BAB IV
PEMAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian
1. Gambaran tentang Kota Palangka Raya
Kota Palangka Raya adalah ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah.
Secara geografis, Kota Palangka Raya terletak pada : 113o30’-114o07’ Bujur
Timur 1o30’-2o24’ Lintang Selatan. Wilayah administrasi Kota Palangka
Raya terdiri dari 5 (lima) wilayah Kecamatan yaitu Kecamatan Pahandut,
Sebangau, Jekan Raya, Bukit Batu, dan Rakumpit yang terdiri dari 30
Kelurahan dengan batas-batas sebagai berikut:1
Sebelah Utara : Kabupaten Gunung Mas.
Sebelah Timur : Kabupaten Gunung Mas.
Sebelah Selatan : Kabupaten Pulang Pisau.
Sebelah Barat : Kabupaten Katingan.
Jumlah penduduk Palangkaraya tahun 2014 ada 252.105 orang,
51,15% laki-laki dan 48,85 % perempuan berdasarkan luas wilayah
dibanding jumlah penduduk yang ada, pahandut adalah kecamatan terpadat
di Palangka Raya dimana ada 752 orang per Km2.
Kota Palangka Raya mempunyai luas wilayah 2.678,51 Km2 (267.851
Ha) dibagi ke dalam 5 (lima) Kecamatan yaitu Kecamatan Pahandut,
Sebangau, Jekan Raya, Bukit Batu dan Rakumput dengan luas
1
Khadijah dan M. Tufiqurrahman, Palangka Raya dalam Angka 2015, t.tp: Badan Pusat Statistik Kota Palangka Raya, 2015, hlm. 3.
masing 117,25 Km2 , 583,50 Km2, 352,62 Km2, 572 Km2 dan 1.053,14 Km2.2
Tabel 4: Luas Wilayah Kota Palangka Raya, 2014.
No. Kecamatan Luas %
1. Pahandut 117,25 Km2 4,4
2. Sebangau 583,50 Km2 21,8
3. Jekan Raya 352,62 Km2 13,2
4. Bukit Batu 572,00 Km2 21,3
5. Rakumpit 1053,14 Km2 39,3
Palangka Raya 2678,51 Km2 100.0
Tabel 5: Nama Kecamatan dan Kelurahan, Jumlah Rukun Warga (RW) dan
Rukun Tetangga (RT) Kota Palangka Raya, 2014.
Kecamatan Kelurahan Rukun Tetangga Rukun Warga
Pahandut Pahandut 96 26
Penarung 50 15
Langkai 69 17
Tumbang Rungan 2 1
Tanjung Pinang 11 4
Pahandut Seberang 10 2
Jumlah Dikecamatan Pahandut 238 65
Sebangau Kereng Bengkirai
Jumlah Dikecamatan Sebangau 76 14
Jumlah di Kecamatan Jekan Raya 310 56
Jumlah di Kecamatan Bukit Batu 52 16
Jumlah di Kecamatan Rakumpit 19 8
Total RT/RW di Kota
Palangkaraya
677 157
Sumber : Kantor Walikkota Palangka Raya, 2014.
Tabel 6: Luas Kawasan Hutan dan Penggunaan Lainnya di Wilayah Kota
Palangka Raya.
Pembagian Kawasan Hutan Menurut Status
Luas (Ha)
A. Kawasan Lindung
1. Daerah Sempadan Sungai (DSS) 2.403,39
2. Hutan Lindung 10.105,34
3. Suaka Alam 1.771,12
4. Taman Nasional Darat 63.816,40
5. Cagar Alam 726,20
B. Kawasan Budidaya
1. Area Penggunaan Lainnya
(APL)
41.209,62
2. Hutan Produksi dapat
Dikonveksi
3. Hutan Produksi (HP) 74.595,06
Jumlah 285.349,28
Sumber : Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kota Palangka Raya.
2. Gambaran Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya
a. Profil Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya
Lokasi penelitian yang diambil sebagai tempat penelitian berada di
Kecamatan Jekanraya Kota Palangka Raya yang memiliki jumlah
penduduk sebanyak 119.178 yang terdiri dari 60.790 jiwa laki-laki dan
58.388 jiwa perempuan. Jumlah kepala keluarga (KK) di Kecamatan Jekan
Raya saat ini mencapai sekitar 31.524 KK.
Kecamatan Jekan Raya merupakan salah satu bagian wilayah Kota
Palangkaraya dengan memiliki luas lahan sebesar 352,62 km2 (13,16%
dari luas Kota Palangka Raya) jekan raya merupakan kecamatan terluas
kedua setelah kecamatan sebangau. Secara administrasi Kecamatan Jekan
Raya dibatasi oleh :
a. Bagian Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Katingan.
b. Bagian Utara : Berbatasan dengan Bukit Rawi / Kabupaten
Pulang Pisau.
c. Bagian Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Tumbang Rungan
d. Bagian Barat : Berbatasan dengan Kelurahan Kereng Bengkirai
Kecamatan Sebangau.
Tabel 7: Luas Wilayah Kota Palangkaraya menurut Kelurahan.
NO Kelurahan Luas Ha
1. Kelurahan Menteng 31,00 Km2
2. Kelurahan Palangka 24,75 Km2
3. Kelurahan Bukit Tunggal 237,12 Km2
4. Kelurahan Katimpun 59,75 Km2
Sumber : Profil dan Tiologi Kecamatan Jekanraya 2014.
Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka
Raya Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) :
a. Kelurahan/Desa Menteng (Kodepos : 73111).
b. Kelurahan/Desa Bukit Tunggal (Kodepos : 73112).
c. Kelurahan/Desa Palangka (Kodepos : 73112).
d. Kelurahan/Desa Petuk Katimpun (Kodepos : 73118).
b. Visi dan MisiKecamatan Jekanraya Palangka Raya
1) Visi
Terwujudnya Kecamatan Jekan Raya sebagai Pelopor
Pelaksana Tata Kelola Pemerintah Masyarakat Terbaik dan
“Terbaik Dalam Pelayanan dan Bimbingan Masyarakat Islam di
Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya.”
2) MISI
Untuk mencapai Visi yang telah ditentukan maka Kecamatan Jekan
Raya memiliki beberapa misi sehingga menjadi satu kesatuan tekad
yang harus terwujud tahun- pertahun secara bertahap sesuai dengan
rencana strategis lima tahunan, untuk hal tersebut beberapa misi
Pemerintahan Kecamatan Jekan Raya sebagai berikut :
a. Mewujudkan Sumber Daya Aparatur dan sumber Daya
Masyarakat yang memiliki kemampuan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi.
b. Mewujudkan Kualitas Pelayanan Publik.
c. Mewujudkan Pembangunan Infrastruktur Pelayanan Umum
dan Pelayanan Sosial.
d. Mewujudkan Kualitas dan Kuantitas Fasilitas Sarana dan
Prasarana Perkantoran.
e. Mewujudkan Kerukunan dan Ketertiban hidup antar Kelompok
dan agama dalam masyarakat.
c. Tujuan dan Sasaran
1. Tujuan
a) Terwujudnya penyelenggaraan Pemerintahan yang baik bersih
dan akuntabilitas.
partisipatif terpadu dan berwawasan lingkungan.
c) Terwujudnya pelayanan umum yang prima dan tersedianya
sarana/prasarana pemerintahan yang memadai.
d) Terselenggaranya pembinaan ekonomi produktif,
kesejahteraan sosial, hukum adat dan perlindungan
masyarakat.
e) Terwujudnya keamanan dan ketertiban masyarakat
2. Sasaran
a) Melakukan pembinaan sistem manajemen pemerintahan yang
baik.
b) Peningkatan aparatur pemerintah yang berkualitas, terampil
dalam bidang tugasnya melalui pendidikan dan pelatihan.
c) Meningkatkan kepuasan terhadap pelayanan yang prima oleh
aparat pemerintah.
d) Peningkatan fasilitas-fasilitas dan sarana pelayanan umum yang
diperlukan masyarakat.
e) Melakukan urusan ketertiban dan keamanan masyarakat dalam.
f) Melakukan penataan, pemeliharaan sarana dan prasarana
lingkungan.
d. Tugas Pokok dan Fungsi
1) Tugas Pokok
Kantor Kecamatan Jekan Raya mempunyai tugas pokok
sebagai pelimpahan wewenang dari Walikota untuk menjalankan
berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku sehingga tidak
terjadi tumpang tindih tugas dengan instansi lain yang terkait
sehingga pelayanan terhadap masyarakat dapat diselenggarkan
dengan baik.
