• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK PERBANYAKAN TANAMAN PISANG SECARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TEKNIK PERBANYAKAN TANAMAN PISANG SECARA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK PERBANYAKAN TANAMAN PISANG SECARA IN VITRO (Tugas Mata Kuliah Teknik Perbanyakan Tanaman)

Oleh

Muhammad Pambudi Am.

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pisang merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi jika dibudidayakan secara intensif dengan menerapkan teknologi secara benar dapat memberikan keuntungan yang tinggi. Pisang menjadi komoditas ekspor nonmigas yang dapat memberikan sumbangan terhadap pendapatan devisa Negara (Bambang, 2009). Tanaman pisang dapat diperbanyak dengan cara vegetatif dengan menggunakan anakan (sucker), atau bonggol (corm). Setiap indukan pisang dapat menghasilkan 5-10 anakan sehat dalam tiap tahun (Levoire, 2000). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala dalam penyediaan bibit pisang sehat dapat dilakukan dengan teknik kultur jaringan (in vitro).

(3)

mungkin tidak memerlukan zat pengatur tumbuh auxin lagi, karena auxin endogen (dibuat dalam sel tanaman) sudah cukup memenuhi kebutuhan yang bersangkutan.

Medium dasar (basal medium) yang sering digunakan dalam pengkulturan adalah medium Murashige dan Skoog (MS) (Abidin, 2004). Media tumbuh untuk masing-masing tanaman berbeda-beda komposisinya, tetapi pada dasarnya terdiri dari media dasar anorganik, zat pengatur tumbuh, senyawa organik dan gula serta bahan tambahan dan pemadat (Meldia et al, 2003). Medium MS yang biasa digunakan dalam kultur merupakan medium yang mengandung senyawa anorganik, organik, kaya akan unsur-unsur makro terutama nitrogen juga nitrat (NO3) dan ion-ion amonium (NH4), sukrosa dan beberapa vitamin (Hartman et al, 2004).

(4)

B. Tujuan

(5)

II. ISI DAN PEMBAHASAN

A. Eksplan Tanaman

Eksplan merupakan komponen yang harus ada dalam kultur jaringan. Eksplan sangat penting dan menentukan keberhasilan. Eksplan yang baik adalah eksplan yang sehat dan muda. Eksplan yang baik biasanya berasal dari pohon muda, dan diambil bagian jaringan meristemnya berupa pucuk, ketiak daun dan meristem akar. Eksplan yang umum digunakan adalah pucuk karena proses pertumbuhan-nya sudah terarah untuk membentuk tunas. Tanaman yang akan sebagai dijadikan indukan harus jelas jenis, spesies, dan varietasnya serta harus sehat dan bebas dari hama dan penyakit. Tanaman indukan sumber eksplan tersebut harus dikondisikan dan dipersiapkan secara khusus di rumah kaca atau greenhouse agar eksplan yang akan dikulturkan sehat dan dapat tumbuh baik serta

bebas dari sumber kontaminan pada waktu dikulturkan secara in-vitro.

B. Media Tanaman

(6)

hanya agak berbeda dalam besarnya kadar untuk tiap-tiap persenyawaan. Media dasar yang sering digunakan dalam kultur jaringan pisang sendiri adalah media MS dan modifikasinya.

Menurut Widiyana (2013) media dasar yang banyak digunakan dalam kegiatan kultur jaringan pada umumnya diberi nama sesuai dengan nama penemunya, antara lain:

1) Medium dasar Murashige dan Skoog (MS), digunakan hamper pada semua macam tanaman terutama herbaceous. Media ini memiliki konsentrasi garam-garam mineral yang tinggi dan senyawa N dalam bentuk NO3- dan NH4+. 2) Medium dasar B5 atau Gamborg, digunakan untuk kultur suspense sel

kedelai, alfafa dan legume lain.

3) Medium dasar white, digunakan untuk kultur akar. Medium ini merupakan medium dasar dengan konsentrasi garam-garam mineral yang rendah.

4) Medium Vacint Went (VW), digunakan khusus untuk medium anggrek. 5) Medium dasar Nitsch dan Nitsch, digunakn untuk kultur tepung sari (Pollen)

dan kultur sel.

6) Medium dasar schenk dan Hildebrandt, digunakan untuk tanaman yang berkayu.

7) Medium dasar Woody Plant Medium (WMP), digunakan untuk tanamn yang berkayu.

(7)

C. Komposisi Kimia Media

Pada umumnya komposisi utama media tanam kultur jaringan, terdiri dari hormon (zat pengatur tumbuh) dan sejumlah unsur yang biasanya terdapat di dalam tanah yang dikelompokkan ke dalam unsur makro dan unsur mikro. Kebutuhan nutrisi mineral untuk tanaman yang dikulturkan secara in vitro pada dasarnya sama dengan kebutuhan hara tanaman yang ditumbuhakan di tanah. Unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman di lapangan merupakan kebutuhan pokok yang harus tersedia dalam media kultur jaringan. Unsur-unsur hara tersebut diberikan dalam bentuk garam-garam mineral.

D. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)

(8)

E. Tahapan Kultur Jaringan

Perbanyakan tanaman secara in vitro dengan menggunakan kultur jaringan dilakukan dengan beberapa tahap. Tahapan yang dialakukan dalam melakukan perbanyakan tanaman pisang dengan cara kultur jaringan antara lain yaitu :

a. Pemilihan dan Penyiapan Tanaman Induk Sumber Eksplan b. Inisiasi Kultur

c. Sterilisasi

d. Multiplikasi atau Perbanyakan Propagul

e. Pemanjangan Tunas, Induksi, dan Perkembangan Akar f. Aklimatisasi

Setelah didapatkan tanaman induk sumber eksplan yang akan dikulturkan, tahap selanjutnya yang harus dilakukan adalah inisiasi. Inisiasi merupakan proses awal dalam kegiatan kultur jaringan sehingga akan menjadi penentu keberhasilan kultur. Proses pertama dalam inisiasi adalah pengambilan eksplan atau bahan kultur dari lapangan, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan sterilisasi eksplan.

(9)

atau badan kita tidak steril maka dampaknya adalah terjadinya kontaminan. Kontaminan akan memacu pertumbuhan bakteri dan jamur sehingga ekplan yang ditanam tidak lagi memiliki ruang tumbuh atau pertumbuhannnya kalah cepat dengan bakteri dan jamur.

Pada tahap multiplikasi atau perbanyakan propagul, bertujuan untuk menggandakan propagul atau bahan tanaman yang diperbanyak seperti tunas atau embrio, serta memeliharanya dalam keadaan tertentu sehingga sewaktu-waktu bisa dilanjutkan untuk tahap berikutnya. Pada tahap ini, perbanyakan dapat dilakukan dengan cara merangsang terjadinya pertumbuhan tunas cabang dan percabangan aksiler atau merangsang terbentuknya tunas pucuk tanaman secara adventif, baik secara langsung maupun melalui induksi kalus terlebih dahulu.

Selanjutnya adalah pemanjangan tunas, induksi, dan perkembangan akar. Tujuan dari tahap ini adalah untuk membentuk akar dan pucuk tanaman yang cukup kuat untuk dapat bertahan hidup sampai saat dipindahkan dari lingkungan in vitro ke lingkungan luar. Tunas-tunas yang dihasilkan pada tahap multiplikasi

dipindahkan ke media lain untuk pemanjangan tunas. Tunas tersebut dapat dipindahkan secara individu atau berkelompok. Media untuk pemanjangan tunas mengandung sitokinin sangat rendah atau tanpa sitokinin. Pemanjangan tunas secara berkelompok lebih ekonomis daripada secara individu. Setelah tumbuh cukup panjang, tunas tersebut dapat diakarkan. Pemanjangan tunas dan pengakarannya dapat dilakukan sekaligus atau secara bertahap, yaitu setelah dipanjangkan baru diakarkan.

(10)

planlet merupakan salah satu tahap kritis yang sering menjadi kendala dalam produksi bibit secara masal. Pada tahap ini, planlet atau tunas mikro dipindahkan ke lingkungan di luar botol seperti rumah kaca , rumah plastik, atau screen house (rumah kaca kedap serangga). Proses ini disebut aklimatisasi. Aklimatisasi adalah proses pengkondisian planlet atau tunas mikro (jika pengakaran dilakukan secara ex vitro) di lingkungan baru yang aseptik di luar botol, dengan media tanah, atau

(11)

III. KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari pembahasan teknik perbanyakan tanaman pisang secara in vitro antara lain yaitu :

1. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan kultur jaringan yaitu eksplan, media tanam, komposisi media dan zat pengatur tumbuh (ZPT).

2. Media yang umum digunakan dalam perbanyakan tanaman pisang adalah media MS.

3. Penggunaan ZPT harus sesuai kebutuhan, karena jika penggunaan berlebih atau kurang dapat berpengaruh terhadap keberhasilan pengkulturan.

4. Sterilisasi eksplan merupakan kunci dalam kegiatan kultur jaringan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis dengan metode TRIZ, solusi usulan perbaikan kualitas pelayanan yaitu perbaikan alur pelayanan, memasang papan informasi pada tempat-tempat

penggunaan energi dan berapa besar energi yang digunakan, sehingga... dapat menentukan berbagai potensi penghematan energi yang layak

manajemen, ilmu sosial dan humaniora, sistem informasi, seni kuliner untuk mengembangkan dan memodifikasi pelayanan gizi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif

Amar putusan Mahkamah tersebut melahirkan norma baru dan jaminan kepastian hukum dalam hal penyelesaian sengketa perbankan syariah, yaitu: Pertama, pilihan forum penyelesaian

Untuk sampai pada taraf perkembangan iman anak yang baik maka Guru sekolah minggu saat menceritakan narasi alkitab perlu memasukkan aplikasi yang konkrit yang dapat

Teknik ini cocok diterapkan di siswa SD kelas V karena “pada usia ini siswa mampu mengembangkan daya nalarnya dengan melatih anak untuk mengungkapkan pendapat, gagasan atau

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aspek perhatian pada dimensi efektivitas iklan memiliki pengaruh langsung terhadap peningkatan niat beli konsumen, sedangkan