• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Anak yang Mengalami Mental

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Karakteristik Anak yang Mengalami Mental"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

KARAKTERISTIK ANAK YANG MENGALAMI

MENTAL RETARDATION DAN

DOWN SYNDROME

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Mata Kuliah Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus

Dosen : Imas Trisnawati, M.Pd

Disusun Oleh:

Cici Royani 12.22.1.0080

Erwin Nugraha 12.22.1.0164

Nurhalimah 12.22.1.0342

Rani Octavia Khoerunnisa 12.22.1.0366

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS PENDIDIKAN DASAR

UNIVERSITAS MAJALENGKA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini disusun guna melengkapi tugas kelompok mata kuliah Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus yang berjudul “Karakteristik Anak yang Mengalami Mental Retardation dan Down Syndrome, untuk itu penyusun mengharapkan kritikannya jika masih jauh dari sempurna.

Penyusun tidak dapat menyelesaikan makalah ini tanpa adanya bantuan, bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini yang tidak dapat dituliskan atau disebutkan satu persatu.

Tiada kesempurnaan melainkan milik Allah SWT, demikian pula makalah ini. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penyusun harapkan demi kelengkapan dan perbaikan makalah ini.

Majalengka, Mei 2014

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penulisan ... 3

BAB II PEMBAHASAN ... 4

2. 1Definisi Mental Retardation dan Down Syndrome ... 4

2. 2Penyebab Mental Retardation dan Down Syndrome ... 6

2. 3Karakteristik Mental Retardation dan Down Syndrome ... 9

2. 4Ciri-ciri Mental Retardation dan Down Syndrome ... 13

2. 5Pencegahan Mental Retardation dan Down Syndrome ... 14

2. 6Metode Pembelajaran Bagi Anak Mental Retardation dan Down Syndrome ... 17

2. 7Penilaian (Asesmen) Mental Retardation dan Down Syndrome ... 20

BAB III PENUTUP ... 27

A. Kesimpulan ... 27

C. Saran ... 28

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelainan kromosom merupakan salah satu masalah yang menjadi perhatian publik dan para ilmuwan pada saat ini. Kelainan kromosom yang diderita dapat berupa kelainan jumlah atau kelainan struktur kromosom. Kelainan jumlah dapat berupa hilang atau bertambahnya satu kromosom. Misalnya monosomi, trisomi, triploidi. Sedangkan kelainan struktur dapat terjadi dikarenakan delesi, duplikasi, translokasi, inversi, ring. Selain kelainan struktur dan jumlah, keadaan mosaik juga merupakan salah satu jenis kelainan kromosom. Kelainan kromosom ini dapat diturunkan dari orang tua ataupun terjadi secara de novo dan berkontribusi besar terhadap terjadinya cacat lahir pada bayi.

Kelainan kromosom yang seimbang biasanya tidak memiliki efek terhadap fenotip sehingga tidak muncul tampilan dismorfik pada siswa, namun pada kelainan kromosom autosom yang tidak seimbang dapat menyebabkan kongenital malformasi (dismorfik) yang multiple, dan kebanyakan berhubungan dengan retardasi mental.Tampilan dismorfik yang muncul tersebut merupakan kelainan yang disebabkan karena embriogenesis yang abnormal. Terdapat banyak sekali penyebab dari tampilan dismorfik yang sudah diketahui, walaupun dikemukakan bahwa hampir 50% dari semua kasus tidak memiliki penjelasan yang jelas untuk ditegakkan.

(5)

kromosom berkontribusi sebesar 40% terhadap terjadinya retardasi mental berat (IQ<55) dan 10-20% terhadap terjadinya retardasi mental ringan.

Untuk itu, mendiagnosis sindrom pada anak yang memiliki tampilan dismorfik, yang sering dijumpai pula dengan perkembangan kognitif dan motorik yang terhambat sangatlah penting. 10-12 Hal tersebut nantinya akan berpengaruh terhadap managemen dari siswa, membantu untuk mengidentifikasi pilihan treatment yang tepat, membantu dalam konseling genetik, termasuk didalamnya memperkirakan kemungkinan risiko keturunan selanjutnya akan menderita cacat genetik, serta bagaimana pencegahannya, dan menentukan cara yang tepat untuk melakukan prenatal diagnosis jika diduga memiliki kelainan kromosom, karena pada bayi yang lahir hidup, kelainan kromosom terjadi pada 9 per 1000 kelahiran.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dikaji dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa definisi mental retardation dan down syndrome? 2. Apa penyebab mental retardation dan down syndrome? 3. Apa karakteristik mental retardation dan down syndrome? 4. Bagaimana ciri-ciri mental retardation dan down syndrome? 5. Bagaimana pencegahan mental retardation dan down syndrome?

6. Bagaimana metode pembelajaran bagi anak mental retardation dan down syndrome?

(6)

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari pembahasan makalah ini adalah agar dapat memahami : 1. Untuk mengetahui definisi dari mental retardation dan down syndrome. 2. Untuk mengetahui penyebab dari mental retardation dan down syndrome. 3. Untuk mengetahui karakteristik mental retardation dan down syndrome. 4. Untuk mengetahui ciri-ciri mental retardation dan down syndrome.

5. Untuk mengetahui cara pencegahan mental retardation dan down syndrome. 6. Untuk mengetahui metode pembelajaran yang baik bagi anak mental

retardation dan down syndrome.

