• Tidak ada hasil yang ditemukan

Paper Pancasila makalah amandemen UUD 19

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Paper Pancasila makalah amandemen UUD 19"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

AMANDEMEN UNDANG-UNDANG DASAR 1945

Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dalam perkuliahan Pendidikan

Pancasila

Pengampu: I Gusti Bagus Wirya Agung, S.Psi., MBA

Disusun Oleh :

Nama : Husnul Hatimah

NIM : 1308205019

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan kehendaknya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Amandemen Undang-undang Dasar 1945.

Tugas makalah ini dikerjakan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila yang dibina oleh Bapak I Gusti Bagus Wirya Agung, S.Psi., MBA.

Terselesaikannya tugas makalah ini telah melibatkan berbagai pihak. Untuk dukungan yang telah diberikan, penulis patut menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak I Gusti Bagus Wirya Agung, S.Psi., MBA selaku dosen mata kuliah Pendidikan Pancasila yang telah membimbing selama proses pembelajaran.

2. Teman-teman jurusan Fisika dan Biologi yang telah berpatisipasi dalam proses pembelajaran.

3. Semua pihak yang secara langsung atau pun tidak lansung mendukung terselesaikannya makalah ini.

Akhir kata semoga makalah tentang Amandemen Undang-undang Dasar 1945 ini dapat memberikan gambaran tentang bagaimana Amandemen terhadap Undang-Undang Dasar 1945 dan akibatnya bagi bangsa indonesia. Selain itu, penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi penulis sendiri dan juga mahasiswa Universitas Udayana, khususnya mahasiswa Fakultas MIPA.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar makalah ini jauh lebih baik, penulis sadar bahwa kesempurnaan hanya milik Tuhan yang Maha Esa.

(3)

COVER ……… i

KATA PENGANTAR ………. ii

DAFTAR ISI ..……….………… iii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

1.1 Latar Belakanng ………... 1

1.2 Rumusan Masalah ……… 2

1.3 Tujuan …………...………... 2

1.4 Batasan Permasalahan ……….. 2

BAB II PEMBAHASAN ……...……… 3

2.1 Landasan Teoritis Persoalan ..……….……… 3

2.1.1 Tujuan Amandemen UUD 1945 ……… 4

2.1.2 Dampak Amandemen UUD 1945 ………...……..……… 5

2.2 Analisa tiga artikel ……….……… ………….... 10

2.2.1 Artikel Pertama ……… …… 10

2.2.2 Artikel Kedua ……….……….. 11

2.2.3 Artikel ketiga ……… 12

BAB III KESIMPULAN ……….… 14

3.1 Simpulan ……….…… . 14

3.2 Saran ……….……….. 14

DAFTAR PUSTAKA ………...………. 15

(4)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau disingkat UUD 1945 atau UUD '45, adalah hukum dasar tertulis (basic law), konstitusipemerintahan negara Republik Indonesia saat ini. UUD 1945

disahkan sebagai undang-undang dasar negara oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Sejak tanggal 27 Desember 1949, di Indonesia berlaku Konstitusi RIS, dan sejak tanggal 17 Agustus 1950 di Indonesia berlaku UUDS 1950. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 kembali memberlakukan UUD 1945, dengan dikukuhkan secara aklamasi oleh DPR pada tanggal 22 Juli 1959.

Pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen), yang mengubah susunan lembaga-lembaga dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia.

Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen) yang ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR:

§ Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 → Perubahan Pertama UUD 1945

§ Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 → Perubahan Kedua UUD 1945

§ Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 → Perubahan Ketiga UUD 1945

§ Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 → Perubahan Keempat UUD 1945

Sebelum dilakukan Perubahan, UUD 1945 terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh (16 bab, 37 pasal, 65 ayat (16 ayat berasal dari 16 pasal yang hanya terdiri dari 1 ayat dan 49 ayat berasal dari 21 pasal yang terdiri dari 2 ayat atau lebih), 4 pasal Aturan Peralihan, dan 2 ayat Aturan Tambahan), serta Penjelasan.

