• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimalisasi Pengelolaan Zakat Upaya Men (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Optimalisasi Pengelolaan Zakat Upaya Men (1)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Optimalisasi Pengelolaan Zakat Upaya Mengurangi Angka Kemiskinan di Indonesia

Suhendi (121213394)

Jurusan Akuntansi STIE Widya Wiwaha Yogyakarta

Pendahuluan

Kemiskinan adalah suatu keadaan yang menunjukan ketidakmampuan dalam memenuhi hak-hak dasarnya untuk hidup layak. Namun terdapat perbedaan indikator nominal antara standar kemiskinan yang diterapkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Dunia berkisar antara Rp. 100.100,00 – Rp. 430.100,00 per bulan jika kurs US$ diasumsikan Rp. 11.000,00 dan dalam satu bulan diasumsikan 30 hari.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin per Maret 2013 mencapai 28,07 juta atau 11,37 persen dari total penduduk Indonesia. Angka tersebut mengalami penurunan 0,52 juta dibandingkan dengan penduduk miskin per September 2012 sebesar 28,59 juta atau 11,66 persen.

Berbagai program telah dilaksanakan dalam rangka pengentasan kemiskinan, namun masih terjadi banyak hambatan untuk menuju Indonesia bebas kemiskinan, misalnya dalam pengelolaan zakat. Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbanyak di dunia memiliki potensi zakat yang cukup besar, sehingga mendorong tumbuh dan berkembangnya organisasi pengelolaan zakat, baik yang dikelola oleh masyarakat maupun pemerintah.

Pertumbuhan dan perkembangan orgnisasi pengelola zakat serta potensi zakat di Indonesia ternyata tidak berbanding lurus dengan penurunan angka kemiskinan di Indonesia. Semakin banyak Lembaga Amil Zakat (LAZ) atau Badan Amil Zakat (BAZ) di Indonesia ternyata angka kemiskinan juga tidak turun secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan zakat di Indonesia sampai saat ini belum ideal.

(2)

Zakat : Potensi dan Permasalahannya

“Dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang yang ruruk” (QS Al-Baqarah:43).

Ayat tersebut menerangkan bahwa zakat merupakan kewajiban setiap muslim yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Jika setiap muslim sudah membayar zakat dengan baik dan benar, bisa dipastikan bahwa kelaparan tidak akan terjadi meskipun di negara-negara paling miskin. Namun kenyataannya, kelaparan masih dijumpai tidak hanya di negara paling miskin melainkan juga di negara-negara yang sedang berkembang bahkan di negara maju.

Indonesia sebagai negara yang berpenduduk muslim terbanyak di dunia memiliki potensi zakat cukup besar. Potensi zakat di Indonesia menurut PIRAC mencapai 7,3 triliun rupiah per tahun sedangkan realisasinya hanya 3,3 triliun rupiah per tahun, sedangkan berdasarkan perhitungan FOZ (Forum Zakat) potensi zakat Indonesia mencapai 17,5 triliun rupiah per tahun dan yang disalurkan melalui lembaga pengelola zakat hanya 350 milyar rupiah per tahun. Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2005 menyebutkan bahwa potensi zakat, infaq dan shodaqoh Indonesia mencapai 19,3 triliun rupiah per tahun. Angka-angka tersebut akan semakin bertambah dari tahun ke tahun seiring meningkatnya kesadaran umat Islam di Indonesia untuk membayar zakat, infaq dan shodaqoh, karena saat ini telah menjadi life style bagi umat Islam di Indonesia sejak maraknya kajian-kajian tentang keajaiban dan keutamaan berzakat dan berinfaq.

Terlepas dari data diatas, pada kenyataannya hanya sebagian kecil umat muslim yang membayar zakat. Hal ini membuktikan bahwa kesadaran muzaki (wajib zakat) untuk mengeluarkan zakat masih minim. Untuk itu perlu ditumbuhkan kesadaran berzakat. Hal itu tidaklah mudah, diperlukan adanya kerjasama antara pemerintah dan Lembaga Pengelola Zakat. Agar masyarakat percaya, dibutuhkan sistem, manajemen pengelolaan yang baik, transparan (terbuka), penyaluran dan pendistribusian zakat yang jelas dan adanya tanggungjawab terhadap masyarakat.

(3)

Zakat dan pihak yang terkait lainnya, setidaknya ada harapan baru untuk mengelola zakat dengan profesional, meskipun pada kenyataannya terdapat kelemahan dalam manajemen zakat. Sebagai contoh terdapat dua organisasi pengelolaan zakat berbeda tapi muzaki yang sama dan terkadang satu mustahiq zakat mendapatkan distribusi dana zakat dari beberapa organisasi pengelolaan zakat. Artinya lemahnya sistem informasi dan tidak adanya komunikasi anatra organisasi pengelolaan zakat.

