TERHADAP KINERJA PUSTAKAWAN DI KANTOR
PERPUSTAKAAN, ARSIP DAN DOKUMENTASI
KABUPATEN SUKOHARJO
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi
Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan
Oleh :
AMALIA ZULFA NURBAITI
A2D009068
PROGRAM STUDI S1 ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
ii Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Amalia Zulfa Nurbaiti NIM : A2D009068
Jurusan : S1 Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Undip
Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Implementasi Knowledge Sharing Terhadap Kinerja Pustakawan di Kantor Perpustakaan, Arsip
dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo ” adalah benar-benar karya ilmiah saya sendiri, bukanlah hasil plagiat karya ilmiah orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan, dan semua kutipan yang ada di skripsi ini telah saya sebutkan sumber aslinya berdasarkan tata cara penulisan kutipan yang lazim pada karya ilmiah.
Semarang, 1 Agustus 2013 Yang menyatakan,
iii
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan ( QS. Al Insyirah : 6 )
- Bahwa tiada yang orang dapatkan, kecuali yang ia usahakan. Dan bahwa usahanya akan kelihatan nantinya. ( QS. An Najm : 39 – 40 )
- an investment in knowledge always pays the best interest ( Albert Einstein )
PERSEMBAHAN
1. Ayahku Suparmin, S.Pd dan Bundaku Indiyah Purwaningsih, S.Pd tercinta. Ayah dan Bunda yang kasih sayangnya sepanjang masa takkan pernah dapat aku balas.
2. Mas Wildan Itsna Aulia. Adinda tersayang yang selalu memberikan semangat dan candanya.
iv Hari : Kamis
Tanggal : 25 Juli 2013
Disetujui oleh, Dosen Pembimbing
v Ketua Penguji,
Dra. Rukiyah, M.Hum. NIP. 196405281991032011
Anggota I,
Haryani, S.Sos,. M.IP. NIP. 196602201989022001
Anggota II
vi
Alhamdulillah, puji syukur hanya kepada Allah SWT Rabb Yang Maha Menguasai, atas segala limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sampai saat ini penulis masih diberikan nikmat Iman dan Islam. Sungguh besar pertolongan dan kasih sayang-Nya. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Baginda Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan umat beliau yang senantiasa istiqomah. Dalam menyusun skripsi ini penulis telah mendapatkan banyak bantuan, pengarahan, dorongan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis sampaikan banyak terimakasih kepada :
1. Prof. Sudharto P Hadi, M.E.S., Ph.D. selaku Rektor Universitas Diponegoro. 2. Dr. Agus Maladi Irianto, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Diponegoro.
3. Dra. Sri Ati, M.Si. selaku Ketua Jurusan S1 Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.
4. Bapak Slamet Subekti. selaku dosen wali penulis yang telah memberikan doa dan restunya.
5. Ibu Endang Fatmawati, M.Si., M.A. selaku dosen pembimbing yang telah sabar dan meluangkan waktu memberikan bimbingan, masukan, arahan dan motivasi demi terselesaikannya skripsi ini.
vii
8. Segenap Bapak dan Ibu petugas Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo yang telah memberikan bantuan dalam penelitian. 9. Segenap dosen dan karyawan di Jurusan S1 Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu
Budaya yang telah banyak memberi pelajaran dan pengetahuan kepada penulis.
10.Kedua orang tua tercinta, Ibunda Indiyah Purwaningsih, S.Pd dan Ayahanda Suparmin, S.Pd terimakasih atas kasih sayang, doa, dan dorongan serta bimbingan yang tak pernah terputus.
11.Adinda tersayang, Mas Wildan Itsna Aulia yang selalu memberikan semangat, keceriaan dan doa bagi penulis.
12.Keluarga besar Eyang Sunaryo Budi Suwarjono dan Eyang Reso Dikromo yang senantiasa memberikan doa, harapan dan dukungan kepada penulis. 13.Teman-teman Jurusan Ilmu Perpustakaan angkatan 2009 kelas B serta
viii
15.Dan semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu, yang telah membantu dalam menyusun skripsi ini.
Penulis sadar dalam penulisan skripsi ini jauh dari kata sempurna dan tidak lepas dari kesalahan. Untuk itu saran dan kritik yang konstruktif dari semua pembaca sangat diharapkan. Semoga dengan terselesaikannya skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Semarang, 25 Juli 2013
ix
dan 3 Pemustaka. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi, studi pustaka dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini adalah 1) Telah terjadi dan terlaksana kegiatan Knowledge
Sharing di KPAD Kabupaten Sukoharjo sejak lama, dapat dikatakan semenjak
perpustakaan ini beroperasi. 2) Kegiatan Knowledge Sharing telah memberikan banyak manfaat terhadap perpustakaan dan pegawai, dalam hal ini kinerja pustakawan dan tenaga teknis meninggkat, dikarenakan semakin banyak pengunjung dan pengguna yang memanfaatkan jasa perpustakaan dan pustakawan. Sehingga membuat mereka lebih termotivasi dan bersemangat untuk selalu memberikan program dan layanan baru serta memuaskan. Sedangkan saran yang dapat penulis sampaikan adalah 1) Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo dapat menambah jumlah pegawai dari jalur pegawai kontrak yang digunakan untuk memegang bagian yang kosong seperti layanan internet, dan storry telling. 2) Memerlukan fasilitas pendukung yang lebih banyak seperti komputer, dan LCD proyektor untuk dapat menambah jam kunjung pemustaka TK dan SD.
x
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
PRAKATA ... v
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
DAFTAR TEBEL / GAMBAR / BAGAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan dan Batasan Masalah ... 4
1.3 Tujuan ... 4
1.4 Manfaat ... 5
1.5 Waktu dan Tempat ... 5
1.6 Kerangka Pikir ... 6
xi
2.2 Tinjauan Teoritis Knowledge ... 10
2.3 Knowledge Management ... 13
2.4 Knowledge Sharing ... 14
2.5 Kinerja ... 17
2.6 Kinerja Pustakawan ... 18
2.7 Pemustaka ... 19
2.8 Perpustakaan Umum ... 21
2.9 Penelitian Terdahulu ... 22
BAB III METODE PENELITIAN ... 3.1 Desain dan Jenis Penelitian ... 25
3.2 Sumber Data ... 27
3.3 Subjek dan Objek Penelitian ... 29
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 30
3.5 Metode Pengolahan Data ... 34
xii
4.1 Kegiatan KS di Perpustakaan ... 36
4.2 Sejarah Singkat ... 37
4.3 Visi dan Misi ... 39
4.4 Struktur Organisasi ... 40
4.5 Layanan Perpustakaan ... 43
BAB V HASIL PENELITIAN ... 5.1 Karakteristik Informan ... 49
5.2 Pengertian Knowledge Sharing ... 51
5.3 Metode Knowledge Sharing ... 56
5.4 Bentuk Sajian Knowledge Sharing ... 61
5.5 Kinerja ... 65
5.6 Hambatan ... 68
BAB VI PENUTUP ... 6.1 Kesimpulan ... 73
xiii
Lampiran C Daftar Pertanyaan... 97
Lampiran D Dokumentasi Penelitian ... 100
Lampiran E Form Rencana Kerja KPAD... 105
Lampiran F Surat Keterangan Penelitian ... 110
Lampiran G Biodata Penulis ... 111
xiv
LAMPIRAN A HASIL WAWANCARA ... 79
LAMPIRAN B IDENTITAS INFORMAN ... 96
LAMPIRAN C DAFTAR PERTANYAAN ... 97
LAMPIRAN D DOKUMENTASI PENELITIAN ... 100
LAMPIRAN E FORM RENCANA KERJA KPAD ... 105
LAMPIRAN F SURAT KETERANGAN PENELITIAN ... 110
LAMPIRAN G BIODATA PENULIS ... 111
LAMPIRAN H LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI ... 113
xv
TABEL 2: Data Koleksi tahun 2012 ... 44
TABEL 3: Jadwal Layanan Sirkulasi KPAD ... 46
TABEL 4: Identitas Informan ... 50
TABEL 5: Pengertian KS ... 52
TABEL 6: Metode KS ... 58
TABEL 7: Bentuk Sajian KS ... 62
TABEL 8: Kinerja ... 67
TABEL 9: Hambatan KS ... 70
DAFTAR BAGAN BAGAN 1 : Kerangka Berfikir ... 7
BAGAN 2 : Struktur Organisasi Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo ... 40
1
1.1
Latar Belakang
Perpustakaan merupakan sebuah bangunan yang digunakan untuk mencari informasi dan pengetahuan dengan memanfaatkan fasilitas yang ada di dalamnya. Berupa bahan koleksi, fasilitas teknologi dan informasi. Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo adalah salah satu fasilitas publik yang dapat digunakan dan dapat dimanfaatkan oleh siapapun. Banyak sekali kegiatan yang dapat dilakukan di perpustakaan, antara lain seperti belajar, mengerjakan tugas, sekedar refreshing dengan membaca bacaan ringan serta proses berbagi pengetahuan dengan siapapun yang ada di perpustakaan tersebut.
