• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMAPARAN DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum Tempat Penelitian 1. Gambaran tentang Kota Palangka Raya - Reaktualisasi Konsep Saprah Amal sebagai sumber keuangan publik Islam” (Studi: Saprah Amal di Mendawai Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Te

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB IV PEMAPARAN DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum Tempat Penelitian 1. Gambaran tentang Kota Palangka Raya - Reaktualisasi Konsep Saprah Amal sebagai sumber keuangan publik Islam” (Studi: Saprah Amal di Mendawai Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Te"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

PEMAPARAN DAN ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

1. Gambaran tentang Kota Palangka Raya

Kota Palangka Raya adalah ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah.

Secara geografis, Kota Palangka Raya terletak pada : 113o30’-114o07’ Bujur

Timur 1o30’-2o24’ Lintang Selatan. Wilayah administrasi Kota Palangka

Raya terdiri dari 5 (lima) wilayah Kecamatan yaitu Kecamatan Pahandut,

Sebangau, Jekan Raya, Bukit Batu, dan Rakumpit yang terdiri dari 30

Kelurahan dengan batas-batas sebagai berikut:1

 Sebelah Utara : Kabupaten Gunung Mas.

 Sebelah Timur : Kabupaten Gunung Mas.

 Sebelah Selatan : Kabupaten Pulang Pisau.

 Sebelah Barat : Kabupaten Katingan.

Jumlah penduduk Palangkaraya tahun 2014 ada 252.105 orang,

51,15% laki-laki dan 48,85 % perempuan berdasarkan luas wilayah

dibanding jumlah penduduk yang ada, pahandut adalah kecamatan terpadat

di Palangka Raya dimana ada 752 orang per Km2.

Kota Palangka Raya mempunyai luas wilayah 2.678,51 Km2 (267.851

Ha) dibagi ke dalam 5 (lima) Kecamatan yaitu Kecamatan Pahandut,

Sebangau, Jekan Raya, Bukit Batu dan Rakumput dengan luas

1

Khadijah dan M. Tufiqurrahman, Palangka Raya dalam Angka 2015, t.tp: Badan Pusat Statistik Kota Palangka Raya, 2015, hlm. 3.

(2)

masing 117,25 Km2 , 583,50 Km2, 352,62 Km2, 572 Km2 dan 1.053,14 Km2.2

Tabel 4: Luas Wilayah Kota Palangka Raya, 2014.

No. Kecamatan Luas %

1. Pahandut 117,25 Km2 4,4

2. Sebangau 583,50 Km2 21,8

3. Jekan Raya 352,62 Km2 13,2

4. Bukit Batu 572,00 Km2 21,3

5. Rakumpit 1053,14 Km2 39,3

Palangka Raya 2678,51 Km2 100.0

Tabel 5: Nama Kecamatan dan Kelurahan, Jumlah Rukun Warga (RW) dan

Rukun Tetangga (RT) Kota Palangka Raya, 2014.

Kecamatan Kelurahan Rukun Tetangga Rukun Warga

Pahandut Pahandut 96 26

Penarung 50 15

(3)

Langkai 69 17

Tumbang Rungan 2 1

Tanjung Pinang 11 4

Pahandut Seberang 10 2

Jumlah Dikecamatan Pahandut 238 65

Sebangau Kereng Bengkirai

Jumlah Dikecamatan Sebangau 76 14

(4)

Jumlah di Kecamatan Jekan Raya 310 56

Jumlah di Kecamatan Bukit Batu 52 16

(5)

Jumlah di Kecamatan Rakumpit 19 8

Total RT/RW di Kota

Palangkaraya

677 157

Sumber : Kantor Walikkota Palangka Raya, 2014.

Tabel 6: Luas Kawasan Hutan dan Penggunaan Lainnya di Wilayah Kota

Palangka Raya.

Pembagian Kawasan Hutan Menurut Status

Luas (Ha)

A. Kawasan Lindung

1. Daerah Sempadan Sungai (DSS) 2.403,39

2. Hutan Lindung 10.105,34

3. Suaka Alam 1.771,12

4. Taman Nasional Darat 63.816,40

5. Cagar Alam 726,20

B. Kawasan Budidaya

1. Area Penggunaan Lainnya

(APL)

41.209,62

2. Hutan Produksi dapat

Dikonveksi

(6)

3. Hutan Produksi (HP) 74.595,06

Jumlah 285.349,28

Sumber : Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kota Palangka Raya.

2. Gambaran Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya

a. Profil Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya

Lokasi penelitian yang diambil sebagai tempat penelitian berada di

Kecamatan Jekanraya Kota Palangka Raya yang memiliki jumlah

penduduk sebanyak 119.178 yang terdiri dari 60.790 jiwa laki-laki dan

58.388 jiwa perempuan. Jumlah kepala keluarga (KK) di Kecamatan Jekan

Raya saat ini mencapai sekitar 31.524 KK.

Kecamatan Jekan Raya merupakan salah satu bagian wilayah Kota

Palangkaraya dengan memiliki luas lahan sebesar 352,62 km2 (13,16%

dari luas Kota Palangka Raya) jekan raya merupakan kecamatan terluas

kedua setelah kecamatan sebangau. Secara administrasi Kecamatan Jekan

Raya dibatasi oleh :

a. Bagian Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Katingan.

b. Bagian Utara : Berbatasan dengan Bukit Rawi / Kabupaten

Pulang Pisau.

c. Bagian Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Tumbang Rungan

(7)

d. Bagian Barat : Berbatasan dengan Kelurahan Kereng Bengkirai

Kecamatan Sebangau.

Tabel 7: Luas Wilayah Kota Palangkaraya menurut Kelurahan.

NO Kelurahan Luas Ha

1. Kelurahan Menteng 31,00 Km2

2. Kelurahan Palangka 24,75 Km2

3. Kelurahan Bukit Tunggal 237,12 Km2

4. Kelurahan Katimpun 59,75 Km2

Sumber : Profil dan Tiologi Kecamatan Jekanraya 2014.

Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka

Raya Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) :

a. Kelurahan/Desa Menteng (Kodepos : 73111).

b. Kelurahan/Desa Bukit Tunggal (Kodepos : 73112).

c. Kelurahan/Desa Palangka (Kodepos : 73112).

d. Kelurahan/Desa Petuk Katimpun (Kodepos : 73118).

b. Visi dan MisiKecamatan Jekanraya Palangka Raya

1) Visi

Terwujudnya Kecamatan Jekan Raya sebagai Pelopor

Pelaksana Tata Kelola Pemerintah Masyarakat Terbaik dan

(8)

“Terbaik Dalam Pelayanan dan Bimbingan Masyarakat Islam di

Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya.”

2) MISI

Untuk mencapai Visi yang telah ditentukan maka Kecamatan Jekan

Raya memiliki beberapa misi sehingga menjadi satu kesatuan tekad

yang harus terwujud tahun- pertahun secara bertahap sesuai dengan

rencana strategis lima tahunan, untuk hal tersebut beberapa misi

Pemerintahan Kecamatan Jekan Raya sebagai berikut :

a. Mewujudkan Sumber Daya Aparatur dan sumber Daya

Masyarakat yang memiliki kemampuan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi.

b. Mewujudkan Kualitas Pelayanan Publik.

c. Mewujudkan Pembangunan Infrastruktur Pelayanan Umum

dan Pelayanan Sosial.

d. Mewujudkan Kualitas dan Kuantitas Fasilitas Sarana dan

Prasarana Perkantoran.

e. Mewujudkan Kerukunan dan Ketertiban hidup antar Kelompok

dan agama dalam masyarakat.

c. Tujuan dan Sasaran

1. Tujuan

a) Terwujudnya penyelenggaraan Pemerintahan yang baik bersih

dan akuntabilitas.

(9)

partisipatif terpadu dan berwawasan lingkungan.

c) Terwujudnya pelayanan umum yang prima dan tersedianya

sarana/prasarana pemerintahan yang memadai.

d) Terselenggaranya pembinaan ekonomi produktif,

kesejahteraan sosial, hukum adat dan perlindungan

masyarakat.

e) Terwujudnya keamanan dan ketertiban masyarakat

2. Sasaran

a) Melakukan pembinaan sistem manajemen pemerintahan yang

baik.

b) Peningkatan aparatur pemerintah yang berkualitas, terampil

dalam bidang tugasnya melalui pendidikan dan pelatihan.

c) Meningkatkan kepuasan terhadap pelayanan yang prima oleh

aparat pemerintah.

d) Peningkatan fasilitas-fasilitas dan sarana pelayanan umum yang

diperlukan masyarakat.

e) Melakukan urusan ketertiban dan keamanan masyarakat dalam.

f) Melakukan penataan, pemeliharaan sarana dan prasarana

lingkungan.

d. Tugas Pokok dan Fungsi

1) Tugas Pokok

Kantor Kecamatan Jekan Raya mempunyai tugas pokok

sebagai pelimpahan wewenang dari Walikota untuk menjalankan

(10)

berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku sehingga tidak

terjadi tumpang tindih tugas dengan instansi lain yang terkait

sehingga pelayanan terhadap masyarakat dapat diselenggarkan

dengan baik.

