1. Apa yang dimaksud dengan aqidah? Jawab:
Aqidah berasal dari bahasa Arab dari kata al-`aqdu, yang artinya mengikat dengan kuat. Secara umum aqidah artinya apa yang menjadi keyakinan seseorang dalam hatinya dengan keyakinan yang kuat yang tidak ada keraguan sedikitpun.
Adapun Aqidah Islamiyah adalah Keimanan yang kokoh terhadap Alloh ta`ala yang mencakup tauhid uluhiyyah, tauhid rububiyyah dan tauhid asma` dan shifat; begitu juga beriman kepada para
malaikat, kitab-kitab, para rasul, hari kiamat dan beriman kepada qodho dan qadar yang baik maupun yang buruk; mencakup juga beriman terhadap nash-nash yang shahih yang berhubungan dengan ushuluddin dan hal-hal yang ghaib.
2. Mengapa terjadi penyimpangan pada aqidah manusia? Jawab:
1. Bodoh terhadap prinsip-prinsip aqidah yang benar.
Hal ini bisa terjadi karena sikap tidak mau mempelajarinya, (tidak mau mengamalkannya), tidak mau mengajarkannya, atau karena begitu sedikitnya perhatian yang dicurahkan untuknya. Ini
mengakibatkan tumbuhnya sebuah generasi yang tidak memahami aqidah yang benar dan tidak mengerti perkara-perkara yang bertentangan dengannya, sehingga yang benar dianggap batil dan yang batil pun dianggap benar. Hal ini sebagaimana pernah disinggung oleh Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu, “Jalinan agama Islam itu akan terurai satu persatu, apabila di kalangan umat Islam tumbuh sebuah generasi yang tidak mengerti hakikat jahiliyah.”
2. Ta’ashshub (fanatik)
Yakni Ta’ash-shub kepada nenek moyang dan tetap mempertahankannya meskipun hal itu termasuk kebatilan, dan meninggalkan semua ajaran yang bertentangan dengan ajaran nenek moyang
walaupun hal itu termasuk kebenaran. Keadaan ini seperti keadaan orang-orang kafir yang dikisahkan Allah di dalam ayat-Nya,
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: ‘Ikutilah wahyu yang diturunkan Tuhan kepada kalian!’ Mereka justru mengatakan, ‘Tidak, tetapi kami tetap akan mengikuti apa yang kami dapatkan dari nenek-nenek moyang kami’ (Allah katakan) Apakah mereka akan tetap mengikutinya meskipun nenek moyang mereka itu tidak memiliki pemahaman sedikit pun dan juga tidak mendapatkan hidayah?” (QS. Al Baqarah: 170)
3. Taqlid Buta
▸ Baca selengkapnya: apa yang nyonya katakan kepada kami itu sudah acap
(2)4. Ghuluw (berlebih-lebihan)
(Khususnya, ghuluw) dalam menghormati para wali dan orang-orang saleh. Mereka mengangkatnya melebihi kedudukannya sebagai manusia. Hal ini benar-benar terjadi hingga ada di antara mereka yang meyakini bahwa tokoh yang dikaguminya bisa mengetahui perkara gaib, padahal ilmu gaib hanya Allah yang mengetahuinya.
Ada juga di antara mereka yang berkeyakinan bahwa wali yang sudah mati bisa mendatangkan manfaat, melancarkan rezeki dan bisa juga menolak bala dan musibah. Jadilah kubur-kubur wali ramai dikunjungi orang untuk meminta-minta berbagai hajat mereka. Mereka beralasan hal itu mereka lakukan karena mereka merasa sebagai orang-orang yang banyak dosanya, sehingga tidak pantas menghadap Allah sendirian. Karena itulah mereka menjadikan wali-wali yang telah mati itu sebagaiS perantara.