(7)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Mental Retardation dan Down Syndrome

A. Definisi Gangguan Mental (Mental Retardation)

Retardasi Mental ( Mental Retardation / Mentally Retarded ) berarti terbelakang mental. Retardasi mental sering disamakan dengan istilah-istilah seperti berikut :

1. Feeble-mended (pikiran lemah)

2. Mentally Retarded (Terbelakang Mental) 3. Idiot (Bodoh atau dungu)

4. Imbecile (Pandir) 5. Moron (Tolol) 6. Oligophrenia

7. Educable (Mampu Didik) 8. Trainable (Mampu Latih)

9. Totally Dependent (Ketergantungan Penuh atau Butuh Rawat) 10.Mental Subnormal

11.Defisit Mental 12.Defisit Kognitif 13.Cacat Mental

14.Gangguan Intelektual

American asociation on mental deficiency /AAMD mendefinisikan retardasi mental sebagai kelainan:

1. Yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata (sub-average), yaitu IQ 84 ke bawah berdasarkan tes

2. Yang muncul sebelum usia 16 tahun

3.Yang menunjukkan hambatan dalam prilaku adaptif

(8)

1. Fungsi intelektualnya lamban, yaitu IQ 70 ke bawah berdasarkan tes inteligensi baku

2. Kekurangan dalam prilaku adaptif

3. Terjadi pada masa perkembangan, yaitu antara masa konsepsi hingga usia 18 tahun.

B. Definisi Down Syndrome

Down syndrome pertama kali di definisikan dan dipublikasikan oleh John Langdon Down pada tahun 1886,namun baru sekitar awal tahun 1860-an di temukan diagnosis pastinya setelah penelitian pada kromosom penderita yang diduga mengalami down syndrome.

Down Syndrom adalah salah satu penyakit yang disebabkan kelainan pada kromosom yang merupakan serat-serat khusus yang terdapat didalam setiap sel didalam badan manusia. Serat-serat khusus ini terdapat bagan-bagan genetik yang menentukan sifat-sifat seseorang. Down syndrom juga sering disebabkan oleh hasil penyimpangan kromosom saat konsepsi.

Menurut JW. Chaplin (1995), down syndrome adalah satu kerusakan atau cacat fisik bawaan yang disertai keterbelakangan mental, lidahnya tebal, dan retak-retak atau terbelah, wajahnya datar ceper, dan matanya miring. Sedangkan menurut Kartini dan Gulo (1987), down syndrome adalah suatu bentuk keterbelakangan mental, disebabkan oleh satu kromosom tambahan. IQ anak down syndrome biasanya dibawah 50, sifat-sifat atau ciri-ciri fisiknya adalah berbeda, ciri-ciri jasmaniahnya sangat mencolok, salah satunya yang paling sering diamati adalah matanya yang serong ke atas. Sedangkan, dari segi sitologi, down syndrome dapat dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu:

(9)

b. Syndrome Down Translokasi, yaitu peristiwa terjadinya perubahan struktur kromosom, disebabkan karena suatu potongan kromosom bersambungan dengan potongan kromosom lainnya yang bukan homolog-nya.

Kelainan-kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental ini pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr. John Longdon Down. Karena ciri-ciri yang tampak aneh seperti tinggi badan yang relative pendek, kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang Mongoloid maka sering juga dikenal dengan mongolisme. Pada tahun 1970an para ahli dari Amerika dan Eropa merevisi nama dari kelainan yang terjadi pada anak tersebut dengan merujuk penemu pertama 7 kali sindrom ini dengan istilah sindrom Down dan hingga kini penyakit ini dikenal dengan istilah yang sama.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa down syndrome merupakan suatu kondisi keterbelakangan mental dan fisik yang disebabkan oleh kelainan kromosom. Anak yang mengalami down syndrome, biasanya memiliki IQ di bawah 50.

2.2 Penyebab Mental Retardation dan Down Syndrome

A. Penyebab Mental Retardation

1. Penyebab rertadasi mental sebelum kelahiran :

a. Down syndrome (DS)

(10)

pada jumlah yang sama memiliki cacat jantung.anak yang mengalami DS ini memiliki keterbelakangan mental ringan.

b. Fragile X syndrome

Fragile syndrome kadang-kadang disebut sindrom martin-bell syndrome,baik pria maupun wanita dapat membawa gangguan ini,tapi hanya ibu yang mengirimkan gangguan ini kepada anak-anak mereka.sindrom ini terjadi ketika mutasi terjadi disalah satu gen di kromosan X. Individu dengan fragile X syndrome cenderung memiliki wajah panjang,telinga besar,dan otot yang buruk,tetapi umumnya mereka sehat.

c. Prader –whili syndrome

Prader-whili syndrome terjadi pada sekitar 1 setiap 14.000 bayi ,hal ini disebabkan oleh salah satu dari beberapa jenis mutasi pada kromosom 15.karakteristik utama dari gangguan ini adalah rasa nafsu makan yang tak terpuaskan dan kecendrungan untuk makan,dan gejala ini biasanya dimulai antara usia 2 dan 4 tahun.obesitas terjadi 95% siswa ini jika asupan makanan tidak hati-hati dikendalikan.

d. Fetal alcohol syndrome (FAS)

Fetal alcohol syndrome merupakan dampak berbahaya dari konsumsi alcohol pada ibu hamil. FAS di anggap sebagai penyebab utama keterbelakangan mental satu-satunya yang jelas dapat dicegah,harus di ingat bahwa tidak setiap anak dengan FAS memiliki keterbelakangan mental.anak yang mengalami FAS biasanya agak kecil dan lebih lambat dari anak-anak lain dalam perkembangan mereka.

e. Phenyketorunia (PKU)

Phenyketorunia adalah kelainan metabolik bawaan yang mengarah pada keterbelakangan mental jika tidak diobati anak-anak diwarisi PKU hanya jika kedua orang tua membawa gen yang menyebabkannya dan pengaruhnya terhadap anak laki-laki dan perempuan sama.

(11)

Toxoplasmosis adalah infeksi yang disebabkan oleh parasit,dan lebih dari 60 juta orang di united state membawanya.ini biasanya tidak berbahaya karena system kekebalan tubuh mencegah dari penyebab penyakit.

