WALIKOTA TANJUNGPINANG
PERATURAN WALIKOTA TANJUNGPINANG
NOMOR 31 TAHUN 2013
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN RETRIBUSI
PELAYANAN KESEHATAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA TANJUNGPINANG,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan BAB III Peraturan
Daerah Kota Tanjungpinang Nomor 5 Tahun 2012 tentang
Retribusi Jasa Umum, perlu ditetapkan Peraturan Walikota
tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Retribusi Pelayanan
Kesehatan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3821);
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2001 tentang
Pembentukan Kota Tanjungpinang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 85, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4112);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4286);
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4400);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
8. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
9. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);
10. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5234);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan
12. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang
Pedoman Penyusunan Penerapan Standar Pelayanan
Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4585);
13. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 1997
tentang Pedoman Tata Cara Pemungutan Retribusi
Daerah;
14. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 175 Tahun 1997
tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Retribusi
Daerah;
15. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 1999
tentang Sistem Prosedur Administrasi Pajak Daerah,
Retribusi Daerah dan Penerimaan Pendapatan lain-lain;
16. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 245 Tahun 2004
tentang Pedoman Penetapan Tarif Retribusi Jasa Umum;
17. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 666 / MENKES /
SK / VI / 2007 tentang Klinik Rawat Inap Pelayanan
Medik Dasar;
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolan Keuangan Daerah
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah;
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2009
tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Pemerintah
Daerah;
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 694);
21. Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang Nomor 10 Tahun
Kewenangan Pemerintah Tanjungpinang (Lembaran
Daerah Kota Tanjungpinang Tahun 2008 Nomor 10);
22. Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang Nomor 5 Tahun
2012 tentang Retribusi Jasa Umum (Lembaran Daerah
Kota Tanjungpinang Tahun 2012 Nomor 5);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan:
1. Daerah atau disebut Kota adalah Kota Tanjungpinang.
2. Pemerintah Daerah atau disebut Pemerintah Kota adalah Pemerintah
Kota Tanjungpinang.
3. Walikota adalah Walikota Tanjungpinang.
4. Pejabat adalah pegawai yang diberikan tugas tertentu di bidang retribusi
daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah
Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Tanjungpinang.
6. Dinas adalah Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang.
7. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang.
8. Kas Daerah adalah kas daerah Kota Tanjungpinang atau badan yang
diserahi wewenang dan tanggungjawab sebagai pemegang kas Kota
Tanjungpinang.
9. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan
kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan
usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan
lainnya, badan usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha milik
koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi
massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan
bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk
usaha tetap.
10.Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan
Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Kota untuk
kepentingan orang pribadi atau Badan.
11.Subjek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan
Retribusi Daerah.
12.Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menurut
peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan
pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi
tertentu.
13.Jasa adalah kegiatan Pemerintah Kota berupa usaha dan pelayanan yang
menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang
dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan.
14.Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah
Kota untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat
dinikmati oleh orang pribadi atau Badan.
15.Retribusi Pelayanan Kesehatan adalah pungutan yang dilakukan oleh
Pemerintah Kota kepada masyarakat atas jasa pelayanan kesehatan oleh
puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, pondok bersalin
desa, pos kesehatan kelurahan, dan laboratorium kesehatan daerah serta
pemberian pelayanan kesehatan haji yang besarannya diatur melalui
tarif.
16.Pelayanan Kesehatan adalah pelayanan kesehatan di puskesmas,
puskesmas pembantu, pondok bersalin desa dan tempat pelayanan
kesehatan lainnya yang dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Kota.
17.Pelayanan Rawat Jalan adalah pelayanan kesehatan terhadap
pengunjung puskesmas, puskesmas pembantu, pondok bersalin
desa dan tempatpelayanan kesehatan lainnya untuk keperluan
observasi, diagnosa, pengobatan, rehabilitasi medik dan/atau pelayanan
lainnya tanpa perlu tinggal dalam ruang rawat inap.
18.Pelayanan Rawat Inap adalah pelayanan kesehatan perorangan yang
dengan menginap di ruang rawat inap pada sarana kesehatan yang oleh
karena penyakitnya penderita harus menginap.
19.Pelayanan Kesehatan Matra adalah upaya kesehatan yang dilakukan
untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental guna menyesuaikan
diri terhadap lingkungan yang berubah secara bermakna baik lingkungan
darat, udara, angkasa, maupun air termasuk pemeriksaan jemaah haji.
20. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan
batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa dan
perizinan tertentu dari Pemerintah Kota yang bersangkutan.
21. Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SSRD adalah
bukti pembayaran atau penyetoran Retribusi yang telah dilakukan
dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke
kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Walikota.
22. Kartu Nomor Pokok Wajib Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat
NPWRD adalah kartu yang menyebutkan Nomor Pokok Wajib Retribusi
Daerah nama dan alamat wajib retribusi sebagai identitas wajib retribusi.
23. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD
adalah surat ketetapan Retribusi yang menentukan besarnya jumlah
pokok retribusi yang terutang.
24. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat
SKRDLB adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah
kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih
besar daripada retribusi yang terutang atau seharusnya tidak terutang.
25. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah
surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administratif
berupa bunga dan/atau denda.
26. Perforasi adalah pemberian lubang pada karcis, kupon, faktur/kwitansi,
kartu langganan, bill atau sejenisnya yang dilakukan oleh Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.
27. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah
data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan
profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan retribusi
dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan daerah dan Retribusi
BAB II
TATA CARA PENGHITUNGAN RETRIBUSI
Pasal 3
(1) Besarnya Retribusi yang terutang dihitung berdasarkan perkalian antara
tingkat penggunaan jasa dengan tarif Retribusi.
(2) Tingkat penggunaan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah
jumlah penggunaan jasa yang dijadikan dasar alokasi beban biaya yang
dipikul Pemerintah Kota untuk penyelenggaraan jasa yang
bersangkutan.
(3) Apabila tingkat penggunaan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
sulit diukur maka tingkat penggunaan jasa dapat ditaksir berdasarkan
rumus yang dibuat oleh Pemerintah Kota.
(4) Rumus sebagaimana dimaksud pada ayat (3), harus mencerminkan
beban yang ditanggung oleh Pemerintah Kota dalam menyelenggarakan
jasa tersebut.
(5) Tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat ditentukan
seragam atau bervariasi menurut golongan sesuai dengan prinsip dan
sasaran penetapan tarif Retribusi.
BAB IV
PRINSIP DAN SASARAN PENETAPAN TARIF RETRIBUSI
Pasal 4
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Pelayanan
Kesehatan ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa
yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi biaya operasional
dan pemeliharaan, biaya bunga, dan biaya modal.
(3) Dalam hal penetapan tarif, sepenuhnya memperhatikan biaya
penyediaan jasa, penetapan tarif hanya untuk menutupi sebagian biaya
operasional.
Pasal 5
(1) Tarif Retribusi ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) Tahun sekali.
(2) Peninjauan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilakukan dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan
perekonomian.
(3) Penetapan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
ditetapkan oleh Walikota
BAB V
PEMUNGUTAN RETRIBUSI
Bagian Kesatu
Tata Cara Pemungutan
Pasal 6
(1) Walikota atau Pejabat yang ditunjuk untuk menetapkan pokok retribusi
terutang dengan menerbitkan SKRD atau dokumen lain yang sejenis.
(2) Apabila SKRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak atau kurang
bayar setelah lewat waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak SKRD
diterima, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua
persen) sebulan dan ditagih dengan menerbitkan STRD.
(3) Sebelum menerbitkan SKRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
terlebih dahulu harus diterbitkan NPWRD.
(4) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dapat berupa karcis, kupon, atau kartu langganan, bill, atau sejenisnya
(5) Bentuk, isi SKRD, dokumen lain yang dipersamakan dan NPWRD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (3) dan ayat (4) tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Walikota ini.
Bagian Kedua
Tata Cara Pembayaran
Pasal 7
(1) Pembayaran Retribusi harus dilakukan sekaligus atau lunas.
(2) Pembayaran lunas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat
dilakukan secara bertahap.
(3) Pembayaran Retribusi dilakukan di kas daerah melalui Bank atau
tempat lain yang ditunjuk oleh Walikota sesuai waktu yang ditentukan
dalam SKRD, STRD.
(4) Apabila pembayaran Retribusi dilakukan ditempat lain yang ditunjuk,
hasil penerimaan Retribusi harus disetor ke kas daerah paling lama 1 x
24 jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh Walikota.
(5) Dalam hal penyetoran bertepatan dengan hari libur, maka penyetoran
dilakukan pada hari berikutnya.
(6) Pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan
dengan menggunakan SKRD, STRD.
Pasal 8
(1) Setiap pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(1), diberikan tanda bukti pembayaran dan dicatat dalam buku
penerimaan.
(2) Bentuk, jenis, isi, tanda bukti pembayaran dan buku penerimaan
retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum dalam laporan
Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Pasal 9
(1) Pembayaran dan penyetoran retribusi harus dilakukan dengan
menggunakan SSRD atau sarana administrasi lain yang dipersamakan.
