• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN WALIKOTA TANJUNGPINANG NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERATURAN WALIKOTA TANJUNGPINANG NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG,"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

WALIKOTA TANJUNGPINANG

PERATURAN WALIKOTA TANJUNGPINANG

NOMOR 31 TAHUN 2013

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN RETRIBUSI

PELAYANAN KESEHATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TANJUNGPINANG,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan BAB III Peraturan

Daerah Kota Tanjungpinang Nomor 5 Tahun 2012 tentang

Retribusi Jasa Umum, perlu ditetapkan Peraturan Walikota

tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Retribusi Pelayanan

Kesehatan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3821);

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2001 tentang

Pembentukan Kota Tanjungpinang (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 85, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4112);

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4286);

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

(2)

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4400);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana

telah diubah beberapa kali terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua

Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

8. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

9. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5063);

10. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5234);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan

(3)

12. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang

Pedoman Penyusunan Penerapan Standar Pelayanan

Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4585);

13. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 1997

tentang Pedoman Tata Cara Pemungutan Retribusi

Daerah;

14. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 175 Tahun 1997

tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Retribusi

Daerah;

15. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 1999

tentang Sistem Prosedur Administrasi Pajak Daerah,

Retribusi Daerah dan Penerimaan Pendapatan lain-lain;

16. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 245 Tahun 2004

tentang Pedoman Penetapan Tarif Retribusi Jasa Umum;

17. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 666 / MENKES /

SK / VI / 2007 tentang Klinik Rawat Inap Pelayanan

Medik Dasar;

18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

tentang Pedoman Pengelolan Keuangan Daerah

sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011

tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah;

19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2009

tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Pemerintah

Daerah;

20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011

tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 694);

21. Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang Nomor 10 Tahun

(4)

Kewenangan Pemerintah Tanjungpinang (Lembaran

Daerah Kota Tanjungpinang Tahun 2008 Nomor 10);

22. Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang Nomor 5 Tahun

2012 tentang Retribusi Jasa Umum (Lembaran Daerah

Kota Tanjungpinang Tahun 2012 Nomor 5);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan:

1. Daerah atau disebut Kota adalah Kota Tanjungpinang.

2. Pemerintah Daerah atau disebut Pemerintah Kota adalah Pemerintah

Kota Tanjungpinang.

3. Walikota adalah Walikota Tanjungpinang.

4. Pejabat adalah pegawai yang diberikan tugas tertentu di bidang retribusi

daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah

Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Tanjungpinang.

6. Dinas adalah Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang.

7. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang.

8. Kas Daerah adalah kas daerah Kota Tanjungpinang atau badan yang

diserahi wewenang dan tanggungjawab sebagai pemegang kas Kota

Tanjungpinang.

9. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan

kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan

usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan

lainnya, badan usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha milik

(5)

koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi

massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan

bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk

usaha tetap.

10.Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan

Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang

khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Kota untuk

kepentingan orang pribadi atau Badan.

11.Subjek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan

Retribusi Daerah.

12.Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menurut

peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan

pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi

tertentu.

13.Jasa adalah kegiatan Pemerintah Kota berupa usaha dan pelayanan yang

menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang

dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan.

14.Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah

Kota untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat

dinikmati oleh orang pribadi atau Badan.

15.Retribusi Pelayanan Kesehatan adalah pungutan yang dilakukan oleh

Pemerintah Kota kepada masyarakat atas jasa pelayanan kesehatan oleh

puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, pondok bersalin

desa, pos kesehatan kelurahan, dan laboratorium kesehatan daerah serta

pemberian pelayanan kesehatan haji yang besarannya diatur melalui

tarif.

16.Pelayanan Kesehatan adalah pelayanan kesehatan di puskesmas,

puskesmas pembantu, pondok bersalin desa dan tempat pelayanan

kesehatan lainnya yang dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Kota.

17.Pelayanan Rawat Jalan adalah pelayanan kesehatan terhadap

pengunjung puskesmas, puskesmas pembantu, pondok bersalin

desa dan tempatpelayanan kesehatan lainnya untuk keperluan

observasi, diagnosa, pengobatan, rehabilitasi medik dan/atau pelayanan

lainnya tanpa perlu tinggal dalam ruang rawat inap.