Penulis mengamati dan melihat begitu banyaknya proses transformasi informasi dan pengetauan yang terjadi, hal ini membuat penulis berkeinginan untuk mengetahui lebih dalam dan lebih jauh lagi tentang penyebaran informasi dan pengetahuan yang terjadi di Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo. Dalam bahasa ilmiahnya dapat kita sebut transfer pengetahuan (Knowledge Sharing) yang sering di sebut dengan KS, selanjutnya penulis akan menuliskan KS untuk pembahasan berikutnya.
Zaman globalisasi yang ditunjang oleh banyaknya inovasi yang ditandai dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi yang pesat, akan muncul sebuah persaingan. Perubahan paradigma yang tadinya dari sumber daya menjadi sumber pengetahuan yang bertumpu pada pengembangan teknologi informasi, jaringan internet, dan meta data.
Upaya yang dapat dilakukan pustakawan masa kini yang sedang bertransisi mengubah perpustakaannya menjadi perpustakaan berbasis web dan digital yang tadinya konvensional adalah dengan pengembangan SDM yang ada di dalamnya. Serta berbagi informasi / transfer pengetahuan (Knowledge Sharing). Pengembangan tersebut dilakukan guna menambah kualitas pelayanan dan meningkatkan kinerja pustakwan di perpustakaan. Selain itu, masyarakat sebagai pengguna informasi membutuhkan akses yang serba cepat, efektif, efiseien dan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.
elemen yang dapat bergerak menjalankan informasi dan pengetahuan tersebut. Penggerak dan pelestari pengetahuan adalah manusia mereka saling terkait untuk selalu dapat bertukar informasi dan pengetahuan.
Salah satu media yang akan diteliti dalam penulisan ini adalah Knowledge Sharing (KS). KS yang telah dimiliki oleh pustakawan di Kantor
Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo. Dengan media KS ini akan dilihat apakah para pustakawan telah memiliki kompetensi dan kemampuan untuk melaksanakan KS terhadap para pemustakanya di Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo.
Latar belakang penulis mengangkat tema ini karena dengan adanya pembahasan KS yang diangkat, pengguna dapat mengetahui dampak Implementasi KS terhadap kinerja pustakawan yang ada. Dengan implementasi KS yang para pustakawan lakukan akan menjadikan nilai perpustakaan berada ditangan pustakwan. Baik ataupun buruk, menarik maupun tidak, memuaskan ataukah membosankan hal tersebut dapat pustakawan ciptakan dengan sebuah penerapan KS.
1.2
Rumusan dan Batasan Masalah
Rumusan Masalah :
Berdasarkan latar belakang yang penulis angkat di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
- Bagaimana implementasi Knowledge Sharing terhadap kinerja pustakawan di Perpustakaan Kabupaten Sukoharjo.
Batasan Masalah :
Agar penulisan ini lebih terfokus, maka diperlukan batasan masalah. Adapun batasan masalah yang penulis gunakan dalam penulisan ini, adalah sebagai berikut :
- Implementasi KS : pelaksanaan, penerapan dan pengaplikasian proses transfer informasi oleh para pustakawan di Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo.
1.3
Tujuan
1.4
Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari penulisan ini adalah :
a. Bagi Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo sebagai bahan masukan tentang perbaikan pelayanan menggunakan proses Knowledge Sharing (KS).
b. Bagi praktisi ilmu perpustakaan penulisan ini sebagai bahan tambahan wacana dan sebuah pengetahuan.
c. Sebagai sebuah bahan rujukan dan bacaan untuk penulisan mengenai KS selanjutnya.
d. Bagi penulis agar penulis dapat lebih memahami dan megerti tentang KS serta dampak yang dihasilkan dalam dunia pekerjaan di perpustakaan.
1.5
Waktu dan Tempat
1.6
Kerangka Pikir
Knowledge Sharing merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam
kegiatan sehari-hari, apalagi dalam lingkup perpustakaan. Tersampainya informasi dan pesan dari kedua belah pihak dalam hal ini pemustaka dengan pustakawan merupakan ujung tombak kesuksesan kehidupan perpustakaan.
Setelah dilakukan observasi di Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo, dapat ditarik untuk dijadikan sebuah permasalahan, yakni bagaimana kinerja pustakawan setelah adanya Knowledge Sharing yang dilakukan oleh para pustakawan yang berada di
Bagan 1 : Kerangka berfikir Sumber : olahan penulis, 2013
Bagaimana Implementasi KS terhadap Kinerja Pustakawan di Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten
Sukoharjo.
Pembahasan kinerja pustakawan melalui Implementasi KS yang telah dilaksanakan di Kantor Perpustakaan, Arsip dan
Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo.
Observasi Wawancara Studi Pustaka Dokumentasi
Pustakawan
Analisis deskriptif Implementasi KS terhadap kinerja pustakawan di Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi
1.7
Batasan Istilah
Agar tidak terjadi salah pengertian dan untuk membatasi ruang lingkup dalam penulisan ini, maka perlu adanya batasan istilah yang digunakan dalam penulisan ini. Beberapa istilah yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah:
a. Petugas Perpustakaaan Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo : staf yang tersedia, bekerja dan mempunyai jabatan pustakawan maupun berjabatan sebagai tenaga teknis dan bidang pengambil kebijakan di Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo.
b. Pemustaka Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo : setiap orang yang melakukan aktivitas di Perpustakaan Kabupaten Sukoharjo, baik siswa, mahasiswa dan masyarakat umum yang berkunjung dan memanfaatkan fasilitas di Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo.
9
2.1
Implementasi
Pengertian dari implementasi sebagai berikut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Impelentasi berarti pelaksanaan dan penerapan.
“ Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan (Usman, 2002: 70) ” dalam bukunya yang berjudul Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum.
Kesimpulan dari pendapat di atas bahwa pengertian implementasi dapat diartikan sebuah kegiatan yang terencana atau dilakukan dengan sungguh-sungguh berdasar dengan norma untuk mencapai suatu tujuan kegiatan, bukan hanya sekedar diartikan sebagai sebuah aktivitas.
Hal serupa juga tertera dalam kalimat berikut :
“ Implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif (Setiawan, 2004: 39). ”
melakukan penyesuaian dalam sebuah birokrasi untuk terciptanya semua tujuan.
2.2
Tinjauan Teorotis
Knowledge
Definisi Knowledge sebagai berikut :
“ Knowledge merupakan campuran dari pengalaman,
nilai, informasi konstektual, pandangan pakar dan intuisi mendasar yang memberikan suatu lingkungan dan kerangka untuk mengevaluasi dan menyatukan pengalaman baru dengan informasi.” (Davenport, Laurence, 1996).
Knowledge sebagai informasi yang mengubah sesuatu atau
seseorang, hal itu terjadi ketika informasi tersebut menjadi dasar untuk bertindak, atau ketika informasi tersebut memampukan seseorang atau institusi untuk mengambil tindakan yang berbeda atau tindakan yang lebih efektif dari tindakan sebelumnya (Drucker : 1988). Sehingga ada juga pendapat yang mengartikan knowledge sebagai informasi yang dapat ditindak lanjuti atau informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk bertindak, untuk mengambil keputusan dan untuk menempuh arah atau strategi tertentu (actionable information ).
a. Comparison : membandingkan informasi pada situasi tertentu dengan situasi-situasi yang lain yang telah diketahui.
b. Consequences : menemukan implikasi-implikasi dari
informasi yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan dan tindakan.
c. Connections : menemukan hubungan-hubungan
bagian-bagian kecil dari informasi dengan hal-hal lainnya.
d. Conversations : membicarakan pandangan, pendapat serta
tindakan orang lain terkait informasi tersebut.
