xiv
BAB 2
TINJAUN PUSTAKA
2.1. Rokok
2.1.1.Sejarah Rokok
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang sekitar 100mm dengan
diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun
Tembakau (tobacco) adalah sejenis tanaman herbal yang berasal dari Amerika Utara
dan Amerika Selatan. Ajaran - ajaran kepercayaan mereka ada kaitannya dengan
tumbuhan tembakau, dimana pada waktu itu asap tembakau dipercaya dapat memberi
perlindungan dari mahluk halus yang sangat jahat. Cristoper Columbus pada waktu
itu melintasi laut Atlantik untuk pertama kalinya pada tahun 1942. Orang - orang asli
Amerika bermukim di New World telah memberi hadiah daun Tembakau dan seabad
setelah itu, merokok telah menjadi trend sosial. ( www.tuberose.com)
2.1.2 Jenis – jenis rokok
Rokok dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini didasarkan
atas
Rokok berdasarkan bahan pembungkus.
xv
Rokok berdasarkan atau isi.
diberi
da
Rokok Klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau,
cengkeh, dan
tertentu.
Rokok berdasarkan proses pembuatannya.
cara
sederhana.
mesin. Sederhananya, material rokok dimasukkan ke dalam
Saat ini mesin pembuat rokok telah mampu menghasilkan keluaran sekitar enam
ribu sampai delapan ribu batang rokok per menit.
Rokok berdasarkan penggunaa
xvi
2.1.3 Kandungan Rokok
Gambar 2.1
Sumbe
antaranya bersifat
terbakar dan tidak berwarna.
xvii
metil alkohol.
hidrokarbon alkuna yang paling sederhana.
dengan unsur-unsur tertentu.
mayat.
semut. Zat ini juga digunakan sebagai zat pembuat plastik dan pestisida.
mobil. (Anggota Koalisi untuk Indonesia Sehat. 2010)
Gambar 2.2
xviii
2.1.4. Bahaya Merokok
Merokok bisa meningkatkan kecenderungan untuk terkena masuk angin dan
flu. Menurut riset jika seseorang itu perokok aktif, akan beresiko lebih sering
mengalami masuk angin, bronchitis dan flu. Merokok juga dapat menyebabkan
kanker, penyakit jantung, stroke dan meningkatkan kolesterol. Jantung akan
terpengaruh secara langsung karena pembuluh darah membangun jaringan lemak
lebih cepat disekitarnya. Sehingga arteri tidak akan cukup cepat untuk memompa
darah yang bisa mendukung kebutuhan alami jantung. Akibatnya terjadi pembekuan
darah, merusak pembuluh darah dan pada akhirnya menyebabkan penyumbatan yang
bisa berakhir dengan stroke bahkan kematian. (Amin M. 1996)
Ada bahaya merokok bagi kesehatan balita atau bayi Anda. Merokok selama
kehamilan bisa mengakibatkan gangguan dan kelainan pada janin. Para ahli
menemukan bayi yang ibunya merokok selama kehamilan lahir dengan saluran udara
yang lebih kecil. Ini membuat mereka lebih rentan terhadap masalah pernapasan
setelah lahir. Masalah-masalah pernapasan dapat menempatkan bayi pada resiko
terjadinya sindrom kematian bayi mendadak. ( NHBI, 2009 )
Bahaya merokok saat kehamilan memang dikaitkan dengan berbagai masalah
kesehatan pada bayi. Ibu yang merokok beresiko memiliki bayi lahir mati, keguguran
atau bayi prematur. Merokok saat hamil akan menurunkan jumlah oksigen yang
tersedia bagi ibu dan bayi yang dikandung. Akibatnya denyut jantung bayi akan
meningkat yang beresiko meningkatkan kelahiran prematur dan kematian. ( Barnes,
2000 )
Selain itu, bayi yang lahir dari ibu yang merokok secara signifikan memiliki
waktu tidur malam yang lebih pendek. Bayi yang terkena asap tembakau sebelum
xix
dapat memberi kontribusi kepada penurunan kualitas tidur di malam hari. (
PDPI, 2003 )
2.2 Penyakit Paru Obstruktif Kronis 2.2.1. Definisi
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
• PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara
di saluran napas yangbersifat progressif nonreversibel atau reversibel parsial.
PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya.
Bronkitis kronik
• Kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk kronik berdahak minimal 3 bulan dalam setahun,sekurang-kurangnya dua tahun berturut - turut, tidak
disebabkan penyakit lainnya.