2) Fungsi
Dalam menyelenggarakan tugas pokoknya Kecamatan Jekan Raya
Kota Palangka Raya mempunyai fungsi :
a) Menyelenggarakan tugas pemerintahan umum, pembinaan
pertanahan, pembinaan kesatuan bangsa dan perlindungan
masyarakat.
b) Membina ketentraman dan ketertiban wilayah, kesejahtraan
sosial dan dan pelayanan umum.
c) Membina pembangunan masyarakat Kelurahan meliputi
pembinaan perekonomian dan produksi, lingkungan hidup
serta pemberdayaan perempuan.
d) Menyusun program, pembinaan administrasi ketatausahaan
dan rumah tangga.
e) Menyelenggarakan kewenangan pemerintah yang
dilimpahkan oleh Walikota.
3) Kebijakan
Dalam rangka upaya mewujudkan Visi dan Misi, dirumuskan
kebijakan dalam rangka mengatasi permasalahan yang terjadi
a) Penetapan aturan yang jelas dan penyusunan kebutuhan
anggaran biaya maupun personil dalam kegiatan pelayanan.
b) Penyederhanaan sistem oprasional presedur dan
administrasi.
c) Peningkatan sarana dan prasarana atau fasilitas-fasilitas
kerja untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan.
d) Pengebangan budaya kerja yang professional dan
bertanggung jawab.
4) Sasaran
Peningkatan Kapasitas dan Pelayanan Administrasi
Pemerintah Umum yang prima serta pembinaan Kegiatan
Masyarakat diwilayah Kecamatan Jekan Raya.
3. Gambaran Lokasi Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian bertempat di Jln. Mendawai Induk Kecamatan
Jekan Raya Kota Palangka Raya. Lokasi tersebut merupakan lokasi yang
termasuk pemukiman padat penduduk, hal ini terlihat dari jarak antar
rumah yang satu dengan yang lainnya sangat berdekatan. Penduduk di
lokasi tersebut sebagian besar beragama Islam yang terdiri dari berbagai
suku yaitu suku banjar, suku jawa dan suku dayak. Lokasi tersebut
sebagian besar terdiri dari suku banjar. Mata pencarian penduduk
kecil yang Pegawai Negeri Sipil (PNS).3 Penelitian ini terfokuskan pada Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI Kecamatan Jekan Raya Kota
Palangka Raya, karena praktek saprah Amal pada belakangan ini hanya
dilaksanakan di lokasi tersebut.
Jumlah Rukun Tetangga di kawasan Rukun Warga VI Kecamatan
Jekan Raya Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah tersebut
berjumlah 05 RT dan jumlah penduduk RT 04 tersebut ± berjumlah 178
KK.4
b. Struktur Organisasi Praktek Kegiatan Saprah Amal
3
Berdasarkan Pengamatan Penulis di Lapangan, Pada Lokasi Jln. Mendawai Induk Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah.
4
Berdasarkan data dari Ketua RT 04 RW. VI Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya.
Ketua Langgar Darul Iman
Muhammad Arsyad
Ketua Panitia
Fahrujani
Bendahara
Nursam Sekretaris
Struktur 1: struktur organisasi praktek kegiatan saprah Amal yang dibuat
oleh penulis berdasarkan data yang didapatkan.
B. Tahapan Penggalian Data
Reaktualisasi konsep saprah Amal sebagai sumber keuangan publik Islam
(studi: saprah Amal di Mendawai Kota Palangkaraya Provinsi Kalimantan
Tengah).
Sebelum penulis memaparkan hasil penelitian ini, terlebih dahulu
memaparkan tahapan penelitian yang dilaksanakan, yakni diawali dengan
penyerahan surat permohonan izin riset penelitian dari Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam IAIN Palangkaraya, kepada Kantor Badan Penelitian,
Pengembangan, Inovasi, dan Teknologi Kota Palangka Raya, setelah
diterbitkannya surat izin penelitian dari kantor tersebut, akan di teruskan surat
rekomendasi tersebut kepada Camat Jekan Raya Kota Palangkaraya, setelah
mendapatkan respon dari kantor camat penulis langsung melakukan penelitian
kelapangan untuk melakukan penggalian data.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan 3 subjek penelitian. Subjek
penelitian ini merupakan orang yang mengetahui secara menyeluruh mengenai
praktek kegiatan saprah Amal di Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI
Kecamatan Jekan Raya Kota Palangkaraya, karena itu penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling, yakni dengan memilih responden yang
dapat di jadikan narasumber/informant/responden dalam penelitian ini untuk
C. Pemaparan Data Penelitian
1. Praktek Kegiatan Saprah Amal di Mendawai Kota Palangka Raya
Provinsi Kalimantan Tengah
Praktek adalah proses atau cara dalam melaksanakan suatu kegiatan
agar sesuai dengan yang diharapkan, sedangkan kegiatan adalah suatu
aktivitas atau usaha seseorang maupun sekelompok dalam melaksanakan
suatu pekerjaan.
a. Subjek I
Subjek I dalam penelitian ini adalah NR selaku panitia saprah
Amal. NR berumur 37 Tahun yang dilahirkan di Kota Banjarmasin, 19
Mei 1979 alamat tinggal NR bertempat tinggal di Jln. Mendawai Induk
RT. 04 RW. VI Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya, status di
masyarakat NR berkedudukan sebagai bendahara Langgar Darul Iman
Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI Kecamatan Jekan Raya Kota
Palangka Raya
Pada tanggal 07 April 2016 peneliti menemui seorang subjek NR
selaku panitia dalam praktek kegiatan saprah Amal. Peneliti melakukan
wawancara langsung dan dilaksanakan wawancara lanjutan pada tanggal
11 Mei 2016 agar mendapatkan data yang lebih akurat di Jln. Mendawai
pukul 13.45 WIB. Fokus tentang praktek kegiatan saprah Amal di Kota
Palangka Raya, dengan mengajukan beberapa pertanyaan, diawali
dengan pertanyaan, “Sejak kapan praktek saprah Amal dilaksanakan di
Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI Kecamatan Jekan Raya?”, adapun
praktek kegiatan saprah Amal di Kota Palangkaraya yang dinyatakan
oleh NR:
“Praktek saprah Amal dilaksanakan pada tanggal 27 februari
2015 selama satu bulan, dilaksanakan dua kali dalam satu minggu dan jumlah pertemuan selama delapan kali kegiatan, dilaksanakan setelah ba’da solat Isya.”5
Ungkapan NR telah menyatakan bahwa praktek kegiatan saprah
Amal dilaksanakan sejak tanggal 27 Februari 2015, praktek tersebut
dilaksanakan selama dua kali dalam satu minggu dan sebanyak delapan
kali praktek dalam satu bulan. Praktek tersebut dilaksanakan setelah
sholat Isya. Selanjutnya peneliti menanyakan, “Pada saat momen atau
acara apa saja kegiatan saprah Amal tersebut dilaksanakan?”, NR
menyatakan:
“Saprah Amal dilaksanakan pada saat momen tertentu dalam merenovasi Langgar Darul Iman terutama untuk pembangunan tempat wudhu dan WC , dikarenakan tempat yang dulu telah hancur dan sekarang ingin direnovasi menjadi bangunan beton karena itu kami selaku panitia ingin mengadakan lelang Amal
sekaligus saprah Amal.”6
5
Wawancara dengan panitia saprah Amal di Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI pada tanggal 07 April 2016.
6
Sebagaimana yang telah dinyatakan NR, bahwa kegiatan saprah
Amal dilaksanakan pada saat momen tertentu. Praktek saprah Amal
seringkali dilaksanakan dalam upaya pembangunan sarana sosial, pada
kegiatan ini saprah Amal dilaksanakan untuk membangun tempat wudhu
dan WC, dikarenakan tempat yang dulu telah rusak dan ingin direnovasi
kembali menjadi bangunan yang permanen.
Ketika praktek berlangsung selanjutnya peneliti menanyakan,
“Siapa saja yang terlibat dalam praktek kegiatan saprah Amal?”, NR
menyatakan:
“Praktek kegiatan saprah Amal melibatkan masyarakat sekitar dan kami membentuk panitia dibantu yang lainnya dari semua jamaah Langgar Darul Iman.”7
Pernyataan NR di atas diketahui bahwa pembentukan kepanitiaan
dibentuk dari masyarakat sekitar serta dibantu oleh seluruh jamaah
Langgar Darul Iman, setelah kepanitiaan dan jadwal terbentuk, kegiatan
dapat dilaksanakan. berdasarkan pernyataan NR tersebut selanjutnya
peneliti menanyakan, “Bagaimana praktek kegiatan saprah Amal pada
saat berlangsung?”, NR menyatakan:
“Praktek tersebut dilaksanakan dengan lancar dan pembelinyapun
tidak hanya masyarakat mendawai dari luar juga ada dikarenakan bersifat umum, tetapi masih dalam bentuk tradisional terdapat
penjual dan pembeli.”8
7
Wawancara dengan panitia saprah Amal di Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI pada tanggal 07 April 2016.