Knowledge dibagi menjadi dua jenis yaitu Tacit Knowledge dan Explicit Knowledge, yang dijabarkan seperti berikut :
a. Tacit Knowledge
b. Explicit Knowledge
Adalah suatu yang dapat diekspresikan dengan kata-kata dan angka, serta dapat disampaikan dalam bentuk ilmiah, spesifikasi, manual dan sebagainya. Dapat pula berarti segala bentuk knowledge yang sudah direkam dan didokumentasikan, sehingga lebih mudah didistribusikan dan dikelola. Knowledge jenis ini dapat segera diteruskan dari satu individu ke pihak lain.
Bahwa ada beberapa alasan mengapa orang tidak ingin melakukan Sharing Knowledge yang ia miliki (Vass, 1999 dalam Setiarso), yaitu :
a. Mau untuk berbagi, tetapi tidak ada waktu untuk mengerjakannya
b. Tidak ada keterampilan dalam teknik KM
c. Tidak memahami apakah itu KM dan keuntungannya d. Kurangnya teknologi yang sesuai
e. Tidak ada tanggung jawab dan tindak lanjut dan manager senior
f. Tidak ada biaya untuk KM
2.3
Knowledge Management
Ada beberapa pengertian dari knowledge management yang diambil dari shanghani (2009) antara lain: Knowledge Management is processes of capturing, distributing, and effectively using knowledge
(Davenport, 1994). KM is the capability of a company to create new
knowledge, disseminate it throughout the Organisation and embody it in
products, services and systems (Nonaka & Takeuchi, 1994) .
Knowledge Management is systematic approach to find, understand
and use knowledge to create value (O’Dell, 1996). Knowledge
management is the process of increasing the efficiency of knowledge
markets by generating, codifying, coordinating, and transferring
knowledge (Davenport & Prusak, 1998).
Knowledge Management (KM) adalah pendekatan-pendekatan
sistematik yang membantu muncul dan mengalirnya informasi dan knowledge kepada orang yang tepat pada saat yang tepat untuk menciptakan nilai. Inti dari KM adalah sharing. Knowledge transfer /
sharing sebagai salah satu proses utama dalam KM, pada hakekatnya
adalah penciptaan kesempatan yang luas untuk belajar (learning) kepada seluruh anggota organisasi sehingga dapat meningkatkan kompetensinya secara mandiri.
2.4
Knowledge Sharing
Knowledge Sharing adalah tahapan disseminasi dan penyediaan
knowledge pada saat tepat untuk karyawan yang membutuhkan.
Knowledge Sharing didefinisikan sebagai aktivitas mentransfer atau
menyebarkan pengetahuan dari seseorang, grup atau organisasi ke orang, grup atau organisasi yang lain ( Lee : 2001 ).
Dengan knowledge sharing memungkinkan terciptanya ide-ide / inovasi yang akan mendukung keberlangsungan organisasi, meningkatkan nilai jual sehingga bisa berkompetisi dengan organisasi lain, knowledge sharing juga memungkinkan terbentuknya regenerasi dalam artian jika
Ide-ide baru bagi organisasi bukan berarti ide yang benar-benar baru yang belum pernah ditemukan, bisa jadi ide baru tersebut adalah ide yang telah lama ada namun baru diadapsi oleh organisasi dan bisa digunakan bagi kemajuan organisasi. Selain itu knowledge sharing juga meningkatkan efisiensi kerja, seperti dicontohkan oleh para staf di software company yang mengakui bahwa pekerjaan mereka cepat
terselesaikan jika dikerjakan oleh beberapa orang, dan ketika ada masalah para staf saling membantu, menurut mereka hal itu sangat menghemat waktu (Jasimmudin, et al, dalam Anna 2009).
Indikator dapat terlaksananya Knowledge Sharing :
a. Terjadinya dan terbentuknya team work dalam sebuah permasalahan dan diskusi serta tercipta budaya kerja yang tepat.
b. Melakoni proses learning by doing, sharing akan terbentuk dengan keadaan yang ada yang menuntut untuk saling berbagi pengetahuan.
c. Adanya rasa bersaing dan berkompetisi antar instansi untuk dapat mewujudkan instansi yang menyediakan berbagai informasi dengan penerapan Knowledge Sharing.
d. Kecepatan dan kelambatan penerimaan dan penyampaian
knowledge dapat menjadi penghambat dan pendorong proses
e. Rasa motivasi dari pustakawan sendiri untuk melayani pemustaka yang ada danpemustaka yang membutuhkan informasi.
Untuk dapat menumpuhkan budaya KS, dan terlepas dari keuntungan terhadap KS, sering karyawan dari organisasi tidak ingin berbagi pengetahuan dengan kolega mereka karena takut kehilangan yang keuntungan yang melekat dalam organisasi. Meskipun, untuk sharing knowledge sudah ada teknologi untuk itu namun perilaku manusia dapat mengakibatkan sebuah kegagalan dalam sharing knowledge.
Dalam Shin et al. (Hincu dan Luban 2009), terlihat bahwa aspek ini dapat diatasi dengan pendekatan strategis tingkat tinggi yang bertujuan untuk mengubah budaya organisasi yang individual menjadi budaya yang mau berbagi pengetahuan. Sebuah budaya sangat memberikan kontribusi untuk memotivasi individu untuk berbagi pengetahuan dan menyerap pengetahuan yang diterima dan untuk memfasilitasi aliran pengetahuan antara sumber dan penerima.
Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menumbuhkan budaya berbagi pengetahuan diantaranya (Putri dan pengaribuan 2009):
dan berinovasi serta peluang untuk mensinergikan pengetahuan eksternal kedalam institusi.
b. Menangkap dan mengidentifikasi pengetahuan yang dianggap bernilai dan direpresentasikan dengan cara yang logis.
c. Penempatan pengetahuan yang baru dalam format yang mudah diakses oleh seluruh pegawai dan pejabat.
d. Pengelolaan pengetahuan untuk menjamin kekinian informasi agar dapat direview untuk relevansi dan akurasinya. e. Format pengetahuan yang disediakan di portal adalah format
yang user friendly agar semua pegawai dapat mengakses dan mengembangkan setiap saat.
2.5
Kinerja
Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi pada ekonomi (Amstrong, Baron. Dikutip dalam Wibowo 1988 : 15). Dengan demikian kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut.
Menurut Mangkunegara (2001), kinerja adalah : hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dapat dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kerja kelompok personel. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personel yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personel di dalam organisasi (Ilyas, 2001).
2.6 Kinerja Pustakawan
Kinerja pustakawan merupakan hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan untuk dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan dengan derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu dalam memahami hal yang dikerjakan dengan jelas serta tahu cara mengerjakannya yang dihitung dalam kurun waktu / periode kerja tertentu.
sumber daya secara efisiensi dan efektif. Menurut Mangkunegara (2005), kinerja pustakawan dipengaruhi oleh 3 faktor, yakni :
1. Faktor individu yang terdiri dari kemampuan dan keahlian, latar belakang dan demografi.
2. Faktor psikologis yang terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, pembelajaran dan motivasi.
3. Faktor organisasi yang terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, penghargaan, struktur dan job desain.
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan kinerja pustakawan merupakan sebuah keberhasilan seseorang secara menyeluruh untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan dengan kualitas, kuantitas, sebuah kerjasama, berdisiplin dalam mengerjakan tugas dengan dipengaruhi juga motivasi dan semangat dalam bekerja.
2.7
Pemustaka
Pemustaka menurut para ahli. Menurut Sulistyo-Basuki (1992:199), pemakai adalah orang yang membutuhkan dokumen primer atau berkeinginan menelusur bibliografis.
IPI (Ikatan Pustakawan Indonesia) menyatakan bahwa pustakawan adalah seseorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumentasi dan informasi yang dimilikinya melalui pendidikan.
Penggolongan Pustakawan menurut Rachman dan Zen (2006; 19-20) dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Pustakawan ahli adalah mereka yang memiliki kualifikasi ahli dengan latar belakang pendidikan ilmu perpustakaan minimal sarjana atau berpengalaman mengelola perpustakaan secara profesional.
2. Pustakawan terampil adalah yang menguasai teori-teori perpustakaan dan terampil memanfaatkannya dalam melaksanakan tugas rutin perpustakaan seperti pengadaan, pengolahan dan pelayanan.