2) Fungsi

Dalam menyelenggarakan tugas pokoknya Kecamatan Jekan Raya

Kota Palangka Raya mempunyai fungsi :

a) Menyelenggarakan tugas pemerintahan umum, pembinaan

pertanahan, pembinaan kesatuan bangsa dan perlindungan

masyarakat.

b) Membina ketentraman dan ketertiban wilayah, kesejahtraan

sosial dan dan pelayanan umum.

c) Membina pembangunan masyarakat Kelurahan meliputi

pembinaan perekonomian dan produksi, lingkungan hidup

serta pemberdayaan perempuan.

d) Menyusun program, pembinaan administrasi ketatausahaan

dan rumah tangga.

e) Menyelenggarakan kewenangan pemerintah yang

dilimpahkan oleh Walikota.

3) Kebijakan

Dalam rangka upaya mewujudkan Visi dan Misi, dirumuskan

kebijakan dalam rangka mengatasi permasalahan yang terjadi

(11)

a) Penetapan aturan yang jelas dan penyusunan kebutuhan

anggaran biaya maupun personil dalam kegiatan pelayanan.

b) Penyederhanaan sistem oprasional presedur dan

administrasi.

c) Peningkatan sarana dan prasarana atau fasilitas-fasilitas

kerja untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan.

d) Pengebangan budaya kerja yang professional dan

bertanggung jawab.

4) Sasaran

Peningkatan Kapasitas dan Pelayanan Administrasi

Pemerintah Umum yang prima serta pembinaan Kegiatan

Masyarakat diwilayah Kecamatan Jekan Raya.

3. Gambaran Lokasi Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di Jln. Mendawai Induk Kecamatan

Jekan Raya Kota Palangka Raya. Lokasi tersebut merupakan lokasi yang

termasuk pemukiman padat penduduk, hal ini terlihat dari jarak antar

rumah yang satu dengan yang lainnya sangat berdekatan. Penduduk di

lokasi tersebut sebagian besar beragama Islam yang terdiri dari berbagai

suku yaitu suku banjar, suku jawa dan suku dayak. Lokasi tersebut

sebagian besar terdiri dari suku banjar. Mata pencarian penduduk

(12)

kecil yang Pegawai Negeri Sipil (PNS).3 Penelitian ini terfokuskan pada Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI Kecamatan Jekan Raya Kota

Palangka Raya, karena praktek saprah Amal pada belakangan ini hanya

dilaksanakan di lokasi tersebut.

Jumlah Rukun Tetangga di kawasan Rukun Warga VI Kecamatan

Jekan Raya Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah tersebut

berjumlah 05 RT dan jumlah penduduk RT 04 tersebut ± berjumlah 178

KK.4

b. Struktur Organisasi Praktek Kegiatan Saprah Amal

3

Berdasarkan Pengamatan Penulis di Lapangan, Pada Lokasi Jln. Mendawai Induk Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah.

4

Berdasarkan data dari Ketua RT 04 RW. VI Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya.

Ketua Langgar Darul Iman

Muhammad Arsyad

Ketua Panitia

Fahrujani

Bendahara

Nursam Sekretaris

(13)

Struktur 1: struktur organisasi praktek kegiatan saprah Amal yang dibuat

oleh penulis berdasarkan data yang didapatkan.

B. Tahapan Penggalian Data

Reaktualisasi konsep saprah Amal sebagai sumber keuangan publik Islam

(studi: saprah Amal di Mendawai Kota Palangkaraya Provinsi Kalimantan

Tengah).

Sebelum penulis memaparkan hasil penelitian ini, terlebih dahulu

memaparkan tahapan penelitian yang dilaksanakan, yakni diawali dengan

penyerahan surat permohonan izin riset penelitian dari Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Islam IAIN Palangkaraya, kepada Kantor Badan Penelitian,

Pengembangan, Inovasi, dan Teknologi Kota Palangka Raya, setelah

diterbitkannya surat izin penelitian dari kantor tersebut, akan di teruskan surat

rekomendasi tersebut kepada Camat Jekan Raya Kota Palangkaraya, setelah

mendapatkan respon dari kantor camat penulis langsung melakukan penelitian

kelapangan untuk melakukan penggalian data.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan 3 subjek penelitian. Subjek

penelitian ini merupakan orang yang mengetahui secara menyeluruh mengenai

praktek kegiatan saprah Amal di Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI

Kecamatan Jekan Raya Kota Palangkaraya, karena itu penelitian ini

menggunakan teknik purposive sampling, yakni dengan memilih responden yang

dapat di jadikan narasumber/informant/responden dalam penelitian ini untuk

(14)

C. Pemaparan Data Penelitian

1. Praktek Kegiatan Saprah Amal di Mendawai Kota Palangka Raya

Provinsi Kalimantan Tengah

Praktek adalah proses atau cara dalam melaksanakan suatu kegiatan

agar sesuai dengan yang diharapkan, sedangkan kegiatan adalah suatu

aktivitas atau usaha seseorang maupun sekelompok dalam melaksanakan

suatu pekerjaan.

a. Subjek I

Subjek I dalam penelitian ini adalah NR selaku panitia saprah

Amal. NR berumur 37 Tahun yang dilahirkan di Kota Banjarmasin, 19

Mei 1979 alamat tinggal NR bertempat tinggal di Jln. Mendawai Induk

RT. 04 RW. VI Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya, status di

masyarakat NR berkedudukan sebagai bendahara Langgar Darul Iman

Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI Kecamatan Jekan Raya Kota

Palangka Raya

Pada tanggal 07 April 2016 peneliti menemui seorang subjek NR

selaku panitia dalam praktek kegiatan saprah Amal. Peneliti melakukan

wawancara langsung dan dilaksanakan wawancara lanjutan pada tanggal

11 Mei 2016 agar mendapatkan data yang lebih akurat di Jln. Mendawai

(15)

pukul 13.45 WIB. Fokus tentang praktek kegiatan saprah Amal di Kota

Palangka Raya, dengan mengajukan beberapa pertanyaan, diawali

dengan pertanyaan, “Sejak kapan praktek saprah Amal dilaksanakan di

Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI Kecamatan Jekan Raya?”, adapun

praktek kegiatan saprah Amal di Kota Palangkaraya yang dinyatakan

oleh NR:

“Praktek saprah Amal dilaksanakan pada tanggal 27 februari

2015 selama satu bulan, dilaksanakan dua kali dalam satu minggu dan jumlah pertemuan selama delapan kali kegiatan, dilaksanakan setelah ba’da solat Isya.”5

Ungkapan NR telah menyatakan bahwa praktek kegiatan saprah

Amal dilaksanakan sejak tanggal 27 Februari 2015, praktek tersebut

dilaksanakan selama dua kali dalam satu minggu dan sebanyak delapan

kali praktek dalam satu bulan. Praktek tersebut dilaksanakan setelah

sholat Isya. Selanjutnya peneliti menanyakan, “Pada saat momen atau

acara apa saja kegiatan saprah Amal tersebut dilaksanakan?”, NR

menyatakan:

Saprah Amal dilaksanakan pada saat momen tertentu dalam merenovasi Langgar Darul Iman terutama untuk pembangunan tempat wudhu dan WC , dikarenakan tempat yang dulu telah hancur dan sekarang ingin direnovasi menjadi bangunan beton karena itu kami selaku panitia ingin mengadakan lelang Amal

sekaligus saprah Amal.”6

5

Wawancara dengan panitia saprah Amal di Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI pada tanggal 07 April 2016.

6

(16)

Sebagaimana yang telah dinyatakan NR, bahwa kegiatan saprah

Amal dilaksanakan pada saat momen tertentu. Praktek saprah Amal

seringkali dilaksanakan dalam upaya pembangunan sarana sosial, pada

kegiatan ini saprah Amal dilaksanakan untuk membangun tempat wudhu

dan WC, dikarenakan tempat yang dulu telah rusak dan ingin direnovasi

kembali menjadi bangunan yang permanen.

Ketika praktek berlangsung selanjutnya peneliti menanyakan,

“Siapa saja yang terlibat dalam praktek kegiatan saprah Amal?”, NR

menyatakan:

“Praktek kegiatan saprah Amal melibatkan masyarakat sekitar dan kami membentuk panitia dibantu yang lainnya dari semua jamaah Langgar Darul Iman.”7

Pernyataan NR di atas diketahui bahwa pembentukan kepanitiaan

dibentuk dari masyarakat sekitar serta dibantu oleh seluruh jamaah

Langgar Darul Iman, setelah kepanitiaan dan jadwal terbentuk, kegiatan

dapat dilaksanakan. berdasarkan pernyataan NR tersebut selanjutnya

peneliti menanyakan, “Bagaimana praktek kegiatan saprah Amal pada

saat berlangsung?”, NR menyatakan:

“Praktek tersebut dilaksanakan dengan lancar dan pembelinyapun

tidak hanya masyarakat mendawai dari luar juga ada dikarenakan bersifat umum, tetapi masih dalam bentuk tradisional terdapat

penjual dan pembeli.”8

7

Wawancara dengan panitia saprah Amal di Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI pada tanggal 07 April 2016.

