• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERJA SAMA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN PENGAMALAN IBADAH SHALAT SISWA SMP NEGERI 16 PEKANBARU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KERJA SAMA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN PENGAMALAN IBADAH SHALAT SISWA SMP NEGERI 16 PEKANBARU"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Raja Lottung Siregar - Kerja sama Guru PAI dengan Orang tua dalam meningkatkan Pengamalan Ibadah 34

KERJA SAMA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN PENGAMALAN IBADAH SHALAT SISWA SMP NEGERI

16 PEKANBARU Raja Lottung Siregar

Sekolah Tinggi Agama Islam Tuanku Tambusai Pasir Pengaraian Email:rasyi.sire83@gmail.com

ABSTRAK

Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan dan sumber daya manusia (SDM) yang potensial peranan keluarga sebagai lembaga pendidikan semakin tampak dan penting. Dengan melaksanakan kerja sama antara guru pendidikan agama Islam dengan orang tua dalam meningkatkan pengamalan ibadah shalat siswa, maka semestinya sebagai orang tua bisa memperoleh pengetahuan dan pengalaman dari guru tentang hal-hal mendidik anak-anaknya. Sebaliknya, para guru dapat pula memperoleh keterangan atau informasi tentang kehidupan dan sifat-sifat anaknya dalam keluarga. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimana kerja sama guru pendidikan agama Islam dengan orang tua, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kerja sama guru pendidikan agama Islam dengan orang tua. Metode penelitian ini dengan deskriptif, metode pengumpulan data dengan menggunakan angket, wawancara, dan observasi, dan teknik analisis data dengan menggunakan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerja sama guru pendidikan agama Islam dengan orang tua kurang baik dengan persentase 54, 16 %.

Kata Kunci: Kerja Sama, Guru Pendidikan Agama Islam, Pengamalan

PENDAHULUAN

Keterbatasan kemampuan (intelektual, biaya, waktu) orang tua menyebabkan ia mengirimkan anak nya ke sekolah. Orang tua meminta tolong agar sekolah membantunya mendidik (mendewasakan) anaknya. Inilah dasar kerja sama antara orang tua dan sekolah dalam pendidikan. Dasar ini telah didasari dari dahulu hingga sekarang. Hanya saja, sekarang ini kesadaran sebagian orang tua akan prinsip itu semakin berkurang. Orang tua cenderung, biaya sekolah anaknya semurah mungkin, jika mungkin gratis. Bila anaknya nakal atau prestasinya jelek, orang tua cenderung menyalahkan guru di sekolah. Padahal sekolah itu tadinya memang hanya membantu orang tua. Sekarang kok dibalik, orang tua malahan merasa membantu sekolah.

(2)

Raja Lottung Siregar - Kerja sama Guru PAI dengan Orang tua dalam meningkatkan Pengamalan Ibadah 35 Sekali lagi orang tua adalah pendidik utama dan pertama, sekolah aalah hanya pendidik kedua

dan hanya membantu. Ini perlu benar disadari kembali oleh orang tua zaman sekarang.1

Upaya terus menerus untuk mensinergikan antara sekolah, lingkungan, dan keluarga sangat diperlukan. Dalam hal ini komunikasi antara orang tua anak didik dengan pihak sekolah mengenai perkembangan anaknya pada satu pihak perlu digalakkan secara terus menerus. Demikian juga dengan lingkungan tempat anak berinteraksi dengan komunitasnya di lain pihak, termasuk mengontrol tontonan dan bacaan anak-anak. Ada banyak indikasi bahwa keluarga, lingkungan, dan sekolah itu tidak bersinergi sedemikian rupa sehingga hasil pendidikan tidak memuaskan. Apa yang diajarkan di sekolah tidak mendapat penguatan di dalam keluarganya, sebaliknya hal positif yang sudah ditanamkan dalam keluarga, kurang pula dikembangkan di sekolah, atau hal-hal positif yang sudah terbangun dalam keluarga dan di sekolah dirusak oleh

lingkugan.2

Dengan adanya kerja sama, orang tua akan dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman dari guru dalam hal mendidik anak-anaknya. Sebaliknya, para guru dapat pula memperoleh keterangan-keterangan dari orang tua tentang kehidupan dan sifat-sifat anaknya. Keterangan-keterangan orang tua itu sungguh besar gunanya bagi guru dalam memberikan pelajaran dan pendidikan terhadap murid-muridnya. Juga dari keterangan-keterangan orang tua

murid, guru dapat mengetahui keadaan alam sekitar tempat murid-muridnya itu dibesarkan.3

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kerja sama adalah perbuatan

bantu membantu atau yang dilakukan bersama-sama.4

Sedangkan menurut Zakiah Daradjat bahwa pertemuan guru-guru dengan orang tua murid adalah suatu kerja sama. Kebanyakan orang tua, lebih-lebih di kota jarang sekali mengunjungi sekolah. Mungkin ia pernah melihat sekolah itu dari luar, tetapi itu belum cukup. Ia harus juga mengenal gedung itu dari dalam, seperti ruangan sekolah tempat anaknya belajar bertahun-tahun, guru-guru, dan sarana-sarana lainnya.

Tujuan pertama pertemuan ialah memperkenalkan sekolah kepada orang tua, memperlihatkan kepadanya apa yang terjadi di dalam sekolah, agar tercapai hubungan yang erat

1

Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 128.

