Analisis Perlindungan Pengujuk Rasa Terhadap Hak Asasi
Manusia dalam Menyampaikan Pendapat di Depan
Pemerintah
Bagus Edi Prayogo
Abstrak
Isu hak asasi manusia pada akhir akhir ini sangat marak. Hampir di setiap daerah pasti kita temui kasus kasus yang berkenaan dengan hak asasi manusia. Pelanggaran hak asasi manusia sejatinya sudah kita temui sejak jaman jaman awal peradaban manusia. Hak asasi manusia mulai menjadi bahasan penting setelah munculnya perang dunia ke-2 dan waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-bangsa tahun 1945. Hak asasi manusia yang awalnya hanya berkembang di negara negara maju mulai merambat ke negara negara berkembang dengan adanya UDHR (Universal Declaration of Human Right) yang dikeluarkan oleh PBB dan isinya telah diratifikasi ke dalam hokum kenegaraan masing masing negara anggotanya. Kemerdekaan mengungkapkan pendapat merupakan salah satu dalam muatan piagam Hak asasi manusia tersebut. Dalam sebuah kasus yang terjadi di Afghanistan dimana 4 orang pengujuk rasa meninggal akibat tembakan dari polisi setempat. Kondisi ini tentu menjadi polemik karena di sisi lain pengunjuk rasa juga melakukan pelemparan batu kepada petugas keamanan setempat. Pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di afganistan sebetulnya telah merusak nilai nilai dari piagam hak asasi manusia. Sejatinya hak asasi manusia dalam menyampaikan pendapat memang seharusnya dibatasi, namun jika pembatasan hak hak manusia dilakukan dengan perilaku yang salah, maka tidak akan pernah tercapai apa yang ada dalam piagam hak asasi manusia tersebut. Maka dari itu pendalaman terhadap nilai nilai hak asasi manusia khususnya dalam menyatakan pendapat harus di-lindungi dan diperlakukan secara manusiawi.
Kata kunci : Hak Asasi Manusia, Kebebasan Berpendapat.
PENDAHULUAN
presiden turun. Kelompok Taliban yang ditarget oleh pemerintah kini sudah menguasai setidaknya 40 persen wilayah Afghanistan. Sebelumnya serangan ini terjadi sedikitnya 715 orang tewas yang kesemuannya adalah dari kalangan sipil selama kurun waktu 3 bulan di tahun 2017. Di tahun 2016 sebanyak 3500 warga sipil meninggal akibat berbagai serangan yang dilakukan oleh kelompok ekstremis Afghanistan. Demonstrasi ini juga dilatar belakangi oleh keinginan masyarakat untuk menurunkan pemerintahan Ashraf Ghani karena kegagalannya menangani pemboman truk yang terjadi terus menerus. Para demonstran meminta kepada pemerintah untuk mengeksekusi narapidana dari jaringan haqqani yang disebutkan pejabat setempan penyebab dari bom truk dahsyat yang terjadi pada hari rabu tersebut.
Demonstrasi yang terjadi pada jumat tanggal 2 juni 2017 ini diikuti oleh lebih dari 1000 orang yang bergerak menyuarakan protes terhadap pemerintah yang dinilai menangani kasus teror bom truk yang terjadi sejak 2001. Pemerintah dinilai rapuh dan terpecah belah dalam pencegahan teror bom yang menewaskan ribuan orang itu. Sebenarnya keinginan dari masyarakat pendemo ini hanya untuk menyatakan pendapat mereka serta sebagai rasa solidaritas terhadap sesama rakyat sipil. Dalam demonstrasi tersebut para pengunjuk rasa membawa foto foto korban sambiln mrnuntut pertanggung jawaban dari presiden Ashraf Ghani. Ketika suasana semakin memanas tembakan senjata terdengar di sekitaran demonstrasi terjadi tepat di dekat lokasi pemboman. Polisi anti huru hara yang berjaga menyemprotkan bom air dan gas air mata untuk para pengunjuk rasa yang melemari batu. Demonstran sendiri berencana untuk masuk ke istana kepresidenan namun dihadang lalu munculah kerusuhan ini. Hal inilah yang kemudian memunculkan korban jiwa dari pihak pendemo. Sebanyak 4 orang dilaporkan tewas dan beberapa lainya luka luka.