8

(17)

Paparan dari NR telah menyatakan praktek kegiatan saprah Amal

ini dilaksanakan dengan lancar, NR juga menyatakan bahwa pembeli

pada kegiatannya tidak hanya bersal dari masyarakat mendawai

melainkan masyarakat dari luar mendawai dikarenakan kegiatan saprah

Amal ini bersifat umum namun prakteknya dilaksanakan secara

tradisional terdapat penjual dan pembeli.

Peneliti bertanya kembali mengenai praktek kegiatan saprah

Amal, “Apa yang membedakan praktek saprah Amal dengan warung

biasanya?”, NR menyatakan:

“Perbedaan saprah Amal dengan warung biasanya sedangkan

kalau saprah Amal waktu prakteknya ditentukan, terus kalau

warung biasa waktu praktekya panjang, sedangkan untuk harga saprah Amal harga relatif ada kenaikan, terus kalau warung biasa

itu biasanya harga standar dengan penjual yang lain, terus saprah

Amalkan terbentuk ada panitia yang mengkordinirnya terus sedangkan warung biasakan tidak ada karena itu kepemilikan

pribadi, saprah Amal juga berfungsi untuk kesejahteraan bersama

sedangkn warung biasa hanya untuk mencukupi kebutuhan saja.”9

Praktek kegiatan saprah Amal sungguh berbeda dengan praktek

warung biasanya sebagaimana yang telah di nyatakan NR di atas adanya

terdapat perbedaan antara keduanya yaitu dalam praktek saprah Amal

waktu prakteknya ditentukan sedangkan warung biasa waktu prakteknya

relatif panjang, selain itu juga terdapat pebedaan harga, untuk praktek

kegiatan saprah Amal barang yang dijual belikan terdapat adanya

kenaikan harga sedangkan warung biasa harga barang yang diperjual

9

(18)

belikan relatif dengan penjual lainnya. Praktek saprah Amal juga

terbentuk kepanitiaan yang akan mengkordinir saat praktek kegiatan

saprah Amal berlangsung sedangkan warung biasa tidak terdapat

kepanitiaan, selanjutnya praktek saprah Amal juga berfungsi untuk

mencapai kesejahteraan bersama sedangkan warung biasa hanya untuk

mencukupi kebutuhan.

Selanjutnya peneliti menanyakan, “Apakah ada terdapat keunikan

dalam kegiatan saprah Amal?”, NR selanjutnya menyatakan kembali:

“Untuk keunikannya, pembeli memiliki nilai ibadah dapat

berAmal, selanjutnya juga terdapat telur penerang hati yang

hanya ada di saprah Amal sedangkan di saprah biasa tidak ada,

saling menjaga silaturahmi upaya mencapai kesejahteraan bersama”10

Pernyataan dari NR dapat kita pahami bahwa praktek kegiatan

saprah Amal terdapat adanya keunikan yaitu untuk pembeli yang

membeli makanan dalam kegiatan tersebut telah memiliki adanya nilai

ibadah karena sebagian dari penjualannya disumbangkan untuk Amal,

selain itu juga terdapat telur penerang hati yang tidak ada di jual di

saprah biasa, serta dengan adanya kegiatan saprah Amal dapat menjaga

silaturahmi antar sesama untuk mencapai kesejahteraan bersama.

10

(19)

Selanjutnya peneliti menanyakan kembali kepada NR,

“Bagaimana laporan pertanggungjawaban keuangan pada saat kegiatan

saprah Amal berlangsung?”, NR menyatakan:

“Laporan pertanggungjawaban keuangan dalam kegiatan jelas dikarenakan saya sendiri yang membuat pelaporannya serta menjadi bendaharanya dan pembukuannya lengkap.”11

Pernyataan NR dapat dipahami bahwa praktek saprah Amal

dilaksanakan dengan pelaporan pertanggungjawaban yang telah

terkodinir dengan jelas dikarenakan NR sendiri menjadi bendahara dalam

kegiatan saprah Amal tersebut.

Melihat dari praktek kegiatan pada saat berlangsung dengan

lancar dan hasil pelaporan pertanggungjawaban terkodinir jelas

selanjutnya peneliti menanyakan, “Apakah ingin melaksanakan kembali

kegiatan saprah Amal di waktu mendatang?”, selanjutnya NR

menyatakan:

“Insyaallah mudah-mudahan akan melaksanakan kembali

kegiatan saprah Amal diwaktu yang akan datang.”12

NR menyatakan bahwa ingin melaksanakan kembali kegiatan

saprah Amal diwaktu mendatang.

b. Subjek II

Subjek II dalam penelitian ini adalah YN selaku pedagang saprah

Amal. YN berumur 24 Tahun yang dilahirkan di Kota Palangka Raya, 09

11

Wawancara dengan panitia saprah Amal di Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI pada tanggal 07 April 2016.

12

(20)

Mei 1992 alamat tinggal YN bertempat tinggal di Jln. Mendawai Induk

RT. 04 RW. VI Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya, status di

masyarakat YN berkedudukan sebagai ibu RT. 04 RW. VI Kecamatan

Jekan Raya Kota Palangka Raya.

Pada tanggal 09 April 2016 selanjutnya peneliti menemui YN

salah seorang pedagang dalam praktek kegiatan saprah Amal, peneliti

melakukan wawancara langsung dan dilaksanakan wawancara lanjutan

pada tanggal 15 Mei 2016 untuk mendapatkan data yang lebih akurat di

rumah kediaman beliau beralamatkan Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW.

VI Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya pada pukul 12.21 WIB.

Fokus tentang praktek kegiatan saprah Amal di Kota Palangka Raya dan

mengajukan beberapa pertanyaan diawali dengan pertanyaan, “Pernahkah

Ibu menjadi pedagang dikegiatan saprahAmal?”, YN menyatakan:

“Pernah ikut serta dan menjadi salah satu pedagang di kegiatan saprah Amal Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI Kecamatan Jekan Raya.”13

YN menyatakan bahwa pernah menjadi salah satu pedagang

kegiatan saprah Amal pada saat kegiatan berlangsung, selanjutnya

peneliti menanyakan, “Bagaimana sistem pengumpulan modal dalam

praktek kegiatan saprah Amal pada saat berlangsung?”, YN menyatakan:

“Sistem pengumpulan modalnya kami modalnya dari masyarakat

dan kami gunakan kembali untuk membeli bahan kegiatan saprah

Amal untuk diperjualbelikan kembali kepada masyarakat.”14

13

Wawancara dengan pedagang saprah Amal di Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI pada tanggal 09 April 2016.

14

(21)

Pernyataan YN telah mengatakan bahwa praktek kegiatan

saprah Amal dilaksanakan berdasarkan modal yang terkumpul dari

masyarakat dan akan digunakan kembali untuk membeli bahan yang

akan diperjualbelikan dalam kegiatan saprah Amal. Selanjutnya

peneliti menanyakan kembali, “Barang apa saja yang diperjual belikan

pada praktek kegiatan saprah Amal berlangsung?”, YN menyatakan:

“Barang yang diperjualbelikan di kegiatan saprah Amal bermacam-macam berupa bubur kacang, nasi rawon, nasi sop dan sebagainya”15

Pernyataan YN telah menjelaskan bahwa barang yang

diperjualbelikan dalam kegiatan saprah Amal bervariasi berupa bubur

kacang, nasi rawon, nasi sop dan sebagainya, tergantung dari pedagang

saprah Amal jenis barang apasaja yang diperjualbelikan.

Selanjutnya peneliti menanyakan kembali kepada YN,

“Bagaimana harga penjualan disaprah Amal, apakah ada kenaikan?”, YN

menyatakan:

“Ada sedikit kenaikan, sebab kelebihan dari laba penjualan atau

hasil digunakan untuk Amal”.16

Pernyataan YN dapat dijelaskan bahwa harga penjualan di

praktek kegiatan saprah Amal ada sedikit kenaikan harga dibandingkan

harga pada saprah biasanya sebab kelebihan dari laba atau hasil dari

penjualan digunakan untuk Amal. Selanjutnya peneliti menanyakan,

15

Wawancara dengan pedagang saprah Amal di Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI pada tanggal 09 April 2016.

16

(22)

“Bagaimana daftar harga penjualan makanan saat praktek berlangsung?”,

YN menyatakan kembali:

“Ada kenaikan saat praktek berlangsung, seperti nasi sop pada

warung biasa kisaran harga Rp. 10.000,- di kegiatan saprah Amal

berkisar Rp. 15.000,- , nasi rawon warung biasa kisaran Rp.

10.000,- di kegiatan saprah Amal berkisar Rp. 15.000,- , bubur

kacang warung biasa kisaran Rp. 8.000,- di kegiatan saprah Amal

berkisar Rp. 10.000,- , telur itik pada warung biasa kisaran Rp.