(2) SSRD atau sarana administrasi lain yang dipersamakan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), berfungsi sebagai bukti pembayaran retribusi
apabila telah disahkan oleh Bendahara Penerimaan atau pihak lain yang
berwenang setelah mendapatkan validasi.
(3) Apabila pembayaran retribusi dilakukan melalui loket atau petugas yang
ditunjuk maka harus segera disetor ke kas daerah sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(4) Bukti pembayaran atau penyetoran retribusi yang telah dilakukan
dengan menggunakan formulir yang mekanisme pembayarannya melalui
Bank atau tempat pembayaran yang ditunjuk dengan SSRD.
(5) Bentuk dan isi SSRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Walikota ini.
Pasal 10
(1) Pembayaran retribusi daerah ke Kas Umum Daerah dapat dilakukan
melalui Bendahara Penerimaan atau langsung ke Bank sesuai
ketentuan yang berlaku.
(2) Pembayaran retribusi daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja setelah tanggal diterbitkannya
SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(3) Tata cara pembayaran retribusi daerah melalui Bendahara Penerimaan
adalah sebagai berikut:
a. wajib Retribusi menyetor uang kepada Bendahara Penerimaan,
kemudian Wajib Retribusi menerima SSRD atau dokumen lain yang
dipersamakan yang telah divalidasi oleh Bendahara penerimaan
sebagai bukti setoran;
b. Bendahara Penerimaan sebagaimana dimaksud pada huruf a,
menyetor uang ke Bank, paling lama 1 (satu) hari kerja dan
mendapatkan Bukti Setoran Bank.
(4) Pembayaran Retribusi Daerah melalui Bank dengan cara sebagai
a. wajib retribusi atau yang mewakili menyetor uang ke Bank dengan
media SSRD atau dokumen lain yang dipersamakan dengan
sekurang-kurangnya mencantum nama Wajib Retribusi, Jenis
Retribusi, Masa Retribusi Besaran Uang Retribusi;
b. wajib retribusi menerima tanda bukti pembayaran berupa SSRD atau
dokumen lain yang dipersamakan yang telah divalidasi Bank;dan
c. fotocopy SSRD atau dokumen lain yang dipersamakan yang telah
divalidasi Bank dimaksud, untuk selanjutnya diserahkan kepada
Bendahara Penerimaan.
Bagian Ketiga
Tata Cara Penagihan
Pasal 11
(1) Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar, ditagih dengan
menggunakan STRD.
(2) Penagihan retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilakukan oleh petugas dengan terlebih dahulu menyerahkan surat
pemberitahuan.
(3) Surat teguran/surat peringatan sebagai tindak lanjut pelaksanaan
penagihan retribusi, dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo
pembayaran.
(4) Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran/peringatan,
Wajib Retribusi harus melunasi Retribusinya yang terutang.
(5) Surat Teguran/ Peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang.
(6) Bentuk dan isi Surat Teguran/ Peringatan/ sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak
BAB VI
TATA CARA PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI
Pasal 12
(1) Wajib retribusi dapat mengajukan permohonan keringanan dan/atau
pembebasan pokok retribusi dan/atau sanksinya kepada pejabat yang
ditunjuk oleh Walikota secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan
disertai alasan-alasan yang jelas.
(2) Keringanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat berupa
pengurangan dan/atau angsuran atas pokok retribusi dan/atau
sanksinya.
(3) Permohonan angsuran atas pokok retribusi dan/atau sanksinya
diberikan paling lama 6 (enam) bulan.
(4) Angsuran pembayaran retribusi sebagaimana yang dimaksud pada ayat
(3), dilakukan secara teratur dan berturut-turut dengan dikenakan
bunga 2 % (dua persen) perbulan dari jumlah retribusi yang belum
dan/atau kurang dibayar.
(5) Pejabat yang ditunjuk oleh Walikota berdasarkan permohonan wajib
retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat memberikan
keringanan dan/atau pembebasan pokok retribusi dan/atau sanksinya.
(6) Pemberian keringanan dan pembebasan retribusi sebagaimana
dimaksud pada ayat (5), diberikan dengan melihat kemampuan wajib
retribusi.
BAB VII
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
Pasal 13
(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian atas
kelebihan pembayaran retribusi, kepada Walikota.
(2) Walikota dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan, sejak
diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), telah
dilampaui dan Walikota tidak memberikan suatu keputusan,
permohonan pengembalian pembayaran Retribusi dianggap dikabulkan
dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu)
bulan.
(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang Retribusi lainnya, kelebihan
pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), langsung
diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang Retribusi
tersebut.