Menurut undang-undang nomor 43 tahun 2007 pada pasal 1 ayat 9 tentang perpustakaan, istilah pemakai atau pengguna dirubah menjadi pemustaka. Perubahan ini didasarkan pada asumsi kata pemakai atau pengguna yang memiliki konotasi negatif yang beredar di masyarakat, seperti pemakai atau pengguna narkoba. Dimana pengertian pemustaka adalah pengguna perpustakaan, yaitu “perseorangan, kelompok orang, masyarakat, atau lembaga yang memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan” (Wiranto, 2008: 142).
Ada berbagai jenis pemustaka seperti mahasiswa, siswa, pegawai, dan masyarakat. Pendapat lain mengenai pemustaka yaitu menurut Wiji Suwarno (2009: 80). “Pemustaka adalah pengguna fasilitas yang disediakan perpustakaan baik koleksi maupun buku (bahan pustaka maupun fasilitas lainnya)”.
Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemustaka merupakan seorang atau sekelompok orang yang menggunakan fasilitas dan memanfaatkan ketersediaan informasi yang terdapat di Perpustakaan.
2.8
Perpustakaan Umum
bahwa “Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh dana umum dengan tujuan melayani umum. ”
Dalam bukunya Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan (Syahrial 2003: 3).
“ Perpustakaan Umum ialah perpustakaan yang menghimpun koleksi buku, bahan cetakan serta rekaman lain untuk kepentingan masyarakat umum. Perpustakaan umum berdiri sebagai lembaga yang diadakan untuk dan oleh masyarakat. Setiap warga dapat menggunakan perpustakaan tanpa dibedakan pekerjaan, kedudukan, kebudayaan dan agama. Meminjam buku dan bahan lain dari koleksi perpustakaan dapat dengan cuma-cuma atau dengan membayar iuran sekedarnya sebagai tanda keanggotaan dari perpustakaan tersebut.”
Kesimpulan dari dua pendapat di atas adalah, perpustakaan umum adalah perpustakaan yang menghimpun koleksi berupa buku, bahan rekaman, bahan tercetak untuk kepentingan masyarakat umum, tanpa membedakan latar belakang, status sosial, agama, suku, pendidikan dan sebagainya.
2.9
Penelitian Terdahulu
Penelitian ini bertujuan unutk mengetahui persepsi pemustaka tentang kinerja pustakawan yang bertugas di bagian sirkulasi dengan menguraikan kinerja pustakawan melalui aspek kehandalan, daya tanggap, kompetensi, kesopanan, komunikasi serta keamanan. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan teknik analisis deskriptif. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan studi pustaka.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi pemustaa mengenai aspek-aspek tersebut di atas, pustakawan bekerja secara teliti dalam proses kepengurusan layanan sirkulasi, kemudian respon dan kesiapsediaan pustakawan memperoleh apresiasi positif dari pemustaka.
Pustakawan sudah bersikap ramah, sabar, bersahabat, disiplin serta ditinjau dari aspek kompetensi pustakawan pengetahuan tentang tata letak koleksi masih dianggap kurang. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa persepsi pemustaka tentang kinerja pustakawan pada layanan sirkulasi sudah cukup baik.
adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan survey. Alat yang digunakan dalam pengumpulan data adalah kuesioner.
Uji validitas menggunakan rumus product moment, uji reliabilitas dengan menggunakan program SPSS. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh positif antara kinerja pustakawan dengan kepuasan pengguna yang ditunjukkan koefisien 0.790. semakin tinggi kinerja pustakawan semakin tinggi kepuasan pengguna. Terdapat pengaruh yang berarti antara kinerja pustakawan dengan kepuasan pengguna hal ini ditunjukkan dengan t hitung sebesar 15.881 dan t sig sebesar 0.000.
25
3.1
Desain dan Jenis Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif menurut Bogdan dan Biklen dalam Sugiyono (2008) mengatakan beberapa karakteristik penelitian kualitatif adalah sebagai berikut : 1) Qualitative research has the natural setting as the direct source of data and the researcher is the key instrument. 2) Qualitative
research is descriptive. The data collected is in form of words of pictures
rather than number. 3) Qualitative research is concerned with process
rather than simply with outcomes or product. 4) Qualitative research
tends to analyze its data inductively. 5) “Meaning” of essential to the
qualitative appoach. Dengan kata lain, karakteristik penelitian kualitatif
antara lain adalah penelitian yang dilakukan pada kondisi ilmiah, langsung sumber data dan instrument kunci penelitian adalah peneliti.
bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Di dalam studi ini digunakan metode penulisan kualitatif. Penulisan kualitatif menekankan data yang terkumpul berbentuk kata-kata, gambar, bukan angka-angka. Kalaupun ada angka-angka, sifatnya hanya sebagai penunjang. Tujuan penulisan kualitatif tidak selalu mencari sebab-akibat sesuatu, tetapi lebih berupaya memahami situasi tertentu, mencoba menerobos dan mendalami gejalanya dengan menginterpretasikan masalahnya atau menyimpulkan kombinasi dari berbagai arti permasalahan sebagaimana disajikan oleh situasinya (Moleong: 2007, 11). Selain berorientasi pada proses juga bertujuan untuk mendeskripsikan manajemen kinerja organisasi pada Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo, penulisan ini juga menganalisis berbagai permasalahan pada Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo.
Desain dalam penulisan ini bersifat deskriptif bertujuan menggambarkan sasaran yang tepat, sifat-sifat individu, keadaan gejala-gejala dari kelompok tertentu atau untuk menentukan frekwensi atau penyebaran suatu gejala frekwensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala-gejala yang lain dalam masyarakat (objek penulisan).
terfokus, atau observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip).
Penulisan kualitatif menggunakan data berupa teks, kata-kata tertulis, frasa-frasa atau simbol-simbol yang menggambarkan atau merepresentasikan orang-orang, tindakan-tindakan dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan sosial dalam Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo.
3.2
Sumber Data
Oleh karena lingkup penulisan ini adalah penulisan kualitatif, maka teknik pengumpulan sampelnya menggunakan cara purposive sampling, dimana penulis memakai berbagai pertimbangan, yaitu berdasarkan konsep teori yang digunakan, serta keingintahuan dari pada penulisan tentang karakteristik pribadi dari obyek yang diteliti.
Sumber data yang di gunakan dalam penulisan ini adalah :
Informan yang penulis gunakan pada penulisan ini ada 3 yaitu, informan dari pustakawan, pemustaka dan Kasi Perpustakaan. Berikut kriteria yang penulis ambil :
a. Informan Pustakawan
Penulis menggunakan Pustakawan karena Pustakawan merupakan kunci dalam penulisan ini, Pustakawan yang melayani dan membantu para pencari informasi untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
b. Informan Pemustaka
Dalam hal ini penulis menggunakan pemustaka dengan kriteria
a. Yang tercatat sebagai anggota perpustakaan. b. Yang aktif berkunjung ke perpustakaan. c. Yang berstatus siswa di Kabupaten Sukoharjo.
d. Yang secara aktif berkomunikasi dengan pustakawan baik untuk bertanya maupun meminjam bahan koleksi. c. Informan Kepala / Kasi Perpustakaan
kebijakan-kebijakan guna peningkatan mutu dan kinerja perpustakaan.
2. Data Sekunder, yaitu informasi yang telah dikumpulkan pihak lain. Dapat berarti informasi tersebut diperoleh dalam bentuk dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia. Data sekunder dalam penulisan ini berupa buku-buku maupun dokumen yang lain mengenai pembahasan tentang kinerja, dan knowledge sharing yang berkaitan dengan penulisan tentang implementasi KS terhadap kinerja pustakawan di Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo.
Dalam hal ini penulis tidak bertindak langsung memperoleh data dari sumbernya, tetapi penulis bertindak sebagai pemakai data. Data sekunder ini dapat diperoleh dari dokumen, buku, data statistik, laporan dan lain-lain yang berhubungan yang berhubungan dengan penulisan ini dan data-data yang telah diolah.