8
Paparan dari NR telah menyatakan praktek kegiatan saprah Amal
ini dilaksanakan dengan lancar, NR juga menyatakan bahwa pembeli
pada kegiatannya tidak hanya bersal dari masyarakat mendawai
melainkan masyarakat dari luar mendawai dikarenakan kegiatan saprah
Amal ini bersifat umum namun prakteknya dilaksanakan secara
tradisional terdapat penjual dan pembeli.
Peneliti bertanya kembali mengenai praktek kegiatan saprah
Amal, “Apa yang membedakan praktek saprah Amal dengan warung
biasanya?”, NR menyatakan:
“Perbedaan saprah Amal dengan warung biasanya sedangkan
kalau saprah Amal waktu prakteknya ditentukan, terus kalau
warung biasa waktu praktekya panjang, sedangkan untuk harga saprah Amal harga relatif ada kenaikan, terus kalau warung biasa
itu biasanya harga standar dengan penjual yang lain, terus saprah
Amalkan terbentuk ada panitia yang mengkordinirnya terus sedangkan warung biasakan tidak ada karena itu kepemilikan
pribadi, saprah Amal juga berfungsi untuk kesejahteraan bersama
sedangkn warung biasa hanya untuk mencukupi kebutuhan saja.”9
Praktek kegiatan saprah Amal sungguh berbeda dengan praktek
warung biasanya sebagaimana yang telah di nyatakan NR di atas adanya
terdapat perbedaan antara keduanya yaitu dalam praktek saprah Amal
waktu prakteknya ditentukan sedangkan warung biasa waktu prakteknya
relatif panjang, selain itu juga terdapat pebedaan harga, untuk praktek
kegiatan saprah Amal barang yang dijual belikan terdapat adanya
kenaikan harga sedangkan warung biasa harga barang yang diperjual
9
belikan relatif dengan penjual lainnya. Praktek saprah Amal juga
terbentuk kepanitiaan yang akan mengkordinir saat praktek kegiatan
saprah Amal berlangsung sedangkan warung biasa tidak terdapat
kepanitiaan, selanjutnya praktek saprah Amal juga berfungsi untuk
mencapai kesejahteraan bersama sedangkan warung biasa hanya untuk
mencukupi kebutuhan.
Selanjutnya peneliti menanyakan, “Apakah ada terdapat keunikan
dalam kegiatan saprah Amal?”, NR selanjutnya menyatakan kembali:
“Untuk keunikannya, pembeli memiliki nilai ibadah dapat
berAmal, selanjutnya juga terdapat telur penerang hati yang
hanya ada di saprah Amal sedangkan di saprah biasa tidak ada,
saling menjaga silaturahmi upaya mencapai kesejahteraan bersama”10
Pernyataan dari NR dapat kita pahami bahwa praktek kegiatan
saprah Amal terdapat adanya keunikan yaitu untuk pembeli yang
membeli makanan dalam kegiatan tersebut telah memiliki adanya nilai
ibadah karena sebagian dari penjualannya disumbangkan untuk Amal,
selain itu juga terdapat telur penerang hati yang tidak ada di jual di
saprah biasa, serta dengan adanya kegiatan saprah Amal dapat menjaga
silaturahmi antar sesama untuk mencapai kesejahteraan bersama.
10
Selanjutnya peneliti menanyakan kembali kepada NR,
“Bagaimana laporan pertanggungjawaban keuangan pada saat kegiatan
saprah Amal berlangsung?”, NR menyatakan:
“Laporan pertanggungjawaban keuangan dalam kegiatan jelas dikarenakan saya sendiri yang membuat pelaporannya serta menjadi bendaharanya dan pembukuannya lengkap.”11
Pernyataan NR dapat dipahami bahwa praktek saprah Amal
dilaksanakan dengan pelaporan pertanggungjawaban yang telah
terkodinir dengan jelas dikarenakan NR sendiri menjadi bendahara dalam
kegiatan saprah Amal tersebut.
Melihat dari praktek kegiatan pada saat berlangsung dengan
lancar dan hasil pelaporan pertanggungjawaban terkodinir jelas
selanjutnya peneliti menanyakan, “Apakah ingin melaksanakan kembali
kegiatan saprah Amal di waktu mendatang?”, selanjutnya NR
menyatakan:
“Insyaallah mudah-mudahan akan melaksanakan kembali
kegiatan saprah Amal diwaktu yang akan datang.”12
NR menyatakan bahwa ingin melaksanakan kembali kegiatan
saprah Amal diwaktu mendatang.
b. Subjek II
Subjek II dalam penelitian ini adalah YN selaku pedagang saprah
Amal. YN berumur 24 Tahun yang dilahirkan di Kota Palangka Raya, 09
11
Wawancara dengan panitia saprah Amal di Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI pada tanggal 07 April 2016.
12
Mei 1992 alamat tinggal YN bertempat tinggal di Jln. Mendawai Induk
RT. 04 RW. VI Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya, status di
masyarakat YN berkedudukan sebagai ibu RT. 04 RW. VI Kecamatan
Jekan Raya Kota Palangka Raya.
Pada tanggal 09 April 2016 selanjutnya peneliti menemui YN
salah seorang pedagang dalam praktek kegiatan saprah Amal, peneliti
melakukan wawancara langsung dan dilaksanakan wawancara lanjutan
pada tanggal 15 Mei 2016 untuk mendapatkan data yang lebih akurat di
rumah kediaman beliau beralamatkan Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW.
VI Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya pada pukul 12.21 WIB.
Fokus tentang praktek kegiatan saprah Amal di Kota Palangka Raya dan
mengajukan beberapa pertanyaan diawali dengan pertanyaan, “Pernahkah
Ibu menjadi pedagang dikegiatan saprahAmal?”, YN menyatakan:
“Pernah ikut serta dan menjadi salah satu pedagang di kegiatan saprah Amal Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI Kecamatan Jekan Raya.”13
YN menyatakan bahwa pernah menjadi salah satu pedagang
kegiatan saprah Amal pada saat kegiatan berlangsung, selanjutnya
peneliti menanyakan, “Bagaimana sistem pengumpulan modal dalam
praktek kegiatan saprah Amal pada saat berlangsung?”, YN menyatakan:
“Sistem pengumpulan modalnya kami modalnya dari masyarakat
dan kami gunakan kembali untuk membeli bahan kegiatan saprah
Amal untuk diperjualbelikan kembali kepada masyarakat.”14
13
Wawancara dengan pedagang saprah Amal di Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI pada tanggal 09 April 2016.
14
Pernyataan YN telah mengatakan bahwa praktek kegiatan
saprah Amal dilaksanakan berdasarkan modal yang terkumpul dari
masyarakat dan akan digunakan kembali untuk membeli bahan yang
akan diperjualbelikan dalam kegiatan saprah Amal. Selanjutnya
peneliti menanyakan kembali, “Barang apa saja yang diperjual belikan
pada praktek kegiatan saprah Amal berlangsung?”, YN menyatakan:
“Barang yang diperjualbelikan di kegiatan saprah Amal bermacam-macam berupa bubur kacang, nasi rawon, nasi sop dan sebagainya”15
Pernyataan YN telah menjelaskan bahwa barang yang
diperjualbelikan dalam kegiatan saprah Amal bervariasi berupa bubur
kacang, nasi rawon, nasi sop dan sebagainya, tergantung dari pedagang
saprah Amal jenis barang apasaja yang diperjualbelikan.
Selanjutnya peneliti menanyakan kembali kepada YN,
“Bagaimana harga penjualan disaprah Amal, apakah ada kenaikan?”, YN
menyatakan:
“Ada sedikit kenaikan, sebab kelebihan dari laba penjualan atau
hasil digunakan untuk Amal”.16
Pernyataan YN dapat dijelaskan bahwa harga penjualan di
praktek kegiatan saprah Amal ada sedikit kenaikan harga dibandingkan
harga pada saprah biasanya sebab kelebihan dari laba atau hasil dari
penjualan digunakan untuk Amal. Selanjutnya peneliti menanyakan,
15
Wawancara dengan pedagang saprah Amal di Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI pada tanggal 09 April 2016.
16
“Bagaimana daftar harga penjualan makanan saat praktek berlangsung?”,
YN menyatakan kembali:
“Ada kenaikan saat praktek berlangsung, seperti nasi sop pada
warung biasa kisaran harga Rp. 10.000,- di kegiatan saprah Amal
berkisar Rp. 15.000,- , nasi rawon warung biasa kisaran Rp.
10.000,- di kegiatan saprah Amal berkisar Rp. 15.000,- , bubur
kacang warung biasa kisaran Rp. 8.000,- di kegiatan saprah Amal
berkisar Rp. 10.000,- , telur itik pada warung biasa kisaran Rp.
