• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tersedia online di: http:ejournal-balitbang.kkp.go.idindex.phpjra INSIDENSI DAN PREVALENSI INFEKSI WHITE SPOT SYNDROME VIRUS PADA PLANKTON DI TAMBAK BUDIDAYA UDANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Tersedia online di: http:ejournal-balitbang.kkp.go.idindex.phpjra INSIDENSI DAN PREVALENSI INFEKSI WHITE SPOT SYNDROME VIRUS PADA PLANKTON DI TAMBAK BUDIDAYA UDANG"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

# Ko r esp o n d e n si: Balai Rise t Per ikan an Bu d id aya Air Payau d an Pe nyu luh an Pe r ikan an . Jl. Makm u r Dg . Sit akka No . 1 2 9, Mar o s 9 0 5 1 2 , Su lawe si Se lat an , In d o n e sia.

Te l. + 6 2 4 1 1 3 7 1 5 4 4

E-m ail: bungat ampangal l o@ yahoo.com

Tersedia online di: ht t p://ej ournal-balit bang.kkp.go.id/index.php/j ra

INSIDENSI DAN PREVALENSI INFEKSI W HITE SPOT SYNDROM E VIRUS

PADA PLANKTON DI TAM BAK BUDIDAYA UDANG

Bunga Rante Tam pangallo#, Herlinah, dan M uhamm ad Chaidir Undu

Balai Riset Perikanan Bu didaya Air Payau dan Penyu luhan Pe rikanan

(Naskah dit erima: 11 Okt ober 2017; Revisi final: 27 Desember 2017; Diset ujui publikasi: 27 Desember 2017)

ABSTRAK

Plankton di tambak super-intensif dalam berbagai bentuk seperti mikroalga, rotifer, dan kopepoda seringkali merupakan agen pembawa virus bintik putih atau whit e spot syndrome virus (WSSV) yang sangat potensial. Penelitian bertujuan untuk mengetahui insidensi dan prevalensi infeksi WSSV pada plankton di tambak b ud id aya u d an g van ame , Lit openaeus vannamei, su pe r-int e nsif d i Kab up ate n Barru, Su lawe si Se lat an . Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai dengan Desember 2015. Sampel plankton dikoleksi dari sumber pemasukan air tambak superintensif (inlet), out let, instalasi pengolahan air limbah tambak yang sedan g melakukan kegiatan budidaya. Hasil pe nelitian ini menunjukkan bahwa insiden si infeksi WSSV terjadi di bulan Januari, Oktober, dan November. Pada bulan Januari, plankton yang terdeteksi mengalami infeksi WSSV adalah dari petakan tambak P1, out let-1, out let dan inlet tambak-3, serta inlethat chery. Selanjutnya pada bulan Oktober, plankton yang terinfeksi WSSV adalah dari petakan tambak P2, P7, P8, dan IPAL. Pada bulan No vembe r, WSSV hanya t erdet eksi pada plankton d i inlet pe takan tam bak P3 dan inlet hat cher y. Prevalensi WSSV tertinggi diperoleh pada plankton di bulan November (66,67%); bulan Januari (62,5%); dan Oktober (40,00%). Plankton dalam petakan tambak cenderung lebih sensitif terhadap infeksi WSSV sehingga berpotensi sebagai vektor dalam tambak pembesaran udang.

KATA KUNCI: insidensi; prevalensi; WSSV; plankton; budidaya super-intensif

ABSTRACT: Incidence and prevalence of white spot syndrome virus infection on plankton in super intensive shrimp culture pond. By: Bunga Rante Tampangallo, Herlinah, and M uhammad Chaidir Undu

Plankt on, found as microalgae, rot ifer, and copepods, in super int ensive ponds are pot ent ial disease agent s of whit e spot syndrome virus (WSSV). This st udy aims t o evaluat e t he incidence and prevalence of WSSV on plankt on in super int ensive Litopenaeus vannamei shrimp ponds in Barru Regency, Sout h Sulawesi. The study was conducted for one year from January t o December 2015. Plankt on were collected from the inlet s, out let s, and wast e wat er management plant of t he super int ensive ponds which were running of cult uring shrimps. The result s showed t hat the incidences of WSSV infect ion on plankt on were occurred in Januar y, Oct ober, and November of 2015. The det ect ed plankt on wit h WSSV infect ion occurred in January and were collect ed from pond PI, out let -I, out let s and inlet s of pond-3 as well as the inlet s of t he hat cher y. In Oct ober, t he ident ified plankton infected wit h WSSV were collect ed from ponds P2, P7, P8, and t heir wast e wat er management plant . In November, WSSV was only det ect ed on plankt on found in t he inlet s of pond-3 and t he inlet s of t he hat cher y. The highest WSSV prevalence was obt ained on plankt on isolat ed in November (66.67%) followed by plankt on isolat ed in January (62.5%), and in Oct ober (40%). The st udy found t hat plankt on in pond t end t o be more sensit ive t o WSSV infect ion which could pot ent ially serve as WWSV vect ors in shrimp cult ure.