18.Pelayanan Rawat Inap adalah pelayanan kesehatan perorangan yang

(6)

dengan menginap di ruang rawat inap pada sarana kesehatan yang oleh

karena penyakitnya penderita harus menginap.

19.Pelayanan Kesehatan Matra adalah upaya kesehatan yang dilakukan

untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental guna menyesuaikan

diri terhadap lingkungan yang berubah secara bermakna baik lingkungan

darat, udara, angkasa, maupun air termasuk pemeriksaan jemaah haji.

20. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan

batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa dan

perizinan tertentu dari Pemerintah Kota yang bersangkutan.

21. Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SSRD adalah

bukti pembayaran atau penyetoran Retribusi yang telah dilakukan

dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke

kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Walikota.

22. Kartu Nomor Pokok Wajib Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat

NPWRD adalah kartu yang menyebutkan Nomor Pokok Wajib Retribusi

Daerah nama dan alamat wajib retribusi sebagai identitas wajib retribusi.

23. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD

adalah surat ketetapan Retribusi yang menentukan besarnya jumlah

pokok retribusi yang terutang.

24. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat

SKRDLB adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah

kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih

besar daripada retribusi yang terutang atau seharusnya tidak terutang.

25. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah

surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administratif

berupa bunga dan/atau denda.

26. Perforasi adalah pemberian lubang pada karcis, kupon, faktur/kwitansi,

kartu langganan, bill atau sejenisnya yang dilakukan oleh Dinas

Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.

27. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah

data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan

profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji

kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan retribusi

dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan daerah dan Retribusi

(7)

BAB II

TATA CARA PENGHITUNGAN RETRIBUSI

Pasal 3

(1) Besarnya Retribusi yang terutang dihitung berdasarkan perkalian antara

tingkat penggunaan jasa dengan tarif Retribusi.

(2) Tingkat penggunaan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah

jumlah penggunaan jasa yang dijadikan dasar alokasi beban biaya yang

dipikul Pemerintah Kota untuk penyelenggaraan jasa yang

bersangkutan.

(3) Apabila tingkat penggunaan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

sulit diukur maka tingkat penggunaan jasa dapat ditaksir berdasarkan

rumus yang dibuat oleh Pemerintah Kota.

(4) Rumus sebagaimana dimaksud pada ayat (3), harus mencerminkan

beban yang ditanggung oleh Pemerintah Kota dalam menyelenggarakan

jasa tersebut.

(5) Tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat ditentukan

seragam atau bervariasi menurut golongan sesuai dengan prinsip dan

sasaran penetapan tarif Retribusi.

BAB IV

PRINSIP DAN SASARAN PENETAPAN TARIF RETRIBUSI

Pasal 4

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Pelayanan

Kesehatan ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa

yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan

(8)

(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi biaya operasional

dan pemeliharaan, biaya bunga, dan biaya modal.

(3) Dalam hal penetapan tarif, sepenuhnya memperhatikan biaya

penyediaan jasa, penetapan tarif hanya untuk menutupi sebagian biaya

operasional.

Pasal 5

(1) Tarif Retribusi ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) Tahun sekali.

(2) Peninjauan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

dilakukan dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan

perekonomian.

(3) Penetapan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

ditetapkan oleh Walikota

BAB V

PEMUNGUTAN RETRIBUSI

Bagian Kesatu

Tata Cara Pemungutan

Pasal 6

(1) Walikota atau Pejabat yang ditunjuk untuk menetapkan pokok retribusi

terutang dengan menerbitkan SKRD atau dokumen lain yang sejenis.

(2) Apabila SKRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak atau kurang

bayar setelah lewat waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak SKRD

diterima, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua

persen) sebulan dan ditagih dengan menerbitkan STRD.

(3) Sebelum menerbitkan SKRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

terlebih dahulu harus diterbitkan NPWRD.