3.000,- di saprah Amal kisaran Rp. 5.000,- karena telur penerang
hati, teh hangat atau teh es di warung biasa kisaran Rp. 2.000,- di saprah Amal kisaran Rp. 3.000,- , mie rebus pada warung biasa
kisaran harga Rp. 4.000,- di saprah Amal Rp. 5.000,- , kopi manis
warung biasa kisaran harga Rp. 3.000,- di saprah Amal berkisar
Rp. 5.000,- .”17
Pernyataan YN telah menjelaskan secara rinci bahwa adanya
kenaikan harga penjualan saat praktek saprah Amal berlangsung
dibandingkan warung biasa yaitu dapat di lihat dari perbedaan harga nasi
sop pada warung biasa kisaran harga mencapai Rp. 10.000,- sedangkan
berlangsung harga berkisar menjadi Rp. Rp. 10.000,- selanjutnya harga
selanjutnya teh hangat atau teh es pada warung biasa harga berkisar Rp.
2.000,- sedangkan saat praktek saprah Amal berlangsung harga berkisar
Rp. 3.000,- , mie rebus pada warung biasa kisaran Rp. 4.000,- sedangkan
saat praktek saprah Amal berlangsung harga berkisar Rp. 5.000,-
selanjutnya kopi manis harga warung biasa berkisar Rp. 3.000,- pada saat
praktek saprah Amal berlangsung harga berkisar menjadi Rp. 5.000,-.
Pada kegiatan jual beli tidak selalu barang yang diperjualbelikan
habis dan laku seluruhnya, namun seringkali terdapat hari yang kurang
dikunjungi oleh pembeli. Peneliti menanyakan, “Bagaimana jika
makanan yang dijualbelikan tidak habis dalam satu malam kegiatan
saprah Amal?”, YN selanjutnya menyatakan:
“Jika tidak habis akan kami bagikan kepada panitia pelaksana
untuk dimakan.”18
Pernyataan YN telah menjelaskan bahwa makanan yang
diperjualbelikan jika tidak laku, maka untuk dihidangkan dan dibagikan
kepada seluruh panitia pelaksana.
Selanjutnya peneliti menanyakan, “Bagaimana hasil penjualan
pada saat praktek kegiatan saprah Amal berlangsung?” YN menyatakan:
“Hasil dari penjualan di kegiatan saprah Amal sangat bagus dan ramai.”19
UngkapanYN telah meyatakan, bahwa praktek saprah Amal
dilaksanakan dengan sangat bagus dan ramai.
18
Wawancara dengan pedagang saprah Amal di Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI pada tanggal 09 April 2016.
19
c. Subjek III
Subjek III dalam penelitian ini adalah RB selaku tokoh
masyarakat. RB berumur 38 Tahun yang dilahirkan di Kota Banjarmasin,
17 Agustus 1977 alamat tinggal RB bertempat tinggal di Jln. Mendawai
Induk RT. 04 RW. VI Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya,
status di masyarakat RB berkedudukan sebagai masyarakat RT. 04 RW.
VI Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya.
Pada tanggal 11 April 2016 peneliti menemui RB salah seorang
masyarakat di Lokasi penelitian tersebut, peneliti melakukan wawancara
langsung dan dilaksanakan wawancara lanjutan pada tanggal 11 Mei
2016 untuk mendapatkan data yang lebih akurat di rumah kediaman
beliau beralamatkan Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI Kecamatan
Jekan Raya Kota Palangka Raya pada pukul 13.12 WIB. Fokus tentang
praktek kegiatan saprah Amal di Kota Palangka Raya dan mengajukan
beberapa pertanyaan diawali dengan pertanyaan, “Apakah Bapak pernah
menghadiri kegiatan praktek saprahAmal di Lokasi Bapak tinggal?”, RB
menyatakan:
“Pernah menghadiri dan ikutserta dalam praktek tersebut.”20
Ungkapan RB telah menyatakan bahwa beliau pernah menghadiri
dan ikut serta dalam praktek kegiatan saprah Amal pada saat
berlangsung. Selanjutnya peneliti menanyakan, “Makanan apa saja yang
20
bapak beli saat praktek kegiatan saprah Amal berlangsung?”, RB
menyatakan:
“Saat praktek tersebut banyak yang saya beli yang pertama telur penerang hati, kue, ada juga nasi sop, ada juga bubur kacang.”21
Ungkapan RB telah menyatakan saat praktek kegiatan saprah
Amal berlangsung berbagai makanan yang telah dibelinya yaitu telur
penerang hati, kue, nasi sop dan bubur kacang. Selanjutnya peneliti
menanyakan “Bagaimana dengan harga penjualan di saprah Amal
apakah ada kenaikan harga?”, RB menyatakan:
“Sudah jelas berbeda dikarenakan kegiatan ini untuk Amal jadi
mahal sedikit dari saprahbiasanya.”22
RB telah menyatakan bahwa praktek kegiatan saprah Amal
adanya terdapat kenaikan harga dari saprah biasa sebab dengan adanya
kenaikan harga tersebut maka laba dari penjualan akan digunakan untuk
Amal.
Selanjutnya peneliti menanyakan kembali kepada RB, “Apakah
Bapak setuju dengan adanya kenaikan harga saat penjualan makanan di
saprah Amal?”, RB menyatakan:
“Saya sangat setuju kalau kenaikan harga dari saprah biasa karena salah satu sumber untuk pencarian dana sosial selain itu
21
Wawancara lanjutan dengan tokoh masyarakat di Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI pada tanggal 11 Mei 2016.
22
kelebihan harga dari saprah biasa digunakan untuk berAmal, jadi
menurut saya tidak masalah.“23
RB menyatakan sangat setuju dengan adanya kenaikan harga,
sebab dengan adanya kenaikan harga tersebut akan di gunakan untuk
berAmal dan mempermudah dalam mencari dana sosial.
2. Aktualisasi Praktek Kegiatan Saprah Amal sebagai instrumen keuangan
publik Islam di Mendawai Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan
Tengah
Aktualisasi adalah mengaktualkan suatu kegiatan yang pernah
dilaksanakan untuk mendapatkan suatu kesimpulan pada praktek kegiatan.
Saprah Amal adalah sebuah tradisi yang sering kali dilaksanakan oleh
sebagian masyarakat Banjar untuk mengumpulkan dana, kegiatan tersebut
merupakan suatu kebudayaan yang sering dilaksanakan dalam
mengumpulkan dana pembangunan sarana sosial.
a. Subjek I
Subjek I dalam penelitian ini adalah NR selaku panitia saprah
Amal. NR berumur 37 Tahun yang dilahirkan di Kota Banjarmasin, 19
Mei 1979 alamat tinggal NR bertempat tinggal di Jln. Mendawai Induk
RT. 04 RW. VI Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya, status di
masyarakat NR berkedudukan sebagai bendahara Langgar Darul Iman
Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI Kecamatan Jekan Raya Kota
Palangka Raya
23
Peneliti menemui seorang subjek NR kembali, selaku panitia
dalam praktek kegiatan saprah Amal. Peneliti melakukan wawancara
langsung pada tanggal 07 April 2016 di Jln. Mendawai Induk RT. 04
RW. VI Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya pada pukul 13.45
WIB. Fokus tentang aktualisasi praktek kegiatan saprah Amal di Kota
Palangka Raya, dengan mengajukan beberapa pertanyaan, diawali
dengan pertanyaan, “Bagaimana hasil setelah praktek kegiatan saprah
Amal berlangsung?”, NR menyatakan:
“Setelah hasil dari kegiatan berlangsung sesuai dengan target
awal, langsung kami melaksanakan pembangunan sambil berjalan, alhamdulillah sampai sekarang untuk pembangunan
tempat wudhu dan WC telah terlaksanakan.”24
Hasil praktek kegiatan saprah Amal sesuai dengan target awal
praktek sebagaimana pernyataan NR telah menjelaskan bahwa saat
kegiatan berlangsung proses pembangunan sambil berjalan untuk
pembangunan tempat wudhu dan WC. Selanjutnya peneliti menanyakan,
“Hasil dari praktek apakah ada berpengaruh terhadap pembangunan
langgar?”, Selanjutnya NR menyatakan:
“Hasil dari praktek tersebut berpengaruh terhadap pembangunan Langgar sebab sudah terlihat jelas tidak buruk lagi tempat wudhu dan WC seperti dahulu yang terbuat dari kayu sekarang bangunan terbuat dari beton dan ada berpengaruhnya juga terhadap langgar berada di pinggir jalan dan lebih baik dari
sebelumnya.”25
24
Wawancara dengan panitia saprah Amal di Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI pada tanggal 07 April 2016.