3.000,- di saprah Amal kisaran Rp. 5.000,- karena telur penerang

hati, teh hangat atau teh es di warung biasa kisaran Rp. 2.000,- di saprah Amal kisaran Rp. 3.000,- , mie rebus pada warung biasa

kisaran harga Rp. 4.000,- di saprah Amal Rp. 5.000,- , kopi manis

warung biasa kisaran harga Rp. 3.000,- di saprah Amal berkisar

Rp. 5.000,- .”17

Pernyataan YN telah menjelaskan secara rinci bahwa adanya

kenaikan harga penjualan saat praktek saprah Amal berlangsung

dibandingkan warung biasa yaitu dapat di lihat dari perbedaan harga nasi

sop pada warung biasa kisaran harga mencapai Rp. 10.000,- sedangkan

berlangsung harga berkisar menjadi Rp. Rp. 10.000,- selanjutnya harga

(23)

selanjutnya teh hangat atau teh es pada warung biasa harga berkisar Rp.

2.000,- sedangkan saat praktek saprah Amal berlangsung harga berkisar

Rp. 3.000,- , mie rebus pada warung biasa kisaran Rp. 4.000,- sedangkan

saat praktek saprah Amal berlangsung harga berkisar Rp. 5.000,-

selanjutnya kopi manis harga warung biasa berkisar Rp. 3.000,- pada saat

praktek saprah Amal berlangsung harga berkisar menjadi Rp. 5.000,-.

Pada kegiatan jual beli tidak selalu barang yang diperjualbelikan

habis dan laku seluruhnya, namun seringkali terdapat hari yang kurang

dikunjungi oleh pembeli. Peneliti menanyakan, “Bagaimana jika

makanan yang dijualbelikan tidak habis dalam satu malam kegiatan

saprah Amal?”, YN selanjutnya menyatakan:

“Jika tidak habis akan kami bagikan kepada panitia pelaksana

untuk dimakan.”18

Pernyataan YN telah menjelaskan bahwa makanan yang

diperjualbelikan jika tidak laku, maka untuk dihidangkan dan dibagikan

kepada seluruh panitia pelaksana.

Selanjutnya peneliti menanyakan, “Bagaimana hasil penjualan

pada saat praktek kegiatan saprah Amal berlangsung?” YN menyatakan:

“Hasil dari penjualan di kegiatan saprah Amal sangat bagus dan ramai.”19

UngkapanYN telah meyatakan, bahwa praktek saprah Amal

dilaksanakan dengan sangat bagus dan ramai.

18

Wawancara dengan pedagang saprah Amal di Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI pada tanggal 09 April 2016.

19

(24)

c. Subjek III

Subjek III dalam penelitian ini adalah RB selaku tokoh

masyarakat. RB berumur 38 Tahun yang dilahirkan di Kota Banjarmasin,

17 Agustus 1977 alamat tinggal RB bertempat tinggal di Jln. Mendawai

Induk RT. 04 RW. VI Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya,

status di masyarakat RB berkedudukan sebagai masyarakat RT. 04 RW.

VI Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya.

Pada tanggal 11 April 2016 peneliti menemui RB salah seorang

masyarakat di Lokasi penelitian tersebut, peneliti melakukan wawancara

langsung dan dilaksanakan wawancara lanjutan pada tanggal 11 Mei

2016 untuk mendapatkan data yang lebih akurat di rumah kediaman

beliau beralamatkan Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI Kecamatan

Jekan Raya Kota Palangka Raya pada pukul 13.12 WIB. Fokus tentang

praktek kegiatan saprah Amal di Kota Palangka Raya dan mengajukan

beberapa pertanyaan diawali dengan pertanyaan, “Apakah Bapak pernah

menghadiri kegiatan praktek saprahAmal di Lokasi Bapak tinggal?”, RB

menyatakan:

“Pernah menghadiri dan ikutserta dalam praktek tersebut.”20

Ungkapan RB telah menyatakan bahwa beliau pernah menghadiri

dan ikut serta dalam praktek kegiatan saprah Amal pada saat

berlangsung. Selanjutnya peneliti menanyakan, “Makanan apa saja yang

20

(25)

bapak beli saat praktek kegiatan saprah Amal berlangsung?”, RB

menyatakan:

“Saat praktek tersebut banyak yang saya beli yang pertama telur penerang hati, kue, ada juga nasi sop, ada juga bubur kacang.”21

Ungkapan RB telah menyatakan saat praktek kegiatan saprah

Amal berlangsung berbagai makanan yang telah dibelinya yaitu telur

penerang hati, kue, nasi sop dan bubur kacang. Selanjutnya peneliti

menanyakan “Bagaimana dengan harga penjualan di saprah Amal

apakah ada kenaikan harga?”, RB menyatakan:

“Sudah jelas berbeda dikarenakan kegiatan ini untuk Amal jadi

mahal sedikit dari saprahbiasanya.”22

RB telah menyatakan bahwa praktek kegiatan saprah Amal

adanya terdapat kenaikan harga dari saprah biasa sebab dengan adanya

kenaikan harga tersebut maka laba dari penjualan akan digunakan untuk

Amal.

Selanjutnya peneliti menanyakan kembali kepada RB, “Apakah

Bapak setuju dengan adanya kenaikan harga saat penjualan makanan di

saprah Amal?”, RB menyatakan:

“Saya sangat setuju kalau kenaikan harga dari saprah biasa karena salah satu sumber untuk pencarian dana sosial selain itu

21

Wawancara lanjutan dengan tokoh masyarakat di Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI pada tanggal 11 Mei 2016.

22

(26)

kelebihan harga dari saprah biasa digunakan untuk berAmal, jadi

menurut saya tidak masalah.“23

RB menyatakan sangat setuju dengan adanya kenaikan harga,

sebab dengan adanya kenaikan harga tersebut akan di gunakan untuk

berAmal dan mempermudah dalam mencari dana sosial.

2. Aktualisasi Praktek Kegiatan Saprah Amal sebagai instrumen keuangan

publik Islam di Mendawai Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan

Tengah

Aktualisasi adalah mengaktualkan suatu kegiatan yang pernah

dilaksanakan untuk mendapatkan suatu kesimpulan pada praktek kegiatan.

Saprah Amal adalah sebuah tradisi yang sering kali dilaksanakan oleh

sebagian masyarakat Banjar untuk mengumpulkan dana, kegiatan tersebut

merupakan suatu kebudayaan yang sering dilaksanakan dalam

mengumpulkan dana pembangunan sarana sosial.

a. Subjek I

Subjek I dalam penelitian ini adalah NR selaku panitia saprah

Amal. NR berumur 37 Tahun yang dilahirkan di Kota Banjarmasin, 19

Mei 1979 alamat tinggal NR bertempat tinggal di Jln. Mendawai Induk

RT. 04 RW. VI Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya, status di

masyarakat NR berkedudukan sebagai bendahara Langgar Darul Iman

Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI Kecamatan Jekan Raya Kota

Palangka Raya

23

(27)

Peneliti menemui seorang subjek NR kembali, selaku panitia

dalam praktek kegiatan saprah Amal. Peneliti melakukan wawancara

langsung pada tanggal 07 April 2016 di Jln. Mendawai Induk RT. 04

RW. VI Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya pada pukul 13.45

WIB. Fokus tentang aktualisasi praktek kegiatan saprah Amal di Kota

Palangka Raya, dengan mengajukan beberapa pertanyaan, diawali

dengan pertanyaan, “Bagaimana hasil setelah praktek kegiatan saprah

Amal berlangsung?”, NR menyatakan:

“Setelah hasil dari kegiatan berlangsung sesuai dengan target

awal, langsung kami melaksanakan pembangunan sambil berjalan, alhamdulillah sampai sekarang untuk pembangunan

tempat wudhu dan WC telah terlaksanakan.”24

Hasil praktek kegiatan saprah Amal sesuai dengan target awal

praktek sebagaimana pernyataan NR telah menjelaskan bahwa saat

kegiatan berlangsung proses pembangunan sambil berjalan untuk

pembangunan tempat wudhu dan WC. Selanjutnya peneliti menanyakan,

“Hasil dari praktek apakah ada berpengaruh terhadap pembangunan

langgar?”, Selanjutnya NR menyatakan:

“Hasil dari praktek tersebut berpengaruh terhadap pembangunan Langgar sebab sudah terlihat jelas tidak buruk lagi tempat wudhu dan WC seperti dahulu yang terbuat dari kayu sekarang bangunan terbuat dari beton dan ada berpengaruhnya juga terhadap langgar berada di pinggir jalan dan lebih baik dari

sebelumnya.”25

24

Wawancara dengan panitia saprah Amal di Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI pada tanggal 07 April 2016.

25

(28)

Pernyataan NR menjelaskan bahwa hasil praktek berpengaruh

terhadap pembangunan Langgar, dimana sebelum praktek dilaksanakan

pembangunan hanya terbuat dari kayu yang telah rusak, dengan adanya

praktek kegiatan saprah Amal tersebut memperoleh hasil yang lebih

bagus dibandingkan bangunan sebelumnya.

Melihat dari pernyataan NR di atas, selanjutnya peneliti

menanyakan, “Apakah Praktek kegiatan saprah Amal hanya fokus untuk

pembangunan sarana peribadatan saja?”, selanjutnya NR menyatakan:

“Karena praktek saprah Amal di tempat kami ini, di Langgar Darul Iman Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI Kecamatan Jekan Raya baru pertama kali kami mengadakan kegiatan ini dan mudah-mudahan sudah di lihat hasilnya dan insyaAllah tahun

berikutnya kami melaksanakan kegiatannya lagi untuk

pembangunan mushola/langgar maupun sarana sosial lainnya.”26

Pernyataan NR telah menyatakan bahwa praktek kegiatan saprah

Amal tidak hanya fokus untuk pembangunan sarana sosial peribatan

melainkan untuk pembangunan sarana sosial lainnya, dalam praktek yang

telah dilaksanakan di Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI Kecamatan

Jekan Raya Kota Palangka Raya merupakan praktek kegiatan pertama

kali melaksanakan kegiatan tersebut. Berdasarkan ungkapan yang telah

dijelaskan NR selanjutnya peneliti menanyakan, “Mengapa tidak

dilaksanakan untuk membangun sarana sosial lainnya?”, NR selanjutnya

menyatakan:

26

(29)

“Karena kemarin di mushola/langgar, tempat wudhu dan WC sering kebanjiran, jika banjir bangunannya pun dari kayu dan

jabuk sudah maka dari itu kami adakan lelang Amal dan saprah

Amal untuk membuat yang lebih baik lagi agar lebih tinggi dan tidak kebanjiran.”27

Pernyataan NR menjelaskan praktek saprah Amal baru dilaksanakan di

lokasi mereka sebab kemarin tempat wudhu dan WC sering kebanjiran,

jika terjadi banjir maka sarananyapun telah rusak dan lapuk, karena itu

kegiatan saprah Amal hanya terlaksanakan untuk pembangunan sarana

ibadah.

b. Subjek II

Subjek II dalam penelitian ini adalah YN selaku pedagang saprah

Amal. YN berumur 24 Tahun yang dilahirkan di Kota Palangka Raya, 09

Mei 1992 alamat tinggal YN bertempat tinggal di Jln. Mendawai Induk

RT. 04 RW. VI Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya, status di

masyarakat YN berkedudukan sebagai ibu RT. 04 RW. VI Kecamatan

Jekan Raya Kota Palangka Raya.

Selanjutnya peneliti menemui YN kembali, salah seorang

pedagang dalam praktek kegiatan saprah Amal, peneliti melakukan

wawancara langsung pada tanggal 09 April 2016 di rumah kediaman

beliau beralamatkan Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI Kecamatan

Jekan Raya Kota Palangka Raya pada pukul 12.21 WIB. Fokus tentang

aktualisasi praktek kegiatan saprah Amal di Kota Palangka Raya dan

mengajukan beberapa pertanyaan diawali dengan pertanyaan,

27

(30)

“Bagaimana pembagian keuntungan dalam penjualan di kegiatan saprah

Amal?”, YN menyatakan

“Pembagian keuntungan dalam hasil penjualan di kegiatan saprah Amal akan kami sumbangkan untuk pembangunan tempat wudhu dan WC.”28

Pembagian keuntungan dari hasil penjualan pada kegiatan saprah

Amal disumbangkan seutuhnya untuk pembangunan sarana sosial seperti

pembangunan tempat wudhu dan WC. Selanjutnya peneliti menanyakan

kembali, “Apabila ada praktek selanjutnya apakah Ibu bersedia?”, YN

menyatakan:

“InsyaAllah bersedia”29

Ungkapan YN telah menyatakan bahwa YN bersedia kembali

menjadi pedagang dalam praktek kegiatan saprah Amal jika

dilaksanakan kembali.

c. Subjek III

Subjek III dalam penelitian ini adalah RB selaku tokoh

masyarakat. RB berumur 38 Tahun yang dilahirkan di Kota Banjarmasin,

17 Agustus 1977 alamat tinggal RB bertempat tinggal di Jln. Mendawai

Induk RT. 04 RW. VI Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya,

status di masyarakat RB berkedudukan sebagai masyarakat RT. 04 RW.

VI Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya.

28

Wawancara dengan pedagang saprah Amal di Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI pada tanggal 09 April 2016.

29

(31)

Peneliti menemui RB kembali salah seorang masyarakat di

Lokasi penelitian tersebut, peneliti melakukan wawancara langsung pada

tanggal 11 April 2016 di rumah kediaman beliau beralamatkan Jln.

Mendawai Induk RT. 04 RW. VI Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka

Raya pada pukul 13.12 WIB. Fokus tentang aktualisasi praktek kegiatan

saprah Amal di Kota Palangka Raya dan mengajukan beberapa

pertanyaan diawali dengan pertanyaan, “Bagaimana pandangan Bapak

mengenai praktek kegiatan saprah Amal tersebut?”, RB menyatakan:

“Pandangan saya mengenai praktek kegiatan saprah Amal sangat

bagus karena kegiatan ini sangat membantu dalam pembangunan langgar di daerah yang saya tinggal harapan saya semoga saja saprah Amal di Jln. Mendawai Induk ini tidak hanya khusus untuk membangun sarana sosial peribadatan saja melainkan untuk pembangunan sarana lainnya seperti sarana pendidikan, yaitu sekolah maupun pesantren tempat belajar mengaji”30

RB telah menyatakan bahwa praktek kegiatan saprah Amal ini

sangat bagus untuk dilaksanakan kembali karena dapat membantu dalam

pembangunan sarana peribadatan daerah tempat tinggal mereka. RB

mengharapkan praktek ini dapat dilaksanakan kembali dalam upaya

pembangunan sarana lainnya.

Selanjutnya peneliti menanyakan kembali, “Bagaimana jika

dilaksanakan kembali kegiatan saprah Amal tersebut apakh Bapak

bersedi kembali membantu sumbangsih dana/modal sukarela untuk

kegiatan tersebut?”, RB menyatakan:

30

(32)

“InsyaAllah bersedia”31

Ungkapan RB telah menyatakan bahwa jika dilaksanakan kembali

kegiatan tersebut RB bersedia membantu kembali untuk praktek kegiatan

saprah Amal diwaktu mendatang.

D. Analisis Data

1. Praktek Kegiatan Saprah Amal di Mendawai Kota Palangka Raya

Provinsi Kalimantan Tengah

Praktek adalah proses atau cara dalam melaksanakan suatu kegiatan

agar sesuai dengan yang diharapkan32, sedangkan kegiatan adalah suatu

aktivitas atau usaha seseorang maupun sekelompok dalam melaksanakan

suatu pekerjaan.33

Saprah Amal berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

adalah tempat berjual beli yang diadakan oleh perkumpulan masyarakat dan

sebagainya dengan maksud mencari dana untuk keperluan tertentu yang

bersifat membangun untuk kesejahteraan bersama.34

Sebagaimana dengan observasi awal peneliti bahwa AR mengatakan;

Saprah Amal ini rancak dilakukan masyarakat Banjar dalam

mambangun sabuah kemaslahatan barataan, dengan adanya saprah

Amal ini maka mampermudah kami selaku panitia pembangunan

sarana umat Islam hagan sabarataan. Hasil dari saprah Amal ni satiap

31

Wawancara dengan tokoh masyarakat di Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI pada tanggal 11 April 2016.

32

Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia..., hlm. 627.

33Ibid.,

hlm. 362.

34Ibid.,

(33)

kami lakukan banyak haja tuh mandapatakan duitnya hagan mambangun biasanya” 35

(Saprah Amal ini sering dilaksanakan masyarakat Banjar dalam

membangun sebuah kesejahteraan semua, dengan saprah Amal ini,

maka mempermudah panitia dalam membangun sebuah sarana umat

Islam. Hasil dari saprah Amal ini setiap kami laksanakan banyak

mendapatkan keuntungan untuk membangun).

Pernyataan AR dapat diketahui bahwa praktek saprah Amal sering

dilaksanakan oleh masyarakat Banjar, praktek tersebut dilaksanakan untuk

mendapatkan keuntungan dalam membangun sebuah kesejahteraan bersama,

dengan praktek ini mempermudah panitia dalam membangun sebuah sarana

umat Islam.

Praktek kegiatan saprah Amal di Kota Palangka Raya Provinsi

Kalimantan Tengah telah dilaksanakan sebelumnya bermula pada tahun

1960, praktek saprah Amal ini dilaksanakan sebagai instrumen pengumpulan

dana pembangunan Masjid Raya Nurul Islam yang beralamatkan di Jln. A.

Yani Kota Palangka Raya. Praktek kegiatan saprah Amal di Kota Palangka

Raya pada tahun 1960 tersebut, di hadiri oleh pelelang handal dari Kota

Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan dengan nama Rusmini Hanil dan

Qoriah bernama Wahidah Arsyad. Pada tahun 1960 sering bermunculan istiah

“malilil” ketika Rusmini Hanil melelangkan harga dengan maksud

membawakan lagu penawaran atau lagu permintaan dari pembeli dengan

upaya meningkatkan harga lelang pada praktek saprah Amal berlangsung. 36

Praktek saprah Amal dilaksanakan kembali pada tahun 2015 yang berlokasi

35

Wawancara observasi awal dengan panitia saprah amal Langgar Darul Iman Mendawai

Induk Kota Palangkaraya, hari jum’at 22 mei 2015 pukul 15.10 WIB.

