencana Penulis, 2018

Untuk mengintegrasikan konsep tersebut dapat dibuat sebuah arahan yaitu: “ Optimalisasi infrastruktur untuk menunjang distribusi dari upstream ke down stream (hulu – hilir)”. Selain arahan yang mengintegrasikan, juga disusun sebuah arahan terhadap setiap kabupaten dan kota di Kawasan Gerbangkertasusila guna membentuk difersifikasi kawasan. Arahan tersebut selain didasarkan pada

analisa sektor basis juga dilihat dari analisis sentripetal dan sentrifugal dengan memperhatikan tujuan awal yang ingin mengurangi kesenjangan di Kawasa

Industri

(53)

Gerbangkertasusila. Berikut adalah arahan pengembangan untuk setiap kabupaten dan kota di Kawasan Gerbangkertasusila.

Tabel 5. 1 Arahan Pengembangan Untuk Setiap Kabupaten Dan Kota

Di Kawasan Gerbangkertasusila

No. Kabupaten/ Kota

Arahan

Pengembangan Keterangan

1 Gresik Pembangunan kabupaten Gresik

jika ditinjau dari sektor basisnya berupa industri pengolahan, untuk

proyeksi kedepannya harus lebih ditingkatkan legi dengan tidak terlalu memanfaatkan sumber daya manusia (untuk menghindari nilai UMR yang sangat tinggi) melainkan memanfaatkan teknologi dan mesin.

2 Bangkalan Penciptaan ekonomi

jika ditinjau dari sektor basisnya berupa pertambangan dan penggalian yang bukan merupakan salah satu sektor yang continue (kurang kuat), maka Bangkalan lebih diarahkan menjadi kawasan industri dengan memanfaatkan UMR yang rendah, akses ke Surabaya yang mudah, harga lahan yang murah, dengan memperhatikan pembangunan infrastruktur di internal Bangkalan.

3 Mojokerto

Jika ditinjau dari sektor basisnya berupa indutri pengolahan yang merupakan sektor dengan modal besar, maka dengan besar UMR yang tinggi membuat terjadinya sentrifugal keluar. Mojokerto dengan wilayah yang luas serta subur akan lebih diarahkan 4 Mojekerto

(54)

wilayah menjadi menjadi kawasan agropolitan yang tersistem sesuai dengan konsep

kota Agropolitan. 5 Surabaya Peningkatan

kualitas

Dengan kondisi ekonomi Surabaya yang telah jauh berkembang dari kota

lainnya, pengembangan ekonomi di Surabaya diarahkan menjadi pengembangan dalam inovasi ekonomi

dan teknologi. Serta peningkatan sektor jasa yang belum dapat dikembangkan oleh Kabupaten/Kota lain.

6 Sidoarjo Pengembangan pusat-pusat

Pembangunan wilayah Surabaya yang telah melebar ke Sidoarjo menyebabkan lahan terbuka di Sidoarjo juga menipis, sehingga pengembangan kedepan diarahkan pada pembuatan pusat-pusat ekonomi baru yang minim lahan.

7 Lamongan Pengoptimalan hasil pertanian pertanian dengan subsector perikanan Kabupaten Lamongan memiliki banyak gaya sentripental untuk menarik industri ke dalam seperti lahan yang murah dan UMR yang murah. Selain itu dari segi infrastruktur perikanan di kawasan maritime sudah terdapat pelabuhan dengan skala pelayanan nasional dan jalan nasional.

(55)

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan berikut adalah kesimpulan yang dapat diambil :

1. Faktor yang mempengaruhi kesenjangan ekonomi di wilayah Gerbangkertasusila adalah jumlah penduduk, indeks pembangunan manusia (IPM), sektor basis tiap wilayah, aksesibilitas, skala pelayanan, upah minimum regional (UMR), pendapatan perkapita, dan harga rata-rata tanah di tiap-tiap

daerah di Gerbangkertasusila.

2. Tingkat kesenjangan di Gerbangkertasusila termasuk kedalam tingkat

kesenjangan sedang, dimana ada kesenjangan di beberapa wilayah di Gerbangkertasusila.

3. Selama kurun waktu 5 tahun (2012 – 2016) di Gerbangkertasusila terdapat satu kabupaten yang memiliki pergeseran potensi perekonomian, yakni Kabupaten Gresik yang bergeser dari Pertambangan dan Penggalian menjadi Industri Pengolahan.

4. Konsep secara garis besar yang dapat ditetapkan di kawasan Gerbangkertasusila adalah dengan menerapkan skema upstream firm dan

downstream firm dengan arahan optimalisasi infrastruktur untuk menunjang distribusi dari upstream ke down stream (hulu – hilir).

5. Selain itu, juga ditentukan arahan pengembangan yang dapat direkomendasikan pada tiap kabupaten/kota di Kawasan Gerbangkertasusila adalah dengan menetapkan konsep diversifikasi pengembangan.

6.2 Lesson Learned

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan berikut adalah lesson

learned yang dapat diambil :

1. Teori New Economic Geography diciptakan untuk menyempurnakan teori-teori

(56)

ada sebelumnya. Seperti pada penjelasan materi dia atas, New Economic Geography memberikan pendekatan terpadu dan lebih spesifik yang dipergunakan dalam ekonomi spasial (keruangan ekonomi).

