• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Teori Belajar Teori Belajar Ko

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Teori Belajar Teori Belajar Ko"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian atau mengerti. Secara diperluas cognition adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Dalam perkembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi popular sebagai salah satu wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berfikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa. Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah perkembangan teori belajar berdasarkan aliran Kognitivisme?

Bagaimanakah pandangan Teori Kognitivisme terhadap Belajar Mengajar dan Pembelajaran?

(2)

BAB II PEMBAHASAN

A. Teori Gestalt

Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt beroposisi terhadap teori strukturalisme. Teori gestalt cenderung berupaya mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-bagian kecil.Teori ini dibangun oleh tiga orang, Kurt Koffka, Max Wertheimer, and Wolfgang Köhler. Mereka menyimpulkan bahwa seseorang cenderung mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh.

1. Hukum-hukum Belajar Gestalt

Dalam hukum-hukum belajar Gestalt ini ada satu hukum pokok , yaitu hukum Pragnaz, dan empat hukum tambahan (subsider) yang tunduk kepada hukum yang pokok itu, yaitu hukum–hukum keterdekatan, ketertutupan, kesamaan, dan kontinuitas. Hukum Pragnaz adalah suatu keadaan yang seimbang. Setiap hal yang dihadapi oleh individu mempunyai sifat dinamis yaitu cenderung untuk menuju keadaan pragnaz tersebut. Empat hukum tambahan yang tunduk kepada hukum pokok, yaitu :

a. Hukum keterdekatan

Hal-hal yang saling berdekatan dalam waktu atau tempat cenderung dianggap sebagai suatu totalitas.

b. Hukum ketertutupan

Hal-hal yang cenderung menutup akan membentuk kesan totalitas tersendiri.

(3)

Hal-hal yang mirip satu sama lain, cenderung kita persepsikan sebagai suatu kelompok atau suatu totalitas. Contohnya :

O O O O O O O O O O O O O X X X X X X X X X X X X X O O O O O O O O O O O O O

Deretan bentuk di atas akan cenderung dilihat sebagai deretan-deretan mendatar dengan bentuk O dan X berganti-ganti bukan dilihat sebagai deretan-deretan tegak.

d. Hukum kontinuitas

Orang akan cenderung mengasumsikan pola kontinuitas pada obyek-obyek yang ada.

Para ahli dan issu yang mengembangkan teori gestalt 1) Max Wertheimer (1880-1943)

Max Wertheimer adalah tokoh tertua dari tiga serangkai pendiri aliran psikologi Gestalt. Wertheimer dilahirkan di Praha pada tanggal 15 April 1880. Ia mendapat gelar Ph.D nya di bawah bimbingan Oswald Kulpe. Konsep pentingnya : Phi phenomenon, yaitu bergeraknya objek statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat dan dengan demikian memungkinkan manusia melakukan interpretasi. Weirthmeir menunjuk pada proses interpretasi dari sensasi obyektif yang kita terima. Proses ini terjadi di otak dan sama sekali bukan proses fisik tetapi proses mental sehingga diambil kesimpulan ia menentang pendapat Wundt.

(4)

berbentuk kotak dan diberi suatu alat untuk dapat melihat ke dalam kotak itu. Di dalam kotak terdapat dua buah garis yang satu melintang dan yang satu tegak. Kedua gambar tersebut diperlihatkan secara bergantian, dimulai dari garis yang melintang kemudian garis yang tegak, dan diperlihatkan secara terus menerus. Kesan yang muncul adalah garis tersebut bergerak dari tegak ke melintang. Gerakan ini merupakan gerakan yang semu karena sesungguhnya garis tersebut tidak bergerak melainkan dimunculkan secara bergantian. Pada tahun 1923, Wertheimer mengemukakan hukum-hukum Gestalt dalam bukunya yang berjudul “Investigation of Gestalt Theory”. Hukum-hukum itu antara lain :

a. Hukum Kedekatan (Law of Proximity) b. Hukum Ketertutupan ( Law of Closure) c. Hukum Kesamaan (Law of Equivalence) 2) Kurt Koffka (1886-1941)

Koffka lahir di Berlin tanggal 18 Maret 1886. Kariernya dalam psikologi dimulai sejak dia diberi gelar doktor oleh Universitas Berlin pada tahun 1908. Sumbangan Koffka kepada psikologi adalah penyajian yang sistematis dan pengamalan dari prinsip-prinsip Gestalt dalam rangkaian gejala psikologi, mulai persepsi, belajar, mengingat, sampai kepada psikologi belajar dan psikologi sosial. Teori Koffka tentang belajar didasarkan pada anggapan bahwa belajar dapat diterangkan dengan prinsip-prinsip psikologi Gestalt. Teori Koffka tentang belajar antara lain:

(5)

b. Perjalanan waktu berpengaruh terhadap jejak ingatan. Perjalanan waktu itu tidak dapat melemahkan, melainkan menyebabkan terjadinya perubahan jejak, karena jejak tersebut cenderung diperhalus dan disempurnakan untuk mendapat Gestalt yang lebih baik dalam ingatan.

c. Latihan yang terus menerus akan memperkuat jejak ingatan. 3) Wolfgang Kohler (1887-1967)

Kohler lahir di Reval, Estonia pada tanggal 21 Januari 1887. Kohler memperoleh gelar Ph.D pada tahun 1908 di bawah bimbingan C. Stumpf di Berlin. Eksperimennya adalah : seekor simpanse diletakkan di dalam sangkar. Pisang digantung di atas sangkar. Di dalam sangkar terdapat beberapa kotak berlainan jenis. Mula-mula hewan itu melompat-lompat untuk mendapatkan pisang itu tetapi tidak berhasil. Karena usaha-usaha itu tidak membawa hasil, simpanse itu berhenti sejenak, seolah-olah memikir cara untuk mendapatkan pisang itu. Tiba-tiba hewan itu dapat sesuatu ide dan kemudian menyusun kotak-kotak yang tersedia untuk dijadikan tangga dan memanjatnya untuk mencapai pisang itu.