2. Penyebab retardasi mental selama kelahiran

Masalah yang terjadi selama kelahiran seorang anak dapat menyebabkan keterbelakangan mental. Jika janin terluka oleh penggunaan yang salah dari forsep atau prosedur di ikuti selama kelahiran,maka keterbelakangan mental dapat terjadi.

3. Penyebab retardasi mental setelah kelahiran :

a. Encephalistis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan radang otak,dan dapat disebabkan oleh infeksi virus.vaksinasi dapat mengurangi kemungkinan nak-anak mendapatkan infeksi virus tertentu,tetapi penyakit ini juga dapat dibawa oleh nyamuk jenis tertentu dan hewan yang telah terkena rabies.

b. Keracunan timbal, anak yang terkena timbal mempunyai resiko tinggi untuk mengalami ketidakmampuan belajar,gangguan emosi dan perilaku ADHD.timbal juga dapat menyebabkan keterbelakangan mental seperti sindrom alkohol janin.

c. Cedera otak ini menyebabkan cedera pada otak dapat menjadi penyebab keterbelakangan mental pada anak.

B. Penyebab Down Syndrome

Penyebab dari down syndrome adalah adanya kelainan kromosom yaitu

terletak pada kromosom 21 dan 15, dengan kemungkinan-kemungkinan : 1. Non Disjunction sewaktu osteogenesis ( Trisomi )

2.Translokasi kromosom 21 dan 15

3. Postzygotic non disjunction ( Mosaicism )

(12)

1. Genetik, Karena menurut hasil penelitian epidemiologi mengatakan adanya peningkatan resiko berulang bila dalam keluarga terdapat anak dengan syndrom down.

2. Radiasi, Ada sebagian besar penelitian bahwa sekitar 30 % ibu yang melahirkan anak dengan do wn syndrome pernah mengalami radiasi di daerah sebelum terjadi konsepsi.

3. Infeksi Dan Kelainan Kehamilan

4. Autoimun dan Kelainan Endokrin Pada ibu, Terutama autoimun tiroid atau penyakit yang dikaitkan dengan tiroid.

5. Umur Ibu, Apabila umur ibu diatas 35 tahun diperkirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat menyebabkan “non dijunction” pada kromosom. Perubahan endokrin seperti meningkatnya sekresi androgen, menurunnya kadar hidroepiandrosteron, menurunnya konsentrasi estradiolsistemik, perubahan konsentrasi reseptor hormon dan peningkatan kadar LH dan FSH secara tiba-tiba sebelum dan selam menopause. Selain itu kelainan kehamilan juga berpengaruh.

6. Umur Ayah, Selain itu ada faktor lain seperti gangguan intragametik, organisasi nukleolus, bahan kimia dan frekuensi koitus.

2.3 Karakteristik Mental Retardation dan Down Syndrome

A. Karakteristik Mental Retardation

Karakteristik anak retardasi mental menurut Brown et al, 1991; Wolery & Haring, 1994 pada Exceptional Children, fifth edition, p.485-486, 1996 dalam Maghdita Sekar, dkk (2007) menyatakan:

1. Lamban dalam mempelajari hal-hal yang baru, mempunyai kesulitan dalam mempelajari pengetahuan abstrak atau yang berkaitan, dan selalu cepat lupa apa yang dia pelajari tanpa latihan yang terus menerus.

2. Kesulitan dalam menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru. 3. Kemampuan bicaranya sangat kurang bagi anak retardasi mental berat. 4. Cacat fisik dan perkembangan gerak. Kebanyakan anak denga retardasi

(13)

dapat berjalan, tidak dapat berdiri atau bangun tanpa bantuan. Mereka lambat dalam mengerjakan tugas-tugas yang sangatsederhana, sulit menjangkau sesuatu , dan mendongakkan kepala.

5. Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri. Sebagian dari anak retardasi mental berat sangat sulit untuk mengurus diri sendiri, seperti: berpakaian, makan, dan mengurus kebersihan diri. Mereka selalu memerlukan latihan khusus untuk mempelajari kemampuan dasar.

6. Tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim. Anak tunagrahta ringan dapat bermain bersama dengan anak reguler, tetapi anak yang mempunyai retardasi mental berat tidak meakukan hal tersebut. Hal itu mungkin disebabkan kesulitan bagi anak retardasi mental dalam memberikan perhatian terhadap lawan main.

7. Tingkah laku kurang wajar yang terus menerus. Banyak anak retardasi mental berat bertingkah laku tanpa tujuan yang jelas. Kegiatan mereka seperti ritual, misalnya: memutar-mutar jari di depan wajahnya dan melakukan hal-hal yang membahayakan diri sendiri, misalnya: menggigit diri sendiri, membentur-beturkan kepala, dll.

Sedangkan menurut S.M. Lumbantobing, 2001 dalam Rosmala Dewi, 2005, ada bebrapa karakteristik yang dapat dijadikan pertanda untuk mengenali anak retardasi mental, antara lain:

1. Sejak lahir perkembangan mentalnya terbelakang disemua aspek perkembangan, kecuali perkembangan motorik, misalnya mereka dapat berdiri, merangkak, dan berjalan.

2. Terbelakang dalam perkembangan bicara.

3. Kurang memberi perhatian terhadap sekitarnya, misalnya tidak bereaksi terhadap bunyi atau suara yang terdengar.

(14)

5. Kesiagaannya kurang, misalnya jika mainan jatuh dihadapanya ia tidak berusaha untuk mengambilnya.

6. Kurang memberi respon terhadap lingkuangan jika dibanding dengan anak normal.

7. Usia 2-3 tahun masih suka memasukkan mainan ke dalam mulutnya.

B. Klasifikasi Mental Retardation

Pengklasifikasian/ penggolongan Anak Retardasi mental untuk keperluan pembelajaran menurut American Association on Mental Retardation dalam Special Education in Ontario Schools (p. 100) dalam Maghdita Sekar, dkk 2007 sebagai berikut:

1.Educable

Anak pada kelompok ini masih mempunyai kemampuan dalam akademik setara dengan anak reguler pada kelas 5 Sekolah dasar.