2. Pengetahuan tentang sektor basis diperlukan untuk mengembangkan suatu wilayah.

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, R, 2005. Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah, Graha Ilmu, Yogyakarta Anonim. -. “Teori Utama Pembangunan”.

http://staffnew.uny.ac.id/upload/131405899/pendidikan/EKO.+PEMB+-+Teori+Pembangunan.pdf. Diakses tgl 3 Maret 2018

Arifin, Z., 2009. Kesenjangan Dan Konverg Ensi Ekonomi Antar Kabupaten Pada Empat Koridor Di Propinsi Jawa Timur. Humanity, IV, pp.154–164. Available at:

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/article/viewFile/821/3007. Bappenas (Badan Pembangunan Nasional). 2015. Seri Analisis Pembangunan

Wilayah Provinsi Jawa Timur.

Bappenas (Badan Pembangunan Nasional). 2013. Seri Analisis Kesenjangan antar Wilayah.Kementrian Pembangunan Nasional.

Badan Pusat Statistik. (2018). Indeks Pembangunan Manusia tahun 2010. www.bps.go.id

Badan Pusat Statistik. (2018). Indeks Pembangunan Manusia tahun 2011. www.bps.go.id

Badan Pusat Statistik. (2018). Indeks Pembangunan Manusia tahun 2012. www.bps.go.id

Badan Pusat Statistik. (2018). Indeks Pembangunan Manusia tahun 2013. www.bps.go.id

Badan Pusat Statistik. (2018). Indeks Pembangunan Manusia tahun 2014. www.bps.go.id

Badan Pusat Statistik. (2018). Indeks Pembangunan Manusia tahun 2015. www.bps.go.id

Badan Pusat Statistik. (2018). Indeks Pembangunan Manusia tahun 2016. www.bps.go.id

BPS (Badan Pusat Statistik) Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur Dalam Angka Tahun 2014.

(58)

BPS (Badan Pusat Statistik) Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur Dalam Angka Tahun 2016.

Daftar Gaji Umr Jatim Tahun 2016, Daftar Lengkap Umk 38 Kabupaten Dan Kota Di Jawa Timur Tahun 2016. Suara

Gordon L. Clark, Maryann P. Feldman, and Meric S. Gertler. 2000. “The Oxford Handbook Of Economic Geography, Oxford University Press, Oxford, UK

Jajeli,Rois. 2017.UMK 2018 Digedok, Ini Daftar UMK 38 Daerah di Jatim, https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-3735259/umk-2018-digedok-ini-daftar-umk-38-daerah-di-jatim diakses pada 6 Maret 2018

Krugman, Paul. 1998. “What’s New About The New Economic Geography?

Oxford Review Of Economic Policy, Vol. 14, No. 2”. London: Oxford University Press And The Oxford Review Of Economic Policy Limited. Krugman, Paul. 2010. “The New Economic Geography, Now Middle-Aged,

Prepared for presentation to the Association of American Geographers”. Amerika Serikat: Association of American Geographers.

Masahisa Fujita, Paul Krugman. 2004. “The new economic geography: Past, present and the future, Papers Regional Science, 83, 139–164”. Masahisa Fujita, Paul Krugman, Anthony J. Venables.1999. “The Spatial

Economy: Cities, Regions, and International Trade. MIT Press, Cambridge, Massachusetts.

Santoso, Eko Budi, dkk. 2012. “Analisis Keterkaitan Wilayah secara Sektoral Ditinjau dari Sektor Unggulan Kawasan GKS Plus terhadap Jawa Timur:

Implikasinya terhadap Pengembangan Perkotaan”. Surabaya: Seminar Nasional CITIES.

Sucipto, Adi. 2012. “Lamongan Penghasil Ikan Terbesar di Jawa Timur”. https://regional.kompas.com/read/2012/12/18/21292391/Lamongan.Pengh asil.Ikan.Terbesar.di.Jawa.Timur. Diakses tgl 3 Maret 2018

World Development Report .2009. Reshaping Economic Geography, The World

Gambar

Gambar 2. 1 Key of New Economic Geography
Tabel 2. 1 Perbandingan Gaya Sentrifugal dan Gaya Sentipetal
Tabel 3. 2 Indeks Pembangunan Manusia di Kawasan Gerbangkertasusila
Tabel 3. 3 Produk Domestik Regional Bruto Jawa Timur
+7

Referensi

Dokumen terkait

(2011a) melaporkan, bahwa marinasi daging sapi dengan menggunakan jus bawang putih ternyata dapat menurunkan total bakteri, total bakteri coliform dan daya ikat

Tujuan percobaan uji hedonik adalah untuk menentukan tingkat kesukaan panelis terhadap sifat organoleptik dalam suatu produk pangan, dengan prinsip percobaan uji hedonik

Flowchart sistem ini menggambarkan hubungan antara sistem aplikasi dan sensor curah hujan, dimana sistem akan mengambil informasi data pada curah hujan

Garis politik yang dianut oleh semaoen ketika ia diangkat menjadi ketua sarikat islam telah menimbulkan perpecahan dalam tubuh pengurus sarikat islam cabang semarang. Semaoen

Saya berusaha mengidentifikasi potensi peserta didik di tempat saya mengajar Saya berusaha mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik melalui tes yang saya berikan Saya

Tanah yang digunakan untuk menutup lubang bekas penambangan pada TS 1.44 Mapur PT Timah (Persero) Tbk, berasal dari pekerjaan stripping (pengupasan tanah atas),

Seperti jaringan internet SMKN 1 Indralaya Selatan yang mengambil sumber internet dari lokasi Dinas Kab.Ogan Ilir dan di arahkan pancarkan menggunakan radio point

Protozoa pada sampel sebelum dan sesudah pembentukan biogas menunjukan jenis yang sama tetapi berkurang cukup banyak hal ini dikarenakan ketika masuk ke dalam digester