KEYW ORDS: incidence; prevalence; W SSV; plankton; supra-intensive shrimp farm

PENDAHULUAN

Pro duksi udang hasil budidaya di Indo nesia saat ini t elah mengalami peningkat an yang cukup signifikan dan t elah menduduki po sisi t erat as sebagai impo rt ir

(2)

sem akin d ekat sehingga rawan t erserang penyakit , sepert i whit e spot syndrome virus (WSSV).

W SSV m e r u p a k a n vir u s d oub l e-st r a nd ed deoxyr inonucleic acid (dsDNA) yang b e rsifat sangat virulen pada budidaya udang, t ermasuk udang vaname. Virus ini berukuran panjang 210-4 20 nm, diamet er 70-167 nm, dan memiliki mult i-filamen menyerupai sebuah eko r pada salah satu ujung virio nnya (Sanchez-Paz, 2 0 10 ). Infe ksi viru s in i p ad a b u did aya u d an g penaeid dapat menyebabkan kemat ian massal hingga 100% dalam 3-10 hari set elah t erdet eksi mengalami in fe k s i (Xu et al., 2 0 0 6 ). In fe ks i vir u s in i t e la h menyeb abkan penurunan pro duksi udang windu di Indo nesia sejak t ahun 1995 sehingga perlu dipant au keberadaannya agar tidak menyebabkan kerugian bagi indust ri budidaya udang. WSSV dapat menular melalui air dari t ambak udang yang melakukan panen lebih awal o leh karena t erserang WSSV dan membuang air t ambak ke saluran t anpa t reat ment t erlebih dahulu. Demikian pula adanya penggant ian air secara rut in t anpa memperhat ikan akt ivit as yang dilakukan o leh t am bak d i sekit arn ya, se hingga akan mem perbe sar peluang penularan virus t ersebut . Hal ini disebabkan o le h karen a salu ran p em asu kan d an pe m b uan gan digunakan secara be rsam aan. Esp arza et al. (200 9) m e lap o r ka n b ah wa a ir d a ri t am b a k yan g p o sit if t e r d e t e k s i m e n g a la m i in fe k s i W SSV d a p a t menginduksi t erjadinya infeksi WSSV.

Penyebaran virus WSSV menjadi sangat mudah oleh karena beberapa o rganisme air t elah dilapo rkan dapat menjadi pembawa virus ini sepert i kepit ing dan ikan liar dalam saluran air/t am bak (To m po et al., 201 3), se ran gga rawa-rawa p an t ai (Chir onomid sp p .) d an beberapa jenis mo luska (So et risno , 20 04), kepit ing laut (Ot t a et al., 1999), sedimen t ambak (Nurhidayah, 2013) bahkan beberapa jenis plankt o n (Zhang et al., 2006; 2008; dan Liu et al., 2007). Demikian pula plank-t o n dalam berbagai benplank-t uk seperplank-t i mikro alga, ro plank-t ifer, dan ko pepo da merupakan agen pembawa infeksi vi-rus bint ik put ih at au whit e spot syndrome vivi-rus (WSSV) yan g san gat p o t e n s ial (Es p arza-Le a et al., 2 0 0 9 ). Be r d a s a r k a n h a l t e r s e b u t d i a t a s m a k a t u ju a n penelit ian ini adalah melakukan invent arisasi t erhadap insidensi dan prevalensi infeksi WSSV pada plankt o n di tambak budidaya udang vaname super-int ensif agar ke ja d ian in fe k si d a p a t d it e lu su ri se h in g ga t id ak

budidaya udang vaname super-int ensif di Kabupat en Barru. Berdasarkan hasil sur vai lokasi, diket ahui bahwa t ambak yang melakukan budidaya udang vaname su-p e r -in t e n s if d i Ka b u su-p at e n Bar r u t e rle t a k d i d u a kecamat an. Oleh karena it u, sur vai dilakukan dengan mengambil sampel plankto n pada t it ik sampling/sur vai sepert i pada Tabel 1.

