• Tidak ada hasil yang ditemukan

KELESTARIAN WAYANG KRUCIL BLORA YANG MEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KELESTARIAN WAYANG KRUCIL BLORA YANG MEN"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

KELESTARIAN WAYANG KRUCIL BLORA YANG MENGALAMI KEPUNAHAN AKIBAT MODERNISASI ZAMAN

Bagas Jaya Putra

Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang E-mail: bagasjaya18061998”gmail.com

Abstrak BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak dapat berupa peninggalan sejarah yang bersifat tradisional.

Di era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan suatu negara sudah mengalami kemajuan. Mempunyai negara yang maju menjadi harapan semua masyarakat, dan kini hampir semua negara sudah mengalami kemajuan tersebut. Mulai dari kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, transportasi, kesenian, bahkan budaya sekalipun semua karena pengaruh dari globalisasi.

(2)

pikir mereka yang menganggap jika budaya barat itu lebih modern dan lebih populer, sehingga kesadaran mereka dalam melestarikan budaya dan kesenian tradisional semakin menurun.

Masuknya budaya barat yang mempengaruhi pola pikir generasi muda menyebabkan keberadaan budaya dan kesenian tradisional di negara mulai memprihatinkan. Contohnya adalah Wayang Krucil dari Kabupaten Blora Jawa Tengah. Dahulu, kesenian tradisional Wayang Krucil di Kabupaten Blora Jawa Tengah menjadi pementasan kesenian yang sangat digemari masyarakat. Mereka sering mengadakan pertunjukan Wayang Krucil pada hari-hari tertentu, seperti pada acara sedekah bumi ataupun peringatan malam Suro. Namun dewasa ini perkembangan Wayang Krucil hampir mengalami kepunahan. Jarang sekali sekarang kita temui pertunjukan Wayang Krucil diadakan. Hal ini karena generasi terdahulu, yang mengembangkan kesenian Wayang Krucil telah tiada, sedangkan para penerusnya tidak mau menuruskan mempelajari dan mengembangkan kesenian Wayang Krucil. Di era sekarang, jarang sekali kita temui ada anak muda yang mau memperhatikan kebudayaan dan kesenian tradisional negaranya, itu semua karena anggapan mereka tentang kebudayaan dan kesenian tradisional yang keliru. Sehingga mereka malu untuk mengakui jika kebudayaan dan kesenian tadisional adalah kebudayaan kesenian mereka.

(3)

barongannya, sedangkan Wayang Krucil semakin hari keberadaannya semakin menghilang karena kurangnya minat generasi muda akan budaya dan kesenian tradisionalnya yakni Wayang Krucil yang disebabkan adanya kemajuan modernisasi yang semakin pesat.

Apabila pemikiran para generasi muda tidak pulih kembali untuk mencintai budaya dan kesenian tradisionalnya, cepat atau lambat pasti kebudayaan dan kesenain kita akan jauh lebih terkikis. Oleh karenanya, sebelum itu semua terjadi kita sebagai para generasi muda harus berani memperjuangkan kembali kebudayaan dan kesenian tradisional yang sudah nenek moyang kita wariskan kepada kita.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan topik makalah yang telah kami pilih, ada beberapa rumusan masalah yang akan kami bahas rumusan masalah tersebut adalah :

a) Bagaimana perkembangan kesenian tradisional Wayang Krucil dari awal kemunculannya di Kabupaten Blora?

b) Bagaimana perkembangan kesenian tradisional Wayang Krucil di Kabupaten Blora setelah adanya globalisasi?

c) Mengapa globalisasi memengaruhi menurunnya minat generasi muda di Kabupaten Blora terhadap kesenian Wayang Krucil?

