Melkisedek dalam bahasa Ibrani Malki-tsedeq yang artinya rajaku atau raja
kebenaran.[1] Melkisedek adalah seorang raja di negeri Salem (atau disebut juga Yerusalem).[1] Namanya disebut 12 kali dalam 12 ayat di Alkitab: 1 kali dalam Kejadian 14:17-24, 1 kali dalam Mazmur 110:4, dan 10 kali dalam surat Ibrani (pasal 5-7).
Dalam kitab Kejadian 14:17-24, diceritakan bahwa Melkisedek adalah seorang imam Allah yang Maha Tinggi. Sedangkan dalam Ibrani 7: 1-10, Melkisedek adalah:
Melkisedek adalah raja Salem dan imam Allah Yang Mahatinggi (ayat 1)
Ia pergi menyongsong Abraham ketika Abraham kembali dari mengalahkan raja-raja, dan memberkati dia (ayat 1)
Kepadanya Abraham memberikan sepersepuluh dari hasil jarahan yang diperoleh dari musuh-musuhnya (ayat 2)
Imam yang tidak didasarkan pada keturunan ("Ia tidak berbapa, tidak beribu, tidak bersilsilah" ayat 3)
Keimamannya tidak berawal dan berakhir ("harinya tidak berawal dan hidupnya tidak berkesudahan" ayat 3); keimamannya tetap abadi (tidak lahir dan tidak mati, "dan karena ia dijadikan sama dengan Anak Allah, ia tetap menjadi imam sampai selama-lamanya" ayat 3);
Keimamannya adalah sebuah kebenaran ("Menurut arti namanya Melkisedek (bahasa Ibrani: קדצ־יכלמ; mal-kî-tse-ḏeq) adalah pertama-tama raja kebenaran (tse-ḏeq; sedek)" ayat 2); dan
Keimamannya bersifat damai ("dan juga raja Salem (bahasa Ibrani: םלש ךלמ; me-leḵ shā-lêm), yaitu raja damai sejahtera (shā-lêm; shalom; syalom; salem)" ayat 2). Di dalam Mazmur 110:4, menyatakan "Melkisedek" yang akan datang kemudian sebagai seorang raja keturunan Daud yang ditetapkan dengan sumpah Allah
menjadi imam untuk selama-lamanya. Latar belakang penetapan ini terdapat dalam hal penaklukan Yerusalem oleh Daud kira-kira tahun 1000 SM.[1][2]
Berdasarkan hal itu Daud dan keturunannya menjadi ahli waris atas jabatan imam raja dari Melkisedek. Raja yang ditetapkan dengan cara demikian disebut oleh Yesus dan orang-orang sezaman-Nya sebagai Mesias, anak Daud (Markus 12:35). Kesimpulan ini diambil oleh surat Ibrani, yang mengembangkan temanya tentang keimaman Tuhan Yesus di sorga berdasarkan Mazmur 110:4, dengan penjelasan dari Kejadian 14:17-24; di situ Melkisedek tampil dan menghilang tiba-tiba tanpa keterangan tentang kelahirannya atau kematiannya, asal nenek moyangnya atau keturunannya, dalam suatu cara yang menjelaskan bahwa kedudukannya lebih tinggi dari Abraham, dan tanpa disebut-sebut dari keimaman keturunan Harun sebagai keturunan Abraham. Maka dengan itu ditetapkan bahwa keimaman Kristus lebih tinggi dari keimaman Lewi pada zaman Perjanjian Lama (Ibrani 5:6-11; 6:20-7:28). https://id.wikipedia.org/wiki/Melkisedek
Bacaan[sunting | sunting sumber]
Melkisedek dan sepak terjangnya tercatat dalam tiga ayat Perjanjian Lama,
namanya berarti "raja kebenaran"; kemudian juga "raja Salem" yang berarti "raja damai sejahtera." Ia tidak berbapa, tidak beribu, tidak bersilsilah, harinya tidak berawal dan hidupnya tidak berkesudahan, dan karen a ia dijadikan sarna dengan Anak Allah, ia tetap menjadi imam sampai selama-lamanya (Ibrani 7:2-3).