Po sisi masing-masing lo kasi t ambak budidaya su-per-int ensif dapat dilihat pada Gambar 1. Set iap pet ak t ambak memiliki saluran pemasukan dan pengeluaran sedangkan untuk inst alasi pengolahan air limbah (IPAL) hanya t erdapat pada t ambak yang berlo kasi di Dusun Lajange , dan t ak sat u pun dari ket iga lo kasi sur vai t ersebut yang menggunakan t ando n air bersih.

Sampling Plankton

Pengambilan sampel plankt on air pada tambak yang m e laku kan ke giat an b u d id aya d ilaku kan d u a kali sebulan. Penelitian dilakukan selama sat u t ahun. Teknik pengambilan sampel dit ent ukan secara pro po rsio nal, t erkait luasan pet ak t ambak dan inst alasi pendukung t ambak yang digunakan. Pada pet ak t ambak P1, P2, dan P4, sam pel air d iambil pada e mpat t it ik su dut p e t akan p e r t am b ak, m asin g-masin g 2 5 lit e r, lalu disaring dengan menggunakan plankto n net . Pada titik sampling P3, P5, P6, P7, dan P8, masing-masin g 34 lit e r samp el air t amb ak d iamb il d ari t iga t it ik lalu disaring menjadi sat u sampel per t ambak. Sampel air inlet diambil dari laut t empat memo mpa air masuk, sedangkan air sampel dari outlet diambil di saluran pintu pembuangan t ambak. Sampel plankt on diambil dengan cara menyaring air laut /tambak/inlet/out let/IPAL masing-masing sebanyak 100 liter dengan menggunakan plank-ton net (ukuran 25 µm). Air yang tersaring ditampung d a la m b o t o l (1 0 0 m L) k e m u d ia n d ia m b il 2 m L se lanjut nya dimasu kkan ke dalam mikro t ube st eril unt uk dianalisis WSSV dan selebihnya dimasukkan ke dalam bo to l sampel yang diberi larut an lugol (1%) unt uk ident ifikasi keanekaragaman jenis plankt o n.

Identifikasi Plankt on

Id ent ifikasi p lankt o n dilakukan d engan t e rleb ih dahulu mengo co k sampel air agar ho mo gen. Sampel kemudian diambil sebanyak 1 mL lalu dit et eskan di at as Sedgwick Raft er Count er Cell (SRC) dan diamat i di bawah mikro sko p cahaya dengan pembesaran 10x. Pengamatan dilakukan pada 100 ko tak SRC. Identifikasi je nis samp ai t ingkat genu s me ngacu pada p ust aka Ne we ll & Newell (19 77 ), Yamaji (19 76 ), d an Bo t es (2003).

Det eksi W SSV

(3)

k it IQ2 0 0 0 , e le k t r o fo r e s is , s e r t a d o k u m e n t a s i. Ekst raksi DNA WSSV sampel plankt o n air t ambak su-per-int ensif dimulai dengan melakukan sent rifugasi m e n g gu n ak an s e n t rifu ge (Effe n d o r f t ip e 5 4 1 5 D) d e n gan ke ce p at an 1 2 .0 0 0 rp m se la m a 1 5 m e n it . Supernat an dibuang dan pelet plankt on yang t erbent uk kemudian dit ambahkan dengan yeast t RNA sebanyak 10 µL dan ddH2O sebanyak 290 µL. Proses ekstraksi DNA WSSV se lan ju t n ya me n giku t i man ual IQ2 00 0 menggunakan met o de cTAB-dTAB (Oie, 2013). Pelet

DNA yang telah kering dilarutkan dalam 10 µL TE buffer lalu disimpan dalam frezer -20°C unt uk analisis lebih lanjut .