2.Trainable

Mempunyai kemampuan dalam mengurus diri sendiri, pertahanan diri, dan penyesuaian sosial. Sangat terbatas kemampuanya untuk mendapat pendidikan secara kademik.

3.Custodial

Dengan pemberian latihan yang terus menerus dan khusus, dapat melatih anak tentang dasar-dasar cara menolong diri sendiri dan kemampuan yang bersifat komunikatif. Hal ini biasanya memerlukan pengawasan dan dukungan yang terus menerus.

DSM IV (1994) dalam Rosmala Dewi (2005) menjelaskan klasifikasi anak cacat mental sebagai:

(15)

2. Retardasi mental sedang (moderate mental retardation) dengan IQ 40-54, adalah kelompok kecacatan yang dapat dilatih. Kelompok ini masih memperoleh kecakapan komunikasi selama masa anak usia dini. Walaupun agak lambat, anak dapat mengurus atau merawat diri sendiri dengan pelatihan yang intensif.

3. Retardasi mental berat (severe mental retardation) dengan IQ:

20 – 39. sebagian anak cacat mental berat tidak mampu

berkomunikasi dalam bentuk bahasa. Setelah usia sekolah mereka bicara dan dapat dilatih dalam keterampilan mengurus diri yang sederhana.

4. Retardasi mental sangat berat (profound mental retardation) dengan IQ 20 kebawah. Anak dengan cacat mental sangat berat menunjukkan gangguan yang berat baik dalam perkembangan sensorimotor, perkembangan motorik, kemampuan berkomunikasi, maupun dalam keterampilan mengurus diri sendiri. Umumnya mereka secara total tergantung pada lingkungan.

C. Karakteristik Down Syndrome

1. Bagian belakang kepala rata (Flattening of the back of the head) 2. Mata sipit karena adanya tambahan lipatan kulit sepanjang kelopak

mata

3. Alis mata miring (Slanting of the eyelids)

4. Telinga lebih kecil,sehingga mudah terserang infeksi

5. Mulut yang mungil, lidah tebal dan pangkal mulut yang cenderung dangkal. Disamping itu, otot mulut mereka juga kerap lemah sehingga menghambat kemampuan bicara. Pertumbuhan gigi geligi mereka pun lambat dan tumbuh tak beraturan. Gigi yang berantakan ini juga menyulitkan pertumbuhan gigi permanen.

6. Otot lunak

(16)

8. Tangan mungil ruas jari kelingking mereka kadang tumbuh meiring atau malah tidak ada sama sekali

9. Di telapak tangan mereka terdapat garis melintang yang disebut simian crease

10.Kaki yang mungil, simian crease juga terdapat di kaki mereka yaitu ditelunjuk dan ibu jari yang cenderung lebih jauh dari pada kaki orang normal. Keadaan telunjuk dan ibu jari yang berjauhan itu disebut juga sandal foot

11.Hidung mereka juga cenderung lebih kecil dan datar. Ini tak jarang diikuti dengan saluran pernafasan yang kecil pula, sehingga mereka sering kesulitan bernafas.

12.Rambut mereka lemas, tipis, dan jarang

2.4 Ciri-ciri Mental Retardation dan Down Syndrome

A. Ciri-ciri Mental Retardation

1. Kurang dapat menangkap hal-hal yang baru maupun pengetahuan baru. Belum bisa membaca dan menulis di usia 7 tahun. 2. Kurang dapat berkonsentrasi, dan memori yang sangat pendek. 3. Tidak peka terhadap rangsangan dari luar termasuk terhadap

rangsangan berupa bunyi-bunyian dan suara.

4. Perkembangan bicara yang berkembang aagak lambat dibandingkan anak-anak sebayanya.

5. Suka bermain/ bergaul dengan anak-anak yang lebih muda/ dibawah umurnya.

6. Bisa melakukan kegiatan perawatan diri tetapi dengan bantuan dari orang lain.

7. Emosi yang kurang bisa dikendalikan. Tergesa-gesa dan terkadang emosional apabila keinginan tidak di turuti.

(17)

Ciri-ciri anak yang mengalami down syndrome dapat bervariasi, mulai dari yang tidak nampak sama sekali, tampak minimal, hingga muncul tanda yang khas. Tanda yang paling khas pada anak yang mengalami down syndrome adalah adanya keterbelakangan perkembangan mental dan fisik.

Penderita syndrome down biasanya mempunyai tubuh pendek dan puntung, lengan atau kaki kadang-kadang bengkok, kepala lebar, wajah membulat, mulut selalu terbuka, ujung lidah besar, hidung lebar dan datar, kedua lubang hidung terpisah lebar, jarak lebar antar kedua mata, kelopak mata mempunyai lipatan epikantus, sehingga mirip dengan orang oriental, iris mata kadang-kadang berbintik, yang disebut bintik “Brushfield”.

Berdasarkan tanda-tanda yang mencolok itu, biasanya dengan mudah kita dapat mengenalnya pada pandangan pertama. Tangan dan kaki kelihatan lebar dan tumpul, telapak tangan kerap kali memiliki garis tangan yang khas abnormal, yaitu hanya mempunyai sebuah garis mendatar saja. Ibu jari kaki dan jari kedua adakalanya tidak rapat. Mata, hidung, dan mulut biasanya tampak kotor serta gigi rusak. Hal ini disebabkan karena ia tidak sadar untuk menjaga kebersihan dirinya sendiri.