Dari kasus ini kita dapat beberapa hal yang harus menjadi perhatian kita bersama. Hal yang pertama adalah jelas jelas terjadi kesewenang wenangan aparat terhadap demonstran. Meskipun dari sisi demonstran juga melakukan perlawanan namun jelas jelas sudah sangat keterlaluan jika sampai menjatuhkan korban dimana rakyat sipilah korbannya. Di sisi lain juga afghnistan juga merupakan negara muslim. Dari perspektif Islam, pelanggaran terhadap derajat dan martabat manusia sangat memprihatinkan. Pelanggaran tersebut terjadi, bukan karena negara-negara Muslim tidak mengadopsi konvensi terorisme dan HAM dalam sistem hukum nasionalnya. Kebencian atau permusuhan telah terjadi antara masyarakat Muslim dapat mencederai dan melemahkan kesatuan umat1. Konflik konflik seperti ada dikarenakan ketidak
Dalam kasus ini sebenarnya diperlukan kajian mendalam tentang keberpihakan hak asasi manusia yang seharusnya diposisikan dimana. Di sisi rakyat mereka jelas benar karena ingin mengutarakan aspirasinya namun yang mencederai adalah adanya penembakan terhadap warga siil oleh apparat inilah yang mencederai nilai nilai perlindungan kemanusiaan suatu negara terhadap rakyatnya. Bukan bermaksud menjelekan pemerintahan namun memang cara yang ditempuh untuk menggagalkan aksi pendemonstrasi sangat mencederai rasa kemanusiaan. Jadi jika kita tarik masalah secara garis besar dapat kita simpulkan melalui beberapa rumusan masalah diantaranya:
1. Bagaimana sebenarnya konsep kebebasan berpendapat menurut Universal Daclaration of Human Right yang di relevansikan dengan hokum setempat ? 2. Apakah perlindungan terhadap warga negara tidak berlaku bagi orang orang yang menyatakan protes terhada penguasa ?
3. Apakah pembelaan terhadap kedaulatan negara harus dilakukan dengan kejahatan HAM berat seperti pembunuhan padahal hal tersebut menyalahi HAM ?
PEMBAHASAN
A. Konsep Kebebasan menurut Universal Declaration Of Human Right
Di dalam pasal 1 dan 2 piagam hak asasi manusia tercentum dengan jelas konse kebebasan manusia menurut Perserikatan bangsa bangsa. Dituliskan dalam pasal 1 yang berbunyi :
“Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam persaudaraan”2.
Manusia adalah makhluk terbaik ciptaan tuhan yang diberi karunia intelektualitas sehingga daat berfikir. Salah satu karya besar nya adalah melalui deklarasi hak asasi manusia tersebut. Manusia pada dasarnya sama tidak ada yang lebih tinggi antara satu dengan yang lain atauun antara eremuan dengan laki laki karena kedudukannya sama atau setara. Dalam pasal 2 Universal Declaration Of Human Right disebutkan :
“Setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan-kebebasan yang tercantum di dalam Deklarasi ini dengan tidak ada kekecualian apa pun, seperti pembedaan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pandangan lain, asal-usul kebangsaan atau kemasyarakatan, hak milik, kelahiran ataupun kedudukan lain. Selanjutnya, tidak akan diadakan pembedaan atas dasar kedudukan politik, hukum atau kedudukan internasional dari negara atau daerah dari mana seseorang berasal, baik dari negara yang
2 United Nations, “the Universal Declaration of Human Rights (UDHR)”,
merdeka, yang berbentuk wilyah-wilayah perwalian, jajahan atau yang berada di bawah batasan kedaulatan yang lain.” 3
Dari 2 pasal tersebut memang sudah melukiskan bagaimana konsep kebebasan menurut Universal Declaration Of Human Right. Kebebasan berpendapat sejatinya merupakan hak dasar yang harus dinikmati manusia karena manusia adalah makhluk sosial yang harus bersosialisasi mengemukakan pendapatnya. Semua orang bebas untuk dilindungi dan dijaga haknya. Namun apabila kita hubungkan dengan kasus ini jelas jelas sudah menayalahi apa yang sudah ada dalam universal declaration of human right. Masyarakat merupakan kumulan masyarakat majemuk yang memilik macam macam warna dan sifat yang seharusnya diketahui dan dirasakan oleh para nenguasanya.