Menurut Kohler apabila organisme dihadapkan pada suatu masalah atau problem, maka akan terjadi ketidakseimbangan kogntitif, dan ini akan berlangsung sampai masalah tersebut terpecahkan. Karena itu, menurut Gestalt apabila terdapat ketidakseimbangan kognitif, hal ini akan mendorong organisme menuju ke arah keseimbangan. Dalam eksperimennya Kohler sampai pada kesimpulan bahwa organisme –dalam hal ini simpanse– dalam memperoleh pemecahan masalahnya diperoleh dengan pengertian atau dengan insight.

(6)

Pendekatan fenomenologis : menjadi salah satu pendekatan yang eksis di psikologidan dengan pendekatan ini para tokoh Gestalt menunjukkan bahwa studi psikologi dapat mempelajari higher mental process, yang selama ini dihindari karena abstrak, namun tetap dapat mempertahankan aspek ilmiah dan empirisnya. Fenomenologi memainkan peran yang sangat penting dalam sejarah psikologi. Heidegger adalah murid Edmund Husserl (1859-1938), pendiri fenomenologi modern. Husserl adalah murid Carl Stumpf, salah seorang tokoh psikologi eksperimental “baru” yang muncul di Jerman pada akhir pertengahan abad XIX. Kohler dan Koffka bersama Wertheimer yang mendirikan psikologi Gestalt adalah juga murid Stumpf, dan mereka menggunakan fenomenologi sebagai metode untuk menganalisis gejala psikologis. Fenomenologi adalah deskripsi tentang data yang berusaha memahami dan bukan menerangkan gejala-gejala. Fenomenologi kadang-kadang dipandang sebagai suatu metode pelengkap untuk setiap ilmu pengetahuan, karena ilmu pengetahuan mulai dengan mengamati apa yang dialami secara langsung.

Pandangan Gestalt menyempurnakan aliran behaviorisme: dengan menyumbangkan ide untuk menggali proses belajar kognitif, berfokus pada higher mental process. Adanya perceptual field diinterpretasikan menjadi lapangan kognitif dimana prosesproses mental seperti persepsi, insight,dan problem solving beroperasi. Tokoh : Tolman (dengan Teori Sign Learning) dan Kohler (eksperimen menggunakan simpanse sebagai hewan coba).

Aplikasi Teori Belajar Gestalt, yaitu: 1. Belajar

Proses belajar adalah fenomena kognitif. Apabila individu mengalami proses belajar, terjadi reorganisasi dalam perceptual fieldnya. Setelah proses belajar terjadi, seseorang dapat memiliki cara pandang baru terhadap suatu problem. Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :

a. Pengalaman tilikan (insight) : bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.

(7)

pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari.

c. Perilaku bertujuan (purposive behavior) : bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.

d. Prinsip ruang hidup (life space) : bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.

e. Transfer dalam Belajar : yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tatasusunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain.

2. Insight

(8)

a. Kesanggupan : Kesanggupan berkaitan dengan kemampuan inteligensi individu.

b. Pengalaman : Dengan belajar, individu akan mendapatkan suatu pengalaman dan pengalaman itu akan menyebabkan munculnya insight. c. Taraf kompleksitas dari suatu situasi :Semakin kompleks masalah akan

semakin sulit diatasi

d. Latihan :Latihan yang banyak akan mempertinggi kemampuan insight dalam situasi yang bersamaan

e. Trial and Error : Apabila seseorang tidak dapat memecahkan suatu masalah, seseorang akan melakukan percobaan-percobaan hingga akhirnya menemukan insight untuk memecahkan masalah tersebut.

3. Memory

Hasil persepsi terhadap obyek meninggalkan jejak ingatan. Dengan berjalannya waktu, jejak ingatan ini akan berubah pula sejalan dengan prinsip-prinsip organisasional terhadap obyek. Penerapan Prinsip of Good Form seringkali muncul dan terbukti secara eksperimental. Secara sosial, fenomena ini juga menjelaskan pengaruh gosip/rumor. Fenomena gossip seringkali berbeda dengan fakta yang ada. Fakta yang diterima sebagai suatu informasi oleh seseorang kemudian diteruskan kepada orang lain dengan dengan dilengkapi oleh informasi yang relevan walaupun belum menjadi fakta atau belum diketahui faktanya.

B. Teori Medan Kognitif Kurt Lewin

(9)

psikologi gestalt selalu memberi penekanan pada totalitas atau keseluruhan, bukan pada bagian-bagian.

Berbeda dengan kaum behavioral yang berpendapat bahwa belajar adalah pengalaman empiris, maka menurut Gestaltis belajar adalah fenomena konitif. Kognisi sendiri dipahami sebagai proses mental karena kognisi mencerminkan pemikiran dan tidak dapat diamati secara langsung. Kognisi tidak dapat diukur secara langsung, namun melalui perilaku yang ditampilkan dan dapat diamati. Oleh sebab itu belajar merupakan proses mental dan aspek-aspek belajar adalah unik bagi spesies manusia.