Padahal perbuatan semacam ini jelas-jelas dilarang oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda,
نذعذلذ ههللا دذومههيذلما ىرذاصذنلذلاوذ اوذهخذتلذا
رذومبهقه ممهإئإايذبإنمأذ دذجإاسذمذ
“Allah melaknat kaum Yahudi dan Nasrani, mereka menjadikan kubur-kubur para nabi mereka sebagai masjid/tempat ibadah.” 2
Beliau memperingatkan umat agar tidak melakukan sebagaimana apa yang mereka lakukan Kalau kubur nabi-nabi saja tidak boleh lalu bagaimana lagi dengan kubur orang selain Nabi ?
5. Lalai
(Yakni) Lalai dari merenungkan ayat-ayat Allah, baik ayat kauniyah maupun qur’aniyah. Ini terjadi karena terlalu mengagumi perkembangan kebudayaan materialistik yang digembar-gemborkan orang barat. Sampai-sampai masyarakat mengira bahwa kemajuan itu diukur dengan sejauh mana kita bisa meniru gaya hidup mereka. Mereka menyangka kecanggihan dan kekayaan materi adalah ukuran kehebatan, sampai-sampai mereka terheran-heran atas kecerdasan mereka.
Mereka lupa akan kekuasaan dan keluasan ilmu Allah yang telah menciptakan mereka dan memudahkan berbagai perkara untuk mencapai kemajuan fisik semacam itu. Ini sebagaimana perkataan Qarun yang menyombongkan dirinya di hadapan manusia,
امذنلذإإ ههتهيتإوأه ىىلذعذ مملمعإ يدإنمعإ
“Sesungguhnya aku mendapatkan hartaku ini hanya karena ‘ilmu yang kumiliki.” (QS. Al Qashash: 78).
Padahal apa yang bisa dicapai oleh manusia itu tidaklah seberapa apabila dibandingkan kebesaran alam semesta yang diciptakan Allah Ta’ala.
Allah berfirman, ههللذلاوذ ممكهقذلذخذ امذوذ نذولهمذعمتذ
▸ Baca selengkapnya: jelaskan yang dimaksud dengan olah sukma
(3)6. Tidak adanya bimbingan agama yang benar
Kebanyakan rumah tangga telah kehilangan bimbingan agama yang benar. Padahal peranan orang tua sebagai pembina putra-putrinya sangatlah besar. Hal ini sebagaimana telah digariskan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Tidaklah setiap anak yang lahir kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orangtuanyalah yang akan menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Seperti hewan melahirkan anaknya yang sempurna, apakah kalian melihat darinya buntung (pada telinga)?” 3
Kita dapatkan anak-anak telah besar di bawah asuhan sebuah mesin yang disebut televisi. Mereka tiru busana artis idola, padahal busana sebagian mereka itu ketat, tipis dan menonjolkan aurat yang harusnya ditutupi. Setelah itu mereka pun lalai dari membaca Al Qur’an, merenungkan makna-maknanya dan malas menuntut ilmu agama.
7. Tersibukkan dengan media informasi dan penyiaran
Kebanyakan media informasi dan penyiaran melalaikan tugas penting yang mereka emban. Sebagian besar siaran dan acara yang mereka tampilkan tidak memperhatikan aturan agama. Ini menimbulkan fasilitas-fasilitas itu berubah menjadi sarana perusak dan penghancur generasi umat Islam. Acara dan rubrik yang mereka suguhkan sedikit sekali menyuguhkan bimbingan akhlak mulia dan ajaran untuk menanamkan aqidah yang benar.