2 Munzir Hitami, Menelisik Keberagaman Kita: Esai-Esai Tentang Moralitas, Pendidikan dan Keragaman Pemahaman Beragama,

(Pekanbaru: Suska Press, 2008), hlm. 59.

3 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 126-127. 4

(3)

Raja Lottung Siregar - Kerja sama Guru PAI dengan Orang tua dalam meningkatkan Pengamalan Ibadah 36 antara orang tua dengan guru-guru. Kerja sama dalam mendidik anak memerlukan sikap kenal mengenal antara guru dengan orang tua.

Banyak hal yang dapat diperlihatkan, selain gedung dan ruangan serta alat-alat perlengkapan yang ada di sekolah, dapat pula dilakukan pameran mengenai hasil-hasil pekerjaan anak-anak melalui pengalaman belajar dan kebolehan mereka melalui pertunjukan-pertunjukan yang diselenggarakan oleh murid-murid sendiri.

Banyak hal yang dapat dibicarakan tentang perkembangan dan kemajuan yang telah dicapai, kesulitan-kesulitan yang dialami serta cara-cara mengatasinya dan hal-hal yang patut

dilakukan orang tua berkenaan dengan bakat atau kemampuan anaknya dan sebagainya.5

Keluarga adalah merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama dala masyarakat, karena dalam keluarga manusia dilahirkan, berkembang menjadi dewasa. Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan dalam keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti, dan kepribadian tiap-tiap manusia. Pendidikan yang diterima dalam keluarga inilah yang akan digunakan oleh anak sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan selanjutnya di sekolah.

Tugas dan tanggung jawab orang tua dalam keluarga terhadap pendidikan anak-anaknya lebih bersifat pembentukan watak dan budi pekerti, latihan keterampilan, dan pendidikan kesosialan, seperti tolong menolong, bersama-sama menjaga kebersihan rumah, menjaga kesehatan dan ketentraman rumah tangga, dan sejenisnya.

Dalam rangka pelaksanaan Pendidikan Nasional, peranan keluarga sebagai lembaga pendidikan semakin tampak dan penting. Peranan keluarga terutama dalam penanaman sikap dan nilai hidup, pengembangan bakat dan minat serta pembinaan bakat dan kepribadian. Sehubungan dengan itu penanaman nilai-nilai pancasila, nilai-nilai keagamaan, dan nilai-nilai kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dimulai dalam keluarga. Agar keluarga dapat memainkan peran tersebut, keluarga juga perlu bekali dengan pengetahuan dan ketermpilan pendidikan, perlu adanya pembinaan. Hal ini dapat dicapai melalui pendidikan kemasyarakatan terutama

pendidikan orang dewasa dan pendidikan wanita.6

Hubungan antara keluarga dan sekolah hendaknya bersifat dan berwatak timbal balik. Artinya, sekolah hendaknya bersifat mempererat hubungannya dengan keluarga, demikian pula sebaliknya. Selanjutnya, masing-masing perlu mempererat hubungannya dengan masyarakat

5 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 78. 6

(4)

Raja Lottung Siregar - Kerja sama Guru PAI dengan Orang tua dalam meningkatkan Pengamalan Ibadah 37 luas. Tidak sepatutnya masing-masing bekerja sendiri-sendiri sekalipun dalam kondisi keluarga tidak membantu sekolah untuk menjalankan tugas kependidikannya. Masalah seperti ini hendaknya tidak dipecahkan secara negatif, sehingga hubungan antara keluarga dan sekolah menjadi jauh. Masalah tersebut hendaknya dihadapi dengan mengentaskan taraf intelektualitas keluarga dan mempersiapkan orang-orang yang akan bertanggung jawab untuk memikul

tugas-tugas kependidikan mereka.7

KONSEP TEORETIS

1. Peran Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah

Sehubungan dengan fungsinya sebagai “pengajar”, “pendidik”, dan “pembimbing”, maka diperlukan adanya berbagai peranan pada diri guru. Peranan guru ini akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya, baik dengan siswa (yang terutama), sesama guru, maupun dengan staf yang lain. Dari berbagai kegiatan interaksi belajar mengajar, dapat dipandang sebagai sentral bagi peranannya. Sebab baik disadari atau tidak bahwa sebagian dari waktu dan perhatian guru banyak dicurahkan untuk menggarap proses belajar mengajar dan berinteraksi

dengan siswanya.8

Menurut James W. Brown, mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain: menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan

mempersiapakan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.9

Guna melengkapi analisis tentang kompetensi guru seperti yang telah diuraikan di muka, selanjutnya Penulis akan meninjau kompetensi guru dilihat dari segi fungsi dan perannya. Sebagaimana telah dikemukakan bahwa profesional guru mengandung pengertian yang meliputi unsur-unsur kepribadian, keilmuan, dan keterampilan. Dengan demikian dapat diartikan, bahwa kompetensi profesional guru tentu saja akan meliputi ketiga unsur itu walaupun tekanan yang lebih besar terletak pada unsur keterampilan sesuai dengan peranan yang dikerjakannya. Adapun peranan guru Pendidikan Agama Islam adalah:

7 Hery Noer Aly, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta: Friska Agung Insani, 2003), hlm. 210.

8 Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), hlm. 143. 9

(5)

Raja Lottung Siregar - Kerja sama Guru PAI dengan Orang tua dalam meningkatkan Pengamalan Ibadah 38

a. Guru Sebagai Pendidik dan Pengajar.