Dari kasus yang terjadi di Afghanistan tidak hanya 2 pihak yang terlibat yaitu rakyat sipil dan pemerintah namun adanya campur tangan dari para pemberontak yang menyebabkan jatuhnya korban dari rakyat sipil. Jika dikategorikan pelanggaran hak asasi manusia disana sudah sangat memprihatinkan. Dari pemerintah sediri seharusnyatidak gegabah dalam menentukan langkah termasuk apparat yang menembak mati demonstran. Kalau saja memang harus dilakukan itupun yang berpotensi pula melanggar hak orang lain seperti mencoba untuk membunuh. Namun dalam kasus ini Pendemo hanya bersifat ini menyampaikan aspirasi untuk presiden agar turun dari jabatannya dikarenakan negara sedang mengalami krisis kemanusiaan.
Seharusnya langkah yang diambil pemerintah adalah membuat mediasi kepada para pendemo serta membuat kesepakatan kepada pemberontak melalui diplomasi. Dalam hal ini juga kedatangan Amerika Serikat dinilai menambah panas suhu politik sehingga ada baiknya pemerintah lebih memperhatikan aspirasi rakyatnya. Kebebasan berpendapat adalah hak setiap manusia yang sejak ia lahir sampai dia meninggal dan tidak boleh diintervensi namun hanya boleh dikoreksi. Seperti konsepnya negara islam, Islam sangat peduli kepada hak hak masyarakat. Sebab, jika islam menyuruh seseorang agar mempertahankan hak hak pribadinya bukan berarti dia punya kebebasan untuk mengggunakannya. Tapi dalam kebebasan itu sesungguhnya terdapat pula tanggung jawab untuk memelihara hak dan kepentingan orang lain4.
Sebetulnya nilai nilai dari piagam hak asasi manusia juga terdapat dalam Ajaran Agama Islam dimana masyarakat Afghanistan memeluk agama ini. Namun kesadaran untuk mengamalkannya termasuk dari nilai nilai piagam hak asasi manusia masih sangat kurang termasuk dari sisi pemrintah yang memegang kekuasaan tertinggi.
B. Perlindungan Warga Negara yang Melakukan Protes terhadap Pemerintah
3United Nations, “the Universal Declaration of Human Rights (UDHR)”,
Negara berdiri untuk suatu tujuan tertentu. Namun sebuah negara pasti memiliki tujuan untuk melindungi warga negaranya tanpa terkecuali atas dasar rasa kemanusiaan. Negara pada dasarnya mirip dengan manusia yang tidak bisa jika hanya hidup sendiri namun harus saling berhubungan. Dalam pembuatan dan perancangan perjanjian internasional di bidang hak asasi manusia kerap terjadi bias atau deviasi karena pengusulan (initiation) dilakukan oleh negara maju5. Negara maju dipandang lebih ahli dalam
merancang sistem dan budaya hokum berdasarkan apa yang memang mereka miliki.
Dalam universal declaration of human right pasal 16 dijelaskan sebagai berikut :
“Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat; dalam hal ini termasuk kebebasan menganut pendapat tanpa mendapat gangguan, dan untuk mencari, menerima dan menyampaikan keterangan-keterangan dan pendapat dengan cara apa pun dan dengan tidak memandang batas-batas.”6
Dilanjutkan dengan bunyi pasal 21 Universal Declaration of Human Right
yang berbunyi:
“(1) Setiap orang berhak turut serta dalam pemerintahan negaranya, secara langsung atau melalui wakil-wakil yang dipilih dengan bebas.
(2) Setiap orang berhak atas kesempatan yang sama untuk diangkat dalam jabatan pemerintahan negeranya.