2.5 Pencegahan Mental Retardation dan Down Syndrome

A. Pencegahan Mental Retardation

Dengan ditemukannya berbagai penyebab mental retardation sebagai hasil penyelidikan oleh para ahli, seyogianya diikuti dengan berbagai upaya pencegahannya.

Berbagai alternatif upaya pencegahan yang disarankan, antara lain berikut ini.

(18)

2. Diagnostik prenatal, yaitu usaha pemeriksaan kehamilan sehingga dapat diketahui lebih dini apakah janin mengalami kelainan.

3. Imunisasi, dilakukan terhadap ibu hamil maupun anak balita. Dengan imunisasi ini dapat dicegah penyakit yang mengganggu perkembangan bayi/anak.

4. Tes darah, dilakukan terhadap pasangan yang akan menikah untuk menghindari kemungkinan menurunkan benih-benih kelainan.

5. Melalui program keluarga berencana, pasangan suami istri dapat mengatur kehamilan dan menciptakan keluarga yang sejahtera baik fisik dan psikis.

6. Tindakan operasi, hal ini dibutuhkan apabila ada kelahiran dengan risiko tinggi, misalnya kekurangan oksigen dan adanya trauma pada masa perinatal (proses kelahiran).

7. Sanitasi lingkungan, yaitu mengupayakan terciptanya lingkungan yang baik sehingga tidak menghambat perkembangan bayi/anak.

8. Pemeliharaan kesehatan, terutama pada ibu hamil yang menyangkut pemeriksaan kesehatan selama hamil, penyediaan vitamin, menghindari radiasi, dan sebagainya.

9. Intervensi dini, dibutuhkan oleh para orang tua agar dapat membantu perkembangan anaknya secara dini.

Selain cara-cara tersebut di atas terdapat pula cara umum, yaitu dengan meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui peningkatan sosial-ekonomi, penyuluhan kepada masyarakat mengenai pendidikan dini.

B. Pencegahan Down Syndrome

Cara pencegahan Down Syndrome yaitu sebagai berikut:

(19)

8. Dengan Biologi Molekuler, misalnya dengan “ gene targeting “ atau yang dikenal juga sebagai “ homologous recombination “ sebuah gen dapat dinonaktifkan.

Pengobatan

Cara medik tidak ada pengobatan pada penderita ini karena cacatnya pada sel benih yang dibawa dari dalam kandungan. Pada saat bayi baru lahir, bila diketahui adanya kelemahan otot, bisa dilakukan latihan otot yang akan membantu mempercepat kemajuan pertumbuhan dan perkembangan anak. Penderita ini bisa dilatih dan dididik menjadi manusia yang mandiri untuk bisa melakukan semua keperluan pribadinya sehari-hari seperti berpakaian dan buang air, walaupun kemajuannya lebih lambat dari anak biasa.

Bahkan, beberapa peneliti mengatakan, dengan latihan bisa menaikkan IQ sampai 90. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa anak-anak penderita Sindrom Down yang diberi latihan dini akan meningkat intelegensianya 20% lebih tinggi dibandingkan dengan pada saat mereka mulai mengikuti sekolah formal. Latihan ini harus dilestarikan, walaupun anak sudah dewasa. Bila bayi itu beranjak besar, maka perlu pemeriksaan IQ untuk menentukan jenis latihan/sekolah yang dipilih. Pemeriksaan lain yang mungkin dibutuhkan adalah pemeriksaan jantung karena pada penderita ini sering mengalami kelainan jantung.

Di negara-negara maju pemeriksaan kromosom dapat dilakukan sebelum bayi lahir. Bila seorang ibu dicurigai akan melahirkan bayi dengan Sindrom Down dilakukan pengambilan cairan ketuban atau sedikit bagian dari ari-ari (plasenta) untuk diperiksa kromosomnya. Ada juga pemeriksaan pada ibu hamil yang tidak dengan tindakan, yaitu hanya pemeriksaan ultrasonografi (USG), serum darah tertentu, dan hormon saja telah bisa menduga adanya bayi Sindrom Down dalam kandungan. Sayangnya, pemeriksaan-pemeriksaan ini masih cukup mahal untuk ukuran Indonesia.

(20)

masih merupakan perdebatan karena belum diatur pelaksanaannya oleh undang-undang kesehatan, apalagi dianggap berlawanan dari norma-norma agama.

Down syndrome sebenarnya bisa dideteksi sejak dalam kandungan. Dengan begitu, orang tua bisa memutuskan akan meneruskan kehamilan atau tidak. Berikut cara mendeteksi down syndrome dengan beberapa pemeriksaan yaitu :

1. SKRINING, yaitu pemeriksaan awal dengan cara mengetahui riwayat dari keluaarga.

2. USG (ultrasonografi), yaitu dokter bisa mendeteksi secara dini kemungkinan down syndrome pada janin.

3. BIOKIMIA, pemeriksaan ini akan dilakukan bila telah dicurigai adanya kelainan pada janin.

4. ANALISIS KROMOSOM, dengan cara ini akan diketahui jumlah dan struktur kromosom janin sehingga kelainan jumlah kromosom dapat dideteksi sebelum bayi lahir.

5. NON INVASIF, yaitu gabungan pemeriksaan ultrasond dan biokimia yang saat ini sedang berkembang. Karena hasilnya 90 % mampu mendeteksi down syndrome sejak dini.

2.6 Metode Pembelajaran bagi anak Mental Retardation dan Down

Syndrome

A. Metode Pembelajaran bagi anak Mental Retardation

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Karena itu negara memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu kepada setiap warganya tanpa terkecuali termasuk mereka yang memiliki perbedaan dalam kemampuan (difabel).

(21)

baik fisik maupun mental yang dimiliki oleh siswa. Jelas segmentasi lembaga pendidikan ini telah menghambat para siswa untuk dapat belajar menghormati realitas keberagaman dalam masyarakat.