Amplifikasi DNA WSSV dilakukan dengan mengacu p a d a p r o s e d u r k it IQ 2 0 0 0 (O ie , 2 0 1 3 ) d a n menggunakan PCR (GeneAmp PCR syst em 2700). Hasil PCR dielekt ro fo resis (co m pact M b io me t ra PS30 4) pada agaro se 2% dalam 1x TBE buffer dan dit ambahkan gelred (1%) sebagai pewarna. Pit a DNA didokument asi menggunakan gel do kument asi UVst ar 312 Bio met ra. Tabel 1. Tit ik pengambilan sampel plankt on di t ambak budidaya udang vaname super-int ensif

di Kabupat en Barru, Sulawesi Selat an

Table 1. Plankt on sampling point s in shrimp pond area in Barru Regency, Sout h Sulawesi

Kecam at an Distr ict

Kelurahan/desa Village

Kode t am bak Pond code

Kode prasarana t am bak Pond facility code

Inlet-3 (I3 )

Out let-3 (O3)

Inlet hatchery (IH)

P1 Inlet-1 (I1 )

P2 Out let-1 (O1)

P4 IPAL

P7 P8

P5 Inlet-5 (I5 )

P6 Out let-5 (O5)

Out let-6 (O6)

So p p eng Riaja Lawallu P3

Mallu setasi

Jalan ge

Ku p a

Gambar 1. Lo kasi pengambilan sampel plankt o n air t ambak budidaya udang di Kabupat en Barru, Sulawesi Selat an (i= inlet; o = out let); (A) t ambak di Desa Kupa, (B) t ambak di Desa Jalange, dan (C) t ambak di Desa Lawallu.

Figure 1. Sampling locat ions of plankt on at shrimp pond cent er in Barru Regency of Sout h Sulawesi (i= inlet ; o= out let ) (A) shr imp pond in Kupa Village, (B) shrimp pond in Jalange Village, and (C) shrimp pond in Lawallu Village.

P3, o 3 i.H

P5, P6, i5, o5, o6

P1,P2,P4,P7,P8,I1,O1,IP

i.3

(4)

Analisis pita DNA dilakukan dengan mengacu pada pit a DNA kontrol po sit if dan marker DNA mengikuti manual kit IQ2000.

Analisis Dat a

Pad a p en e lit ian ini, in sid en si diart ikan seb agai frekuensi dit emukannya sampel plankt o n yang po sit if t erinfeksi WSSV selama penelit ian. Prevalensi adalah perbandingan ant ara jumlah sampel yang po sit if dibagi ju mlah sam pe l yan g d iam at i. Dat a disajikan d alam bent uk t abel.

HASIL DAN BAHASAN

Insidensi W SSV

Budidaya t ambak super-int ensif merupakan usaha in du st rial; o le h kare n a it u , p e man t au an t e rhad ap k o n d is i a ir b u d id a ya s a n g a t p e r lu d ip e r h a t ik a n termasuk kondisi plankto n dalam petakan, inlet/sumber air m a u p u n a ir b u a n g an n ya. Has il p e n e lit ia n in i m e nu n ju kkan bah wa in sid e n si WSSV p o sit if pad a sampel plankt o n dalam air t ambak budidaya udang vaname super-int ensif didapat kan pada bulan Januari, Okt ober, dan November 2015. Gambaran hasil det eksi WSSV t e rhadap p lan kt o n yan g ada dalam p erairan se n t r a b u d id aya u d an g van a m e su p ra-in t e n s if d i Kabupat en Barru dapat dilihat pada Gambar 2.

Pad a bu lan Januari, WSSV po sit if t erdap at p ada plankto n dalam pet akan t ambak P1, inlet, dan out let-3, sert a inlet hat cher y. Hal ini kemungkinan disebabkan o le h karen a juve nil u dang vanam e dalam p e t akan

t ambak ini juga t elah po sit if mengalami infeksi WSSV dengan prevalensi 1 00% (Tampangallo et al., 201 6). Pada inlet-3, out let-3, dan inlet hat cher y, plankt o n t elah t e rp apar o le h p adat n ya ke giat an b u d id aya u d an g vaname d i se kit ar lo kasi p en gamb ilan sam pe l dan beberapa t ambak t elah melakukan panen paksa o leh karena in feksi WSSV. Di se kit ar daerah ini t erdapat t am b ak in t e n sif d an se m iin t e n sif yan g u m u m n ya membuang air pada saluran yang sama dengan outlet-3 dan bermuara ke laut yang juga berfungsi sebagai inlet t ambak-3 (I3) dan hat chery (IH).