(3) Kehendak rakyat harus menjadi dasar kekuasaan pemerintah; kehendak ini harus dinyatakan dalam pemilihan umum yang dilaksanakan secara berkala dan murni, dengan hak pilih yang bersifat umum dan sederajat, dengan pemungutan suara secara rahasia ataupun dengan prosedur lain yang menjamin kebebasan memberikan suara.”7
Adapun 2 pasal tersebut seharusnya menjadi alasan pembenar untuk menegakan kebebasan berpendapat oleh pemerintah. Pemerintah tidak seharusnya melakukan hal hal yang mencoreng kebebasan manusia untuk hidup dengan menembak mati para pendemo yang tidak setuju dengan pemerintah karena faktor kemajuan suatu negara adalah berasal dari rakyatnya sendiri. Mungkin tindakan dari pendemo memang sudah keterlaluan maka harus ditembak tetapi tidak seharusnya sampai menyebabkan kematian karena cukup perlambat saja geraknya itu sudah merupakan teguran. Langkah langkah yang bijaksanalah yang harus diambil pemerintah dalam hal ini tanpa harus menyebabkan lebih banyak lagi korban yang berjatuhan. Kestabilan
5 Muladi, 2009, Hak Asasi Manusia – Hakekat, Konsep, & Implikasinya dalam Persperktif Hukum dan Masyarakat, Refika Aditama., Bandung, hlm.71
6 United Nations, “the Universal Declaration of Human Rights (UDHR)”,
http://www.un.org/en/udhrbook/pdf/udhr_booklet_en_web.pdf, diakses pada 10 setember 2017 jam 15.25 wib ,hlm 34
7 United Nations, “the Universal Declaration of Human Rights (UDHR)”,
negara dapat menciptakan iklim penegakan ham yang adil dan bijaksana di negara yang menjunjung tinggi rasa kemanusiaan.
C. Pembelaan terhadap Rasa Nasionalisme kepada Negara yang Berujung pada Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh negara memang rentan jika dihubungkan dengan adanya demostrasi oleh warganya sendiri. Hal ini terjadi dikarenakan kadang kadang para pendemo membuat suasana memanas karena tujuan dari pendemo belum juga disepakati. Hal hala seperti inilah yang menyebabkan pemerintah terpaksa menindak tegas para pelakunya agar tidak bertindak kelewatan. Namun seringkali malah aparatlah yang bertindak kelewatan. Berkaca pada kasus ini dimana apparat yang menembak para pendemo sehingga menyebabkan kematian.
Meskipun begitu tentu tidak layak pula bila aparat menindak seseorang yang tidak seharusnya dihukum dengan kehilangan nyawa. Hak asasi manusia harusnya muncul dalam praktek kenegaraan dalam bentuk apapun. Meskipun kita sadari sumber hukum dari hak asasi manusia milik PBB adalah perjanjian internasional antara negara negara angggota yang saling melengkapi isi dari deklarasi dan juga menyepakatinya. Namun perjanjian internasional sadar atau tidak telah digunakan sebagai alat intervensi8. Sebagai contohnya adalah
dalam kasus ini dimana keterlibatan amerika serikat begitu kuat terhadap pemerintah. Para petinggi tidak bisa menyelesaikan konflik di daerahnya sendiri. Imbasnya bukan saja ke pemerintah namun juga rakyat yang membutuhkan kebijakan pemerintah terhadap masalah yang dihadapi.
Negara seharusnya independen dalam melaksanakan kebijakan nasional. Negara mempunyai hak untuk merdeka dan melakukan sesuatu yang berguna untuk rakyat. Namun jika sudah dicampuri atau diintervensi oleh negara lain tentu akan berbeda ceritanya karena kebijakan pemerintah akan di bayang bayangi negara yang mengintervensi. Sebenarnya negara negara islam termasuk Afghanistan tidak terlalu patuh dengan semua pasal yang ada di UDHR dikarenakan banyak yang tidak sesuai dengan ideologi islam yang mereka anut. Rumusan rumusan dalam UDHR tampaknya belum mampu mengakomondasi hasrat dan keinginan negara negara khususnya negara islam termasuk Afghanistan untuk menyetujui semua pasal yang ada.
Kita sebenarnya memunyai hak untuk membela diri, kita memiliki kemamuan untuk melakukan pembelaan terpaksa namun tidak juga jika sampai menyebabkan kematian. Hak asasi manusia adalah hak yang harus dinjunjung tinggi oleh sesama manusia demi kelangsungan hidup manusia. Sejatinya hak asasi manusia dibentuk untuk membuat manusia salang menghargai satu sama lain agar terciptanya perdamaian dunia.
terhadap komunitas tertentu serta masih dibatasinya apresiasi pemerintah dalam mengeluarkan pendapat perlu menjadi perhatian khusus. Jangan sampai sebuah negara hancur hanya sekedar akibat ulah ulah manusia yang tidak bertanggung jawab. Bebicara merupakan hak yang harus dijaga dan dihormati. Tanpa adanya kritik negara tidak akan maju. Tanpa adanya rakyat yang menyokong negara suatu negara tidak akan bisa berjalan.