25
Pernyataan NR menjelaskan bahwa hasil praktek berpengaruh
terhadap pembangunan Langgar, dimana sebelum praktek dilaksanakan
pembangunan hanya terbuat dari kayu yang telah rusak, dengan adanya
praktek kegiatan saprah Amal tersebut memperoleh hasil yang lebih
bagus dibandingkan bangunan sebelumnya.
Melihat dari pernyataan NR di atas, selanjutnya peneliti
menanyakan, “Apakah Praktek kegiatan saprah Amal hanya fokus untuk
pembangunan sarana peribadatan saja?”, selanjutnya NR menyatakan:
“Karena praktek saprah Amal di tempat kami ini, di Langgar Darul Iman Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI Kecamatan Jekan Raya baru pertama kali kami mengadakan kegiatan ini dan mudah-mudahan sudah di lihat hasilnya dan insyaAllah tahun
berikutnya kami melaksanakan kegiatannya lagi untuk
pembangunan mushola/langgar maupun sarana sosial lainnya.”26
Pernyataan NR telah menyatakan bahwa praktek kegiatan saprah
Amal tidak hanya fokus untuk pembangunan sarana sosial peribatan
melainkan untuk pembangunan sarana sosial lainnya, dalam praktek yang
telah dilaksanakan di Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI Kecamatan
Jekan Raya Kota Palangka Raya merupakan praktek kegiatan pertama
kali melaksanakan kegiatan tersebut. Berdasarkan ungkapan yang telah
dijelaskan NR selanjutnya peneliti menanyakan, “Mengapa tidak
dilaksanakan untuk membangun sarana sosial lainnya?”, NR selanjutnya
menyatakan:
26
“Karena kemarin di mushola/langgar, tempat wudhu dan WC sering kebanjiran, jika banjir bangunannya pun dari kayu dan
jabuk sudah maka dari itu kami adakan lelang Amal dan saprah
Amal untuk membuat yang lebih baik lagi agar lebih tinggi dan tidak kebanjiran.”27
Pernyataan NR menjelaskan praktek saprah Amal baru dilaksanakan di
lokasi mereka sebab kemarin tempat wudhu dan WC sering kebanjiran,
jika terjadi banjir maka sarananyapun telah rusak dan lapuk, karena itu
kegiatan saprah Amal hanya terlaksanakan untuk pembangunan sarana
ibadah.
b. Subjek II
Subjek II dalam penelitian ini adalah YN selaku pedagang saprah
Amal. YN berumur 24 Tahun yang dilahirkan di Kota Palangka Raya, 09
Mei 1992 alamat tinggal YN bertempat tinggal di Jln. Mendawai Induk
RT. 04 RW. VI Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya, status di
masyarakat YN berkedudukan sebagai ibu RT. 04 RW. VI Kecamatan
Jekan Raya Kota Palangka Raya.
Selanjutnya peneliti menemui YN kembali, salah seorang
pedagang dalam praktek kegiatan saprah Amal, peneliti melakukan
wawancara langsung pada tanggal 09 April 2016 di rumah kediaman
beliau beralamatkan Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI Kecamatan
Jekan Raya Kota Palangka Raya pada pukul 12.21 WIB. Fokus tentang
aktualisasi praktek kegiatan saprah Amal di Kota Palangka Raya dan
mengajukan beberapa pertanyaan diawali dengan pertanyaan,
27
“Bagaimana pembagian keuntungan dalam penjualan di kegiatan saprah
Amal?”, YN menyatakan
“Pembagian keuntungan dalam hasil penjualan di kegiatan saprah Amal akan kami sumbangkan untuk pembangunan tempat wudhu dan WC.”28
Pembagian keuntungan dari hasil penjualan pada kegiatan saprah
Amal disumbangkan seutuhnya untuk pembangunan sarana sosial seperti
pembangunan tempat wudhu dan WC. Selanjutnya peneliti menanyakan
kembali, “Apabila ada praktek selanjutnya apakah Ibu bersedia?”, YN
menyatakan:
“InsyaAllah bersedia”29
Ungkapan YN telah menyatakan bahwa YN bersedia kembali
menjadi pedagang dalam praktek kegiatan saprah Amal jika
dilaksanakan kembali.
c. Subjek III
Subjek III dalam penelitian ini adalah RB selaku tokoh
masyarakat. RB berumur 38 Tahun yang dilahirkan di Kota Banjarmasin,
17 Agustus 1977 alamat tinggal RB bertempat tinggal di Jln. Mendawai
Induk RT. 04 RW. VI Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya,
status di masyarakat RB berkedudukan sebagai masyarakat RT. 04 RW.
VI Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya.
28
Wawancara dengan pedagang saprah Amal di Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI pada tanggal 09 April 2016.
29
Peneliti menemui RB kembali salah seorang masyarakat di
Lokasi penelitian tersebut, peneliti melakukan wawancara langsung pada
tanggal 11 April 2016 di rumah kediaman beliau beralamatkan Jln.
Mendawai Induk RT. 04 RW. VI Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka
Raya pada pukul 13.12 WIB. Fokus tentang aktualisasi praktek kegiatan
saprah Amal di Kota Palangka Raya dan mengajukan beberapa
pertanyaan diawali dengan pertanyaan, “Bagaimana pandangan Bapak
mengenai praktek kegiatan saprah Amal tersebut?”, RB menyatakan:
“Pandangan saya mengenai praktek kegiatan saprah Amal sangat
bagus karena kegiatan ini sangat membantu dalam pembangunan langgar di daerah yang saya tinggal harapan saya semoga saja saprah Amal di Jln. Mendawai Induk ini tidak hanya khusus untuk membangun sarana sosial peribadatan saja melainkan untuk pembangunan sarana lainnya seperti sarana pendidikan, yaitu sekolah maupun pesantren tempat belajar mengaji”30
RB telah menyatakan bahwa praktek kegiatan saprah Amal ini
sangat bagus untuk dilaksanakan kembali karena dapat membantu dalam
pembangunan sarana peribadatan daerah tempat tinggal mereka. RB
mengharapkan praktek ini dapat dilaksanakan kembali dalam upaya
pembangunan sarana lainnya.
Selanjutnya peneliti menanyakan kembali, “Bagaimana jika
dilaksanakan kembali kegiatan saprah Amal tersebut apakh Bapak
bersedi kembali membantu sumbangsih dana/modal sukarela untuk
kegiatan tersebut?”, RB menyatakan:
30
“InsyaAllah bersedia”31
Ungkapan RB telah menyatakan bahwa jika dilaksanakan kembali
kegiatan tersebut RB bersedia membantu kembali untuk praktek kegiatan
saprah Amal diwaktu mendatang.
D. Analisis Data
1. Praktek Kegiatan Saprah Amal di Mendawai Kota Palangka Raya
Provinsi Kalimantan Tengah
Praktek adalah proses atau cara dalam melaksanakan suatu kegiatan
agar sesuai dengan yang diharapkan32, sedangkan kegiatan adalah suatu
aktivitas atau usaha seseorang maupun sekelompok dalam melaksanakan
suatu pekerjaan.33
Saprah Amal berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah tempat berjual beli yang diadakan oleh perkumpulan masyarakat dan
sebagainya dengan maksud mencari dana untuk keperluan tertentu yang
bersifat membangun untuk kesejahteraan bersama.34
Sebagaimana dengan observasi awal peneliti bahwa AR mengatakan;
“Saprah Amal ini rancak dilakukan masyarakat Banjar dalam
mambangun sabuah kemaslahatan barataan, dengan adanya saprah
Amal ini maka mampermudah kami selaku panitia pembangunan
sarana umat Islam hagan sabarataan. Hasil dari saprah Amal ni satiap
31
Wawancara dengan tokoh masyarakat di Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI pada tanggal 11 April 2016.
32
Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia..., hlm. 627.
33Ibid.,
hlm. 362.
34Ibid.,
kami lakukan banyak haja tuh mandapatakan duitnya hagan mambangun biasanya” 35
(Saprah Amal ini sering dilaksanakan masyarakat Banjar dalam
membangun sebuah kesejahteraan semua, dengan saprah Amal ini,
maka mempermudah panitia dalam membangun sebuah sarana umat
Islam. Hasil dari saprah Amal ini setiap kami laksanakan banyak
mendapatkan keuntungan untuk membangun).
Pernyataan AR dapat diketahui bahwa praktek saprah Amal sering
dilaksanakan oleh masyarakat Banjar, praktek tersebut dilaksanakan untuk
mendapatkan keuntungan dalam membangun sebuah kesejahteraan bersama,
dengan praktek ini mempermudah panitia dalam membangun sebuah sarana
umat Islam.