3.3
Subjek dan Objek Penelitian
perputskaan, kepala perpustakaan atau sub bidang yang berwenang mengambil kebijakan sebagai pengganti kepala perpustakaan dan staf yang bekerja. Dapat ditambahkan informan adalah pemustaka yang mengunjungi dan memanfaatkan perpustakaan. Pengambilan data dari sumbernya Kemudian hasil wawancara dalam penulisan kualitatif diharapkan mampu menjelaskan secara lebih mendalam dan fenomena yang bervariasi dari persepsi informan.
Objek dalam penulisan ini adalah Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo yang berlokasi di Jalan Slamet Riyadi No. 17 Sukoharjo.
3.4
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan sebuah cara yang penulis gunakan untuk mendapatkan data. Penelitian ini menggunakan penulisan kualitatif oleh sebab itu data yang diperoleh haruslah mendalam, akurat dan tidak berbelit-belit atau jelas dan lugas. Sehingga penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :
a.
Studi Kepustakaan
konsep-konsep yang berkaitan dengan masalah penulisan sehingga dapat dijadikan landasan bagi penganalisa data primer serta untuk menunjang dan memperkuat dugaan dalam pembahasan masalah.
b.
Wawancara
Wawancara merupakan proses pengumpulan data yang langsung memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi. Hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu pawancara, informan, topik penulisan yang tertuang dalam daftar pertanyaan dan situasi wawancara (Singarimbun, 2008: 192).
Wawancara merupakan percakapan antar dua orang dengan maksud tertentu, dua orang tersebut adalah pewawancara dan terwawancara yang akan memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2010: 186).
Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka, yang memungkinkan responden memberikan jawaban secara luas. Data yang diperoleh dari wawancara mendalam berupa pengalaman, pendapat, perasaan, dan pengetahuan key informan dan informan mengenai kinerja organisasi di Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo.
c.
Observasi
Penulis hadir sebagai penulis murni bukan sebagai guru atau siswa. Teknik observasi ini dilakukan untuk mendapat data tentang langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran tematik. Observasi dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan secara aktif untuk memperoleh gambaran dan keterangan riil mengenai sikap dan perilaku informan.
d.
Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengambilan data yang diproses melalui dokumen-dokumen. Metode dokumentasi dipakai untuk mengumpulkan data dari sumber-sumber dokumen yang mungkin mendukung atau bahkan berlawanan dengan hasil wawancara. Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data yang berupa dokumen atau arsip.
Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo.
3.5
Metode Pengolahan Data
Tahap pengolahan data kualitatif dilakukan dengan tiga tahap, (Idrus, 2009: 150-152 ) yaitu :
1. Reduksi Data
Dari lokasi penulisan, data lapangan dituangkan dalam uraian laporan yang lengkap dan terinci. Data dan laporan lapangan kemudian direduksi, dirangkum, dan kemudian dipilah-pilah hal yang pokok, difokuskan untuk dipilih yang terpenting kemudian dicari tema atau polanya ( melalui proses penyuntingan, pemberian kode dan pentabelan ). Reduksi data dilakukan terus menerus selama proses penulisan berlangsung. Pada tahapan ini setelah data dipilah kemudian disederhanakan, data yang tidak diperlukan disortir agar memberi kemudahan dalam penampilan, penyajian, serta untuk menarik kesimpulan sementara.
2. Penyajian Data
data yang digunakan pada langkah ini adalah dalam bentuk menarasikan teks hasil penelitian, menginformasikan mengenai penerapan KS terhadap kinerja pustakawan.
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Peneliti berusaha menarik kesimpulan dan melakukan verifikasi dengan mencari makna padagejala-gejala yang ada di lapangan. Mencatat keteraturan dan konfigurasi yang mungkin ada, alur kausalitas dari fenomena dan proposoisi.
Pada tahap ini ditarik kesimpilan yang telah didapat dan disimpulkan sebelumnya. Kemudian penulis melakukan cek ulang dan mencocokkan kembali dengan hasil dan catatan yang penulis punya pada saat melakukan penelitian di Kantor Perpustaan, Arsip dan Dokumentasi kabupaten Sukoharjo.
3.6
Analisis Data
36
KANTOR PERPUSTAKAAN, ARSIP DAN DOKUMENTASI
KABUPATEN SUKOHARJO
4.1.
Kegiatan KS di Perpustakaan
Kegiatan KS yang telah berjalan dan terorganisir di dalam perpustakaan ini telah menjadi bagian dari sebuah rencana kerja dan program kerja yang akan dijalankan. Kegiatan yang berjalan sebagai sistem KS di Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo adalah sebagai berikut :
a. Mencarikan koleksi pemustaka b. Pelaksanaan Perling
c. Pelaksanaan pembinaan dan monitoring perous desa d. Layanan storytelling
e. Pelatihan IT dan ICT bidang software perpustakaan f. Pelatihan marketing (UKM)
g. Pengadaaan lomba-lomba insidental tematik peringatan hari bersar. h. Pengadaan pameran besertaan HUT kab
4.2. Sejarah Singkat dan Dasar Pembentukan Kantor Perpustakaan,
Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo
Sejarah berkembangnya KS di perpustakaan ini berawal dari terbentuknya sebuah organisasi yang ada di perpustakaan Sukoharjo. Para petugas perpustakaan telah melakukan kegiatan transfer informasi, berupa bentuk apapun yang mereka butuhkan. Kegiatan tersebut dapat berupa interaksi antar individu maupun antar lembaga baik sesama perpustakaan maupun dengan lembaga pemerintah. Kegiatan ini berlangsung semenjak kegiatan perpustakaan dimulai seperti bidang pelayanan peminjaman maupun sosialisasi.
Periodisasi perkembangan KS di Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo, pada dasawarsa pertama pertumbuhannya masih menggunakan cara manual dalam melakukan layanan pada pengguna, selanjutnya setelah memasuki dasawarsa kedua Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo mampu sedikit demi sedikit mengotomasikan layanan yang disediakan. Berikut sejarah lengkap profil dari Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo.
Diawali dengan pembentukan Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo dengan dasar surat keputusan Bupati Sukoharjo Nomor: 43/541/1987 tanggal 29 Juni 1987. Selanjutnya ditinjau kembali berdasarkan keputusan Bupati Sukoharjo Nomor : 0611/1324/1990 Tanggal 19 September 1990 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo.
Setelah berjalan lima tahun akhirnya Perpustakaan Umum dikelola oleh Bagian Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Sukoharjo berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 161.256 Tahun 1995 pada tanggal 17 Oktober 1995. Pada tahun berikutnya fungsi dan susunan organisasi dan tata kerja Perpustakaan Umum diatur dengan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor: 56 Tahun 1996 tanggal 6 Juni 1996.
Pada tahun 1998 Terbit Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor : 11 Tahun 1998 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Arsip Daerah Kabupaten Sukoharjo.
Pada tahun 2008 terjadi perubahan Susunan Organisasi dan Tata Kerja, dengan keluarnya Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor : 4 Tahun 2008 dengan perubahan nomenklatur menjadi Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo.
4.3. Visi dan Misi Kantor Perpustakaan, Arsip, dan Dokumenstasi
Kabupaten Sukoharjo.
Visi :
Menjadi Pusat Pembelajaran dan Rekreasi Yang Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK) Untuk Mewujudkan Masyarakat Sukoharjo Yang Cerdas dan Berbudaya.
Misi :
a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana serta Sumber Daya Manusia Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo.
b. Meningkatkan kualitas pengelolaan perpustakaan, arsip dan dokumentasi yang berbasis TIK secara terpadu dan bersinergi.
4.4. Struktur Organisasi
Adapun struktur organisasi Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor : 4 Tahun 2008 dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Struktur Organisasi Kantor Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo
Sumber : Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor : 4 Tahun 2008
Bagan 2: Struktur Organisasi Kantor Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo.