36

(34)

di Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI Kecamatan Jekan Raya Provinsi

Kalimantan Tengah. Praktek saprah amal di lokasi tersebut telah mengikuti

tahapan konsep manajemen praktek pada umumnya, dimana manajemen itu

sendiri berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan

dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi

manajemen. Manajemen merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan

yang diinginkan.37 Manajemen merupakan sebuah subjek yang sangat penting

karena mempersoalkan penetapan serta pencapaian tujuan-tujuan dari

praktek.38Harold Koontz dan Cyril O’Donnel berpendapat bahwa manajemen

adalah usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain,

dengan demikian manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas

orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan,

pengarahan, dan pengendalian.39

Suatu praktek agar tercapai secara maksimal sudah tentu adanya

manajemen untuk mengatur langkah perjalanan kegiatan tersebut agar

mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai. Sebagaimana dalam praktek

kegiatan saprah Amal di Kota Palangka Raya, pada kegiatan tersebut agar

terlaksana dengan baik, praktek kegiatan tersebut diawali dengan proses

perencanaan, perencanaan (planning) adalah fungsi dasar atau fungsi

fundamental manajemen, karena organizing, actuating, dan controlling harus

37

Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah, Jakarta:Bumi Aksara, 2014, hlm. 1.

38

Brantas, Dasar-dasar Manajemen, Bandung: Alfabeta, 2009, hlm. 13.

39

(35)

terlebih dahulu direncanakan.40 Sebagaimana praktek kegiatan saprah Amal ini sebelum praktek dimulai mereka melakukan rapat koordinasi secara

terbuka terlebih dahulu dari pihak yang bersangkutan untuk membicarakan

perihal tujuan dilaksanakannya praktek kegiatan saprah Amal.

Beberapa definisi rencana (plan) diantaranya The New Webster

Dictionary:

Berpendapat bahwa rencana diartikan sebagai pernyataan dari segala sesuatu yang dikehendaki, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa apa pun macam dan bentuknya segala sesuatu yang dinyatakan itu, asal saja menggambarkan keinginan yang hendak dicapai maka dapat

diartikan sebagai rencana.41

Selain itu Malayu S.P. Hasibuan juga berpendapat:

Rencana adalah sejumlah keputusan yang menjadi pedoman untuk

mencapai suatu tujuan tertentu.42

Setelah melakukan perencanaan (planning) tahap selanjutnya yaitu

tahap organisasi (organizing), organizing berasal dari kata organize yang

berarti menciptakan struktur dengan bagian-bagian yang diintegrasikan

sedemikian rupa, sehingga hubungannya satu sama lain terikat oleh hubungan

terhadap keseluruhanya. Organisasi diartikan menggambarkan pola-pola,

skema, bagan, yang menunjukkan garis-garis perintah, kedudukan karyawan,

hubungan-hubungan yang ada.43 Menurut Prof. Dr. Mr. S. Pradjudi

Atmosudiro organisasi adalah struktur tata pembagian kerja dan struktur tata

hubungan kerja antara sekelompok orang pemenang posisi yang bekerja sama

40

Brantas, Dasar-dasar Manajemen..., hlm. 55.

41

Brantas, Dasar-dasar Manajemen..., hlm. 57.

42Ibid.,

hlm. 57.

43

(36)

secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu. Aspek-aspek

dari defenisi tersebut yaitu adanya tujuan tertentu yang ingin dicapai, adanya

sistem kerja sama yang terstruktur dari sekelompok orang, adanya pembagian

kerja dan hubungan kerja antara sesama karyawan, adanya penetapan dan

pengelompokan pekerjaan yang terintegrasi, adanya keterikatan formal dan

tata tertib yang harus ditaati, dan adanya orang-orang dan alat-alat

organisasi.44 Pada tahap ini yang dilakukan adalah penyusunan organisasi

kepanitiaan untuk keberlangsungan kegiatan saprah Amal sebagaimana yang

telah di nyatakan NR:

“Praktek kegiatan saprah Amal melibatkan masyarakat sekitar dan kami membentuk panitia dibantu yang lainnya dari semua jamaah Langgar Darul Iman.”45

(Praktek kegiatan saprah Amal melibatkan masyarakat sekitar dan

panitia dibentuk dari seluruh jamaah Langgar Darul Iman).

Pernyataan NR di atas bahwa organisasi atau pembentukan

kepanitiaan praktek saprah Amal di Kota Palangkaraya dibentuk dari

masyarakat sekitar serta dibantu oleh seluruh jamaah Langgar Darul Iman.

Adapun tujuan dibentuknya kepanitiaan atau organisasi (organizing) adalah

mengatasi terbatasnya kemampuan, kemauan, dan sumber daya yang

dimilikinya dalam mencapai tujuannya, mencapai secara lebih efektif dan

efisien karena dikerjakannya bersama-sama, wadah memanfaatkn sumber

daya dan teknologi bersama-sama, sebagai wadah mengembangkan potensi

44

Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah..., hlm. 121-122.

45

(37)

dan spesialis yang yang dimiliki seseorang, sebagai wadah mendapatkan

jabatan dan pembagian kerja, sebagai wadah mengelola lingkungan

bersama-sama, sebagai wadah mencari keuntungan, kekuasaan, pengawasan,

penghargaan bersama-sama, serta sebagai wadah memenuhi kebutuhan

manusia yang semakin banyak dan kompleks.46

Setelah melakukan tahap perencanaan (planning), organisasi

(organizing) dalam praktek kegiatan saprah Amal di Kota Palangka Raya

selanjutnya melakukan langkah praktek atau penggerakan (actuating).

Praktek atau penggerakan (actuating) menurut George R. Terry, penggerakan

adalah membuat semua anggota kelompok atau organisasi agar mau bekerja

sama dan bekerja secara ikhlas serta bersemangat untuk mencapai sesuai

dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian.47 Praktek atau

penggerakan (actuating) pada kegiatan saprah Amal di Kota Palangka Raya,

sebagaimana di jelaskan NR:

“Praktek saprah Amal dilaksanakan pada tanggal 27 Februari 2015

selama satu bulan, dilaksanakan dua kali dalam satu minggu dan jumlah pertemuan selama delapan kali kegiatan, dilaksanakan setelah ba’da solat Isya.”48

(Praktek kegiatan saprah Amal dilaksanakan pada tanggal 27 Februari

2016 selama satu bulan, praktek tersebut dilaksanakan dua kali dalam satu minggu dan delapan kali praktek dalam satu bulan, praktek tersebut dilaksanakan setelah sholat Isya).

Penjelasan NR bahwa praktek atau penggerakan (actuating) kegiatan

saprah Amal dilaksanakan sejak tanggal 27 Februari 2015, praktek tersebut

46

Brantas, Dasar-dasar Manajemen..., hlm. 73-74.

47Ibid.,

hlm. 95.

48

(38)

dilaksanakan selama dua kali dalam satu minggu dan sebanyak delapan kali

praktek dalam satu bulan. Praktek tersebut dilaksanakan setelah sholat Isya.

Sebelum praktek berlangsung tahap praktek awal kegiatan saprah Amal

diawali dengan pengumpulan modal untuk pengadaan acara kegiatan saprah

Amal, dimana pengumpulan dana tersebut dikumpulkan dari warga atau

masyarakat sekitar baik berupa uang maupun berupa bahan untuk

keberlangsungan acara kegiatan saprah Amal sebagaimana yang dijelaskan

YN:

“Sistem pengumpulan modalnya kami modalnya dari masyarakat dan

kami gunakan kembali untuk membeli bahan kegiatan saprah Amal

untuk diperjualbelikan kembali kepada masyarakat.”49

(Sistem pengumpulan modalnya, modalnya terkumpul dari

masyarakat dan digunakan kembali untuk membeli bahan yang akan diperjualbelikan kembali kepada masyarakat pada saat kegiatan saprah Amal).

Setelah pengumpulan dana terkumpul dari warga atau masyarakat

sekitar prakteknya pun dilaksanakan sebagaimana jadwal praktek yang telah

ditentukan. Adapun barang yang diperjual belikan dalam kegiatan saprah

Amal tersebut bervariasi, sesuai kesepakatan para pedagang dalam praktek

kegiatan saprah Amal biasanya, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh YN:

“Barang yang diperjualbelikan di kegiatan saprah Amal bermacam-macam berupa bubur kacang, nasi rawon, nasi sop dan sebagainya”50

(Makanan yang diperjualbelikan di kegiatan saprah Amal bervariasi

yaitu berupa bubur kacang, nasi rawon, nasi sop, dan sebagainya).

(39)

Penjelasan dari YN bahwa dalam praktek kegiatan saprah Amal

makanan yang diperjual belikan bervariasi adapun mengenai harga penjualan

makanan saat kegiatan berlangsung terdapat adanya perbedaan antara praktek

kegiatan saprah Amal dengan saprah biasanya yaitu terdapat adanya

kenaikan harga penjualan dibandingkan harga pada warung biasanya

sebgaimana yang telah dijelaskan YN:

“Ada kenaikan saat praktek berlangsung, seperti nasi sop pada warung

biasa kisaran harga Rp. 10.000,- di kegiatan saprah Amal berkisar Rp.

