CHAPTER II
TRANSLATION AND ITS SOURCE TEXT
A. Target Text
Sebuah Kisah untuk Sementara Ini
[1] Bagian I
Buddha zaman dulu pernah berkata:
For the time being, standing on the tallest mountaintop,
(Untuk sementara ini, berdiri di puncak gunung tertinggi)
For the time being, moving on the deepest ocean floor,
(Untuk sementara ini, terus bergerak di dasar laut terdalam)
For the time being, a demon with three heads and eight arms,
(Untuk sementara ini, iblis dengan tiga kepala dan delapan lengan)
For the time being, the golden sixteen-foot body of a buddha,
(Untuk sementara ini, tubuh emas Buddha setinggi enam belas kaki)
For the time being, a monk’s staff or a master’s fly-swatter1, (Untuk sementara ini, tongkat biksu atau pemukul lalat milik tuan)
For the time being, a pillar or a lantern,
(Untuk sementara ini, pilar atau lentera)
For the time being, any Dick or Jane2,
(Untuk sementara ini, orang-orang biasa)
For the time being, the entire earth and the boundless sky.
(Untuk sementara ini, seluruh bumi dan langit tanpa batas)
—Dōgen Zenji, “For the Time Being3”
1Jpg. hossu—sikat kecil yang terbuat dari ekor kuda yang dibawa oleh seorang pendeta Buddha Zen. 2Jpg. chōsan rishi—anak ketiga dari Zhang dan anak keempat Li; idiom yang berarti "orang biasa." 3Eihei Dōgen Zenji (1200–1253)—guru Zen Jepang dan penulis Shobogenzo (The Treasury of the
NAO
1.
[2] Hai!
[3] Namaku Nao dan aku adalah sosok perwujudan waktu. Apakah kau tahu apa itu
perwujudan waktu? Nah, jika kau memberiku waktu waktu, aku akan memberitahumu.
[4] Perwujudan waktu adalah seseorang yang hidup dalam waktu tertentu dan itu berarti
kau dan aku, juga semua orang yang hidup di antara kita sekarang, atau yang telah meninggal,
atau bahkan yang akan lahir di masa depan. Untukku sendiri, sekarang aku sedang duduk di maid
cafe—sebuah kafe yang memiliki konsep di mana para gadis bekerja dengan mengenakan
pakaian pelayan yang sangat manis— bernuansa Perancis di Kota Listrik Akibahara sambil
mendengarkan lagu sedih yang sering diputar di masa lalumu. Saat ini aku sedang menulis dan
bertanya-tanya tentang dirimu di suatu tempat di masa depanku. Jika kau membaca ini, maka
mungkin sekarang kau juga bertanya-tanya tentangku.
[5] Kau bertanya-tanya tentangku.
[6] Aku bertanya-tanya tentangmu.
[7] Siapa kau dan apa yang sedang kau lakukan?
[8] Apakah kau sedang berpegangan pada tali kereta api bawah tanah di New York atau
sedang berendam dalam bak mandi air panasmu di Sunnyvale?
[9] Apakah kau sedang berjemur di pantai berpasir di Phuket atau sedang memoles kuku
kakimu di Abu Dhabi?
[10] Apakah kau seorang laki-laki, perempuan atau waria?
[11] Apakah pacarmu sedang memasakkanmu makan malam yang lezat atau kau sedang
makan mi Cina dingin dari kotak?
[12] Apakah kau sedang meringkuk memunggungi istrimu yang tidur mendengkur atau
kau sedang tidak sabar menunggu kekasihmu yang tampan untuk menyelesaikan mandinya
sehingga kau dapat bercinta dengannya?
[13] Apakah kau memiliki kucing yang sedang duduk di pangkuanmu? Apakah dahinya
berbau seperti pohon aras dan udara yang segar?
[14] Sebenarnya itu semua tidak terlalu penting karena pada saat kau membaca ini,
halaman-halaman buku ini dengan malas yang kebetulan menjadi buku harian hari-hari terakhirku di
bumi, bertanya-tanya apakah kau harus terus membaca.
[15] Jika kau memutuskan untuk tidak membacanya lagi, hei, itu tidak masalah karena
kau bukanlah orang yang sedang kutunggu. Tapi jika kau memutuskan untuk terus membaca,
coba tebak apa? Kau adalah perwujudan waktuku dan bersama-sama kita akan membuat
keajaiban!
2.
[16] Ugh. Itu bodoh. Aku harus melakukannya lebih baik lagi. Aku yakin kau penasaran gadis
bodoh seperti apa yang akan menulis kata-kata seperti itu.
[17] Yah, akan kulakukan.
[18] Akan Nao lakukan.
[19] Namaku adalah Nao, Naoko Yasutani adalah nama lengkapku. Tapi kau bisa
memanggilku Nao karena semuanya memanggilku begitu dan aku lebih baik memberitahumu
sedikit lebih banyak tentang diriku jika kita akan terus bertemu seperti ini...!
[20] Sebenarnya tidak banyak yang telah berubah. Aku masih duduk di maid cafe
bernuansa Perancis di Kota Listrik Akibahara ini dan Edith Pilaf menyanyikan lagu lain yang
menyedihkan, lalu Babette hanya membawakanku kopi yang telah kuseruput sedikit. Babette
adalah pelayan sekaligus teman baruku dan kopi hitam yang kuminum adalah Blue Mountain
yang tak biasa diminum gadis remaja. Tapi pasti beginilah cara menikmati kopi yang baik jika
kau memiliki rasa hormat terhadap biji-bijian pahit ini.
[21] Telah kutarik kaus kakiku dan kugaruk belakang lututku.
[22] Telah kuluruskan lipatan-lipatan rokku sehingga mereka berbaris rapi di pahaku.
[23] Telah kuselipkan rambut sebahuku ke belakang telinga kanan yang ditindik dengan
lima lubang, tapi sekarang aku mengurainya lepas membingkai wajahku lagi karena karyawan
otaku4 yang duduk di meja sebelah sedang menatapku dan itu membuatku takut meskipun aku
juga merasa senang. Aku mengenakan seragam SMPku dan aku bisa tahu dari caranya melihat
tubuhku bahwa dia terlihat sangat memuja murid perempuan. Jika demikian, maka bagaimana
dia bisa datang nongkrong di maid cafe bernuansa Perancis ini? Maksudku, sungguh tolol!
[24] Tapi kau tidak akan pernah tahu. Segalanya berubah dan apapun bisa menjadi
mungkin. Mungkin aku juga akan merubah pandanganku terhadapnya. Mungkin dalam beberapa
menit berikutnya dia akan menoleh canggung ke arahku dan mengatakan sesuatu yang sangat
indah untukku. Lalu aku akan mulai menyukainya terlepas dari rambut berminyak dan warna
kulitnya yang jelek. Aku akan benar-benar merendahkan diri untuk bisa berbicara dengannya
sebentar hingga dia akhirnya akan mengajakku untuk pergi berbelanja. Jika dia bisa
meyakinkanku bahwa dia telah jatuh cinta padaku, aku akan pergi ke sebuah mall dan
membiarkannya membelikanku baju hangat yang manis atau keitai5 atau tas tangan, meskipun
dia terlihat jelas tidak memiliki banyak uang. Kemudian setelah itu, mungkin kami akan pergi ke
klub dan minum koktail, kemudian cepat-cepat pergi ke sebuah hotel bercinta dengan Jacuzzi
yang besar. Setelah kami mandi dan aku mulai merasa nyaman bersamanya, tiba-tiba nalurinya
sebagai laki-laki muncul. Dia akan mengikatku serta meletakkan tas plastik baju hangat baruku
di atas kepalaku dan memperkosaku. Lalu beberapa jam kemudian tubuh telanjangku yang sudah
tidak bernyawa dengan posisi tidak wajar di atas lantai akan ditemukan polisi di samping tempat
tidur kulit zebra bulat yang besar.
[25] Atau mungkin dia hanya akan memintaku untuk mencekiknya sedikit dengan celana
dalamku sementara dia mulai merasakan aroma indahnya.
[26] Atau mungkin hal-hal ini tidak akan terjadi, kecuali dalam pikiranku dan pikiranmu.
Seperti yang aku katakan sebelumnya bahwa bersama-sama kita akan membuat keajaiban,
setidaknya untuk sementara ini.
3.
[27] Apa kau masih di sana? Aku hanya membaca ulang tulisanku sebelumnya tentang karyawan
otaku dan aku ingin minta maaf. Hal itu sungguh menjijikkan. Itu bukan cara yang baik untuk
memulai.
[28] Aku tidak ingin memberikan kesan yang buruk padamu. Aku bukan gadis bodoh.
Aku tahu nama Edith Pilaf bukan benar-benar Pilaf dan aku juga bukan gadis mesum atau
hentai6. Aku sebenarnya bukan penggemar berat hentai, jadi jika kau adalah salah satunya, maka
5keitai—ponsel atau telepon seluler.
silakan segera meletakkan buku ini dan berhenti untuk membaca lebih jauh, oke? Kau akan
kecewa dan membuang-buang waktumu karena ini bukan buku harian rahasia gadis mesum yang
dipenuhi dengan fantasi sensual dan dorongan seksual. Ini tidak seperti apa yang kau pikirkan,
karena tujuanku untuk menulis buku harian ini sebelum aku mati adalah untuk memberitahu
seseorang kisah hidup menarik dari nenek buyutku yang berusia seratus empat tahun, seorang
biarawati Buddha aliran Zen.