Peranan ini akan dapat dilaksanakan bila guru memenuhi syarat-syarat kepribadian dan penguasaan diri. Guru akan mampu mendidik dan mengajar apabila ia mempunyai kestabilan emosi, memiliki rasa tanggung jawab yang besar untuk memajukan anak didik, bersikap realistis, bersikap jujur, serta bersikap terbuka dan peka terhadap perkembangan, terutama terhadap inovasi perkembangan.

b. Guru Sebagai Anggota Masyarakat.

Untuk melaksanakan peranan ini, guru harus memenuhi syarat-syarat kepribadian dan penguasaan ilmu tertentu. Guru harus bersikap terbuka, tidak bertindak secara otoriter, tidak bersifat angkuh, bersikap ramah tamah terhadap siapapun, suka menolong di manapun dan kapan saja, serta simpati dan empati terhadap pimpinan, teman sejawat, dan para siswa. Agar guru mampu mengembangkan pergaulan dengan masyarakat, dia perlu menguasai psikologi sosial, khusunya mengenai hubungan antar manusia dalam rangka dinamika kelompok.

c. Guru Sebagai Pemimpin.

Peranan kepemimpinan akan berhasil apabila guru memiliki kepribadian, seperti: kondisi fisik yang sehat, percaya pada diri sendiri, memiliki daya kerja yang besar dan antusiasme, gemar dan dapat cepat mengambil keputusan, bersikap objektif dan mampu menguasai emosi, serta bertindak adil. Selain dari pada itu, guru harus menguasai ilmu tentang teori kepemimpinan dan dinamika kelompok, menguasai prinsip-prinsip hubungan masyarakat, menguasai teknik berkomunikasi, dan menguasai semua asfek kegiatan organisasi persekolahan.

d. Guru Sebagai Pelaksana Administrasi Ringan.

Peranan ini memerlukan syarat-syarat kepribadian, seperti jujur, teliti dalam bekerja, rajin, harus menguasai ilmu mengenai tata buku ringan, korespondensi,

penyimpanan arsip dan ekspedisi, dan administrasi pendidikan.10

Secara rinci peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar, dapat disebutkan sebagai berikut:

10

(6)

Raja Lottung Siregar - Kerja sama Guru PAI dengan Orang tua dalam meningkatkan Pengamalan Ibadah 39

a. Informator

Guru sebagai pelaksana cara mengajar informative, laboratorium, studi lapangan dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.

b. Organisator

Guru sebagai organisator, pengelola kegiatan akademik, silabus, workshop, jadwal pelajaran dan lain-lain. Komponen-komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar-mengajar, semua diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai efektivitas dalam belajar pada diri siswa.

c. Motivator

Peranan guru sebagai motivator ini penting artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar.

d. Pengarah/Direktor

Jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih menonjol. Guru dalam hal ini harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

e. Inisiator

Guru dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar. Sudah barang tentu ide-ide itu merupakan ide-ide kreatif yang dapat dicontoh anak-anak didiknya.

f. Transmitter

Dalam kegiatan belajar guru juga akan bertindak selaku penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.

g. Fasilitator

Berperan sebagai fasilitator, guru dalam hal ini akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar mengajar, misalnya saja dengan menciptakan suasana kegiatan belajar yang sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar mengajar akan berlangsung secara efektif.

(7)

Raja Lottung Siregar - Kerja sama Guru PAI dengan Orang tua dalam meningkatkan Pengamalan Ibadah 40 Guru sebagai mediator dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa. Misalnya menengahi atau memberikan jalan keluar kemacetan dalam kegiatan diskusi siswa.

i. Evaluator

Ada kecenderungan bahwa peran sebagai evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademis maupun tingkah laku

sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknyaberhasil atau tidak.11

2. Pendidikan Dalam Keluarga

Sehubungan dengan tugas serta tanggung jawab itu maka ada baiknya orang tua mengetahui sedikit mengenai apa dan bagaimana pendidikan dalam rumah tangga. Pengetahuan itu sekurang-kurangnya dapat menjadi penuntun, rambu-rambu bagi orang tua dalam menjalankan tugasnya.

Tujuan pendidikan dalam rumah tangga ialah agar anak mampu berkembang secara maksimal. Itu meliputi seluruh asfek perkembangan anaknya, yaitu jasmani, akal, dan rohani. Tujuan lain adalah membantu sekolah atau lembaga kursus dalam mengembangkan pribadi anak didiknya.

Yang bertindak sebagai pendidik dalam pendidikan rumah tangga ialah ayah dan ibu si anak serta semua orang yang merasa bertanggung jawab terhadap perkembangan anak itu seperti kakek, nenek, paman, bibi, dan kakak. Yang paling bertanggung jawab adalah ayah dan ibu. Bila di rumah terdapat tidak hanya ayah dan ibu (ada kakek dan nenek misalnya) maka kebijakan pendidikan yang dipegang mereka seharusnya satu;

tidak boleh terjadi kebijakan yang saling berlawanan.12

Lembaga keluarga secara umum merupakan sesuatu yang universal. Islam dalam hal ini telah mengaturnya sedemikian rupa dari a sampai z sehingga keluarga menjadi tiang masyarakat yang kokoh. Dengan bimbingan pembangunan keluarga secara Islami, maka keluarga memungkinkan untuk menjalankan segala fungsinya secara baik. Keluargalah yang pertama-tama yang dapat menerapkan prinsip-prinsip pendidikan untuk membangun karakter anggota keluarganya. Prinsip-prinsip itu terdiri dari integrasi, keseimbangan, persamaan dan kebebasan, pendidikan seumur hidup, keutamaan.