(4) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

dapat berupa karcis, kupon, atau kartu langganan, bill, atau sejenisnya

(9)

(5) Bentuk, isi SKRD, dokumen lain yang dipersamakan dan NPWRD

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (3) dan ayat (4) tercantum dalam

Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

Walikota ini.

Bagian Kedua

Tata Cara Pembayaran

Pasal 7

(1) Pembayaran Retribusi harus dilakukan sekaligus atau lunas.

(2) Pembayaran lunas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat

dilakukan secara bertahap.

(3) Pembayaran Retribusi dilakukan di kas daerah melalui Bank atau

tempat lain yang ditunjuk oleh Walikota sesuai waktu yang ditentukan

dalam SKRD, STRD.

(4) Apabila pembayaran Retribusi dilakukan ditempat lain yang ditunjuk,

hasil penerimaan Retribusi harus disetor ke kas daerah paling lama 1 x

24 jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh Walikota.

(5) Dalam hal penyetoran bertepatan dengan hari libur, maka penyetoran

dilakukan pada hari berikutnya.

(6) Pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan

dengan menggunakan SKRD, STRD.

Pasal 8

(1) Setiap pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(1), diberikan tanda bukti pembayaran dan dicatat dalam buku

penerimaan.

(2) Bentuk, jenis, isi, tanda bukti pembayaran dan buku penerimaan

retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum dalam laporan

Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

(10)

Pasal 9

(1) Pembayaran dan penyetoran retribusi harus dilakukan dengan

menggunakan SSRD atau sarana administrasi lain yang dipersamakan.

(2) SSRD atau sarana administrasi lain yang dipersamakan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), berfungsi sebagai bukti pembayaran retribusi

apabila telah disahkan oleh Bendahara Penerimaan atau pihak lain yang

berwenang setelah mendapatkan validasi.

(3) Apabila pembayaran retribusi dilakukan melalui loket atau petugas yang

ditunjuk maka harus segera disetor ke kas daerah sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

(4) Bukti pembayaran atau penyetoran retribusi yang telah dilakukan

dengan menggunakan formulir yang mekanisme pembayarannya melalui

Bank atau tempat pembayaran yang ditunjuk dengan SSRD.

(5) Bentuk dan isi SSRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum

dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan Walikota ini.

Pasal 10

(1) Pembayaran retribusi daerah ke Kas Umum Daerah dapat dilakukan

melalui Bendahara Penerimaan atau langsung ke Bank sesuai

ketentuan yang berlaku.

(2) Pembayaran retribusi daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja setelah tanggal diterbitkannya

SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(3) Tata cara pembayaran retribusi daerah melalui Bendahara Penerimaan

adalah sebagai berikut:

a. wajib Retribusi menyetor uang kepada Bendahara Penerimaan,

kemudian Wajib Retribusi menerima SSRD atau dokumen lain yang

dipersamakan yang telah divalidasi oleh Bendahara penerimaan

sebagai bukti setoran;

b. Bendahara Penerimaan sebagaimana dimaksud pada huruf a,

menyetor uang ke Bank, paling lama 1 (satu) hari kerja dan

mendapatkan Bukti Setoran Bank.

(4) Pembayaran Retribusi Daerah melalui Bank dengan cara sebagai

(11)

a. wajib retribusi atau yang mewakili menyetor uang ke Bank dengan

media SSRD atau dokumen lain yang dipersamakan dengan

sekurang-kurangnya mencantum nama Wajib Retribusi, Jenis

Retribusi, Masa Retribusi Besaran Uang Retribusi;

b. wajib retribusi menerima tanda bukti pembayaran berupa SSRD atau

dokumen lain yang dipersamakan yang telah divalidasi Bank;dan

c. fotocopy SSRD atau dokumen lain yang dipersamakan yang telah

divalidasi Bank dimaksud, untuk selanjutnya diserahkan kepada

Bendahara Penerimaan.

Bagian Ketiga

Tata Cara Penagihan

Pasal 11

(1) Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar, ditagih dengan

menggunakan STRD.

(2) Penagihan retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

dilakukan oleh petugas dengan terlebih dahulu menyerahkan surat

pemberitahuan.