In s id e n s i p la n k t o n ya n g p o s it if t e r d e t e k s i m en galam i infe ksi WSSV selanju t nya d ipe ro le h d i bulan Okt o ber dari t ambak P2, P7, P8, dan t ando n IPAL. Ad a n ya p la n k t o n ya n g p o s it if t e r d e t e k s i mengalami infeksi WSSV pada petakan ini disebabkan karena juvenil udang vaname dalam pet akan t ambak t ersebut t elah po sitif mengalami infeksi WSSV, bahkan pet ak P1 t elah dipanen lebih awal karena serangan penyakit . Hal ini menyebabkan hasil positif WSSV pada plankton di IPAL yang merupakan tando n penampungan air buangan t ambak P1, P2, P4, P7, dan P8. Pada bulan No vember, t ambak yang masih melakukan kegiat an budidaya hanya pada pet ak P3 sehingga sampling hanya dilakukan di lo kasi t ersebut dan hasilnya didapat kan plankt o n po sit if t erdet eksi mengalami infeksi WSSV pada inlet-I3 dan inlet hat cher y.

Penularan WSSV melalui air tambak yang t erserang WSSV t elah dilapo rkan o leh Esparza-Lea et al. (2009). Air t ambak yang t elah t erdet eksi mengalami infeksi o leh WSSV walaupun t elah disaring dengan saringan

Ke terangan: P1-P3 = p lankt o n d ari p etak tam bak P1-3 d i bulan Januari 2015; I1-IH= p lankto n d ari inlet d an out let d i b ulan Jan uari 2015; P6= p lankto n d ari p et ak tambak-6 d i bu lan Okto ber 2015, I1 d an O1= p lankt o n d ari inlet d an out l et-1 d i bulan Okto be r 2 015 ; IPAL= samp el p lankto n d ari Instalasi Pengo lah an Air Lim bah d i bulan Okto ber 20 15. IH= p lankt o n d ari inl ethat cher y d i bu lan No vemb er 2 015 ; M= marker 8 48 b p , 630 bp , d an 33 3 bp ; KN= ko nt ro l neg atif, KP= ko ntro l p o sit if. Sam p el p o sitif= sumu r/ko lo m ke -1, 5, 6, 7 , 8 , 1 1, 1 5, d an 19

Not e: P1-P3= pl ankt on form pond P1-3 i n January 20 1 5; I1 -IH = pl ankt on for m i nl et and oul et in January 20 1 5; P6 =

pl ankt on for m pond-6 in Oct ober 2 015 ; I1 and O1 = plankt on from inl et and out l et -1 i n Oct ober 2 015 ; IPAL= pl ankt on fr om wast ewat er t reat ment i nst al at i on in Oct ober 2 015 ; IH= plankt on from inl et hat cher y in November 2 015 ; M = marker 84 8 bp, 6 30 bp, 333 bp; KN= Negat ive cont r ol; KP= posit i ve cont rol . Posi t ive sampl e= w eel /col umn 1, 5, 6, 7, 8, 11 , 15 , and 19

P1 P2 P3 I1 O1 I3 O3 IH KN KP P8 I1 O1 IH IPAL KN KP M IH KN KP

Gambar 2. Am p lifikasi PCR d ari sam p e l p lan kt o n yan g d iiso lasi d ari b e b e rap a lo kasi t am b ak u d an g su per-in t e nsif.

(5)

m esh size 100 µm dan > 0,65 µm masih dapat menyebabkan udang positif WSSV. Adanya penggunaan t ando n penampungan air limbah t ambak diharapkan dapat mengurangi at aupun membunuh part ikel virus WSSV sehingga penularannya dapat sedikit dieliminir. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2, bahwa pada umumnya plankt o n yang po sit if WSSV dalam pet akan t ambak t idak didapat kan lagi pada pengamat an selanjut nya. Suhu air 32°C selama enam jam dapat menghambat replikasi WSSV dan mengurangi jumlah udang yang mat i (Rahman et al., 2007). Selama kegiat an penelit ian ini, suhu air dalam pet akan t ando n > 30°C sehingga diharapkan dapat menekan perkembangan virus WSSV. Pa d a p e n e lit ia n in i, p e n g a m b ila n s a m p e l t id a k dilanjut kan pada bulan berikut nya set elah diket ahui bahwa plankt o n po sit if t erdet eksi mengalami infeksi WSSV di t ando n IPAL.

