• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Teknik Penulisan Karya Ilmiah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pedoman Teknik Penulisan Karya Ilmiah"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

1 PANDUAN PENULISAN KARYA ILMIAH

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Marsigit, MA.

Oleh:

ANWARIL HAMIDY NIM. 15709251018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA

(2)

2 DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ... 3

A. PENTINGNYA MENULIS ILMIAH ... 3

B. KARYA ILMIAH ... 5

BAB II STRUKTUR KARYA ILMIAH ... 6

A. KOMPONEN DAN ORGANISASI KARYA ILMIAH ... 6

B. JUDUL KARYA ILMIAH DAN PENULIS ... 8

C. ABSTRAK DAN KATA KUNCI ... 11

D. PENDAHULUAN ... 13

E. METODE ... 15

F. HASIL ... 17

G. PEMBAHASAN ... 18

H. KESIMPULAN ... 19

I. PIHAK YANG BERPERAN ... 20

J. REFERENSI ... 20

BAB III SERBA-SERBI KARYA ILMIAH ... 22

A. TIPS MENULIS KARYA ILMIAH ... 22

B. PENGGUNAAN TABEL DAN DIAGRAM ... 24

C. KUTIPAN ... 25

D. PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... 28

E. PLAGIARISME ... 33

F. KAJIAN TEORI DALAM PEMBELAJARAN ... 34

G. VALIDITAS PENELITIAN MELALUI SKEMA PENGEMBANGAN INSTRUMEN ... 35

H. KULIAH UMUM Prof. MAITREE INPRASITHA, Ph.D (2016) TENTANG PENGEMBANGAN PENELITIAN ... 37

(3)

3 BAB I

PENDAHULUAN

A. PENTINGNYA MENULIS ILMIAH

Menulis bagi sebagian orang merupakan akivitas yang rumit, memerlukan kecerdasan dan keterampilan khusus. Namun bagi sebagian yang lain menulis merupakan aktivitas yang menyenangkan, mengasah otak, bermanfaat bagi kesehatan mental dan merupakan ajang eksistensi diri. Apapun tanggapan tentang

aktivitas menulis, tidak dapat dipungkir bahwa menulis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan dan perkembangan suatu peradaban dan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan, budaya, dan nilai-nilai peradaban tidak akan bisa diwariskan secara utuh tanpa adanya aktivitas dokumentasi secara tertulis. Oleh karena itu, menulis merupakan aktivitas yang penting dalam kehidupan secara umum.

Ada beragam motif kenapa seseorang menulis. Murray (2013) memaparkan bahwa secara umum alasan kenapa seseorang menulis adalah sebagai berikut.

1. Menuangkan apa yang ada di dalam pikiran, menjelaskan apa yang sedang dipikirkan.

2. Menggembar-gemborkan sesuatu.

3. Menyampaikan apa yang dipikirkan kepada orang lain. 4. Mengajak orang lain untuk mendukung pendapatnya

Keempat alasan di atas menunjukan bahwa menulis merupakan saran yang penting dalam mengungkapkan gagasan. Kaitannya dalam tradisi keilmuan, maka menulis juga merupakan sarana untuk mewariskan ilmu pengetahuan yang telah ada sejak lama kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan. Dengan demikian, tulisan mesti memenuhi kriteria tertentu sehingga dapat diterima kebenarannya dan

(4)

4 Hesselbach, Petering, Berg, Tomasiewicz, and Weber (2012) menyatakan bahwa menulis karya ilmiah merupakan langkah utama dalam mempelajari bagaimana menunjukkan capaian pemahaman, membuat koneksi pengetahuan yang penting, merangkum data, dan mengkomunikasikan hasil penelitian secara efektif. Kompetensi-kompetensi tersebut penting dalam mengembangkan literasi sains di dunia pendidikan. Hal ini didukung dengan realita bahwa kepakaran dalam ilmu pengetahuan saat ini bergantung pada proses publikasi ilmiah yang berlangsung secara ketat (Wu, 2011). Impact factor (IP) dan artikel yang dikutip oleh banyak

pihak merupakan hal yang erat kaitannya dengan dunia akademis. Selain itu, kedua hal tersebut semakin marak digunakan sebagai alat ukur kualitas proyek penelitian, jurnal, ilmuwan, dan institusi yang bergerak di ranah akademis. Murray (2013) menjelaskan bahwa alasan untuk menulis ilmiah hingga dipublikasikan diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Kemajuan karir untuk mencapai tingkatan berikutnya . 2. Memperoleh pengakuan atas hasil karya .

3. Menghentikan orang lain untuk mengambil keuntungan dari hasil karya pribadi .

4. Kepuasan pribadi.

5. Menciptakan tantangan tersendiri

6. Membantu mahasiswa bimbingan untuk memperoleh pengakuan atas karya mereka .

7. Mempelajari bagaimana menulis dengan kualitas tinggi. 8. Memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan. 9. Membangun citra dan status institusi tempat bekerja. 10.Meningkatkan profil diri

Paparan di atas menunjukkan bahwa menulis karya ilmiah merupakan bentuk

(5)

5 B. KARYA ILMIAH

Penulis tidak menemukan pengertian yang mutlak tentang karya ilmiah. Namun perlu dipahami bahwa karya ilmiah merupakan karya tulis yang bersifat akademis, memiliki unsur keilmiahan dan pada umumnya merupakan hasil dari suatu penelitian. Adapun tulisan akademis merupakan sekumpulan kaidah dan ketentuan yang dapat kita jumpai pada skripsi, tesis atau makalah terpublikasi dalam suatu displin ilmu (Murray, 2013). Tulisan akademik erat kaitannya dengan aktivitas penelitian yang memiliki karakter obyektif, hirarkis, fokus, konservatif

dan netral. Terkait sifatnya yang fokus, Mack (2014) menjelaskan bahwa perbedaan mendasar antara jurnal ilmiah dengan berbagai tulisan lainnya adalah cakupan yang sangat terbatas. Cakupan karya ilmiah ini akan dibahas pada bagian tersendiri tentang memilih jurnal ilmiah yang tepat.

Penelitian dikatakan ilmiah jika ia dipandang sebagai kombinasi dari tiga hal yang esensial: 1) sekumpulan pengetahuan (fakta/data dan teori); 2) sebuah metode evaluasi terhadap suatu teori ilmiah dengan membandingkan teori tersebut dengan hasil pengamatan atau eksperimen di lapangan; dan 3) sebuah penyelidikan yang skeptis dan keyakinan bahwa setiap ilmu pengetahuan bersifat sementara sehingga cenderung terus melakukan perubahan ketika menghadapi bukti baru (Mack, 2012a). Jika salah satu dari tiga hal tersebut hilang dalam aktivitas penelitian, maka penelitian tersebut tidak dapat dikatakan ilmiah. Adapun Hesselbach et al. (2012) menjelaskan bahwa standar utama karya ilmiah adalah mampu mendeskripsikan penelitian sedemikian sehingga ilmuwan lainnya mampu mengulangi penelitian tersebut atau menggunakannya sebagai landasan dalam melaksanakan penelitian mereka. Dengan demikian, karya ilmiah merupakan karya tulis yang memuat sekumpulan pengetahuan dalam suatu bidang ilmu tertentu (yang sempit) yang akan diuji kebenarannya melalui penelitian di lapangan dan

(6)

6 BAB II

STRUKTUR KARYA ILMIAH

A. KOMPONEN DAN ORGANISASI KARYA ILMIAH

Karya ilmiah memiliki aturan tertentu dalam penyajiannya kepada para pembaca. Aturan menjadi penting karena berkaitan dengan alur berpikir sehingga orang lain dapat dengan mudah menangkap isi sekaligus me-review karya ilmiah tersebut. Selain itu, aturan juga penting untuk efisiensi dari penyusunan karya

ilmiah mengingat seharusnya akan ada banyak hal yang disampaikan dalam karya ilmiah sehingga perlu sebuah pembatas agar fokus dari karya ilmiah tidak melebar.