[29] Kau mungkin tidak pernah berpikir kalau para biarawati sangat menarik tapi nenek
buyutku mengagumkan dan bukan dalam arti penyimpangan seksual sama sekali. Aku yakin ada
banyak biarawati berperilaku seksual menyimpang di luar sana. . . Yah, mungkin tidak begitu
banyak biarawati yang seperti itu tapi pendeta-pendeta berperilaku seksual menyimpang, pasti
pendeta-pendeta seperti itu ada di mana-mana. . . tapi buku harianku tidak akan membahas
mereka atau perilaku aneh mereka.
[30] Buku ini akan menceritakan kisah nyata kehidupan nenek buyutku, Yasutani Jiko.
Dia adalah seorang biarawati dan seorang novelis serta Wanita Modern7 dari era Taisho8. Dia
juga seorang anarkis dan feminis yang punya banyak kekasih, baik laki-laki maupun perempuan
tapi dia tidak pernah berperilaku seksual menyimpang atau menjijikkan. Meskipun mungkin
pada akhirnya aku akan menyebutkan hubungan asmaranya, namun semua yang aku tulis adalah
kenyataan yang benar-benar terjadi dan bertujuan untuk memberdayakan perempuan, bukan
omong kosong soal geisha yang bodoh. Jadi, jika hal-hal sensual yang kau senangi, tutup buku
ini dan berikanlah kepada istri atau rekan kerjamu, jangan buang waktumu dan menambah
masalahmu.
4.
[31] Kupikir penting untuk memiliki tujuan hidup yang jelas, bukankah begitu? Terutama jika
tidak banyak waktu tersisa yang kau miliki. Karena jika kau tidak memiliki tujuan yang jelas,
kau mungkin akan kehabisan waktu dan ketika hari itu tiba maka kau akan menemukan dirimu
berdiri di dinding jembatan gedung yang tinggi atau duduk di tempat tidurmu dengan sebotol pil
7Wanita Modern— istilah yang digunakan di Jepang pada awal 1900-an untuk menggambarkan perempuan progresif berpendidikan yang menolak keterbatasan peran wanita yang ditetapkan oleh gender tradisional.
di tangan, kemudian berpikir, Sial! Aku mengacaukannya. Kalau saja aku menetapkan tujuan
yang lebih jelas untuk diriku sendiri!
[32] Aku mengatakan ini karena aku benar-benar tidak akan berada di sekitar sini untuk
waktu yang lama dan sebelumnya kau mungkin juga harus tahu ini, sehingga kau tidak membuat
asumsi. Asumsi itu menyebalkan. Asumsi seperti harapan. Asumsi dan harapan akan membunuh
hubungan apapun, jadi mari kita, kau dan aku tidak beramsumsi, oke?
[33] Sebenarnya aku akan segera lulus dari waktu atau mungkin aku tidak harus
mengatakannya sebagai kelulusan karena hal itu terdengar seolah-olah tujuanku sudah
benar-benar tercapai dan aku pantas untuk melanjutkannya. Padahal kenyataannya adalah aku baru saja
berusia enam belas tahun dan aku belum mencapai apapun sama sekali. Tidak sama sekali.
Apakah aku terdengar menyedihkan? Aku tidak bermaksud begitu. Aku hanya ingin akurat.
Mungkin daripada lulus, aku harus mengatakan bahwa aku akan didepak dari waktu.
Dikeluarkan. Waktu habis. Keluar dari kehidupanku.
[34] Satu . . .
[35] Dua. . .
[36] Tiga. . .
[37] Empat. . .
[38] Hei, aku tahu! Mari kita menghitung momen ini bersama!
RUTH
1.
[39] Sebuah kilauan kecil tertangkap mata Ruth, kilatan kecil yang dibiaskan sinar
matahari terpancar keluar dari bawah jeratan besar pengeringan rumput laut banteng di mana laut
telah bergelombang naik ke pasir saat air pasang naik. Dia mengira kilauan itu berasal dari
ubur-ubur sekarat dan hampir berjalan menginjaknya. Pantai-pantai banyak dibanjiri ubur-ubur-ubur-ubur
belakangan ini, sengatan merah yang dahsyat tampak seperti luka di sepanjang garis pantai.
[40] Tapi sesuatu membuatnya berhenti. Dia membungkuk dan menyenggol tumpukan
rumput laut dengan ujung sepatunya lalu menyodok dengan tongkat. Menguraikan daun pakis
yang seperti cambuk, dia cukup memisahkannya untuk melihat apa yang berkilau di bawahnya
bukanlah ubur-ubur yang mati, tapi plastik, sebuah tas. Laut itu penuh plastik. Dia menggali
perkiraannya, sebuah kantong es plastik kusut berlapisan remis yang tersebar di permukaannya
seperti ruam. Tas ini pasti telah lama di laut, pikirnya. Di dalam tas, dia bisa melihat sesuatu
yang berwarna merah, sampah seseorang, tidak diragukan lagi, dilemparkan ke laut atau
tertinggal setelah piknik atau pesta yang meriah. Laut selalu melemparkan banyak benda dan
menariknya kembali: tali pancing, pelampung, kaleng bir, mainan plastik, pembalut, sepatu Nike.
Beberapa tahun sebelumnya ada potongan kaki. Orang-orang menemukan potongan-potongan
tersebut di seluruh sisi Pulau Vancouver, terdampar di pasir. Salah satu hal luar biasa yang
pernah ditemukan di pantai ini. Tidak ada yang bisa menjelaskan apa yang telah terjadi terhadap
sisa tubuhnya. Ruth tidak ingin berpikir tentang apa yang mungkin membusuk di dalam tas ini.
Dia melemparkan benda itu jauh sampai di pantai. Dia akan menyelesaikan jalan-jalannya dan
mengambilnya dalam perjalanan kembali serta membawanya pulang dan membuangnya.
2.
[41] “Apa itu?” suaminya memanggil dari mud room9.
[42] Ruth sedang memasak makan malam, memotong beberapa wortel dan
berkonsentrasi.
[43] “Ini,” ulang Oliver saat dia tidak menjawab.
[44] Ruth mendongak. Oliver berdiri di ambang pintu dapur sambil menenteng tas es
besar yang kusut di jarinya. Ruth meninggalkannya di teras dan berniat untuk membuangnya di
tempat sampah, tapi pikirannya teralihkan.
[45] “Oh, biarkan saja,” katanya. “Itu sampah yang aku pungut di pantai. Jangan membawanya masuk ke rumah.” Kenapa dia harus menjelaskannya?
[46] “Tapi ada sesuatu di dalamnya,” kata Oliver. “Tidakkah kau ingin tahu apa yang ada di dalamnya?”
[47] “Tidak,” kata Ruth. “Makan malam hampir siap.”
[48] Oliver tetap membawanya dan meletakkannya di atas meja dapur, pasirpun
berhamburan. Karena sifatnya yang selalu ingin tahu, dia tidak bias menahan untuk
mengubrak-abrik benda-benda yang terpisah dan kadang-kadang menyatukannya kembali. Lemari es mereka
dipenuhi dengan pembungkus plastik berisi bangkai burung kecil, tikus dan hewan kecil lainnya
yang dibawa oleh kucing mereka, menunggu untuk dibedah dan diisi.
9
[49] “Ini tidak hanya satu tas,” lapornya dengan berhati-hati membuka ritsleting tas pertama dan meletakkan ke samping. “Ini tas di dalam tas.”
[50] Kucing mereka tertarik dengan semua aktivitas itu, lalu melompat ke meja untuk
membantu. Dia tidak diizinkan untuk berada di atas meja. Kucing itu memiliki nama
Schrödinger, tetapi nama itu tidak digunakan. Oliver memanggilnya Pest yang kadang-kadang
berubah menjadi Pesto. Pest selalu melakukan hal-hal buruk, mengeluarkan isi perut tupai di
tengah-tengah dapur, meninggalkan organ-organ yang mengkilap kecil, ginjal dan usus tepat di
luar pintu kamar tidur mereka di mana Ruth akan menginjaknya dengan kaki telanjang dalam
perjalanan ke kamar mandi pada malam hari. Mereka adalah sebuah tim, Oliver dan kucing.
Ketika Oliver pergi ke atas, kucing naik ke atas. Ketika Oliver turun untuk makan, kucing pun
turun untuk makan. Ketika Oliver pergi ke luar untuk buang air kecil, kucing pun pergi ke luar
untuk buang air kecil. Sekarang Ruth mengamati mereka berdua karena Oliver dan Pest sedang
memeriksa isi dari kantong plastik itu. Ruth meringis, mengantisipasi bau piknik busuk
seseorang atau yang lebih buruk lagi, yang akan merusak aroma makanan mereka. Sup kacang
lentil. Mereka memiliki sup kacang lentil dan salad untuk makan malam dan dia baru saja
memasukkan rosemary ke dalamnya. “Apakah kau bisa membedah sampah itu di beranda?”
[51] “Kau yang mengambilnya,” kata Oliver. “Dan ini bukanlah sampah kupikir. Benda ini dibungkus terlalu rapi.” Dia melanjutkan bedah forensiknya.
[52] Ruth mendengus, tetapi hanyalah bau pasir dan laut asin yang hanya bisa dia cium.
[53] Tiba-tiba Oliver mulai tertawa. “Lihat, Pesto!” katanya. “Ini untukmu! Ini kotak makan Hello Kitty!”