Hal itu muncul dalam bentuk siaran, bacaan maupun tayangan yang merusak. Sehingga hal ini menghasilkan tumbuhnya generasi penerus yang sangat asing dari ajaran Islam dan justru menjadi antek kebudayaan musuh-musuh Islam. Mereka berpikir dengan cara pikir aneh, mereka agungkan akalnya yang cupet, dan mereka jadikan dalil-dalil Al Qur’an dan Hadits menuruti kemauan berpikir mereka. Mereka mengaku Islam akan tetapi menghancurkan Islam dari dalam. 4
3. Apa fungsi mempelajari aqidah bagi umat islam sekarang ini? Jawab:
1. Agar mendapatkan tuntunan untuk mengembangkan dasar ketuhanan yang telah ada sejak lahir. Manusia adalah makhluk yang berketuhanan. Sejak dilahirkan manusia cenderung mengakui adanya Tuhan.
▸ Baca selengkapnya: jelaskan apa yang dimaksud dengan krisis hukum
(4)Berdasarkan firman Allah tersebut, dapat dipahami bahwa tiap-tiap orang telah mengakui dan meyakini adanya dzat Allah, dan pengakauan serta keyakinan itu telah ada sejak lahir. Untuk mengembangkan dasar ketuhanan ini, Rasulullah SAW telah memerintahkan kepada orang tua untuk selalu menjaga dan mendidiknya dengan baik, agar dasar ketuhanan yang telah ada dapat
berkembang sesuai dengan fitrah Islam. Rasulullah SAW bersabda :
ِ ههييللعل ِ ههلللاِ َّىللصل ِ ههلللاِ له ُوسه رلِ لل َاقلِ لل َاقلِ ةلرلييرلههِ ِيبهألِ نيعل ددُولهُويملِ للكهِ ملللسل ول
ِ َّىللعل ِ ده للُويهِ ةهرلطي فهليا
ههنهادلُووهليهِ ههاُولبلأل فل يرَاخبلاِ هاورِ ِ.ههنهَاسل جو مليهِ ويالِ ههنهارلصو نليهِ ويالِ
Artinya :
“Dari Abu Hurairah ra berkata, bersabda Rasulullah SAW; “Setiap anak yang dilahirkan pasti dalam keadaan fitrah (beragama Islam), maka orang tuanyalah yang menjadikan anak itu beragama Yahudi, Nasrani atau Majusi” (H.R. Bukhari)
2. Untuk menghindarkan diri dari pengaruh kehidupan yang sesat atau jauh dari petunjuk hidup yang benar.
“Dan sungguh, inilah jalanKu yang lurus. Maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu bertakwa”.(QS. Al- An’am /6 : 153)
3. Membimbing manusia untuk berkeyakinan kepada Allah SWT. Tanpa petunjuk agama manusia bisa tidak sampai mengenal Tuhan dengan benar.
“Al-Quran itu sebagai petunjuk manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan batil)”.(QS. Al- Baqarah /2 :185)
4. Untuk menjaga manusia dari kemusyrikan
Untuk mencegah manusia dari kemusyrikan dan tetap mengesakan Allah, diperlukan adanya tuntunan yang jelas tentang kepercayaan kepada Allah.
“ Dan Tuhanmu adalah Allah yang maha Esa tidak ada tuhan melainkan Dia, Yang maha Pemurah lagi maha Penyayang”.(QS. Al- Baqarah /2 : 163)
5. Untuk lebih memupuk ketebalan iman dengan mencintai dan taat kepada Allah dan rasul-Nya.
10. Jelaskan pengertian iman dalam islam dan bagaimana menjaga keimanan tersebut? Jawab:
Pengertian iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan
▸ Baca selengkapnya: apa yang dimaksud dengan dokumen 1
(5)Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.
Menjaga keimanan:
1. Menumbuhkan pemahaman yang benar tentang Islam. Seperti Firman Alloh
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (QS. Ibrahim : 24-25).
sehingga agar aqidah dan pemahaman Islam ini menjadi kuat dan tegak, haruslah ditanam dengan benar agar akar-akarnya benar-benar menghujam ke bumi. Batangnya akan kuat menahan gempuran sebesar apapun. Dalam hal ini adalah sistem pembinaan yang menekankan kedalaman aqidah dan keaslian ajaran Islam serta kemampuan untuk dapat mengakses langsung sumber-sumber Islam dari mata airnya menjadi sesuatu yang mutlak untuk dilakukan.