Aturan ini mencakup komponen dan organisasi dari karya ilmiah. Karya ilmiah yang berbasis penelitian biasanya memuat lima komponen utama: Abstrak, Pendahuluan, Metode, Hasil dan Pembahasan (Hesselbach et al., 2012). Struktur tersebut diterima secara luas sebagai pendekatan dalam penulisan karya ilmiah karena memiliki bagian yang bersesuaian dengan metode ilmiah. Komponen-kompoen tersebut lebih dikenal dengan IMRaD (Introduction, Methods, Results and Discussion). IMRAD pertama kali digunakan dalam jurnal ilmiah pada tahun

1940an dan berkembang pesat menjadi format penulisan ilmiah pada sebagian besar jurnal ilmiah di akhir tahun 1970 (Wu, 2011). Sebagian besar ilmuwan dan editor sepakat bahwa IMRAD memiliki kerangka penulisan yang konsisten sehingga dapat menjadi panduan bagi penulis untuk memperoleh pertanyaan esensial dalam memahami suatu penelitian ilmiah (Wu, 2011). Selain itu, terdapat dua keuntungan menggunakan struktur IMRaD dalam penulisan karya ilmiah: penulis lebih mudah dalam mengatur isi tulisan dan pembaca lebih mudah dalam menemukan informasi yang mereka inginkan (Mack, 2014). IMRaD mencerminkan pandangan dominan tentang penelitian ilmiah yang sebagian besar dipengaruhi oleh kemajuan teknologi

dalam proses informasi dan publikasi sebagaimana layaknya produk suatu pengetahuan (Wu, 2011). Hal ini menunjukkan relevansi suatu karya ilmiah sebagai bagian dari jejaring pengetahuan yang telah dibangun sebelumnya.

(7)

7 belum cukup lengkap. Sebagai contoh, IMRaD belum memuat bagian judul maupun ringkasan. Sehingga komponen seperti abstrak, kata kunci, penghargaan dan referensi dewasa ini telah menjadi komponen yang erat dengan struktur IMRaD (Wu, 2011). Lebih detail Hartley (2012) menjelaskan komponen dari karya ilmiah sebagai berikut. Judul karya ilmiah diikuti dengan nama penulis, kemudian abstrak dan kata kunci, lalu pada bagian catatan kaki pada halaman pertama terdapat pengahrgaan terhadap kolega atau instiusi penyokong dana serta kode pos dan alama email untuk korespondensi. Pendahuluan merangkum tentang penelitian

sebelumnya dan menunjukkan hal tersebut dipertanyakan dan akan dibahas lebih lanjut. Metode menjelaskan tentang partisipan penelitian, pengukuran yang digunakan, prosedur yang dipakai, dan analisis statistik yang diberlakukan. Bagian hasil menyajikan temuan-temuan penelitian dalam bentuk teks, tabel dan grafik. Bagian diskusi atau pembahasan merekapitulasi tujuan penelitian (pada pendahuluan) dan membahas hasil temuan dalam konteks tujuan tersebut dengan segala kelebihan dan kelemahannya. Pembahasan biasanya diakhiri dengan kesimpulan yang dapat dibuat terpisah dari bagian pembahasan.

Penulisan dan penyusunan komponen karya ilmiah ini sangat terbantu dengan penerapan WWWHWaW dalam bagian karya ilmiah untuk menghindari kesalahan yang sering ditemukan oleh editor. (Sharp, 2002).

Tabel 1. Penerapan WWWHWaW dalam Komponen Karya Ilmiah Komponen Karya Ilmiah WWWHWAW Questions

Title How long; how many parts; declamatory (or not)? Authorship Who is best defined in advance; what does

“authorship” mean; how many?

Summary/Abstract What structure; where to place it; how long? Introduction Why are you writing – and why now?

Who are you writing for? Who is doing the writing?

What problem are you addressing; what is the background to it;

and what is the prior hypothesis you were testing? Methods How did you do the study?

(8)

8 Komponen Karya Ilmiah WWWHWAW Questions

Results What did you find?

How much can you include?

What belongs in tables or figures and what is better in the text?

Discussion What are the strengths and weaknesses of your study?

How do your findings fit (or not) with other published evidence?

Where now -ie, what comes next in your research and has your prior hypothesis stood up to your test of it or should you modify it or even abandon it? Conclusion Who needs one?

Acknowledgements Who should be thanked; who paid; who has conflicts?

References How many; what are they for; how to set them out? (Sharp, 2002, pp. 30-31)

B. JUDUL KARYA ILMIAH DAN PENULIS

Tujuan dari adanya judul dan abstrak adalah untuk menemukan kecocokan: mempertemukan karya ilmiah dengan pembaca yang tepat, yakni mereka yang memerlukan informasi yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut. (Mack, 2012b). Judul mengandung pesan yang penting bagi pembaca tentang tujuan dari karya ilmiah tersebut. Misalnya judul Pengaruh Ethanol terhadap Perkembangan Kuda Laut,: Neurobehavior dan Skeletal Morphogenesis menginformasikan kepada pembaca tentang isi dari makalah penelitian. Judul yang tepat dan deskriptif akan menarik perhatian pembaca. Oleh karena itu, ketika menyusun judul, penulis sebaiknya mencantumkan tujuan atau kesimpulan penelitian, subyek dan variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian. Biasanya, judul dibuat setelah isi tulisan telah dibuat sehingga judul mampu menggambarkan secara akurat tujuan dan isi dari artikel tersebut. (Hesselbach et al., 2012). Judul juga berguna untuk memfokuskan tulisan. Judul akan menjaga penulis dari penyimpangan terlalu jauh dari ide utama suatu gagasan. Selain itu juga menjadi pembeda antara proyek penulisan lainnya (Murray, 2013).

(9)

9 tidak memperhatikan panjang pendeknya judul. Dengan demikian, seorang penulis setidaknya perlu merumuskan judul yang menjelaskan apa yang dilakukan dan untuk siapa tulisan itu ditujukan (Sharp, 2002). Hal ini dapat dipelajari dengan membaca jurnal-jurnal dan memahami pendekatan judul yang digunakan. Perlu diperhatikan juga bahwa judul dengan dua bagian terkadang bagian keduanya dihilangkan dalam pengutipan dan pencarian artikel sehingga penting untuk memastikan kata kunci termuat dalam bagian pertama judul. Namun beberapa jurnal akan meminta penulis untuk mencantumkan kata kunci pada halaman judul

artikel.

Secara umum, judul sebaiknya menggambarkan tujuan dan pendekatan penelitian, bukan hasilnya. Judul sebaiknya berbentuk spesifik dalam mendeskripsikan isi penelitian. Salah satu tips untuk mengecek judul kita baik atau tidaka adalah dengan menjawab pertanyaan berikut: Apakah judul sudah spesifik, menyajikan petunjuk penelitian secara ringkas namun berbobot? Apakah seseorang yang telah membaca judul anda, tertarik membaca abstraknya? Dalam buku Hartley (Hartley, 2012), terdapat 13 tipe judul dalam artikel yang ada di Inggris. Tipe tersebut meliputi judul yang mengangkat sebuah isu dibandingkan dengan judul yang menjelaskan kepada pembaca apa yang terjadi (membandingkan 1a and 1b), judul yang hanya menjelaskan sedikit informasi (membandingkan 2a and 2b), judul yang memuat pertanyaan dengan judul yang mencantumkan hasil penelitian (membandingkan 3b dengan 3a dan 4b dengan 4a).

Tabel 2. Perbandingan Tipe Judul

1a Efficacy of virtual reality exposure therapy combined with two pharmacotherapies in the treatment of agoraphobia.

1b Combining virtual reality exposure therapy with the antidepressant drugs venlafaxine and paroxetine is better than traditional techniques for decreasing agoraphobia.

2a Assessing the links among adolescent and youth offending, antisocial behaviour, victimization, drug use, and gender

2b Assessing the bi-directional relationships between adolescent and youth offending, antisocial behaviour, victimization, drug use, and gender.

(10)

10 3b How does acculturalisation affect the attitudes of Puerto Rican and Cuban

American young adults towards mental illness and therapy?

4a A meta-analytic reliability generalization study of the Maslach Burnout Inventory

4b How reliable are the subscales in the Maslach Burnout Inventory? A meta-analytic study

(Hartley, 2012, p. 145)

Selain itu, Hartley (2012) menjelaskan bahwa ada beberapa tipe judul yang perlu penulis hindari. Di antaranya adalah mencantumkan singkatan tanpa menuliskan kepanjangannya. Hal ini dikarenakan tidak semua pembaca familiar dengan singkatan tersebut.Begitu pula judul yang bersifat humor, karena humor di satu negara terkadang tidak merupakan humor di negara lain. Termasuk hal yang perlu dihindari adalah menggunakan permainan kata karena tidak semua orang mampu menangkap maksudnya. Judul dengan bentuk pertanyaan terkadang berguna, namun judul yang mencantumkan jawaban dari pertanyaan lebih berguna. Umumnya, terdapat bagian penulis (authorship) di bawah judul. Dalam hal ini, Sharp (2002) menjelaskan bahwa menentukan penulis yang tercantum dalam bagian authorship sebelum penelitian dilakukan merupakan ide yang tepat

meskipun penelitian memerlukan waktu setahun untuk rampung sehingga tim peneliti sangat mungkin mengalami perubahan signifikan. Semua penulis sebaiknya menyaksikan dan menyetujui artikel yang siap di-submit untuk dipublikasikan. Apapun kebijakan jurnal, tim peneliti lebih baik dicantumkan pada

authorship daripada di bagian acknowledgment. Sternberg and Sternberg

menuliskan tujuh kriteria untuk menentukan urutan penulis pada makalah, yakni mereka yang (Hartley, 2012):