Siapakah tokoh sejarah Melkisedek? Bagaimana penulis Kitab Ibrani menafsirkan Perjanjian Lama? Apakah penafsiran tersebut benar? Apakah penafsiran tersebut hanya benar untuk penulis Kitab Ibrani atau tetap benar sampai sekarang? Semua pertanyaan di atas terlintas dalam pikiran ketika kita merenungkan bacaan ini. Hanya ada sedikit catatan tentang tokoh sejarah ini. Pada pertengahan Zaman Perunggu (sebelum tahun 1500 Sebelum Masehi) Palestina terbagi menjadi banyak negara bagian yang berdiri sendiri. Melkisedek disebut sebagai imam dan raja Salem, yang menurut pendapat banyak ahli sama dengan Yerusalem. Di sana mereka menyembah El Elyon, atau Allah yang Mahatinggi. Meskipun sering
digunakan untuk kata YHVH dalam Kitab Mazmur, kata Melkisedek ini tidak tercatat sebagai nama yang digunakan para kepala keluarga untuk menyebut Allah.
Meskipun demikian, Abraham pasti melihat adanya kesamaan antara nama tersebut dengan Allah yang disembahnya, karena kemudian ia bersumpah atas nama Allah yang Mahatinggi (Kejadian 14:22). Barangkali ia telah memiliki hubungan dengan Melkisedek sebelumnya, atau barangkali ia dan para sekutunya berhenti untuk berdoa dan beribadah di Salem dalam perjalanan mereka menuju ke Utara. Tetapi berdasarkan informasi yang kita miliki, Melkisedek tetap menjadi salah satu tokoh non-Israel yang tidak jelas dalam Perjanjian Lama, termasuk Balaam, yang
menunjukkan bahwa Allah pasti dikenal oleh bangsa-bangsa lain selain Israel. Melkisedek menghilang dari pandangan setelah peristiwa ini. Mungkin ia kembali ke Salem dan menjalani hari-harinya. Beberapa ahli kemudian menunjuk pada
munculnya garis imam Zadok secara tiba-tiba setelah Raja Daud menguasai Yerusalem, dan mengatakan bahwa mereka adalah keturunan Melkisedek (ZDK dalam kata Zadok dan Melkisedek merupakan bentuk yang memiliki akar kata yang sama) yang kemudian bergabung dengan keturunan Harun. Apapun yang telah terjadi, agama Yahudi selanjutnya berspekulasi mengenai Melkisedek. Ada beberapa bukti bahwa raja-imam Yehuda Hasmonean (164 Sebelum Masehi-63 Sebelum Masehi), yang mungkin merupakan asal mula dari orang Saduki, memandang Melkisedek sebagai asal mula imam dan sekaligus raja. Sebagai tanggapan atas hal ini, Yudaisme para rabi (dan barangkali Yudaisme Farisi yang lebih awal) menyebut Melkisedek sebagai orang yang "tidak akan mewarisi mas a yang akan datang" karena ia lebih dulu memberkati Abraham sebelum Allah! Pandangan Yahudi yang ketiga didapatkan dalam Gulungan Kitab Laut Mati 11Q Melkisedek, di mana ia muncul sebagai serdadu malaikat yang terpenting. Tidak satu pun dari spekulasi di atas diterima oleh penulis Kitab Ibrani, meskipun
sikapnya yang berhati-hati dalam berbicara ten tang Melkisedek mungkin berkaitan dengan pandangan kalangan Farisi yang merendahkan dirinya.