KEPALA
SUB BAGIAN TATA
USAHA KELOMPOK
JAB.FUNGSIONAL
SEKSI PERPUSTAKAAN SEKSI
KEARSIPAN
Sumber Daya Manusia ( SDM )
Sumber Daya Manusia berdasarkan pendidikan di Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo sampai pada Desember 2011 mempunyai komposisi pegawai dengan rincian sebagai berikut:
Statistik Pegawai Berdasarkan Jenjang Pendidikan Kantor Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi
Kabupaten Sukoharjo
Grafik 1 : data SDM KPAD Sumber : data KPAD Sukoharjo
Data SDM berdasarkan Kedudukan di Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo. Berdasarkan kedudukan dalam organisasi di Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Kepala Kantor (eselon III) : 1 orang b. Kepala Seksi (eselon IV) : 3 orang c. Kepala Sub Bagian (eselon IV) : 1 orang d. Jabatan Fungsional : 6 orang
e. Staf : 17 orang
Adapun data sumber daya manusia yang mengelola perpustakaan tahun 2012 sebagai berikut :
Tabel 1 : Daftar Pegawai Perpustakaan
NO NAMA JENJANG JABATAN JML
1 Dra. Siti Fatmah, M.Hum. S2 Kasi Perpustakaan 1 2 Tunardi, SE. S1 Pustakawan Pertama 1 3 Wiharjani, SE. S1 Pustakawan Penyelia 1 4 Suyati SMA Pustakawan Penyelia 1
5 Hartini SMA Staf Teknis 1
6 Giyanto SMA Staf Teknis 1
7 Sumiyanti SMA Staf Teknis 1 8 Dandung Suseno, S.Sos. S1 Staf Teknis 1 9 Anita Kristiana, A.Md. D III Staf Teknis 1 10 Drs. Yanus Purnawan S1 Staf Teknis 1 11 Lilik Wahyono SMA Staf Teknis 1
4.5
Layanan Perpustakaan
a.
Koleksi Perpustakaan
Seluruh koleksi perpustakaan dapat berupa koleksi cetak dan non cetak dengan bermacam-macam jenis baik fiksi maupun non fiksi, terbitan berkala, bahan-bahan microfilm maupun alat pandang-dengar (Audiovisual). Keanekaragaman koleksi bahan pustaka sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang cepat menuntut perpustakaan agar terus berkembang dengan menambah koleksi bahan pustaka. Bila koleksi perpustakaan tidak berkembang seiring berkembangnya ilmu pengetahuan maka akan ditinggalkan oleh pembaca.
Tabel 2: Data Koleksi Tahun 2012
No Jenis Koleksi Tahun 2011 Tahun 2012 Judul Eksemplar Judul Eksemplar
1 Buku teks di
10 Alat permainan anak
112 336 112 336
Keterangan: Nomor 2 & 5 sudah termasuk di nomor 1
b. Pemustaka
dengan komposisi laki-laki 421.776 orang (49,55%) dan perempuan 429,381 orang atau (50,45 %). Sedangkan jumlah penduduk potensial yang harus mendapat layanan (5 – 64) berjumlah 780.509 orang.
c. Jam Layanan
Untuk meningkatkan minat baca masyarakat, Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo menambah jam layanan perpustakaan sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Nomor : 041.1/84/2011 tentang Penambahan Jam Layanan Umum Perpustakaan di Luar Jam Kerja Kedinasan.
a. Jam Kerja
Hari Senin – Kamis : 07.00 – 14.00 WIB
Hari Jumat : 07.00 – 11.00 WIB
Hari Sabtu : 07.00 – 12.30 WIB
b. Jam Tambahan di Luar Jam Kedinasan
Hari Senin – Kamis : 14.00 – 17.00 WIB
Hari Sabtu : 12.30 – 15.30 WIB
Tabel 3: Jadwal Layanan Sirkulasi KPAD
NO HARI WAKTU
1 Senin – Kamis 07.30 – 17.00 WIB
2 Jumat 07.30 – 11.00 WIB
3 Sabtu 07.30 – 15.30 WIB
Jadwal layanan sirkulasi dilaksanakan setiap hari jam kerja ditambah 3 jam setiap harinya, Senin s/d Kamis Jam 07.00 s.d 17.00 WIB dan Jumat 07.00 s/d 11.00 WIB dan hari Sabtu 07.00 s/d 15.30 WIB.
Layanan pemutaran film edukatif dilaksanakan hari Senin s/d Rabu, dengan dua kali pemutaran. Untuk Sesi I jam 08.00 s/d 09.30 dan Sesi II jam 09.30 s/d 11.00 WIB, layanan bercerita atau story telling setiap hari sabtu jam 09.00 WIB. Sedangkan layanan perpustakaan keliling dilaksanakan setiap hari dengan dua lokasi yang berbeda sesuai dengan jadwal.
d. Jenis Layanan
a) Layanan Sirkulasi
 Melayani pinjam kembali dan perpanjang koleksi
 Melayani pembuatan kartu anggota b) Layanan Referensi
 Melayani koleksi khusus untuk rujukan
 Melayani peminjaman koleksi untuk di fotocopy
c) Layanan Perpustakaan Keliling
 Melayani kunjungan perpustakaan keliling ke sekolah dan kelurahan
 Melayani kunjungan perpustakaan keliling pada event-event khusus
d) Layanan Audio Visual
 Melayani pemutaran film-film sejarah (dokumenter), hiburan
 Melayani pemutaran CD edutainment untuk anak e) Layanan Story Telling
 Melayani story telling
 Melayani peminjaman alat-alat peraga story telling f) Layanan Khusus Anak
 Melayani penggunaan alat peraga untuk anak di tempat
 Melayani penggunaan alat-alat permainan anak
 Melayani peminjaman koleksi khusus anak g) Layanan Pendidikan Pemakai
 Melayani bimbingan penggunaan katalog
 Melayani bimbingan penelusuaran informasi
 Melayani kebutuhan data untuk penulisan makalah, skripsi, tesis h) Layanan Pembinaan dan Bimbingan Perpustakaan
 Melayani pembinaan dan bimbingan pembuatan perpustakaan untuk perorangan
 Melayani pembinaan dan bimbingan pengelolaan perpustakaan untuk instansi ( Sekolah, kelurahan/desa, masjid, dan lain-lain) i) Layanan Hotspot dan Internet
48
Pada pembahasan ini penulis akan memaparkan hasil penelitian berdasarkan teknik wawancara terhadap pustakawan, maupun observasi yang telah dilakukan. Kemudian dilakukan teknik analisis deskriptif tentang kinerja pustakawan terhadap proses terjadinya KS di perpustakaan tersebut. Subjek dalam penelitian ini adalah pustakawan maupun tenaga teknis (staff) yang bertugas dan bekerja di perpustakaan. Kemudian objek dalam penelitian ini adalah KS dalam perpustakaan.
Aspek yang akan penulis uraikan mengenai bentuk dan metode KS yang dijalankan oleh para pustakawan dan tenaga teknis (staff) yang bekerja di Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo. Hal ini dikarenakan pembahasan yang digunakan dirasa telah sesuai dengan perkembangan kinerja pustakawan yang bekerja pada saat ini di Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo.
Hasil wawancara mendalam dengan beberapa informan : satu orang pengambil kebijakan, lima orang pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan, serta tiga orang pemustaka di Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo. Informan tersebut dipilih sesuai dengan kriteria yang penulis sampaikan dalam Bab III, pembahasan ini.
Kabupaten Sukoharjo untuk menentukan beberapa faktor yang diperlukan sebagai fokus dalam penelitian.
Sebelum pengambilan keputusan untuk melakukan wawancara telah ditemukan bahwa sistem KS telah berjalan cukup lama di Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo, dengan demikian penulis merasa perlu mempelajari dan ingin tahu lebih dalam tentang proses dan perkembangan KS di Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo.
Analisis hasil wawancara akan penulis paparkan dalam subbab dibawah ini, sesuai dengan daftar pertanyaan yang penulis ajukan guna wawancara yang dilakukan di Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo.
5.1
Karakteristik Informan
Berdasarkan sumber daya yang ada dan yang dibutuhkan guna melengkapi validitas penelitian. Informan yang dipilih dan digunakan dengan kriteria sebagai berikut :
1. Pustakawan
subyek yang mengolah sumber informasi. Pustakawan yang digunakan dalam wawancara ini adalah para pegawai yang berjabatan dan bekerja di bagian perpustakaan, meliputi dua orang pustakawan ahli yakni Bp. Tunardi, S.E dan Ibu Wiharjani, S.E dan tiga orang tenaga teknis perpustakaan yakni Ibu Anita Kristiana, Bp Giyanto dan Bp Dandung Suseno.
2. Pengambil Kebijakan (Kasi Perpustakaan)
Dipilih seorang pengambil kebijakan karena segala keputusan yang dilakukan oleh kepala perpustakaan didahului melalui pengambil kebijakan. Segala hal-hal dan anggaran yang akan diputuskan oleh kepala perpustakaan sebelumnya sudah diketahui oleh pengambil kebijakan yang kemudian mengajukan proposal tersebut kepada kepala perpustakaan. Yang menjabat sebagai kasi perpustakaan adalah Ibu Siti Fatmah.