Emfisema
• Suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara
distal bronkiolus terminal,disertai kerusakan dinding alveoli.Pada prakteknya
cukup banyak penderita bronkitis kronik juga memperlihatkan tanda-tanda
emfisema, termasuk penderita asma persisten berat dengan obstruksi jalan
napas yang tidak reversibel penuh, dan memenuhi kriteria PPOK. ( PDPI,
xx
2.2.2. Faktor Resiko
1. Kebiasaan merokok merupakan satu - satunya penyebab kausal yang terpenting,
jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya. Dalam pencatatan riwayat merokok
perlu diperhatikan :
a. Riwayat merokok
• Perokok aktif • Perokok pasif • Bekas perokok
b. Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian jumlah
rata-rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun :
• Ringan : 0-200 • Sedang : 200-600 • Berat : >600
2. Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerja
3. Hipereaktiviti bronkus
4. Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang
5. Defisiensi antitripsin alfa - 1, umumnya jarang terdapat di Indonesia (
xxi
2.2.3.Klasifikasi
Berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan spirometri dapat ditentukan
klasifikasi (derajat) PPOK, yaitu (GOLD, 2009):
Tabel 2.1. klasifikasi PPOK
Klasifikasi Penyakit Gejala Klinis Spirometri
PPOK ringan Dengan atau tanpa batuk
Dengan atau tanpa produksi sputum
Sesak napas derajat sesak 1 samapai derajat sesak 2
VEP1>80% prediksi
VEP2/KVP <70%
PPOK sedang Dengan atau tanpa batuk
Dengan atau tanpa produksi sputum
Sesak napas derajat 3
VEP`1/KVP <70%
50% < VEP! <80%
prediksi
PPOK berat Sesak napas derajat 4 dan 5
Eksaserbasi lebih sering terjadi
VEP1/KVP <70%
30% < VEP1<50%
xxii
PPOK sangat berat Seak napas derajat sesak 4 dan 5 dengan gagal napas kronik
Eksaserbasi lebih sering terjadi
Disertai komplikasi kor pulmonale atau gagal jantung kanan
VEP1/KVP <70%
VEP1<30% prediksi
Atau
VEP1<50% dengan
gagal napas kronik
2.2.4. Patogenesis
Saluran napas dan paru berfungsi untuk proses respirasi yaitu pengambilan
oksigen untuk keperluan metabolisme dan pengeluaran karbondioksida dan air
sebagai hasil metabolisme. Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi dan
perfusi. Ventilasi adalah proses masuk dan keluarnya udara dari dalam paru. Difusi
adalah peristiwa pertukaran gas antara alveolus dan pembuluh darah, sedangkan
perfusi adalah distribusi darah yang sudah teroksigenasi. Gangguan ventilasi terdiri
dari gangguan restriksi yaitu gangguan pengembangan paru serta gangguan obstruksi
berupa perlambatan aliran udara di saluran napas. Parameter yang sering dipakai
untuk melihat gangguan restriksi adalah kapasitas vital (KV), sedangkan untuk
gangguan obstruksi digunakan parameter volume ekspirasi paksa detik pertama
(VEP1), dan rasio volume ekspirasi paksa detik pertama terhadap kapasitas vital
paksa (VEP1/KVP). ( GOLD 2009)
Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen-komponen asap
rokok merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus. Selain itu, silia
yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia.
Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem
eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental dalam jumlah
xxiii
persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi sangat purulen. Timbul
peradangan yang menyebabkan edema jaringan. Proses ventilasi terutama ekspirasi
terhambat. Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit
dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya peradangan. Komponen-komponen
asap rokok juga merangsang terjadinya peradangan kronik pada paru. (Barnes, 2000 )
Mediator-mediator peradangan secara progresif merusak struktur-struktur
penunjang di paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus,
maka ventilasi berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena
ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah
inspirasi. Dengan demikian, apabila tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan
terperangkap di dalam paru dan saluran udara kolaps. Berbeda dengan asma yang
memiliki sel inflamasi predominan berupa eosinofil, komposisi seluler pada inflamasi
saluran napas pada PPOK predominan dimediasi oleh neutrofil. Asap rokok
menginduksi makrofag untuk melepaskan Neutrophil Chemotactic Factors dan
elastase, yang tidak diimbangi dengan antiprotease, sehingga terjadi kerusakan
jaringan. Selama eksaserbasi akut, terjadi perburukan pertukaran gas dengan adanya
ketidakseimbangan ventilasi perfusi. Kelainan ventilasi berhubungan dengan adanya
inflamasi jalan napas, edema, bronkokonstriksi, dan hipersekresi mukus. Kelainan
perfusi berhubungan dengan konstriksi hipoksik pada arteriol. ( GOLD 2009)
2.2.5. Diagnosa Banding
• Asma
• SOPT (Sindroma Obstruksi Pascatuberculososis)
Adalah penyakit obstruksi saluran napas yang ditemukan pada penderita
xxiv
• Pneumotoraks • Gagal jantung kronik
• Penyakit paru dengan obstruksi saluran napas lain misal : bronkiektasis, destroyed lung.
Asma dan PPOK adalah penyakit obstruksi saluran napas yang sering
ditemukan di Indonesia, karena itu diagnosis yang tepat harus ditegakkan karena
terapi dan prognosisnya berbeda. ( PDPI 2003 )
2.2.6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada PPOK adalah gagal napas kronik, gagal
napas akut pada gagal napas kronik, infeksi berulang, dan kor pulmonale. Gagal
napas kronik ditunjukkan oleh hasil analisis gas darah berupa PaO2<60 mmHg dan
PaCO2>50 mmHg, serta pH dapat normal. Gagal napas akut pada gagal napas kronik
ditandai oleh sesak napas dengan atau tanpa sianosis, volume sputum bertambah dan
purulen, demam, dan kesadaran menurun. Pada pasien PPOK produksi sputum yang
berlebihan menyebabkan terbentuk koloni kuman, hal ini memudahkan terjadi infeksi
berulang. Selain itu, pada kondisi kronik ini imunitas tubuh menjadi lebih rendah,
ditandai dengan menurunnya kadar limfosit darah. Adanya kor pulmonale ditandai
oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit>50 %, dan dapat disertai gagal jantung
xxv
2.2.7 Statistik Perokok dari kalangan anak-anak dan remaja
• Pria = 24.1% anak/remaja pria
• Wanita = 4.0% anak/remaja wanita
• Atau 13.5% anak/remaja Indonesia
Statistik Perokok dari kalangan dewasa
• Pria = 63% pria dewasa
• Wanita = 4.5% wanita dewasa
• atau 34 % perokok dewasa Indonesia