Perlu tindak lanjut yang lebih mendalam dan kajian mendalam dari pemerintah Afghanistan senri karena untuk memecahkan masalah yang terjadi di Afghanistan dimana rakyatnya sudah hampir dibagi menjadi 2 bagian yang saling bertentangan yaitu kelompok oposisi dan pemerintah. Hal ini harus disikai serius menilik dari kejadian bom truk yang baru baru saja terjadi.
KESIMPULAN
Dari paparan diatas kita dapat simpulkan bahwa hak asasi manusia memang sangat penting bagi manusia. Tidak hanya manusia tetapi juga negara. Hak asasi manusia dibuat untuk membuat dunia yang lebih baik setelah perang dunia ke 2. Memang perjalananan panjang menuju hidup yang sesuai dengan cita cita hak asasi manusia karena disana sini selalu saja ada konflik. Adapun kesimpulan dari pembahasan ini adalah sebagai berikut :
1. Masyarakat ataupun aparat harus lebih mendalami apa yang ada pada piagam hak asasi manusia yang dibuat oleh perserikatan bangsa bangsa. Pemerintah sebagai otoritas haru menghindari kesewenagan pemerintah dalam menagani suatu peristiwa yang terjadi di negerinya. Pemerintah seharunsya menyediakan ruang untuk berdiskusi serta berdialog mengenai permasalahan yang dihadapi rakyatnya sehingga aspirasi dapat tercipta dengan baik dan rakyatpun damai.
2. Pada dasarnya tidak ada peraturan yang mengatur jelas tentang kekuatan masyarakat yang bersifat oposisi. Namunsecara garis besar memang masyarakat seharusnya tetap mendapatkan perlindungan dari negaranya. Tidak hanya karena rakyatnya membelot kemudian negara boleh sewenang wenang. Namun negara harus membimbing kembali rakyatnya yang membelot agar sesuai dengan yang diharapakan. Namun bila kita menijau sebaliknya dari disi rakyat yang membelot mungkin memang sangat dibutuhkan karena pemerintah dipastikan membutuhkan saran saran yang sifaktnya membangun dan itupun memang harus berasal dari dalam negeri. Permasalahan di Afghanistan sendiri memang mencederai rasa saling menyayangi antar umat dan antar saudara.
3. Tragedi pengeboman menjadi krisis sosial yang dihadapi oleh masyarakat Afghanistan. Banyak orang tak berdosa yang hanya berstatus warga sipil menjadi korban kekejaman oknum oknum tak bertanggung jawab. Kita sebagai manusia harusnya salingmenjaga dan saling menghormati hak orang lain. Bentuk protes yang dialami masyarakat Afghanistan menjadi pembelajaran bahwa seseorang tidak boleh semena mena terhadap orang lain.
berpotensi muncul tapi kita setidaknya bisa menguranginya ataupun dapat mencegahnya. Tragedi bom yang menewaskan 4 orang itu dapat menjadi pembelajaran bahwa konflik yang awalnya hanya sebatas ingin mengungkapkan pendapat karena ketakutan mereka terhadap kesewenagan Taliban malah berujung pada kematian personel pendemo demi mendapatkan suatu kedamaian bagi para rakyat Afghanistan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, K (2003), HAM dalam Perspektif Islam : Menyingkap Persamaan dan Perbedaan antara Islam dan Barat, Penerbit Salemba Dinayah, Jakarta
Muladi, H (2009), Hak Asasi Manusia – Hakekat, Konsep, & Implikasinya dalam Persperktif Hukum dan Masyarakat, Refika Aditama, Bandung
Jawahir, T(2013), HAM di Negara Negara Muslim dan Realitas Perang Melaean Teroris di Indonesia, vol 8, no. 2
Yulia, N (2011) Demokrasi Dan Hak Asasi Manusia dalam Konsep Negara Hukum (Qua Vadis Demokrasi dan HAM di Indonesia di era Globalisasi)