3. Pemustaka
Pemustaka adalah pihak-pihak yang memanfaatkan segala bentuk layanan yang ada di perpustakaan. Pemustaka yang peneliti ambil sebanyak tiga orang dengan kriteria yang sering berkunjung di Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo.
Tabel 4: Identitas Informan
No Nama Status Informan Jabatan
1. Bp. Tunardi, S.E Pustakawan Pustakawan Ahli 2. Ibu. Wiharjani Pustakawan Pustakawan
3. Ibu. Anita Kristiana Pustakawan Tenaga Teknis
7. Nanda Putu Kasrani (Perempuan) 9. Mufta Dwi Prasetyo
(Laki-laki)
Pemustaka (sering berkunjung)
SMA N 1 Sukoharjo (IPS)
5.2
Pengertian
Knowledge Sharing
Knowledge Sharing merupakan salah satu konsep yang mendukung
kegiatan Knowledge Management. Proses berbagi informasi atau transfer informasi ini melihat bahwa organisasi (perpustakaan) mempunyai kecenderungan untuk melakukan akses serta berbagai akses pengetahuan dan informasi dengan organisasi lain.
cukup lama, sekurang-kurangnya semenjak perpustakaan ini berdiri, dari masa pertama perpustakaan beroperasi hingga tahun 2013 ini telah banyak KS yang dijalankan oleh para pustakwan dan staff, baik secara formal maupun non-formal, baik dalam lingkup internal maupun eksternal perpustakaan.
KS yang dimengerti oleh pustakawan yang ada adalah sebagaimana istilah KS yang ada di dalam bidang ilmu perpustakaan, hanya saja peneliti menemukan kebutaan istilah dari para pustakawan dikarenakan tidak terlalu familiar mendengar istilah KS dalam penerapan kerja sehari-hari. Para informan lebih mengartikan KS sebagai alat dan proses pengoptimalan dan pemaksimalan segala layanan yang ada di perpustakaan, segala fasilitas dan koleksi dapat diberdayakan oleh para pemustaka (pengguna perpustakaan).
Tabel 5 : Pengertian KS
No Nama Jawaban
1. Tunardi, S.E
(Pustakawan Ahli)
Informan : Pustakawan
film, story telling alat peraga atau dengan pustakawan)
2. Wiharjani
Informan : Pustakawan
Istilah KS saya tidak tahu mba, tapi sudah menjalankan KS di perpustakaan ini, salah satu contohnya mungkin story telling.
3. Anita Kristiana, Amd
Informan : Tenaga Teknis
Saya belum tahu tentang istilah Knowledge Sharing, tapi saya tahu kalau
saya dan pegawai di perpustakaan ini telah menjalankan KS tersebut sudah sejak lama.
4. Giyanto
Informan : Tenaga Teknis
Istilahnya baru dengar, tapi menurut saya KS itu bisa diartikan sebagai penyebaran informasi.
5. Dandung Suseno
Informan : Tenaga Teknis
KS itu penyebaran informasi, dalam hal ini penyebaran informasi yang terjadi di perpustakaan. Di dalam perpustakaan banyak sekali penyebaran informasi yang terjadi, KS yang ada menurut saya sangat vital dalam proses berkomunikasi. Karena setiap pegawai disini melaksanakan pekerjaan dan menjalankan program pasti dengan melakukan proses KS secara tanpa disadari, dengan sendirinya. Kami saling berbagi pengetahuan dalam lingkup perpustakaan.
Informan : pustakawan
pengambil kebijakan (kasi perpustakaan)
karena saya baru masuk sini akhir 2010 mbak. Kegiatannya dapat berupa perpustakaan keliling, kegiatan insidental seperti peringatan hari ibu, hari batik, selain itu siaran di radio juga.
Dikutip dari wawancara dengan pustakawan ahli Bp. Turnadi, S.E yang menjabarkan KS menurut pengertian beliau adalah sebagai berikut:
“ kalau saya KS itu mengoptimalkan segala layanan untuk dapat dinikmati oleh semua pengguna perpustakaan, KS menurut saya semua koleksi bisa digunakan, dicoba dan diberdayakan di Perpustakaan Kabupaten Sukoharjo ini mbak ”.
Senada dengan kutipan di atas seorang tenaga teknis lulusan D3 UNS ini juga menyebutkan hal yang sama Ibu Anita Kristiana, A.Md.
“ KS itu sudah lama berjalan kira-kira semenjak beroperasinya perpustakaan, karena semenjak saya masuk bekerja disini sudah dilaksanakan proses KS tersebut, lalu KS yang ada disini banyak, dari layanan peminjaman, perpustakaan keliling, kami juga melakukan sistem KS melalui media sosial untuk promosi ”.
Perpustakaan melakukan banyak sekali KS yang mungkin tidak disadari sebagai kegiatan KS, termasuk Bapak Dandung yang menjelaskan bahwa memang lebih besar / kebanyakan petugas perpustakaan belum mengerti istilah tentang KS.
Dijelaskan bahwa KS membutuhkan tools yakni alat bantu yang dipergunakan untuk knowledge sharing seperti : email, forum diskusi, milis, kegiatan meeting, kampium, dll (Tobing : 11 ). Hal ini disejajarkan dengan berbagai jawaban dari wawancara yang dilakukan kepada beberapa petugas perpustakaan yang sebagian besar berpendapat sama, bahwa para petugas perpustakaan Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo telah melakukan KS dan menggunakan tools yang ada semenjak perpustakaan tersebut beroperasi.
Sebagai contoh, subjek dan objek penelitian menggunakan media Facebook sebagai sarana berkomunikasi dengan pemusaka / penguna
perpustakaan. Kalimat ini dikuatkan oleh pendapat Ibu Siti Fatmah yang berkedudukan sebagai Kepala Seksi Bidang Perpustakaan, sebagai tangan kanan pengambil kebijakan untuk keberlangsungan dan berjalannya kegiatan di Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo.
Dari beberapa kutipan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan KS telah berjalan lama bahkan semenjak perpustakaan itu beroperasi, telah banyak kegiatan dan proses KS yang berjalan dan dilakukan oleh para petugas perpustakaan meskipun tanpa disadari oleh petugas perpustakaannya.
5.3
Metode
Knowledge Sharing
Terdapat lima dimensi utama yang dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi KS. Pertama adalah hubungan antara sumber dan penerima informasi; kedua bentuk dan lokasi dari pengetahuan tersebut dalam organisasi; ketiga paradigma pembelajaran dari penerima pengetahuan; keempat kapabilitas dari orang yang menjadi sumber KS; kelima adalah lingkungan yang lebih luas tempat terjadi proses berbagi
pengetahuan. (Cummings, 2003: 1)
Melalui penjabaran di atas metode KS dapat diartikan dalam hal ini sebagai alat yang sering dan biasa digunakan oleh pustakawan maupun staff perpustakaan yang bekerja di perpustakaan untuk mereka gunakan sebagai alat dan cara berkomunikasi.
Dijelaskan beberapa pengertian oleh Nonaka dan Takeuchi dalam Skyrme (1998) berikut :
sebagai konversi pengetahuan tacit-tacit terjadi pada tingkat individu dan kelompok. Sosialisasi merupakan proses penyebaran pengalaman, dan penciptaan pengetahuan.
- Eksternalisasi merupakan pengartikulasian tacit knowledge menjadi explicit knowledge melalui proses dialog dan refleksi. Pengertian lain adalah konversi tacit-eksplisit antar organisasi dengan kelompok. Hal ini merupakan inti dari proses penciptaan pengetahuan yang berbentuk konsep hipotesa atau model. Menulis meupakan contoh tindakan pemintahan sebuah pikiran menjadi bentuk tulisan, mengubah tacit menjadi sebuah pengetahuan yang dapat diartikulasikan atau dilafalkan.
- Kombinasi merupakan proses konversi explicit knowledge menjadi explicit knowledge yang terjadi pada tingkat kelompok ke individu atau antar individu yang baru melalui sistemisasi dan pengaplikasian explicit knowledge seperti dalam bentuk dokumen, pertemuan, komunikasi telepon, website, e-mail.