1.3 Tujuan Penelitian

a) Mengetahui perkembangan Kesenian Wayang Krucil Blora di Jawa Tengah. b) Mengetahui pengaruh globalisasi terhadap kelestarian kesenian Wayang Krucil

(4)

c) Mengetahui penyebab menurunnya minat generasi muda di Blora terhadap kesenian Wayang Krucil Blora.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Penulis

a) Meningkatkan wawasan dan pengalaman dalam menyusun karya tulis dalam bidang kebudayaan dan kesenian khususnya kebudayaan dan kesenian tradisional. b) Dapat menerapkan metode ilmiah seperti yang dilakukan oleh ilmuan dalam

melakukan penelitian.

c) Menambah pengalaman penulis dalam mencari informasi dan sumber data lapangan.

d) Membuat penulis menjadi lebih bermasyarakat dengan kebudayaan dan kesenian tradisional khususnya kesenian Wayang Krucil Blora.

e) Agar penulis juga mengetahui betapa pentingnya mempelajari kebudayaan dan kesenian tradisional daerahnya.

1.4.2 Bagi Masyarakat

a) Menambah wawasan penelitian tentang keberadaan kesenian tradisional yang perlu dilestarikan khususnya kesenian Wayang Krucil di Kabupaten Blora.

b) Memberikan informasi maupun sumbangan pemikiran bagi pihak lain untuk mengkaji lebih lanjut mengenai kesenian Wayang Krucil di Kabupaten Blora. c) Membuat masyarakat terutama para generasi muda semakin bijak dalam

menjaga dan melestarikan kebudayaan dan kesenian daerah agar dapat tetap menjadi panutan dan ciri khas daerahnya.

(5)

Krucil sehingga dapat menjadi kesenian tradisional yang dapat bertahan di tengah-tengah maraknya seni modern.

e) Masyarakat terutama generasi muda mengetahui mengenai kesenian tradisional Wayang Krucil Blora, sehingga kehadirannya dapat dijadikan sebagai komoditi penting dalam perkembangan kesenian yang ada di Kabupaten Blora.

f) Masyarakat dan generasi muda sadar bahwa budaya dan kesenian daerah sangatlah penting bagi kehidupan, dan mau mempelajari semua jenis kesenian Indonesia terutama kesenian khas Kabupaten Blora yaitu Wayang Krucil.

1.4.3 Bagi pemerintah

a) Sebagai landasan bagi pemerintah Kabupaten Blora guna mengembangkan kelestarian kesenian Wayang Krucil Blora.

b) Mengetahui bentuk kepedulian masyarakat dan generasi muda terhadap kesenian tradisional sehingga dapat merekomendasikan dalam kebijakan-kebijakan tentang pelestarian kesenian Wayang Krucil Blora.

1.5 Hipotesis

a) Perkembangan globalisasi telah menyebabkan banyak kesenian daerah di Indonesia mengalami kepunahan khususnya Wayang Krucil di Kabupaten Blora. b) Para generasi muda di Kabupaten Blora lebih cenderung berminat pada

(6)

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN METODE PENELITIAN 2. Kajian Teoritis

2.1 Pengertian Budaya

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga budaya diwariskan secara genetis.

2.2 Pengertian Kebudayaan

(7)

a) Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.

b) Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.

c) Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.

d) Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

e) Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Dari berbagai definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli, dapat diperoleh pengertian, bahwa kebudayaan merupakan sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.

(8)

Kesenian merupakan bagian dari kebudayaan dan merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Kesenian juga memiliki fungsi lain, misalnya mitos berfungsi menentukan norma,untuk perilaku yang teratur serta meneruskan nilai-nilai adat dan nilai-nilai kebudayaan. Secara umum kesenian dapat mempererat ikatan solidaritas suatu masyarakat.

Berikut ini merupakan pengertian dan definisi kesenian menurut para ahli:

a) J.J Hogman, kesenian merupakan sesuatu yang memiliki unsur ideas, aktivitas dan artifact.

b) Kuntjaraningrat, kesenian merupakan suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma dan peraturan dimana kompleks aktivitas dan tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat dan biasanya berbentuk benda-benda hasil manusia

c) William A Heavlend, kesenian adalah keseluruhan sistem yang melibatkan proses penggunaan imajinasi manusia secara kreatif di dalam sebuah kelompok masyarakat dengan kebudayaan tertentu.

2.4 Manusia Dan Kebudayaan

(9)

dua yaitu bahasa lisan dan bahasa gerak. Dalam berbahasa harus ada ahli kode agar menghindari kesalahpahaman atau menjaga perasaan lawan bicara.