2. Selalu mengaitkan semua kejadian dan pengalaman hidup kepada Allah
Agar iman ini benar-benar menyatu dalam jiwa, maka kita perlu menjadikan iman sebagai kacamata kehidupan sehari-hari dengan tidak membiarkan satu tititk pun dalam kehidupan kita yang tidak dirambah dengan pendekatan syar`i.
Untuk itu kita harus selalu menghadirkan Allah dalam setiap langkah dan aktifitas kita. Realisasinya adalah selalu menjadikan syariat Islam sebagai format berpikir, memandang dan bertindak dalam setiap sendiri kehidupan sehari-hari.
3. Bergaul dengan sesama orang beriman
Bersahabat. Bergaul dan bersahabatlah sebanyak dan sesering mungkin dengan sesama orang yang memiliki iman. Dahulukan iman, ibadah, ilmu dan amal shalih sebagai kriteria kita memilih atau tidak memilihnya menjadi teman apalagi shabat karib. Bila bergaul dengan orang yang masih lemah iman, atau bahkana kafir, pasanglah niat yang kuat, bahwa Anda bergaul dengannya dengan tujuan
membagi kelezatan iman yang sudah kita rasakan. Kalau ditawari yang lezat-lezat dia menolak, ya tak usah buang – buang waktu menjadi temannya. Karena kata Nabi, di akhirat kita akan di hidupkan bersama dengan teman kita semasa hidup. Wallaahu a’lam bishshawwab. Pepatah mengatakan kalau kita bergaul dengan seorang pandai besi maka kita akan kebagian kotornya tetapi kalau kita bergaul dengan penjual minyak wangi maka kita akan kebagaian harumya.
4. Selalu mengingat mati dan hari kiamat
Mahatma Gandhi pernah berkata "Carilah duniamu seolah kamu akan hidup selamanya dan Carilah Akhirat seolah kamu akan mati besok. Ini mempunyai makna luas, agar setiap waktu dalam
▸ Baca selengkapnya: jelaskan yang dimaksud dengan paparan produk
(6)akhir nanti.
5. Mengutamakan Sholat 5 waktu
Aturlah Agenda harian Anda berdasarkan rotasi 5 waktu shalat. Rancanglah semua agenda kerja dan kegiatan sedemikian rupa, yang membuat Anda sudah berada di tempat menunaikan shalat dalam keadaan berwudhu minimal 15 menit sebelum adzan berkumandang. Rasakan berkah demi berkah akan di limpahkan kepada Anda.
6. Berinfaq dan bershadaqah.
Apapun bentuk harta yang Anda miliki, itu sepenuhnya hak Allah. Gunakan harta itu sesuai kehendak pemiliknya yang sejati. Perbanyak Shadaqah dan berinfaq untuk menunjukkan kepada Allah, bahwa harta yang ada pada kita sama sekali tidak mengganggu kesadaran kita, ” Bahwa ini semua milik Engkau ya Allah “.
7. Segera berhenti dari dosa sebelum terlambat
Seseorang tidak akan luput dari perbuatan Dosa walaupun kadang kita sangat berhati-hati. Apalagi di jaman sekarang dimana moral tidak lagi menjadi pedoman hidup, Manusia bebas melakukan apa saja dengan mengatasnamakan HAM.
8. Tidak over dalam bertindak
Berbuat tanpa kontrol yang baik akan mudah terperosok ke perbuatan yang nista apalagi demi gengsi atau semacamnya, agar kita bisa dikatakan wah, hebat dsb
9. Berdoa agar selalu dikuatkan iman dan istiqamah
Yang jelas selalu berdoa, menjalankan kewajiban sebagai muslim tidak neko-neko itu lebih dari cukup untuk kita menjadi bijak..
10. Berpuasa.