Ahli-ahli gestalt juga beranggapan bahwa benda-benda hidup berbeda dengan mesin, selalu hidup dan saling mempengaruhi dengan lingkungannya. Interaksi antara individu dan lingkungan disebut sebagai perceptual field (medan persepsi). Setiap medan persepsi memiliki organisasi, yang cenderung dipersepsikan oleh manusia sebagai figure and ground. Oleh karena itu, Psikologi gestalt menekankan adanya pengorganisasian proses-proses dalam persepsi, belajar dan problem solving dan juga mempercayai bahwa setiap individu diarahkan untuk mengorganisasikan serpihan informasi yang bersumber dari beragam cara atau proses. Pengorganisasian inilah yang kemudian mempengaruhi makna yang dibentuk.

(10)

soal sehinga bila soal berbeda dengan rumus yang sama belum tentu dia dapat menyelesaikannya. Belajar dengan insight membuat siswa memahami subtansi masalah hingga bila soal diulang dalam format berbeda ia masih dapat menyelesaikannya.

Aplikasi Teori Medan Kognitif dalam Pendidikan

Menurut Kurt Lewin perilaku ditentukan oleh totalitas situasi yang melingkupi seseorang. Dalam teori medannya, 'lapangan' didefinisikan sebagai the totality of coexisting facts which are conceived of as mutually interdependent (totalitas fakta-fakta yang mengiringi dan dipahami saling tergantung atau terkait satu dengan yang lainnya). Setiap individu berperilaku berbeda sesuai dengan persepsi diri dan lingkungannya bekerja. Medan psikologis atau lifespace, di mana orang berperilaku harus ditinjau, dalam rangka memahami perilaku itu sendiri. Penilaian seseorang berdasar persepsi diri dan aspek lingkungan yang mendukungnya ini disebabkan karena otak adalah sistem fisik, otak menciptakan medan yang memengaruhi informasi yang masuk ke dalamnya, seperti medan magnet memengaruhi partikel logam. Medan kekuatan inilah yang mengatur pengalaman sadar.

Kurt Lewin (1892-1947) menaruh perhatian pada kepribadian dan psikologi sosial. Lewin memandang bahwa masing-masing individu berada di dalam suatu medan kekuatan, yang bersifat psikologis. Medan kekuatan psikologis dimana individu bereaksi disebut sebagai ”Life Space”. Life Space mencakup perwujudan lingkungan dimana individu bereaksi, misalnya: orang-orang yang ia jumpai, objek material yang ia hadapi, serta fungsi-fungsi kejiwaan yang ia miliki. Lewin berpendapat bahwa tingkah laku merupakan hasil tindakan antar kekuatan-kekuatan, baik yang dari dalam diri individu seperti; tujuan, kebutuhan, tekanan kejiwaan maupun dari luar diri individu, seperti; tantangan dan permasalahan.

(11)

hambatan-hambatan yang baru pula. Demikian seterusnya individu keluar dari suatu medan dan masuk ke medan psikologis berikutnya.

Hall dan Lindzey merangkum poin utama Teori Medan Kognitif Lewin sebagai berikut:

1. Perilaku adalah fungsi dari medan yang ada pada saat perilaku tersebut terjadi. 2. Analisa tingkah laku dimulai dengan situasi sebagai keseluruhan dari

komponen-komponen tingkah laku yang terpisah dan berbeda.

3. Individu yang konkret dalam sebuah situasi nyata (konkret) dapat digambarkan secara matematis.

Dalam teori ini, individu dan kelompok dapat dilihat dalam kacamata topologi (menggunakan peta sebagai representasi). Individu berpartisipasi dalam serangkaian ruang hidup seperti, keluarga, sekolah, kerja, masjid dan ini dibangun di bawah pengaruh berbagai vektor. Tingkah laku atau gerak seseorang akan terjadi kalau ada kekuatan yang cukup yang mendorongnya. Meminjam dari matematika dan fisika, Lewin menyebut kekuatan itu dengan nama Vektor. Vektor digambar dalam bentuk panah, merupakan kekuatan psikologis yang mengenai seseorang, cenderung membuatnya bergerak ke arah tertentu. Arah dan kekuatan vektor adalah fungsi dari valensi positif dan negatif dari satu atau lebih region dalam lingkungan psikologis. Jadi kalau satu region mempunyai valensi positif misalnya berisi makanan yang diinginkan, vektor yang mengarahkan ke region itu mengenai lingkaran pribadi. Kalau region yang kedua valensinya negatif misal berisi anjing yang menakutkan, vektor lain yang mengenai lingkaran pribadi mendorong menjauhi region anjing. Jika beberapa vektor positif mengenai dia, misalnya, jika seseorang dalam kondisi sulit dan lapar sementara makanan harus disiapkan, atau orang harus hadir dalam pertemuan penting sedang ia tidak punya waktu untuk makan siang, hasil gerakannya (tingkah lakunya) merupakan jumlah dari semua vektor.

(12)

Ketiganya saling berhubungan dalam sebuah tingkah laku. Intinya, teori medan merupakan sekumpulan konsep dimana seseorang dapat menggambarkan kenyataan psikologis.

Konsep-konsep teori medan telah diterapkan Lewin dalam berbagai gejala psikologis dan sosiologis, termasuk tingkah laku bayi dan anak anak , masa adolesen, keterbelakangan mental, masalah-masalah kelompok minoritas, perbedaan perbedan karakter nasional dan dinamika kelompok.

1. Penggunaan Teori Medan dalam Belajar

a. Belajar sebagai perubahan sistem kognitif

Teori Medan (Field Theory) Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam situasi belajar berada dalam satu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hanbatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan masuk ke dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya.

Menurut teori ini belajar berusaha mengatasi hambatan-hambatan untuk mencapai tujuan. Kurikulum sekolah dengan segala macam tuntutannya, berupa kegiatan belajar di dalam kelas, laboratorium, di workshop, di luar sekolah, penyelesaian tugas-tugas, ujian-ulangan dan lain-lain, pada dasarnya merupakan hambatan yang harus diatasi.