Kebudayaan itu merupakan sebuah kesepakatan dan kebudayaan juga merupakan pembeda antara manusia dan binatang. Manusia berbudaya karena berakal, jadi apabila ada manusia yang tidak berbudaya sama halnya binatang karena binatang tidak berbudaya karena tidak berakal.

Kebudayaan itu selalu bergerak atau dalam kata lain selalu berkembang karena kebudayaan itu tidak diam (statis). Kebudaan selalu berkembang karena manusia juga selalu berkembang. Karena apabila kebudayaan tidak berkembang maka kebudayaan tersebut akan mati, seperti halnya bahasa Yunani Kuno dan bahasa Sansekerta. Dan kepunahan juga terancam akan terjadi pada Wayang Krucil yang berasal dari Blora Jawa Tengah.

Kebudayaan itu harus berkembang dan harus bisa beradaptasi, karena sesuatu yang tidak benar-benar kuat dan tidak dapat beradaptasi maka sesuatu itu tidak akan bertahan lama. Oleh karena itu kebudayaan harus tetap dipertahan kan agar tetap kuat dan tidak mudah mati atau punah.

2.5 Wayang Krucil Blora

(10)

berdakwah di wilayah Pulau Jawa terutama di Jawa Tengah termasuk Kota Blora, dan sangat berkembang pesat dari zaman ke zaman.

Wayang Krucil memiliki perbedaan dari wayang yang lain, yaitu dari bahan dan bentuknya. Wayang Krucil terbuat dari kayu pipih (dua dimensi-red). Hanya saja tangannya terbuat dari kulit sapi. Wayang Krucil cenderung lebih kecil dari wayang lainnya, karena bentuknya yang kecil sehingga disebut dengan Wayang Kucil. Di Kabupaten Blora Jawa Tengah, Wayang Krucil memiliki bentuk yang mirip dengan wayang gedog. Tokohnya memakai dodot rapekan, berkeris, dan menggunakan tutup kepala tekes atau kipas. Sedangkan di Jawa Timur tokohnya banyak yang menyerupai wayang purwa. Di Blora Jawa Tengah tokoh-tokoh rajanya Bergelung Keling atau Garuda Mungkur saja.

Wayang Krucil bisa disebut juga "Wayang Klithik", karena saat dimainkan terdengar bunyi klithak-klithik yang ditimbulkan dari benturan pada kayu bahan dasar Wayang Krucil. Gamelan yang dipergunakan untuk mengiringi pertunjukan wayang ini amat sederhana, berlaras slendro dan berirama playon bangomati (srepegan). Namun, ada kalanya Wayang Krucil menggunakan gendhing-gendhing besar.

(11)

Timur Tengah. Tidak jarang pula, lakon-lakon itu diambil dari legenda masyarakat sekitar, seperti Sunan Bonang, Nogososro Sabuk Inten, Brandalan Diponegoro, dan Maling Genthiri.

Tokoh yang selalu muncul dalam cerita Wayang Krucil yaitu Bletik dan Jemblung. Kedua tokoh tersebut muncul di saat konflik atau gara-gara. Mereka berperan seperti Punakawan, yaitu mereka mengajak berdialog atau bergurau penonton, mengkritisi persoalan hidup. Tidak jarang mereka menyampaikan nilai-nilai agama dan pesan-pesan politik.

Tokoh yang digunakan termasuk tokoh yang sangat unik dan sangat banyak, serta tokoh yang ada di dalam Wayang Krucil ini memiliki sifat atau karakter yang berbeda-beda dan beragam, maka dari itu wayang yang satu ini tidak mudah membuat bosan orang yang menontonnya.