1. memiliki ide awal;

2. memberikan kontribusi meskipun kecil; 3. senior;

(11)

11 C. ABSTRAK DAN KATA KUNCI

Abstrak menyajikan ringkasan penelitian secara singkat dan padat sehingga pembaca dapat menangkap isi artikel dengan cepat (Hesselbach et al., 2012). Abstrak yang baik akan memudahkan pembaca ataupun mesin pencari untuk mendapatkan informasi yang pembaca perlukan secara cepat dan tepat (Wu, 2011). Hal ini sangat membantu pembaca untuk menentukan apakah artikel tersebut menarik untuk dibaca atau tidak. Abstrak juga dapat dipahami sebagai ringkasan dari IMRaD dengan penekanan lebih pada bagian hasil dan pembahasan (Wu,

2011). Abstrak mencakup tujuan penelitian dan mengapa hal tersebut menjadi penting, deksripsi singkat tentang metode dan pendekatan yang digunakan, temuan-temuan utama dan bagaimana karya ilmiah tersebut berbeda dengan karya-karya ilmiah lainnya (Hesselbach et al., 2012). Kesimpulan juga kadang dicantumkan di dalam abstrak (Hartley, 2012).

Perlu ditekankan bahwa abstrak menjelaskan secara ringkas tentang implikasi dari suatu temuan, namun tidak mengevaluasi kesimpulan (Hesselbach et al., 2012). Bagian abstrak biasanya ditulis terakhir setelah isi makalah telah jadi untuk memastikan bahwa isi abstrak mencerminkan makalah secara akurat. Jika itu berasal dari penelitian yang mendalam, maka abstrak seharusnya tidak sulit untuk dibuat ketika setiap bagian dari artikel tersebut telah rampung (Wu, 2011). Namun kenyataannya, begitu banyak abstrak yang tidak berbobot atau kehilangan organisasi tulisan. Hal ini dapat diatasi dengan menyusun abstrak secara terstruktur.

Hartley menjelaskan bahwa dari abstrak yang terstruktur kita dapat mengembangkan artikel yang terstruktur melalui proses elaborasi IMRaD (Wu, 2011). Abstrak yang baik merupakan ringkasan makalah yang berdiri sendiri dan memuat beberapa topik berikut:

1. Latar belakang: apa isu yang diangkat pada makalah? Apa ruang lingkup

yang membuat makalah ini menjadi menarik dan penting?

(12)

12 3. Pendekatan: bagaimana setting yang dilakukan untuk meraih tujuan (seperti metode eksperiman, pendekatan simulasi, pendekatan teoritis, kombinasi dari ketiganya, dsb)? Apa yang telah dilakukan?

4. Hasil: Apa hasil yang diperoleh dari penelitian ini (mencakup angka)? 5. Kesimpulan: apa kesimpulan utamanya? Mengapa hasil tersebut menjadi

penting? Kemana hasil tersebut akan mengarah?

Sharp memberikan tips dalam membuat struktur yang kokoh, yakni dengan menerapkan 6 W (what, why, when, how, where, and who) pada setiap bagian dari

IMRaD (Wu, 2011). Hartley (2012) mereview 31 penelitian yang dilakukan pada tahun 2004 dan menemukan bahwa abstrak yang terstruktur (structured abstracts) memuat lebih banyak informasi; lebih mudah dibaca; lebih mudah dicari; memungkinkan untuk direview sesama (peer review); dan lebih disukai oleh pembaca dan penulis.

Murray (2013) memberikan tips menyusun abstrak sebagai berikut. 1. Menentukan kata kunci dari setiap kalimat pada abstrak.

2. Menuliskannya dalam bentuk ide pokok.

3. Menggunakannya dalam kalimat topik dan sepanjang bagian tulisan. 4. Membatasi dan menjelaskan istilah jika diperlukan

Selanjutnya, ada tiga hal yang perlu diujikan terhadap sebuah abstrak:

1. Apakah semua informasi pada abstrak bersifat konsisten dengan apa yang tertulis di dalam makalah?

2. Apakah semua informasi yang ditemukan di abstrak dapat ditemukan juga di dalam makalah?

3. Apakah informasi yang penting di dalam makalah dicantumkan di abstrak? Apakah masih ada kata kunci yang tertinggal pada abstrak? (Mack, 2012b) Abstrak artikel biasanya ditulis dalam satu paragraf dengan spasi tunggal. Pada

(13)

13 Tidak merujuk pada diagram atau tabel yang terdapat pada makalah, atau menggunakan kata yang baru bisa dipahami ketika makalah telah dibaca tuntas. (Mack, 2012b).

Selain abstrak, kata kunci juga merupakan hal yang penting. Ide utama dibalik mengidentifikasi kata kunci dan menuliskannya di bawah untuk memudahkan dalam menemukan artikel atau makalah yang berkaitan dengan tulisan yang sedang dibuat. Abstrak dan judul yang baik adalah yang memuat kata kunci, sehingga seseorang dapat dengan mudah menemukan artikel yang kita buat

(Mack, 2012b). Banyaknya kata kunci adalah sekitar 3-5 kata atau frasa yang dipisahkan dengan tanda koma.

D. PENDAHULUAN

Penelitian saat ini dapat dikategorikan berdasarkan disiplin ilmu (seperti Biologi, Kimia, Fisika, Geologi) dan cakupannya (misal Biologi: evolusi, ekologi, sel, anatomi dsb). Dan setiap cakupan displin ilmu memuat begitu banyak penelitian yang terpublikasi. Peranan dari bagian pendahuluan adalah untuk menempatkan suatu penelitian yang baru pada suatu displin dan cakupan ilmu, memperkenalkannya kepada pembaca dan mengajak pembaca untuk membacanya lebih lanjut. Pendahuluan sebaiknya membentuk sebuah suasana untuk memulai penelitian. Bagian ini diakhiri dengan hipotesis yang siap diuji. Bagian ini cukup memuat dua atau tiga paragraf (Sharp, 2002). Pada artikel yang berupa kajian, bagian ini berisi uraian landasan teori yang mengantarkan pembaca kepada topik utama yang dibahas.

Bagian ini biasanya diawali dengan mendeskripsikan apa yang diketahui pada suatu cakupan ilmu yang berkaitan langsung dengan artikel penelitian. Namun hal ini perlu ditulis dengan pertimbangan karena tidak terdapat ruang yang cukup

(14)

14 Selanjutnya penulis menjelaskan apa yang tidak diketahui dan menjadi tujuan dari penelitian tersebut. Untuk itu, penulis perlu menyajikan rasionalisasi bagi penelitian tersebut dan mengembangkannya untuk menjawab mengapa penelitian ini menjadi penting. Pernyataan terakhir pada pendahuluan sebaiknya menetapkan hipotesis atau tesis yang merupakan ringkasan dari temuan-temuan yang berkaitan dengan hipotesis yang diajukan. Adapun detail dari temuan penelitian akan disajikan pada bagian hasil dan ditujukan untuk menjawab ketidaktahuan yang dimunculkan pada bagian pendahuluan (Hesselbach et al.,

2012).

Alur dasar dari pendahuluan adalah diawali dari yang bersifat umum lalu bergeser ke arah yang spesifik. Kebanyakan para menyebutnya dengan istilah ‘moves’. Pada dasarnya, suatu ‘move’ merupakan tahapan dalam argumen dimana penulis akan melaluinya. ‘Moves’ untuk pendahuluan pada umumnya adalah sebagai berikut:

Move 1. Penulis menyusun cakupan penelitian,

a. dengan menunjukkan area penelitian merupakan hal yang penting, menarik, problematik atau relevan dengan beberapa cara;

b. dengan mengenalkan dan mereview penelitian yang sebelumnya pada area yang sama.

Move 2. Penulis menyusun suatu ‘cekungan’ dengan menunjukkan adanya

kelemahan pada perhitungan selama ini,

a. dengan menunjukkan adanya gap pada penelitian sebelumnya; b. dengan memunculkan pertanyaan tentang penelitian sebelumnya; c. dengan menambahkan sesuatu yang telah diketahui; dan

d. menunjukkan bagaimana hal tersebut akan berdampak pada pengetahuan sebelumnya.

Move 3. Penulis menjadikan cekungan tersebut topik utama penelitian,

a. dengan menguraikan tujuan atau menetapkan karakteristik dari penelitian yang akan dilakukan;

(15)

15 d. dengan menetapkan prinsip-prinsip temuan (Hartley, 2012).