Contoh lain adalah semua organisasi pengelola zakat di Indonesia cendreung mengejar muzaki dari kalangan profesional dan karyawan. Akibatnya beberapa potensi zakat dan muzaki lain seperti zakat perusahaan dan perdagangan menjadi terabaikan.

Zakat dan Kemiskinan

“Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu kearah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan sholat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderritaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah oranag-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa” (QS Al- Baqarah:177).

Ketika Rasulullah SAW menganjurkan untuk berinfaq, ada seseorang sahabat yang berkata: “saya punya satu dinar” Beliau bersabda: “Bersedekahlah untuk dirimu sendiri (gunakan untuk keperluanmu)”. Sahabat itu berkata: “Saya masih punya yang lainnya”. Rasul pun menjawab: “Gunakanlah untuk anak-anakmu”. Ia berkata: “Saya masih memiliki yang lainnya”. Beliau menjawab: “Pergunakanlah untuk isterimu”. “Saya masih punya yang lain” ujar sahabat tersebut. Beliau berkata: “Pergunakanlah untuk pembantumu”. Lelaki itu berkata lagi: “Saya masih punya yang lain”. Rasul pun mengakhiri jawaban dengan pertanyaan: “Engkau lebih tahu siapa yang harus ditolong” (HR Abu Daud dan Ibnu Hibban).

(4)

manusia dzolim dan tidak mau berbagi. “Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan Kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat dzolim dan sangat mengingkari nikmat Allah”. (QS Ibraahiim:34)

Peran dan Tanggung Jawab Pemerintah

Ketidakefektifan pengelolaan zakat di Indonesia dikarenakan kuatnya egoisme setiap lembaga pengelola zakat. lembaga pengelola zakat rentan menimbulkan persaingan tidak sehat dalam mencari dan mendapatkan muzaki. Padahal dengan adanaya lembaga pengelola zakat diharapkan menjadi solusi atas kemiskinan di Indonesia. Untuk itu, diperlukan institusi yang bisa dijadikan kiblat bagi seluruh organisasi pengelolaan zakat di Indonesia untuk berkoordinasi dan bersinergi.

Pemerintah dapat mengambil peran menjadi institusi yang bersifat netral tanpa harus mengeliminasi atau mematikan peran dari Lembaga Amil Zakat yang ada. Sehingga tanggung jawab pemerintah hanya mengkoordinasi, mengkomunikasikan, dan melakukan mapping potensi zakat agar sinergi dengan program-program pembangunan pemerintah untuk pengurangan kemiskinan, dan menjalani fungsi pengawasan.

(5)

Daftar Pustaka

Kompas.com. Data Kemiskinan di Indonesia. Jakarta, Juli 2013.

Alia Noor Anoviar. “Optimalisasi Peran Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) dalam Pemberdayaan Usaha Mikro Guna Mengurangi Angka Kemiskinan di Indonesia” Fakultas Ekonomi Universitas Islam.2011

www.zakatsolusimasalahkemiskinandiindonesia.com

Referensi

Dokumen terkait

Semen- tara itu, variabel nilai rujukan guru (Teacher Value Orientation/TVO) ver- ada di antara variabel presage, variabel context, dan variabel process. Sebagai

Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri Semarang dalam melaksanakan tugasnya selalu berpedoman pada kebijakan BPPI dan SK Menteri Perindustrian RI Nomor

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simak, rekam dan catat. Dengan menggunakan flasdisk dengan lama durasi 2 jam. Perekaman dilakukan sebanyak

Dimulai ketika aplikasi mulai dinyalakan maka muncul tampilan menu utama, kemudian memanggil data berdasarkan kategori, setelah memilih salah satu kategori, sistem

Struktur finansiel adalah susunan seluruh sumber dana perusahaan Struktur finansiel adalah susunan seluruh sumber dana perusahaan ( jangka pendek dan jangka panjang ) yang

Modalitas epistemik ’keharusan’ dalam bahasa Minangkabau dialek Pariaman dinyatakan dengan keterangan menjelaskan verba, atau inti dari predikat, seperti kata aruih

Namun, yang penting untuk dipahami bahwa baik model pertumbuhan ekonomi neo-klasik (Solow, 1956) dan pertumbuhan endogen (Romer, 1986) mengakui pentingnya teknologi

Kedua, elastisitas pendapatan permintaan beras yang semakin menurun dapat menjadi tanda bahwa program diversifikasi pangan akan lebih mudah dilakukan, dibanding saat