Uraian di atas menyebutkan bahwa ide / gagasan merupakan sumber yang penting dalam proses KS, ide yang bersumber dari pengetahuan individu digunakan sebagai modal utama dalam berbagi informasi, untuk selanjutnya digunakan sebagai pengembang fasilitas, sarana dan prasarana serta SDM yang ada di dalam perpustakaan.
Tabel 6 : Metode KS Nama
Informan Jawaban
Tunardi, S.E
Informan : Pustakawan
Ahli
Metode dalam KS saya kira masuk semua mba, sosialisasi yangs ering digunakan karena tiap-tiap pengumuman dan informasi yang baru disosialisasikan.
Wiharjani
Informan : Pustakawan
Ahli
Kombinasi banyak pihak yang ikut serta dan di perlukan
Anita
Sosialisasi menggunakan undangan dan brosur, lewat facebook dan webblog.
Giyanto
Informan : Pustakawan
(tenaga teknis)
pada saat acara tertentu atau kami datang langsung. Dandung
Suseno
Informan : Pustakawan
(tenaga teknis)
Menurut saya dapat dengan komunikasi bertemu secara langsung, pelatihan, diskusi, studi banding. Dll.
Pustakawan di Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo secara umum telah melaksanakan segala metode yang tertulis di atas. Dengan terbuktinya beberapa kegiatan yang berjalan secara rutin maupun insidental, lalu dengan berbagai produk yang tersedia dan dikeluarkan. Pemustaka pun senang dan tertarik dengan layanan baru yang tersedia.
Bukti adanya kegiatan sosialisasi adalah terciptanya sebuah kegiatan yang diwakilkan dari lisan seorang pegawai untuk mengadakan atau membuka layanan internet, dengan adanya sosialisai tersebut terciptalah layanan internet/wifi di Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo, yang sebelumnya melalui beberapa proses yakni eksternalisasi, kombinasi dan internalisasi,.
kegiatan, pembahasan dan pengajuan anggaran tahunan perpustakaan kepada pemerintah, dll.
Berikut cuplikan wawancara dengan Bp. Tunardi, S.E : “ kalau di sini, diadakan rapat yang rutin bisa satu bulan satu kali.” Ibu Anita juga menerangkan bahwa rapat guna pembahasan masalah maupun fenomena yang terjadi di perpustakaan yang rutin diadakan setiap bulan, jika ada acara insidental seperti peringatan-peringatan khusus atau hari besar diadakan satu pekan sebelum kegiatan terlaksana.
Sebagai contoh layanan Internet / Wifi yang baru-baru ini fasilitasnya diluncurkan oleh perpustakaan, membuat semakin banyak pengunjung terutama pelajar dan anak muda. Seperti yang di katakan Ibu Anita :
“ Banyak yang memanfaatkan fasilitas internet, jika tidak mempunyai laptop ataupun tidak membawa dapat meminjam komputer yang disediakan di perpustakaan ini, jatah pinjamnya maksimal dapat digunakan 1 jam untuk 1 orang/1nama, karena komputer masih terbatas dan banyak yang menggunakan maka diharap bisa bergantian. Tidak jarang pula pengguna merasa kecewa dan resah saat menuggu gilirannya untuk menggunakan komputer, hal ini yang sering kali menjadi bahan protes untuk kami para pegawai di sini. ”
metode KS untuk membuat dan menginformasikan serta menyebarkan pengetahuan yang ada di dalam perpustakaan.
5.4
Bentuk Sajian
Knowledge Sharing
Bentuk sajian dari KS yang ada dalam layanan di Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo dapat di bagi menjadi tiga bagian. Yakni, bagi anak TK dan SD (siswa-siswi) layanan KS berupa story telling dan perpustakaan keliling, story telling dapat berupa wisata perpustakaan maupun pembacaan dan pemutaran film edukatif bagi anak-anak. Bentuk lain dalam pelaksanaan KS selain untuk siswa adalah dengan pembuatan booklet, pamflet, maupun brosur dan MMT yang digunakan untuk media promosi perpustakaan. Selain itu peneliti juga menemukan bentuk-bentuk kegiatan bersama yang dilakukan oleh perpustakaan dengan pihak lain diantaranya UKM desa, kelompok ibu-ibu PKK, dan kelompok remaja.
Dalam kegiatan bagi remaja yang tergabung dalam wadah sahabat baca banyak di lakukan kegiatan seperti bazaar buku, lomba menggambar dan mewarnai serta bercerita bagi anak-anak dan siswa-siswi. Untuk kegiatan dalam lingkup yang lebih besar dapat berupa pameran, gelarannya bisa seputar perpustakaan maupun kabupaten. Kegiatan seperti pemeran biasanya mengikuti event-event tertentu, seperti HUT Kabupaten Sukoharjo, HUT Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo, peringatan hari buku sedunia, peringatan hari ibu dan momentum lainnya.
Tabel 7 : Bentuk Sajian KS
No Nama Jawaban
1. Bp. Tunardi, S.E
(Pustakawan Ahli)
Informan : Pustakawan
Formal, rapat dilaksanakan tiap bulan dan waktu insidental jika akan ada kegiatan baru dan bertema. Bentuk KS lainnya, tidak hanya peminjaman buku, tetapi dapat juga melalui update facebook dan web, rapat, pengelolaan
dan pembinaan perpustakaan, pendampingan pelatihan TI untuk tenaga perpustakaan sekolah.
2. Anita Kristiana, Amd
Informan : Tenaga Teknis
Intern formal : rapat kegiatan, musyawarah,
contoh waktu PKK, memiliki layanan diantaranya hotspot, peminjaman buku.
Yang ukm, pelatihan ke ukm lurik untuk pelatihan pemasaran
Yang remaja namanya sahabat baca untuk pelatihan TI, pelatihan pemasaran.
Output : pelaksanaan pameran dalam rangka hari ibu.
3. Wiharjani
Informan : Pustakawan
Formal : banyak kegiatan lomba, rapat, pelatihan ke perpustakaan desa Pemutaran film, lomba-lomba untuk anak.
4. Giyanto
Informan : Tenaga Teknis
Formal banyak yang meminta hadir dalam kegiatan kemah, showbis perling ke kota lain (dalam memenuhi undangan) HUT kota. Layanan langsung peminjaman di tempat, dan baca di tempat. Peminjaman permintaan bisa dicarikan di perpustakaan lalu di bawakan.
5. Dandung Suseno
Informan : Tenaga Teknis
6. Siti Fatmah
Informan : Ka Sub Bag Perpustakaan
Kegiatannya dapat berupa perpustakaan keliling, kegiatan insidental seperti peringatan hari ibu, hari batik, selain itu siaran di radio juga
Dalam buku Knowldge Management karya Paul L. Tobing (11). Menerangkan tentang Knowledge Sharing Skill yang berarti keterampilan seseorang dalam identifikasi orang atau unit yang membutuhkan pengetahuannya dan memahami cara mentransfernya pengetahuan yang dimilikinya kepada orang atau unit yang membutuhkannya.
Hal ini memang terlihat dalam kegiatan keseharian di Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo bahwa tidak setiap dan semua orang memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan segala sesuatu terlebih lagi mengenai informasi dan hal yang baru dengan begitu baik dan luwes, dengan menggunakan kalimat yang mudah difahami dan menarik. Tiap-tiap individu mempunyai keterbatasan dalam menyampaikan sesuatu.
5.5
Kinerja
Kinerja pustakawan dan tenaga teknis di Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo sesuai dengan hasil penelitian sudah baik dan sesuai dengan indikator hasil pekerjaan. Dari wawancara yang penulis lakukan dapat dijabarkan bahwa tiap-tiap petugas perpustakaan memiliki kriteria sendiri yang dapat meningkatkan kinerja mereka dalam melakukan pekerjaan.
Dikutip dari beberapa wawancara kepada pegawai perpustakaan sebagai berikut :
Bp. Tunardi, S.E mengatakan “Pustakawan secara tidak sadar memenuhi tututan masyarakat dan perkembangan informasi.” Dapat diartikan kembali bahwa pegawai, baik pustakawan maupun tenaga teknis secara sendirinya dan secara tidak langsung menaikkan target dan keberadaan mereka untuk pelayanan lebik banyak. Mereka lebih membuka ruang dan waktu dalam melayani kebutuhan pengguna dalam mencari informasi.