11 Sardiman A.M., Op.Cit., hlm. 144-146.

12 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi, (Jakarta:

(8)

Raja Lottung Siregar - Kerja sama Guru PAI dengan Orang tua dalam meningkatkan Pengamalan Ibadah 41 Prinsip integrasi menuntut suatu pandangan yang utuh, baik terhadap anak sebagai subjek didik dan kehidupan maupun terhadap entitas pendidikan. Keluargalah yang pertama yang dapat mengamati perkembangan fisik dan psikologi anak, asfek jasmani dan rohani secara utuh serta memberikan pengalaman yang mendukung perkembangannya secara utuh pula.

Konsekuensi dari prinsip itu adalah prinsip keseimbangan dalam pengembangan anak dan terapan pendidikan sehingga subjek didik dapat berkembang secara seimbang tanpa ada suatu degradasi atau kealpaan pengembangan salah satu dimensi dirinya. Karena itu keluarga tidak cukup memperhatikan asfek jasmani saja dengan menjaga kesehatannya, tapi tak kalah penting asfek psikologi dan ruhaninya. Keluarga semestinya menjadi tempat yang nyaman bagi anggotanya, tempat menumbuhkan kasih saying, ketulusan, kejujuran, kemandirian, dan lain sebagainya dari sifat keutamaan. Over proteksi misalnya di dalam keluarga akan berakibat buruk terhadap perkembangan psikologi anak.

Prinsip persamaan mencerminkan ajaran mengenai hakikat manusia yang berasal usul satu sehingga dalam pendidikan keluarga tidak ada diskriminasi apapun kecuali yang menyangkut bawaan jenis kelamin dalam batas-batas perbedaan formalitas. Karena itu, setiap anak wajib dipandang dan diperlakukan sama dalam menggunakan hak-haknya untuk mendapatkan perlindungan dan bebas mengambangkan potensi dirinya.

Prinsip pendidikan seumur hidup telah diterapkan oleh umat Islam sepanjang sejarah yang penerapannya tidak mengenal batas umur, di mana dewasa ini prinsip tersebut dianut dalam konsep pendidikan modern. Keluarga adalah fase awal dalam siklus kehidupan manusia yang sangat menentukan dan berlanjut selama hidup. Manusia pada hakikatnya makhluk yang belajar seumur hidupnya dan keluarga adalah wadah yang mencerminkan hal itu.

Prinsip keutamaan merupakan ruh seluruh prinsip dan upaya pendidikan. Sekalipun oleh Muhammad „Athiyah al-Abrasyi prinsip ini ditempatkan sebagai tujuan pendidikan, namun pada saat yang sama ia juga menyebutkan bahwa keutamaan merupakan tiang pendidikan Islam. Sebagai prinsip, keutamaan merupakan karakter yang membentuk sifat kondisi hubungan-hubungan yang terjalin dalam proses pendidikan. Hal ini mengisyaratkan bahwa pendidikan dan dinamika yang terjadi dalam prosesnya harus

(9)

Raja Lottung Siregar - Kerja sama Guru PAI dengan Orang tua dalam meningkatkan Pengamalan Ibadah 42 dilaksanakan atas dasar kesucian dan keikhlasan sehingga tampil sifat-sifat dan sikap utama dari setiap komponen manusiawi yang terlibat di dalamnya. Di dalam keluarga, prinsip ini sangat menentukan perkembangan karakter anak selanjutnya.

Lembaga yang paling ampuh dalam proses internalisasi prinsip-prinsip tersebut adalah keluarga. Melalui keteladanan dan pembiasaan dalam keluarga, segala prinsip itu dapat ditanamkan. Keteladanan dan pembiasaan ini merupakan metode utama dalam

pembentukan karakter anak, terutama dalam keluarga.13

3. Kerja Sama Guru Pendidikan Agama Islam Dengan Orang Tua Dalam Meningkatkan

Pengamalan Ibadah Shalat Siswa SMP Negeri 16 Pekanbaru

Kadang-kadang orang tua terlambat menyadari perlunya kerja sama ini. Maka sekolah diharapkan mengambil inisiatif untuk menjalin kerja sama. Setelah kerja sama terjalin, selanjutnya mengenai apa yang mesti dilakukan dapat dirancang bersama orang tua dengan Guru Pendidikan Agama Islam. Mungkin saja programnya tidak berlaku umum, untuk siswa tertentu mungkin sedikit berbeda dengan program siswa yang lain. Pokoknya kerja sama orang tua dengan Guru Pendidikan Agama Islam dalam penanaman Iman amat penting, terutama bagi orang tua itu sendiri. Guru Agama Islam amat dianjurkan merintis kerja sama ini dengan berkonsultasi dahulu kepada kepala sekolah. Mungkin langkah pertama adalah rapat orang tua siswa dengan Guru Pendidikan Agama Islam dan dihadiri oleh kepala sekolah. Tidak semua orang tua mengetahui apa yang sebaiknya dilakukan di rumah dalam rangka menanamkan iman di hati putra-putrinya.

melalui kerja sama itu Guru Pendidikan Agama Islam dapat memberikan saran-saran.14

Di dalam UU No. 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional pasal 10 ayat (4) dinyatakan bahwa: pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral, dan keterampilan. Sementara itu dalam GBHN 1993 dinyatakan:

“Pendidikan Nasional dikembangkan secara terpadu dan serasi baik antar berbagai jalur, jenis, dan jenjang pendidikan, maupun antar sektor pendidikan dengan sektor pembangunan lainnya serta antar daerah. Masyarakat sebagai mitra pemerintah berkesempatan seluas-luasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaraan Pendidikan Nasional”.

13 Munzir Hitami, Op.Cit., hlm. 55-57. 14

(10)

Raja Lottung Siregar - Kerja sama Guru PAI dengan Orang tua dalam meningkatkan Pengamalan Ibadah 43 Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Sekolah hanyalah pembantu kelanjutan pendidikan dalam keluarga sebab pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak adalah dalam keluarga. Peralihan bentuk pendidikan jalur luar sekolah kejalur pendidikan sekolah (formal) memerlukan “kerja sama” antara orang tua dan sekolah (pendidik).

Sikap anak terhadap sekolah terutama akan dipengaruhi oleh sikap orang tua nya. Begitu juga sangat diperlukan kepercayaan orang tua terhadap sekolah (pendidik) yang menggantikan tugasnya selama di ruangan sekolah. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan, mengingat akhir-akhir ini seringkali terjadi tindakan-tindakan kurang terpuji dilakukan anak didik, sementara orang tua tidak mau tahu, bahkan cenderung menimpakan kesalahan kepada sekolah.

Orang tua harus memperhatikan sekolah anaknya, yaitu dengan memperhatikan pengalaman-pengalamannya dan menghargai segala usahanya. Begitu juga orang tua harus menunjukkan kerja samanya dalam mengarahkan cara anak belajar di rumah, membuat pekerjaan rumahnya, tidak disita waktu anak dengan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga, orang tua harus berusaha memotivasi, membimbing anak dalam belajar.

Berdasarkan hasil riset bahwa pekerjaan guru (pendidik) di sekolah akan lebih efektif apabila dia mengetahui latar belakang dan pengalaman anak didik di rumah tangganya. Anak didik yang kurang maju dalam pelajaran, berkat kerja sama orang tua anak didik dengan pendidik, banyak kekurangan anak didik yang dapat diatasi. Lambat laun juga orang tua menyadari bahwa pendidikan atau keadaan rumah tangga dapat

membantu atau atau menghalangi kesukaran anak di sekolah.15

Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Sekolah hanyalah pembantu kelanjutan pendidikan dalam keluarga, sebab pendidikan pertama dan utama diperoleh anak dalam keluarga. Peralihan bentuk pendidikan informal ke formal memerlukan kerja sama antara orang tua dan sekolah (pendidik). Sikap anak terhadap sekolah terutama akan dipengaruhi oleh sikap orang tua mereka. Juga sangat diperlukan kepercayaan orang tua terhadap terhadap sekolah (pendidik) yang menggantikan tugasnya selama di ruangan sekolah.

15

(11)

Raja Lottung Siregar - Kerja sama Guru PAI dengan Orang tua dalam meningkatkan Pengamalan Ibadah 44 Orang tua harus memperhatikan sekolah anaknya yaitu dengan memperhatikan pengalaman-pengalamannya dan menghargai usaha-usahanya. Juga orang tua harus menunjukkan kerja samanya dalam cara anak belajar di rumah, membuat pekerjaan

rumahnya, janganlah disita waktu anak dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga.16

Crow and Crow pernah mengatakan:

Tidak ada kerja sama antara dua lapangan yang paling diperlukan dari pada kerja sama antara rumah dan sekolah. Orang tua dan guru harus saling mengerti dan mengetahui tentang anak yang pendidikannya menjadi tanggung jawabnya hingga

anak dapat memperoleh keuntungan dari pada pola perkembangan

pendidikannya.17

R. Casimir dalam Arifin menyatakan pentingnya orang tua dalam hubungannya dengan pekerjaan guru di sekolah, yang pada pokoknya menunjukkan kepada keharusan adanya kerja sama dan tolong-menolong antara satu sama lain, walaupun diyakini adanya batas-batas tugas masing-masing yang tak boleh dilalui satu sama lain, sebagai bentuk kerja sama itu menurutnya antara lain orag tua memberikan keterangan kepada sekolah sampai di mana pengaruh pelajaran dan perbuatan di sekolah terhadap anak, bagaimana pula watak dan keadaan mentalnya, yang perlu diketahui oleh guru dari orang tuanya,

maka guru dapat menolong seperlunya.18

Untuk memberi gambaran bahwa tidak sedikit usaha-usaha yang dapat dilakukan sekolah untuk mengadakan kerja sama adalah:

a. Mengadakan pertemuan dengan orang tua pada hari penerimaan murid baru.

b. Mengadakan surat menyurat antara sekolah dan keluarga.

c. Adanya daftar nilai atau Rapor yang setiap catur wulan atau semester dibagikan

kepada murid-murid dan dapat dipakai sebagai penghubung antara sekolah dan orang tua murid.

d. Kunjungan guru ke rumah orang tua murid, atau sebaliknya kunjungan orang tua

murid ke sekolah.

e. Mengadakan perayaan, pesta sekolah atau pameran-pameran hasil karya murid-murid.

f. Mendirikan perkumpulan orang tua muriddan guru (POMG).19

16

Zahara Idris, Dasar-Dasar Kependidikan, (Padang: Angkasa Raya, 1986), hlm. 120.

17 M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga Sebagai Pola Pengembangan

Metodologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), hlm. 118.

18 Ibid. 19

(12)

Raja Lottung Siregar - Kerja sama Guru PAI dengan Orang tua dalam meningkatkan Pengamalan Ibadah 45 Sedangkan menurut Zakiah Daradjat bahwa kerja sama antara orang tua dan guru adalah:

a. Daftar Nilai

Daftar nilai sebenarnya laporan guru kepada orang tua tentang kemajuan anaknya mengenai pelajaran, kelakuan dan kerajinannya. Laporan ini tidak diberikan dalam bentuk kata-kata, akan tetapi dalam bentuk angka-angka. Dari angka-angka itu orang tua dapat mengetahui dalam pelajaran mana anaknya pandai dan dalam pelajaran mana anaknya ketinggalan. Angka kurang misalnya, memberi peringatan kepada anak supaya ia lebih giat bekerja. Sebaliknya angka itu memperingatkan orang tua agar lebih memperhatikan anak itu dalam belajar.

b. Surat Peringatan

Daftar nilai yang buruk kadang-kadang disertai dengan surat peringatan yang mengandung “ancaman”, bahwa anak yang bersangkutan mungkin tidak akan naik kelas, atau selanjutnya. Surat itu harus ditanda tangani oleh orang tua untuk kemudian dikembalikan kepada guru. Maksudnya supaya orang tua jangan terkejut, jika kelak anak itu tidak naik kelas. Dengan demikian orang tua akan lebih memperhatikan pelajaran anaknya. Mungkin anak itu selama ini tidak sempat belajar, karena terlampau banyak pekerjaan lain, atau karena tidak ada lampu dan buku atau karena anak itu terpengaruh oleh anak yang berperangai buruk.

c. Kunjungan Kepada Guru

Sekolah tidak dapat mengharap banyak dari orang tua untuk dating mengunjunginya. Barulah orang tua mengunjungi sekolah, jika mereka perlu, misalnya meminta tempat untuk anaknya atau berusaha agar anaknya yang tinggal kelas dinaikkan. Sebenarnya orang tua harus tahu, bahwa kepala sekolah atau guru kelas (wali kelas) bersedia menerimanya untuk membicarakan kesulitan-kesulitan mengenai pendidikan anaknya. Guru mungkin dapat mencarikan jalan untuk mengatasi kesulitan itu dan di sekolah anakna itu lebih diperhatikan.

d. Pertemuan Guru-Guru dengan Orang Tua Murid

Kebanyakan orang tua, lebih-lebih di kota, jarang sekali mengunjungi sekolah. Mungkin ia pernah melihat sekolah dari luar, tetapi itu belum cukup. Ia harus juga

(13)

Raja Lottung Siregar - Kerja sama Guru PAI dengan Orang tua dalam meningkatkan Pengamalan Ibadah 46 mengenal gedung itu dari dalam, seperti ruangan sekolah tempat anaknya belajar bertahun-tahun, guru-guru dan sarana-sarana belajar lainnya.

Di antara keuntungan-keuntungan yang mungkin diperoleh dari pertemuan ini adalah

1) Orang tua dan para guru saling kenal mengenal.

2) Orang tua mengenal lingkungan dan suasana tempat anaknya belajar.

3) Minat orang tua terhadap pelajaran anaknya bertambah besar.

4) Orang tua mendapat penerangan tentang soal-soal pendidikan khususnya mengenai

masalah-masalah yang menyangkut anaknya sendiri.

5) Perselisihan antara rumah dan sekolah, jika ada, dapat diatasi dan diselesaikan dengan

penuh pengertian.

6) Semangat orang tua dapat dibangkitkan untuk menyumbangkan tenaganya dalam

pembangunan dan kemajuan sekolah sesuai dengan rencana bersama demi kepentingan anak-anak.

e. Memahami Murid-Murid

Guru akan semakin mudah mendidik anak-anak di sekolah, apabila pribadi anak itu dipahaminya benar-benar. Oleh karena itu baik sekali apabila ia mengunjungi setiap orang tua muridnya, setidak-tidaknya orang tua murid yang anaknya menimbulkan kesukaran dalam pendidikan, misalnya yang berkelakuan buruk, malas, mundur pelajarannya, keras kepala dan sebagainya.

Kunjungan itu banyak faedahnya, antara lain:

1) Dalam percakapan dengan orang tua banyak diperoleh keterangan-keterangan tentang

anak itu.

2) Guru berkenalan dengan orang tua. Kelakuan anak kerapkali membayangkan pribadi

orang tua.

3) Orang tua menghargai perbuatan guru terhadap pendidikan anaknya. Ini mempererat

hubungan orang tua dengan sekolah.

4) Guru mengenal keadaan dan suasana dalam rumah tangga anak itu. Lingkungan

(14)

Raja Lottung Siregar - Kerja sama Guru PAI dengan Orang tua dalam meningkatkan Pengamalan Ibadah 47

5) Guru dapat memberi petunjuk-petunjuk untuk memperbaiki kelakuan anak-anak. Ini

harus dilakukan dengan bijaksana, jangan sampai menyinggung hati orang tua.20

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bermaksud untuk membuat pencanderaan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 16 Pekanbaru yang beralamat di Jl. Teratai Kecamatan Sukajadi Kota Pekanbaru.

Sabjek dan objek penelitian ini adalalah guru Pendidikan Agama Islam dan orang tua siswa SMP Negeri 16 Pekanbaru. Adapun yang menjadi objeknya adalah kerja sama guru Pendidikan Agama Islam dengan orang tua siswa SMP Negeri 16 Pekanbaru.

Sedangkan populasi dalam penelitian ini yaitu dua orang guru Pendidikan Agama Islam dan seluruh orang tua siswa SMP Negeri 16 Pekanbaru yang berjumlah 725 orang. Karena jumlah guru Pendidikan Agama Islam hanya dua orang, maka Peneliti mengambil semua populasi. Berhubung karena keterbatasan waktu maka Penulis mengambil sampel sebanyak 30 orang tua siswa yang dikelompokkan sebagai berikut: yaitu Kelompok PNS 10 orang tua siswa, kelompok Pedagang sebanyak 10 orang tua siswa, dan kelompok di luar PNS dan Pedagang 10 orang tua siswa.

PEMBAHASAN

Berikut ini Rekapitulasi Hasil Angket Tentang Kerja Sama Guru Pendidikan Agama Islam Dengan Orang Tua Dalam Meningkatkan Pengamalan Ibadah Shalat Siswa SMP Negeri 16 Pekanbaru Dengan Responden Guru PAI.

Tabel Indikator A B C Jumlah %

F P (%) F P (%) F P (%)

20

(15)

Raja Lottung Siregar - Kerja sama Guru PAI dengan Orang tua dalam meningkatkan Pengamalan Ibadah 48

I Guru PAI

mengadakan rapat dengan orang tua dalam meningkatkan pengamalan ibadah shalat siswa 0 0 0 0 2 100 2 100 II Guru PAI memantau shalat siswa/I di lingkungan sekolah 1 50 1 50 0 0 2 100

III Guru PAI

melakukan kunjungan ke rumah orang tua siswa/I bilamana siswa/i sering lalai melakukan shalat di lingkungan sekolah 0 0 0 0 2 100 2 100 IV Guru PAI Mengingatkan siswa/i jika lalai dalam mengerjakan shalat di lingkungan sekolah 1 50 1 50 0 0 2 100 V Guru PAI memberikan pujian kepada siswa/I yang rajin shalat 1 50 1 50 0 0 2 100 VI Guru PAI memberikan sanksi/hukuman kepada siswa/I yang tidak shalat di lingkungan 0 0 1 50 1 50 2 100

(16)

Raja Lottung Siregar - Kerja sama Guru PAI dengan Orang tua dalam meningkatkan Pengamalan Ibadah 49 sekolah

VII Guru PAI

memanggil orang tua siswa/i jika siswa/i tidak melaksanakan shalat di lingkungan sekolah 0 0 0 0 2 100 2 100

VIII Guru PAI

mengajak siswa/i shalat tepat waktu di lingkungan sekolah 0 0 0 0 2 100 2 100 JUMLAH 3 150 4 200 9 450 16 800

Berdasarkan rekapitulasi di atas maka dapat dicari F pada masing-masing option dengan terlebih dahulu memberi bobot pada masing-masing option yaitu:

Option A diberi bobot 3 Option B diberi bobot 2 Option C diberi bobot 1

Dengan demikian akan diperoleh bobot F pada masing-masing option sebagai berikut: Option A 3x3=9

Option B 2x4=8 Option C 1x9=9 N =16:26

Sedangkan jumlah yang diharapkan ialah banyaknya jumlah alternatif jawaban dikalikan dengan jumlah seluruh jawaban di atas yaitu 16x3=48. Untuk mendapatkan nilai kualitas

(17)

Raja Lottung Siregar - Kerja sama Guru PAI dengan Orang tua dalam meningkatkan Pengamalan Ibadah 50 jawaban responden adalah total keseluruhan bobot alternatif jawaban-jawaban (27) dibandingkan dengan jumlah jumlah yang diharapkan (48) lalu dikalikan dengan 100 % hasilnya:

P=Fx100% N

P=26x100% 48

P=54,16%

Berikut ini Rekapitulasi Hasil Angket Tentang Kerja Sama Guru Pendidikan Agama Islam Dengan Orang Tua Dalam Meningkatkan Pengamalan Ibadah Shalat Siswa SMP Negeri 16 Pekanbaru Dengan Responden Orang Tua Siswa.

Tabel Indikator A B C Jumlah %

F P (%) F P (%) F P (%) I Orang tua memantau shalat anak di rumah 4 13,3 10 33,4 16 53,3 30 100 II Orang tua measehati dan menganjurkan anak shalat berjamaah di Masjid 3 10 11 36,7 16 53,3 30 100

III Orang tua

mengingatkan anak jika lalai dalam mengerjakan shalat di rumah 3 10 9 30 18 60 30 100 IV Orang tua memberikan pujian kepada anak yang rajin shalat di rumah 7 23,3 13 43,3 10 33,3 30 100 V Orang tua memberikan sanksi/hukuman kepada anak yang tidak shalat di rumah 3 10 9 30 18 60 30 100

(18)

Raja Lottung Siregar - Kerja sama Guru PAI dengan Orang tua dalam meningkatkan Pengamalan Ibadah 51 VI Orang tua mengunjungi Guru PAI (sekolah) bilamana anak lalai melaksanakan shalat di rumah 4 13,3 7 23,3 19 63,3 30 100

VII Orang tua

memenuhi panggilan guru bila diajak rapat

6 20 13 43,3 11 36,7 30 100

JUMLAH 30 99,9 72 240 108 359,9 210 700

Berdasarkan rekapitulasi di atas maka dapat dicari F pada masing-masing option dengan terlebih dahulu memberi bobot pada masing-masing option yaitu:

Option A diberi bobot 3 Option B diberi bobot 2 Option C diberi bobot 1

Dengan demikian akan diperoleh bobot F pada masing-masing option sebagai berikut: Option A 3x30=90

Option B 2x72=144 Option C 1x108=108

N =210:342

Sedangkan jumlah yang diharapkan ialah banyaknya jumlah alternatif jawaban dikalikan dengan jumlah seluruh jawaban di atas yaitu 210x3=630. Untuk mendapatkan nilai kualitas jawaban responden adalah total keseluruhan bobot alternatif jawaban-jawaban (348) dibandingkan dengan jumlah jumlah yang diharapkan (633) lalu dikalikan dengan 100 % hasilnya: P=Fx100% N P=342x100% 630 P=54,28%

(19)

Raja Lottung Siregar - Kerja sama Guru PAI dengan Orang tua dalam meningkatkan Pengamalan Ibadah 52 Berdasarkan persentase kedua responden di atas, maka kerja sama Guru Pendidikan Agama Islam dengan orang tua dalam meningkatkan pengamalan ibadah shalat siswa SMP Negeri 16 Pekanbaru tergolong belum baik, dimana persentase kedua responden di atas terletak antara 0-49 % (belum baik).

KESIMPULAN

Dalam tulisan ini dapat disimpulkan bahwa kerja sama Guru Pendidikan Agama Islam dengan orang tua dalam meningkatkan pengamalan ibadah shalat siswa dikategorikan belum baik. Hal ini berdasarkan persentase kedua responden yaitu terletak antara 0-49 %, dimana persentase angket Guru PAI 54,16 % dan persentase angket orang tua berjumlah 54,28 %. Dengan demikian, dari angket yang Penulis sebarkan hanya terjawab dengan baik oleh Guru PAI dan orang tua siswa antara 0-49 %, yaitu dikategorikan belum baik.

DAFTAR PUSTKA

Arifin, M., 1978. Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan

Keluarga Sebagai Pola Pengembangan Metodologi. Jakarta: Bulan Bintang.

Aly, Hery Noer. 2003. Watak Pendidikan Islam. Jakarta: Friska Agung Insani.

A.M., Sardiman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Daradjat, Zakiah. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamalik, Oemar. 2006. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi

Aksara.

Hasan, Fuad. 2008. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006.

Hitami, Munzir. 2008. Menelisik Keberagaman Kita: Esai-Esai Tentang Moralitas, Pendidikan

dan Keragaman Pemahaman Beragama. Pekanbaru: Suska Press.

Idris, Zahara. 1986. Dasar-Dasar Kependidikan. Padang: Angkasa Raya.

Muhaimin, 2005. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah,

dan Perguruan Tinggi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Poerdarminta, W.J.S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Purwanto, M. Ngalim. 2000. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, Bandung: Remaja

(20)

Raja Lottung Siregar - Kerja sama Guru PAI dengan Orang tua dalam meningkatkan Pengamalan Ibadah 53

Gambar

Tabel  Indikator  A  B  C  Jumlah  %

Referensi

Dokumen terkait

Dalam UU Wakaf, pasal 62 yang menjelaskan tentang penyelesaian sengketa mengenai wakaf, disebutkan apabila penyelesian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat 1

Dengan mengunakan Pick Tool dari toolbox, pilih seluruh kurva yang berada didalam dengan membentuk area seperti tampak pada Gambar 11, kemudian dari property bar, klik

Perkembangan dunia industri siaran radio yang semakin cepat dan terus menerus berkembang menyebabkan terjadinya persaingan yang semakin ketat. Hal ini dapat dilihat dari

Salah satu cara untuk memperdalam kepercayaan masyarakat terhadap suatu organisasi/lembaga yang dalam hal ini adalah Koperasi Bumi Melayu adalah dengan cara meningkatkan

Konsumen pada cluster ini menjadikan faktor psikologi ( psychological ) sebagai bahan pertimbangan utama dalam mengajukan pembiayaan di BMT. Berdasarkan analisis cross

Hal tersebut dapat dilihat dengan menggunakan variasi parameter yang sama didapatkan data hasil pengukuran yang berbeda, dikarenakan sink mark yang terdapat pada

H3 .1 : Bukti Fisik tangibles berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap kepuasan pasien dengan persepsi terhadap harga sebagai variabel intervening Berdasarkan dari

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Ada tidaknya pengaruh lingkungan keluarga terhadap hasil belajar Kewirausahaan siswa kelas XI Administrasi