(= dewaku) benar" atau "rajaku adalah Zedek," tetapi penulis kita membacanya sebagaimana orang membacanya di Ibrani, yaitu "raja kebenaran." Kemudian ia melihat keberadaan Melkisedek sebagai raja Salem dan memperhatikan bahwa Salem berasal dari akar kata yang sama dengan salom (sering kali disebut SHALOM), kata bahasa Ibrani untuk "perdamaian" atau "kesejahteraan." Dari sanalah ia memperoleh arti "raja darnai." Jelas bahwa ia menginginkan para pembaca untuk menarik garis paralel antara Melkisedek dan Yesus Kristus, yang menurut argumentasinya tidak pernah berbuat dosa dan karena itu benar (4:15), bertentangan dengan para imam Harun. Ia juga telah menyebut Yesus sebagai pembawa perhentian yang sejati dari Allah (4:1-11), yang mungkin dapat dibandingkan dengan perdamaian. Meskipun demikian, penulis tidak pernah mengungkapkan perbandingan tersebut secara tegas. Demikian pula kita tidak mengetahui apakah menyebut Melkisedek sebagai "raja kebenaran" memiliki implikasi terhadap pandangan yang dikemukakan oleh Yudaisme Farisi, yang menurut pendapat kita kurang baik. Mungkm penulis mengetahui latar belakang para pembacanya dan mengharapkan mereka untuk mengambil kesimpulan yang benar.[1]
Kemudian penulis memperhatikan bahwa Melkisedek tidak disebut sebagai "anak laki-laki" dari siapa pun. Bahwa beberapa individu lain dalam cerita Abraham juga tidak memiliki nama orang-tuanya (misalnya Abimelek) tidaklah penting, karena yang penting baginya hanyalah kesejajaran mereka dengan Melkisedek. Ia tidak berbicara tentang sejarah. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa dalam bacaan tersebut Melkisedek juga tidak disebutkan memiliki keturunan, demikian pula kelahiran mau pun kematiannya tidak disebutkan. Secara historis kita memang telah menduga hal ini pada seorang tokoh yang hanya muncul dalan: jangka waktu yang pendek dalam narasi. Tetapi bagi penulis tokoh Melkisedek paralel dengan Yesus. Ia dengan jelas menunjukkan bahwa Yesus Kristus telah ada sebelum kelahiran-Nya (lihat Ibrani 1 :2-3), tetapi yang benar-benar menjadi perhatiannya adalah bahwa Yesus menjadi Imam Besar di surga sebagai manusia yang
Yesus mendapatkan jalan untuk mengetahui arti yang lebih mendalam dari
Perjanjian Lama. Yang mengejutkan bukanlah cara mereka menafsirkan Kitab Suci, melainkan sikap mereka yang konservatif dalam melakukan hal tersebut. [4]
Bagaimana para pembaca modern harus mengevaluasi hal ini? Orang Kristen ortodoks merasa yakin bahwa para penulis Kitab Suci memang mendapatkan inspirasi dari Roh Kudus. Itulah sebabnya Roh Kudus memiliki hak istimewa untuk menyampaikan berita apapun yang diinginkannya melalui Kitab Suci, meskipun mungkin bukan berita sejarah. Tetapi dapatkah hal yang sarna itu dilakukan pada masa kini? Tentu saja Perjanjian Baru mengharapkan Roh Kudus akan tetap ada di gereja. Meskipun dernikian, menurut Rasul Paulus, perkataan yang mendapatkan inspirasi dari Roh Kudus belum tentu merupakan pernyataan kebenaran yang mutlak melainkan harus "dipertimbangkan dengan hati-hati" (l Korintus 14:29). Kitab Suci, tentu saja, telah dipertimbangkan dengan teliti oleh gereja secara keseluruhan dan dibangun sepenuhnya atas dasar Roh Kudus. Tidak satu pun pembicara pada masa kini dapat menyatakan keyakinan semacam itu. Dengan demikian, penafsiran seperti yang kita dapatkan dalam Kitab Ibrani hanya akan sesuai dan bermanfaat bagi gereja selama pembicara (1) tidak menyatakan kuasa bacaan Kitab Suci dalam penafsiran tersebut dan (2) tidak mengharapkan
perkataannya diterima tanpa penyaringan dan pertimbangan yang teliti (dan
barangkali juga koreksi dan visi). Satu-satunya penafsiran yang. dapat menyatakan wewenang yang lebih tinggi adalah penafsiran di mana pembicara memusatkan perhatiannya pada teks dan dapat menangkap pesan yang sesuai, yang cukup jelas untuk dilihat oleh semua orang.