2.5 Lakon-Lakon dalam Wayang Krucil. a) Damarwulan

b) Menakjingga c) Layang seta d) Layang Kumitir e) Logender

f) Prabu Kencanawungu g) Patih Udara

(12)

l)Ranggalawe m) Buntaran n) Watangan o) Anjasmara p) Banuwati q) Panjiwulung r) Sabdapalon s) Naya genggong t) Jaka Sesuruh u) Prabu Brawijaya v) Angkatbuta w) Ongkotbuta x) Dayun y) Melik

z) Klana Candrageni aa) Klanasura

bb) Ajar Pamengger cc) Dewagung Walikrama dd) Dewagung Baudenda ee) Daeng Marewah 3. Metode Penelitian

3.1 Jenis dan Desain Peneltian 3.1.1 Jenis Penelitian

(13)

penelitian tetapi mengolah data dan menganalisis suatu masalah secara numerik. Menurut Sugiyono (2010:9) Metode Penelitian Kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Berdasarkan rangkaian teori tentang penelitian kualitatif tersebut, jenis penelitian ini memusatkan pada deskripsi data yang berupa kalimat-kalimat yang memiliki arti mendalam yang berasal dari informan dan perilaku yang diamati.

3.1.2 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah studi kepustakaan (deskriptif narasi) yaitu menguraikan data-data bukan dengan data-data numerik tetapi menguraikan data-data-data-data dalam bentuk kalimat. Penelitian deskriptif narasi adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpisitisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data kuantitatif/ statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2010:8).

3.2 LOKASI PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Desa Kunden, Desa Bangkle serta Museum Mahameru Kecamatan Blora Kabupaten Blora Jawa Tengah dengan alasan :

a) Narasumber merupakan seorang praktisi kesenian Wayang Krucil Blora.

b) Narasumber merupakan Kepala Yayasan Museum Mahameru yang mengerti dan memahami perkembangan kesenian Wayang Krucil Blora sejak awal kemunculannya di Kabupaten Blora.

(14)

3.3 DATA DAN SUMBER DATA 3.3.1 Data

Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta ataupun angka. Dari sumber SK Menteri P dan K No. 0259/U/1977 tanggal 11 Juli 1977 disebutkan bahwa data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi, sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu keperluan. Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif, yaitu data yang berkaitan dengan kualitas.

3.3.2 Sumber Data

Peran dari sumber data sangatlah penting, karena berkaitan dengan bisa tidaknya data penelitian diperoleh. Oleh karena itu, pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan sumber data sebagai berikut:

a) Informan

Informan merupakan tumpuan pengumpulan data bagi peneliti dalam mengungkapkan permasalahan penelitian. Dalam hal ini yang menjadi informan dalam penelitian ini merupakan praktisi kesenian Wayang Krucil Blora

b. Key Informan

Key Informan yaitu orang yang dianggap dapat memberikan keterangan-keterangan yang merupakan narasumber utama dalam hal ini yang dimaksud dengan key informan merupakan praktisi kesenian Wayang Krucil di Blora. 3.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

3.4.1 Wawancara Mendalam

(15)

mendalam, tetapi masih memperhatikan unsur terpimpin pada persoalan-persoalan yang diteliti dalam hal inilah pedoman wawancara digunakan. Esterberg (2002) dalam Sugiyono (231:2010) mendefinisikan interview sebagai berikut. ” a meeting of two persons to exchange information and idea through question and respones,resulting in comumunication and joint contruction of meaning about a particular topic”. Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informai dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Seperti halnya dalam teknik pengumpulan data dengan observasi, maka dalam wawancara hasilnya dicatat dan direkam untuk menghindari terjadinya kesesatan recording. Di samping itu peneliti juga menggunakan teknik recall (ulangan) yaitu manggunakan pertanyaan yang sama tentang sesuatu hal guna memperoleh kepastian jawaban dari responden. Apabila hasil jawaban pertama dan selanjutnya sama maka dapat dijadikan data yang sudah final. Yang menjadi narasumber dalam penelitian ini yakni praktisi kesenian Wayang Krucil Blora (Bapak Maryoko S,Pd.) serta Kepala Yayasan Museum Mahameru Blora (Bapak Gatot Pranoto BE.).

3.4.2 Dokumentasi

(16)

3.4.3 Observasi

Sutrisno Hadi (1986) dalam Sugiyono (145:2010) observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai biologis dan psikologis. Metode Observasi ini, dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam observasi ini menggunakan teknik observasi langsung tak berperan. Kegiatan proses belajar mengajar dengan menggunakan media komputer yang menjadi kegiatan observasi.