Formulasi lainnya yang menggambarkan bagian-bagian dari pendahuluan adalah: topik, permasalahan, solusi (untuk bidang teknik); atau topik, pengamatan/penemuan, penjelasan (untuk bidang sains). Untuk penelitian kualitatif, bagian ini perlu menyajikan penjelasan fokus penelitian dan uraian konsep yang berkaitan dengan fokus penelitian. Beberapa kekeliruan yang sering terjadi dalam menulis pendahuluan adalah mencantumkan informasi yang tidak diperlukan, membesar-besarkan permasalahan yang akan dibahas, atau gagal dalam

menyampaikan pertanyaan penelitian yang akan dijawab dalam makalah secara jelas. (Mack, 2014).

E. METODE

Bagian metode (terkadang disebut dengan bagian Kajian Literatur dan Metode) mendeskripsikan bagaimana hasil penelitian dapat diperoleh (Mack, 2014). Metode merupakan bentuk ‘how’ dalam Kipling (Sharp, 2002). Penelitian menggunakan berbagai metode yang dapat diterima untuk memperoleh hasil yang akan dibagikan kepada ilmuwan lainnya dalam komunitas ilmiah. Oleh karena itu, hasil penelitian bergantung kepada kualitas metode yang digunakan dan perhatian terhadap proses penerapannya. Dalam ilmu Fisika, metode radiasi dijelaskan dengan sangat detail sehingga orang lain dapat mengulangi eksperimen secara tepat. Bagian metode pada jurnal kesehatan berkembang lebih luas, khususnya jurnal dengan beberapa spesialisasi akan bersaing dalam detail metode. Bagian yang terpisah untuk metode statistik juga mulai umum digunakan akhir-akhir ini. Bagi penelitian yang melibatkan pasien umumnya mencantumkan metode permohonan kesediaan untuk penelitian dan memberikan informasi tentang hal yang diperlukan (Sharp, 2002).

(16)

16 dengan sifat-sifat obyektif pada dunia Fisika dan Biologi, sehingga sudah menjadi aksioma bahwa sifat-sifat tersebut bersifat independen terhadap ilmuwan yang menelitinya. Setiap orang seharusnya dapat mengukur atau mengamati sifat-sifat yang sama, jika mereka melakukan eksperimen yang sama dengan bahan dan prosedur yang sama. Oleh karena itu, seseorang hanya dapat mengulangi eksperimen secara tepat jika setiap detail eksperimen dijelaskan pada bagian metode. Sarana yang tepat untuk memperjelas prosedur yang dicantumkan dalam bagian Metode adalah dengan merangkumnya dalam bentuk tabel atau diagram

alur. Cara yang lain namun jarang digunakan adalah dengan menyisipkan video dalam artikel jurnal (khusus jurnal elektronik) (sebagai contoh lihat the International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning di www.georgiasouthern.edu/ijsotl) (Hartley, 2012). Untuk penelitian kuantitatif,

hindari penulisan rumus-rumus statistik secara berlebihan.

Dalam hal ini termasuk juga alasan mengapa metode tertentu digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian secara efektif perlu dicantumkan pada bagian metode. Metode yang baik tidak hanya menjelaskan apa yang telah dilakukan dan bagaimana hal tersebut berhasil dilakukan, tetapi juga menjelaskan alasan mengapa mendesain eksperimen teersebut sedemikian rupa. Dari sekian banyak pilihan yang tersedia, mengapa metode tersebut yang dipilih? Pertimbangan statistik, seperti teknik sampling dan metode analisis perlu dicantumkan. Jika data mentah hasil penelitian tidak disajikan dalam artikel, maka prosedur reduksi data juga perlu dideskripsikan. Begitu pula mempertimbangkan bagaimana suatu diagram atau gambar digunakan untuk mengilustrasikan atau merangkum metode yang digunakan (Mack, 2014). Penulis harus memperhatikan dengan seksama proses penulisan pada bagian metode karena bagian ini merupakan komponen yang esensial dalam mengkomunikasikan hasil temuan ilmiah secara efektif (Hesselbach

(17)

17 F. HASIL

Bagian ini menyajikan hasil yang diperoleh dari prosedur penelitian yang telah dijelaskan pada bagian metode. Bagian hasil mendeskripsikan secara detail hasil eksperiman yang telah dilakukan dalam bentuk narasi yang teratur dan jelas. Informasi yang telah dipaparkan pada bagian metode menjadi latar belakang dalam memahami deskripsi pada bagian hasil ini sehingga tidak perlu diulang. Untuk setiap eksperimen yang berbeda, penulis sebaiknya memisahkannya dengan sub judul dan menambahkan sedikit pengantar untuk menjelaskan alasan mengapa

melakukan hal tersebut. Penjelasan tersebut merupakan perluasan dari pendahuluan agar menjadi argumentasi kepada pembaca mengenai pentingnya melakukan penelitian ini. Singkatnya, pada pendahuluan masih bersifat umum, sedangkan pada bagian hasil bersifat spesifik. Jika dibuat memiliki bagian tersendiri, maka bagian hasil sebaiknya tidak begitu panjang (Hesselbach et al., 2012).

Pada umumnya hasil disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. (Mack, 2014). Penulis akan selalu memiliki lebih banyak dari yang hendak dapat dipublikasikan. Cara yang dapat digunakan untuk meringkas data yang besar adalah dengan menggunakan tabulasi data secara statistik atau menggunakan diagram. Diagram yang digunakan dapat bersifat ilustratif. Menentukan penyajian data sebaiknya mempertimbangkan dari sisi ekonomis dan kejelasan. Yang terpenting adalah menghindari pengulangan teks, diagram dan tabel. Beberapa editor jurnal atau pembaca ingin melihat data mentah tersebut sehingga data tersebut sebaiknya disimpan dan dapat diakses oleh orang lain. (Sharp, 2002).

Karakteristik ilmuwan adalah sikapnya yang skeptis terhadap hasil dan kesimpulan. Sikap ini akan membawa penelitian kepada tingkatan kritis untuk memastikan bahwa metode dan hasil yang diperoleh merupakan yang terbaik. Oleh karena itu, penting untuk menjelaskan setiap keterbatasan dan kelemahan dalam

(18)

18 G. PEMBAHASAN

Bagian pembahasan merupakan bagian di mana penulis menjelaskan secara keseluruhan hasil yang disajikan. Tujuan dari bagian pembahasan adalah untuk menjelaskan hasil dan menunjukkan bagaimana hasil tersebut dapat menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan pada bagian pendahuluan. Bagian ini melalui tahapan merangkum hasil penelitian, mendiskusikan apakah hasil tersebut merupakan hal yang diharapkan atau yang tidak diharapkan, membandingkan hasil dengan penelitian sebelumnya, menginterpretasikan, dan menjelaskan hasil

(dengan cara membandingkan dengan suatu teori atau model) dan menghipotesis generalitasnya (Mack, 2014).

Lebih detail Sharp (2002) menjelaskan tahapan penulisan pada bagian pembahasan. Pertama, hasil utama dari berbagai eksperimen dikumpulkan dalam satu bahasan untuk menunjukkan hasil yang signifikan sehingga pembaca dapat melihat bagaimana hasil tersebut cocok dengan hipotesis penelitian. Hubungan logis dan trend pada data disajikan, begitu pula pembahasan tentang kesalahan dan penjelasan alternatif lainnya terhadap temuan-temuan penelitian, termasuk analisis kesesuaian desain eksperimen. Perlu diingat bahwa hasil tidak perlu dinyatakan kembali pada bagian pembahasan, kecuali memang sangat diperlukan untuk memberikan penekanan. Kedua, membantu pembaca menghubungkan antara penelitian yang ada dengan ilmu pengetahuan yang lebih luas yang telah dijelaskan pada bagian pendahuluan. Bagaimana hasilnya jika penelitian diperluas dan apa implikasinya? Apa makna dari penelitian tersebut? Apa relevansinya? Terakhir, penulis dapat memberikan saran untuk penelitian selanjutnya yang perlu dilakukan berdasarkan pengetahuan baru yang diperoleh dari penelitian.

Sepertinya bagian-bagian sebelumnya, penyusunan bagian ini dapat dibantu dengan metode Kipling. Pertanyaan kunci pada bagian ini adalah What, How dan

(19)

19 untuk menentukan apakah hipotesis awalnya masih dapat dipertahankan atau tidak (Sharp, 2002).