15.000,- , nasi rawon warung biasa kisaran Rp. 10.000,- di kegiatan saprah Amal berkisar Rp. 15.000,- , bubur kacang warung biasa

kisaran Rp. 8.000,- di kegiatan saprah Amal berkisar Rp. 10.000,- ,

telur itik pada warung biasa kisaran Rp. 3.000,- di saprah Amal

kisaran Rp. 5.000,- karena telur penerang hati, teh hangat atau teh es

di warung biasa kisaran Rp. 2.000,- di saprah Amal kisaran Rp.

3.000,- , mie rebus pada warung biasa kisaran harga Rp. 4.000,- di saprah Amal Rp. 5.000,- , kopi manis warung biasa kisaran harga Rp.

3.000,- di saprah Amal berkisar Rp. 5.000,- .”51

(Terdapat kenaikan harga saat praktek berlangsung. seperti nasi sop, pada warung biasa kisaran harga antara Rp. 10.000,- dalam kegiatan penerang hati, teh hangat atau teh es pada warung biasa kisaran harga

antara Rp. 2.000,- , pada saat kegiatan saprah Amal berkisar menjadi

Rp. 3.000,- , mie rebus pada warung biasa kisaran harga antara Rp.

4.000,- , pada saat kegiatan saprah Amal berkisar menjadi Rp. 5.000,-

, kopi manis pada warung biasa kisaran harga antara Rp. 3.000,- , pada

saat kegiatan saprah Amal berkisar menjadi Rp. 5.000,- ).

Praktek kegiatan saprah Amal di Kota Palangka Raya Provinsi

Kalimantan Tengah terdapat adanya kenaikan harga penjualan saat praktek

51

(40)

saprah Amal berlangsung dibandingkan warung biasa yaitu dapat di lihat dari

perbedaan harga nasi sop pada warung biasa kisaran harga mencapai Rp.

10.000,- sedangkan pada saat praktek saprah Amal berlangsung harga

berkisar menjadi Rp. 15.000,- , diiringi dengan harga nasi rawon pada warung

biasa harga berkisar Rp. 10.000,- saat praktek kegiatan saprah Amal

berlangsung harga berkisar Rp. 15.000,- , bubur kacang harga pada warung

biasa berkisar hanya Rp. 8.000,- sedangkan pada saat praktek saprah Amal

berlangsung harga berkisar menjadi Rp. Rp. 10.000,- selanjutnya harga telur

itik pada warung biasa kisaran Rp. 3.000,- saat praktek saprah Amal

berlangsung harga telur itik berkisar Rp. 5.000,- karena telur tersebut telah

dibacakan doa penerang hati oleh tokoh Agama, selanjutnya teh hangat atau

teh es pada warung biasa harga berkisar Rp. 2.000,- sedangkan saat praktek

saprah Amal berlangsung harga berkisar Rp. 3.000,- , mie rebus pada warung

biasa kisaran Rp. 4.000,- sedangkan saat praktek saprah Amal berlangsung

harga berkisar Rp. 5.000,- selanjutnya kopi manis harga warung biasa

berkisar Rp. 3.000,- pada saat praktek saprah Amal berlangsung harga

berkisar menjadi Rp. 5.000,-. Selanjutnya YN menjelaskan kembali:

“Ada sedikit kenaikan, sebab kelebihan dari laba penjualan atau hasil

digunakan untuk Amal”.52

(Terdapat sedikit kenaikan, karena kelebihan dari hasil atau laba penjualan akan digunakan untuk Amal).

Penjelasan dari YN dapat dipahami bahwa adanya perbedaan harga

dari penjualan saat kegiatan saprah Amal berlangsung dengan saprah

52

(41)

biasanya karena adanya terdapat kelebihan laba yang akan digunakan untuk

pembangunan sarana sosial. Perbedaan harga dalam praktek kegiatan saprah

Amal di Kota Palangka Raya tidak masalah bagi warga atau masyarakat

sekitar sebab dengan adanya kelebihan atau perbandingan harga tersebut

maka kegiatanpun perlu dilaksanakan untuk membantu dalam meringankan

dana pembangunan sarana sosial yang belum tercapai. Sebagaimana dengan

penjelasan RB:

“Sudah jelas berbeda dikarenakan kegiatan ini untuk Amal, jadi mahal

sedikit dari saprahbiasanya.”53

(Jelas berbeda karena kegiatan ini untuk Amal, jadi terdapat kenaikan

sedikit dari saprah biasanya).

Selanjutnya subjek RB menjelaskan kembali:

“Saya sangat setuju kalau kenaikan harga dari saprah biasa karena salah satu sumber untuk pencarian dana sosial selain itu kelebihan

harga dari saprah biasa digunakan untuk berAmal, jadi menurut saya

tidak masalah.“54

(saya sangat setuju dan tidak masalah dengan adanya kenaikan harga

dari saprah biasanya, karena kelebihan harga dari saprah biasa

digunakan untuk berAmal,dan merupakan salah satu sumber untuk pencarian dana sosial).

RB menyatakan bahwa tidak tidak mempermasalahkan mengenai

kenaikan harga dalam praktek kegiatan saprah Amal di Kota Palangka Raya

saat berlangsung sebab dengan adanya praktek tersebut maka kelebihan dari

laba atau keuntungan merupakan salah satu sumber untuk pencarian dana

sosial dan digunakan untuk Amal. Selain mengenai perbedaan kenaikan

53

Wawancara lanjutan dengan tokoh masyarakat di Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI pada tanggal 11 Mei 2016.

54

(42)

harga, praktek kegiatan saprah Amal di Kota Palangka Raya Provinsi

Kalimantan Tengah maupun praktek kegiatan saprah Amal pada umumnya

dibandingkan saprah biasanya, sebagaimana penjelasan dari NR adapun yang

membedakan praktek kegiatan saprah Amal dibandingkan saprah biasanya:

“Perbedaan saprah Amal dengan warung biasanya sedangkan kalau

saprah Amal waktu prakteknya ditentukan, terus kalau warung biasa

waktu praktekya panjang, sedangkan untuk harga saprah Amal harga

relatif ada kenaikan, terus kalau warung biasa itu biasanya harga

standar dengan penjual yang lain, terus saprah Amalkan terbentuk ada

panitia yang mengkordinirnya terus sedangkan warung biasakan tidak

ada karena itu kepemilikan pribadi, saprah Amal juga berfungsi untuk

kesejahteraan bersama sedangkn warung biasa hanya untuk mencukupi kebutuhan saja.”55

(Perbedaan praktek saprah Amal dengan warung biasanya, terdapat

perbedaan yaitu praktek saprah Amal waktu prakteknya di tentukan,

sedangkan warung biasa waktu praktekya panjang. Sedangkan untuk

harga saprah Amal, harga relatif ada kenaikan sedangkan warung

biasa harga standar dengan penjual yang lainnya. Praktek kegiatan saprah Amal terbentuk adanya susunan kepanitiaan yang akan mengkordinir, sedangkan warung biasa tidak terdapat kepanitiaan

karena warung tersebut kepemilikan pribadi. Saprah Amal juga

berfungsi untuk kesejahteraan bersama sedangkan warung biasa berfungsi untuk memenuhi kebutuhan pribadi saja).

Praktek kegiatan saprah Amal sungguh berbeda dengan praktek

warung biasanya sebagaimana yang telah di nyatakan NR di atas adanya

terdapat perbedaan antara keduanya yaitu dalam praktek saprah Amal waktu

prakteknya ditentukan sedangkan warung biasa waktu prakteknya relatif

panjang, selain itu juga terdapat mengenai perbedaan harga, untuk praktek

kegiatan saprah Amal barang yang dijual belikan terdapat adanya kenaikan

55

(43)

harga sedangkan warung biasa harga barang yang diperjual belikan relatif

dengan penjual lainnya. Praktek saprah Amal juga terbentuk kepanitiaan

yang akan mengkordinir saat praktek kegiatan saprah Amal berlangsung

sedangkan warung biasa tidak terdapat kepanitiaan, selanjutnya praktek

saprah Amal juga berfungsi untuk mencapai kesejahteraan bersama

sedangkan warung biasa hanya untuk mencukupi kebutuhan. Selain adanya

perbedaan antara praktek kegiatan saprah Amal saat berlangsung

dibandingkan praktek warung biasanya juga terdapat keunikan dalam

prakteknya sebagaimana yang dinyatakan NR:

“Untuk keunikannya, pembeli memiliki nilai ibadah dapat berAmal,

selanjutnya juga terdapat telur penerang hati yang hanya ada di saprah

Amal sedangkan di warung biasa tidak ada, saling menjaga

silaturahmi upaya mencapai kesejahteraan bersama”56

(Keunikannya pembeli memiliki nilai ibadah karena dapat berAmal, selain itu juga terdapat telur penerang hati yang hanya terdapat pada

saat praktek kegiatan saprah Amal dan tidak terdapat pada warung

biasanya, serta saling menjaga silaturahmi upaya mencapai kesejahteraan bersama).