3.5 Teknik Analisis Data

(17)

Reduksi data sebagai komponen pertama, bahkan sudah dilakukan sejak awal sebelum kegiatan pengumpulan data dilakukan, yaitu sejak penyusunan proposal penelitian. Dengan membatasi permasalahan penelitian dan juga membatasi pada pertanyaan-pertanyaan pokok yang perlu dijawab dalam penelitian, sebenarnya peneliti sudah mulai melakukan reduksi. Kemudian proses tersebut dilanjutkan pada waktu pengumpulan data, dan secara erat saling menjalin dengan dua komponen analisis yang lain, yaitu sajian data dan penarikan simpulan dan verifikasinya. Tiga komponen tersebut masih aktif bertautan dalam jalinan dan masih tetap dilakukan pada waktu pengumpulan data sudah berakhir, dan dilanjutkan sampai pada waktu proses penulisan laporan penelitian berakhir. Untuk menganalisis data dalam masalah ini penulis menggunakan logika induksi,

dengan membandingkan teori yang melatar belakangi permasalahan. Data yang diperoleh dari lapangan akan diolah dengan cara mengumpulkan semua data yang ada. Data yang ada dikelompokkan, diseleksi dan selanjutnya dianalisis. Metode yang digunakan dalam analisis data kualitatif yaitu menganalisis data yang didasarkan pada kualitas data yang digunakan untuk memecahkan permasalahan pokok penelitian, kemudian diuraikan dalam bentuk bahasa deskriptif.

(18)

”Dalam penelitian kualitatif tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instruman penelitian utama.Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya penelitian itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.”

Menurut peneliti hal tersebut sesuai dengan kenyataan sehingga dalam penyediaan data tidak mengada-ada dan merupakan sesuai dengan kenyataan. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara induktif. Penulis dalam penelitian ini menggunakan teknik penarikan simpulan secara induktif, yaitu penarikan simpulan dari data-data yang bersifat khusus untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum.

BAB IV PEMBAHASAN

(19)

merupakan daerah yang terkenal karena memiliki sumber tambang minyak gas yang terbesar di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di daerah Cepu, sebelah timur Kota Blora. Selain memiliki sumber tambang minyak gas terbesar, Blora juga terkenal dengan hutan jatinya yang memiliki kualitas kayu yang tinggi dan terbaik se-Jawa Tengah, sehingga Blora dijuluki sebagai Kota Jati. Tidak hanya kaya akan sumber daya alamnya, Blora juga memiliki kekayaan dalam kesenian tradisionalnya, salah satu kesenian tersebut ialah Wayang Krucil. Namun, kesenian Blora yang satu ini telah berada pada ambang kepunahan. Hal tersebut dikarenakan menurunnya eksistensi Wayang Krucil sebagai salah satu kesenian Blora, serta kurangnya minat masyarakat untuk melestarikan kesenian tersebut. Berikut merupakan penjelasan dari rumusan masalah yang kami angkat mengenai kesenian tradisional Wayang Krucil yang berada di Kabupaten Blora.

4.1 Perkembangan Kesenian Tradisional Wayang Krucil di Kabupaten Blora

(20)

Wayang Krucil adalah daerah Blora kota sendiri. Tahun 1940-1950-an merupakan masa keemasan bagi perkembangan Wayang Krucil, dimana pada masa tersebut masyarakat sangat apresiatif terhadap kesenian tersebut dengan Dalang Gondo sebagai dalang Wayang Krucil saat itu. Masa keemasan kesenian Wayang Krucil tersebut dibuktikan dengan banyaknya jadwal pertunjukan Wayang krucil. Dalam satu bulan, pertunjukan Wayang Krucil dapat mencapai lima belas kali pertunjukan. Biasanya pementasan Wayang Krucil diadakan setiap bulan-bulan besar penanggalan Jawa, juga setiap setelah panen atau biasa disebut dengan sedekah bumi. Pada masa itu, masyarakat memiliki minat yang lebih ketika melihat pertunjukan Wayang Krucil, karena Wayang Krucil dinilai lebih mengasyikkan dan menarik untuk dilihat dan didengar dibanding wayang kulit biasa. Hal tersebut dikarenakan terdapat interaksi antara dalang dengan penabuh gamelan serta dengan penonton, begitu juga dengan penabuh gamelan terhadap penonton dan dalang. Selain hal tersebut, isi dari cerita yang dibawakan dalam pementasan Wayang Krucil sangat menarik dan memberi banyak pelajaran di dalamnya, seperti cerita Lakon Menak yang merupakan cerita dari Timur Tengah dengan Amir Hamzah sebagai lakonnya yang merupakan sahabat Rasulullah yang memiliki tauladan yang baik, selain itu terdapat cerita mengenai kehidupan Raden Mas Said sebelum menjadi Sunan, hingga akhirnya menjadi Sunan Kalijaga, sehingga Wayang Krucil merupakan media yang digunakan untuk syiar agama Islam. Oleh karena itu, pertunjukan tersebut menjadi menarik untuk dilihat dan mendapatkan tempat tersendiri di dalam masyarakat.

