• Tidak ada hasil yang ditemukan

Adilita Pramanti S.sos M.Si Fakultas Ilm

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Adilita Pramanti S.sos M.Si Fakultas Ilm"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Isu-isu Lingkungan Yang Berkaitan Dengan Gender

Manusia merupakan pelaku utama dalam pemanfaatan sumber daya alam, sehingga perilaku manusia dalam mengekstraksi sumber daya alam hendaknya tetap memperhatikan daya dukung lingkungan. Perilaku over-eksploitatif dalam pemanfaatan hutan, laut, lahan, air berdampak pada kerusakan sumberdaya alam termasuk pencemaran

Pemeliharaan lingkungan merupakan tanggung jawab semua pihak, baik laki-laki maupun perempuan. Program pemeliharan lingkungan sebagai investasi jangka panjang bernilai ekonomi dan mengurangi kemiskinan

Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang berwawasan gender sudah dimulai pada 1994 dengan adanya kerjasama Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup dengan program EMDI. Tiga dalam kegiatan diskusi kelompok kecil dan menghadiri beberapa seminar tentang pemberdayaan perempuan di Unit kerja . Asisten Menteri bidang Perencanaan Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup.

Kebijakan untuk melakukan analisis Gender termuat dalam REPETA 2002 Kantor Negara Lingkungan Hidup pada program peningkatan peran masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian lingkungan hidup.

UU No 32 Tahun 2009 : Prinsip keadilan merujuk pada kebijakan pengelolaan sumber daya alamharus direncanakan, dilaksanakan, dimonitoring, dan dievaluasi secara berkelanjutan, agar dapat memenuhi kepentingan pelestarian dan keberlanjutan fungsi sumber daya alam dan lingkungan hidup dan juga kepentingan inter antar generasi maupun untuk keadilan gender.

(2)

lingkungan dan menurunnya fungsi layanan aset alam adalah perempuan. Perempuan dan pembedaan peran perempuan dalam masyarakat di Indonesia membuat beban yang lebih bagi perempuan. Perempuan sering mengalami ketidakadilan akibat pembedaan gender tersebut.

Paradigma pembangunan yang lebih berorientasi daratan dengan mengabaikan kekhasan Indonesia sebagai negara kepulauan, juga semakin mengeksploitasi sumber daya laut dan pesisir yang menggusur ribuan nelayan, terutama perempuan nelayan, dari ruang hidupnya. Kehancuran sumber daya laut semakin diperparah dengan pencemaran limbah industri dan kerusakan hutan mangrove, sehingga menjadi kelumrahan kemudian juga angka kemiskinan begitu tinggi di wilayah pesisir Indonesia. Dalam kondisi seeprti ini seklipun, tampaknya belum ada political will dari perintah untuk membuat kebijakan publik yang lebih berpihak kepada masyarakat pesisir.

Begitu banyak permasalahan berkaitan dengan pengelolaan lingkungan yang terjadi di Indonesia. Kelangkaan air terus menerus menjadi krisis rutin di Indonesia, bencana kekeringan dan tingkat pencemaran industri yang tinggi, mengakibatkan perempuan semakin sulit untuk bisa mengakses air bersih dan menjaga ketahanan pangan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Di kota, perempuan semakin ditekan dengan menjamurnya budaya konsumtif yang didorong oleh industrialisasi pusat perbelanjaan. Budaya ini kemudian menghasilkan timbunan sampah, pencemaran air tanah dan berkurangnya ruang terbuka publik. Ditambah lagi dengan ancamana solusi teknologi yang justru berdampak buruk bagi kesehatan, seperti teknologi incenerator.

Ironisnya, ketika bencana ekologis terus menerus terjadi karena kesalahan pendekatan pembangunan, pemerintah pun tidak mampu memberikan perlindungan yang layak kepada jutaan perempuan yang tinggal di berbagai wilayah yang rentan terhadap bencana. Pemerintah melakukan pengabaian hak rakyat, khususnya perempuan, dalam pemenuhan hak-hak dasarnya pada pasca bencana terutama pada tahap tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi. Bencana-bencana yang secara beruntun melanda negeri ini, menjadi cermin retak yang menggambarkan betapa lambannya pemerintah menangani masalah tersebut. Pada kondisi ini, perempuanlah yang paling dirugikan karena dalam bencana korban terbesar adalah perempuan dan anak.

(3)

kabur, tidak dipahami oleh laki-laki, bahkan oleh perempuan sendiri. Perempuan juga masih ditinggalkan dalam proses pengambilan kebijakan. Jika melihat bahwa persoalan lingkungan hidup dan aset alam sebagai sebuah proses politik, perempuan banyak ditinggalkan dalam proses pengambilan keputusan politik untuk dapat mengakses sumber-sumber kehidupannya. Padahal, perempuan menjadi garda terdepan dalam upaya pelestarian lingkungan hidup dimulai dari tingkatan keluarganya, hingga mengambil peran penting dalam mengelola aset alam.