Se r in g n ya d id a p a t k a n p la n k t o n ya n g p o s it if mengalami infeksi WSSV di inlet-3 dan inlet hat chery yang merupakan sumber air unt uk kegiat an budidaya di sekit arnya dapat menjadi pert anda bahwa plankt o n dalam perairan ini dapat menjadi vekt o r WSSV yang kemungkinan besar karena pengaruh aktivitas budidaya di sepanjang pesisir pant ai t ersebut . Beberapa jenis mikro alga laut dilapo rkan dap at menularkan WSSV secara horiso ntal (Liu et al., 2007). Cacing Dendronereis spp. di alam juga dilapo rkan t elah po sit if WSSV dan vir u s in i d a p a t m e lak u k a n re p lika si vir u s d a la m t ubuhnya (Desrina et al., 2012). Telur ro t ifer (Yan et al., 2004), Brachionus ureus dan ko pepo da (Zhang et al., 2006; 2008), bahkan mikro plankt o n (Esparza-Lea et al., 2009) t elah dipero leh po sit if WSSV dan dapat

Tabel. 2. Insidensi WSSV pada plankt o n dalam air t ambak udang di Kecamat an Malluset asi dan So ppeng Riaja, Kabupat en Barru, Sulawesi Selat an

(6)

mendo minasi zo o plankt o n yang ada dalam perairan sent ra budidaya udang vaname di lo kasi penelit ian.

Prevalensi

Berd asarkan d at a p ada Tabe l 2 , t e rlihat b ahwa prevalensi plankt o n po sit if mengalami infeksi WSSV t ert inggi t erjadi pada bulan No vember 66,67% (dua dari t iga sampel plankt o n yang diamat i); disusul pada bulan Januari 62,5% (empat dari t ujuh sampel); dan t eren dah pada b ulan Okt o b er 4 0% (em pat dari 1 0 sampel). Hal ini dapat menjadi acuan dalam kegiat an budidaya udang di sekit ar lo kasi penelit ian, dan pada umumnya plankt o n yang po sitif t erdet eksi mengalami infeksi WSSV ini t erdet eksi di sampel air laut yang m e ru p a kan su m b e r air b u d id aya. Plan kt o n d ap at menjadi vekt o r yang sangat mudah menularkan virus (Liu et al., 2007).

Jenis dan Kelim pahan Plankt on

Hasil pengamat an t erhadap jenis plankto n yang ada dalam p et akan t amb ak, inlet, out let, IPAL, d an laut selama penelit ian dapat dilihat pada Tabel 3. Pada Tabel 3 d it a m p ilk an je n is fit o p lan k t o n , z o o p la n kt o n , krust asea, dan cacing dari semua t it ik pengambilan

sampe l selama sat u t ah un pe ngamat an. Dat a yang dit ampilkan t elah di ko mpo sit dan dirat a-rat akan.

Hasil pengamat an dipero leh 38 jenis fit o plankt o n d alam air t am bak b u did aya u d an g van am e su pe r-int ensif di Kabupat en Barru. Plankt o n dalam berbagai b e n t u k se p e rt i m ik ro alga, ro t ife r, d a n ko p e p o d a merupakan agen pembawa infeksi virus bint ik put ih at au whit e spot syndrome virus (WSSV) yan g sangat p o t e n s ial (Es p a rza -Le a et al., 2 0 0 9 ). Ke -3 8 je n is fit o plankt o n ini ada yang dipero leh di dalam pet akan t ambak, inlet, out let, dan IPAL, sert a air laut sumber air unt uk kegiat an budidaya. Fragillaria sp. merupakan jenis t ert inggi (3.633 individu/mL) yang didapat kan, Thallasionema sp. (240 individu/mL) dan terendah adalah Skelet onema sp . (9 in divid u/mL). Hasil pe n gamat an dipero leh 11 jenis zo o plankt o n. Jenis Brachionus sp. t erdapat dalam jumlah t ertinggi (273 individu/mL) dan yang t erendah adalah Colurella sp. (8 individu/mL).