Format bagian ini menyerupai bagian pendahuluan, yakni bergeser dari sesuatu yang spesifik (hasil yang diperoleh dari penelitian) menuju sesuatu yang general (bagaimana hasil tersebut menunjukkan prinsip general dan berlaku secara luas). Berbagai permasalahan dan kekurangan selama penelitian juga perlu didiskusikan pada bagian ini, khususnya yang mempengaruhi hasil (Mack, 2014). Tidak ada aturan khusus bahwa bagian pembahasan memiliki persentasi tertentu

dari panjang artikel secara keseluruhan. Namun pada umumnya bagian ini ukurannya lebih panjang sebagaimana bagian metode. Proporsi bagian ini menjadi kecil pada makalah yang murni metodologi, sedangkan pada artikel yang mengungkap hal yang kontroversial dalam kesehatan masyarakat, pembahasan akan lebih panjang dan detail (Sharp, 2002).

Kekeliruan yang sering terjadi dalam menulis hasil dan pembahasan adalah kurangnya organisasi tulisan, menyajikan hasil namun tidak dibahas, menyajikan pembahasan yang tidak berkaitan dengan hasil, menyajikan hasil dan pembahasan dalam urutan waktu daripada urutan logika, membiarkan hasil sedemikian sehingga tidak mendukung kesimpulan, atau menyimpulkan dari hasil tanpa melalui argumen yang logis (Mack, 2014).

H. KESIMPULAN

Bagian kesimpulan merupakan ringkasan dari hasil dan pembahasan, namun lebih dari sekedar ringkasan. Bagian kesimpulan sebaiknya memberikan bacaan yang oportunistik. Ketika menulis bagian, penulis perlu membayangkan pembaca yang sedang membaca pendahuluan lalu membaca sekilas diagram-diagram lalu langsung membaca kesimpulan. Dengan demikian, bagian kesimpulan

(20)

20 Bagaimanapun juga, dengan ringkasan modern dan pembahasan yang khusus, sebuah kesimpulan tidak begitu diperlukan dan banyak jurnal kesehatan yang tidak memuat bagian tersebut (Sharp, 2002). Sehingga penggunaan bagian kesimpulan sebagian bergantung pada disiplin ilmunya, sebagian pada ketentuan jurnal, dan sebagian lagi pada obyek yang dituju penulis. Kozak and Hartley membahas isu ini secara mendetail dan berpendapat bahwa menuliskan kesimpulan dalam bentuk daftar lebih bermakna daripada menjelaskannya secara panjang lebar dalam bentuk narasi. (Hartley, 2012). Beberapa kekeliruan yang terjadi dalam

menulis kesimpulan adalah isinya yang merupakan pengulangan dari abstrak, pengulangan dari latar belakang pada pendahuluan, memunculkan bukti atau argumentasi baru yang tidak ditemukan pada bagian hasil dan pembahasan, atau gagal dalam menjawab pertanyaan yang disusun pada pendahuluan (Mack, 2014).

I. PIHAK YANG BERPERAN

Penulis sebaiknya berterimakasih kepada sekertarisnya dan kepada satu atau dua orang yang berperan atau yang menyediakan dana penelitian dengan mencatumkannya pada bagian acknowledgement. Ucapan terimakasih ini tidak semata-mata sebagai bentuk rasa hormat, tetapi juga sebagai investasi jangka panjang untuk kerjasama di masa yang akan datang (Sharp, 2002).

J. REFERENSI

Bagian akhir dari karya atau artikel ilmiah adalah bagian referensi atau daftar pustaka. Ketika mengutip dari suatu sumber tulisan, penting bagi penulis untuk mengikuti suatu format pengutipan yang standar, seperti CSE (Council of Science Editors), APA (American Psychological Association), MLA (Modern

Language Association), atau CMS (Chicago Manual of Style). Sumber referensi

sebaiknya didaftar secara urutan alfabetis dan asal penulis. Semua sumber yang dikutip dalam artikel mesti tercantum dalam bagian referensi ini (Hesselbach et al., 2012).

(21)
(22)

22 BAB III

SERBA SERBI KARYA ILMIAH DAN PUBLIKASI

A. TIPS MENULIS KARYA ILMIAH

Tidak semua orang mahir menulis, namun menulis merupakan keterampilan yang dapat dikembangkan. Sebelum membahas menulis karya ilmiah, penting bagi seseorang untuk memulai aktivitas menulis apapun genre tulisan yang diambil. Murray (2013) memberikan beberapa tips untuk memulai menulis.

1. Tulislah apa yang sedang dikerjakan; jangan menunggu sampai mendapatkan penelitian yang baru.

2. Cari alasan pribadi yang berarti untuk menulis.

3. Jangan biarkan makalah-makalah yang telah dibaca membuat kita berhenti menulis.

4. Kombinasikan beberapa strategi menulis yang berbeda. 5. Pertimbangkan untuk mengganti kebiasaan menulis

Tujuan dari menulis karya ilmiah di antaranya adalah menyajikan hasil penelitian terbaru, menjelaskan signifikansinya, meletakkannya secara koheren dengan ilmu pengetahuan yag telah ada (Hartley, 2012). Sifatnya yang ilmiah menjadikan makalah ilmiah memiliki cara yang unik yang tidak familiar dilakukan oleh penulis non ilmiah. Banyak aturan menulis secara umum yang tidak berlaku dalam aturan penulisan ilmiah. Sebagai contoh, kebenaran ilmiah membuat subyek peneliti dapat digantikan, artinya setiap orang dapat melakukan eksperimen/penelitian/simulasi yang sama (Hartley, 2012). Filosofi ini berdampak kepada isi artikel ilmiah yang menghapuskan peneliti dalam ruang pembahasan. Kalimat aktif seperti “Kami melakukan eksperimen” di mana penulis berada di depan dan menjadi pusat, kemudian diganti dengan bentuk pasif “Eksperimen dilakukan.”

(23)

23 penjelasan dari singkatan tersebut menggunakan tanda kurung ketika pertama kali singkatan tersebut digunakan. Menggunakan tata bahasa yang tepat dan benar juga merupakan unsur yang penting dalam menulis ilmiah (Hesselbach et al., 2012)

Setiap penulis memulai menulis dengan membuat garis besarnya (outline) terlebih dahulu. Banyak orang yang menggunakan outline untuk membentuk tulisan mereka. Beberapa penulis menggunakan outline pada awal proses menulis untuk memperoleh gambaran keseluruhan dari makalah yang akan ditulis, lalu mengabaikannya ketika telah proses menulis telah berjalan. Beberapa penulis lain

membuat outline di awal lalu dimodifikasi selama proses menulis sehinga proses membuat outline menjadi bagian menulis yang dilakukan berulang-ulang. Penulis lainnya menggunakan outline untuk mendokumentasikan perubahan yang dilakukan yang bertujuan untuk membentuk struktur tulisan (Single, 2009).

Gambar 1.

(24)

24 Gambar 2.

Proses Kreatif Menyusun Karya Ilmiah (Disertasi) (Single, 2009)

Seorang penulis sebaiknya mengajari pembaca, bukan membuat mereka terkesan. Cara termudah untuk melakukan hal tersebut adalah dengan menyusun paragraf dengan kalimat sederhana, kemudian direvisi, ditulis ulang, direvisi kembali dengan ketepatan, presisi, dan kejelasan gagasan dalam pikiran. Tinggalkan tulisan tersebut dan biarkan orang lain membacanya lalu revisi kembali. Menulis adalah proses menulis ulang dan hal tersebut sangat berguna. Bab 6 karangan Sternberg and Sternberg (2010) menyajikan panduan menulis ilmiah. Begitu pula bab 8 American Psychological Association’s (2010) ‘Guidelines for writing psychology papers’ (Hartley, 2012).

B. PENGGUNAAN TABEL DAN DIAGRAM

Tabel dan diagram digunakan untuk mendukung isi dari makalah penelitian. Keduanya menyajikan kepada pembaca tampilan grafis dari suatu informasi. Keduanya mesti memiliki ilustrasi, deskripsi judul, keterangan, penanda interval, dan tanda sumbu jika diperlukan. Keduanya harus diberi nomor secara berurutan

dan mencantumkan penjelasan terhadap singkatan yang tidak umum (Hesselbach et al., 2012). Untuk alasan yang klasik, penjelasan tabel pada umumnya diletakkan pada bagian atas tabel dan di bagian bawah diagram. Bagaimanapun juga, penjelasan penting bagi pembaca agar mereka memahami detail dan mengarahkan mereka untuk menyimak hal yang penting (Hartley, 2012).

(25)

25 mendeskripsikan isi tabel sering bersifat teknis dan sulit untuk diikuti. Pada contoh berikut Tabel 6a dengan 6b, dan Tabel 6c dengan 6d, memberikan contoh susunan tabel diatur ulang sehingga mudah untuk dibaca. Buku Sternberg and Sternberg memuat panduan yang lebih akurat tentang hal ini (Hartley, 2012).

Gambar 2.

Perbandingan Susunan Tabel (Hartley, 2012)

Secara umum disepakati bahwa grafik dua dimensi lebih mudah untuk dibaca daripada grafik tiga dimensi. Selain itu, perlu dipertimbangkan dalam membuat grafik bahwa tidak semua tampilan yang bagus pada layar komputer akan tampak bagus pula ketika dicetak hitam putih atau dalam ukuran yang lebih kecil. Oleh karena itu penting untuk mengeceknya sebelum di-submit pada jurnal yang berwarna hitam putih (Hartley, 2012).

C. KUTIPAN (Mack, 2012a)

(26)

26 memerlukan mekanisme dalam menjaga dan menyebarkan pengetahuan tersebut dalam komunitas ilmiah. Mekanism yang paling penting saat ini adalah dengan publikasi ilmiah. Karena sejak awal pengetahuan ilmiah berkembang dari pengetahuan sebelumnya, maka menjadi hal yang penting untuk menempatkan penelitian yang baru dalam konteks yang tepat dengan pengetahuan sebelumnya. Mekanisme utama untuk melakukan hal tersebut adalah melalui pengutipan.

Berdasarkan definisi, sebuah kutipan merupakan sebuah referensi yang merujuk kepada suatu sumber informasi atau data. Hal yang dapat dikutip meliputi

artikel jurnal, prosiding konferensi, buku, tesis, koran, sumber non cetak (film dan media perekam lainnya), website atau sumber online lainnya, bahan komputer (CD ROM) dan komunikasi perorangan. Meskipun nampak sederhana, namun pengutipan dalam artikel ilmiah memiliki banyak tujuan. Di antaranya adalah:

1. Menyediakan konteks yang cukup bagi makalah untuk melakukan analisis kritis terhadap makalah yang dilakukan orang lain dan dengan demikian memungkinan penulis tersebut mengukur ketepatan kesimpulan yang orang lain buat.

2. Memberikan pembaca sumber latar belakang dan bahan bacaan yang berhubungan dengan penelitian sehingga lebih mudah dipahami oleh pembaca (sehingga dapat dibentuk jaring-jaring pengetahuan).

3. Membangun kredibilitas di hadapan pembaca dan/atau untuk menginformasik kepada pembaca bahwa makalah tersebut memiliki filosofi khusus/

4. Menyajikan contoh dari suatu gagasan, data atau kesimpulan alternatif untuk dibandingkan dengan makalah yang dibuat.

5. Menghormati dan berterimakasih kepada sumber berjasa pada penulisan makalah ini, sehingga membentuk kejujuran intelektual.

(27)

27 pengetahuan adalah tentang mengkonfirmasi atau menolak pengetahuan yang ada, maka pemhaman menyeluruh terhadap sekumpulan pengetahuan yang ada menjadi hal yang esensial. Berikut ini trik untuk meningkatkan pencarian literatur:

1. Melakukan pencarian literatur sebelum melakukan penelitian, lebih tepatnya sebelum menulis makalah. Melakukan pencarian literatur di akhir lebih sering mengakibatkan pengutipan palsu (akan dibahas pada bagian berikutnya).

2. Referensi yang baik untuk dibaca setelah membaca suatu artikel adalah

yang tercantum pada daftar pustaka artikel tersebut (Inilah alasan mengapa pengutipan yang tepat menjadi hal yang penting, karena dampaknya akan berlipat ganda).

3. Mencari literatur di luar disiplin ilmu (maksudnya mencari literatur dengan kata kunci yang berbeda, dan hal ini secara terbalik akan membawa penulis kepada literatur yang dicari ketika membaca literatur dari luar disiplin ilmunya).

4. Jangan hanya mengandalkan ingatan. Ketika menemukan suatu bagian dari artikel yang penting untuk dikutip, tak ada satu pun yang tahu cakupan keseluruhan dari literatur yang akan digunakan.

5. Ketika sedang menyelesaikan draft, cobalah untuk mencari publikasi terbaru yang berkaitan dengan subyek yang sedang ditulis. Sering ditemukan bahwa peneliti lainnya juga bekerja pada topik yang sama dan mungkin telah dipublikasikan sehingga perlu untuk dibaca untuk memastikan bahwa draft yang kita buat mencakup sekumpulan pengetahuan yang terkini di bidangnya.

Ada beberapa tipe kesalahan dalam pengutipan. Diantaranya adalah sebagai berikut.

(28)

28 dilakukan. Penulis tidak jarang mencantumkan kutipan yang tidak penting, di mana kutipan tersebut tidak menambah nilai tulisan dari sebelumnya. 2. Kutipan bias, di mana referensi ditambahkan (atau dihilangkan) untuk alaan

lain diluar lima tujuan pengutipan sebelumnya. Pengutipan yang bias meliputi pengutipan karya teman dan kolega secara berlebihan, menghilangkan kutipan dari penulis lain yang merupakan pesaing, dan mengutip tanpa alasan kecuali untuk menyenangkan pimpinan.

3. Pengutipan sendiri, yakni mengutip hasil karya sendiri. Sebenarnya tidak

ada yang salah dengan mengutip karya sendiri karena hasil karya yang disajikan dalam bentuk sebuah makalah biasanya merupakan hasil terkini dari suatu proyek yang sedang berjalan. Dengan demikian, mengutip makalah sebelumnya merupakan hal yang tepat. Pengutipan sendiri menjadi masalah ketika hal tersebut merupakan kutipan palsu atau bias. Yang umum diketahui juga bahwa ada tendensi pada kebanyakan ilmuwan untuk mempromosikan dirinya sendiri sehingga dikhawatirkan mengutip makalah sendiri digunakan lebih bertujuan untuk meningkatkan penghargaan kepada penulisnya daripada meningkatkan nilai makalah tersebut di hadapan pembaca.

4. Tidak mencantumkan bukti yang bertolak belakang merupakan suatu tindakan dari bias pengutipan di mana makalah yang menyajikn kesimpulan atau data yang bertolak belakang dengan makalah penulis tidak dimasukkan dalam makalah yang sedang ditulis. Karena salah satu dari tujuan pengutipan adalah membuat kontras antara karya yang baru dengan karya-karya sebelumnya yang memuat data dan kesimpulan yang berseberangan, maka menghindari konflik ini (apapun alasannya) merupakan hal yang tidak tepat dalam keilmiahan.

D. PUBLIKASI KARYA ILMIAH

(29)

29 memiliki nilai kontribusi terhadap jaringan ilmu pengetahuan yang ada. Ada beberapa tahapan yang perlu diketahui dalam proses publikasi karya ilmiah. Di antaranya adalah menentukan jurnal yang tepat untuk mempublikasikan karya ilmiah, proses submission, review hingga akhirnya dipublikasikan.

1. Menentukan jurnal yang tepat

Hari ini terdapat sekitar 30.000 jurnal yang mempublikasikan lebih dari 2 juta artikel per tahun. Jurnal-jurnal ini bergeser dari yang bersifat sangat umum kepada bidang yang spesifik, begitu pula kebanyakan jurnal imiah yang

terspesifikasi dalam bidang yang lebih sempit. Dengan demikian, keputusan yang pertama kali dihadapi oleh seorang penulis adalah pada spektrum spesialisasi yang manakah mereka akan mempublikasikan karya mereka. Kunci untuk memutuskan hal tersebut adalah dengan menentukan target pembaca. Turunkan spektrum tersebut terhadap spesialisasi yang lebih luas, lalu reduksi ukuran dari pembaca namun tingkatkan tingkat kecocokan dengan minat pembaca (Mack, 2015).

Gambar 3.

Ilustrasi Spektrum Spesialisasi Bidang Ilmu pada Jurnal (Mack, 2015)

(30)

30 jurnal tersebut. Sebagai contoh, Blaxter et al. membagi tipe menjadi enam: populer, profesional, terapan, akademik, multi displin, dan elektronik (Murray, 2013). Profil dari jurnal dapat dilihat dan diurutkan berdasarkan statusnya.

Status sebuah artikel jurnal sebagai indikator dari kecendikiaan seseorang pada dasarnya senantiasa berkembang, meskipun disiplin ilmu yang lebih diminati oleh akademisi beragam. Umumnya ilmuwan sains lebih lebih banyak mempublikasikan tulisan mereka daripada ilmuwan sosial, begitu pula yang menulis buku, bagian dari buku, laporan dan genre tulisan lainnya. Di satu sisi,

status suatu artikel jurnal dijadikan ajang perlombaan bagi kalangan akademisi. Kondisi ini berkembang hingga digunakannya sistem bibliometric untuk mengevaluasi prestasi akademis suatu pendidikan tinggi dalam banyak konteks, juga melalui penggunaan ‘impact factor’ (Lillis & Curry, 2010).

Pada tahun 1960an, Eugene Garfield pendiri dari the Institute for Scientific Information (ISI) berusaha untuk membuat suatu sistem yang dapat menentukan

jurnal yang berperan penting dalam ilmu pengetahuan alam (selanjutnya pada ilmu sosial dan humaniora) dan menyusun sebuah peta jaringan jurnal secara keseluruhan. Untuk mewujudkan tujuannya tersebut, Garfield menggunakan impact factor (IF) untuk membantunya dalam menyeleksi jurnal untuk diberikan

indeks the Science Citation Index (SCI) kemudian the Social Sciences Citation Index (SSCI) dan Arts and Humanities Citation Index (AHCI). Indeks dari ISI kini

merupakan bagian dari Web of Knowledge (www.thomsonreuters.com), yang juga mencakup indeks-indeks lainnya (seperti kekinian isi, dsb) dan menghasilkan produk seperti Journal Citation Reports, yang mengkalkulasi impact factors untuk jurnal yang berada dalam SCI dan SSCI. IF sendiri merupakan rasio antara banyaknya pengutipan kepada sumber (seperti artikel atau tipe tulisan lainnya) pada suatu jurnal dalam setahun dengan banyaknya artikel yang dipublikasikan oleh

(31)

31 Beberapa orang mungkin akan menyarankan untuk menargetkan jurnal pada peringkat teratas, namun hal ini tergantung pada kualitas tulisan yang dibuat, relevansi dengan komunitas penelitian dan faktor spesifik lainnya pada disiplin ilmu yang ditekuni (Murray, 2013). Penting untuk membangun keterhubungan antara makalah yang sedang dibuat dengan makalah yang telah dipublikasikan sebelumnya, untuk menunjukkan bahwa pekerjaan yang sedang dilakukan adalah lanjutan dari penelitian sebelumnya, melengkapinya atau membawanya ke arah yang berbeda. Pertimbangan tersebut akan membentuk tulisan dari makalah yang

sedang dibuat. Membangun keterhubungan tersebut juga bisa diawali dengan mendaftar topik-topik yang memungkinkan berhubungan dengan tulisan yang dibuat. Lebih spesifik, mencermati dan memeriksa beberapa judul-judul makalah yang telah dipublikasikan secara detail. Selanjutnya menentukan bagaimana karya yang dibuat dapat dikemas sesuai dengan salah satu tipe judul tersebut. Beberapa judul bersifat definitif, sedangkan judul lainnya lebih bersifat tentatif dan proposisi. Namun tidak semua jurnal memberlakukan kriteria yang sama. Beberapa kriteria kadang tidak digunakan. Oleh karena itu, penting untuk mendaftar pilihan-pilihan jurnal yang dipertimbangkan (Murray, 2013). Beberapa jurnal juga akan mengaudit isi penelitiannya. Hal ini bergantung pada skala yang digunakan dalam suatu sistem atau institusi. Seseorang dapat mengetahui status sebuah jurnal melalui indeks kutipan.

Murray (2013) menjelaskan bagaimana menganalisa sebuah jurnal sebagai berikut.

a. Membaca instruksi bagi penulis secara keseluruhan. Beberapa jurnal hanya mempublikasikan sebuah ekstrak dari suatu isu. Oleh karena itu, penting untuk mengecek website jurnal dan membaca judul serta abstraknya.

(32)

32 c. Mendaftar bagian dan sub bagian dari beberapa makalah. Bagaimana makalah dalam suatu jurnal terbagi? Berapa banyak kata per bagian dan proporsi dari keseluruhan makalah?

d. Kerangka metodologi dan teori apa yang digunakan pada jurnal tersebut? Seberapa panjang bagian dari suatu makalah?

e. Mendiskusikan hasil analisis dengan penulis yang berpengalaman dalam mempublikasikan makalahnya di jurnal tersebut. Hal ini juga mencakup bagaimana editor atau reviewer mengoreksi suatu makalah.

2. Proses submission

Seorang penelitian atau ilmuwan sebaiknya men-submit artikelnya untuk diperiksa dan dikoreksi oleh ilmuwan lainnya yang berada pada bidang ilmu yang sama sehingga dapat menentukan apakah penelitian yang dibuat telah dilaksanakan dengan tepat dan hasilnya memperkaya pengetahuan yang telah ada serta cukup pantas untuk dipublikasikan. Jika suatu tulisan telah melalui proses review secara cermat, maka tulisan tersebut berpeluang besar untuk dipublikasikan (Hesselbach et al., 2012). Ketika artikel telah disusun dan diformat dengan matang, maka selanjutnya artikel direview. Oleh karena itu, suatu karya ilmiah harus dipastikan mengikuti format dan panduan penulisan yang ditetapkan oleh jurnal di mana karya ilmiah tersebut akan di-submit. Hal ini penting untuk diperhatikan agar meminimalisir proses review yang tidak efektif dan efisien.

3. Proses review

Penulisan ilmiah yang baik melibatkan proses perbaikan yang cermat dan teliti (Hesselbach et al., 2012). Dalam proses review, suatu artikel yang baik mesti memenuhi empat kriteria sebelum ia layak dipublikasikan (Mack, 2016).

a. Isi tulisan bersesuaian dengan cakupan jurnal.

b. Kualitas tulisan (metode dan pelaksanaannya, begitu pula penulisan)

mesti standar.

c. Menyajikan suatu hasil yang baru (kecuali tulisan tentang review artikel atau sejenisnya).

(33)

33 E. PLAGIARISME

Plagiarisme merupakan tindakan mengambil gagasan, proses, hasil atau kata-kata orang lain tanpa mencantumkan penghargaan yang tepat. Salah satu definisi plagiarisme adalah penggunaan secara tidak sah atau meniru bahasa dan pemikiran penulis lain dan menyajikannya sebagai hasil karya pribadi (Single, 2009). Versi terbaru dari buku MLA telah memasukkan sebuah bab tentang plagiarism. The American Psychological Association (Single, 2009) menjelaskan ‘‘The key element of this principle [plagiarism] is that an author does not present the work of another as if it were his or her own. This can extend to ideas as well as

written words.’’ Unsur utama dari plagiarisme adalah seorang penulis yang tidak mencantumkan karya miliki orang lain seolah-olah itu merupakan karya miliknya, baik itu gagasan maupun kata yang tertulis.

Plagiarisme memiliki bentuk yang berbeda-beda namun dapat dibedakan menjadi dua kategori utama plagiasi ide dan plagiasi teks (Shashok, 2011). Namun tindakan yang bagaimanakah yang dikatakan plagiarism? Apakah jika kita menyalin enam kata secara berurutan dari penulis lain lalu itu dikatakan plagiarisme? Bagaimana jika 10 kata? Lalu kapan dikatakan suatu gagasan merupakan bagian dari pengetahuan umum dan kapan suatu gagasan perlu mencantumkan sumbernya? American Historical Association’s Statement on Standards of Professional Conduct (Single, 2009), memberikan saran yang baik

untuk menghindari plagiarisme: ‘‘No matter what the context,the best professional

practice for avoiding a charge of plagiarism is always to be explicit, thorough, and generous in acknowledging one’s intellectual debts[bold text in original].’’Tidak peduli apapun konteksnya, cara paling tepat untuk menghindari tindakan plagiasi adalah dengan bersikap gamblang, teliti, dan jujur dalam menghargai karya intelektual seseorang.

(34)

34 Plagiarisme dapat menggelincirkan seseorang dalam karirnya, seperti pembatalan pengangkatan sebagai staf pengajar atau pencabutan gelar doktor (Single, 2009). Oleh karena itu seorang penulis perlu menghindari posisi yang dapat menyebab ia dituduh melakukan plagiasi.

Penawar terbaik dari plagiarisme adalah dengan mencegahnya. Dengan menggunakan catatan interaktif pada program penyusun daftar pustaka, seorang penulis dapat memberikan penghargaan secara tepat kepada karya milik orang lain. Ketika mengutip karya orang lain, perlu dibedakan antara contoh parafrase atau

ringkasan gagasan penulis dengan kutipan langsung. Penting untuk mencatat dengan teliti literatur yang dibaca dan digunakan dalam proses pra penulisan (Single, 2009). Oleh karena itu, menggunakan catatan interaktif mencegah seorang penulis dari ketidaksengajaan dalam plagiasi atau menggunakan materi dari suatu hak cipta tanpa ijin. Tulisan akademis atau ilmiah disusun berdasarkan hasil karya akademisi sebelumnya sehingga penting untuk mencatat apa yang dikutip dan menggunakan referensi dari hasil karya orang lain dengan tepat.

F. KAJIAN TEORI DALAM PEMBELAJARAN

(35)

35 Gambar 4

Peta Konsep Teori Pembelajaran (HoTEL, 2013)

G. VALIDITAS PENELITIAN MELALUI SKEMA PENGEMBANGAN INSTRUMEN (Marsigit, 2016)

(36)

36 Gambar 5

Skema Alur Penelitian (Marsigit, 2016)

Selain itu, cara untuk membuktikan validitas penelitian adalah dengan membangun skema instrumen penelitian. Tidak dapat dipungkiri bahwa instrumen

(37)

37 H. KULIAH UMUM Prof. MAITREE INPRASITHA, Ph.D (2016)

TENTANG PENGEMBANGAN PENELITIAN

Karya ilmiah merupakah naskah akademis yang memuat kajian terhadap suatu topik tertentu secara mendalam dan memperhatikan rambu-rambu penulisan yang telah ditetapkan agar terjamin validitas dan reliabilitasnya. Karya ilmiah dapat berupa hasil kajian literatur maupun hasil dari penelitian. Karya ilmiah yang berupa kajian literatur merupakan hasil karya sintesis dari berbagai teori sehingga diperoleh suatu teori baru yang terpercaya. Lebih lanjut, hasil sintesis ini kemudian

diuji secara praktik di lapangan melalui serangkaian prosedur sehingga menghasilkan laporan yang juga termasuk dalam kategori karya ilmiah. Oleh karena itu, penulisan karya ilmiah berkaitan erat dengan aktivitas penelitian yang di dalamnya terdapat metode ilmiah. Sehingga perkembangan yang terjadi dalam dunia penelitian berdampak kepada struktur dan substansi dari karya ilmiah.

Di satu sisi, penelitian telah mengalami perkembangan dan pergeseran dari masa ke masa, khususnya penelitian di bidang pendidikan. Obyek penelitian pendidikan, yakni siswa merupakan obyek yang dinamis dan holografis sehingga perilaku dan responnya terhadap suatu perlakuan atau keadaan tidak dapat diprediksi dengan sangat akurat. Penelitian terhadap sistem sekolah, pembelajaran di kelas dan di tempat kerja menunjukkan bahwa fenomena yang ada di dunia ini begitu kompleks dan belum mampu dijelaskan secara rinci hanya dengan metode penelitian tradisional. Hal ini berimplikasi kepada munculnya kebutuhan akan metode penelitian yang mampu menjelaskan fenomena tersebut secara rinci sekaligus sistematis. Alat atau sarana untuk meneliti permasalahan dan peluang pun akhirnya mengalami evolusi sehingga pertanyaan penelitian dan jawabannya yang terungkap juga mengalami perubahan dan semakin berkembang. Pertanyaan penelitian di bidang pendidikan tidak lagi berfokus kepada potensi dan kapabilitas

suatu metode penelitian, tetapi muncul berdasarkan atas kebutuhan akan pengembangan pembelajaran. Langkah-langkah dalam menyusun pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut.

(38)

38 2. Menentukan satu dari sekian banyak fenomena pendidikan dengan

menggunakan beberapa kata kunci.

3. Mengubah kata kunci tersebut ke dalam bentuk istilah/terminologi. Termasuk di dalamnya menentukan kerangka kajian terminologi yang sesuai.

4. Me-review literatur yang relevan dengan terminologi yang terbentuk. 5. Menentukan isu penelitian yang akan diangkat.

6. Menuliskan identifikasi isu penelitian secara rasional sehingga layak untuk

diangkat.

7. Merumuskan pertanyaan penelitian sehingga dapat ditentukan kerangka dari penelitian yang dilakukan.

Pada tahapan menggali fenomena yang ada dalam dunia pendidikan, kelas merupakan sebuah wadah yang kaya akan fenomena pendidikan. Bagaimana siswa belajar, proses berpikir mereka, sikap mereka terhadap pembelajaran, kesulitan yang mereka hadapi, anak berbakat atau berkebutuhan khusus; sikap guru terhadap siswa dan mata pelajaran yang diajarkan, kesiapan siswa dalam mengajar, metode pembelajaran, perangkat pembelajaran, setting kelas, fasilitas kelas, dan sebagainya merupakan elemen-elemen yang saling berkaitan satu sama lain dalam mempengaruhi pembelajaran. Berbagai teori dan kajian literatur telah dipublikasikan untuk memberikan deskripsi terhadap elemen-elemen tersebut. Namun, penelitian dalam bidang pendidikan tidak akan pernah habis dan senantiasa berkembang seiring zaman karena penelitian dan kajian terhadap elemen-elemen tersebut memerlukan metode dan pendekatan yang berbeda satu sama lain. Dari sekian banyak elemen-elemen tersebut, penelitian perlu fokus terhadap hal-hal yang mendasar dan isu-isu kekinian.

Diantara isu yang menarik adalah bagaimana membuat kelas menjadi

(39)

39 Selain itu, pembelajaran masih dianggap sebagai kegiatan transmitting, menyampaikan pengetahuan satu arah sehingga siswa tidak diajak berpikir secara aktif dalam menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, perlu didesain pembelajaran yang bermakna, yakni pembelajaran yang mampu mengaitkan dunia nyata siswa ke dunia Matematika. Proses transformasi ini dapat diwujudkan lewat lesson study. Lesson study menjadikan kelas sebagai wadah yang tidak sekedar untuk mendidik,

namun juga untuk belajar dan meneliti dalam rangka meningkatkan pembelajaran. Melalui Lesson study, guru berkolaborasi dengan guru lainnya untuk mempelajari

(40)

40 DAFTAR PUSTAKA

Hartley, J. (2012). New ways of making academic articles easier to read1. International Journal of Clinical and Health Psychology, 12(1), 143.

Hesselbach, R. A., Petering, D. H., Berg, C. A., Tomasiewicz, H., & Weber, D. (2012). A guide to writing a scientific paper: a focus on high school through graduate level student research. Zebrafish, 9(4), 246-249.

HoTEL. (2013). Learning theory. Diakses pada 2 Januari 2017. http://hotel-project.eu/sites/default/files/Learning_Theory_v6_web/Learning%20Theo ry.html

Lillis, T. M., & Curry, M. J. (2010). Academic writing in global context: Routledge London.

Mack, C. (2012a). How to Write a Good Scientific Paper: Citations. Journal of Micro/Nanolithography, MEMS, and MOEMS, 11(3), 030101-030101.

Mack, C. (2012b). How to write a good scientific paper: title, abstract, and keywords. Journal of Micro/Nanolithography, MEMS, and MOEMS, 11(2), 020101-020101.

Mack, C. (2014). How to Write a Good Scientific Paper: Structure and Organization. Journal of Micro/Nanolithography, MEMS, and MOEMS, 13(4), 040101-040101.

Mack, C. (2015). How to Write a Good Scientific Paper: Picking the Right Journal. Journal of Micro/Nanolithography, MEMS, and MOEMS, 14(4), 040101-040101.

Mack, C. (2016). How to Write a Good Scientific Paper: Review Articles. Journal of Micro/Nanolithography, MEMS, and MOEMS, 15(2), 020101-020101.

Murray, R. (2013). Writing for academic journals: McGraw-Hill Education (UK).

Sharp, D. (2002). Kipling's guide to writing a scientific paper. Croatian medical journal, 43(3), 262-267.

Shashok, K. (2011). Plagiarism in scientific writing: words or ideas?

Single, P. B. (2009). Demystifying dissertation writing: A streamlined process from choice of topic to final text: Stylus Publishing, LLC.

Gambar

Tabel 1. Penerapan WWWHWaW dalam Komponen Karya Ilmiah
Skema Pengembangan Outline (Single, 2009)Gambar 1.
Ilustrasi Spektrum Spesialisasi Bidang Ilmu pada JurnalGambar 3.  (Mack, 2015)
Peta Konsep Teori Pembelajaran Gambar 4 (HoTEL, 2013)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Jurusan : Teknik Elektro, Teknik Mesin, Hukum, Psikologi, Manajemen, Manajemen Industri, Teknik Industri, Sosiologi, Akuntansi, Akuntansi Keuangan, Teknik Listrik / Energi

Variasi ukuran produk dikarenakan perbandingan konsentrasi oligonukleotida atau konsentrasi total oligonukleotida dalam reaksi belum optimal (Gao et al., 2003).

Didirikannya BUMG Harapanta juga upaya pemerintah untuk merubah fungsinya dari penyedia menjadi fasilitator, regulator dan koordinator untuk pemberdayaan masyarakat,

ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi. ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu

Sebagai bahan pangan, Ikan merupakan salah satu komoditi bahan pangan yang mempunyai kandungan protein yang tinggi dan sangat baik untuk gizi

Harapan saya semoga penyusunan tugas ini dapat membantu menambah pengetahuan bagi penulis maupun para pembaca, serta dapat segera ditemukan solusi dan desain

Faktor Risiko Kejadian Persalinan Prematur di RSUD Dr...

Tujuan dari analisis ini adalah untuk menentukan berbagai variabel bebas mana yang bernilai menentukan nilai. tambah