[54] “Tolonglah!” Kata Ruth, merasa putus asa sekarang.
[55] “Dan ada sesuatu didalam. . .”
[56] “Aku serius! Aku tidak ingin kau membukanya di sini. Bawa itu keluar—”
[57] Tapi sudah terlambat.
3.
[58] Oliver merapikan tas itu lalu menyusunnya berurutan di atas satu sama lain sesuai
ukurannya dan kemudian isinya diurutkan ke dalam tiga bagian dengan rapi: setumpuk kecil
surat-surat dengan tulisan tangan; buku tebal yang terikat dengan sampul merah pudar; jam
sampingnya adalah kotak makan Hello Kitty yang melindungi isinya dari efek korosif laut. Pest
mengendus kotak bekal itu. Ruth mengangkatnya dan menaruhnya di lantai kemudian
mengalihkan perhatiannya pada barang-barang di atas meja.
[59] Surat-surat ini tampaknya ditulis dalam bahasa Jepang. Sampul buku merah dicetak
dalam bahasa Perancis. Ada ukiran di balik jam itu tapi sulit dibaca. Sehingga Oliver
mengeluarkan iPhonenya dan menggunakan aplikasi mikroskop untuk memeriksa ukiran
tersebut. “Aku pikir ini juga bahasa Jepang, "katanya.
[60] Ruth menyusuri huruf-huruf tersebut dan mencoba untuk mengerti karakter-karakter
tulisan yang ditulis dengan tinta biru pudar itu. “Tulisan tangan ini tua dan kursif. Indah tapi
tidak ada satu katapun yang bisa kubaca.” Ruth meletakkan surat itu dan mengambil jam tangan
dari Oliver. “Ya,” kata Ruth. “Ini adalah angka-angka dalam bahasa Jepang. Meskipun bukan
tanggal. Yon, nana, san, hachi, nana.Empat, tujuh, tiga, delapan, tujuh. Mungkin nomor seri?”
[61] Jam itu diangkat Ruth sampai ke telinganya dan dia mendengarkan detiknya tapi jam
itu sudah rusak. Lalu Ruth meletakkannya dan mengambil kotak makan yang berwarna merah
terang. Warna merah yang terlihat menembus dari tas plastik kusut itulah yang menyebabkan dia
mengira kantong es itu adalah ubur-ubur yang menyengat. Sudah berapa lama benda ini
mengapung di laut sana sebelum terdampar? Ada gasket karet di sekitar lingkaran tutuk kotak
makan itu. Dia mengambil buku tersebut yang ternyata kering, penutup kain lembut dan licin
dengan sudut tumpul dari perlakuan yang kasar. Tepi buku itu didekatkan ke hidungnya dan
Ruth menghirup aroma apak dari halaman-halaman berjamur dan berdebu.
[62] “‘À la recherche du temps perdu,’ ” bacanya. “Par Marcel Proust.”
4.
[63] Mereka menyukai semua buku, terlebih lagi buku-buku lama dan rumah mereka dipenuhi
banyak buku. Ada buku di mana-mana. Tersusun di rak-rak buku dan menumpuk di lantai,
bahkan di kursi dan anak-anak tangga. Tapi Ruth dan Oliver tidak mempermasalahkannya. Ruth
adalah seorang novelis dan Oliver menegaskan bahwa para novelis harus memiliki kucing dan
buku. Dan memang membeli buku adalah hiburan untuk Ruth karena pindah ke sebuah pulau
terpencil di tengah-tengah Desolation Sound di mana perpustakaan umum adalah ruangan kecil
lembap di atas balai desa serta dipenuhi oleh anak-anak. Selain bagian teenlit yang ujungnya
tampaknya terdiri dari buku-buku tentang berkebun, pengalengan, perlindungan pangan, energi
alternatif, penyembuhan alternatif dan sekolah alternatif. Ruth merindukan banyaknya
keberagaman buku di perpustakaan kota, tempat luas yang tenang. Ketika Ruth dan Oliver
pindah ke pulau kecil ini, mereka sepakat bahwa Ruth harus bisa memesan buku apapun yang dia
inginkan dan itulah yang dia lakukan. Penelitian, begitulah Ruth menyebutnya, meskipun pada
akhirnya sebagian besar buku-buku itu akan dibaca Oliver sementara Ruth hanya beberapa. Dia
hanya suka memiliki buku-buku itu di sekitarnya. Namun, baru-baru ini dia mulai melihat bahwa
udara laut yang lembap mengembungkan halaman-halaman buku dan gegat telah bersarang di
tepi-tepi buku. Ketika Ruth membuka sampul buku-bukunya, buku-bukunya berbau jamur
sehingga membuatnya sedih.
[64] “Dalam pencarian waktu yang hilang,” kata Ruth menerjemahkan judul emas
bernoda yang timbul di punggung kain berwarna merah. “Aku belum pernah membacanya.”
[65] “Aku juga belum,” kata Oliver. “Aku juga tidak berpikir untuk mencoba membacanya dalam bahasa Perancis.”
[66] “Hm,” Ruth bergumam setuju. Tetapi kemudian sampul buku itu dibukanya dengan
penasaran untuk melihat apakah dia bisa mengerti beberapa baris pertama. Dia berharap akan
melihat folio tua ternoda dicetak dalam jenis tulisan klasik sehingga dia sepenuhnya tidak siap
untuk melihat tulisan tangan seorang anak remaja bertinta ungu di halaman itu. Rasanya seperti
penodaan. Hal itu membuatnya sangat terkejut sehingga buku tersebut hampir dijatuhkannya.
5.
[67] Buku yang dicetak dapat diprediksi dan tidak merujuk pada orang tertentu. Menyampaikan
informasi dalam transaksi mekanis pada mata pembacanya.
[68] Sebaliknya, tulisan tangan dengan mata dapat mengungkapkan maknanya dengan
perlahan dan sama intimnya dengan kulit.
[69] Ruth menatap halaman tersebut. Kata-kata bertinta ungu itu kebanyakan dalam
bahasa Inggris dengan beberapa tulisan Jepang yang tersebar di sana-sini. Tetapi matanya tidak
benar-benar memahami artinya sebanyak perasaan pada kata-kata tersebut. Kehadiran penulis
tampak suram dan emosional. Jari-jari yang menggenggam pena gel bertinta ungu ini pasti milik
seorang gadis remaja. Tulisan tangannya, tanda-tanda ungu berkeluk-keluk ini terkesan sampai
mengarahkan matanya pada halaman di depannya. Tanpa ragu dia tahu bahwa jari gadis itu
berwarna merah muda dan lembap serta bahwa dia telah menggigit kuku-kukunya dengan cepat.
[70] Ruth melihat huruf-huruf itu lebih dekat. Tampak bulat dan sedikit ceroboh (seperti
yang dia bayangkan sekarang bahwa gadis tersebut juga seperti itu), tetapi tulisannya berdiri
kurang lebih tegak dan berbaris gagah berani di seluruh halaman pada klip yang baik, tidak
terburu-buru juga tidak berlama-lama. Kadang-kadang pada akhir baris, huruf-huruf itu sedikit
saling berdesakan seperti orang-orang yang berdesak-desakan untuk dapat masuk ke lift atau ke
kereta bawah tanah, layaknya pintu yang akan segera tertutup. Rasa ingin tahu Ruth terusik.
Buku harian ini jelas berbeda. Sampul buku itu diperiksanya sekali lagi. Haruskah dia
membacanya? Dengan berhati-hati dia membuka halaman pertama dengan perasaan tidak jelas
dan penasaran seperti lubang yang bocor atau pengintip. Banyak waktu yang dihabiskan para
novelis untuk melibatkan diri mereka ke dalam masalah orang lain. Ruth tidak terbiasa dengan
perasaan ini.
[71] Hai!, bacanya. Namaku adalah Nao dan aku adalah perwujudan dari waktu. Apakah
kau tahu apa itu perwujudan waktu?...
6.
[72] “Flotsam,” kata Oliver. Dia memeriksa teritip yang tumbuh di permukaan luar kantong plastik. “Aku tidak percaya ini.”
[73] Ruth mendongak dari halaman. “Tentu saja ini flotsam,” katanya. “Atau jetsam.”
Buku ini terasa hangat di tangannya dan dia ingin terus membacanya. Tapi dirinya sendiri malah
balik bertanya, “Apa bedanya, sih?”
[74] “Flotsam terjadi karena ketidaksengajaan seperti benda-benda yang ditemukan
mengambang di laut. Sedangkan jetsam dibuang dengan sengaja. Ini hanya masalah niatnya saja.
Jadi kau benar, mungkin ini adalah jetsam.” Diletakkannya kembali tas itu ke atas meja. “Kupikir ini telah dimulai.”
[75] “Apa yang mulai?”
[76] “Para pengapung,” kata Oliver. “Terlepas dari orbit Gyre Pasifik...”
[77] Mata Oliver tampak bersinar dan Ruth tahu bahwa Oliver sangat bersemangat. Lalu
Ruth meletakkan buku itu di pangkuannya. “Apa itu gyre?”
[78] “Ada sebelas planet besar gyre,” kata Oliver. “Dua dari antaranya mengalir
lebih kecil adalah Gyre Aleut, menuju ke arah utara Kepulauan Aleut. Dan arus yang lebih besar
terus ke selatan. Kadang-kadang disebut juga Turtle Gyre karena kura-kura laut mengikuti arus ini ketika mereka bermigrasi dari Jepang ke Baja.”
[79] Oliver mengangkat tangannya untuk menggambarkan lingkaran besar. Kucing yang
telah jatuh tertidur di meja pasti merasakan kegembiraannya karena dia membuka matanya untuk
melihat.
[80] “Bayangkan Pasifik,” kata Oliver. “Turtle Gyre berjalan searah jarum jam dan Gyre Aleut berjalan berlawanan.” Tangannya bergerak seperti busur yang besar dan aliran laut berbentuk spiral.
[81] “Bukankah ini sama dengan arus Kuroshio?”
[82] Dia pernah bercerita tentang Kuroshio kepada Ruth atau disebut juga Black Current
dan itu membawa air tropis yang hangat naik dari Asia dan ke pesisir Barat Laut Pasifik.
[83] Tapi sekarang Oliver menggelengkan kepalaya. “Tidak sama sekali,” katanya. “Gyre
lebih besar. Seperti deretan arus-arus. Bayangkan ular-ular saling menggigit ekor satu sama lain
dengan membentuk lingkaran. Kuroshio adalah salah satu dari empat atau lima arus yang
membentuk Turtle Gyre.”
[84] Ruth mengangguk. Dia memejamkan mata dan membayangkan ular-ular itu.
[85] “Setiap orbit gyre berada pada kecepatannya masing-masing,” lanjut Oliver. “Dan
panjang orbit disebut nada. Bukankah itu indah? Seperti musik dari bola-bola. Periode orbit
terpanjang adalah tiga belas tahun yang menetapkan nada dasar. Turtle Gyre memiliki nada dari
setengah enam setengah tahun. Gyre Aleut memiliki nada seperempat dari tiga tahun. Flotsam
yang mengikuti arus gyre adalah pengapung. Pengapung yang mengalir di orbit gyre dianggap
bagian dari memori gyre. Tingkat melepaskan diri dari gyre akan menentukan setengah hidup pengapung. . .”
[86] Kotak makan Hello Kitty tersebut diambil Oliver dan dibalik kotak itu di tangannya. “Apakah semua benda dari rumah-rumah penduduk di Jepang yang terkena tsunami tersapu ke laut? Mereka terlacak dan terprediksi akan terbawa ke pantai kita. Aku pikir ini hanya terjadi lebih cepat dari apa yang diperkirakan.”
NAO
1.
[88] Aku mengirim sms ini untuk bertanya ini kepada nenek buyutku, Jiko, dan dia
membalasnya seperti ini: 10
[89] Baiklah, Jikoku tersayang. Aku akan memulai dari Fifi’s Lovely Apron. Fifi adalah
salah satu dari sekian banyak maid cafe yang ada di seluruh Kota Listrik Akibahara beberapa
tahun yang lalu dan yang membuat Fifi istimewa adalah ruangannya yang bertemakan Perancis.
Interior yang dihiasi sebagian besar warna merah muda dan merah dengan aksen emas serta kayu
hitam dan gading. Meja-meja bulat dan nyaman dengan bagian atas meja yang seperti terbuat
dari marmer dan bagian kaki meja yang terlihat seperti mahoni yang diukir. Lalu, kursi-kursinya
yang serasi memiliki alas gumpalan permadani merah muda. Warna mawar gelap beludru merah
melekuk di dinding dan kain satin menghias jendela-jendela. Langit-langit ruangan yang
dibingkai digantungi dengan lampu-lampu kristal dan sedikit boneka Kewpie telanjang yang
melayang seperti awan di setiap sudut. Ada pintu masuk dan coatroom - tempat menaruh pakaian
luar, payung, dll, untuk sementara - dengan air mancur dan patung telanjang seorang wanita
disorot oleh lampu merah yang berkelip-kelip.
[90] Aku tidak tahu apakah dekorasi ini autentik atau tidak karena aku tidak pernah
mengunjungi negara Perancis tapi aku akan menebak, mungkin tidak banyak maid cafe
bernuansa Perancis seperti ini di Paris. Tidak apa-apa. Suasana di Fifi’s Lovely Apron sangat
nyaman dan intim, seperti sedang berada di antara kekasih-kekasih yang sangat banyak hingga
menyesakkan dan pelayan-pelayan yang mengenakan seragam-seragam berenda dengan dada
yang dicondongkan juga terlihat seperti para kekasih kecil yang imut.
[91] Sayangnya, lumayan kosong di sini sekarang, kecuali bagi beberapa orang yang
terlihat seperti otaku di sudut meja dan dua turis Amerika yang terbelalak. Pelayan-pelayan itu
berdiri dengan wajah cemberut. Memain-mainkan renda di bagian rok dalam mereka. Terlihat
bosan dan kecewa dengan kami. Sepertinya mereka mengharapkan beberapa pelanggan baru
yang lebih baik untuk datang dan bisa menghidupkan suasana. Beberapa waktu yang lalu ada
sedikit kehebohan ketika seorang otaku memesan omurice11 dengan wajah merah Hello Kitty
besar yang digambar menggunakan saus tomat di atasnya. Seorang pelayan yang tanda
pengenalnya bernama Mimi berlutut di depan otaku tersebut untuk menyuapinya, meniup setiap
gigitan sebelum menyuapinya. Orang-orang Amerika itu menikmatinya dan mereka sungguh
10Genzaichi de hajimarubeki— kau harus memulai dari tempat kau berada.
terhibur. Aku harap kau bisa melihatnya. Setelah otaku tersebut selesai makan, Mimi membawa
piring kotor itu pergi. Kemudian suasana mulai membosankan lagi. Hanya kopi yang diminum
orang-orang Amerika itu. Sang suami sedang mencoba untuk membujuk istrinya agar dia
diperbolehkan memesan omurice Hello Kitty juga tapi istrinya terlihat gelisah. Aku mendengar
dia berbisik bahwa omurice itu terlalu mahal dan dia memang benar. Harga makanan di sini
sama sekali tidak masuk akal. Tetapi aku mendapatkan kopi gratis karena Babette adalah
temanku. Aku akan memberitahumu jika sang istri melunak dan berubah pikiran.
[92] Sebenarnya dulu tidak seperti ini. Dulu saat maid cafe ninki #1!12, Babette
mengatakan kepadaku bahwa pelanggan berbaris dan menunggu berjam-jam hanya untuk
mendapatkan meja dan yang menjadi pelayan-pelayannya adalah semua gadis tercantik di
Tokyo. Kau bisa mendengar mereka berisik di seluruh Kota Listrik ini memanggil
Okaerinasaimase, dannasama!,13 yang membuat para pria merasa seperti orang kaya dan
penting. Tapi sekarang tren itu sudah berakhir dan para pelayan tidak lagi seperti itu.
Satu-satunya pelanggan adalah wisatawan dari luar negeri dan para otaku dari pedesaan atau hentai
menyedihkan dengan pemujaan-pemujaan kuno untuk para pelayan. Para pelayan juga tidak lagi
cantik dan imut sejak kau dapat menghasilkan lebih banyak uang dengan menjadi perawat di
sebuah kafe medis atau hidup mewah tidak jelas di Bedtown. Pelayan-pelayan bergaya Prancis
sudah pasti tidak ngetren lagi dan semua orang tahu ini. Sehingga tidak ada yang peduli untuk
berusaha lebih keras. Kau bisa mengatakan kalua itu adalah kondisi yang menyedihkan tapi
secara pribadi aku justru merasa nyaman karena tidak ada yang berusaha sangat keras. Yang
menyedihkan adalah ketika semua orang berusaha sangat keras dan hal yang paling menyedihkan
dari semua itu adalah ketika mereka berusaha sangat keras lalu benar-benar berpikir bahwa
mereka telah berhasil. Aku yakin itulah yang dulu terjadi di sekitar sini. Dengan semua
gemerincing lonceng yang ceria, canda tawa, barisan pelanggan di sekitar blok, para pelayan
mungil yang lucu menjilat pemilik kafe yang membungkuk di dalam kacamata hitam desainer mereka dan Levi’s kuno, seperti pangeran-pangeran kegelapan atau permainan para hartawan kerajaan. Para pesolek itu memiliki perjalanan yang panjang untuk jatuh.
12 ninki #1! — yang paling terkenal, nomor satu di popularitas. 13
[93] Jadi aku sama sekali tidak keberatan. Aku agak menyukainya karena aku tahu bahwa aku selalu bisa mendapatkan meja di sini di Fifi’s Lovely Apron. Musiknya bagus dan aku sudah dikenal oleh para pelayan sekarang dengan membiarkanku sendiri biasanya. Mungkin kafe ini
seharusnya dinamakan Fifi’s Lonely Apron. Hei, itu bagus! Aku suka nama itu!
2.
[94] Nenek buyutku, Jiko, sangat menyukai cerita tentang kehidupan modern. Dia tidak bisa lagi
sering-sering keluar karena tinggal di sebuah kuil di pegunungan di tengah-tengah daerah yang
tidak dikenal dan yang telah meninggalkan dunia serta fakta bahwa dia telah berumur seratus
empat tahun. Aku terus mengatakan bahwa itulah usianya tapi sebenarnya aku hanya menebak.
Kami tidak terlalu yakin berapa usianya dan dia juga mengatakan bahwa dia sendiri pun tidak
mengingatnya. Saat kau bertanya, maka dia akan berkata,
[95] “Zuibun nagaku ikasarete itadaite orimasu ne.”14
[96] Karena itu bukanlah jawaban, jadi kau harus bertanya lagi dan dia akan berkata,
[97] “Soo desu ne15. Sudah lama sekali aku tidak menghitungnya...”
[98] Kemudian saat kau bertanya kapan tanggal lahirnya, dia akan berkata,
[99] “Hmm, aku tidak ingat kapan dilahirkan...”
[100] Dan jika kau mengganggunya lagi dan bertanya sudah berapa lama dia hidup, dia berkata,
[101] “Aku selalu berada di sini sejauh yang bisa kuingat.”
[102] Astaga, Nenek.
[103] Yang kita semua tahu pasti adalah tidak ada seorangpun yang lebih tua sejauh yang
dia ingat dan daftar keluarga di kantor bangsal telah terbakar dalam sebuah pengeboman selama
Perang Dunia II, jadi pada dasarnya kita harus percaya kata-katanya. Beberapa tahun yang lalu
dia ditetapkan berusia seratus empat tahun dan begitulah dari dulu sampai sekarang.
[104] Seperti yang aku katakan, Jiko sangat menyukai hal-hal terkecil sekalipun dan dia
suka saat aku menceritakan kepadanya tentang semua suara-suara kecil, bau, warna-warni,
lampu-lampu, iklan, orang-orang, mode, dan berita di koran yang membentuk lautan kebisingan
kota Tokyo. Itulah sebabnya aku telah melatih diriku untuk memerhatikan dan mengingat. Aku
14
Zuibun nagaku ikasarete itadaite orimasu ne.”—“Aku telah hidup dalam
waktu yang sangat lama, bukan?”
15
menceritakan semuanya bahkan tentang tren budaya dan berita-berita yang kubaca mengenai
siswi-siswi SMA yang diperkosa dan dicekik dengan kantong plastik di hotel bercinta. Kau bisa
memberitahu Nenek semua hal semacam itu dan dia tidak akan keberatan. Aku tidak bermaksud
bahwa hal itu membuatnya bahagia. Dia bukan hentai. Tapi dia mengerti bahwa hal-hal buruk
seperti itu memang terjadi dan dia hanya akan duduk di sana, mendengarkan, menganggukkan
kepala sambil menghitung manik-manik pada juzu16 miliknya. Kemudian mendoakan gadis-gadis
SMA yang malang itu dan orang-orang mesum serta semua makhluk yang menderita di dunia.
Itulah pekerjaannya sebagai biarawati. Aku bersumpah, terkadang kupikir alasan utama dia
masih hidup dikarenakan oleh semua hal yang kuberikan padanya untuk didoakan.
[105] Suatu kali aku pernah bertanya kepadanya kenapa dia suka mendengar cerita-cerita
seperti ini dan dia menjelaskan kepadaku bahwa ketika dia ditahbiskan, dia mencukur habis
rambutnya dan mengambil beberapa sumpah untuk menjadi bosatsu17. Salah satu sumpahnya
ialah untuk menyelamatkan semua makhluk. Yang pada dasarnya berarti bahwa dia setuju untuk
tidak diberi pencerahan sampai semua makhluk lain di dunia ini mendapatkan pencerahan
terlebih dahulu. Ini seperti membiarkan orang lain masuk ke lift di hadapanmu. Ketika kau
menghitung semua makhluk di bumi ini setiap saat kemudian menambahkan orang-orang yang
lahir setiap detik dan orang-orang yang sudah meninggal—tidak hanya manusia tapi semua
hewan dan makhluk hidup lain seperti amuba, virus dan bahkan mungkin tanaman yang pernah
hidup atau yang akan tumbuh, serta semua spesies yang sudah punah, kau dapat melihat bahwa
pencerahan akan memakan waktu yang sangat lama. Namun, bagaimana jika lift penuh dan pintu
tertutup dan kau masih berdiri di luar?
[106] Ketika aku bertanya kepada Nenek tentang hal ini, dia mengusap kepala botaknya
yang mengkilap dan berkata, “Soo desu ne. Ini adalah lift yang sangat besar...”
[107] “Tapi Nenek, itu akan berlangsung selamanya!”
[108] “Kalau begitu kita harus berusaha lebih keras.”
[119] “Kita?!”
[110] “Tentu saja, Nao sayang. Kau harus membantuku.”
[111] “Tidak mungkin!” kataku pada Nenek. “Lupakan! Aku bukanlah bosatsusialan…”
16Juzu—sejenis rosario dalam agama Buddha.
[112] Tapi dia hanya mengatupkan bibirnya dan menekan manik juzu miliknya. Dari cara
dia menatapku melalui kacamata berbingkai hitam tebalnya, aku pikir mungkin dia sedang
berdoa untukku saat itu juga. Aku tidak keberatan karena itu membuatku merasa aman, misalnya
aku tahu apapun yang terjadi, Nenek akan memastikan aku masuk ke lift itu.
[113] Kau tahu apa? Detik ini juga saat aku sedang menuliskan hal ini, aku menyadari
sesuatu. Aku tidak pernah bertanya ke mana tujuan lift itu. Aku akan mengirim SMS padanya
sekarang dan bertanya. Aku akan memberitahumu jawabannya setelah dia membalas.
3.
[114] Baiklah, jadi sekarang aku benar-benar akan memberitahumu tentang kehidupan yang
menarik dari Yasutani Jiko, seorang anarkis-feminis-novelis terkenal yang berubah menjadi
biarawati Buddha dari era Taisho. Tapi sebelum itu aku harus menjelaskan padamu tentang buku
yang sedang kau pegang ini. Kau mungkin sudah melihat kalau buku ini tidak seperti buku
harian polos milik seorang siswi biasa dengan binatang-binatang seperti marshmallow gembung
pada sampul merah muda yang mengkilat dan gembok berbentuk hati serta kunci emas kecil.
Ketika kau pertama kali mengambilnya, kau mungkin tidak berpikir, Oh, inilah buku harian
polos yang ditulis oleh seorang siswi Jepang yang menarik. Astaga! Kupikir aku akan
membacanya! Karena ketika kau mengambilnya, kau pikir ini adalah karya filosofis yang
berjudul À la recherche du temps perdu yang ditulis oleh penulis Perancis terkenal bernama
Marcel Proust. Bukan buku harian tidak penting yang ditulis oleh Nao Yasutani, seorang yang
bukan siapa-siapa. Jadi hal ini dapat menunjukkan bahwa yang orang-orang katakan adalah
benar: kau tidak bisa menilai buku dari sampulnya.
[115] Kuharap kau tidak terlalu kecewa. Apa yang terjadi sebenarnya adalah buku Marcel
Proust telah diretas, hanya saja bukan aku yang melakukannya. Aku membelinya sebelum diretas
di sebuah toko kerajinan tangan yang kecil di Harajuku18 di mana mereka menjual satu jenis
barang DIY—yang dibuat sendiri— seperti rajutan syal, kantong keitai, manset manik-manik dan
barang-barang menarik lainnya. Kerajinan tangan adalah sebuah tren yang sangat populer di
Jepang. Semua orang merajut, membuat manik-manik, merenda dan membuat pepakura19.
Karena aku sedikit ceroboh, aku harus membeli barang-barang itu jika ingin mengikuti tren.
Gadis yang membuat buku harian ini adalah perajin yang sangat terkenal karena membeli banyak
sekali buku-buku tua dari seluruh dunia dan kemudian memotong rapi semua halaman yang
dicetak lalu menempelkan kertas kosong sebagai gantinya. Dia membuatnya begitu autentik,
bahkan kau tidak akan menyadari potongannya. Kemudian kau hampir berpikir bahwa
surat-surat tergelincir dari halaman-halaman dan jatuh ke lantai seperti tumpukan semut mati.
[116] Baru-baru ini beberapa hal buruk telah terjadi dalam hidupku dan aku membeli
buku harian ini saat aku bolos sekolah dan merasa sedih. Sehingga aku memutuskan pergi
berbelanja di Harajuku untuk menghibur diriku sendiri. Ketika aku melihat buku-buku tua di rak
dan aku berpikir bahwa buku-buku itu hanyalah pajangan toko jadi aku tidak memerhatikannya.
Tapi ketika ada pramuniaga yang menunjukkan barang itu padaku, tentu saja aku harus segera
membeli satu. Harga barang-barang di sanapun tidaklah murah tapi aku menyukai perasaan
usang ini dan aku dapat merasakan bahwa akan terasa sangat baik jika bisa menulis di dalamnya
seperti sebuah buku nyata yang diterbitkan. Tapi dari semuanya itu, aku tahu buku ini akan
menjadi fitur keamanan yang sangat baik.
[117] Aku tidak tahu apakah kau pernah mempunyai masalah seperti ini di mana
orang-orang memukulmu, mencuri sesuatu darimu dan menggunakannya untuk melawanmu. Tapi jika
kau pernah mengalaminya, maka kau akan mengerti bahwa buku ini sungguh jenius jika salah
satu teman sekelasku yang bodoh memutuskan untuk mengambil buku harianku dengan santai
dan membacanya, kemudian mempostingnya ke internet atau yang lainnya. Namun, siapa yang
akan mengambil sebuah buku tua berjudul À la recherche du temps perdu? Teman-teman
sekelasku yang bodoh hanya akan berpikir bahwa itu adalah PR dari juku20. Mereka bahkan tidak
tahu apa artinya.
[118] Sebenarnya aku juga tidak tahu apa artinya karena aku tidak mahir berbahasa
Perancis. Ada banyak buku dengan judul berbeda yang dijual. Beberapa dari antaranya dalam
bahasa Inggris, seperti Great Expectations dan Gulliver’s Travels yang sebenarnya baik, tetapi
aku pikir akan lebih baik untuk membeli judul yang tidak bisa kubaca karena jika aku mengerti
artinya, bisa saja hal itu mengganggu ekspresi kreatifku. Ada juga buku-buku dalam bahasa yang
berbeda, seperti bahasa Jerman, Rusia dan bahkan Mandarin. Tapi akhirnya aku memilih À la
recherche du temps perdu karena kupikir itu mungkin saja bahasa Perancis. Bahasa Perancis
sangat keren dan memiliki perasaan yang canggih. Selain itu, ukuran buku ini juga pas masuk ke
dalam tas tanganku.
4.
[119] Begitu aku membeli buku ini, tentu saja aku ingin mulai menulis di dalamnya. Jadi aku
pergi ke kissa21 terdekat dan memesan secangkir Blue Mountain, kemudian aku mengeluarkan
pena bertinta ungu favoritku dan membuka halaman pertama buku ini. Sambil menunggu
munculnya kata-kata, aku meneguk minuman pahit itu. Aku menunggu dan menunggu, meneguk
kopi lagi dan menunggu lagi. Tidak ada apapun. Aku cukup cerewet seperti yang mungkin bisa
kau bayangkan. Biasanya aku tidak memiliki masalah dengan hal-hal yang ingin kukatakan. Tapi
meskipun kali ini aku memikirkan banyak hal, kata-kata itu tidak juga muncul. Ini aneh tapi aku
hanya merasa terintimidasi oleh buku tua yang baru saja kubeli dan kipikir aku akan berhasil
mengatasinya pada akhirnya. Jadi, aku meminum sisa kopiku dan membaca beberapa manga
-komik-. Ketika sudah jam pulang sekolah, aku pulang ke rumah.
[120] Aku mencoba lagi pada hari berikutnya dan hal yang sama pun terjadi. Setelah itu,
setiap kali aku mengeluarkan buku tersebut, aku menatap judulnya dan bertanya-tanya.
Maksudku, Marcel Proust pastilah seseorang yang penting, terlebih seseorang sepertiku telah
mendengar tentangnya bahkan jika pada awalnya aku tidak tahu siapa dia dan berpikir bahwa dia
adalah seorang koki selebriti atau perancang busana Perancis. Bagaimana jika hantunya masih
menempel di balik sampul-sampul bukunya dan merasa kesal pada pengrajin perempuan yang
telah memotong bukunya, memotong kata-kata dan halaman-halamannya? Dan bagaimana
sekarang jika hantu itu mencegahku untuk menggunakan bukunya yang terkenal untuk menulis
tentang hal-hal konyol khas murid perempuan, seperti perasaan suka terhadap para laki-laki
(meskipun aku tidak punya), tentang tren terbaru yang kuinginkan (keinginanku tidak terbatas),
atau pahaku yang berlemak (sebenarnya pahaku baik-baik saja, aku benci lututku). Kau
benar-benar tidak bisa menyalahkan hantu Marcel tua yang layak marah. Lalu berpikir kalau aku
mungkin cukup bodoh untuk menulis omong kosong bodoh semacam ini dalam bukunya yang
penting.
21
[121] Dan jika hantunya pun tidak keberatan, aku tetap tidak ingin menggunakan
bukunya untuk hal-hal sepele seperti itu bahkan jika ini bukanlah hari-hari terakhirku di bumi.
Tetapi, karena ini adalah hari-hari terakhirku di bumi, aku ingin menulis sesuatu yang penting
juga. Yah, mungkin tidak terlalu penting karena aku tidak tahu apapun yang penting, tapi sesuatu
yang berharga. Aku ingin meninggalkan sesuatu yang nyata.
[122]Tapi hal nyata apa yang dapat kutulis? Tentu aku bisa menulis semua hal-hal buruk
yang terjadi padaku seperti perasaanku terhadap orangtuaku dan orang-orang yang disebut
temanku. Tapi aku tidak terlalu ingin menulis tentang mereka. Setiap kali aku berpikir tentang
kehidupan kosongku yang bodoh, aku sampai pada kesimpulan bahwa aku hanya
membuang-buang waktuku dan aku bukanlah satu-satunya yang seperti itu. Semua orang yang kukenal juga
demikian, kecuali Jiko yang tua. Hanya membuang-buang waktu, menghabiskan waktu dengan
perasaan yang sangat buruk.
[123] Apa sih artinya membuang-buang waktu? Jika kau membuang-buang waktu,
apakah waktu itu hilang selamanya?
[124] Dan jika waktu hilang selamanya, apa artinya itu? Ini bukanlah seperti kau akan
segera mati, bukan? Maksudku, jika kau ingin mati lebih cepat, kau harus menyelesaikan
masalahmu sendiri.
5.
[125] Jadi, inilah pikiran-pikiran mengganggu tentang hantu dan waktu yang terus memenuhi
pikiranku setiap kali aku mencoba untuk menulis dalam buku Marcel yang tua. Sampai akhirnya
aku memutuskan bahwa aku harus tahu apa maksud dari judul buku ini. Aku bertanya pada
Babette, tapi dia tidak bisa membantuku karena tentu saja dia bukan pelayan Perancis yang
sebenarnya karena dia hanyalah seseorang yang putus SMA dari prefektur Chiba. Satu-satunya
bahasa Perancis yang dia tahu adalah beberapa frasa seksi yang dia pelajari dari seorang profesor
tua asal Perancis yang dia kencani sebentar. Ketika aku pulang malam itu, aku mencari tahu
tentang Marcel Proust di Google dan belajar bahwa À la recherche du temps perdu berarti “Dalam mencari waktu yang hilang.”
[126] Aneh bukan? Maksudku, aku di sana, sedang duduk di maid cafe Perancis di Akiba,
memikirkan waktu yang hilang dan Marcel Proust yang duduk di Perancis seratus tahun yang
lalu menulis buku tentang subjek yang sama persis. Jadi mungkin hantunya tetap hidup di antara
bagaimanapun juga, bukankah itu mengagumkan? Menurutku, sesuatu yang terjadi secara
kebetulan sungguh mengagumkan, bahkan jika hal-hal itu tidak berarti apa-apa dan siapa yang
tahu? Mungkin mereka tahu! Aku tidak mengatakan segala sesuatu terjadi karena suatu alasan.
Itu hanya lebih seolah-olah aku merasa kalau aku dan Marcel tua berada di panjang gelombang
yang sama.
[127] Keesokan harinya aku kembali ke Fifi dan memesan secangkir kecil teh Lapsang
Souchong yang kadang-kadang kuminum selain Blue Mountain. Saat aku duduk di sana
mengecap teh yang berasap dan menggigit kue Perancis sambil menunggu Babette untuk
mengatur waktu berkencanku, aku mulai bertanya-tanya.
[128] Bagaimana sih kau mencari waktu yang hilang? Ini pertanyaan yang menarik, jadi
aku mengirim SMS ke Jiko. Inilah yang selalu kulakukan ketika aku memiliki dilema filosofis.
Kemudian aku harus menunggu untuk waktu yang sangat, sangat lama, sampai akhirnya keitai
milikku memberi ping kecil yang memberitahuku bahwa Nenek membalas SMSku. Dan inilah
yang dia tulis:
22
[129] yang berarti sesuatu seperti ini
Untuk saat ini,
Kata-kata menyebar. . .
Apakah mereka daun-daun jatuh?
[130] Aku tidak terlalu pandai soal puisi, tapi ketika aku membaca puisi Jiko ini, aku
membayangkan pohon ginkgo besar yang sudah tua di kuilnya23. Daun-daun berbentuk seperti
kipas hijau kecil. Lalu pada musim gugur mereka berubah warna menjadi kuning cerah dan jatuh
menutupi tanah. Mewarnai segalanya menjadi emas murni. Itu terjadi padaku bahwa pohon tua
besar itu adalah perwujudan waktu dan Jiko juga adalah perwujudan waktu. Lalu aku bisa
membayangkan diriku mencari waktu yang hilang di bawah pohon, memilah-milah daun jatuh
yang kata-kata mutiaranya tersebar.
22
Aru toki ya— saat itu, kadang-kadang, untuk saat ini.
Koto no ha mo chiri —"Pidato Dedaunan" kanji yang sama digunakan untuk kotoba, yang berarti "kata."
Ochiba— daun-daun yang jatuh, dengan tambahan pada ha, menyiratkan kata-kata jatuh.
Ka na— partikel interogatif yang menanamkan rasa penasaran atau bertanya-tanya.
[131] Gagasan tentang waktu sementara ini berasal dari sebuah buku berjudul
Shōbōgenzō yang ditulis oleh seorang guru Zen kuno bernama Dogen Zenji sekitar delapan ratus tahun yang lalu yang membuatnya lebih tua daripada Jiko atau bahkan Marcel Proust. Dogen
Zenji adalah salah satu penulis favorit Jiko dan dia beruntung karena buku-bukunya termasuk
buku penting dan masih ada selama bertahun-tahun. Sayangnya, segala sesuatu yang ditulis Jiko
sudah tidak dicetak lagi, jadi aku benar-benar tidak pernah membaca kata-katanya, tetapi dia
menceritakan banyak cerita padaku dan aku mulai berpikir tentang bagaimana kata-kata dan
cerita adalah perwujudan waktu juga. Kemudian saat itulah muncul ide dalam pikiranku untuk
menggunakan buku Marcel Proust yang penting untuk menuliskan kehidupan nenek buyutku,
Jiko.
[132] Ini bukan hanya karena Jiko adalah orang terpenting yang kutahu, walaupun itu
juga termasuk. Juga bukan hanya karena dia sudah sangat tua dan masih hidup ketika Marcel
Proust menulis buku mengenai waktu. Mungkin memang benar dia tua, tapi bukan karena itu
juga alasannya. Alasanku memutuskan untuk menulis tentang dirinya di À la recherche du
temps perdu adalah karena dia adalah satu-satunya orang yang kukenal dan benar-benar mengerti
tentang waktu.
[133] Jiko tua sangat berhati-hati dengan waktu. Dia melakukan segala sesuatunya
dengan sangat perlahan, bahkan ketika dia hanya duduk di beranda sambil memandangi
capung-capung berputar dengan malas di sekitar kolam taman. Dia mengatakan bahwa dia melakukan
segala sesuatu dengan sangat perlahan untuk menyebar waktu, sehingga dia akan memiliki lebih
banyak waktu dan hidup lebih lama. Kemudian dia tertawa sehingga kau tahu bahwa dia sedang
menceritakan lelucon. Maksudku, dia sangat paham bahwa waktu bukanlah sesuatu yang bisa
bertebaran seperti mentega atau selai. Kematian tidak akan berkeliaran dan menunggumu untuk
menyelesaikan apapun yang sedang kau lakukan sebelum kematian tiba-tiba menyerangmu. Itu
adalah lelucon dan dia tertawa karena dia tahu akan hal itu.
[134] Tapi sebenarnya aku tidak berpikir bahwa itu sangat lucu. Meskipun aku tidak tahu
berapa tepatnya usia Jiko tapi yang aku tahu pasti adalah dia akan segera mati bahkan ketika dia
belum selesai menyapu dapur kuil atau menyiangi sebidang kecil daikon—lobak putih— atau
merangkai bunga segar di altar. Lalu ketika dia mati, itu akan menjadi akhir dari hidupnya, itulah
waktunya. Hal tersebut sama sekali tidak mengganggunya, tetapi sangat menggangguku. Ini
mengenai hal itu. Tidak ada yang bisa kulakukan untuk menghentikan waktu yang telah berlalu
atau bahkan untuk memperlambatnya dan setiap detik dari hari ini adalah detik lain yang hilang.
Dia mungkin tidak akan setuju denganku, tapi itulah yang kulihat.
[135] Aku tidak keberatan memikirkan dunia tanpa diriku, karena aku bukan orang yang
luar biasa atau hebat. Tapi aku benci pemikiran tentang dunia tanpa Jiko karena dia benar-benar
unik dan istimewa seperti kura-kura Galapagos terakhir atau beberapa binatang purba lainnya
yang terpincang-pincang di sekitar pembumihangusan, satu-satunya yang tersisa dari jenisnya.
Tapi tolong jangan membuatku membahas tentang kepunahan spesies karena itu sangat
menyedihkan sehingga membuatku harus bunuh diri saat ini juga.
6.
[136] Baiklah, Nao. Mengapa kau melakukan ini? Apa gunanya, sih?
[137] Ini adalah sebuah masalah. Satu-satunya alasan yang bisa kupikirkan untuk menulis
kisah hidup Jiko dalam buku ini adalah karena aku menyayanginya dan ingin mengingatnya, tapi
aku tidak berencana untuk berlama-lama di sekitar sini. Aku tidak akan bisa mengingat
cerita-ceritanya kalau aku mati, bukan?
[138] Dan selain aku, siapa lagi yang akan peduli? Maksudku, jika aku berpikir dunia
ingin tahu tentang Jiko, aku akan memposting ceritanya di blog. Tapi aku tidak bisa
melakukannya karena sebenarnya aku sudah berhenti melakukan hal itu beberapa waktu yang
lalu. Itu membuatku sedih ketika aku mendapat diriku sendiri berpura-pura bahwa semua orang
di luar sana, di dunia maya, peduli tentang apa yang kupikirkan, ketika tidak ada yang
benar-benar peduli. Dan ketika aku melipatgandakan perasaan sedih semua jutaan orang kesepian di
kamar kecil mereka, menulis dengan marah dan mempostingnya ke halaman-halaman kecil
mereka yang sepi di mana tak seorangpun memiliki waktu untuk membacanya karena mereka
semua begitu sibuk menulis dan memposting. Ini membuatku patah hati.
[139] Faktanya adalah aku tidak banyak menggunakan media sosial belakangan ini dan
orang-orang yang bergaul denganku bukanlah tipe orang yang peduli dengan seorang biarawati
berusia seratus empat tahun, bahkan jika dia adalah bosatsu yang dapat menggunakan email dan
SMS. Itu hanya karena aku membuatnya untuk membeli komputer sehingga dia bisa tetap
berhubungan denganku ketika aku berada di Tokyo dan dia berada di kuil tuanya yang runtuh, di
menggunakannya dengan cukup baik untuk saat ini meskipun dia mengalami katarak dan
arthritis di kedua ibu jarinya. Jiko tua dan Marcel Proust datang dari zaman yang teknologinya
belum maju, di mana waktu benar-benar hilang jaman sekarang.
[140] Jadi di sinilah aku, di Fifi Lonely Apron, menatap semua halaman-halaman kosong
ini dan bertanya pada diri sendiri, mengapa aku terusik ketika tiba-tiba sebuah ide yang
menakjubkan muncul di kepalaku. Siap? Ini dia:
[141] Aku akan menuliskan semua yang kutahu tentang kehidupan Jiko dalam buku
Marcel. Lalu ketika aku sudah selesai, aku hanya akan meninggalkannya di suatu tempat dan
kau akan menemukannya!
[142] Seberapa keren itu? Rasanya seperti aku menuju masa depan untuk berhubungan
denganmu dan sekarang karena kau telah menemukan buku ini, maka kau mundur kembali untuk
berhubungan denganku!
[143] Jika kau bertanya kepadaku, itu sangatlah keren dan bagus. Ini seperti pesan dalam
botol, melewati lautan ruang dan waktu. Benar-benar bersifat pribadi dan juga nyata, keluar dari
zaman Jiko dan Marcel yang tua. Ini kebalikan dari sebuah blog. Ini adalah antiblog, karena ini
dimaksudkan hanya untuk satu orang istimewa dan orang itu adalah kau. Dan jika kau sudah
membaca sejauh ini, maka kau mungkin mengerti apa yang kumaksud. Apakah kau mengerti?
Apakah kau belum merasa istimewa?
[144] Aku akan menunggu di sini sementara waktu untuk melihat apakah kau
menjawab...
7.
[145] Bercanda. Aku tahu kau tidak bisa menjawabnya dan sekarang aku merasa bodoh karena
bagaimana jika kau tidak merasa istimewa? Aku membuat sebuah asumsi, bukan? Bagaimana
jika kau hanya berpikir bahwa aku brengsek dan melemparkanku ke tempat sampah seperti
semua gadis-gadis muda yang kuceritakan pada Jiko. Mereka dibunuh oleh orang-orang mesum,
dicincang dan dibuang ke tempat sampah hanya karena mereka telah membuat kesalahan dengan
mengencani orang yang salah. Itu akan benar-benar menyedihkan dan menakutkan.
[147] Atau inilah pikiran menakutkan yang lainnya, bagaimana jika kau sama sekali tidak
membaca ini semua? Bagaimana jika kau bahkan tidak akan pernah menemukan buku ini karena
seseorang telah melemparkannya ke tempat sampah atau tempat daur ulang sebelum buku ini
dan aku hanya duduk di sini membuang-buang waktu berbicara dengan bagian dalam tempat
sampah.
[147] Hei, jawab aku! Apakah aku terjebak dalam tong sampah atau tidak?
[148] Bercanda. Lagi.
[149] Baiklah, sudah kuputuskan. Aku tidak keberatan dengan risikonya karena itu akan
membuatnya lebih menarik. Aku berpikir Jiko juga tidak akan keberatan karena dengan menjadi
seorang penganut agama Buddha, dia benar-benar mengerti tentang ketidakkekalan, kalau segala
sesuatu bisa berubah dan tidak bertahan selamanya. Jiko tua benar-benar tidak akan peduli jika
cerita-cerita hidupnya dituliskan atau hilang dan mungkin aku telah belajar sedikit dari sifatnya
yang tidak suka ikut campur. Ketika saatnya tiba, aku hanya bisa melepaskan semuanya.
[150] Atau tidak. Aku tidak tahu. Mungkin pada saat aku sudah menulis di halaman
terakhir, aku akan terlalu gugup atau malu untuk meninggalkannya tergeletak di sekitar dan aku
akan menjadi penakut dan malah menghancurkannya.
[151] Hei, jika kau tidak membaca ini, kau akan tahu kalau aku pengecut! Ha ha.
[152] Mengenai masalah hantu Marcel tua yang sedang marah, aku sudah memutuskan
untuk tidak mengkhawatirkannya. Ketika aku sedang mencari informasi tentang Marcel Proust di
Google, aku kebetulan mencari peringkat penjualannya di Amazon. Aku tidak dapat percaya
bahwa buku-bukunya semua masih dicetak dan berdasarkan edisi À la recherche du Temps
Perdu yang sedang kau bicarakan, bukunya berada pada peringkat antara 13.695 dan 79.324.
Bukan termasuk best seller, tapi hal itu tidak begitu buruk untuk seorang pria yang sudah
meninggal. Asal kau tahu saja, kau tidak perlu merasa terlalu kasihan terhadap Marcel tua.
[153] Aku tidak tahu berapa lama seluruh proyek ini akan melibatkanku. Mungkin saja
berbulan-bulan. Ada banyak sekali halaman kosong dan aku banyak mendapat cerita Jiko. Aku
menulis cukup lambat, tapi aku akan bekerja keras dan mungkin pada saat aku sudah selesai
mengisi halaman terakhir, Jiko yang sudah tua akan meninggal. Kemudian itu akan menjadi
waktuku juga.
[154] Aku tahu aku tidak mungkin dapat menuliskan setiap detil kehidupan Jiko. Jadi jika
kau ingin mempelajari lebih banyak lagi, kau harus membaca buku-bukunya. Itupun kalau kau
bisa menemukannya. Seperti yang telah kukatakan sebelumnya, buku-bukunya sudah tidak
dicetak lagi dan mungkin saja beberapa gadis pengrajin telah meretas halaman-halaman buku
buku Proust. Itu akan sangat menyedihkan karena Jiko tua tidak sama sekali memiliki peringkat
di Amazon. Aku tahu karena aku telah mengeceknya dan namanya bahkan tidak ada di sana.
Hmm. Aku harus memikirkan kembali konsep peretasan ini. Mungkin ini tidak begitu keren
sama sekali.
B. Source Text
[1] Part I
An ancient buddha once said:
For the time being, standing on the tallest mountaintop,
For the time being, moving on the deepest ocean floor,
For the time being, a demon with three heads and eight arms,
For the time being, the golden sixteen-foot body of a buddha, For the time being, a monk’s staff or a master’s fly-swatter,1 For the time being, a pillar or a lantern,
For the time being, any Dick or Jane,2
For the time being, the entire earth and the boundless sky.
—Dōgen Zenji, “For the Time Being”3
1Jpn. hossu—a whisk made of horse tails, carried by a Zen Buddhist priest.
2Jpn. chōsan rishi—third son of Zhang and fourth son of Li; an idiom meaning “any ordinary person.” 3Eihei Dōgen Zenji (1200–1253)—Japanese Zen master and author of the Shōbōgenzō (
NAO
1.
[2] Hi!
[3] My name is Nao, and I am a time being. Do you know what a time being is? Well, if
you give me a moment, I will tell you.
[4] A time being is someone who lives in time, and that means you, and me, and every
one of us who is, or was, or ever will be. As for me, right now I am sitting in a French maid café
in Akiba Electricity Town, listening to a sad chanson that is playing sometime in your past,
which is also my present, writing this and wondering about you, somewhere in my future. And if you’re reading this, then maybe by now you’re wondering about me, too.
[5] You wonder about me.
[6] I wonder about you.
[7] Who are you and what are you doing?
[8] Are you in a New York subway car hanging from a strap, or soaking in your hot tub
in Sunnyvale?
[9] Are you sunbathing on a sandy beach in Phuket, or having your toenails buffed in
Abu Dhabi?
[10] Are you a male or a female or somewhere in between?
[11] Is your girlfriend cooking you a yummy dinner, or are you eating cold Chinese
noodles from a box?
[12] Are you curled up with your back turned coldly toward your snoring wife, or are you
eagerly waiting for your beautiful lover to finish his bath so you can make passionate love to
him?
[13] Do you have a cat and is she sitting on your lap? Does her forehead smell like cedar
trees and fresh sweet air?
[14] Actually, it doesn’t matter very much, because by the time you read this, everything
will be different, and you will be nowhere in particular, flipping idly through the pages of this
book, which happens to be the diary of my last days on earth, wondering if you should keep on
[15] And if you decide not to read any more, hey, no problem, because you’re not the one
I was waiting for anyway. But if you do decide to read on, then guess what? You’re my kind of time being and together we’ll make magic!
2.
[16] Ugh. That was dumb. I’ll have to do better. I bet you’re wondering what kind of stupid girl
would write words like that.
[17] Well, I would.
[18] Nao would.
[19] Nao is me, Naoko Yasutani, which is my full name, but you can call me Nao because everyone else does. And I better tell you a little more about myself if we’re going to keep on meeting like this . . . !
[20] Actually, not much has changed. I’m still sitting in this French maid café in Akiba
Electricity Town, and Edith Pilaf is singing another sad chanson, and Babette just brought me a coffee and I’ve taken a sip. Babette is my maid and also my new friend, and my coffee is Blue Mountain and I drink it black, which is unusual for a teenage girl, but it’s definitely the way good coffee should be drunk if you have any respect for the bitter bean.
[21] I have pulled up my sock and scratched behind my knee.
[22] I have straightened my pleats so that they line up neatly on the tops of my thighs.
[23] I have tucked my shoulder-length hair behind my right ear, which is pierced with five holes, but now I’m letting it fall modestly across my face again because the otaku4 salaryman who’s sitting at the table next to me is staring, and it’s creeping me out even though I find it amusing, too. I’m wearing my junior high school uniform and I can tell by the way he’s looking at my body that he’s got a major schoolgirl fetish, and if that’s the case, then how come he’s hanging out in a French maid café? I mean, what a dope!
[24] But you can never tell. Everything changes, and anything is possible, so maybe I’ll
change my mind about him, too. Maybe in the next few minutes, he will lean awkwardly in my
direction and say something surprisingly beautiful to me, and I will be overcome with a fondness for him in spite of his greasy hair and bad complexion, and I’ll actually condescend to converse with him a little bit, and eventually he will invite me to go shopping, and if he can convince me that he’s madly in love with me, I’ll go to a department store with him and let him buy me a cute cardigan sweater or a keitai5 or handbag, even though he obviously doesn’t have a lot of money.
4
otaku—obsessive fan or fanatic, a computer geek, a nerd. 5
Then after, maybe we’ll go to a club and drink some cocktails, and zip into a love hotel with a
big Jacuzzi, and after we bathe, just as I begin to feel comfortable with him, suddenly his true inner nature will emerge, and he’ll tie me up and put the plastic shopping bag from my new cardigan over my head and rape me, and hours later the police will find my lifeless naked body
bent at odd angles on the floor, next to the big round zebraskin bed.
[25] Or maybe he will just ask me to strangle him a little with my panties while he gets
off on their beautiful aroma.
[26] Or maybe none of these things will happen except in my mind and yours, because, like I told you, together we’re making magic, at least for the time being.
3.
[27] Are you still there? I just reread what I wrote about the otaku salaryman, and I want to
apologize. That was nasty. That was not a nice way to start.
[28] I don’t want to give you the wrong impression. I’m not a stupid girl. I know Edith Pilaf’s name isn’t really Pilaf. And I’m not a nasty girl or a hentai6, either. I’m actually not a big fan of hentai, so if you are one, then please just put this book down immediately and don’t read
any further, okay? You will only be disappointed and wasting your time, because this book is not
going to be some kinky girl’s secret diary, filled with pink fantasies and nasty fetishes. It’s not
what you think, since my purpose for writing it before I die is to tell someone the fascinating life
story of my hundred-and-four-year-old great-grandmother, who is a Zen Buddhist nun.
[29] You probably don’t think nuns are all that fascinating, but my great-grandmother is,
and not in a kinky way at all. I am sure there are lots of kinky nuns out there . . . well, maybe not
so many kinky nuns, but kinky priests, for sure, kinky priests are everywhere . . . but my diary
will not concern itself with them or their freaky behaviors.
[30] This diary will tell the real life story of my great-grandmother Yasutani Jiko. She
was a nun and a novelist and New Woman7 of the Taisho era8. She was also an anarchist and a
6hentai—pervert, a sexual deviant.
7New Woman—a term used in Japan in the early 1900s to describe progressive, educated women who rejected the limitations of traditional gender-assigned roles.
feminist who had plenty of lovers, both males and females, but she was never kinky or nasty.
And even though I may end up mentioning some of her love affairs, everything I write will be
historically true and empowering to women, and not a lot of foolish geisha crap. So if kinky
nasty things are your pleasure, please close this book and give it to your wife or co-worker and
save yourself a lot of time and trouble.
4.
[31] I think it’s important to have clearly defined goals in life, don’t you? Especially if you don’t have a lot of life left. Because if you don’t have clear goals, you might run out of time, and when the day comes, you’ll find yourself standing on the parapet of a tall building, or sitting on your bed with a bottle of pills in your hand, thinking, Shit! I blew it. If only I’d set clearer goals for
myself!
[32] I’m telling you this because I’m actually not going to be around for long, and you might as well know this up front so you don’t make assumptions. Assumptions suck. They’re like expectations. Assumptions and expectations will kill any relationship, so let’s you and me not go there, okay?
[33] The truth is that very soon I’m going to graduate from time, or maybe I shouldn’t
say graduate because that makes it sound as if I’ve actually met my goals and deserve to move on, when the fact is that I just turned sixteen and I’ve accomplished nothing at all. Zilch. Nada. Do I sound pathetic? I don’t mean to. I just want to be accurate. Maybe instead of graduate, I should say I’m going to drop out of time. Drop out. Time out. Exit my existence. I’m counting the moments.
[34] One…
[35] Two…
[36] Three…
[37] Four…
[38] Hey, I know! Let’s count the moments together!
RUTH
1.
[39] A tiny sparkle caught Ruth’s eye, a small glint of refracted sunlight angling out from