(3) Surat teguran/surat peringatan sebagai tindak lanjut pelaksanaan

penagihan retribusi, dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo

pembayaran.

(4) Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran/peringatan,

Wajib Retribusi harus melunasi Retribusinya yang terutang.

(5) Surat Teguran/ Peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang.

(6) Bentuk dan isi Surat Teguran/ Peringatan/ sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak

(12)

BAB VI

TATA CARA PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 12

(1) Wajib retribusi dapat mengajukan permohonan keringanan dan/atau

pembebasan pokok retribusi dan/atau sanksinya kepada pejabat yang

ditunjuk oleh Walikota secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan

disertai alasan-alasan yang jelas.

(2) Keringanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat berupa

pengurangan dan/atau angsuran atas pokok retribusi dan/atau

sanksinya.

(3) Permohonan angsuran atas pokok retribusi dan/atau sanksinya

diberikan paling lama 6 (enam) bulan.

(4) Angsuran pembayaran retribusi sebagaimana yang dimaksud pada ayat

(3), dilakukan secara teratur dan berturut-turut dengan dikenakan

bunga 2 % (dua persen) perbulan dari jumlah retribusi yang belum

dan/atau kurang dibayar.

(5) Pejabat yang ditunjuk oleh Walikota berdasarkan permohonan wajib

retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat memberikan

keringanan dan/atau pembebasan pokok retribusi dan/atau sanksinya.

(6) Pemberian keringanan dan pembebasan retribusi sebagaimana

dimaksud pada ayat (5), diberikan dengan melihat kemampuan wajib

retribusi.

BAB VII

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN

Pasal 13

(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian atas

kelebihan pembayaran retribusi, kepada Walikota.

(2) Walikota dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan, sejak

diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi

(13)

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), telah

dilampaui dan Walikota tidak memberikan suatu keputusan,

permohonan pengembalian pembayaran Retribusi dianggap dikabulkan

dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu)

bulan.

(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang Retribusi lainnya, kelebihan

pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), langsung

diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang Retribusi

tersebut.

(5) Pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan

sejak diterbitkannya SKRDLB.

(6) Jika pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi dilakukan setelah

lewat 2 (dua) bulan, Walikota memberikan imbalan bunga sebesar 2%

(dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan

pembayaran Retribusi.

Pasal 14

(1) Tata cara pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 13, adalah sebagai berikut:

a.wajib retribusi mengambil dan mengisi formulir permohonan yang

disediakan dengan lengkap dan benar;

b.formulir permofhonan sebagaimana dimaksud pada huruf a

diserahkan kembali dengan dilampiri persyaratan sebagai berikut:

1. fotocopi Kartu Tanda Penduduk;

2. fotocopi SKRD;

3. fotocopi SSRD; dan

4. nomor rekening Bank atas nama wajib retribusi.

c.petugas menerima dan melakukan pemeriksaan atas kelengkapan dan

kebenaran berkas permohonan dan persyaratan, dengan ketentuan:

1. dalam hal berkas permohonan dan persyaratan sebagaimana

dimaksud pada huruf b belum lengkap dan benar, maka petugas

(14)

2. dalam hal berkas permohonan dan persyaratan sebagaimana

dimaksud pada huruf b telah lengkap dan benar, maka petugas

melakukan pencatatan dan pemberian tanda terima;

3. Petugas menyampaikan berkas permohonan yang telah lengkap

dan benar sebagaimana dimaksud pada huruf b ke Sub Bagian

Tata Usaha;

4. sub Bagian Tata Usaha menerima berkas permohonan

sebagaimana dimaksud pada angka 3 dan melakukan pencatatan

berkas permohonan pada agenda surat masuk, kemudian

menyampaikan kepada Sub Unit Massa dan Timbangan atau Sub

Unit Ukuran Arus, Panjang, dan Volume sesuai dengan

kewenangannya antara lain:

a. meneliti kesesuaian antara isian formulir berkas permohonan

dengan persyaratan yang dilampirkan;

b. meneliti dan menghitung kembali perhitungan retribusi;

c. apabila hasil perhitungan retribusi sudah benar maka membuat

konsep surat penolakan permohonan dengan disertai alasan

yang dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan menyampaikannya

kepada Sub Bagian Tata Usaha; dan

d. apabila hasil perhitungan retribusi terdapat kesalahan

perhitungan maka membuat konsep SKRDLB dan

menyampaikannya kepada Sub Bagian Tata usaha.