Akibatnya dalam interaksi sosial di masyarakat kelompok difabel menjadi komunitas yang teralienasi dari dinamika sosial di masyarakat. Masyarakat menjadi tidak akrab dengan kehidupan kelompok difabel. Sementara kelompok difabel sendiri merasa keberadaannya bukan menjadi bagian yang integral dari kehidupan masyarakat di sekitarnya.

 Tujuan diselenggarakannya lembaga pendidikan TK & SD Sekolah

khusus anak dengan down sindrom adalah mensukseskan program wajib belajar yang di canangkan oleh pemerintah, khususnya bagi anak-anak berkebutuhan khusus.

 Meningkatkan dan memperluas pemberian layanan pendidikan bagi

anak-anak berkebutuhan khusus.

Sekolah umum yang menyelenggarakan pendidikan inklusif harus mempunyai tenaga guru yang memiliki pemahaman tentang pendidikan inklusif dan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus. Selain itu, perlu ada minimal satu orang guru yang memiliki kualifikasi pendidikan atau keahlian pada bidang pendidikan khusus. Hal ini penting supaya anak berkebutuhan khusus mendapat layanan pembelajaran yang tepat.

B. Metode Pembelajaran/Pelayanan bagi anak Down Syndrome

Pelayanan pendidikan bagi anak tunagrahita/retadasi mental dapat diberikan pada:

1. Kelas Transisi.

(22)

2. Sekolah Khusus (Sekolah Luar Biasa bagian C dan C1/SLB-C, C1).

Layanan pendidikan untuk anak tunagrahita model ini diberikan pada Sekolah Luar Biasa. Dalam satu kelas maksimal 10 anak dengan pembimbing/pengajar guru khusus dan teman sekelas yang dianggap sama keampuannya (tunagrahita). Kegiatan belajar mengajar sepanjang hari penuh di kelas khusus. Untuk anak tunagrahita ringan dapat bersekolah di SLB-C, sedangkan anak tunagrahita sedang dapat bersekolah di SLB-C1 3. Pendidikan Terpadu.

Layanan pendidikan pada model ini diselenggarakan di sekolah reguler. Anak tunagrahita belajar bersama-sama dengan anak reguler di kelas yang sama dengan bimbingan guru reguler. Untuk matapelajaran tertentu, jika anak mempunyai kesulitan, anak tunagrahita akan mendapat bimbingan/remedial dari Guru Pembimbing Khusus (GPK) dari SLB terdekat, pada ruang khusus atau ruang sumber. Biasanya anak yang belajar di sekolah terpadu adalah anak yang tergolong tunagrahita ringan, yang termasuk kedalam kategori borderline yang biasanya mempunyai kesulitan-kesulitan dalam belajar (Learning Difficulties) atau disebut dengan lamban belajar (Slow Learner).

4. Program Sekolah di Rumah.

Progam ini diperuntukkan bagi anak tunagrahita yang tidak mampu mengkuti pendidikan di sekolah khusus karena keterbatasannya, misalnya: sakit. Proram dilaksanakan di rumah dengan cara mendatangkan guru PLB (GPK) atau terapis. Hal ini dilaksanakan atas kerjasama antara orangtua, sekolah, dan masyarakat.

5. Pendidikan Inklusif.

(23)

guru/pembimbing yang sama. Pada kelas inklusi, siswa dibimbing oleh 2 (dua) oarang guru, satu guru reguler dan satu lagu guru khusus. Guna guru khusus untuk memberikan bantuan kepada siswa tunagrahita jika anak tersenut mempunyai kesulitan di dalam kelas. Semua anak diberlakukan dan mempunyai hak serta kewajiban yang sama. Tapi saat ini pelayanan pendidikan inklusi masih dalam tahap rintisan.

6. Panti (Griya) Rehabilitasi.

Panti ini diperuntukkan bagi anak tunagrahita pada tingkat berat, yang mempunyai kemampuan pada tingkat sangat rendah, dan pada umumnya memiliki kelainan ganda seperti penglihatan, pendengaran, atau motorik. Program di panti lebih terfokus pada perawatan. Pengembangan dalam pati ini terbatas dala hal:

a) Pengenalan diri

b) Sensori motor dan persepsi

c) Motorik kasar dan ambulasi (pindak dari satu tempat ke tempat lain)

d) Kemampuan berbahasa dan komunikasi e) Bina diri dan kemampuan sosial.

2.7 Penilaian (Asesmen) Mental Retardation dan Down Syndrome

Metode atau cara yang dapat digunaakn dalam melaksanakan asesmen antara lain:

1. Observasi, pengamatan yang dilakukan terhadap cara belajar siswa, tingkah laku yang muncul pada saat siswa belajar, dan lain-lain. 2. Tes atau evaluasi hasil belajar, diperoleh dengan cara memberikan

tes pada setiap bidang pelajaran.

3. Wawancara, dilakukan terhadap orang tua, atau keluarga, dan siswa.

(24)

1. Checklist, yaitu memberikan tanda pada bagian-bagian yang telah ditentukan pada pedoman sesuai dengan kemampuan anak.

2. Skala nilai, yaitu bentuk penilaian yang mengarah pada kemampuan atau prestasi belajar siswa.

Adapaun bentuk pelaporan hasil asesmen dapat berupa

1. Grafik, yaitu menggambarkan posisi setiap siswa dalam tiap-tiap bidang pengajaran

2. Data kualitatif, yaitu deskripsi singkat tentang kemampuan siswa dalam tiap-tiap bidang pengajaran.

3. Data kuantitatif, yaitu data berupa angka. Supaya tidak menyesatkan, khusus bagi anak tunagrahita data kuantitatif ini hendaknya selalu diiringi dengan data kualitatif

A. Pelaksanaan Asesmen

Pembahasan berikut in lebih diarahkan kepada pelaksanaan asesmen setelah anak tunagrahita berada di dalam kelas ( setelah anak belajar). Sebagaimana telah dijelaskan di atas mengenai ruang lingkup, asesmen menentukan apa yang akan diajarkan kepada siswa secara individu, dan bagaimana cara guru mengajar anak sehingga memperoleh kemajuan yang optimal.

a. Asesmen untuk menentukan apa yang harus di ajarkan kepada siswa secara individu

Pada hakekatnya guru mempunyai tugas untuk membantu individu agar dapat belajar secara baik dan memperoleh hasil yang optimal (sesuai dengan kemampuannya). Oleh karena itu, dalam merencanakan program pengajaran guru hendaknya memperhatikan perbedaan-perbedaan yang dimiliki anak baik yang bersifat inter individual maupun intra indvidual. Hal ini sangat penting terutama bagi anak tunagrahita, yang sifat perbedaan individual sangat nampak.

Untuk menentukan apa yang harus di ajarkan kepada siswa secara individu, ada beberapa langkah/urutan yang harus di perhatikan.

(25)

2. Decide what behavior to assess. 3. Select an evaluation activity. 4. Administer the evaluation service. 5. Record the student’s performance.

6. Determine specific short and long range instructional objectives.

Pelaksanaan langkah/urutan kegiatan tersebut dapat dijelaskan dalam uraian berikut ini.

Pertama, menentukan scope (bidang) dan urutan keterampilan yang akan diajarkan. Untuk melaksanakan hal ini dengan efektif, maka guru harus memahami tingkatan kemampuan siswa dalam bidang-bidang pengajaran tertentu. Hal ini perlu dilakukan mengingat kemampuan antara siswa yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Guru biasanya dapat mengetahui dengan jelas keterampilan-keterampilan yang telah dikuasai oleh siswa dan keterampilan yang perlu dikuasainya. Melalui analisis tugas, biasanya guru dapat mengidentifikasikan keterampilan siswa sampai kepada bagian-bagian yang terkecil.

Kedua, memilih tingkah laku yang akan dinilai. Penilaian tingkah laku dimulai dari tingkat yang paling global sampai pada tingkay yang paling spesifik. Tingkah laku global yaitu penggradasian materi kurikulum yang melibatkan tingkah laku siswa dalam rentang keterampilan yang luas. Misalnya dalam bidang membaca meliputi: keterampilan mengenal huruf dan kata, pemahaman kata, dan mungkin pemahaman wacana. Sedangkan tingkah laku yang spesifik mengacu pada penentuan secara langsung tujuan pengajaran, misalnya: siswa perlu belajar bunyi vokal pendek.

(26)

sebaiknya bersifat kontinyu, yang hasilnya dapat digunakan untuk merencanakan pelajaran berikutnya.

Keempat, pengadministrasian alat evaluasi. Pengadministrasian alat evaluasi biasanya diperlukan untuk penilaian awal. Kegiatan ini meliputi: identifikasi bidang masalah, pencatatan pola-pola kesalahan, penilaian keterampilan tertentu. Setelah penilaian awal dilaksanakan dan tujuan-tujuan pengajaran ditentukan, maka selanjutnya guru juga perlu menentukan prosedur untuk memonitoring kemajuan.

Kelima, pencatatan penampilan siswa. Ada dua jenis penampilan siswa yang harus dicatat oleh guru, yaitu penampilan pada pekerjaan sehari-hari yang biasanya dicatat dengan aktivitas buatan guru; dan penguasaan keterampilan secara keseluruhan yang biasanya dicatat dalam bagan-bagan atau format kemajuan setiap individu yang telah disediakan untuk keperluannya tersebut.

Keenam, penentuan tujuan pengajaran khusus jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan yang baik adalah tujuan yang dapat mengamati tingkah laku yang terjadi dan menggambarkan kriteria penilaian yang berhasil. Contoh: tujuan jangka pendek, memberi materi berupa huruf-huruf konsonan seperti: b, c, d, f, g, dan seterusnya, siswa jangka panjang, memberikan materi berupa rangkaian huruf vokal dan konsonan, siswa dapat menyebutkan 90% fonem dengan benar. Dalam hal ini yang penting adalah bahwa tujuan jangka pendek hendaknya langsung memeberukan kontribusi terhadap pencapaian tujuan jangka panjang.

b. Asesmen untuk menentukan bagaimana cara guru mengajar siswa untuk mencapai kemajuan yang optimal

Kegiatan yang biasanya dilakukan untuk menentukan cara pengajaran dalah mengidentifikasi bidang-bidang utama yang mendasari penilaian. Bidang-bidang tersebut mencakup faktor harapan, peristiwa stimulus, faktor respon, dan peristiwa berikutnya.

(27)

tingkah lakunya adalah: harapan siswa, harapan guru, harapan teman sebaya, dan harapan orang tua.

a) Harapan siswa. Dalam hal ini guru hendaknya mencari dan memiliki informasi tentang berbagai harapn siswa dalam belajar. Informasi penting yang harus diketahui guru adalah apakah siswa menunjukan harapan negatif? Kepada siapa dan untuk apa reaksi negatif itu ditujukan? Apa alasan dinyatakannya reaksi negatif tersebut? Informasi tersebut sangat bermanfaat dalam merencanakan pengajaran. Sebagai contoh jika siswa tidak menyenangi pelajaran menyanyi karena malu menyanyi di depan teman-temannya, maka guru mungkin menyediakan situasi menyanyi satu-persatru secara individu atau berdua di temani seorang temannya.

b) Harapan guru. Dalam hal ini guru harus mampu mengembangkan persepsi-persepsi siswa untuk dijadikan umpan balik dalam menciptakan harapan-harapan siswa. Jika guru berharap dan menerima lebih sedikit dari apa yang sebenarnya dapat dilakukan siswa, maka harapan ini mungkin dapat menghambat kemajuan belajar dan perkembangan sosial siswa.

(28)

d) Harapan orang tua. Orang tua memiliki peran dan pengaruh yang sangat penting terhadap perkembangan anak, termasuk didalamnya perkembangan akademik dan sosial. Sikap dan perlakuan orang tua banyak menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Tuntutan orang tua yang terlalu tinggi akan menjadi beban bagi anak dan dapat menimbulkan sikap putus asa, rendah diri, dan sebagainya. Sebaliknya tuntutan yang terlalu rendah juga akan membuat anak tidak termotivasi untuk berprestasi. Mengenai hal ini, Marcer & Marcer (1993 : 50) mengemukakan bahwa jika orang tua menghargai dan memberikan penguatan terhadap hasil belajar siswa, maka siswa cenderung untuk termotivasi karena meraka mengerjakan pekerjaan rumah dan mendapatkan nilai yang baik di sekolah. Dorongan orang tua seringkali menjadi faktor penentu dalam mempertahankan motivasi dan prestasi siswa dalam belajar. 2. Peristiwa stimulus, termasuk didalamnya adalah perssiapan materi, metode

pengajaran, dan latar ruang kelas yang menimbulkan respon siswa. Guru hendaknya memiliki kemampuan untuk menciptakan suasana yang dapat merangsang siswa untuk belajar lebih baik., misalnya apa yang disenangi dan tidak disenangi oleh siswa. Informasi ini dapat diperoleh guru baik melalui observasi langsung maupun tidak langsung.

(29)

4. Peristiwa Berikutnya. Banyak bentuk situasi posotif yang dapat dilakukan guru sebagai penguatan yang dapat mempengaryhi tingkah laku siswa. Dalam hal ini guru mempunyai berbagai cara untuk dapat menemukan apa yang dapat dijadikan penguatan bagi siswa. Hal penting yang harus diingat adalah bahwa dalam memberikan penguatan, guru harus mempertimbangkan waktu, jumlah, serta rasio penguatan tersebut. Sebagai contoh: ada siswa yang membutuhkan penguatan segera untuk mempertahankan tingkah lakunya, sedangkan siswa yang lain dapat mentolelir penundaan.

(30)

BAB III

PENUTUP

3.1Kesimpulan

Keterbelakangan mental atau lazim disebut retardasi mental adalah suatu keadaan dengan intelegensi yang kurang(subnormal)sejak masa perkembangan (sejak lahir).biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan,tetapi gejala utama ialah intelegensi yang terbelakang.retardasi mental disebut juga oligo frenia atau tuna mental.keadaan tersebut ditandai dengan fungsi kecerdasan umum yang berada di bawah rata-rata dan disertai dengan berkurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri atau berprilaku adaptif.

Retardasi mental sebenarnya bukan suatu penyakit walaupun retardasi mental merupakan hasil dari proses patagolik di dalam otak yang memberikan gambaran keterbatasan terhadap intelektualitas dan fungsi adaptif.

(31)

jumlah kesemua kromosom ialah 47 kromosom.Keadaan ini boleh melibatkan kedua-dua jantina (lelaki dan perempuan).

Peran orang tua penting untuk dan janganlah menolak anak yang mengalami keterbelakangan mental karena penderita keterbelakangan mental mengalami kekurangan kasih sayang dan perhatian padahal justru penderita dengan keterbelakangan mental lebih membutuhkan pengertian yang mendalam dan perhatian dari orang tua yang melebihi anak normal.

3.2Saran

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Prabowo, Hendro. (2008). Psikologi pendidikan. Jakarta: Gunadarma

Ayu, Putri. (2013). Retardasi Mental

[online]. Tersedia: http://putriiayuputhee.blogspot.com/2013/01/retardasi-mental.html. [24 Mei 2014]

Failashofagmail. (2011). Diagnostik anak retardasi mental

[online].Tersedia:http://failashofagmail.wordpress.com/2011/05/05/diagno stik-anak-retardasi-mental-rm/. [24 Mei 2014]

Tips sehat keluarga bunda. (2013). Penyebab dan test down syndrom bayi

[online].Terseda:http://tips-sehat-keluarga-bunda.blogspot.com/2013/02/penyebab-dan-test-down-syndrom-bayi.html. [24 Mei 2014]

Mismif28. (2013). Hasil observasi kondisi dan

[online].Tersedia:http://mismif28.blogspot.com/2013/02/hasil-observasi-kondisi-dan.html.[24 Mei 2014]

Thesis binus. (2011). %20bab%202

Referensi

Dokumen terkait

SMK3 adalah ialah singkatan dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang merupakan bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur

[r]

Model Problem-Based Learning (PBL) dimulai dari pemberian masalah dunia nyata sehingga siswa aktif mengkonstruk pengetahuannya untuk dapat menemukan solusi permasalahan

pengaruh terbesar kedua yaitu pada relevansi pekerjaan, ketika persepsi tim manajemen proyek penerapan green construction memiliki relevansi dengan pekerjaan mereka

Pada pertemuan ketiga aktivitas siswa kembali meningkat karena siswa sudah mengerti dengan strategi yang digunakan yaitu setelah siswa memperhatikan guru menjelaskan materi,

Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah struktur modal (LTDER) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap inisiasi dividen (Dividend Payout Ratio) pada

Linux mengenal hak akses yang mengatur setiap user sehingga tiap user hanya dapat mengakses file-file atau direktori tertentu saja, hal ini digunakan untuk kepentingan

Dalam hal ini, algoritma yang akan akan digunakan dalam proses simulasi adalah algoritma dari metode Ensemble Kalman Filter (EnKF) yang akan dibandingkan