Praktek kegiatan saprah Amal di Kota Palangka Raya Provinsi
Kalimantan Tengah telah dilaksanakan sebelumnya bermula pada tahun
1960, praktek saprah Amal ini dilaksanakan sebagai instrumen pengumpulan
dana pembangunan Masjid Raya Nurul Islam yang beralamatkan di Jln. A.
Yani Kota Palangka Raya. Praktek kegiatan saprah Amal di Kota Palangka
Raya pada tahun 1960 tersebut, di hadiri oleh pelelang handal dari Kota
Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan dengan nama Rusmini Hanil dan
Qoriah bernama Wahidah Arsyad. Pada tahun 1960 sering bermunculan istiah
“malilil” ketika Rusmini Hanil melelangkan harga dengan maksud
membawakan lagu penawaran atau lagu permintaan dari pembeli dengan
upaya meningkatkan harga lelang pada praktek saprah Amal berlangsung. 36
Praktek saprah Amal dilaksanakan kembali pada tahun 2015 yang berlokasi
35
Wawancara observasi awal dengan panitia saprah amal Langgar Darul Iman Mendawai
Induk Kota Palangkaraya, hari jum’at 22 mei 2015 pukul 15.10 WIB.
36
di Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI Kecamatan Jekan Raya Provinsi
Kalimantan Tengah. Praktek saprah amal di lokasi tersebut telah mengikuti
tahapan konsep manajemen praktek pada umumnya, dimana manajemen itu
sendiri berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan
dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi
manajemen. Manajemen merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan
yang diinginkan.37 Manajemen merupakan sebuah subjek yang sangat penting
karena mempersoalkan penetapan serta pencapaian tujuan-tujuan dari
praktek.38Harold Koontz dan Cyril O’Donnel berpendapat bahwa manajemen
adalah usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain,
dengan demikian manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas
orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan,
pengarahan, dan pengendalian.39
Suatu praktek agar tercapai secara maksimal sudah tentu adanya
manajemen untuk mengatur langkah perjalanan kegiatan tersebut agar
mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai. Sebagaimana dalam praktek
kegiatan saprah Amal di Kota Palangka Raya, pada kegiatan tersebut agar
terlaksana dengan baik, praktek kegiatan tersebut diawali dengan proses
perencanaan, perencanaan (planning) adalah fungsi dasar atau fungsi
fundamental manajemen, karena organizing, actuating, dan controlling harus
37
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah, Jakarta:Bumi Aksara, 2014, hlm. 1.
38
Brantas, Dasar-dasar Manajemen, Bandung: Alfabeta, 2009, hlm. 13.
39
terlebih dahulu direncanakan.40 Sebagaimana praktek kegiatan saprah Amal ini sebelum praktek dimulai mereka melakukan rapat koordinasi secara
terbuka terlebih dahulu dari pihak yang bersangkutan untuk membicarakan
perihal tujuan dilaksanakannya praktek kegiatan saprah Amal.
Beberapa definisi rencana (plan) diantaranya The New Webster
Dictionary:
Berpendapat bahwa rencana diartikan sebagai pernyataan dari segala sesuatu yang dikehendaki, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa apa pun macam dan bentuknya segala sesuatu yang dinyatakan itu, asal saja menggambarkan keinginan yang hendak dicapai maka dapat
diartikan sebagai rencana.41
Selain itu Malayu S.P. Hasibuan juga berpendapat:
Rencana adalah sejumlah keputusan yang menjadi pedoman untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.42
Setelah melakukan perencanaan (planning) tahap selanjutnya yaitu
tahap organisasi (organizing), organizing berasal dari kata organize yang
berarti menciptakan struktur dengan bagian-bagian yang diintegrasikan
sedemikian rupa, sehingga hubungannya satu sama lain terikat oleh hubungan
terhadap keseluruhanya. Organisasi diartikan menggambarkan pola-pola,
skema, bagan, yang menunjukkan garis-garis perintah, kedudukan karyawan,
hubungan-hubungan yang ada.43 Menurut Prof. Dr. Mr. S. Pradjudi
Atmosudiro organisasi adalah struktur tata pembagian kerja dan struktur tata
hubungan kerja antara sekelompok orang pemenang posisi yang bekerja sama
40
Brantas, Dasar-dasar Manajemen..., hlm. 55.
41
Brantas, Dasar-dasar Manajemen..., hlm. 57.
42Ibid.,
hlm. 57.
43
secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu. Aspek-aspek
dari defenisi tersebut yaitu adanya tujuan tertentu yang ingin dicapai, adanya
sistem kerja sama yang terstruktur dari sekelompok orang, adanya pembagian
kerja dan hubungan kerja antara sesama karyawan, adanya penetapan dan
pengelompokan pekerjaan yang terintegrasi, adanya keterikatan formal dan
tata tertib yang harus ditaati, dan adanya orang-orang dan alat-alat
organisasi.44 Pada tahap ini yang dilakukan adalah penyusunan organisasi
kepanitiaan untuk keberlangsungan kegiatan saprah Amal sebagaimana yang
telah di nyatakan NR:
“Praktek kegiatan saprah Amal melibatkan masyarakat sekitar dan kami membentuk panitia dibantu yang lainnya dari semua jamaah Langgar Darul Iman.”45
(Praktek kegiatan saprah Amal melibatkan masyarakat sekitar dan
panitia dibentuk dari seluruh jamaah Langgar Darul Iman).
Pernyataan NR di atas bahwa organisasi atau pembentukan
kepanitiaan praktek saprah Amal di Kota Palangkaraya dibentuk dari
masyarakat sekitar serta dibantu oleh seluruh jamaah Langgar Darul Iman.
Adapun tujuan dibentuknya kepanitiaan atau organisasi (organizing) adalah
mengatasi terbatasnya kemampuan, kemauan, dan sumber daya yang
dimilikinya dalam mencapai tujuannya, mencapai secara lebih efektif dan
efisien karena dikerjakannya bersama-sama, wadah memanfaatkn sumber
daya dan teknologi bersama-sama, sebagai wadah mengembangkan potensi
44
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah..., hlm. 121-122.
45
dan spesialis yang yang dimiliki seseorang, sebagai wadah mendapatkan
jabatan dan pembagian kerja, sebagai wadah mengelola lingkungan
bersama-sama, sebagai wadah mencari keuntungan, kekuasaan, pengawasan,
penghargaan bersama-sama, serta sebagai wadah memenuhi kebutuhan
manusia yang semakin banyak dan kompleks.46
Setelah melakukan tahap perencanaan (planning), organisasi
(organizing) dalam praktek kegiatan saprah Amal di Kota Palangka Raya
selanjutnya melakukan langkah praktek atau penggerakan (actuating).
Praktek atau penggerakan (actuating) menurut George R. Terry, penggerakan
adalah membuat semua anggota kelompok atau organisasi agar mau bekerja
sama dan bekerja secara ikhlas serta bersemangat untuk mencapai sesuai
dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian.47 Praktek atau
penggerakan (actuating) pada kegiatan saprah Amal di Kota Palangka Raya,
sebagaimana di jelaskan NR:
“Praktek saprah Amal dilaksanakan pada tanggal 27 Februari 2015
selama satu bulan, dilaksanakan dua kali dalam satu minggu dan jumlah pertemuan selama delapan kali kegiatan, dilaksanakan setelah ba’da solat Isya.”48
(Praktek kegiatan saprah Amal dilaksanakan pada tanggal 27 Februari
2016 selama satu bulan, praktek tersebut dilaksanakan dua kali dalam satu minggu dan delapan kali praktek dalam satu bulan, praktek tersebut dilaksanakan setelah sholat Isya).
Penjelasan NR bahwa praktek atau penggerakan (actuating) kegiatan
saprah Amal dilaksanakan sejak tanggal 27 Februari 2015, praktek tersebut
46
Brantas, Dasar-dasar Manajemen..., hlm. 73-74.
47Ibid.,
hlm. 95.
48
dilaksanakan selama dua kali dalam satu minggu dan sebanyak delapan kali
praktek dalam satu bulan. Praktek tersebut dilaksanakan setelah sholat Isya.
Sebelum praktek berlangsung tahap praktek awal kegiatan saprah Amal
diawali dengan pengumpulan modal untuk pengadaan acara kegiatan saprah
Amal, dimana pengumpulan dana tersebut dikumpulkan dari warga atau
masyarakat sekitar baik berupa uang maupun berupa bahan untuk
keberlangsungan acara kegiatan saprah Amal sebagaimana yang dijelaskan
YN:
“Sistem pengumpulan modalnya kami modalnya dari masyarakat dan
kami gunakan kembali untuk membeli bahan kegiatan saprah Amal
untuk diperjualbelikan kembali kepada masyarakat.”49
(Sistem pengumpulan modalnya, modalnya terkumpul dari
masyarakat dan digunakan kembali untuk membeli bahan yang akan diperjualbelikan kembali kepada masyarakat pada saat kegiatan saprah Amal).