5. kepala Sub Bagian Tata Usaha meneliti dan membubuhkan paraf

pada Konsep Surat Penolakan atau SKRDLB;

6. surat Penolakan atau SKRDLB yang sudah ditandatangani

disampaikan kepada Sub Bagian Tata Usaha untuk dicatat pada

agenda surat keluar serta diberi nomor dan stempel;

7. petugas menyerahkan Surat Penolakan kepada Wajib Retribusi;

8. petugas pada Sub Bagian Tata Usaha menyampaikan SKRDLB,

formulir permohonan dan kelengkapan persyaratan permohonan

kepada Dinas;

9. Bendahara Pengeluaran Dinas menyampaikan SPM-LS kepada

(15)

10. bendahara Umum Daerah menerbitkan SP2D;

11. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) lembar ke-4 oleh Bendahara

Pengeluaran Dinas diserahkan kepada Petugas untuk diberikan

kepada Wajib retribusi; dan

12. pencairan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi ke

rekening atas nama wajib retribusi didasarkan pada SKRDLB yang

diterbitkan oleh Kepala dan SPM-LS yang diterbitkan oleh Kepala

Dinas serta SP2D yang diterbitkan oleh Bendahara Umum Daerah.

d.Penerbitan SKRDLB paling lama 6 (enam ) bulan sejak diterimanya

permohonan kelebihan pembayaran retribusi secara lengkap dan

benar.

BAB VIII

TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI YANG KEDALUWARSA

Pasal 15

(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk

melakukan penagihan sudah kedaluwarsa, dapat dihapuskan.

(2) Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi Daerah sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Walikota.

BAB IX

INSENTIF PEMUNGUTAN

Pasal 16

(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan Retribusi dapat diberi insentif

atas dasar pencapaian kinerja tertentu.

(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan

melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

(3) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud

(16)

BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 17

Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan

Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota

Tanjungpinang.

Ditetapkan di Tanjungpinang

pada tanggal 30 Desember 2013

WALIKOTA TANJUNGPINANG,

ttd

LIS DARMANSYAH

Diundangkan di Tanjungpinang

pada tanggal 30 Desember 2013

Plt. SEKRETARIS DAERAH KOTA TANJUNGPINANG

ttd

SYAFRIAL EVI, MS

Referensi

Dokumen terkait

Dari kelebihan-kelebihan tersebut, Adobe Flash CS4 dapat digunakan sebagai authoring tools dalam pengembangan multimedia pembelajaran interaktif pada materi

Materi yang akan disampaikan pada siswa harus sesuai dengan kurikulum yang digunakan. Mahasiswa harus menguasai materi dan menggunakan berbagai macam bahan ajar, selain

Dari penelitian mengenai gambaran kecemasan remaja di Panti Asuhan Wisma Anak-Anak Harapan Dalung tahun 2015 ini dapat disimpulkan bahwa berdasarkan jenis kelamin di

Jadi secara keseluruhan judul tersebut aiatas - mempunyai pengertian bahwa sekelompok alat-alat atau ba - gian yang bekerja bersama-sama yang berupa lembaga-lembaga

Jati Agung Furniture Bareng Kudus” telah dilaksanakan dengan tujuan untuk menghasilkan sebuah sistem pemasaran dan pemesanan meubel berbasis web, yang nantinya

Sosiologi yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berharga bagi PenulisB. Teman seperjuangan Sosiologi Angkatan 2013 yang tidak bisa

Perubahan merupakan suatu yang konstan dan tidak dapat dihindari.. Setiap manusia tidak akan terlepas dari perubahan seiring

15 tahun 2001} memenuhi salah satu unsur dari teori Fuller tentang eight ways to fail the law, dimana secara a contrario dijelaskan bahwa hukum yang