Pernyataan dari NR bahwa praktek kegiatan saprah Amal terdapat

adanya keunikan yaitu untuk pembeli yang membeli makanan dalam kegiatan

tersebut telah memiliki adanya nilai ibadah karena sebagian dari penjualannya

disumbangkan untuk Amal, selain itu juga terdapat telur penerang hati yang

tidak ada di jual di warung biasa, serta dengan adanya kegiatan saprah Amal

56

(44)

dapat menjaga silaturahmi antar sesama untuk mencapai kesejahteraan

bersama.

Saprah Amal/bazar sendiri merupakan sebuah saprah yang menjual

makanan, minuman, dan lainnya. Biasanya saprah seperti ini dibuka pada

waktu tertentu dan jangka waktu terbatas. Hasil penjualannya disalurkan

masyarakat untuk kegiatan Amal.57 Praktek kegiatan saprah Amal di Kota

Palangka Raya dilaksanakan tidak setiap waktu praktek kegiatan saprah pada

umumnya dimana praktek saprah Amal di Kota Palangka Raya dilaksanakan

pada waktu tertentu saja sebagaimana yang dinyatakan oleh NR:

Saprah Amal dilaksanakan pada saat momen tertentu dalam

merenovasi Langgar Darul Iman terutama untuk pembangunan tempat wudhu dan WC, dikarenakan tempat yang dulu telah hancur dan sekarang ingin direnovasi menjadi bangunan beton karena itu kami

selaku panitia ingin mengadakan lelang Amal sekaligus saprah

Amal.”58

(Saprah Amal dilaksanakan pada saat momen tertentu dalam

merenovasi Langgar Darul Iman, karena itu panitia mengadakan

lelang Amal sekaligus saprah Amal yaitu untuk pembangunan tempat

wudhu dan WC, karena tempat yang dulu telah hancur dan ingin direnovasi menjadi bangunan permanen).

Sebagaimana yang telah dinyatakan NR, bahwa kegiatan saprah Amal

dilaksanakan pada saat momen tertentu. Praktek saprah Amal seringkali

dilaksanakan dalam upaya pembangunan sarana sosial, pada kegiatan ini

saprah Amal dilaksanakan untuk membangun tempat wudhu dan WC,

57

Ant, Pemkab Bengkalis Bakal Buka Pasar Amal Ramadan,

http://news.okezone.com/read/2015/06/12/340/1164224/pemkab-bengkalis-bakal-buka-pasar-amal-ramadan, diunduh pada tanggal 20 oktober 2015.

58

(45)

dikarenakan tempat yang dulu telah rusak dan ingin direnovasi kembali

menjadi bangunan yang permanen, meskipun praktek kegiatan saprah Amal

tidak setiap saat dilaksanakan pada setiap saat namun memperoleh hasil yang

sangat membantu dalam praktek kegiatan pengumpulan dana sebagaimana

yang dinyatakan YN:

“Hasil dari penjualan di kegiatan saprah Amal sangat bagus dan ramai.”59

(Hasil penjualan pada kegiatan saprah Amal sangat bagus dan ramai).

Ungkapan YN telah meyatakan, bahwa praktek saprah Amal

dilaksanakan dengan sangat bagus dan ramai. Senada dengan penyataan NR:

“Praktek tersebut dilaksanakan dengan lancar dan pembelinyapun

tidak hanya masyarakat mendawai dari luar juga ada dikarenakan bersifat umum, tetapi masih dalam bentuk tradisional terdapat penjual

dan pembeli.”60

(Praktek tersebut dilaksanakan dengan lancar dan pembelinya tidak hanya masyarakat mendawai melainkan dari luar sebab kegiatan ini bersifat umum, tetapi praktekya masih dilaksanakan dalam bentuk tradisional yaitu terdapat antara penjual dan pembeli).

Paparan dari NR telah menyatakan praktek kegiatan saprah Amal ini

dilaksanakan dengan lancar, NR juga menyatakan bahwa pembeli pada

kegiatannya tidak hanya berasal dari masyarakat mendawai melainkan

masyarakat dari luar mendawai dikarenakan kegiatan saprah Amal ini

59

Wawancara dengan pedagang saprah Amal di Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI pada tanggal 05 April 2016.

60

(46)

bersifat umum namun prakteknya dilaksanakan secara tradisional terdapat

penjual dan pembeli.

Praktek kegiatan saprah Amal dilaksanakan secara tradisonal dimana

telah dinyatakan oleh NR bahwa praktek tersebut dilaksanakan dengan

adanya pedagang yang menjual dan menawarkan barangnya kepada pembeli

pada umumnya. Sebagaimana pengertian pasar tradisional merupakan tempat

bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi

penjual pembeli secara langsung.61

Setelah tahap perencanaan (planning), pembentukan kepanitiaan atau

organisasi (organizing), praktek atau penggerakan (actuating), selanjutnya

yaitu tahap pengawasan (controlling), dalam praktek kegiatan saprah Amal

juga terdapat tahap pengawasan (controlling) dimana pengawasan

(controlling) adalah fungsi terakhir dari proses manajemen, dalam tahap ini

sangat menentukan praktek proses manajemen. Pengawasan adalah proses

pemantauan, penilaian, dan pelaporan rencana atas pencapaian tujuan yang

telah ditetapkan untuk tindakan korektif guna penyempurnaan lebih lanjut.62

Pengawasan berkaitan erat dengan fungsi perencanaan dan kedua fungsi ini

merupakan hal yang sangat mengisi:

a. Pengawasan harus terlebih dahulu direncanakan

b. Pengawasan baru dapat dilakukan jika ada rencana

c. Praktek rencana akan baik, jika pengawasan dilakukan dengan baik

61

Wikipedia, Konsep Pasar, Http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar, diunduh pada tanggal 18 Mei 2016.

62

(47)

d. Tujuan baru dapat diketahui tercapai dengan baik atau tidak setelah

pengawasan atau penilaian dilakukan.63

Pengawasan dilakukan sebelum proses, saat proses, dan setelah

proses, yakni hingga hasil akhir diketahui. Pengawasan diharapkan juga agar

pemanfaatan semua unsur (6M), efektif dan efisien. Sebagaimana penyataan

NR:

“Laporan pertanggungjawaban keuangan dalam kegiatan jelas dikarenakan saya sendiri yang membuat pelaporannya serta menjadi bendaharanya dan pembukuannya lengkap.”64

(Laporan pertanggungjawaban keuangan kegiatan sudah jelas dikarenakan saya sendiri yang membuat pelaporan, menjadi bendahara, dan pembukuanya lengkap).

Pernyataan NR dapat dipahami bahwa praktek saprah Amal

dilaksanakan dengan pelaporan pertanggungjawaban yang telah terkodinir

dengan jelas dikarenakan NR sendiri menjadi bendahara dalam kegiatan

saprah Amal tersebut. Tujuan dari pengawasan yaitu:

a. Supaya proses praktek dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan

dari rencana

b. Melakukan tindakan perbaikan (corrective), jika terdapat

penyimpangan-penyimpangan (deviasi).

c. Supaya tujuan yang dihasilkan sesuai dengan rencananya

63

Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah..., hlm. 241.

64

Gambar

Tabel 5: Nama Kecamatan dan Kelurahan, Jumlah Rukun Warga (RW) dan
Tabel 6: Luas Kawasan Hutan dan Penggunaan Lainnya di Wilayah Kota
Tabel 7:  Luas Wilayah Kota Palangkaraya menurut Kelurahan.

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan dan pertanggungjawaban belanja subsidi pajak ditanggung Pemerintah atas PPnBM yang terutang atas penyerahan kendaraan bermotor tertentu yang ditanggung oleh

Dari hasil data yang diperoleh di lapangan terkait peran pembiayaan mudharabah serta faktor yang menjadi penghambat dalam pemberdayaan usaha dari sektor mikro pedagang

gate serta probabilitas delay yang diberikan, maka dirancang beberapa eksperimen untuk kebijakan yaitu pencegahan probabilitas delay 3 jam dan 4 jam karena dari

pengambilan data di lapangan secara langsung memberikan informasi lebih detail mengenai kemiringan lereng dan ketinggian tempat terhadap individu Daun Sang yang

Pendaftaran siswa/siswi baru pada SMK IV KUNINGAN masih menggunakan manual, seperti menggunakan media alat tulis dan kertas untuk melakukan pendataan pendaftaran sekolah dan ini

Dengan demikian, lembaga masjid memerlukan akuntansi sebagai alat bantu dalam pengelolaan, perencanaan dan pengawasan keuangan dengan berpedoman pada PSAK 45 tahun 2011

Karakteristik Pemerintah Daerah terhadap Kepatuhan Pengungkapan Wajib dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Jawa Timur (Studi Empiris pada Kabupaten/Kota di Jawa

anaknya. 4) Tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal. Tidak memengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka di perut. Tidak memperbesar kemungkinan prolaps atau