KESIM PULAN

In sid e n si plan kt o n yan g t erd e t e ksi m e n galam i in fe ks i p o sit if WSSV t e r ja d i p ad a b u la n Ja n u ar i, Okt o b e r, d a n No ve m b e r 2 0 1 5 d e n gan p re vale n si masing-masing 62,5% (empat dari t ujuh sampel), 40%

Tabel 3. Jenis dan kepadat an plankt o n yang dipero leh selama penelit ian

Table 3. Plankt on species and densit y found during t he st udy period

No. Plankton Kepadatan (sel/m L)

Densit y (cel/mL) No. Plankton

Kepadatan (sel/mL)

Density (cel/mL)

Fitoplankton

1 Bact eriast rum sp. 17 27 Pl eurosi gmasp. 39

2 Bacil lari a sp. 11 28 Rhizosoleni a sp. 12

3 Bel lerochea sp. 59 29 Rhabdonema sp. 15

4 Biddul phia sp. 16 30 Skel et onema sp. 9

5 Cerat ium sp. 88 31 St enoselamel la sp. 11

6 Chaet oceros sp. 55 32 St rept ot heca sp. 11

7 Chamaesiphon sp. 11 33 St igmophora sp. 11

8 Cosci nodiscus sp. 55 34 Synechocyst is sp. 10

9 Cli macodini umsp. 11 35 Thallasionema sp. 240

10 Cyclot ell a sp. 40 36 Thallassiori rasp. 27

11 Dact yl iosolen sp. 11 37 Tricerat ium sp. 12

12 Dynophi sis sp. 17 38 Ni t zschi a sp. 26

13 Eucampia sp. 10 Zooplankton

14 Fragill aria sp. 3,633 1 Brachionus sp. 273

15 Gleot ri chia sp. 51 2 Colurell a sp. 8

16 Gymnodiniumsp. 32 3 Favell a sp. 40

17 Gyrosigmasp. 40 4 Oi t hona sp. 59

18 Guinardia sp. 18 5 Temora sp. 83

19 Lept ocyl indricus sp. 11 6 Ti nt innopsi s sp. 80

20 Lyngbi a sp. 10 Krustasea (Crust acea) (Organism e/mL)

21 Melosi ra sp. 37 1 Acart i a sp. 66

22 Navi cula sp. 45 2 Naupli copepoda 82

23 Noct i luca sp. 40 3 Copepoda 46

24 Oscil lat ori a sp. 184 4 Apocyclops sp. 43

25 Prorocent rum sp. 43 Cacing (Polychaet a) (Organism e/mL)

(7)

(e mpat d ari 10 sampe l), dan 6 6,6 7% (du a d ari t iga sampel). Plankt o n dalam air sangat mudah menjadi vekt o r WSSV pada saat udang dalam pet akan t ambak t erdet eksi mengalami infeksi WSSV.

UCAPAN TERIM A KASIH

Penelit ian dibiayai dari APBN Balai Riset Perikanan Bu d id a ya Air Pa ya u d a n Pe n yu lu h a n Pe r ik a n a n penelit ian. Demikian pula kepada rekan-rekan t eknisi d a n p e n e lit i ya n g m e m b a n t u d a n m e n d u k u n g pelaksanaan penelit ian ini diucapkan t erima kasih.

DAFTAR ACUAN

Oie (2013). IQ2000TM WSSV Int ruct io n Manual (p. 25). Taiwan.

Bo t es, L. (2003). Phyt oplankt on ident ificat ion cat alogue. Glo ballast Mo no graph Series No . 7. Pro gramme Co o rdinat io n Unit Glo bal Ballast Wat er Manage-ment Pro gramme Int ernat io nal Marine Organiza-t io n. Lo ndo n, 77 pp.

Desrina, Sarjit o , Hadit o mo , A.H.C., & Chilmawat i, D. (2012). The whit e spot syndrome virus (WSSV) lo ad in Dendronereis spp. Journal of Coastal Develpopment, 15, 270-275.

Esparza-Lea, l.H.M., Esco bedo -Bo nilla, C.M., Casillas-Hernandez, R., Alvares-Ruiz, P., Po rt illo -Clark, G., Valerio -Garcia, R.C., Hernandez-Lopez, J., Mendez-Lo zano , J., Vibanco -Perez, N., & Magallo n-Barajas, F.J. (2009). Det ect io n o f whit e spot syndrome virus in filt ered shrimp-farm wat er fract io ns and experi-m e n t al e valu at io n o f it s in fe ct ivit y in Penaeus

Newell, G.E., & Newell, R.C. (1977). Marine plankt o n a pract ical guide. 5th

edit io n. Hut chinso n o f Lo n-do n, 244 pp.

Nurhidayah, & Tampangallo , B.R. (2013). Infeksi whit e spot syndrome virus (WSSV) pada pasca lar va udang w in d u (Pen a eus m on od on) d e n g a n m e d ia

p e m e lih araan yan g b e rb e d a. Sem inar Nasional Tahunan X Hasil Penelit ian Kelaut an dan Perikanan. Ju r u s a n Pe r ik a n a n Fa k u lt a s Pe r t a n ia n UGM. Jo gjakart a, pPL-20, 1-5.