(13)

Perubahan struktur pengetahuan (struktur kognitif) dapat terjadi karena ulangan; situasi mungkin perlu diulang-ulang sebelum strukturnya berubah. Akan tetapi yang penting bukanlah bahwa ulangan itu terjadi, melainkan bahwa struktur kognitif itu berubah. Dengan pengaturan masalah (problem) yang lebih baik, struktur mungkin dapat berubah dengan ulangan yang sangat sedikit. Hal ini telah terbukti dalam ekserimen mengenai insight. Terlalu banyak ulangan tidak menambah belajar; sebaliknya ulangan itu mungkin menyebabkan kejenuhan psikologis (pychological satiation) yang dapat membawa disorganisasi (kekacauan) dan dediferensiasi (kekaburan ) dalam sistem kognitif.

Perubahan dalam struktur kognitif ini untuk sebagian berlangsung dengan prinsif pemolaan (patterning) dalam pengamatan, jadi disinilah lagi terbukti betapa pentingnya pengamatan itu dalam belajar. Perubahan itu disebabkan oleh kekuatan yang telah intrinsik ada dalam struktur kognitif. Tetapi struktur kognitif itu juga berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan yang ada pada individu. Disinilah terjadi belajar dengan motivasi.

b. Hadiah dan Hukuman menurut Kurt Lewin

Bila kaum Behavioral memandang hadiah dan hukuman sebagai The Law of Effect and The Law of Reinforcement, maka Kurt Lewin menggambarkan situasi yang mengandung hadiah atau hukuman sebagai situasi yang mengandung konflik. Hal ini digambarkannya dalam topologi berikut:

1) Situasi yang mengandung hukuman P

(14)

Di dalam situasi yang digambarkan di atas, ribadi (P) harus melakukan pekerjaan atau tugas yang tidak menyenangkan (Tg), karenanya ada kebutuhan untuk meninggalkan tugas yang tidak menyenangkan itu. Supaya ia tetap mengerjakan tugas itu, ada ancaman hukuman bila ia tidak menyelesaikan tugas tersebut (Hk). Sehingga dalam situasi seperti ini lalu timbul konflik, yaitu si pribadi harus memilih diantara dua kemungkinan yang tidak menyenangkan tersebut. Dalam situasi ini, malah ada kecenderungan pribadi menghindarkan diri dari kedua kondisi yang tidak menyenangkan dirinya. Supaya pribadi tidak meninggalkan medan itu maka harus dibuat barier (B); barier dalam kehidupan nyata adalah kekuasaan atau pengawasan.

Tg (-) Hd (+) B P

fHd FTg

2) Situasi yang mengandung hadiah

B

(15)

lebih singkat bahkan bila mungkin mendapatkan hadiah tanpa mengerjakan tugasnya.

c. Masalah berhasil dan gagal

Kurt Lewin lebih setuju penggunaan istilah sukses dan gagal dari pada istilah hadiah dan hukuman. Sebab apabila tujuan-tujuan yang akan kita capai itu adalah intrinsik, maka kita lebih tepat menggunakan istilah berhasil atau gagal daripada terminologi hadiah dan hukuman. Istilah hadiah dan hukuman lebih dekat pada pendekatan nonpsikologis sedang istilah sukses dan gagal merupakan kajian dalam pendekatan psikologis. Secara psikologis yang penting memang adalah bagaimana yang dialami individu dalam menghadapi suatu problem. Suatu pengalaman sukses haruslah dimengerti sesuai dengan apa yang telah dikerjakan atau dicapai oleh seseorang (pelajar). Misalnya seorang pelajar yang merasa sukses karena naik kelas dengan nilai terbaik. Namun ada pula yang tetap merasa sukses karena ia naik kelas walau tidak dengan nilai terbaik.

d. Sukses memberi mobilisasi energi cadangan

Kurt Lewin beranggapan bahwa dinamika kepribadian itu dikarenakan oleh adanya energi dalam diri seseorang yang disebut energi psikis. Energi psikis inilah yang dipergunakan untuk berbagai aktivitas seperti mengamati, mengingat, berpikir dan sebagainya. Dalam keadaan sehari-hari, hanya sedikit saja energi psikis yang dipergunakan dan sisanya tersimpan sebagai energy cadangan. Apabila orang mendapat pengalaman sukses, maka akan terjadi mobilisasi energi cadangan sehingga kemampuan individu untuk menyelesaikan problem bertambah. Oleh sebab itu secara praktis sangat dianjurkan untuk sebanyak mungkin memberikan kesempatan kepada para peserta didik kita supaya mereka mendapatkan pengalaman sukses.

(16)

1. Pengenalan Kepada Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget

Teori Piaget dianggap sebagai teori perkembangan kognitif yang lebih menyeluruh walaupun ada yang masih menyoal dan tidak menyetujuinya.Teori ini ada pada dasarnya telah menjadi menjadi asas dan pengaruh kepada teori dan penyelidikan yang selanjutnya.Piaget mengemukakan idea tentang pembentukan konsep kanak-kanak dan kecerdasan dengan mencadangkan bahawa penyelidik-penyelidik dapat belajar mengikut kemampuan perkembangan intelek yang didalami oleh kanak-kanak dengan berterusan. Pemerhatian beliau terhadap kkanak secara berterusan termasuk pemeriksaan terhadap kesilapan anak-anak sendiri, maka beliau merumuskan bahawa wujud sistem logikal yang mudah dan teratur yang mendasari pemikiran kanak-kanak. Menurut piaget, sistem-sistem ini adalah berbeza-beza daripada sistem-sistem logikal yang digunakan oleh orang dewasa. Untuk memahami perkembangan, sistem-sistem ini seharusnya didefinisikan dan dibahagi mengikut ciri-ciri yang tersendiri. Piaget percaya fungi kecerdasan adalah untuk membanu menyesuaikan diri (adaptasi) kanak-kanak terhadap persekitaran.

