• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN SARANA INFORMASI PARIWISATA BERBASISLOKASI DENGAN MENGGUNAKAN AUGMENTED REALITY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERANCANGAN SARANA INFORMASI PARIWISATA BERBASISLOKASI DENGAN MENGGUNAKAN AUGMENTED REALITY"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

SENTRA I - 7

PERANCANGAN SARANA INFORMASI PARIWISATA

BERBASISLOKASI DENGAN MENGGUNAKAN

AUGMENTED REALITY

Aditya Hidayat Pratama1, Teguh Bharata Adji2, Ridi Ferdiana3

1. Universitas Gadjah Mada / Yogyakarta

Informasi merupakan hal yang penting dalam industri pariwisata. Seiring dengan perkembangan teknologi, para wisatawan dapat mengakses informasi yang mereka butuhkan saat berwisata dengan menggunakan smartphone yang mereka miliki. Salah satu metode untuk memberikan informasi kepada wisatawan secara interaktif adalah dengan menggunakan Augmented Reality (AR). Namun ada masalah yang sering dialami oleh para wisatawan saat berwisata, terutama saat berada di dalam ruangan seperti di museum, yaitu akurasi GPS yang buruk. Hal tersebut membuat penentuan posisi dan pergerakan di dalam ruangan (indoor positioning) menjadi sulit di deteksi. Penelitian ini mengkombinasikan Marker dengan Location-based Augmented Reality untuk mengatasi kelemahan indoor positioning. Tujuan utama dari penelitian ini adalah mengembangkan aplikasi yang dapat memudahkan para wisatawan untuk mendapatkan informasi yang mereka butuhkan dengan cepat, akurat, dan interaktif.

Kata kunci:Pariwisata, Indoor Positioning, Smartphone,Marker, Location-based Augmented Reality

Pendahuluan

Museum dapat diartikan sebagai sebuah gedung yang digunakan untuk memamerkan benda-benda yang seharusnya mendapat perhatian umum, seperti peninggalan sejarah, seni, dan ilmu pengetahuan. Akan tetapi, seringkali informasi yang diberikan mengenai benda-benda yang berada dalam museum atau tempat wisata tersebut sangatlah kurang. Selama ini, pengunjung memperoleh informasi melalui tulisan atau penjelasan yang diperoleh di sekitar objek, misalnya dari papan informasi, buku, dan selebaran (brosur)(1). Salah satu cara untuk memberikan informasi pada para pengunjung secara menarik dan interaktif adalah dengan menggunakan augmented reality (AR).

Augmented reality (AR),atau yang dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai realitas tertambah, merupakan sebuah teknologi multimedia yang mampu memproyeksikan objek maya ke dalam objek nyata secara real time(2).AR saat ini telah dimanfaatkan ke banyak aspek di dalam kehidupan sehari-hari dan diprediksi akan mengalami perkembangan yang sangat berarti di masa mendatang(3). Alasan utama penggunaan serta perkembangan AR adalah karena tampilannya yang menarik dan mudah digunakan, karena itulah AR sering dimanfaatkan dalam aplikasi sebagai user interface untuk menampilkan informasi secara interaktif pada penggunanya.

Secara umum, hardware yang dibutuhkan untuk menerapkan AR adalah kamera untuk mengambil gambar, sensor untuk prosesor untuk memproses data, dan layar untuk menampilkan hasil penggabungan antara obyek maya dengan obyek nyata. Pada awal perkembangannya, hardware yang digunakan untuk platform AR memiliki banyak kekurangan, seperti terlalu besar, berat, dan sulit dibawa. Dengan kondisi peralatan seperti itu, tidak memungkinkan AR untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari(4).

(2)

I - 8 SENTRA

menerapkan AR. Di dalam smartphone tertanam berbagai macam sensor seperti GPS, accelerometer, dan magnetometer yang dapat dimanfaatkan oleh aplikasi AR untuk meningkatkan akurasi. Selain itu, pada dasarnya wisatawan selalu bergerak dan smartphone dapat digunakan oleh wisatawan untuk mendapatkan informasi dimanapun mereka berada(5).

AR saat ini banyak dikembangkan dalam smartphone sebagai sarana untuk menampilkan informasi secara menarik. AR dapat dimanfaatkan untuk menyediakan informasi dalam bentuk digital dan multimedia. Sehingga informasi mengenai benda-benda di dalam musem atau tempat-tempat wisata dapat disampaikan secara lengkap. Cukup banyak aplikasi AR untuk museum dengan menggunakan marker-based dan markerless augmented reality. Namun aplikasi AR ini hanya dapat digunakan untuk memberikan informasi mengenai benda yang ditunjuk saja sehingga tidak dapat digunakan sebagai panduan wisata.

Salah satu cara agar dapat menampilkan banyak informasi pada AR secara bersamaan adalah dengan menggunakan location-based AR. Location-based AR menampilkan informasi berdasarkan lokasi atau koordinat dari benda atau point of interest (POI)(6). Selain digunakan sebagai pemberi informasi mengenai benda yang ditunjuk, location-based AR juga dapat digunakan sebagai panduan di dalam ruangan karena location-based AR juga dapat menampilkan POI yang berada di dekat penggunanya.

Namun karena location-based AR bergantung pada GPS untuk menentukan lokasinya, maka untuk menerapkannya dalam museum yang berada di dalam ruangan dapat menjadi masalah. Selain itu, posisi benda-benda yang berdekatan dan berada di dalam ruangan juga menjadi salah satu kendala untuk memberikan informasi. Karena itulah dalam

Metode Penelitian

Penelitian ini menggabungkan dua metode augmented reality, marker-based dan location-based augmented reality untuk mengembangkan aplikasi sistem informasi pariwisata yang dapat digunakan di dalam ruangan (indoor localization). Aplikasi ini dikembangkan di dalam smartphone

android.Alur penelitian dalam paper ini dapat dijelaskan secara singkat seperti pada gambar 1.

Gambar 1Alur penelitian

A. Marker Based Augmented Reality

(3)

SENTRA I - 9

Gambar 2. Marker-based Augmented Reality

B. Location-based Augmented Reality

Location-based AR adalah sebuah sistem yang menggunakan data lokasi sebagai acuan untuk memberikan informasi kepada penggunanya. Dalam sistem ini, data koordinat GPS digunakan untuk menentukan posisi awal pengguna. Setelah posisi pengguna didapatkan, sistem akan mengambil data POI yang berada disekitar pengguna yang kemudian digunakan untuk menampilkan data POI pada layar. Sistem ini juga memanfaatkan sensor-sensor yang ada pada smartphone untuk menampilkan informasi secara tepat. Kelebihan dari location-based AR adalah kemampuannya untuk menunjukkan informasi sesuai dengan posisi penggunanya berada(8).

Gambar 3. Location-based Augmented Reality

Hasil dan Pembahasan

Pendeteksian posisi merupakan syarat utama untuk location-based AR. Sistem harus mengetahui posisi pengguna secara akurat agar dapat memberikan informasi yang tepat mengenai lingkungan disekitar lokasi tempat pengguna berada.Kebanyakan location-based AR bergantung pada GPS untuk pendeteksian posisi dan pergerakan pengguna. Akurasi GPS berkisar antara 15 meter(9). Kurangnya akurasi tersebut dapat menyebabkan informasi yang ditampilkan pada layar smartphone

meleset sejauh beberapa meter, sehingga dapat membingungkan pengguna aplikasi AR.

Akurasi GPS akan semakin memburuk apabila pengguna masuk ke dalam ruangan yang memiliki atap. Posisi dan pergerakan pengguna di dalam ruangan tidak dapat dideteksi sama sekali apabila hanya mengandalkan GPS. Indoor localizationseringkali menggunakan teknologi nirkabel yang dipasang di dalam ruangan untuk membantu komputer menentukan posisi dan pergerakan di dalam ruangan. Beberapa teknologi nirkabel yang dimanfaatkan untuk indoor localization adalah

wireless LAN (WLAN), bluetooth, infrared, dan RFID. Akurasi, jarak transmisi sinyal, dan biaya masing-masing teknologi tersebut berbeda-beda seperti ditunjukkan pada tabel 1. Namun seperti yang sudah ditampilkan pada tabel tersebut, teknologi nirkabel tersebut masih belum dapat diandalkan sepenuhnya untuk indoor positoning.

Tabel 1. Perbandingan teknologi nirkabel untuk indoor positioning

GPS GSM WLAN Bluetooth Infrared RFID

Range Wide

Area

Wide area

Micro Area

Micro

Area Pico Area Pico Area

(4)

I - 10 SENTRA

Rancangan Indoor Localization dengan menggunakan Marker-based Augmented Reality

Salah satu alternatif untuk indoor localization adalah dengan memanfaatkan kemampuan AR untuk mengenali marker yang berada di sekitarnya dengan menggunakan kamera(10). Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, rentang jarak antara kamera dengan marker saat pemindaian sering kali tidak lebih dari dua meter(1). Hal ini dapat dimanfaatkan untuk menentukan posisi pengguna saat berada dalam di dalam ruangan dengan memberikan koordinat permanen pada marker-marker tersebut. Karena posisi pengguna dan marker-marker yang dekat, koordinat pada marker-marker tersebut dapat digunakan sebagai posisi pengguna. Penerapan marker sebagai acuan untuk memperbaiki posisi pengguna karena lebih mudah ditempatkan di dalam ruangan dan juga lebih murah apabila dibandingkan dengan penerapan teknologi nirkabel. Dengan metode ini, indoor localization dan navigation dapat diterapkan hanya dengan menggunakan kamera pada smartphone saja.