Ot t a, S.K., Shuba, G., Jo seph, B., Anirban, C., & Indrani K. (1999). Po lymerase chain react io n (PCR) det ec-t io n o f whit e spot syndrome vir us (WSSV) in cul-t ured and wild cruscul-t aceans in Ind ia. Dis. Aquat . Org., 38, 67-70.

Rahman, M.M. (2007). Differences in virulence bet ween whit e spot syndrome virus (WSSV) isolat es and t est ing of some cont rol st rat egies in WSSV infect ed shrimp. Thesis. Gent Universit y. Belgium, 177 pp. So et risno , C.K. (2004). Mensiasat i penyakit WSSV di

t ambak udang. Aquacult ura Indonesiana, 5(1), 19-31.

Sànchez-Paz, A. (2010). Whit e spo t syndro me virus: An o ver view o n an emergent co ncern. Vet . Res., p. 41-43.

Tampangallo , B.R., Muharijadi, A.M., & Kadriah, I.A.K. (201 6). Prevalensi WSSV dan vibrio sis di se nt ra b u d id a ya u d a n g va n a m e s u p e r -in t e n s if d i Kabupaten Barru, Sulawesi Selat an. Lapo ran Teknis Akhir Kegiat an 2015. 26 hlm.

To mpo , A., & Kurniawan, K. (2013). Dist ribusi penyakit WSSV pada areal pengembangan budidaya udang windu di Kabupat en Bulukumba. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakult ur. hlm. 807-812.

Tro b o s. (2 0 16 ). Me n gu ku r ku alit as dan ku an t it as benur. Trobos Aqua. Majalah. Edisi Agust us 2016. Xu, J., Han, F., & Zhang, X. (2006). Silencing shrimp whit e spot syndrome virus (WSSV) genes by siRNA. Ant ivir. Res., 73, 126-131.

Yamaji, I. (1976). Illust rat io n o f marine plankt o n o f Japan. Osaka, Japan: Ho ikusha Publishing Co . Lt d., 369 pp.

Yan, D., Shuang-Lin, D., Huang, J., Xiao -Ming, Y., Min-Yi, F., & Xiang-Min-Yi, L. (2004). Whit e spot syndrome virus (WSSV) det ect ed by PCR in ro t ifers and ro t i-fer rest ing eggs fro m shrimp po nd sediment s. Dis. Aquat . Org., 59, 69-73.

Gambar

Table 1.Plankton sampling points in shrimp pond area in Barru Regency, South Sulawesi
Gambar 2.Amplifikasi PCR dari sampel plankton yang diisolasi dari beberapa lokasi tambak udangsuper-intensif.
Table 2.WSSV incidence of plankton from shrimp ponds in Mallusetasi and Soppeng Riaja area, Barru Regencyof South Sulawesi
Tabel 3.Jenis dan kepadatan plankton yang diperoleh selama penelitianTable 3.Plankton species and density found during the study period

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 171 huruf c Kompilasi Hukum Islam (KHI), dimana didalammya disebutkan yang dimaksud dengan ahli waris adalah orang yang pada saat

Perlakuan terbaik uji organoleptik berada pada perlakuan proporsi ubi jalar ungu dan tapioka 90%:10% dengan nilai kesukaan terhadap warna, rasa, kerenyahan, dan daya

Penelitian ini dilakukan untuk melihat proses penurunan degradasi Total Petrolium Hidrokarbon (TPH) dalam limbah oli dengan menggunakan penambahan pupuk cair

Tujuan dari studi ini adalah untuk menganalisa perubahan penggunaan lahan yang tampak melalui citra satelit pada Kelurahan Penanggungan, Kecamatan Klojen, Kota

Praktek Industri dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut: (1) Kegiatan umum yang meliputi orientasi perusahaan, pengenalan manajemen perusahaan dan perencanaan

Data yang diperoleh dari uji coba skala besar yaitu data hasil belajar siswa yang meliputi nilai tes evaluasi, penilaian afektif, dan penilaian psikomotorik siswa, serta data

Data spasial oseanografi khususnya data suhu, salinitas, oksigen terlarut, derajat keasaman, turbiditas, dan kecerahan diperoleh dari pengukuran di beberapa titik observasi