(17)

2. Peringkat Perkembangan Teori Kognitif Jean Piaget

a. Peringkat Deria Motor (0-2 Tahun)

Dalam peringkat ini, kanak-kanak mula menggunakan seria motornya untuk memahami dan berinteraksi dengan persekitarannya. Selepas dilahir selama dua bulan, seorang bayi sudah boleh membezakan objek-objek di dalam persekitrannya. Antara 4 hingga 8 bulan, bayi itu kelihatan telah mempunyai daya koordinasi di antara penglihatan dan sentuhan. Apabila berusia satu tahun, dia mula menyedari objek-objek lain di dalam persekitarannya. Diantara 1 hingga 2 tahun, kanak-kanak cuba menggunkan berbagai-bagai skema (struktur menyelesaikan masalah yang dia hadapi). Pada akhir dua tahun, kanak-kanak kelihatan mula boleh belajar bahasa dan lambang yang mudah. Dari kelahiran hingga umur 2 tahun, kanak-kanak cuba belajar koordinasi di antara deria motor dengan gerakannnya serta cuba mengaitkan perkataan-perkataan dengan objek-objek yang dapat dilihat dalam persekitarannya. Contohnya, bayi berumur sebelum Sembilan bulan tidak akan mencari objek yang tidak kelihatan setelah diperhatikan objek tersebut sebelummya. Pada tahap ini, bayi melihat kepada hubungan antara badannya dengan persekitaran. Kebolehan deria motornya berkembang dari semasa ke semasa. Bayi tersebut mempelajari tentang dirinya dengan melihat, menyentuh, dan mendengar di sekelilingnya kemudian menirunya. Kebolehan untuk meniru tingkah laku dikenali sebagai pembelajaran melalui pemerhatian (observational learning) (Mussen dan Kagan, 1974). Dalam perkembangan sensorimotor ini, terdapat enam sub tahap yang dikategorikan dengan melihat perkembangan kebolehan tertentu pada umur yang tertentu.

1) Dari lahir hingga satu bulan (refleks)

(18)

tertentu atau hanya sebagai gerakan pantulan sahaja.

2) Sebulan hingga empat bulan (reaksi asas sekular)

Peringkat pertama pencapaian untuk penyesuaian dan berlakunya reaksi sekular. bayi mula mempunyai pengertian tentang bahagian badannya yang tertentu. Di tahap ini pengalaman memainkan peranan yang penting untuk pembentukan tingkah laku kanak-kanak. Pengalaman boleh didapati daripada perkembangan di tahap pertama. dengan itu tingkah laku kanak-kanak pada tahap kedua ini sudah bergantung kepada andaian sebab musabab yang tertentu untuk mewujudkan sesuatu situasi baru. Pergerakan sistem sensori mula diselaraskan dengan sistem pandangan dan gerakan tangan. bila mendengar sesuatu bunyi, bayi akan menggerakkan kepala dan matanya ke arah punca sumber bunyi. Contohnya, sekiranya bayi tersebut melakukan sesuatu tingkah laku yang ganjarannya akan mendapat menyeronokkan atau menyenangkan, dia akan mengulangi tingkah laku itu lagi.

3) Empat hingga lapan bulan (reaksi sekular kedua)

Di tahap ini bayi mempunyai persediaan untuk membuat pandangan da n pemerhatian yang lebih. Kebanyakan tingkahlaku bayi dihasilkan daripada sesuatu proses pem belajaran. Bayi telah dapat melakukan tingkah laku baru seperti mengambil sesuat u barang lalu menggerakkannya. Di waktu ini, bayi boleh membuat tanggapan ten tang objek dalam tangannya. Contohnya, bayi itu sengaja memasukkan barang mainan ke dalam mulut dengan tujuan untuk mengeta hui atau mengenali barang tersebut.

4) Lapan hingga dua belas bulan ( reaksi kordinasi)

Ia dikatakan sebagai masa pengukuhan di mana keadaan yang wujud sebelumnya disesuaikan di antara satu sama lain. Pada tahap ini,

(19)

5) Dua belas bulan hingga lapan belas bulan (reaksi sekular ketiga)

Pada ketika ini, penemuan makna baru melalui pengalaman yang dilalui oleh bayi berlaku secara aktif. hal ini, bayi memerlukan kecepatan untuk

melahirkan keseluruhan rangkaian tingkah laku apabila berada di dalam sesuatu situasi baru. di tahap ini, bayi memperlihatkan kemajuan yang pesat berhubung dengan pemahaman sesuatu konsep dan telah mempunyai konsep yang kukuh tentang sesuatu objek. bayi juga mengalami proses cuba jaya tetapi dalam keadaan yang mudah. Contohnya, kanak-kanak ini akan mencuba pelbagai bunyi dan tingkah laku untuk mendapatkan perhatian.