Selain menggunakan pemrosesan visual untuk mengetahui posisi dan juga pergerakan pengguna, accelerometer dan magnetometer yang berada di dalam smartphone juga dimanfaatkan untuk menambah akurasi pendeteksian pergerakan pengguna di dalam ruangan. Dengan begitu informasi POI yang berada di sekitar pengguna akan menyesuaikan posisi yang baru didapatkannya sehingga dapat ditampilkan dengan tepat.

Database

Museum-museum modern sudah banyak yang menerapkan infrastruktur sistem untuk informasi dalam bentuk client/server untuk mengurangi beban komputasi pada mobile device. Akan tetapi waktu yang dibutuhkan untuk komunikasi data justru menjadi faktor paling menghambat dalam sistem tersebut. Untuk mengurangi ketergantungan akan komunikasi data, seluruh proses komputasi pada aplikasi ini akan dilakukan pada smartphone secara lokal. Data mengenai POI yang berada di dalam museum disimpan di dalam memori smartphone dan augmented reality digunakan untuk menampilkan informasi-informasi tersebut secara real-time.

Kesimpulan

Saat ini penelitian tentang “Perancangan Sarana Informasi Pariwisata Berbasis Lokasi dengan Menggunakan Augmented Reality” ini sedang berjalan. Penelitian ini mengkombinasikan antara

marker detection dengan location-based augmented reality untuk mengatasi kelemahan indoor localization. Dengan menggunakan metode ini, indoor localization serta navigasi dalam ruangan diharapkan dapat dicapai hanya dengan menggunakan kamera serta sensor-sensor yang ada dalam

smartphone tanpa membutuhkan teknologi nirkabel lainnya.

Referensi

[1] Yudiantika AR. IMPLEMENTASI AUGMENTED REALITY DI MUSEUM : STUDI AWAL PERANCANGAN APLIKASI EDUKASI UNTUK.

[2] Azuma R, Azuma R. A survey of augmented reality. Presence Teleoperators Virtual Environ [Internet]. 1997;6(4):355–85. Available from:

http://scholar.google.com/scholar?q=intitle:A+Survey+of+Augmented+Reality#0

[3] Carmigniani J, Furht B, Anisetti M, Ceravolo P, Damiani E, Ivkovic M. Augmented reality technologies, systems and applications. Multimed Tools Appl. 2011;51(1):341–77.

[4] Reitmayr G, Schmalstieg D. Location based applications for mobile augmented reality. Proc Fourth Australas user interface Conf User interfaces 2003-Volume 18. 2003;65–73.

[5] Ferdiana R. Mobile Tourism Services Model : A Contextual Tourism Experience Using Mobile Services. 2014;

[6] Huey LC, Sebastian P, Drieberg M. Augmented reality based indoor positioning navigation tool. 2011 IEEE Conf Open Syst. 2011;256–60.

(5)

SENTRA I - 11 http://scholar.google.com/scholar?hl=en&btnG=Search&q=intitle:Marker+Detection+for+Aug mented+Reality+Applications#4

[8] Aurelia S, Durairaj M, Saleh O. Mobile Augmented Reality and Location Based Service. Adv Inf Sci Appl [Internet]. 2014;II:551–8. Available from:

http://scholar.google.co.in/scholar?oi=bibs&hl=en&authuser=2&cluster=234234334511087802 1&btnI=Lucky

[9] McNamara J. GPS for Dummies. 2004.

Gambar

Gambar 1Alur penelitian
Gambar 3. Location-based Augmented Reality

Referensi

Dokumen terkait

Pada proses augmented reality, aplikasi akan memunculkan objek tiga dimensi jika aplikasi mendeteksi marker yang diarahkan pada kamera, sehingga aplikasi ini

Proses pengolahan data menggunakan software ArcGIS untuk pembuatan peta kawasan pariwisata yang berfungsi sebagai marker dalam Augmented Reality, software Blender yang

Pada tugas akhir ini dirancang aplikasi pemandu wisata sebagai media informasi dengan memanfaatkan Augmented Reality menggunakan metode Gamification dengan kerangka kerja

Augmented Reality (AR), adalah teknologi dengan konsep menggabungkan dimensi dunia nyata dengan dimensi dunia maya yang di tampilkan secara realtime. Augmented Reality

Marker Augmented Reality 3D pada Aplikasi Pengenalan Organ Tubuh Manusia adalah untuk membuat model belajar menggunakan teknologi Augmented Reality guna menyampaikan

Proses pengolahan data menggunakan software ArcGIS untuk pembuatan peta kawasan pariwisata yang berfungsi sebagai marker dalam Augmented Reality, software Blender yang

Augmented Reality merupakan suatu teknologi yang menggabungkan benda maya ke dalam bentuk nyata tiga dimensi menggunakan marker sebagai media untuk menampilkan objek tiga dimensi

Program aplikasi informasi BTS (Base Transceiver Station) Indosat dan Indosatm2 dengan sistem Augmented Reality dan LBS (Location Based Service) adalah suatu program