(21)
(22)

4.2 Kemunduran Perkembangan Kesenian Tradisional Wayang Krucil di Kabupaten Blora

Eksistensi kesenian Wayang Krucil tidak dapat bertahan lebih lama dan mulai mengalami kelunturan hingga saat ini. Hal ini dimulai ketika kesenian Wayang Krucil terlibat dalam masalah politik, ketika itu kesenian Wayang Krucil bergabung dengan organisasi LEKRA pada masa Orde Lama, dimana LEKRA merupakan organisasi yang tergabung dengan PKI. Pada masa Orde Baru, Presiden Soekarno meminta Soeharto untuk meniadakan PKI, sehingga pada masa itu PKI diberantas dan tidak boleh mengadakan kegiatan apapun. Akibat dibekukannya organisasi PKI, organisasi dibawahnya seperti LEKRA pun menjadi mati sehingga kesenian Wayang Krucil yang tergabung di organisasi LEKRA terlibat dalam masalah tersebut. Kemerosotan eksistensi Wayang Krucil akibat dilarangnya organisasi PKI berdiri di Indonesia, membuat banyak generasi muda tidak ingin lagi belajar dan meneruskan menjaga kelestarian kesenian Wayang Krucil. Akibat dari hal tersebut membuat para seniman dan praktisi Wayang Krucil berkurang dan eksistensi dari kesenian Wayang Krucil menjadi terbelakang.

(23)

mengalami dampak dari modernisasi zaman. Hal ini dapat terlihat dengan banyaknya kemunculan-kemunculan kesenian baru dari bangsa barat seperti kemunculan musik-musik band maupun pertunjukan drama modern. Kemajuan teknologi pun ikut mempengaruhi kemajuan pada bidang seni, yaitu dengan munculnya televisi yang merupakan media hiburan bagi masyarakat. Kesenian-kesenian serta teknologi tersebut telah masuk ke Indonesia dan telah menggeser keberadaan kesenian-kesenian tradisional yang berada di Indonesia termasuk tersisihnya kesenian tradisional Wayang Krucil yang berada di Kabupaten Blora. Menurut Bapak Maryoko S.Pd., pada zaman tersebut Wayang Krucil kurang dapat menyesuaikan dengan situasi atau kurang dapat beradaptasi dengan kemajuan zaman yang terjadi, apalagi dengan para praktisi kesenian Wayang Krucil yang memiliki SDM yang rendah bahkan mereka tidak sekolah, tidak dapat menulis dan membaca serta bersifat sangat tertutup terhadap hal-hal baru. Sehingga kesenian Wayang Krucil tidak dapat berkembang hingga mengalami hampir kepunahan pada era saat ini.

(24)

sebagainya. Namun, kesenian Wayang Krucil yang merupakan kesenian daerah yang dimiliki Kabupaten Blora, bahkan tidak dipentaskan pada acara-acara peringatan hari besar Kota Blora sendiri. Hal tersebutlah yang membuat hampir punahnya kesenian Wayang Krucil, akibat tidak ada media yang memperkenalkannya kembali, sehingga generasi muda Kota Blora menjadi minim pengetahuannya atau bahkan tidak mengetahui kesenian tradisional daerah yang dimilikinya tersebut.

4.3 Menurunnya Minat Generasi Muda Terhadap Kesenian Tradisional Wayang Krucil Blora

(25)

pada kebudayaan yang mereka anggap lebih modern dari pada kebudayaan tradisional daerah mereka sendiri.

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan :

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa perkembangan Wayang Krucil Blora saat ini hampir mengalami kepunahan dikarenakan oleh beberapa faktor, yakni :

a) Kurangnya praktisi yang mengembangkan kesenian Wayang Krucil Blora. b) Kemajuan globalisasi, modernisasi zaman, serta masuknya budaya asing yang

memengaruhi masyarakat Indonesia.

c) Wayang Krucil Blora tidak dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman yang terjadi di era saat ini.

d) Praktisi Wayang Krucil Blora yang memiliki SDM yang rendah.

e) Kurangnya apresiasi dari Pemerintah Kabupaten Blora terhadap kesenian Wayang Krucil Blora.

f) Sedikitnya masyarakat yang mengenal keberadaan kesenian Wayang Krucil Blora.

g) Kesenian wayang, seperti Wayang Krucil tidak diminati masyarakat karena membutuhkan waktu yang lama dalam pertunjukkannya.

(26)

Dengan tersusunnya karya tulis ini kami mengharapkan kepada para pembaca yang budiman agar bisa mengambil sisi positif serta manfaat dari karya tulis yang telah kami buat.

Dari semua penelitian yang kami lakukan sebelumnya, kami dapat memberikan saran-saran yang sekiranya sangat diperlukan.

Berdasarkan karya ilmiah ini beberapa hal yang penting untuk dijadikan bahan pertimbangan dan saran dalam pembuatan karya ilmiah ini, seperti :

5.1.1 Saran Secara Umum :

a) Kami menyarankan agar penelitian tentang punahnya kesenian Wayang Krucil Blora dapat dilakukan lebih lanjut.

b) Kami menyarankan agar eksistensi Wayang Krucil Blora tetap terjaga di dalam masyarakat.

5.2.2 Saran Secara Khusus :

a) Kami menyarankan kepada guru atau pembimbing agar bisa memberi arahan kepada siswanya untuk tetap peduli dan ikut andil dalam melestarikan kesenian tradisional Wayang Krucil Blora yang mereka miliki.

b) Kami menyarankan kepada masyarakat agar lebih memahami dan memberikan perhatian untuk melestarikan kesenian tradisional Wayang Krucil Blora yang mereka miliki.

(27)

d) Kami menyarankan kepada para generasi muda agar tetap melestarikan kesenian Wayang Krucil Blora agar keberadaannya tetap eksis walaupun di tengah perkembangan budaya barat akibat modernisasi zaman yang semakin pesat.

Referensi

Dokumen terkait

Sick building syndrome merupakan kumpulan gejala yang akut pada pe- kerja di gedung perkantoran dapat berupa nyeri kepala, batuk, sesak, iri- tasi kulit,

Jadi tema pengaduan yang dominan sampai dengan bulan Maret 2012 berdasarkan informatif (berupa pertanyaan) dan masalah (berupa mekanisme dan prosedur) adalah

Pada perlakuan kadar garam 20 ppt penurunan terjadi karena pertumbuhan populasi yang tinggi tidak disertai dengan jumlah individu yang membawa telur, sehingga pertumbuhan pada

KPU Kabupaten Grobogan sebelumnya akan menetapkan Daftar Pemilih Tetap Hasil Penyempurnaan Daftar Pemilih Tetap Hasil Perbaikan (DPTHP-2) tingkat Kabupaten

“the rich get richer” [12]. Overall, this study indi- cates that CBG existence is not as a single aspect which influenced presence and abundance non- native species in

Metode yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah dengan metode Direct sampling, yaitu dengan menghitung jumlah spesies dan individu serangga pengunjung selama

Panitia Setifikasi Dosen Universitas Hasanuddin berkoordinasi dengan fakultas/ jurusan/bagian/program studi untuk menentukan (1) 5 (lima) orang mahasiswa, (2) 3 (tiga) orang

Gambar Digram Alir Eksplorasi dan Ekslpoitasi Pertambangan Andesit Pendahuluan Andesit Eksplorasi Andesit Eksploitasi Andesit AMDAL Penutup Tahapan Metode Tujuan Prosedur