(5)

Indonesia Tahun 1945 Dalam Satu Naskah, sebagai Naskah Perbantuan dan Kompilasi Tanpa Ada Opini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah amandemen UUD 1945 di Indonesia ? 2. Bagaimana mekanisme dan tata cara perubahan UUD 1945 ?

3. Bagaiman kedudukan lembaga-lembaga negara pasca amandemen ? 4. Apa tujuan dari amandemen UUD 1945 ?

5. Apa saja dampak positif dan negatif dari amandemen UUD 1945 ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui dan memahami tujuan amandemen UUD 1945. 2. Mengetahui dan memahami dampak amandemen UUD 1945.

3. Memberikan sedikit wawasan kepada para pembaca mengenai amandemen UUD 1945.

4. Mengetahui hasil amandemen terbaru UUD 1945. 5. Memenuhi tugas mata kuliah pendidikan pancasila.

1.4 Batasan Permasalahan

Proses amandemen UUD 1945 sangat panjang dan banyak hal yang melatarbelakanginya, begitu juga dengan hasil perubahan nya. Dalam tulisan makalah ini hanya dibatasi pada dua hal saja yang akan dibahas, yaitu:

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teoritis Persoalan

Secara estimologis, amandemen berasal dari Bahasa Inggris: to amend diartikan sebagai to make better, to remove the faults. Selanjutnya amandement diartikan sebagai a change for the better; a correction of error, faults etc.Dalam istilah pengertian ketatanegaraan (US Convention) amendment adalah an addition to, or a change of a constitution or an organic act which is a pendent to the document rather than intercalated in the text (Smith and Zurcher 1966:14). Menurut Sujatmiko, amandemen yang pokok itu tidak serampangan dan merupakan hal yang serius. Konstitusi itu merupakan aturan tertinggi bernegara. Beliau berpendapat bahwakonstitusi di negara kita belum sepenuhnya sempurna. Jika ingin menyempurnakan konstitusisatu-satunya pilihan ialah amandemen.

Dari beberapa referensi di atas amandemen haruslah difahami sebagai penambahan, atau perubahan pada sebuah konstitusi yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari naskah aslinya dan diletakkan pada dokumen yang bersangkutan. Pemahaman lebih lanjut adalah amandemen bukan sekedar menyisipkan kata-kata atau perihal baru dalam teks. Di sisi lain, amandemen bukan pula penggantian. Mengganti berarti melakukan perubahan total dengan merumuskan konstitusi baru mencakup hal-hal mendasar seperti mengganti bentuk negara, dasar negara, maupun bentuk pemerintahan.

(7)

2.1.1 Tujuan Amandemen UUD 1945

Tujuan amandemen UUD 1945 menurut Husnie Thamrien, wakil ketua MPR dari F-PP, adalah:

1. Untuk menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan negara agar dapat lebih mantap dalam mencapai tujuan nasional serta menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan pelaksanaan kekuatan rakyat.

2. Memperluas partisipasi rakyat agar sesuai dengan perkembangan paham demokrasi. 3. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan hak agar sesuai

dengan perkembangan HAM dan peradaban umat manusia yang menjadi syarat negara hukum.

4. Menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan negara secara demokratis dan modern melalui pembagian kekuasan secara tegas sistem check and balances yang lebih ketat dan transparan dan pembentukan lembaga-lembaga negara yang baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan tantangan jaman. 5. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan konstitusional dan kewajiban

negara mewujudkan kesejahteraan sosial mencerdaskan kehidupan bangsa, menegakkan etika dan moral serta solidaritas dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan dalam perjuangan mewujudkan negara kesejahteraan.

6. Melengkapi aturan dasar dalam penyelenggaraan negara yang sangat penting bagi eksistensi negara dan perjuangan negara mewujudkan demokrasi.

(8)

2.1.2 Dampak Positif dan Negatif Amandemen UUD 1945

Dampak dari amandemen UUD 1945 pada intinya adalah terjadinya perubahan kekuasaan pada lembaga-lembaga negara dan perubahan mengenai pengakuan HAM, berikut ini akan di uraikan mengenai perubahan-perubahan tersebut.

1. Perubahan Kekuasaan Legislatif

Amandemen UUD 1945 yang menyangkut lembaga MPR (Pasal 1 ayat [2], Pasal 2 ayat[1], Pasal 3 ayat [1 – 3]), maka ada lima perubahan mendasar berkenaan dengan keparlemen yaitu:

a. Susunan anggota MPR berubah secara struktural karena dihapuskannya keberadaan utusan golongan yang mencerminkan prinsip perwakilan fungsional dari unsur keanggotaan MPR.

b. Bersamaan dengan perubahan yang bersifat struktural tersebut, fungsi MPR juga mengalami perubahan mendasar. Majelis ini tidak lagi berfungsi sebagai supreme body yang memiliki kewenangan tertinggi dan tanpa kontrol dan karena itu kewenangannya pun mengalami perubahan mendasar.

c. Diadopsinya prinsip pemisahan kekuasaan secara tegas antara fungsi legislatif dan eksekutif dalam perubahan UUD 1945 tidak lagi menganut sistem MPR berdasarkan prinsip supremasi parlemen dan sistem pembagian kekuasaan oleh lembaga tertinggi MPR ke lembaga-lembaga negara dibawahnya.

d. Dengan diadopsinya prinsip pemilihan presiden dan wakil presiden dalam satu paket secara langsung dalam Pasal 6A ayat (1) perubahan ketiga UUD 1945, maka konsep dan sistem pertanggungjawaban Presiden tidak lagi dilakukan oleh MPR, tetapi langsung oleh rakyat. Kedaulatan rakyat tidak lagi dipegang oleh MPR melainkan ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut undang-undang (Pasal 1 ayat 2) menggambarkan bahwa Indonesia dari sistem MPR kepada sistem kedaulatan rakyat.

e. UUD 1945 lah yang mentukan bagian-bagian mana dari kedaulatan rakyat yang diserahkan pelaksanaannya kepada badan/lembaga yang keberadaan, wewenang, tugas dan fungsinya ditentukan oleh UUD 1945 itu serta bagian

mana yang langsung dilaksanakan oleh rakyat, artinya tidak diserahkan

(9)

Berdasarkan uraian tersebut, maka secara teoritis berarti terjadi perubahan fundamentaldalam sistem ketatanegaraan Indonesia, yaitu sistem yang vertical hierarkis dengan prinsip supremasi MPR menjadi

Horizontal fungsional dengan prinsip saling mengimbangi dan saling mengawasi antar lembaga negara (cheks and balance). Perubahan Pasal-pasal UUD 1945 yang terkait dengan DPR yang salah satu Pasalnya memindahkan titik berat kekuasaan legislasi nasional yang semula berada ditangan Presiden (Pasal 5) beralih ke tangan DPR (Pasal 20 ayat1-5).

Pergeseran kewenangan ini merupakan langkah konstitusional untuk meletakkan secara tepat fungsi-fungsi lembaga negara sesuai dengan bidangnya masing-masing, yakni DPR sebagai lembaga pembentuk undang-undang (lekuasaan legislative) dan Presiden sebagai lembaga pelaksana undang - undang (kekuasaan eksekutif). Perubahan ini dimaksudkan untuk memberdayakan DPR dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga perwakilan yang dipiliholeh rakyat untuk memperjuangkan aspirasi dan kepentingannya bukan lagi sebagai hanya “tukang stempel”.

Perubahan lain yang terkait dengan fungsi dan hak lembaga DPR serta hak anggota DPR dimaksudkan untuk menjadikan DPR berfungsi secara optimal sebagai lembaga perwakilan rakyat sekaligus memperkokoh pelaksanaan checks and balance oleh DPR. Namun, sejumlah ahli hukum tata Negara menilai bahwa perubahan ini justru telah menggeser executif heavy ke arah legislative heavy sehingga terkesan bukan keseimbangan yang dituju melalui perubahan UUD 1945, tetapi DPR ingin memusatkan kekuasaan di tangannya.

2. Perubahan kekuasaan Eksekutif

(10)

Perubahan Pasal 14 yang berkenaan Presiden dalam memberi grasi dan rehabilitasi dengan mempertimbangkan Makamah Agung dan dalam pemberian amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR. Alasan Presiden harus memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung dalam pemberian grasi dan rehabilitasi, karena:

a. Grasi dan rehabilitasi adalah proses yudisial dan biasanya diberikan kepada orang sudah mengalami proses, sedang amnesty dan abolisi lebih bersifat proses politik.

b. Grasi dan rehabilitasi lebih banyak bersifat perseorangan, sedang amnesty dan abolisi biasanya bersifat massal.

Perubahan Pasal 13 dan 14 tersebut sebagai pengurangan atas kekuasaan Presiden yang selama ini dipandang sebagai hak priogratif. Perubahan yang menyangkut mekanisme pemilihanPresiden dan Wakil Presiden (Pasal 6A ayat 1,2,3 dan 4) dimaksudkan agar rakyat dapat berpartisipasi secara langsung menentukan pilihannya sehingga tidak terulang lagi kekecewaan yang pernah terjadi pada pemilu 1999.

Presiden dan Wakil presiden dapat memiliki otoritas dan legitimasi yang kuat karena dipilih langsung oleh rakyat dan rakyat tidak mudah menjatuhkan Presiden. Presiden bisa diberhentikan, jika melakukan pelanggaran hukum seperti pengkhianatan negara, korupsi dan tindak pidana yang berat lainnya. Proses pemberhentiannya melibatkan DPR, Mahkamah Konstitusi dan finalnya pada sidang MPR.

Mencermati perubahan terhadap Pasal-Pasal UUD 1945 yang menyangkut kekuasaan eksekutif selalu diimbangi oleh kekuasaanDPR bahkan DPR lebih mendominasi dan lebih kuat kedudukannya sehingga Presiden dalam salah satu Pasalnya tidak bisa menjatuhkan atau membubarkan DPR. Nampak dalam perubahan pasal kekuasaan eksekutif diarahkan untuk menempatkan kedudukan antar lembaga negara sederajat sehingga tidak dapat saling menjatuhkan atau membubarkan.

3. Perubahan kekuasaan Yudikatif

(11)
(12)

kehakiman Indonesia dimaksudkan agar warga masyarakat di luar struktur resmi lembaga parlemen dapat dilibatkan dalam proses pengangkatan, penilaian kinerja dan kemungkinan pemberhentian hakim atau boleh dikatakan keberadaan Komisi Yudisial ini sebagai pengontrol atau pengawasan terhadaphakim, disamping berfungsi untuk merekrut hakim agung.

4. Perubahan Hak Asasi Manusia

Intisari dari perubahan UUD 1945 (Pasal 28A– 28I) yang berkenaan dengan hak asasi manusia adalah untuk mempertegas identitas negara Indonesia sebagai negara hukum, yang salah satu unsur terpentingnya adalah adanya pengakuan dan jaminan perlindungan hak-hak asasi manusia. Perlindungan, pemajuan, penegakkan, dan pemenuhan hak asasi manusia tersebut adalah menjadi tanggung jawab negara terutama pemerintah yang diatur, dituangkan dalam peraturan perundang-undangan(Konstitusi). Dengan adanya Undang-Undang Dasar (konstitusi) yang mengatur HAM akan memberikan jaminan konstitusional terhadap asas kebebasan dan persamaan. Hal ini, akan mendukung dan memperkuat pada perubahan UUD 1945 yang menyangkut kekuasaan legislative, eksekutif dan Yudikatif yang pada prinsipnya mempertegasadanya pembagian kekuasaan, dalam rangka untuk menghindari penumpukkan kekuasaan dalam satu tangan yang sangat cenderung terjadinya penyalahgunaan kekuasaan, yang akhirnya berakibat pada pemerkosaan terhadap asas kebebasan dan persamaan yang menjadi ciri khas dari negara demokrasi.

Bertitik tolak dari perubahan-perubahan UUD 1945 baik yang menyangkut kekuasaan Legislative, kekuasaan Eksekutif, kekuasaan Yudikatif maupun hak asasi manusia tersebut diatas maka dalam amandemen UUD 1945 Negara Indonesia yang dilakukan di era reformasi secara makro walaupun banyak kritikan dari kalangan ahli tata negara, tetapi paling tidak (untuk tidak mengatakan “jauh dari sempurna”) hasil amandemen UUD 1945 terjadi perubahan paradigma:

(13)

b. Perubahan paradigma negara hukum dengan prinsip supremasi hukum yang adil dan responsif menggantikan paradigma negara kekuasaan dengan typology hukumnya yang represif.

c. Perubahan paradigma pembatasan kekuasaan sebagai cermin konstitusionalisme dengan prinsip chek and balances untuk menggantikan paradigma sentralisasi kekuasaan/otoritarian.

d. Perubahan paradigma konstitusi yang berbasis hak asasi manusia (HAM) sebagai perwujudan kontrak sosial menggantikan paradigma bahwa hak-hak rakyat atau warga negara adalah merupakan pemberian negara atau penguasa negara.

2.2 Analisa tiga artikel yang terkait pokok bahasan memakai teori yang ada.

2.2.1 Artikel Pertama : Amandemen UUD 1945 Harus Melalui Referendum !

Dalam artikel ini membahas mengenai dampak negatif dari amandemen UUD 1945 sehingga perlu di referendum.Dalam kurun waktu tiga tahun UUD 1945 telah mengalami 4 kali amandemen. Sekonyong-konyong perubahan itu membongkar pula beberapa landasan dasar mengenai sistim politik dan ekonomi Indonesia. Amandemen itu juga merombak batang tubuh dan menghapus penjelasan UUD 1945.

Sejalan dengan proses amandemen itu, sistem politik Indonesia pun semakin mengarah pada model demokrasi liberal. Gedung parlemen kita hari ini dipenuhi dengan riuh-gaduh perdebatan anggota parlemen. Akan tetapi, hampir semua perdebatan itu tidak pernah berkaitan dengan persoalan rakyat.

(14)

merubah kehidupan rakyat Indonesia yang masih banyak membutuhkan bantuan. Banyak pasal yang diubah dalam amandemen UUD 1945 salah satunya pasal 33. Pasal 33 UUD 1945 hasil amandemen dibuat permisif terhadap kepemilikan swasta dan dominasi modal asing. Padahal, filosofi pasal 33 UUD 1945 sangatlah memerangi liberalisme dan anti-kapitalisme. Seakan-akan amandemen UUD 1945 ini hanya untuk kepentingan imperialisme.

Dalam artikel tersebut pun menyebutkan bahwa gedung parlemen kita hari ini dipenuhi dengan riuh-gaduh perdebatan anggota parlemen. Akan tetapi, hampir semua perdebatan itu tidak pernah berkaitan dengan persoalan rakyat. Hal ini sama saja mengulang kembali peristiwa Dekrit Presiden 5 Juli 1959, perdebatan yang tidak ada hasilnya bahkan hanya memperdebatkan peraturan yang baru bukan kehidupan rakyat. Selain itu, sejak dihapusnya Ketetapan MPR nomor IV/MPR/1983 yang mengatakan bahwa “bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus minta pendapat rakyat melalui referendum” pada tahun 1998, amandemen UUD 1945 tidak memerlukan lagi persetujuan dari rakyat sebagai pemilik kedaulatan. Selain itu hal ini pun telah melenceng dari tujuan awal amandemen UUD 1945 yang rata-rata bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan bangsa dan negara. Namun, pada kenyataannya dari amandemen UUD 1945 keempat yaitu tahun 2002 sampai tahun 2014 ini, kehidupan rakyat Indonesia tidak terlalu mengalami kemajuan bahkan korupsi, kolusi dan nepotisme di Indonesia semakin marajalela.

2.2.2 Artikel kedua : Amandemen UUD 1945 Disosialisasikan

(15)

Selain itu, dalam perubahannya nanti isi undang-undang tersebut akan mempertegas sistem presidensial, di mana kekuasaan eksekutif dipilih melalui pemilu dan terpisah dengan kekuasaan legislatif. Meski demikian, ia tak menampik pro-kontra pasti, sehingga masukan dari masyarakat akan sangat membantu, serta mendukung sosialisasi amandemen UUD 1945. Ucap bapak Hidayat dalam artikel tersebut.

Amandemen UUD 1945 memang telah banyak membawa perubahan pada negara ini, salah satunya mengenai kekuasaan eksekutif dan legislatif (sesuai yang telah dijelaskan pada landasan teoritis persoalan). Dalam hal ini tidak mengherankan bila amandemen UUD 1945 menghasilkan dampak positif dan negatif di waktu yang bersamaan.

2.2.3 Artikel ketiga : Amandemen UUD 1945 Harus Dikaji Ulang

Dalam artikel ini membahas mengenai amandemen UUD 1945 yang harus dikaji kembali karena menurut beberapa sumber amandemen UUD 1945 telah berdampak pada kekacauan di bidang tata negara dan melahirkan produk turunan berupa undang-undang yang eksesif selain itu ketidakjelasan sistem pemerintahan saat ini, presidensial namun berbau parlementer adalah akibat amandemen UUD 1945 yang dinilai parsial.

Menurut beberapa narasumber penyebab awal terjadinya penyimpangan terhadap amandemen UUD 1945 ini karena dicabutnya Ketetapan MPR nomor IV/MPR/1983 mengenai referendum.

Ketetapan MPR nomor IV/MPR/1983 yang mengatakan bahwa “bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus minta pendapat rakyat melalui referendum” ketetapan ini dihapus pada tahun 1998, setahun sebelum amandemen UUD 1945 yang pertama. Dalam hal ini tentu saja timbul kejanggalan karena bagaimana pun rakyat memiliki peran yang sangat vital dalam hal ini karena rakyak adalah pemegang tertinggi demokrasi di negara ini, sesuai dengan kalimat dari rakyat,oleh rakyat dan untuk rakyat. Namun kenyataannya hal ini sama sekali tidak dilakukan padahal hal ini jelas telah melanggar tujuan dari amandemen UUD 1945.

(16)

liberal dibanding Amerika Serikat sekalipun dan keberadaan konstitusi yang terlalu bernafaskan neoliberalisme tidak boleh didiamkan.

Pengaplikasian Amandemen UUD 1945 sama sekali tidak sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia. Bila seperti ini terus, bangsa Indonesia belum dapat dikatakan sudah reformasi karena pada kenyataannya bangsa Indonesia malah mengalami deformasi.

(17)

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Simpulan

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:

a. Tujuan dari amandemen UUD 1945 ialah untuk menyempurnakan UUD yang sudah ada agar tetap sesuai dengan perkembangan zaman. Adapun amandemen yang dilakukan bertujuan untuk membawa bangsa ini menuju perubahan yang lebih baik di berbagai bidang dengan senantiasa selalu memperhatikan kepentingan rakyat.

b. Dampak dari amandemen UUD 1945 adalah terjadinya perubahan kekuasaan dari lembaga - lembaga negara, perubahan tersebut antara lain adalah:

1. MPR bukan lagi lembaga tertinggi negara tetapi menjadi lembaga tinggi negara. 2. Semua lembaga negara (MPR, DPR, Pemerintah, MK dan KY) kini kedudukannya

menjadi sederajat yaitu lembaga tinggi negara.

3. Masa jabatan presiden dibatasi menjadi 2 periode saja. Dampak lainya dari amandemen UUD 1945 adalah lebih ditegakkan dan diakuinya HAM.

c. Banyak anggapan bahwa amandemen UUD 1945 telah melenceng dan lebih kearah model demokrasi liberal dan sistem pemerintahan semakin kearah parlementer.

d. Rakyat tidak diikutsertakan dalam amandemen UUD 1945 dari yang pertama sampai yang keempat.

3.2 Saran

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Harun, 2008, Amandemen UUD 1945 Dalam Pandangan Hukum Islam,Universitas Muhammadiyah Malang.

Ash-Shiddiqie, Jimly, 2004, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta; FH-UI.

Dahlan, Thoib, 2011,Ketatanegaraan Indonesia pasca Amandemen UUD 1945, Jakarta; pintuonline.

http://www.berdikarionline.com/editorial/20111109/amandemen-uud-1945-harus-melalui-referendum.html (Diakses tanggal 07 Januari 2014)

http://news.liputan6.com/read/347566/amandemen-uud-1945-disosialisasikan

(Diakses tanggal 07 Januari 2014)

http://www.antaranews.com/print/177387/ (Diakses tanggal 07 Januari 2014)

http://www.scribd.com/doc/93213915/Amandemen-UUD1945-makalah

(19)

LAMPIRAN

1. Artikel pertama:

Amandemen UUD 1945 Harus Melalui Referendum!

Rabu, 9 November 2011 | 1:03 WIB

Hanya dalam kurun waktu tiga tahun, Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 sudah mengalami empat kali perubahan (amandemen). Sekonyong-konyong perubahan itu membongkar pula beberapa landasan dasar mengenai sistim politik dan ekonomi Indonesia. Amandemen itu juga merombak batang tubuh dan menghapus penjelasan UUD 1945. Sejalan dengan proses amandemen itu, sistem politik Indonesia pun semakin mengarah pada model demokrasi liberal. Gedung parlemen itu kita hari dipenuhi dengan riuh-gaduh perdebatan anggota parlemen. Akan tetapi, hampir semua perdebatan itu tidak pernah berkaitan dengan persoalan rakyat.

Di bidang ekonomi, amandemen UUD 1945 telah membuka jalan untuk membongkar filisofi mendasar pasal 33 UUD 1945 yang mengatur sistim ekonomi Indonesia. Pasal 33 UUD 1945 hasil amandemen dibuat permisif terhadap kepemilikan swasta dan dominasi modal asing. Padahal, filosofi pasal 33 UUD 1945 sangatlah memerangi liberalisme dan anti-kapitalisme. Boleh dikatakan, empat kali amandemen UUD 1945 merupakan bagian dari proyek mengubah desain sistem ekonomi dan politik Indonesia, agar sejalan dengan tuntutan dan kepentingan imperialisme. Tidak salah kemudian jika Gus Dur, mantan Presiden RI, menyatakan penolakan keras terhadap UUD hasil perubahan. “perubahan UUD itu telah diselundupkan oleh lembaga-lembaga asing melalui para anggota MPR yang waktu itu dipimpin oleh Prof. Dr. Amin Rais,” kata almarhum Gus Dur.

(20)

mendapatkan kewenangan atas lembaganya, anggota DPD seperti ngotot memaksakan amandemen terhadap UUD 1945 tanpa konsultasi dengan rakyat. Bung Karno memang mengatakan, “UUD ini bersifat sementara dan nanti kalau kita bernegara didalam suasana yang lebih tenteram, kita tentu akan mengumpulkan kembali Majelis Permusyawaratan Rakyat yang dapat membuat UUD yang lebih lengkap dan lebih sempurna.” Sekalipun begitu, bukan berarti bahwa amandemen terhadap UUD 1945 bisa dilakukan dengan serampangan dan seenaknya. Setiap proses amandemen mesti dikonsultasikan dengan rakyat Indonesia melalui referendum. Referendum itu tidak hanya menanyakan apakah rakyat setuju atau tidak terhadap amandemen, tetapi sampai pada memperdebatkan usulan perubahan.

(21)

2. Artikel kedua:

Amandemen UUD 1945 Disosialisasikan UUD 1945 |

Oleh Syaiful Halim Posted: 06/08/2011 17:51

Liputan6.com, Klaten: Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) Hidayat Nur Wahid mulai menyosialisasikan amandemen Undang-undang Dasar 1945. "Sosialisasi mengenai perubahan UUD 1945 dimaksudkan untuk memberi kejelasan kepada masyarakat mengenai pentingnya amandemen, sekaligus menyerap masukan dari mereka," katanya di Universitas Widya Dharma Klaten, Jawa Tengah, Sabtu (6/8). Mantan Ketua MPR RI itu menyampaikan beberapa poin penting dalam rencana perubahan UUD 1945. "Sama sekali tak ada perubahan dalam bagian pembukaan, karena pada dasarnya tujuan mengamandemen adalah untuk tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," tambahnya. Selain itu, kata Hidayat, dalam perubahannya nanti isi undang-undang tersebut akan mempertegas sistem presidensial, di mana kekuasaan eksekutif dipilih melalui pemilu dan terpisah dengan kekuasaan legislatif. Meski demikian, ia tak menampik pro-kontra pasti, sehingga masukan dari masyarakat akan sangat membantu, serta mendukung sosialisasi amandemen UUD 1945. Hidayat juga menegaskan bahwa kegiatan sosialisasi amandemen UUD 1945 bukanlah sebagai bentuk doktrin atau dogma yang harus disetujui oleh masyarakat, tanpa menyerap aspirasi mereka terlebih dahulu. Selain itu, pemahaman masyarakat mengenai perubahan Undang-undang Dasar 1945 juga masih rendah, padahal mereka memiliki peran vital dalam menegakkan demokrasi di negara ini. "Misalnya saja, masyarakat bisa mengajukan perubahan undang-undang tentang kepala daerah melalui Mahkamah Konstitusi. Tetapi yang terjadi saat ini, banyak masyarakat yang tak paham akan hak mereka itu," ujar Hidayat.

(22)

3. Artikel Ketiga:

Amandemen UUD 1945 Harus Dikaji Ulang Kamis, 11 Maret 2010 20:21 WIB

Jakarta (ANTARA News) - Amandemen Undang Undang Dasar 1945 harus dikaji ulang karena telah berdampak pada kekacauan di bidang tata negara dan melahirkan produk turunan berupa undang-undang yang eksesif. Demikian dikemukakan Ketua Umum Lumbung Informasi Rakyat (LIRA) Jusuf Rizal, Ketua Umum Iluni Jakarta Ekki Agustyoso, Ketua PKB Kalibata Hermawi F Taslim, dan Ketua Tim Multi Partai untuk Pengembalian Aset Negara Bagus Satriyanto di Jakarta, Kamis. "Amandemen UUD 1945 harus dikritisi karena kebablasan, produk turunannya justru kontraproduktif bagi bangsa ini, baik di bidang ekonomi maupun politik," katanya. Hal senada dikemukakan Hermawi. Ketua Forum Komunikasi Alumni PMKRI itu menyatakan ketidakjelasan sistem pemerintahan saat ini, presidensial namun berbau parlementer, adalah akibat amandemen UUD 1945 yang dinilainya parsial. "Di bidang ekonomi lebih parah lagi. Misalnya, undang-undang investasi kita jauh lebih liberal dibanding Amerika Serikat sekalipun," katanya.

Sementara itu Ekki Agustyoso menyatakan, pihaknya sangat memahami bahwa wacana untuk mengkaji ulang amandemen UUD 1945 tidaklah populer, namun keberadaan konstitusi yang terlalu bernafaskan neoliberalisme tidak boleh didiamkan. "Sebagai insan akademis kami lebih memilih kebenaran daripada popularitas semata," katanya. Menurut mereka, biang keladi dari pelaksanaan amandemen adalah pencabutan Ketetapan MPR tentang Referendum Tahun 1983 oleh MPR pada 1998, sehingga perubahan UUD tidak memerlukan lagi persetujuan seluruh rakyat Indonesia sebagai pemilik kedaulatan.

(23)

Referensi

Dokumen terkait

Setelah memilih game di dalam tampilan Menu Pulau, pemain akan dibawa menuju tampilan dialog antara tokoh utama Arjuna dengan satu tokoh yang berasal dari

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dengan judul Faktor-faktor yang mempengaruhi duplikasi penomoran berkas rekam medis dengan menggunakan hasil uji

Wakil dari Angkutan Laut, yang ditunjuk oleh Kepala Staf Angkatan Laut, sebagai Wakil Ketua I merangkap anggota;.. Wakil dari Angkatan Darat, yang ditunjuk oleh Kepala

[r]

A. Peserta Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional 1 st UWEST Tahun 2016 adalah mahasiswa Diploma III atau Strata 1 yang masih aktif di seluruh PTN dan PTS di Indonesia.

Pernyataan pemberlakuan secara retroaktif suatu pemberlakuan perundang-undangan pidana akan menjadi permasalahan manakala pernyataan “hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum

Decision Tree C4.5 memprediksi lebih akurat dari pada k-NN, Naive Bayes dan Perhitungan biasa, dalam penilaian agunan kredit, sehingga mampu memberikan solusi bagi