Setelah pengumpulan dana terkumpul dari warga atau masyarakat
sekitar prakteknya pun dilaksanakan sebagaimana jadwal praktek yang telah
ditentukan. Adapun barang yang diperjual belikan dalam kegiatan saprah
Amal tersebut bervariasi, sesuai kesepakatan para pedagang dalam praktek
kegiatan saprah Amal biasanya, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh YN:
“Barang yang diperjualbelikan di kegiatan saprah Amal bermacam-macam berupa bubur kacang, nasi rawon, nasi sop dan sebagainya”50
(Makanan yang diperjualbelikan di kegiatan saprah Amal bervariasi
yaitu berupa bubur kacang, nasi rawon, nasi sop, dan sebagainya).
Penjelasan dari YN bahwa dalam praktek kegiatan saprah Amal
makanan yang diperjual belikan bervariasi adapun mengenai harga penjualan
makanan saat kegiatan berlangsung terdapat adanya perbedaan antara praktek
kegiatan saprah Amal dengan saprah biasanya yaitu terdapat adanya
kenaikan harga penjualan dibandingkan harga pada warung biasanya
sebgaimana yang telah dijelaskan YN:
“Ada kenaikan saat praktek berlangsung, seperti nasi sop pada warung
biasa kisaran harga Rp. 10.000,- di kegiatan saprah Amal berkisar Rp.
15.000,- , nasi rawon warung biasa kisaran Rp. 10.000,- di kegiatan saprah Amal berkisar Rp. 15.000,- , bubur kacang warung biasa
kisaran Rp. 8.000,- di kegiatan saprah Amal berkisar Rp. 10.000,- ,
telur itik pada warung biasa kisaran Rp. 3.000,- di saprah Amal
kisaran Rp. 5.000,- karena telur penerang hati, teh hangat atau teh es
di warung biasa kisaran Rp. 2.000,- di saprah Amal kisaran Rp.
3.000,- , mie rebus pada warung biasa kisaran harga Rp. 4.000,- di saprah Amal Rp. 5.000,- , kopi manis warung biasa kisaran harga Rp.
3.000,- di saprah Amal berkisar Rp. 5.000,- .”51
(Terdapat kenaikan harga saat praktek berlangsung. seperti nasi sop, pada warung biasa kisaran harga antara Rp. 10.000,- dalam kegiatan penerang hati, teh hangat atau teh es pada warung biasa kisaran harga
antara Rp. 2.000,- , pada saat kegiatan saprah Amal berkisar menjadi
Rp. 3.000,- , mie rebus pada warung biasa kisaran harga antara Rp.
4.000,- , pada saat kegiatan saprah Amal berkisar menjadi Rp. 5.000,-
, kopi manis pada warung biasa kisaran harga antara Rp. 3.000,- , pada
saat kegiatan saprah Amal berkisar menjadi Rp. 5.000,- ).
Praktek kegiatan saprah Amal di Kota Palangka Raya Provinsi
Kalimantan Tengah terdapat adanya kenaikan harga penjualan saat praktek
51
saprah Amal berlangsung dibandingkan warung biasa yaitu dapat di lihat dari
perbedaan harga nasi sop pada warung biasa kisaran harga mencapai Rp.
10.000,- sedangkan pada saat praktek saprah Amal berlangsung harga
berkisar menjadi Rp. 15.000,- , diiringi dengan harga nasi rawon pada warung
biasa harga berkisar Rp. 10.000,- saat praktek kegiatan saprah Amal
berlangsung harga berkisar Rp. 15.000,- , bubur kacang harga pada warung
biasa berkisar hanya Rp. 8.000,- sedangkan pada saat praktek saprah Amal
berlangsung harga berkisar menjadi Rp. Rp. 10.000,- selanjutnya harga telur
itik pada warung biasa kisaran Rp. 3.000,- saat praktek saprah Amal
berlangsung harga telur itik berkisar Rp. 5.000,- karena telur tersebut telah
dibacakan doa penerang hati oleh tokoh Agama, selanjutnya teh hangat atau
teh es pada warung biasa harga berkisar Rp. 2.000,- sedangkan saat praktek
saprah Amal berlangsung harga berkisar Rp. 3.000,- , mie rebus pada warung
biasa kisaran Rp. 4.000,- sedangkan saat praktek saprah Amal berlangsung
harga berkisar Rp. 5.000,- selanjutnya kopi manis harga warung biasa
berkisar Rp. 3.000,- pada saat praktek saprah Amal berlangsung harga
berkisar menjadi Rp. 5.000,-. Selanjutnya YN menjelaskan kembali:
“Ada sedikit kenaikan, sebab kelebihan dari laba penjualan atau hasil
digunakan untuk Amal”.52
(Terdapat sedikit kenaikan, karena kelebihan dari hasil atau laba penjualan akan digunakan untuk Amal).
Penjelasan dari YN dapat dipahami bahwa adanya perbedaan harga
dari penjualan saat kegiatan saprah Amal berlangsung dengan saprah
52
biasanya karena adanya terdapat kelebihan laba yang akan digunakan untuk
pembangunan sarana sosial. Perbedaan harga dalam praktek kegiatan saprah
Amal di Kota Palangka Raya tidak masalah bagi warga atau masyarakat
sekitar sebab dengan adanya kelebihan atau perbandingan harga tersebut
maka kegiatanpun perlu dilaksanakan untuk membantu dalam meringankan
dana pembangunan sarana sosial yang belum tercapai. Sebagaimana dengan
penjelasan RB:
“Sudah jelas berbeda dikarenakan kegiatan ini untuk Amal, jadi mahal
sedikit dari saprahbiasanya.”53
(Jelas berbeda karena kegiatan ini untuk Amal, jadi terdapat kenaikan
sedikit dari saprah biasanya).
Selanjutnya subjek RB menjelaskan kembali:
“Saya sangat setuju kalau kenaikan harga dari saprah biasa karena salah satu sumber untuk pencarian dana sosial selain itu kelebihan
harga dari saprah biasa digunakan untuk berAmal, jadi menurut saya
tidak masalah.“54
(saya sangat setuju dan tidak masalah dengan adanya kenaikan harga
dari saprah biasanya, karena kelebihan harga dari saprah biasa
digunakan untuk berAmal,dan merupakan salah satu sumber untuk pencarian dana sosial).
RB menyatakan bahwa tidak tidak mempermasalahkan mengenai
kenaikan harga dalam praktek kegiatan saprah Amal di Kota Palangka Raya
saat berlangsung sebab dengan adanya praktek tersebut maka kelebihan dari
laba atau keuntungan merupakan salah satu sumber untuk pencarian dana
sosial dan digunakan untuk Amal. Selain mengenai perbedaan kenaikan
53
Wawancara lanjutan dengan tokoh masyarakat di Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI pada tanggal 11 Mei 2016.
54
harga, praktek kegiatan saprah Amal di Kota Palangka Raya Provinsi
Kalimantan Tengah maupun praktek kegiatan saprah Amal pada umumnya
dibandingkan saprah biasanya, sebagaimana penjelasan dari NR adapun yang
membedakan praktek kegiatan saprah Amal dibandingkan saprah biasanya:
“Perbedaan saprah Amal dengan warung biasanya sedangkan kalau
saprah Amal waktu prakteknya ditentukan, terus kalau warung biasa
waktu praktekya panjang, sedangkan untuk harga saprah Amal harga
relatif ada kenaikan, terus kalau warung biasa itu biasanya harga
standar dengan penjual yang lain, terus saprah Amalkan terbentuk ada
panitia yang mengkordinirnya terus sedangkan warung biasakan tidak
ada karena itu kepemilikan pribadi, saprah Amal juga berfungsi untuk
kesejahteraan bersama sedangkn warung biasa hanya untuk mencukupi kebutuhan saja.”55
(Perbedaan praktek saprah Amal dengan warung biasanya, terdapat
perbedaan yaitu praktek saprah Amal waktu prakteknya di tentukan,
sedangkan warung biasa waktu praktekya panjang. Sedangkan untuk
harga saprah Amal, harga relatif ada kenaikan sedangkan warung
biasa harga standar dengan penjual yang lainnya. Praktek kegiatan saprah Amal terbentuk adanya susunan kepanitiaan yang akan mengkordinir, sedangkan warung biasa tidak terdapat kepanitiaan
karena warung tersebut kepemilikan pribadi. Saprah Amal juga
berfungsi untuk kesejahteraan bersama sedangkan warung biasa berfungsi untuk memenuhi kebutuhan pribadi saja).
Praktek kegiatan saprah Amal sungguh berbeda dengan praktek
warung biasanya sebagaimana yang telah di nyatakan NR di atas adanya
terdapat perbedaan antara keduanya yaitu dalam praktek saprah Amal waktu
prakteknya ditentukan sedangkan warung biasa waktu prakteknya relatif
panjang, selain itu juga terdapat mengenai perbedaan harga, untuk praktek
kegiatan saprah Amal barang yang dijual belikan terdapat adanya kenaikan
55
harga sedangkan warung biasa harga barang yang diperjual belikan relatif
dengan penjual lainnya. Praktek saprah Amal juga terbentuk kepanitiaan
yang akan mengkordinir saat praktek kegiatan saprah Amal berlangsung
sedangkan warung biasa tidak terdapat kepanitiaan, selanjutnya praktek
saprah Amal juga berfungsi untuk mencapai kesejahteraan bersama
sedangkan warung biasa hanya untuk mencukupi kebutuhan. Selain adanya
perbedaan antara praktek kegiatan saprah Amal saat berlangsung
dibandingkan praktek warung biasanya juga terdapat keunikan dalam
prakteknya sebagaimana yang dinyatakan NR:
“Untuk keunikannya, pembeli memiliki nilai ibadah dapat berAmal,
selanjutnya juga terdapat telur penerang hati yang hanya ada di saprah
Amal sedangkan di warung biasa tidak ada, saling menjaga
silaturahmi upaya mencapai kesejahteraan bersama”56
(Keunikannya pembeli memiliki nilai ibadah karena dapat berAmal, selain itu juga terdapat telur penerang hati yang hanya terdapat pada
saat praktek kegiatan saprah Amal dan tidak terdapat pada warung
biasanya, serta saling menjaga silaturahmi upaya mencapai kesejahteraan bersama).
Pernyataan dari NR bahwa praktek kegiatan saprah Amal terdapat
adanya keunikan yaitu untuk pembeli yang membeli makanan dalam kegiatan
tersebut telah memiliki adanya nilai ibadah karena sebagian dari penjualannya
disumbangkan untuk Amal, selain itu juga terdapat telur penerang hati yang
tidak ada di jual di warung biasa, serta dengan adanya kegiatan saprah Amal
56
dapat menjaga silaturahmi antar sesama untuk mencapai kesejahteraan
bersama.
Saprah Amal/bazar sendiri merupakan sebuah saprah yang menjual
makanan, minuman, dan lainnya. Biasanya saprah seperti ini dibuka pada
waktu tertentu dan jangka waktu terbatas. Hasil penjualannya disalurkan
masyarakat untuk kegiatan Amal.57 Praktek kegiatan saprah Amal di Kota
Palangka Raya dilaksanakan tidak setiap waktu praktek kegiatan saprah pada
umumnya dimana praktek saprah Amal di Kota Palangka Raya dilaksanakan
pada waktu tertentu saja sebagaimana yang dinyatakan oleh NR:
“Saprah Amal dilaksanakan pada saat momen tertentu dalam
merenovasi Langgar Darul Iman terutama untuk pembangunan tempat wudhu dan WC, dikarenakan tempat yang dulu telah hancur dan sekarang ingin direnovasi menjadi bangunan beton karena itu kami
selaku panitia ingin mengadakan lelang Amal sekaligus saprah
Amal.”58
(Saprah Amal dilaksanakan pada saat momen tertentu dalam
merenovasi Langgar Darul Iman, karena itu panitia mengadakan
lelang Amal sekaligus saprah Amal yaitu untuk pembangunan tempat
wudhu dan WC, karena tempat yang dulu telah hancur dan ingin direnovasi menjadi bangunan permanen).
Sebagaimana yang telah dinyatakan NR, bahwa kegiatan saprah Amal
dilaksanakan pada saat momen tertentu. Praktek saprah Amal seringkali
dilaksanakan dalam upaya pembangunan sarana sosial, pada kegiatan ini
saprah Amal dilaksanakan untuk membangun tempat wudhu dan WC,
57
Ant, Pemkab Bengkalis Bakal Buka Pasar Amal Ramadan,
http://news.okezone.com/read/2015/06/12/340/1164224/pemkab-bengkalis-bakal-buka-pasar-amal-ramadan, diunduh pada tanggal 20 oktober 2015.
58
dikarenakan tempat yang dulu telah rusak dan ingin direnovasi kembali
menjadi bangunan yang permanen, meskipun praktek kegiatan saprah Amal
tidak setiap saat dilaksanakan pada setiap saat namun memperoleh hasil yang
sangat membantu dalam praktek kegiatan pengumpulan dana sebagaimana
yang dinyatakan YN:
“Hasil dari penjualan di kegiatan saprah Amal sangat bagus dan ramai.”59
(Hasil penjualan pada kegiatan saprah Amal sangat bagus dan ramai).
Ungkapan YN telah meyatakan, bahwa praktek saprah Amal
dilaksanakan dengan sangat bagus dan ramai. Senada dengan penyataan NR:
“Praktek tersebut dilaksanakan dengan lancar dan pembelinyapun
tidak hanya masyarakat mendawai dari luar juga ada dikarenakan bersifat umum, tetapi masih dalam bentuk tradisional terdapat penjual
dan pembeli.”60
(Praktek tersebut dilaksanakan dengan lancar dan pembelinya tidak hanya masyarakat mendawai melainkan dari luar sebab kegiatan ini bersifat umum, tetapi praktekya masih dilaksanakan dalam bentuk tradisional yaitu terdapat antara penjual dan pembeli).
Paparan dari NR telah menyatakan praktek kegiatan saprah Amal ini
dilaksanakan dengan lancar, NR juga menyatakan bahwa pembeli pada
kegiatannya tidak hanya berasal dari masyarakat mendawai melainkan
masyarakat dari luar mendawai dikarenakan kegiatan saprah Amal ini
59
Wawancara dengan pedagang saprah Amal di Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI pada tanggal 05 April 2016.
60
bersifat umum namun prakteknya dilaksanakan secara tradisional terdapat
penjual dan pembeli.
Praktek kegiatan saprah Amal dilaksanakan secara tradisonal dimana
telah dinyatakan oleh NR bahwa praktek tersebut dilaksanakan dengan
adanya pedagang yang menjual dan menawarkan barangnya kepada pembeli
pada umumnya. Sebagaimana pengertian pasar tradisional merupakan tempat
bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi
penjual pembeli secara langsung.61
Setelah tahap perencanaan (planning), pembentukan kepanitiaan atau
organisasi (organizing), praktek atau penggerakan (actuating), selanjutnya
yaitu tahap pengawasan (controlling), dalam praktek kegiatan saprah Amal
juga terdapat tahap pengawasan (controlling) dimana pengawasan
(controlling) adalah fungsi terakhir dari proses manajemen, dalam tahap ini
sangat menentukan praktek proses manajemen. Pengawasan adalah proses
pemantauan, penilaian, dan pelaporan rencana atas pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan untuk tindakan korektif guna penyempurnaan lebih lanjut.62
Pengawasan berkaitan erat dengan fungsi perencanaan dan kedua fungsi ini
merupakan hal yang sangat mengisi:
a. Pengawasan harus terlebih dahulu direncanakan
b. Pengawasan baru dapat dilakukan jika ada rencana
c. Praktek rencana akan baik, jika pengawasan dilakukan dengan baik
61
Wikipedia, Konsep Pasar, Http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar, diunduh pada tanggal 18 Mei 2016.
62
d. Tujuan baru dapat diketahui tercapai dengan baik atau tidak setelah
pengawasan atau penilaian dilakukan.63
Pengawasan dilakukan sebelum proses, saat proses, dan setelah
proses, yakni hingga hasil akhir diketahui. Pengawasan diharapkan juga agar
pemanfaatan semua unsur (6M), efektif dan efisien. Sebagaimana penyataan
NR:
“Laporan pertanggungjawaban keuangan dalam kegiatan jelas dikarenakan saya sendiri yang membuat pelaporannya serta menjadi bendaharanya dan pembukuannya lengkap.”64
(Laporan pertanggungjawaban keuangan kegiatan sudah jelas dikarenakan saya sendiri yang membuat pelaporan, menjadi bendahara, dan pembukuanya lengkap).
Pernyataan NR dapat dipahami bahwa praktek saprah Amal
dilaksanakan dengan pelaporan pertanggungjawaban yang telah terkodinir
dengan jelas dikarenakan NR sendiri menjadi bendahara dalam kegiatan
saprah Amal tersebut. Tujuan dari pengawasan yaitu:
a. Supaya proses praktek dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan
dari rencana
b. Melakukan tindakan perbaikan (corrective), jika terdapat
penyimpangan-penyimpangan (deviasi).
c. Supaya tujuan yang dihasilkan sesuai dengan rencananya
63
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah..., hlm. 241.
64