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan
sejak diterbitkannya SKRDLB.
(6) Jika pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi dilakukan setelah
lewat 2 (dua) bulan, Walikota memberikan imbalan bunga sebesar 2%
(dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan
pembayaran Retribusi.
Pasal 14
(1) Tata cara pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13, adalah sebagai berikut:
a.wajib retribusi mengambil dan mengisi formulir permohonan yang
disediakan dengan lengkap dan benar;
b.formulir permofhonan sebagaimana dimaksud pada huruf a
diserahkan kembali dengan dilampiri persyaratan sebagai berikut:
1. fotocopi Kartu Tanda Penduduk;
2. fotocopi SKRD;
3. fotocopi SSRD; dan
4. nomor rekening Bank atas nama wajib retribusi.
c.petugas menerima dan melakukan pemeriksaan atas kelengkapan dan
kebenaran berkas permohonan dan persyaratan, dengan ketentuan:
1. dalam hal berkas permohonan dan persyaratan sebagaimana
dimaksud pada huruf b belum lengkap dan benar, maka petugas
2. dalam hal berkas permohonan dan persyaratan sebagaimana
dimaksud pada huruf b telah lengkap dan benar, maka petugas
melakukan pencatatan dan pemberian tanda terima;
3. Petugas menyampaikan berkas permohonan yang telah lengkap
dan benar sebagaimana dimaksud pada huruf b ke Sub Bagian
Tata Usaha;
4. sub Bagian Tata Usaha menerima berkas permohonan
sebagaimana dimaksud pada angka 3 dan melakukan pencatatan
berkas permohonan pada agenda surat masuk, kemudian
menyampaikan kepada Sub Unit Massa dan Timbangan atau Sub
Unit Ukuran Arus, Panjang, dan Volume sesuai dengan
kewenangannya antara lain:
a. meneliti kesesuaian antara isian formulir berkas permohonan
dengan persyaratan yang dilampirkan;
b. meneliti dan menghitung kembali perhitungan retribusi;
c. apabila hasil perhitungan retribusi sudah benar maka membuat
konsep surat penolakan permohonan dengan disertai alasan
yang dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan menyampaikannya
kepada Sub Bagian Tata Usaha; dan
d. apabila hasil perhitungan retribusi terdapat kesalahan
perhitungan maka membuat konsep SKRDLB dan
menyampaikannya kepada Sub Bagian Tata usaha.
5. kepala Sub Bagian Tata Usaha meneliti dan membubuhkan paraf
pada Konsep Surat Penolakan atau SKRDLB;
6. surat Penolakan atau SKRDLB yang sudah ditandatangani
disampaikan kepada Sub Bagian Tata Usaha untuk dicatat pada
agenda surat keluar serta diberi nomor dan stempel;
7. petugas menyerahkan Surat Penolakan kepada Wajib Retribusi;
8. petugas pada Sub Bagian Tata Usaha menyampaikan SKRDLB,
formulir permohonan dan kelengkapan persyaratan permohonan
kepada Dinas;
9. Bendahara Pengeluaran Dinas menyampaikan SPM-LS kepada
10. bendahara Umum Daerah menerbitkan SP2D;
11. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) lembar ke-4 oleh Bendahara
Pengeluaran Dinas diserahkan kepada Petugas untuk diberikan
kepada Wajib retribusi; dan
12. pencairan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi ke
rekening atas nama wajib retribusi didasarkan pada SKRDLB yang
diterbitkan oleh Kepala dan SPM-LS yang diterbitkan oleh Kepala
Dinas serta SP2D yang diterbitkan oleh Bendahara Umum Daerah.
d.Penerbitan SKRDLB paling lama 6 (enam ) bulan sejak diterimanya
permohonan kelebihan pembayaran retribusi secara lengkap dan
benar.
BAB VIII
TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI YANG KEDALUWARSA
Pasal 15
(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk
melakukan penagihan sudah kedaluwarsa, dapat dihapuskan.
(2) Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Walikota.
BAB IX
INSENTIF PEMUNGUTAN
Pasal 16
(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan Retribusi dapat diberi insentif
atas dasar pencapaian kinerja tertentu.
(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan
melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
(3) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 17
Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota
Tanjungpinang.
Ditetapkan di Tanjungpinang
pada tanggal 30 Desember 2013
WALIKOTA TANJUNGPINANG,
ttd
LIS DARMANSYAH
Diundangkan di Tanjungpinang
pada tanggal 30 Desember 2013
Plt. SEKRETARIS DAERAH KOTA TANJUNGPINANG
ttd
SYAFRIAL EVI, MS