6) Lapan belas bulan hingga dua tahun (penggambaran pemikiran awal) Berlakunya kombinasi mental di mana kanak-kanak mula mempunyai keupayaan untuk memahami aktiviti permainan dan fungsi simbolik. Pada ketika ini, kanak-kanak dapat mengatasi masalah kaedah cuba jaya dan dapat membezakan jenis-jenis tingkah laku peniruan yang diperhatikan. kanak-kanak juga telah mengetahui tentang peranan jantina dan fungsi individu dalam rumahtangga.

b. Peringkat Pra Operasi (2 hingga 7 Tahun)

(20)

member sebab untuk menyokong kepercayaan mereka, boleh mengelaskan objek mengikut ciri-ciri tertentu dan memahami konsep pengabadian bilangan.

c. Peringkat Operasi Konkrit (7 hingga 12 Tahun)

Tahap ini bermula pada umur tujuh tahun atau lapan tahun hingga 11 atau 12 tahun. Kanak-kanak dapat memanipulasikan dan membentuk reprentasi mental secara dalaman. Mereka mempunyai pelbagai pemikiran dan memori tentang objek-objek yang konkrit seperti computer, perabot dan benda-benda maujud. Dalam eksperimen konservasi kuantiti yang dilakukan oleh Piaget, kanak-kanak dapat mengabadikan (conserve) dalam minda kuantiti dan memerhatikan perubahan dalam bentuk luaran objek atau benda-benda. Pada mulanya, kanak-kanak bergantung pada persepsi segera seperi rupa bentuk objek secara luaran. Dengan perlahan-lahan mereka membentuk peraturan dan skema dalaman tentang apa dan bagaimana sesuatu perkara berlaku.Seterusnya, menggunakan skema dalaman untuk member panduan tentang penaakul daripa bentuk luaran sahaja. Kanak-kanak di tahap operasi konkrit ini dapat memanipulasi representasi dalaman objek-objek yang konkrit ini dapat memanipulasi representasi dalaman objek-objek yang konkrit untuk mengenal pasti kuantiti-kuantiti yang terkandung di dalamnya. Seterusnya, implikasi logikal dapat menyedarkan kanak-kanak tentang objek-objek yang disentuh. Menurut Piaget, tahap terakhir dalam perkembangan kognitif adalah meneliti dan mengsplikasi prinsip-prinsip yang sama kepada konsep-konsep abstrak.

d. Peringkat Operasi Formal (selepas 12 Tahun)

(21)

dengan logic. Justeru, teori perkembangan kognitif adalah berasaskan tahap demi tahap. Bagi Piaget, tahap-tahap ini berlaku pada usia yang sama bagi kanak-kanak. Setiap tahap memasuki tahp baru, kanak-kanak memikirkan cara-cara dan ciri-ciri yang dikenal pasti dalam tahap berkenaan dengan nyata dan berkesan. Dalam peringkat, remaja telah boleh memikir secara abstrak dan boleh menyelesaikan masalah yang lebih kompleks. Mereka juga boleh memikir secara deduktif atau induktif dan menggunakannya untuk membuktikan teori atau hukum matematik.

e. Empat Tahap Perkembangan Kognitif Piaget

Tahap Tempoh

Sensori Motor Sejak lahir hingga 2 tahun

Praoperasi 2 hingga 7 tahun

Operasi Konkrit 7 hingga 12 tahun Operasi Formal 11 tahun hingga zaman remaja

Jadual Empat tahap Perkembangan Kognitif Piaget

Di dalam Teori Kognitif Kanak-Kanak yang telah dibincangkan, Piaget menenkankan pengubahsuaian diri dalam alam sekitar adalah faktor yang penting dalam perkembangan kognitif individu. Beliau berpendapat, di dalam proses pengubahsuaian diri dalam alam sekitar, pembelajaran sebearnya telah berlaku apabila individu memperolehi pengalaman daripada proses interaksinya dengan orang lain, perkara atau benda yang terdapat dalam alam sekitar.

(22)

asimilasi dan akomodasi yang berkait rapat dengan pembelajaran kognitif individu.

3. Skema (Schema)

Skema merupakan model tingkah laku asas individu yang ditonjolkan semasa proses pengubasuaian diri dalam alam sekitar. Ia adalah dirujuk sebagai kebolehan atau pengalaman individu yang dipelajari dan diperolehi berdasarkan syarat-syarat yang diwarisi. Oleh itu, skema yang ditonjolkan, misalnya aksi, bahasa, pemikiran, pandangan ataupun idea yang boleh mewakili ciri tingkah laku, adalah disebut sebagai skema individu. Maka, skema individu merupakan tinkah laku yang sering berubah mengikut pembelajarannya. Di dalam peringkat-peringkat perkembangan kanak-kanak skema tingka laku mereka berubah dari semasa ke semasa, biasanya dari kasar kepada halus, dan daripada mudah kepada kompleks. Contohnya,kanak-kanak memegang sesuatu benda adalah skema pegangangnya. Ini menyebabkan teknik memegangnya semakin beransur-ansur maju apabila perubahan skema kanak-knaakini sebenarnyamewakili hasil yang diperolehi daripada pembelajarannya.

4. Adaptasi (adaptation)dan Keseimbangan (equilibration)

(23)

sebagai motivasi pembelajaran. Adalah ditegaskan disini, Piaget menghuraikan pembelajaran sebagai motivasi individu yang mengambil inisiatif sendiri untuk megubahsuai diri dalam alam sekitar dan bukan seperti teori rangsangan.