Fenomena isu gender yang muncul dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia dilatarbelakangi oleh struktur dan budaya masyarakat yang membuat pembedaan peran antara laki-laki dan perempuan, yang dalam hal ini perempuan menjadi termarginalkan. Persoalannya, pembedaan tersebut kemudian cenderung menjadikan laki-laki dan perempuan sebagai korbannya. Beban laki-laki dalam ruang publik menjadi lebih besar sekaligus lebih berat, sementara potensi yang dimiliki perempuan tidak mampu berkembang karena perannya di ruang publik menjadi terbatas.

Dampak Revolusi Hijau Terhadap Perempuan

Latar belakang lahirnya orde baru

Lahirnya era orde baru dilatarbelakangi oleh runtuhnya orde lama. Tepatnya pada saat runtuhnya kekuasaan Soekarno yang lalu digantikan oleh Soeharto. Salah satu penyebab yang melatarbelakangi runtuhnya orde lama dan lahirnya orde baru adalah keadaan keamanan dalam negri yang tidak kondusif pada masa orde lama. Terlebih lagi karena adanya peristiwa pemberontakan G30S PKI. Hal ini menyebabkan presiden Soekarno memberikan mandat kepada Soeharto untuk melaksanakan kegiatan pengamanan di indonesia melalui surat perintah sebelas maret atau Supersemar.

Jatuhnya rezimsoekarno telah membuat kekuasaan negara jatuh ketangan reaksioner kanan yang dipimpin oleh oeharto dan naution. Sebagai kekuasaan yang paling raksioner rezim Soeharto tidah terbantahkan lagi, karena beberapa alasan.

(4)

Pro-imprialis -> rezim soeharto mengundang pihak asing untuk memberikan pinjaman hutang dan melakukan investasi dengan janji keamanan politik, tenaga kerja murah, bahan mentah dan kemudahan-kemudahan lainnya

Anti-rakyat -> pengambil-alihan tanah-tanah hasil land-reform dan nasionaslisasi dan diserahkan kepada TNI dan kepada kapitalis komprador, tuan tanah dan kapitalis birokrat.

Revolusi hijau

Revolusi hijau adalah sebutan tidak resmi yang dipakai untuk menggambarkan perubahan fundamental dalam pemakaian teknologi budidaya pertanian yang dimulai pada tahun 1950an-1980an dibanyak negara berkembang terutama di asia. Dalam artian revolusi hijau adalah pertanian green_revolution-400x284 dengan paket teknologi modern. Akibatnya mulai muncul kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan modal besar, sehingga menimbulkan ketergantungan terhadap bantuan dan pinjaman luar negeri baik dalam bentuk uang maupun barang modal.

Adapun yang melatarbelakangi revolusi hijau adalah masa orde baru ditujukan untuk memaci peningkatan produksi pangan, karena kebutuhan pangan yang meningkat dan mengurangi impor beras.

Revolusi hijau menimbulkan perubahan sosial, antara lain dalam hal pengelolaan tanah, penggunaan bibit unggul, penggunaan pupuk kimia, penggunaan sarana-sarana produksi dan pengaturan waktu panen. Dalam pelaksanaan revolusi hijau, pemerintah melakukan pengendalian petani lewat konsep sosial-ekonomipolitik demi berlangsungnya revolusi hijau. Sehingga dapat dikontrol secara ketat dan sistemik. Sistem tersebut di buat dalam bentuk kelembagaan dan perangkat birokrasi. Interpensi ini dilakuakan melalui bimbingan massa ( BIMAS) dan penyuluhan dan dibuntuk kelembagaanseperti kelompok tani, KUD dan sebagainya.

Dan ditambah lagi pada saat itu pemerintah melakukan subsidi besar-besaran terhadap pengadaan pupuk dan pestisida. Jika menelisik, kita akan banyak menemukan dampak akibat revolusi hijau.

(5)

yang sebelumnya pengimpor beras menjadi negara dengan swasembada pangan. Jika ada dampak positif, maka kita akan menemukan dampak negatif dari revolusi hijau.

Dampak negatif dilihat dari sisi ekonomi diantaranya swasembada yang dicanangkan tidak berlangsung lama, terjadinya impor beras besar-besaran untuk memenuhi kebutuhan pangan dan menyokong swasembada beras, ketergantungan petani terhadap teknologi modern mengancam kesejahteraan para petani. Dampak negatif dilihat dari sisi politik adalah karena program swasembada ini terjadi pengontrolan petani melalui dibentuknya badan kelembagaan yang mendukung revolusi hijau, seperti didirikannya KUD, dan lain sebagainya. Dan jika dilihat dari sisi sosial begitu banyak dampak yang timbul, diantaranya pengangguran semakin tinggi, merosotnya nilai tradisional, norma saling membutuhkan atau gotong royong mulai menghilang, polarisasi sosial, serta penurunan perempuan dipedesaan.

Lalu bagaimana kodisi perempuan dengan munculnya revolusi hijau?

Jika telah dikatakan diatas bahwa revolusi hijau menimbulkan perebuhan sosial. Secara tradisional petani perempuan mempunyai peranan penting baik manajemen maupun kerja fisik. Namun pembangunan telah gagal memperhatikan nasib ataupun kepentingan perempuan. Partisispasi perempuan secara historis dan tradisional telah dihancurkan oleh ppembangunan melalui program “revolusi hijau”.

Jika sebelum modernisasi pertanian diperkenalkan ketengah masyarakat pedesaan pola hubungan antara laki-laki dan perempuan adalah kesetaraan gender. Namun setelah modernisasi maka prespektif tersebut berubah menjadi ketimpangan gender, dimana adanya dominasi dan subordinasi antara laki-laki dan perempuan. Struktur keluarga berubah, dimana buruh perempuan yang biasanya menumbuk padi sebagai penghasilan tambahan sekarang hanya tinggal dirumah. Dampak yang paling mencolok terhadap perempuan diantaranya:

– Akses teknik pertanian modern, karena adanya nilai bahwa perempuan tidak mampu menangani mesin pertanian

– Mekanisme dibidang pertanian yang telah menghapus peran ekonomi perempuan yang secara tradisional

(6)

– Mengukuhkan aktivitas perempuan kepada pekerjaan domesti seperti menjadi ibu rumah tangga dan mengurus anak.

Dampak yang paling mencolok yaitu meningkatnya angka pengangguran. Akibatnya terjadinya urbanisasi, banyak masyarakat desa pindah kekota dengan menjadi pekerja rumah tangga atau menjadi buruh murah di perusahaan. Karena kebijakan neoliberal pembanguanan mencabut domain pekerjaan perempuan miskin diganti dengan mesin, modal besar. Karena terjadi perampasan pekerjaan perempuan disawah membuat para perempuan menjadi buruh dilahan perkebunan dan bahkan itu menjadibudaya turun-temurun. Tidak ada jaminan keamaan (terjadinya pelecehan) bahkan ketika perempuan menjadi buruh harian lepas ditempatkan di wilayah yang tidak membutuhkan tenaga besar seperti tempat penyemaian, namun disitulah banyak racun dan pestisida yang berbahaya bagi perempuan. Bukan hanya tidak ada jaminan kesehatan dalam segi upah pun juga berbeda antara laki-laki dan perempuan atau bahkan jika seorang istri bekerja menjadi BHL maka gajinya tersebut diserahkan kepada suaminya.

Perempuan desa yang bergantung hidupnya pada sumber daya alam kebanyakan menjadi korban dampak negatif pembangunan. Perempuan yang tinggal di sekitar proyek industri besar seperti pertambangan dan instalasi minyak atau gas alam menderita oleh punahnya atau rusaknya tanah dan sumber daya alam, seperti hutan, air, sedangkan ganti rugi umumnya diberikan kepada laki-laki.

Kemudian bagaimana nasib perempuan yang progresif pada masa soeharto?

Jika pada masa soekarno organisasi perempuan berkembang pesat, maka pada masa soeharto terjadi penghancuran organisasi perempuan. Penghancuran ini dilakukan melalui berbagai berita fitnah masif di berbgaia media kamiliteran dengan menyebarkan isu keterlibatan dan penyimpangan moral seksual para anggota organisasi perempuan yang berwatak progresif pada masa itu.

(7)

Referensi

Dokumen terkait

Dengan karakteristik proses bisnis yang baik dan dengan metode MIPI, diharapkan penelitian ini dapat menganalisis proses bisnis saluran distribusi produk stroberi frozen pada

- Bubur kertas (70% dari kemasan) ini berkualitas baik, bisa didaur ulang kembali menjadi tisu wajah, tisu toilet, kardus, atau kertas yang biasa dipakai untuk menulis.. -

[r]

Oleh karena itu akan dilakukan penelitian membahas persediaan untuk kategori obat keras dan obat bebas di BM PT XYZ Bandung sehingga nantinya dengan mengetahui besarnya

Hal ini terjadi dibanyak negara berkembang termasuk Indonesia, dimana terjadi kesenjangan dalam pengelolaan lingkungan, tingginya permintaan untuk pemakaian

SIMULASI USULAN DESAIN MEJA PENCELUPAN PADA WORKSTATION PEWARNAAN RUMAH BATIK KOMAR MENGGUNAKAN MOTION STUDY ANALYSIS, FINITE ELEMENT ANALYSIS, RAPID UPPER LIMB ASSSESMENT1.

Hasil skrining fitokimia dari Bulbus eawang putih (Allium sativum L) yang dilakukan ditemukan bahwa ekstrak heksan mengai!ung ,"nyu*o rerpen_terpen dan Allicin,

Sri Wahyuni, M.M., selaku Ketua BKK Pendidikan Tata Niaga Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta