• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STUDI TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DAL"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

© Copyright 2013

STUDI TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM

PEMBANGUNAN INFRSTRUKTUR DI DESA SEPALA

DALUNG KECAMATAN SESAYAP HILIR

KABUPATEN TANA TIDUNG

Abdul Wahid

1

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Partisipasi masyarakat Desa Sepala Dalung di dalam Pembangunan Infrastruktur di Desa Sepala dalung Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana tidung. Dengan fokus penelitian melimputi : Partisipasi Masyarakat di Dalam Perencanaannya, Pelaksanaannya, dan pengawasannya, serta Faktor yang mempengaruhi Fakto pendukung dan penghambat partisipasi masyarakat.

Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan melakukan studi keperpustakaan, studi lapangan, yaitu dengan melakukan pengumpulan data melalui kegiatan observasi dan pengamatan secara langsung pada objek penelitian, analisis dokumentasi dengan pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapatkan data sekunder berupa surat-surat, arsip-arsip dan dokumen-dokumen yang ada relevisinya dengan kebutuhan data yang diperlukan dalam proses penulisan serta mengadakan wawancara untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas sesuai dengan yang dibutuhkan dalam penelitian. Narasumber pada penelitian ini terdiri dari Kepala Desa, Sekretaris Desa (SekDes), Ketua Badan Permusyarawatan Desa (BPD), Serta warga desa sepala dalung. Analisis data dilakukan dengan cara pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi data.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Desa Sepala Dalung, merupakan satu di antara desa wilayah Kabupaten Tana Tidung tepatnya di Kecamatan Sesayap Hilir yang memiliki jumlah penduduk 851 jiwa dan terdapat 207 KK (kepala keluarga) yang terdiri dari 448 jiwa laki-laki dan 403 jiwa wanita. Dari hasil pengamatan lapangan pembangunan infrastruktur desa yang dilaksanakan masih ada ditemukan berbagai permasalahan (kendala) satu diantaranya didalam perencanaan pengambilan keputusan, masyarakat sebagian besar tidak bisa menghadiri kegiatan rapat yang diselenggarakan pemerintah desa setempat. Walaupun diketahui bersama bahwa pembangunan yang dilakukan hanya semata untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat itu sendiri.

(2)

Kata Kunci: Tujuan Penelitian, fokus penelitian, lokasi penelitian, pengumpulan data, narasumber, Sarana dan Prasarana.

Pendahuluan

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi yang luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat.

Sejak keluarnya kebijakan otonomi daerah yang dimulai dengan lahirnya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, sehingga saat berlakunya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, secara eksplisit memberikan otonomi yang luas kepada pemerintah daerah untuk mengurus dan mengelola berbagai kepentingan dan kesejahteraan masyarakat daerah. Pemerintah Dearah dituntut untuk mengoptimalkan pembagunan didaerah yang berorientasi kepada kepentingan masyarakat.

Dalam rangka pemerataan pembangunan daerah dan pembangunan wilayah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan pengadaan sarana kebutuhan masyarakat. Pemekaran wilayah merupakan hal yang tidak dapat dihindari dalam proses otonomi daerah. Pemekaran wilayah merupakan kebijakan untuk meningkatkan laju pembangunan di daerah, karena dengan adanya pemekaran wilayah diharapkan dapat lebih mendekatkan pelayanan kepada masyarakat karena semakin pendeknya rentang kendali pemerintahan.

Dengan berkembangnya pembangunan di Indonesia dalam segala bidang khususnya di bidang pembangunan desa, maka perkembangan pemerintahan desa sanggat diperlukan juga, karena perkembangan tidak saja sebagai berubahan secara administrative, tetapi juga sebagai indikasi keberhasilan pembangunan di pendesaan serta meningkatkan volume pembangunan daerah sekaligus membawa implikasi terhadap pembangunan Nasional. Pemberian otonomi luas kepada daerah khususnya pada desa baru diarahkan untuk lebih mempercepat terwujutnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat terhadap pembangunan.

(3)

dengan kebijakan penataan kelembagaan pada pemerintahan desa. Dengan menjadikan pemerintah desa sebagai bagian langsung dari birokrasi negara yang melaksanakan tugas yang dibebankan oleh Negara di wilayahnya. Peningkatan prakarsa dan swadaya masyarakat dalam pembangunan desa, di samping itu terdapat pula Badan Perwakilan Desa, (BPD) yang bersama Kepala Desa berwenang, menetapkan Peraturan Desa (PERDes). Penataan kelembagaan di dalam masyarakat desa secara relatif telah mampu menciptakan wadah bagi partisipasi masyarakat dalam pembangunannya. Dalam rangka menyempurnakan desentralisasi pemerintahan dan otonomi daerah yang di cita-citakan. Dengan hal tersebut maka diterbitkanya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Otonomi daerah, hal ini secara langsung mengubah ruang lingkup kewenangan pemerintah di Indonesia, pemerintah pusat memberikan kewenangannya kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangga atau daerahnya sendiri, berarti dalam menjadi kewenangan daerah, pemerintahan menjalankan otonomi daerah seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan, selain dari urusan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang berada di daerah merupakan pemerintah daerah, sedangkan pemerintah pusat hanya berwenang pada hal-hal yang berhubungan dengan luar negeri, pertahanan, keamanan negara, pengadilan, agama dan keungan negara. Disinilah peluang untuk diterapkannya (bottom up planning) dengan mengedepankan peran serta masyarakat (masyarakat partisipatif).

(4)

program dari perencanaan yang dimulai dari tingkat desa dan dimusyawarahkan dalam Musrenbangdes upaya itu dilanjutkan dengan temu karya pembangunan kecamatan dan ke Rakorbang II, yang kemudian ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dengan skala prioritas tertentu, bahwa program pembangunan yang secara langsung ditujukan untuk menanggulangi kemiskinan menjadi prioritas utama. Dalam pembangunan yang bertujuan untuk memeratakan pembangunan di wilayah Kabupaten Tana Tidung, menjadi rujukan utama dalam upaya mencapai pembangunan berkelanjutan yang ditandai oleh besarnya rasa memiliki dan tanggung jawab. Pembangunan yang tertumpu kepada masyarakat dengan melibatkan sebesar mungkin peran masyarakat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pembiayaan, hingga monitoring dan perkembangannya. Pendekatan ini dimulai dengan keikutsertaan masyarakat sebagai pelaku utama (stakeholders) dalam proses perencanaan pembangunan karena masyarakat diyakini paling mengetahui dan memahami segala kebutuhan, pola pikir, sistem nilai, perilaku, dan adat istiadat serta kebiasaan di lingkungannya. Pembangunan di Kabupaten Tana Tidung merupakan satu di antara wujud pendekatan pembangunan partisipatif yang menempatkan semua pelaku pembangunan, termasuk kesetaraan gender, sehingga masyarakat menjadi subyek dan pelaku utama dari perencanaan, pengelolaan sampai dengan monitoring dan evaluasi pembangunan.

Desa Sepala Dalung, merupakan satu di antara desa wilayah Kabupaten Tana Tidung tepatnya di Kecamatan Sesayap Hilir yang memiliki jumlah penduduk 851 jiwa dan terdapat 207 KK (kepala keluarga) yang terdiri dari 448 jiwa laki-laki dan 403 jiwa wanita.

Setelah melakukan observasi dan pengamatan di Desa Sepala Dalung pada saat ini ada beberapa sarana dan prasarana (infrastuktur) yang membutuhkan perhatian satu diantaranya seperti sarana transportasi, sarana pendidikan, dan sarana pribadatan. Satu diantara penomena yang ada dan masih berjalan adalah sarana pembangunan Badan Jalan yang ada di Desa Sepala Dalung, yang belum melakukan pengerasan (aspal/semenisasi) saat musim hujan jalan berlumpur dan berdebu pada musim kemarau sehingga mengakibatkan terganggunya kegiatan ataupun aktivitas masyarakat Desa Sepala Dalung. Selain daripada itu kondisi infrastruktur/bangunan sarana transportasi, jalan, sarana pendidikan, sarana ibadah, dan sarana kesehatan yang kurang diperhatikan dari pada lingkungan dan perawatannya.

Melihat kondisi dan keadaan yang terjadi dalam masyarakat, maka dari itu penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul “Studi Tentang Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur di Desa Sepala Dalung Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung”.

(5)

Menurut Adisasmiita (2006:34) Partisipasi anggota masyarakat adalah keterlibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program/proyek pembangunan yang dikerjakan di dalam masyarakat.

Sedangkan menurut Slamet sebagaimana dikutip oleh Suryono (2001:124) Partisipasi masyarakat dalam pembangunan diartikan sebagai ikut serta masyarakat dalam pembangunan, ikut dalam kegiatan pembangunan dan ikut serta pemanfaatan dan menikmati hasil-hasil pembangunan.

Berdasarkan hal tersebut maka partisipasi masyarakat adalah suatu aktivitas yang mengikutsertakan perasaan dan emosional seseorang dalam proses pembuatan keputusan dan melaksanakan tanggung jawab dalam suatu organisasi atau kelompok dalam mencapai tujuan bersama yang telah ditentukan.

Selanjutnya menurut Adisasmita (2006:41) Partisipasi Masyarakat adalah pemberdayaan masyarakat, peran sertanya dalam kegiatan penyusunan perencanaan implementasi program/proyek pembangunan, dan merupakan aktualisasi dan kesediaan dan kemauan masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi terhadap implementasi Program Pembangunan.

Dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat merupakan “proses ketika warga, sebagai individu maupun kelompok sosial dan warga, mengambil peran, serta ikut mempengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan kebijakan-kebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan mereka”.

b. Masyarakat

Menurut Suharto (2005:47) Masyarakat adalah sekelompok orang yang memiliki perasaan sama, menyatu satu sama lain karena mereka saling berbagi identitas, kepentingan-kepentingan yang sama, perasaan memiliki, dan biasanya satu tempat yang sama.

Mac Iver dan Page dalam bukunya Soekanto (1999:26) Masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara dari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok dan pengolahan dari pengawasan tingkah laku serta kebebasan manusia.

Kemudian menurut Soekanto (2006:26) masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan berkerja cukup lama sehingga meraka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka suatu kesatuan sosial dengan batasan-batasan yang dirumuskan.

Dari pendapat di atas, maka dapat di simpulkan masyarakat itu adalah suatu system, kesatuan manusia yang memiliki suatu interaksi, kebiasaan (adat-istiadat), tata cara hidup bersama yang hidup dengan batasan-batasan (aturan-aturan) dan mengangagap diri mereka suatu kesatuan sosial yang bersifat kontinyu dan terikat.

(6)

Partisipasi masyarakat menurut Isbandi (2007:27) adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.

Partisipasi sesuai dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (sebagai salah satu tujuan SPPN Pasal 2 ayat 4 huruf d) memaknai “partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat untuk mengakomodasikan kepentingan mereka dalam proses penyusunan rencana pembangunan”

Dari pengertian menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan atau keikutsertaan seseorang masyarakat dalam proses interaksi social, pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat dalam situasi tertentu, baik dalam pengambilan keputusan (solusi) menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan proses keterlibatan masyarakat di dalam mengevaluasi perubahan yang terjadi.

2. Pembangunan Infrastruktur Desa a. Pembangunan

Pada awal pemikiran mengenai pembangunan sering di temukan adanya perbedaan sudut pandang (perspektif) yang beragam warna tergantung para ahli memandangnya dari sudut mana ahli itu memandang.

Para ahli memberikan definisi yang bermacam-macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah yang lainnya, negara yang satu dengan yang lain pula.

Siagian dalam Riyadi (2004:4) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai "suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building)".

Menurut Soekanto (2005:437) pembangunan sebenarnya merupakan suatu proses perubahan yang di rencanakan dan dikehendaki. Dari pendapat ini dikemukakan bahwa pembangunan dari segi prosesnya perubahan, dimana perubahan tersebut dilakukan oleh masyarakat itu sendiri karena yang menginginkan perubahan itu sendiri adalah masyarakat, sebab didasari oleh adanya kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan manusia.

b. Infrastruktur

(7)

kegiatan manusia (masyarakat). Adapun pandangan-pandangan para Ahli mengenai, infrastruktur yaitu sebagai berikut:

Menurut Grigg dalam Kodoatie (2005:8) Infrastruktur merujuk pada system fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan pasilitas public yang lain yang dibutuhkan untuk untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi.

c. Desa

Asal mula desa pertama kali dikemukakan oleh Mr. Herman Warner Muntinghe (Pembantu Gubernur Jendral Inggris) seorang belanda. Desa muncul dalam laporan kepada pemerintahnya tanggal 14 juli 1817 menyebutkan tentang adanya desa-desa di daerah pesisir utara Pulau Jawa. Kemudian ditemukan juga desa-desa di luar jawa yang kurang lebih sama dengan desa di Jawa (Soetarjo, dalam Wasistiono, 2007;7).

Selanjutnya menurut Adisasmita (2006:20) Pembangunan Desa yang dilakukan dengan pendekatan multisektoral, partisipatif, berlandaskan berdasarkan kemandirian, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan serta melaksanakan pemanfaatan sumberdaya pembangunan secara serasi, selaras, dan sinergis sehingga tercapai optimalitas. Berdasarkan hal tersebut ada (3) tiga prinsip pokok pembangunan desa.

Kebijaksanaan dan langkah-langkah penbangunan di setiap desa mengacu kepada pencapaian sasaran pembangunan berdasarkan trilogy pembangunan yaitu:

a. Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya. b. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. c. Stablitas yang cukup tinggi dan dinamis.

Metode Penelitian

Sesuai dengan judul yang diteliti, yaitu study tentang partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur di Desa Sepala Dalung adalah penelitian deskriptif, yakni suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara obyektif. Menurut Hadari Nawawi (2005:63) yaitu “Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya”.

(8)

meliputi: Partisipasi Masyarakat di Dalam Perencanaannya, Pelaksanaannya, dan pengawasannya, serta Faktor yang mempengaruhi Faktor pendukung dan penghambat partisipasi masyarakat.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Sumber Data Primer: Data yang diperoleh melalui responden dengan cara melakukan Tanya jawab secara langsung dan dipandu dengan pedoman wawancara yang sesuai dengan fokus penelitian.Teknik penentuan informan menggunakan Purposive sampling yang dikemukakan Nawawi dalam suherman (2007: 30) bahwa dalam teknik Purposive Sampling pengambilan sampel disesuaikan dengan tujuan penelitian. (2) Sumber Data Sekunder: Data yang diperoleh melalui beberapa informasi antara lain melalui: (a) Dokumen (b) Buku Ilmniah, dan (c) Hasil Penelitian.

Dalam penelitian teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: (1) Penelitian Kepustakaan (Liberary Research) Kegiatan penelitian yang penulis lakukan di perpustakaan dengan cara mengumpulkan teori dan konsep dari kepustakaan berupa buku-buku ilmiah, buku-buku referensi, dan dokumen yang berhubungan dengan ruang lingkup penelitian sebagai landasan pemikiran dan pembahasan, (2) Penelitian Lapangan (Field Work Research) Yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung dilapangan dengan menggunakan beberapa teknik yaitu: (a) Observasi yaitu pengamatan secara langsung dilapangan guna untuk memperkuat data. (b)Wawancara (Interview) yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui proses tanya jawab antara peneliti dengan yang diteliti. Merupakan cara yang efektif untuk mengumpulkan data sosial berupa informasi tentang manusia dan segala sesuatu yang dipengaruhi manusia. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon. Angket atau Quisioner yaitu serangkaian daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis kemudian disebarkan untuk diisi oleh responden (c) Dokumentasi Dalam pengumpulan data melaui dokumentasi, diperlukan seperangkat alat atau instrument yang memandu untuk pengambilan data-data dokumen. Ini dilakukan agar dapat menyeleksi dokumen mana yang dipandang dibutuhkan secara langsung dan mana yang tidak diperlukan. Data dokumen dapat berupa foto, gambar, peta, grafik, struktur organisasi, catatan-catatan bersejarah, dan sebagainya. Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan teknik observasi dan wawancara dalam sebuah penelitian kualitatif.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode perbandingan tetap. Sebagai mana dikemukakan oleh Glaser & Strauss dijelaskan bahwa metode perbandingan tetap adalah teknik menganalisis data secara tetap membandingkan kategori dengan kategori lainnya.

(9)

menyederhanakannya. Setelah pemetaan dilakukan, hal terakhir adalah producing yaitu menyajikan secara keseluruhan kerangka dari analisis yang telah dilakukan.

Hasil dan Pembahasan

Berikut ini adalah ulasan mengenai hasil penelitian yang diperoleh di lapangan yang diperoleh baik melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi mengenai bagaimana partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Desa Sepala Dalung Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung. menyajikan data yang diperoleh di lapangan melalui observasi, wawancara dan penelitian dokumen, yaitu mempelajari data-data laporan dan arsip yang berhubungan dengan penelitian. Selain itu penulis juga akan memberikan gambaran umum Desa Sepala Dalung Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung yaitu sebagai berikut :

A. Gambaran Umum 1. Kabupaten Tana Tidung

Kabupaten Tana Tidung adalah salah satu di antara Kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia yang baru disetujui pembentukannya pada sidang Paripurna DPR RI pada tanggal 17 Juli 2007, dimana disetujui pembentukan/kota baru sebanyak 14 di seluruh indonesia. Kabupaten ini merupakan pada awal pemekaran dari 3 (tiga) Wilayah kecamatan di Kabupaten Bulungan yakni, Kecamatan Sesayap, Kecamatan Sesayap Hilir, dan Kecamatan Tana Lia. Dalam berjalannya sistem pemerintahan di dalam perkembangannya sesuai dan telah memenuhi syarat yang berlaku, Kabupaten Tana Tidung melakukan pemekaran wilayah dengan membentuk 2 (dua) wilayah Kecamatan baru, yaitu: Kecamatan Muruk Rian dan Kecamatan Betayau.

Secara geografis wilayah Kabupaten Tana Tidung terbentang mulai 116’42’50” sampai dengan 117’49’50 Bujur Timur dan 3’12’02” sampai dengan 3’46’41” Lintang Selatan. Di sebelah utara, wilayah Kabupaten Tana Tidung berbatasan dengan Kabupaten Nunukan, di sebelah timur dan selatan berbatasan dengan Kabupaten Bulungan, di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Malinau. Luas wilayah Kabupaten Tana Tidung adalah 4.828,54 hektar atau 4.828,58 km2 atau sekitar 2,22 % dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Timur.

a. Letak Georafis

(10)

Data iklim yang disajikan berasal dari Stasiun Meteorologi Tanjung Selor, hal ini dikarenakan di Kabupaten Tana Tidung belum terdapat Stasiun meteorologi yang memberikan informasi klimatologi.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di stasiun Meteorologi Tanjung Selor pada tahun 2008 bahwa Kabupaten Tana Tidung mengalami musim hujan sepanjang tahun. Untuk penyinaran matahari rata-rata 46 %.

Rata-rata suhu udara sepanjang tahun 2008 adalah 26,9°C yang berkisar antara 21,8°C - 35,4°C. Sedangkan curah hujan selama tahun 2008 antara 151 mm sampai 376,9 mm. Untuk kelembaban udara tercatat relatif tinggi antara 83 % sampai dengan 87 % dengan rata-rata tahun 2008 adalah 85 %. Kabupaten Tana Tidung merupakan wilayah yang memiliki Sumber Daya Alam seperti minyak dan gas, batu bara, emas, kekayaan hutan, lahan perkebunan (kelapa sawit), dan wilayah perairan yang sangat potensial.

2. Gambaran Umum Tempat Penelitian. a. Keadaan Geografis Desa Sepala Dalung.

Desa Sepala Dalung adalah desa pemekaran dari Desa Sesayap yang berada di Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung. Desa ini dapat ditempuh melalui jalan darat yaitu melewati jalan Trans Kalimantan, melewati jalan yang melewati Desa Seludau, Desa Sebawang, dan Desa Sebidai dan dari sungai sesayap atau laut menggunakan speed boat, perahu, ataupun kapal. Desa-desa tetangga yang mengelilingi Desa Sepala Dalung antara lain Desa Sesayap, Desa Seludau, Desa Buang Baru, Desa Singkong, dan Desa Menjelutung. Jarak Desa Sepala Dalung dari Ibukota Kabupaten adalah ± 23 km sedangkan dari ibukota Kecamatan hanya ± 2 km.

Desa Sepala Dalung memiliki luas 60 km2 dengan batas-batas wilayah

sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kecamatan Sembakung

Sebelah Timur : Desa Sengkong

Sebelah Selatan : Desa Buang Baru

Sebelah Barat : Desa Sepala Induk

b. Demografis

Penduduk Desa Sepala Dalung pada Tahun 2010 seluruhnya berjumlah 851 jiwa yang terdiri dari 448 jiwa penduduk laki-laki dan 403 jiwa penduduk perempuan.

(11)

d. Hasil Pembangunan

Pada Tahun 2010, pembangunan Desa Sepala Dalung sudah mengalami perkembangan yang semakin signifikan. Di Desa telah dilakukan pembangunan jalan-jalan atau gang (Semenisasi) maupun perbaikan jalan utama dengan dilakukan penimbunan tanah atau agregat. Jalan-jalan atau gang (Semenisasi) di danai dari Alokasi Dana Desa (ADD) tahun anggaran 2010-2011, sedangkan pembangunan jalan utama didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Tana Tidung.

Bangunan-bangunan yang ada di Desa Sepala Dalung antara lain Kantor Desa Sepala Dalung (ADD 2010), BPU (Pemda Kab. Bulungan melalui program PPMD), Gedung PKK (ADD 2010), Kantor BPD (PWK Kec. Sesayap Hilir), Gudang penyimpanan desa (ADD 2010), Tempat parkir sepeda motor kantor desa (ADD 2010), Musholla (Swadaya masyarakat Desa Sepala Dalung), SDN No. 009 (Dinas Pendidikan Kab. Tana Tidung), Taman Kanak-kanak (Pemda Kab. Bulungan melalui program PPMD), Madrasah Islam (Pemda Kab. Bulungan melalui program PPMD), Posyandu (Pemda Kab. Bulungan melalui program PPMD), Pos Kamling (Bantuan pihak ketiga), Pelabuhan tambatan perahu Tahun 2005 (PWK Kecamatan Sesayap Hilir), serta Pelabuhan tambatan perahu Tahun 2010 (PNPM Provinsi Kalimantan Timur).

B. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Desa Sepala Dalung Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung.

Sesuai dengan apa yang menjadi fokus peneliti di dalam pembangunan infrastruktur Desa Sepala Dalung, ada 3 (tiga) pembahasan partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastuktur Desa Sepala Dalung, yaitu:

1. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan di Desa Sepala Dalung.

2. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan di Desa Sepala Dalung.

3. Partisipasi masyarakat dalam pengawasaan pembangunan di Desa Sepala Dalung.

1. Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan

Infrastruktur Desa Sepala Dalung.

(12)

dimana hanya dengan partisipasi masyarakat penerima program maka hasil ini sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Dengan adanya sumbangan pemikiran dalam bentuk saran dan masukan maka, berbuah pada hasil pembangunan yang sesuai dengan keinginan dan pemanfaatan bagi masyarakat dengan mengadakan (membangun) perubahan yang terencanakan, yakin bahwa keterlibatan masyarakat akan menentukan keberhasilan suatu pembangunan itu.

2. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Desa Sepala Dalung.

Partisipasi dalam pembangunan sebenarnya harus dapat dilakukan atau dilaksanakan melalui keikutsertaan masyarakat dalam memberikan kontribusi guna menunjang pelaksanaan pembangunan yang berwujud tenaga, materi (Uang, barang) atau lainnya dan informasi yang berguna bagi pelaksanaan pembangunan, kesediaan dalam memberikan sumbangan tenaga dan materi merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan.

Dengan adanya partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga secara gotong royong sumbangan dana atau material, merupakan bentuk dukungan sosial masyarakat dalam menerima hasil pembangunan dengan bertanggung jawab. Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan gotong royong berupa sumbangan materi sebagai suatu dukungan dan sebagai rasa saling memiliki hasil pembangunan. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Karton seperti yang dikutip oleh Supriatna (2000:209) "Pelaksanaan pembangunan sangat mengisyaratkan keterlibatan langsung pada masyarakat penerima program pembangunan (partisipasi pembangunan) karena hanya dengan partisipasi masyarakat penerima program maka hasil pembangunan ini akan sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Dengan adanya hasil kesesuaian ini maka hasil pembagunan ini akan memberikan manfaat yang oftimal bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat.

3. Partisipasi Masyarakat dalam Pengawasan Pembangunan Infrastruktur Desa Sepala Dalung.

Pengawasan merupakan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan atau diadakan untuk penyempurnaan dan penilaian sehingga dapat mencapai tujuan seperti yang direncanakan. Sangat penting untuk mengetahui sampai di mana pekerjaan sudah dilaksanakan, mengevaluasi dan menentukan tindakan korektif atau tindak lanjut, sehingga pengembangan pekerjaan dapat ditingkatkan pelaksanaannya.

(13)

C. Penyebab/Faktor yang Mempengaruhi Faktor Pendukung dan Penghambat Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa Sepala Dalung.

Pada hakekatnya pembangunan Nasional dilaksanakan dengan tujuan untuk mewujudnya : (a) Masyarakat yang adil dan makmur; (b) Pemerataan kesejahteraan material dan spritual. Di mana ini semua dilakukan berdasarkan atas filosofi Negara dalam kondisi yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa dan bernegara yang aman, tentram, tertib dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat tertib dan damai. (LEMHANAS, 1997:17-18).

Dalam proses Pembangunan infrastruktur dalam pelaksanaannya kerap ditemukan faktor yang mempengaruhi terhambatnya suatu pembangunan yang dilakukan, demikian juga pendukungnya Pembangunan Infrastruktur di Desa Sepala Dalung. Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka diproleh berbagai fenomena faktor yang menghambat dan mendukung jalannya suatu kegiatan pembangunan yang laksanakan. Adapun faktor pendukung dan penghambat di dalam pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur di Desa Sepala Dalung, satu di antaranya sebagai berikut:

1. Faktor Pendukung

a. Alokasi Dana Desa (ADD)

Kinerja aparatur desa dalam penyelenggaraan pemerintah desa di Desa Sepala Dalung didukung oleh beberapa faktor. Berdasarkan hasil penelitian, faktor tersebut adalah dukungan dana dari pemerintah daerah yang diberikan melalui Alokasi Dana Desa (ADD) dan kemudian peralatan kantor yang sudah cukup lengkap.

b. Bantuan Perusahaan

Salah satu perusahaan yang berhasil melakukan eksplorasi di Desa Sepala Dalung adalah PT Adindo yang bergerak di bidang penanaman kayu kertas dan PT Teknik Utama Mandiri (TUM) yang bergerak dibidang perkebunan kelapa sawit. PT Adindo hingga saat laporan ini dibuat sudah tidak beroperasi di Desa Sepala Dalung, hanya PT TUM yang masih aktif melakukan penanaman kelapa sawit hingga saat ini.

2. Faktor Penghambat

a. Prasarana Listrik.

Pembangunan pada prinsipnya adalah suatu proses dan usaha yang dilakukan oleh suatu masyarakat secara sistematis untuk mencapai situasi atau kondisi yang lebih baik dari saat ini. Dilaksanakannya proses pembangunan ini tidak lain karena masyarakat merasa tidak puas dengan keadaan saat ini yang dirasa kurang ideal.

(14)

Kondisi pendidikan rendah akan berhubungan erat terhadap kualitas pola fikir masyarakat di dalam mengolah sumber-sumber pendapatan yang ada di daerahnya, tanpa adanya penguasaan tekhnologi, dan kinerja pemerintah desa yang memiliki kapabalitas, kredibilitas dan responsibilitas yang memadai.

c. Faktor Alam (SDA)

Keadaan Desa Sepala Dalung selalu mengalami kebanjiran yang diakibatkan oleh pasang air Sungai Sesayap maupun hujan lebat di atas 1 jam. Banjir yang terjadi tersebut akan membawa dampak yang merugikan masyarakat, khususnya petani yang ada di desa, banjir akan membuat tanaman terendam air (rusak), dan bahkan akan mengakibatkan rumah warga terendam oleh air.

Kesimpulan

Dari apa yang menjadi pembahasan di dalam penelitian tentang partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur di Desa Sepala Dalung Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung, Dengan berbagai hasil yang diproleh maka pada bab ini penulis membandingkan teori dan pelaksanaannya pemerintahan yang dijalan oleh Pemerintahan Desa. Peneliti memiliki kesimpulan sebagai berikut:

1. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan sangat berpengaruh besar terhadap jalannya proses pembangunan di Desa Sepala Dalung, penyelenggaraan pembangunan bukan semata-mata tanggung jawab Pemerintah Desa saja melainkan juga merupakan tanggung jawab bersama masyarakat secara keseluruhan, salah satu wujud tanggung jawab yang dimaksud adalah sikap saling mendukung dari anggota masyarakat desa terhadap penyelenggaraan pembangunan yang ditunjukan dengan adanya keterlibatan atau partisipasi aktif dari masyarakat.

2. Pelaksanaan Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan pembangunan infrastruktur di Desa Sepala Dalung masih ada mengalami kendala. Adapun berbagai kendala yang menghambat keikutsertaan dalam perencanaan mengikuti pembuatan keputusan dikarenakan waktu, masyarakat tidak ada ditempat pada saat dilakukan rapat dikarenakan masyarakat pada siang hari pergi berkerja. Selain itu juga masyarakat dari hasil di lapangan masyarakat tidak ikutserta dikarenakan tidak faham akan jalannya kegiatan rapat. Parisipasi masyarakat dalam pelaksanaan dalam pembangunan infrastruktur di Desa Sepala Dalung menunjukan keaktifan/keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur tersebut. Hal ini dapat dilihat dari adanya kegiatan Rapat Desa dan adanya kegiatan Swadaya masyarakat dan kegiatan Gotong-royong di dalam masyarakat.

(15)

Adisasmita, Raharjo, 2006, Membangun Desa Partisipatif, Graha Ilmu, Yogyakarta

Achmadu, 1990, Pendesaan Fokus Pembangunan, Jakarta, Prisma

Anonim, 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi ketiga), Balai Pustaka,Jakarta

______, 2004, Undang-Undang Nomor 32 Tentang Pemerintah Daerah

______, 2006, PPRI Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa, Fokusmedia, Bandung

______, Undang-Undang ,Nomor 25 Tahun 2004 tentang system Perencanaan Pembangunan Nasional.

Effendi, Bachtiar. 2002,Pembangunan Daerah Otonom Berkeadilan, Kurnia Kalam Semesta, Yogyakarta

Isbandi Rukminto Adi. (2007). Perencanaan Partisipatoris Berbasis Aset Komunitas: dari Pemikiran Menuju Penerapan. Depok:FISIP UI Press. Riyadi, 2004, Perencanaan Pembangunan Daerah : Strategi menggali potensi

dalam mewujudkan Otonomi Daerah. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Supriatna, Tjahyu.S.U, Strategi Pembangunan dan Kemiskinan, PT. Rineka Cipta Jakarta: 2000

Siagian, Sondang P, 2003, Manajemen Sumberdaya Manusia, PT. Bumi Aksara, Jakarta

Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta. ________. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatifdan R &D.

Bandung : CV. Alfabeta.

Suryono, Agus, 2001, Teori dan Isu Pembangunan,UM. Pres, Jakarta.

Soekanto, Soerjono, 2005, Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Syafiie, Inu Kencana dkk, 1999, Teori dan Isu Pembangunan, Rineka Cipta, Jakarta.

Yuwono, Teguh, 2001, Manajemen Otonomi Daerah: Membangun Daerah Berdasarkan Paradigma Baru, Clogapps Diponogoro University, semarang.

Dokumen-dokumen :

DPA SKPD Kabupaten Tana Tidung Tahun 2011

Referensi

Dokumen terkait

Bab II adalah tinjauan pustaka, yang berkaitan dengan tinjauan tentang alat deteksi kebohongan, tanda emosi kebohongan di wajah, ekstraksi ciri wajah, pengenalan

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129/KMK.04/2003 TENTANG PEMBEBASAN DAN/ATAU PENGEMBALIAN BEA MASUK DAN/ATAU CUKAI SERTA PAJAK PERTAMBAHAN

Penelitian ini menunjukkan bahwa para informan yang merupakan laki – laki biasanya juga ikut melakukan performance dari hybrid masculinity yang ditampilkan dalam Produce 101

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbandingan proporsi pati bengkuang dan ekstrak okra dilihat dari uji organoleptik (aroma, warna, tekstur,

Buddha juga menasihati kita untuk “menghormati mereka yang wajar dihormati.” Oleh yang demikian, seseorang Buddhis boleh menghormati sebarang agama lain yang wajar dan

Untuk aktivitas yang berlangsung di dalam rumah, konsep kompartementasi diterapkan cukup dengan membuat pembedaan zona dan menggunakan strategi ruang multifungsi

(5) menanam pohon di daerah aliran sungai Bukti aktivitas penduduk yang berkaitan dengan revolusi Bumi terdapat pada angka ..... Bentuk permukaan Bumi seperti pada

Dengan semakin banyak keanekaragaman pakan yang diketahui baik kelompok rumput, leguminosa, hijauan lain dan limbah pertanian di harapkan dapat meningkatkan daya dukung