5. Asimilasi (assimilation) dan Akomodasi (accommodation)

Untuk mengekalkan keseimbangan, iaitu memperolehi pula kepuasan kerana motivisi, individu terpaksa mengubahsuai diri melalui proses adaptasi. Di dalam proses adaptasi ini, skema individu beransur-ansur berubah hingga perubahan tingkahlakunya menjadi semakin kompleks. Mengikut pandangan Piaget, adaptasi merangkumi dua bentuk, satunya ialah asimilasi dan satu yang lain ialah akomodasi, kedua-dua saling berkait dan saling melengkapi dalam pembentukan proses pembelajaran kognitif secara keseluruhan. Fenomena mengubah struktur kognitif kerana proses adaptasi adalah dikenali sebagai proses akomodasi. Dengan huraian ini, adalah didapati bahawa akomodasi merupakan sesuatu proses psikologikal yang berlaku semasa seseorang individu berusaha atas inisiatif sendiri melalui mengubah struktur kognitif dengan tujuan mengadaptasi keperluan situasi pembelajaran yang dihadapinya. Ringkas kata, mengikut piaget, murid belajar melalui proses adaptasi, mengorganisasi ilmu atau maklumat baru dan dengan proses asimilasi, i , mentransformnya dalam struktur kognitif (skema) dengan ilmu dan maklumat yang sedia ada dapat diperkukuh serta ditambah. Bagi ilmu atau maklumat yang tidak seimbang dengan skemanya, mereka menggunakan proses akomodasi untuk cara reorganisasi dan menyesuaikannya dalam struktur kognitif dan dengan proses yang sedemkian, ilmu pengetahuan murid dapat diperkembangkan dan dipertingkat kepada tahap yang lebih tinggi.

D. Teori Discovery Learning Jerome Bruner

1. Pengertian Discovery Learing

(24)

Jonson membedakan bahwa inti dari Discovery Learning yaitu usaha untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang lebih dalam dari pada Inguiry.

Pengertian discovery learning menurut Jerome Bruner adalah metode belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman.

Dan yang menjadi dasar ide J. Bruner ialah pendapat dari piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif didalam belajar di kelas. Untuk itu burner memakai cara dengan apa yang disebutnya discovery learning, yaitu dimana murid mengorganisasikan bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir.

2. Jurme Bruner dengan Teori Doscovery Learningnya

Dalam psikologi kognitif peserta didik merupakan prosesor informasi yang aktif yang mana proses informasi tersebut merupakan kebutuhan untuk menyederhanakan dan merasionalisasikan proses perolehan pengetahuan dari lingkungan karena keterbatasan peran guru dalam kegiatan belajar mengajar, disamping itu peserta didik tidak diberikan materi secara langsung akan tetapi mereka mengorganisasikan sendiri.

Jerume dalam mengembangkan konsep kognitif muncul dari pemahaman bahwa proses belajar adalah adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku individu, maka perkembangan kognitif individu terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh bagaimana cara melihat lingkungan. Tahap-tahap tersebut meliputi Enactive, Iconic, dan Symbolic.

a. Tahap Enactive yaitu individu melakukan aktifitas-aktifitas dalam memahami lingkungan sekitar, yang mana dalam memahami lingkungan sekitar dengan pengetahuan motorik.

b. Tahap Iconic yaitu individu memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar dan visualisasi verbal. Yang mana dalam memahami dunia sekitarnya dengan peruumpamaan dan perbandingan.

(25)

logika. Dalam tahap ini individu memahami lingkungan sekitar dengan mengunakan simbol.

Menurut Jerume Bruner, perkembangan kognitif individu dapat ditingkatkan melalui penyusunan materi pelajaran dan mempresentasikannya sesuai dengan tahap perkembangan individu tersebut. Penyusunan materi pelajaran dan penyajiannya dapat dimulai dari materi secara secara umum kemudian secara berkala kembali mengajarkan materi yang sama secara terperinci.

Dalam teori initer dapat beberapa tindakan antara lain:

a. Adanya suatu kenaikan didalam potensi intelektual. b. Ganjaran intrinsic lebih ditekankan daripada ekstrinsik.

c. Murid yang mempelajari bagaimana menemukan berarti murid itu menguasai metode ini.

d. Murid lebih senang mengingat-ingat informasi. E. Teori Belajar Robert M. Gagne

1. Peristiwa-persitiwa Belajar menurut Robert M. Gagne

Pembelajaran menurut Gagne adalah seperangkat proses yang bersifat internal bagi setiap individu sebagai hasil transformasi rangsangan yang berasal dari persitiwa eksternal di lingkungan individu yang bersangkutan (kondisi). Agar kondisi eksternal itu lebih bermakna sebaiknya diorganisasikan dalam urutan persitiwa pembelajaran (metode atau perlakuan). Selain itu, dalam usaha mengatur kondisi eksternal diperlukan berbagai rangsangan yang dapat diterima oleh panca indra, yang dikenal dengan nama media dan sumber belajar.

(26)

merupakan prasyarat, menyampaikan materi pembelajaran, memebrikan bimbingan atau pedoman untuk belajar, membangkitkan timbulnya unjuk kerja peserta didik, memberikan umpan balik tentang kebenaran pelaksanaan tugas, mengukur/evaluasi belajar, dan memperkuat referensi dan transfer belajar.

Suciati dan Irawan menjelaskan sembilan peristiwa pembelajaran Gagne dalam bentuk bagan sebagai berikut :

No Peristiwa Pembelajaran Penjelasan pembelajaran. Guru perlu menimbulkan minat dan digunakan sebagai indikator penguasaan pengetahuan atau keterampilan merupakan kombinasi dari konsep, prinsip atau informasi

(27)

bagian penting, baik secara

Biimbingan diberikan melalui pertanyaan-pertanyaan yang membiimbing proses/alur pikir peserta didik. Perlu diperhatikan tugas. Perlu diperhatikan validitas dan reliabilitas tes yang diberikan dari hasil observasi guru

9

Memperkuat referensi dan transfer belajar

(28)

yang mengandung resiko

Menurut Gagne, belajar memberi kontribusi terhadap adaptasi yang diperlukan untuk mengembangkan proses yang logis, sehingga perkembangan perilaku (behaviour) adalah hasil dari efek belajar yang kumulatif serta tidak dapat didefinisikan dengan mudah karena belajar bersifat kompleks.

