• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN LANSIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN LANSIA"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN LANSIA Ny.S

DENGAN DM ( DIABETES MELITUS) DI UPT PELAYANAN

LANJUT USIA DAN ANAK BALITA DI WILAYAH BINJAI

MEDAN

D I S U S U OLEH

DEWI SARI TAMPUBOLON 13.03.20.07

AKADEMI KEPERAWATAN SARI MUTIARA

MEDAN

(2)

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang MahaEsa yang telah melimpah kan rahmat dan karunia-Nya Sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.

Dengan adanya laporan ini, di harapkan dapat membantu dalam proses pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para pembaca. Saya juga tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan doa.

Medan, 2015

Dewi Sari Tampubolon

(3)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pola hidup masyarakat yang cenderung semakin meningkat, berbagai macam penyakit semakin dikenal oleh masyarakat. Salah satu diantaranya adalah apa yang dinamakan diabetes mellitus atau yang lebih dikenal masyarakat dengan kencing manis (Rahmatsyah Lubis, 11 Juli 2006). Meningkatnya prevalensi diabetes mellitus di beberapa negara berkembang karena peningkatan kemakmuran di negara yang bersangkutan, akhir-akhir ini banyak disoroti. Peningkatan pendapatan per kapita dan perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit ganeratif, seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus dan lain-lain (Suyono, 2003: 573).Diabetes mellitus merupakan suatu keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai macam komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, yang disertai lesi pada membrane basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop electron (Mansjoer arief, 2001: 580). Penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit degeneratif yang memerlukan upaya penanganan yang tepat dan serius. Menurut data organisasi kesehatan dunia (WHO),

Indonesia menempati urutan keempat dengan jumlah penderita diabetes terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat (www.Diabetes Mellitus News.com). Dengan prevalensi 8,4 % dari total penduduk, diperkirakan pada tahun 1995 terdapat 4,5 juta pengidap diabetes mellitus dan pada tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 12,4 juta penderita. Berdasarkan data Departemen Kesehatan jumlah pasien Diabetes Mellitus rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin dan 4 % wanita hamil menderita Diabetes Mellitus Gestasional (www.depkes.go.id).

(4)

1. Mengetahui dan memahami tentang penyakit diabetes mellitus dan penatalaksanaannya

2. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes mellitus

3. Menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes mellitus

1.3. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan diabetes melitus?

2. Apa saja pengkajian kesehatan pada diabetes melitus?

3. Apa diagnosa NANDA, NOC, NIC terkait dengan diabetes melitus?

(5)

TINJAUAN TEORI

2.1. Konsep Dasar Lansia A. Pengertian Lansia

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap ahir perkembangan pada daur kehidupan manusia ( Budi Anna Keliat,1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3),(4) No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.

B. Klasifikasi Lansia

a. Pralansia

Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun b. Lansia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih c. Lansia resiko tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih / seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan ( Depkes RI, 2003) d. Lansia potensial

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang / jasa ( Depkes RI, 2003)

e. Lansia tidak potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain ( Depkes RI,2003).

C. Karakteristik Lansia

Menurut Anna Budi Keliat (1999), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut: a) Berusia lebih dari 60 tahun ( sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13

tentang kesehatan).

b) Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.

(6)

1 Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).

2 Diabetes Mellitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, dengan tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein. ( Askandar, 2000 ).

3 Diabetes Melitus adalah merupakan penyakit metabolik kronik yang terjadi akibat kurangnya produksi insulin dengan adanya kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. (Medical Surgical Nursing, Brunner and Suddarth, 1998).

4 Diabetes Melitus adalah sekumpulan penyakit genetik dan gangguan heterogen yang secara klinis ditandai dengan ketidaknormalan dalam keseimbangan kadar glukosa yaitu hiperglikemia (Lewis, 2000, hal. 1367).

5 Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Silvia. Anderson Price, 1995)

6 Diabetes melitus adalah gangguan metabolik kronik yang tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikontrol yang dikarakteristikan dengan ketidak ade kuatan penggunaan insulin (Barbara Engram; 1999, 532) 7 Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronik yang komplek yang

(7)

2.3 KLASIFIKASI DIABETES MELLITUS

a. DM Tipe I : Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)

Disebut juga Juvenile Diabetes, berkembang pada masa kanak-kanak dan sebelum usia 30 tahun. Memerlukan therapi insulin karena pankreas tidak dapat memproduksi insulin atau produksinya sangat sedikit.

b. DM Tipe II : Non Insulin Independent Diabetes Melitus (NIDDM)

Biasanya terjadi di atas usia 35 tahun ke atas. Terjadi resistensi terhadap kerja insulin normal karena interaksi insulin dengan reseptor. Insulin pada sel kurang efektif sehingga glukosa tidak dapat masuk sel dan berkurangnya produksi insulin relatif.

c. DM Gestational (Gestational Diabetes Mellitus - GDM)

Kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistan (ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia). Faktor risiko GDM: riwayat keluarga DM, kegemukan, dan glikosuria. GDM ini meningkatkan morbiditas neonatus, misalnya hipoglikemia, ikterus, polisitemia, dan makrosomia. Hal ini terjadi karena bayi dari ibu GDM mensekresi insulin lebih besar sehingga merangsang pertumbuhan bayi dan makrosomia. Frekuensi GDM kira-kira 3--5% dan para ibu tersebut meningkat risikonya untuk menjadi DM di masa mendatang.

2.4 ETIOLOGI

1. Diabetes Melitus tipe I

Diabetes Melitus tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas. Kombinasi faktor genetik, imunologi dan mungkin pula lingkungan (misalnya, infeksi virus) diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta.

a. Faktor-faktor genetik

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecendrungan genetik ke arah terjadinya Diabetes Melitus tipe I. Kecendrungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leococyte antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen trasplantasi dan proses imun lainnya.

b. Faktor-faktor imunologi

(8)

tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing (Smeltzer Suzanne C, 2001).

c. Virus dan bakteri

Virus penyebab DM adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi autoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel beta. Diabetes Melitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli kesehatan menduga bakteri cukup berperan menyebabkan DM.

d. Bahan toksik atau beracun

Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah alloxan, pyrinuron (rodentisida), dan streptozoctin (produk dari sejenis jamur). Bahan lain adalah sianida yang berasal dari singkong (Maulana Mirza, 2009).

2. Diabetes Melitus tipe II

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin

(Smeltzer Suzanne C, 2001).

Selain itu terdapat pula faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II. Menurut Hans Tandra (2008), faktor-faktor ini adalah:

a. Ras atau Etnis

Beberapa ras tertentu, seperti suku Indian di Amerika, Hispanik, dan orang Amerika di Afrika, mempunyai resiko lebih besar terkena diabetes tipe II. Kebanyakan orang dari ras-ras tersebut dulunya adalah pemburu dan petani dan biasanya kurus. Namun, sekarang makanan lebih banyak dan gerak badannya makin berkurang sehingga banyak mengalami obesitas sampai diabetes.

b. Obesitas

Lebih dari 8 diantara 10 penderita diabetes tipe II adalah mereka yang kelewat gemuk. Makin banyak jaringan lemak, jaringan tubuh dan otot akan makin resisten terhadap kerja insulin, terutama bila lemak tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul di daerah sentral atau perut (central obesity). Lemak ini akan memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah.

(9)

Makin kurang gerak badan, makin mudah seseorang terkena diabetes. Olahraga atau aktivitas fisik membantu kita untuk mengontrol berat badan. Glukosa darah dibakar menjadi energi. Sel-sel tubuh menjadi lebih sensitif terhadap insulin. Peredaran darah lebih baik. Dan resiko terjadinya diabetes tipe II akan turun sampai 50%.

d. Penyakit Lain

Beberapa penyakit tertentu dalam prosesnya cenderung diikuti dengan tingginya kadar glukosa darah. Akibatnya, seseorang juga bisa terkena diabetes. Penyakit-penyakit itu antara lain hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke, penyakit pembuluh darah perifer, atau infeksi kulit yang berlebihan.

e. Usia

Resiko terkena diabetes akan meningkat dengan bertambahnya usia, terutama di atas 40 tahun. Namun, belakangan ini, dengan makin banyaknya anak yang mengalami obesitas, angka kejadian diabetes tipe II pada anak dan remaja pun meningkat.

2.5 PATOFISIOLOGI

Ibarat suatu mesin, tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti sel yang rusak. Disamping itu tubuh juga memerlukan energi supaya sel tubuh dapat berfungsi dengan baik. Energi yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari bahan makanan yang kita makan setiap hari. Bahan makanan tersebut terdiri dari unsur karbohidrat, lemak dan protein (Suyono,1999).

Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20% sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada Diabetes Mellitus semua proses tersebut terganggu karena terdapat defisiensi insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel macet dan metabolismenya terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia.

(10)

dengan sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi.

Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia. Terlalu banyak lemak yang dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan keasaman darah meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan melalui urine dan pernapasan, akibatnya bau urine dan napas penderita berbau aseton atau bau buah-buahan. Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut koma diabetik (Price,1995). Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.

Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.

(11)

2.6 MANIFESTASI KLINIS

Menurut Sujono & Sukarmin (2008) manifestasi klinis pada penderita DM, yaitu: a) Gejala awal pada penderita DM adalah

1. Poliuria (peningkatan volume urine)

2. Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangat besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehisrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH (antidiuretic hormone) dan menimbulkan rasa haus.

3. Polifagia (peningkatan rasa lapar). Sejumlah kalori hilang kedalam air kemih, penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasi hal ini penderita seringkali merasa lapar yang luar biasa.

4. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien diabetes lama, katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.

b) Gejala lain yang muncul:

1. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentukan antibody, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus, gangguan fungsi imun dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.

2. Kelainan kulit gatal-gatal, bisul. Gatal biasanya terjadi di daerah ginjal, lipatan kulit seperti di ketiak dan dibawah payudara, biasanya akibat tumbuhnya jamur.

3. Kelainan ginekologis, keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur terutama candida.

4. Kesemutan rasa baal akibat neuropati. Regenerasi sel mengalami gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari unsur protein. Akibatnya banyak sel saraf rusak terutama bagian perifer.

5. Kelemahan tubuh

6. Penurunan energi metabolik yang dilakukan oleh sel melalui proses glikolisis tidak dapat berlangsung secara optimal.

(12)

diformulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan yang diperlukan untuk penggantian jaringan yang rusak mengalami gangguan.

8. Laki-laki dapat terjadi impotensi, ejakulasi dan dorongan seksualitas menurun karena kerusakan hormon testosteron.

9. Mata kabur karena katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan pada lensa oleh hiperglikemia.

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN DIAGNOSTIK

a. Glukosa darah

Pemeriksaan glukosa darah untuk menetapkan DM meliputi :

 glukosa darah puasa

 glukosa 2 jam post prandial (2 jam PP)

 glukosa darah sewaktu

ADA (American Diabetic Association)/WHO (World Health Organization) menetapkan kriteria menegakkan diagnosa DM adalah bila glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl, atau glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl.

Sebagai persiapan, penderita diminta puasa selama 10 jam dan tidak boleh lebih. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pagi hari karena ada efek diurnal hormon terhadap glukosa. Yang digunakan sebagai sampel biasanya serum atau plasma. Bila Whole blood yang digunakan sebagai sampel nilai kadar glukosa umumnya lebih rendah 15% dibanding glukosa plasma atau serum.

Bukan DM Belum pasti DM DM Kadar glukosa darah sewaktu

plasma vena < 110 110 – 199 200

darah kapiler < 90 90 - 199 200

Kadar glukosa darah puasa

plasma vena < 110 110 – 125 126

darah kapiler < 90 90 - 109 110 

b. HBAIC (Glucosated Haemoglobin AIC) meningkat yaitu terikatnya glukosa dengan Hb. (Normal : 3,8-8,4 mg/dl).

c. Aseton plasma ( keton ) ; Positif secara mencolok.

(13)

e. Osmolalitas serum f. Elektrolit

g. Hemoglobin Glikosilat h. Gas Darah Arteri i. Trombosit darah j. Ureum / kreatinin k. Amilase

l. Insulin

m. Resistensi insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukkan antibodi(autoantibodi).

n. Pemeriksaan fungsi tiroid o. Urin

(14)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 10 desember 2015 pada pukul 11.00 sampai dengan selesai pada pukul 12.30 WIB.

3.1.1. Pengumpulan data

1. Data biografi klien

a. Nama : Siti Aisyah b. Tanggal Lahir :

c. Pendidikan terakhir : SD d. Agama : Islam e. Status perkawinan : Menikah f. Ciri-ciri tubuh :

g. Alamat : Brandan h. Orang yang dekat dihubungi :

-i. Hubungan dengan klien :

-2. Riwayat pekerjaan

Pekerjaan saat ini : tidak bekerja. Pekerjaan sebelumnya : bekerja sebagai ibu rumah tangga.

3. Riwayat lingkungan hidup

(15)

4. Riwayat rekreasi

Klien mengaku hanya berada di wisma dan ke mesjid, hiburan yang ada di wisma Ny.S adalah televise dan memanam tanaman seperti kacang tanah,dan bunga

5. Sistem Pendukung

Di wisma tinggal bersama 4 orang lansia dan seorang pengawas yang membantu kegiatan lansia dari pukul 08.00 wib s/d 18.00 wib berada di wisma mawar.

6. Deskripsi Kekhusukan

Sebagai muslim Ny.S menjalankan shalat

7. Status kesehatan

Klien mengatakan sering pusing

8. A D L (activity daily living)

Berdasarkan indeks KATZS, pemenuhan kebutuhan ADL klien diskor dengan A karena berdasarkan pengamatan mahasiswa, klien mampu memenuhi kebutuhan makan, berpindah, ke kamar kecil dan berpakaian secara mandiri.

9. Tinjauan system

a. Keadaan umum : baik, klien tampak bersih. b. Tingkat kesadaran : CM (kompos mentis) c. Skala koma Glasgow : 15

d. Tanda-tanda vital : N: 80 x/mnt; S : 36,50C; RR: 20x/m; TD:

130/80 mmHg

e. Sistem kardiovaskuler :

(16)

2. Palpasi :tidak ada pelebaran pembuluh darah dan pembesaran jantung.

3. Perkusi : normal

4. Auskultasi : irama jantung teratur.

f. Sistem pernafasan :

1. Inspeksi : dada kanan dan kiri terlihat simetris, tidak adanya pergerakan otot dada.

2. Palpasi : tidak ada pembesaran abnormal. 3. Perkusi : suara paru sama dan seimbang. 4. Auskultasi : normal

g. Sistem integumen :

1. Inspeksi : tekstur kulit kendur dan keriput.

2. Palpasi : terdapat bengkak di jari kaki, turgor kulit jelek.

h. Sistem perkemihan

Klien mengatakan biasa buang air kecil di kamar mandi, Inkotinensia urin (-).

i. Sistem musculoskeletal

ROM klien baik/penuh, klien seimbang dalam berjalan, osteoporosis (-), kemampuan menggengam kuat, tidak ada kelainan tulang.

j. Sistem endokrin

Klien mengatakan tidak menderita kencing manis.

k. Sistem imun

Klien mengatakan tidak tahu mengenai suntik imunisasi.

(17)

Klien hanya makan makanan yang disediakan di dapur panti sosial tresna werdha binjai. Ny.S tidak minum kopi. Klien dapat menghabiskan makanan 1/2 porsi.

m. Sistem reproduksi

n. Sistem persyarafan

Keadaan status mental klien baik dengan emosi stabil. Respon klien terhadap pembicaraan (+) dengan bicara yang normal dan jelas, bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Interprestasi klien terhadap lawan bicara baik. Pandangan klien jelas. Kemampuan pendengaran baik.

10. Status kognitif/afektif/social

a. Short potable mental status questionnaire (SPMSQ) dengan kesalahan 5, fungsi intelektual sedang.

b. Mini mental state exam (MMSE) dengan skor : 25, aspek kognitif dari fungsi mental dalam keadaan baik.

c. Inventaris depresi beck, dengan skor 3 untuk keletihan.

(18)

Aplikasi NANDA, NOC DAN NIC

Monitor respon emosional klien ketika ditempatka pada suatu keadaan yang ada makanan

Monitor lingkungan tempat makanan Monitor mual dan muntah

Monitor tingkat energi, rasa tidak enak badan,kelatihan dan kelemahan Monitor masukan kalori dari bahan makanan

Manajemen Nutrisi

Aktivitas yang dilakukan :

Kaji apa klien ada alergi makanan

Kerja sama dengan ahli gizi dalam menentukan jumlah kalori, protein dan lemak secara tepat sesuai dengan kebutuhan klien.

Ajari klien tentang diet yang bener sesuai kebutuhan tubuh

Monitor catatan makanan yang masuk atas kandungan gizi dan jumlah kalori Timbang BB secara teratur

(19)

data Objektif : (tekanan arteri rata-rata), PAP (tekanan arteri paru)

Dapatkan hasil labor untuk menganalisa keseimbangna asam basa seperti ABG, urin dan level serum

(20)

haus

(21)

c) Berat badan hipertermia, gagal jantung, diaforesis, diare, muntah, infeksi, disfungsi hati) Monitor BB, intake dan output

(22)

Data Obejektif b. Bagaimana cara melakukan suatu aktivitas. c. Bagaimana cara memonitor toleransi aktivitas. d. Bagaimana menjaga latihan.

Berikan informasi kepada klien bagaiamana teknik-teknik untuk menyimpan energi.

Berikan informasi-informasi seputar kesehatan fisik klien.

 Mengontrol berat badan

Aktivitas yang dilakukan :

Diskusikan dengan klien hubungan antara intake maknan, latihan, peningkatan berat badan dan kehilangan berat badan

Diskusikan dengan klien kondisi pengobatan yang mempengaruhi berat badan

Diskusikan hubungan resiko berat badan normal dan tidak normal Beri informasi kepada klien tentang berat badan yang ideal

Diskusikan bersama klien metode tentang intake makanan sehari-hari

(23)

Rasa lelah

Perawatan Diri : Aktivitas-aktivitas sehari-hari

Klien diharapkan mampu untuk menyeimbangkan :

Pola makan. Berjalan. Aktivitas

(24)

BAB IV KESIMPULAN

4.1 KESIMPULAN

DM yaitu kelainan metabolik akibat dari kegagalan pankreas untuk mensekresi insulin (hormon yang responsibel terhadap pemanfaatan glukosa) secara adekuat. Akibat yang umum adalah terjadinya hiperglikemia.

DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddart).

Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi, meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula maupun karbohidrat lainnya.

4.2 SARAN

(25)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Hasil dan alasan

Penerapan pola makan terkontrol untuk pencegahan dan menghindari makanan tinggi purin yang dapat menimbulkan kadar asam urat naik serta rajin mengikuti senam dan aktif menggerakkan persendian untuk menghindari rasa nyeri yang timbul.

4.2. Hambatan

(26)

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Pola makan teratur dapat mencegah peningkatan kadar asam urat karena salah satu penyebabnya makanan tinggi purin.

2. Mengikuti kegiatan senam secara teratur untuk menurunkan kekakuan otot dan rasa nyeri yang timbul.

5.2. Saran

1. Diharapkan makanan yang disediakan di dapur panti sosial tresna werdha binjai dapat mengurangi pemberian makanan tinggi purin dan dapat membantu lansia dalam mengatur makanan yang akan dikonsumsi

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini sependapat dengan penelitian Afrizal (2003) yang berjudul, Analisis Sikap dan Perilaku Konsumen Terhadap Makanan Lempuk Yovita di Kota Bengkulu, yang menyatakan

dilakukan dalam menciptakan kegiatan pembelajaran yang efektif pada pembelajaran khususnya IPA Biologi dengan materi keanekaragaman hayati khususnya sub konsep

Perhatian intensif subjek didik ini dapat dieksloatasi sedemikian rupa melalui strategi pembelajaran tertentu, seperti menyediakan material pembelajaran yang sesuai

Reservoir panasbumi berdasarkan hasil penelitian berada pada kedalaman kurang lebih 2 km sehingga kalau mengacu pada hasil penelitian [1] yang menyatakan bahwa

Kemudian seiring dengan perkembangan usia dan kemampuan intelektual kita masuk dan terlibat dalam kelompok-kelompok sekunder seperti sekolah, lembaga agama, tempat pekerjaan

Melayu Pesisir Timur Sumatera Utara dan upacara serta mantera ritual Puja Pantai, Tolak Bala, Mandi Bermiyak dan Tarian Lukah. Kawasan kajian meliputi

Adapun dengan pertimbangan biaya produksi, biaya operasional, serta besarnya RAP yang dapat di recycle maka variasi Bitumen Murni Ex-RAP 30% + Bitumen Fresh 70% + Additive

Penulis merasakan bahawa pertemuan besar-besaran para Alim Ulamak seluruh negeri India, bertempat di Kirla, India itu benar-benar meragukan ,kerana jika amati sanjungan yang