http://www.sarapanpagi.org/22-siapakah-melkisedek-ini-vt1336.html
Di dalam Kitab Kejadian pasal empat belas, Melkisedek diperkenalkan secara
historis kepada kita. Peristiwa ini beserta catatannya, meskipun sangat singkat dan berdiri sendiri dari urutan sejarah yang diselanya, bukan saja paling mencolok dan menarik perhatian, tetapi juga di dalam ajarannya yang khas sangat berguna bagi mengajar. Dengan tiba-tiba dan sama sekali tidak terduga-duga Melkisedek muncul di hadapan kita - sosok seperti raja dan penuh keagungan, namun berbajukan jubah keimaman, disertai lambang mistis berupa persembahan ekaristi - roti dan anggur - di tangannya. Kita melihat tangan-tangan imam seperti itu terangkat untuk
memberikan berkat; kita melihat leluhur yang hebat, Abraham - bapa orang
beriman dan Sahabat Allah - membungkuk di hadapan imam raja yang misterius itu, dan juga mempersembahkan kepadanya persepuluhan dari semua jarahannya; dan berikutnya, visi ini pun menghilang secepat pemunculannya, dan hampir seribu tahun suara ilham tidak lagi menyebut-nyebut nama Melkisedek. Kemudian, dalam Mazmur yang menggembirakan dengan sifat Mesias yang sangat jelas, dan
gambaran dari pengagungan Tuhan kita pada masa-masa Dia berkuasa, kami menemukannya sekali lagi dalam pernyataan: 'Tuhan telah bersumpah, dan Ia tidak akan menyesal: "Engkau adalah imam untuk selama-lamanya, menurut
selama-lamanya" (Ibr. 7:3); dan di dalam dua rujukan singkat tentang dia yang tersebut di atas, yang semuanya terdapat dalam Kitab Suci, terdapat sebuah bukti untuk menunjukkan keulungan keimaman Kristus, dalam kalimat "menurut
Melkisedek", yang lebih unggul dari Harun, atau Lewi, yang telah digantikannya. Siapa Melkisedek itu? Banyak sekali kerja keras yang terbuang sia-sia dalam upaya menjawab pertanyaan ini. Tradisi Yahudi setelahnya menyamakan dia dengan Sem; dan memastikan bahwa leluhur itu tidak hanya hidup pada masa Abraham,
melainkan masih hidup sampai Yakub berumur lima puluh tahun (bdg. Kej. 11:11 dengan ay. 21:5, 25:7-26). Menurut pihak lain dia menjadi bagian dari keluarga Ham, atau Yafet; dan telah dikatakan bahwa hal ini perlu dinyatakan secara tidak langsung dengan bahasa yang dipakai Rasul sewaktu menyamakan Melkisedek dengan Kristus, dia mengatakan bahwa Tuhan kita menjadi bagian dari "suku yang tidak seorang pun memberi perhatian pada mezbah". Beberapa pihak, sekali lagi, mengusulkan bahwa dia adalah inkarnasi seorang malaikat, atau manusia super, yang hidup selama beberapa saat di tengah-tengah manusia. Yang lainnya
berpendapat bahwa dia adalah perwujudan awal dari Anak Allah; dan sebuah sekte, yang disebut pengikut Melkisedek, menegaskan bahwa dia adalah "inkarnasi dari Roh Kudus". Tetapi, di dalam semua dugaan ini, faktanya secara aneh menyatakan bahwa sikap tutup mulut Kitab Suci tentang persoalan ini menjadi hal yang khas dan penting, sebab kalau ia bisa menentukan siapa Melkisedek itu, maka tidak bisa lagi dikatakan kalau dia "Tidak berbapa, tidak beribu, tidak bersilsilah", dan
pernyataan ini harus dipahami, tidak sebatas bahwa dia bukanlah keturunan
alamiah Adam, melainkan juga dia dirancang untuk muncul dan menghilang dalam kisah suci ini tanpa menyebutkan ibu, bapa, atau kematiannya.
Akan tetapi tidak ada keragu-raguan bahwa siapa pun Melkisedek itu, dia adalah teladan yang terkenal dari Kristus. Hal ini diragukan lagi, tidak sekadar dalam bahasa Mazmur 110 - sifat Mesias yang pernah dikenal bangsa Yahudi dan orang-orang Kristen - tetapi khususnya pada argumentasi Rasul, di dalam pasal ketujuh dari Surat Kiriman kepada jemaat Ibrani, yang dengan tegas dinyatakan di sana bahwa dia - dalam berbagai hal disebutkan - "dijadikan sama dengan Anak Allah".http://alkitab.sabda.org/article.php?no=85&type=12
Melkisedek muncul dalam Kitab Kejadian (14:18-20). Abraham kembali dari mengalahkan Raja Kedorlaomer dan ketiga raja lainnya yang bersama-sama dengan dia. Pada waktu itulah Abraham disambut oleh Melkisedek, Raja Salem, yang juga “seorang imam Allah Yang Mahatinggi”. (Menarik disimak, kata Melkisedek berarti “raja kebenaran” dan Salem berarti “damai sejahtera”.) Melkisedek membawa roti dan anggur kepada Abraham, dan memberkatinya dengan kata-kata berikut, “Diberkatilah kiranya Abram oleh Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi, dan terpujilah Allah Yang Mahatinggi, yang telah
menyerahkan musuhmu ke tanganmu” (Kej 14:19-20). Patut diingat bahwa roti dan anggur biasa dipersembahkan dalam kurban persembahan di antara “hasil bumi pertama” sebagai ucapan syukur kepada sang Pencipta. Meskipun Melkisedek secara teknis adalah seorang imam kafr, ia mengenal satu allah yang esa, dan menyebut-Nya sebagai, “Allah Yang Mahatinggi,” sama seperti orang Yahudi. Abraham menerima berkat dan persembahan ini, lalu memberikan kepada Melkisedek sepersepuluh dari segala rampasan yang paling baik. Tetapi, setelah perjumpaan ini, Melkisedek hilang dari kisah Kejadian.
Melkisedek'” (Mzm 110:4). Mazmur ini dianggap sebagai salah satu mazmur
Mesianik yang terpenting, yang menggambarkan Mesias yang akan datang, Tuhan kita Yesus Kristus, sebaga Raja, Imam dan Penakluk.
Mungkin St Paulus, yang menurut tradisi dianggap sebagai pengarang Surat kepada Jemaat di Ibrani, adalah promotor terbesar Melkisedek (lih Bab 5-9). St Paulus mempergunakan pribadi Melkisedek untuk menggambarkan ajaran kurban imamat seperti yang ditetapkan oleh Kristus. St Paulus memulainya dengan “Setiap imam besar, yang dipilih dari antara manusia, ditetapkan bagi manusia dalam hubungan mereka dengan Allah, supaya ia mempersembahkan persembahan dan korban karena dosa” (Ibrani 5:1). Kendati kelemahan manusiawi, manusia dipanggil oleh Allah untuk menjadi seorang imam.
St Paulus kemudian memperbandingkan imamat Melkisedek dengan imamat Harun, yaitu imamat kaum Lewi. Imamat Harun berdasarkan keturunan yang berasal dari Abraham. Para imam sesudah Harun berasal dari keluarganya, dari kaum Lewi, dan ditunjuk sebagai imam karena keturunan mereka. Juga, para imam ini
mempersembahkan kurban Perjanjian Lama.
Kebalikan dari imamat Lewi adalah Imamat Kristus, yang dipralambangkan oleh imamat Melkisedek. Pertama-tama, Melkisedek tidak bersilsilah dalam Perjanjian Lama, dan imamatnya tidak berdasarkan keturunan. Kristus, sama seperti
Melkisedek, adalah imam karena penetapan ilahi dan imamat-Nya tidak berdasarkan pada ikatan keturunan.
Kedua, Abraham mengenali Melkisedek, raja dan imam, dengan menerima berkat dan mempersembahkan kepada Melkisedek sepersepuluhannya. Tindakan
merendahkan diri yang begitu rupa ini menunjukkan bahwa imamat yang berasal dari Abraham lebih rendah tingkatannya dari imamat Melkisedek. Tindakan ini juga merupakan pratanda bahwa imamat Lewi akan digantikan oleh imamat yang lebih agung, sempurna dan rajawi, yaitu imamat Kristus.
Ketiga, Melkisedek mempersembahkan roti dan anggur sebagai ucapan syukur kepada Allah, mempralambangkan apa yang dilakukan Kristus pada Perjamuan Terakhir.
Keempat, Melkisedek berasal dari “bangsa-bangsa lain”. Kristus datang untuk menyelamatkan bukan hanya dari keturunan Israel, melainkan juga segenap umat manusia dari berbagai bangsa. Di samping itu, nama dan gelar Melkisedek sendiri mengandung arti “raja kebenaran, raja damai sejahtera”; Yesus masuk ke dalam dunia guna menyatakan kebenaran dan membawa damai sejahtera.
Terakhir, Melkisedek bukanlah seorang imam dari Perjanjian Lama. Kristus sebagai imam mempersembahkan kurban sempurna bagi penebusan dosa dan membuat perjanjian yang baru, sempurna serta kekal abadi dengan darah-Nya Sendiri. Pada intinya, Surat kepada Jemaat di Ibrani menguraikan kisah Melkisedek dan menyusun suatu gambaran yang mempralambangkan Kristus, yang akan menggenapi Perjanjian Lama dan imamat.
Para Bapa Gereja perdana dengan jelas memahami serta menerima gambaran ini. St Siprianus dari Kartago (wafat thn 258) dalam Suratnya kepada Cecil,
dipralambangkan, sesuai dengan yang diwartakan dalam Kitab Ilahi, di mana dikatakan, `Melkisedek, raja Salem, membawa roti dan anggur; ia seorang imam Allah Yang Mahatinggi. Lalu ia memberkati Abram.' Melkisedek sesungguhnya serupa dengan Kristus, seperti dimaklumkan dalam mazmur oleh Roh Kudus, yang mengatakan kepada Putra, seolah dari Bapa: “Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini. Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek.” Imamatnya pastilah yang berasal dari kurban-Nya dan yang berasal dari pada-Nya: sebab Melkisedek adalah imam Allah Yang Mahatinggi; sebab ia mempersembahkan roti, dan sebab ia memberkati Abraham. Dan siapakah yang lebih tinggi dari imam Allah Yang Mahatinggi selain daripada Tuhan kita Yesus Kristus, yang, ketika Ia mempersembahkan kurban kepada Allah Bapa,
mempersembahkan persembahan yang sama seperti yang dipersembahkan Melkisedek, yaitu roti dan anggur, yang sesungguhnya adalah Tubuh dan Darah-Nya.”
St Sirilus dari Yerusalem dalam Pengajaran Katekesenya (Mystagogicæ 5) juga menyebut kurban Melkisedek sebagai “semacam” pratanda Ekaristi Kudus. Gereja menghormati gambaran akan Melkisedek ini. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan: “Melkisedek, `imam Allah yang Mahatinggi', dipandang oleh tradisi Kristen sebagai `pratanda' imamat Kristus, `imam besar satu-satunya menurut peraturan Melkisedek'. Kristus itu `kudus, tanpa salah, tanpa noda' dan `oleh satu kurban saja… Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan', yaitu oleh kurban di salib-Nya, satu kali untuk selamanya” (#1544). Di samping itu: “Gereja melihat di dalam tindakan Melkisedek, raja dan imam, yang membawa `roti dan anggur', satu pratanda bahan persembahannya sendiri” (# 1333). Oleh sebab itulah, dalam Doa Syukur Agung I, sesudah konsekrasi imam berdoa: “Sudilah memandang persembahan ini dengan hati yang rela dan wajah berseri; dan sudilah menerimanya seperti Engkau berkenan menerima
persembahan hamba-Mu Habel dan kurban leluhur kami Abraham, dan seperti Engkau berkenan menerima kurban suci dan tak bernoda yang dipersembahkan kepada-Mu oleh Melkisedek, Imam Agung-Mu.”