2. Kemampuan Belajar menurut Robert M. Gagne

Gagne mengkajji masalah belajar yang kompleks dan menyimpulkan bahwa informasi dasar atau keterampilan sederhana yang dipelajari mempengaruhi terjadinya belajar yang lebih rumit. Menurut Gagne ada lima kategori kemampuan belajar, yaitu :

a. keterampilan intelektual atau kemmepuan seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungannya masing-masing dengan penggunaan lambang. Kemampuan ini meliputi:

1) asosiasi dan mata rantai (menghubungkan suatu lambang dengan suatu fakta)

2) diskriminasi (membedakan suatu lambang dengan lambang lain) 3) konsep (mendefinisikan suatu pengertian atau prosedur)

4) kaidah (mengkombinasikan beberapa konsep dengan suatu cara)

5) kaidah lebih tinggi (menggunakan beberapa kaidah dalam memecahkan suatu masalah)

b. strategi/siasat kognitif yaitu keterampilan peserta didik untuk mengatur proses internal perhatian, belajar, ingatan dan pikiran

c. informasi verbal, yaitu kemampuan untuk mengenal dan menyimpan nama atau istilah, fakta, dan serangkaian fakta yang merupakan kumpulan pengetahuan

d. keterampilan motorik, yaitu keterampilan mengorganisasikan gerakan sehingga terbentuk keutuhan gerakan yang mulus, teratur, dan tepat waktu e. sikap, yaitu keadaan dalam diri peserta didik yang mempengaruhi (bertindak

(29)

Untuk mempermudah pembahasan kelima kemampuan belajar ini disajikan dalam tabel sebagai berikut :

No Jenis hasil

(30)

Gagne juga menyatakan bahwa untuk dapat memperoleh dan menguasai kelima kategori kemampuan belajar tersebut di atas, ada sejumlah kondisi yang perlu diperhatikan oleh pendidik. Ada kondisi belajar internal yang timbul dari memori peserta didik sebagai hasil belajar sebelumnya, dan ada sejumlah kondisi eksternal ditinjau dari peserta didik. Kondisi eksternal ini bila diatur dan dikelola dengan baik merupakan usaha untuk membelajarkan, misalnya pemanfaatan atau penggunaan berbagai media dan sumber belajar.

Berdasarkan kondisi internal dan eksternal tersebut, Gagne menjelaskan bagaimana proses belajar itu terjadi. Model proses belajar yang dikembangkan oleh Gagne didasarkan pada teori pemrosesan informasi , yaitu sebagai berikut:

a. Rangsangan yang diterima panca indera akan disalurkan ke pusat syaraf dan dikenal sebagai informasi.

b. Informasi dipilih secara selektif, ada yang dibunag, ada yang disimpan dalam memori jangka pendek, dan ada yang disimpan dalam memori jangka panjang.

c. Memori-memori ini tercampur dengan memori yang telah ada sebelumnya, dan dapat diungkap kembali setelah dilakukan pengolahan.

Didasarkan atas teori pemrosesan infromasi tersebut, Gane mengemukakan bahwa suati tindakan belajar meliputi delapan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distrukturkan oleh siswa dan guru, dan setiap fase ini dipasangkan dengan suatu proses internal yang terjadi dalam pikiran siswa.

3. Tipe-tipe Belajar menurut Robert M. Gagne

(31)

selanjutnya. Selanjutnya Gagne menambahkan bahwa empat tipe belajar pertama (nomor 1 s/d 4) kurang relevan untuk belajar di sekolah, sedangkan empat tipe kedua (nomor 5 s/d 8) lebih menonjolkan pada belajar kognitif yang memang ditonjolkan di sekolah. Untuk lebih jelasnya, kedelapan tipe belajar ini disajikan dalam tabel berikut:

N

o Tipe Belajar Hasil Belajar Contoh Prestasi

(32)

pemecahan masalah mencemarkan lingkungan hidup

Dengan demikian, ada beberapa prinsip pembelajaran dari teori gagne, yaitu antara lain berkaitan dengan:

a. perhatian dan motivasi belajar peserta didik,

b. keaktifan belajar dan keterlibatan langsung/pengalaman dalam belajar, c. pengulangan belajar,

d. tantangan semangat belajar,

e. pemberian umpan balik dan penguatan belajar, f. adanya perbedaan individual dalam perilaku belajar.

Referensi

Dokumen terkait

• Bila itu tercipta maka kehidupan sosial akan tertata dengan baik, bila tidak maka manusia akan terjebak pada hukum alam (Yang Kuat.. Itulah yang Menang) HOMO HOMINI LUPUS (Manusia

Menurut ekonom Bank Permata, Josua Pardede, setelah BI menaikkan tingkat suku bunga sebanyak 50 bps pada bulan lalu, volatilitas Rupiah berangsur-angsur mulai mereda.. Tidak

dipublikasikan: Isi dan bukW kinerja Buku/tahun 1)Jurnal internasional bereputasi (terindeks pada data base internasional bereputasi dan berfaktor dampak) II.A.1.b.1.1

Dalam prakteknya, implementasi ISO 50001:2011 di perusahaan akan lebih efektif dengan mengintegrasikannya dengan sistem manajemen yang telah diterapkan

CORE lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran biasa ditinjau dari: (a). keseluruhan siswa; dan (b) pengetahuan awal matematis (tinggi, sedang,

Tabel 3.15 Daya Pembeda Butir Soal Posttest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ……….... Tabel 3.17 Indeks Kesukaran Butir Soal Posttest

Beberapa penambahan perbaikan dalam fasilitas restorasi tentunya akan semakin meningkatkan kenyamanan berkendara pada perjalanan kereta api, beberapa perbaikan

EFEKTIVITAS PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu