• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA BANI FATIMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA BANI FATIMI"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN ISLAM PADA

MASA BANI FATIMIYAH di MESIR

Disusun Oleh:

Antin Java Turis R. T. 11140110000103

Heri Mukhtar Tumanggor 11140110000099

Susan Rosmawati 11140110000104

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

KATA PENGANTAR

ميحرلا نمحرلا لا مسب

Puji syukur Alhamdulillah kita panjatkan kepada Allah SWT. atas rahmatnya, sehingga niat kami untuk membuat makalah ini terkabul. Shalawat dan salam semoga selalu terlimpahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammmad SAW. beserta keluarga dan sahabatnya hingga akhir zaman.

Makalah ini berjudul Perkembangan Islam Pada Masa Kekuasaan Fatimiyah di Mesir”.

Dalam menyusun makalah ini, kami telah berupaya semaksimal mungkin untuk menyajikan yang terbaik sesuai kemampuan penulis.

Akhir kata pengantar ini kami mengucapkan terima kasih kepada ...yang telah membimbing kami dalam proses belajar mengajar, dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Tak ada gading yang tak retak. Karya kecil ini tentu sangat jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran sangat terbuka untuk peningkatan kualitas karya berikutnya. Akhirnya semoga tulisan ini bisa menambah akumulasi pengetahuan pembaca.

Tangerang, 18 April 2015

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI...

BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang... B. Rumusan Masalah... C. Tujuan...

BAB II

PEMBAHASAN...

A. Pembentukan Khilafah Fatimiyah di Mesir... B. Berdirinya Dinasti Fatimiyah di Mesir... C. Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Fatimiyah di mesir... D. Sebab Kemunduran dan kehancuran dinasti Fatimiyah... E. Jasa dinasti Fatimiyah Terhadap Kemajuan Peradaban Islam...

BAB III PENUTUP... A. Kesimpulan... B. Saran...

DAFTAR PUSTAKA...

(4)

PEDAHULUAN A. Latar Belakang

Khilafah Abbasiyah mampu berkuasa dalam tempo yang begitu lama, akan tetapi periode keemasannya hanya berlangsung singkat. Puncak kemerosotan kekuasaan khilafah Abbasiyah ditandai dengan berdirinya khilafah-khilafah kecil yang melepaskan diri dari kekuasaan politik Khilafah Abbasiyah.

Khilafah-khilafah yang memisahkan diri itu salah satu diantaranya adalah Fatimiyah yang berasal dari golongan Syi’ah sekte Ismailiyah yakni sebuah aliran sekte di Syi’ah yang lahir akibat perselisihan tentang pengganti imam Ja’far al-Shadiq yang hidup antara tahun 700–756 M. Fatimiyah hadir sebagai tandingan bagi penguasa Abbasiyah yang berpusat di Baghdad yang tidak mengakui kekhalifaan Fatimiyah sebagai keturunan Rasulullah dari Fatimah. Karena mereka menganggap bahwa merekalah ahlul bait sesungguhnya dari Bani Abbas.

Pada awalnya khilafah fatimiyah berdiri di afrika utara, kemudian ibu kota khilafah ini berpindah ke mesir. Dalam perkembangannya Khilafah Fatimiyah mampu membangun sistem perpolitikan yang begitu maju dan ilmu pengetahuan yang juga berkembang pesat, namun sebagaimana dinasti kekhilafaan sebelumnya khilafah mengalami kemunduran dan kehancuran.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses terbentuknya khilafah Fatimiyah di Afrika Utara? 2. Bagaimana proses berdirinya dinasti fatimiyah di mesir?

3. Kemajuan apa saja yang terjadi pada masa Fatimiyah di Mesir? 4. Apa aja sebab-sebab kemunduran dan kehancuran dinasti fatimiyah? 5. Apa saja jasa-jasa dinasti Fatimiyah terhadap kemajuan peradaban islam? C. Tujuan

1. Mahasiswa mengetahui proses terbentuknya khilafah Fatimiyah di Afrika Utara. 2. Mahasiswa mengetahui proses berdiriny dinasti Fatimiyah di Mesir.

3. Mahasiswa mengetahui mengenai kemajuan peradaban islam pada masa dinasti Fatimiyah di Mesir.

4. Mahasiswa mengetahui mengenai sebab-sebab kemunduran dan kehancuran dinasti Fatimiyah.

(5)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pembentukan Khalifah Fathimiyah di Afrika Utara

(6)

dilatarbelakangi oleh melemahnya dinasti abbasiyah.Abbasiyah. Dinasti ini mengklaim sebagai keturunan garis lurus dari pasangan Ali bin Abi thalib dan Fatimah Az-Zahra binti Muhammad bin Abdullah. Menurut mereka, Abdullah Al-mahdi sebagai pendiri dinasti ini adalah cucu dari ismail bin ja’far Ash shadiq. Sedangkan ismail merupakan imam syi’ah yang ketujuh.1 Pada tahun 874 M, Abdullah ibn Maimun menunjuk pengikutnya yang paling bersemangat yaitu Abu Abdullah al-Husain sebagai pemimpin gerakan syi’ah Isma’iliyah. Kemudian dia menyebarang ke Afrika Utara. Berkat propagandanya yang bersemangat, dia berhasil menarik suku Barbar, khususnya dari kalangan suku khithamah menjadi pengikut setia gerakan ahlul bait ini.

Setelah berhasil menegakkan pengaruhnya di Afrika Utara, Abu Abdullah al-Husain menobatkan sa’id ibn al-Husain al-Salamiyah sebagai penggantinya. Sa’id menyanggupinya, dan selanjutnya berhasil merebut kekuatan dan mengusir Ziyadatullah, penguasa dinasti Aghlabiyah yang terakhir, dari Tunisia yang disusul dengan penduduan terhadap daerah itu pada tahun 909 M. Dari sinilah kemudian Bani Fathimiyah menjadi penguasa baru Afrika Utara dipimpin oleh sa’id ibn Husain al-Salamiyah yang bergelar “Ubaidullah al-Mahdi”. Masa pemerintahan Bani Fathimiyah di Afrika Utara hanya berlangsung sampai tahun 973 M, kemudian pindah ke Mesir setelah mereka berhasil menduduki kota Fusthat, dia membangun kota baru dengan nama al Qahirah (kairo), yang /selanjutnya dilanjutkan dijadikan sebagai ibukota pemerintah. Peristiwa ini terjadi pada masa pemerintahan Abu Tamim Ma’adibn al-Mansur yang bergelar “al-mu’iz li dinillah”.

Ketika pindah ke mesir, Bani fathimiyah tidak bermaksud untuk meninggalkan Afrika Utara menuju kehancurannya begitu saja, tetapi mereka juga mempercayakan administrasi pemerintahan daerah itu kepada Sanhaja Zirids yang telah mengabdi kepada mereka secara penuh.2

B. Berdirinya Dinasti Fatimiyyah di Mesir

Khilafah Fatimiyah di bawah al-Mu’izz (Khalifah keempat) yang mempunyai seorang jendral bernama Jauhar Al-Katib As-Siqilli yang dikirim untuk menguasai Mesir sebagai pusat Dunia Islam zaman itu. Berkat perjuangan jendral jauhar, mesir dapat diribut dalam masa yang pendek (969 M). Tugas utamanya yaitu:

1. Mendirikan ibu kota baru yaitu Kairo.

2. Membina suatu universitas islam yaitu Al-Azhar.

1Drs.syamsul muniramin M.A, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2013), hal. 254.

(7)

3. Menyebarluaskan ideologi Fathimiyah, yaitu syi’ah, ke Palestina, syria dan hijaz.

Ia mendirikan kota baru yang disebut al-Qahirah (Kairo) yang berarti kota kemenangan dan kemudian menjadi ibukota Khilafah Fatimiah pada masa-masa selanjutnya. Setelah itu baru khalifah mu’iz datang ke mesir tahun tahun 362 H/973 M memasuki kota iskandariyah, kemudian menuju Kairo dan memasuki kota yang baru.3

Mesir memasuki era baru di bawah pemerintahan Fatimiyah, khalifah dengan gelar Mu’iz sistem pemerintahan dibenahi dengan membagi-bagi wilayah propinsi menjadi sebuah distrik dan mempercayakannya kepada pejabat-pejabat yang cakap, ia juga menertibkan bidang kemiliteran, industri dan perdagangan mengalami kemajuan pesat dan melakukan gerakan pembaharuan.

Dinasti Fatimiyah merupakan Khilafah beraliran syi’ah yang berkuasa di Mesir tahun 297/909 M sampai 567/1171 M selama kurang lebih 262 tahun. Para penguasa yang pernah berkuasa adalah:

1. Abu Muhammad Abdullah (Ubaydillah) al-Mahdi bi'llah (909-934).

2. Abu l-Qasim Muhammad al-Qa'im bi-Amr Allah bin al-Mahdi Ubaidillah (934-946).

3. Abu Zahir Isma'il al-Mansur bi-llah (946-953). 4. Abu Tamim Ma'add al-Mu'izz li-Dinillah (953-975). 5. Abu Mansur Nizar al-'Aziz bi-llah (975-996).

6. Abu 'Ali al-Mansur al-Hakim bi-Amrullah (996-1021). 7. Abu'l-Hasan 'Ali al-Tahir li-I'zaz Dinillah (1021-1036). 8. Abu Tamim Ma'add al-Mustanzir bi-llah (1036-1094) 9. al-Musta'li bi-llah (1094-1101).

C. Kemajuan Peradaban Islam pada Masa Dinasti Fatimiyah di Mesir. 1. Politik

Pada masa dinasti Fathimiyah, terutama pada waktu kekuasaan Abu Manshur Nizar Al-Aziz, kehidupan masyarakat selalu diliputi oleh kedamaian. Hal ini merupakan imbas dari keadaan pemerintahan yang damai. Al Aziz adalah khalifah

3 Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, (Jakarta: KENCANA, 2007), cetakan ketiga, hal. 143-144.

4 Musyrifah Sumanto, Sejarah Islam Klasik : Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, hal.144-145

(8)

fatimiyah yang kelima sejak berdirinya dinasti ini di Tunisia dan khalifah pertama yang memulai pemerintahan di Mesir.

Simbolisme istana yang penting diekspresikan dalam upacara, kemudian arsitektur, dan agama islam. Di dalam istana, terdapat sebuah ruangan basar untuk mengajarkan keyakinan isma’iliyah. Para hakim, misionari, qori Al-Qur’an , dan imam shalat secara reguler hadir dalam berbagai upacara di dalam istana.

Periode ini menandai munculnya era baru dalam sejarah bangsa Mesir untuk pertama kalinya sepanjang sejarah serta menjadi penguasa absolut dengan kekuatan besar dan penuh yang didasarkan atas prinsip keagamaan. Usaha untuk menegakkan penyatuan kepemimpinan agama dan politik jelas terlihat. Prinsip kepemimpinan yang mengharuskan seorang imam menjadi sosok yang adil, yang bisa menjauhkan umat dari siksaan, suara kebenaran, yang bersinar seperti matahari dan bercahaya seperti bintang, serta menjadi pilar agama, rezeki, dan kehidupan manusia telah berhasil menjulangkan popularitas sang khalifah. Nama sang khalifah senantiasa disebut-sebut dalam khotbah jum’at disepanjang wilayah kekuasaannya yang membentang dari Atlantik hingga Laut merah, di Yaman, Mekah, dan Daaskus, bahkan di Mosul.

Di bawah kekuasaan Al-Aziz, fathimiyah berhasil mendapatkan tempat tertinggi sebagai negara islam terbesar di kawaan Mediterania timur. Ia berhasil menjadikan negaranya sebagai lawan tangguh bagi kekhalifahan Abbasiyah di baghdad.

Strategi promosi Fathimiyah yang gencar dilakukan untuk mengagungkan agama diwujudkan dengan memasyarakatkan permulian terhadap keluarga Ali. Pemuliaan terhadap imam yang masih hidup disejajarkan dengan permuliaan terhadap keluarga Ali. Permuliaan terhadap imam yang masih hidup disejajarkan dengan permuliaan terhadap kalangan syuhada dari keluarga Nabi Muhammad SAW. Pemerintah membangun sejumlah bangunan makam keluarga Ali untuk meningkatkan kegiatan perziarahan.

Selain berhasil mewujudkan kemakmuran, strategi lain yang dijalankannya adalah memberikan toleransi yang tidak terbatas kepada umat kristen. Keadaan ini tidak pernah dirasakan oleh masyarakat pada periode-periode sebelumnya.

2. Sistem Administrasi Pemerintahan

(9)

urusan keduniaan maupun spiritual. Khalifah berwenang mengangkat dan sekaligus menghenikan jabatan-jabatan dibawahnya.5

Administrasi internal kerajaan dibentuk oleh Ya’kub bin Killis yang wafat tahun 991 M, seorang wazir atau menteri pada kekhalifahan Mu’iz dan Al-Aziz. Ya’kub adalah seorang yahudi yang masuk islam. Berkat kecakapannya dalam bidang administrasi, ia berhasil meletakkan dasar-dasar ekonomi sehingga dinasti Fatimiyah mencapai kemakmuran pada awal pemerintahannya.

Pengelolaan negara dilakukan dengan mengangkat para menteri. Fathimiyah membagi kementerian negara (wasir) menjadi dua kelompok. Pertama adalah para ahli pedang dan kedua adalah para ahli pena.

Kelompok pertama menduduki urusan militer dan keamanan serta pengawal pribadi sang khalifah. Kelompok pertama dibagi menjadi tiga, yaitu: (1) Para Amir, yang terdiri atas para perwira atau pejabat-pejebat tinggi militer dan para pengawal atau pegawai khalifah; (2) petugas keamanan; (3) Komando resiman. yang masing-masing menyandang nama berbeda, seperti hafizhiyah, jususyiyah, sudaniyah, atau yang disebut dengan nama khalifah, wazir, atau suku. Para wazir atau menteri juga terdiri atas beberapa kelas. Kelas yang tertinggi adalah menteri Keamanan yang mengatur tentara dan urusan perang, Menteri dalam negeri, menteri urusan rumah tangga yang menyambut tamu-tamu kehormatan utusan luar negeri, dan menteri sekertaris negara yang terdiri atas para qadhi yang juga menjadi kepala percetakan uang, menteri pengawas pasar yang mengawasi ukuran dan timbangan dalam tingkatan pegawai yang paling rendah adalah para pegawai di departeman sekretariat negara yang terdiri atas para pegawai sipil, termasuk para pedagang dan sekretaris dari berbagai departemen. Selain pejabat pusat, disetiap daerah terdapat pejabat setingkat gubernur yang diangkat oleh khalifah untuk mengelola daerah masing-masing. Administrasi pemerintahan dikelola oleh pejabat setempat.

Kelompok kedua menduduki beberapa jabatan kementerian sebagai berikut: (1) Hakim, (2) pejabat pendidikan sekaligus sebagai pengelola lembaga ilmu pengetahuan atau Dar Al-Hikmah, (3) inspektur pasar yang bertugas menertibkan pasar dan jalan, (4) pejabat keuangan yang menangani segala urusan keuangan negara, (5) regu pembantu istana, (6) petugas pembaca Al-Qur’an. Tingkat

(10)

terendah kelompok “ahli pena” terdiri atas kelompok pegawai negeri, yaitu petugas penjaga dan juru tulis dalam berbagai departeman. 6

Selain pejabat pusat, disetiap daerah terdapat pejabat setingkat gubernur yang diangkat oleh khalifah untuk mengelola daerah masing-masing. Administrasi pemerintahan dikelola oleh pejabat setempat.7

3. Perkembangan Ekonomi

Masyarakat pada masa pemerintahan dinasti fatimiyah hidup dengan ramai. Kekuasaan rezim syiah tetap memberi toleransi kepada masyarakat, baik kepada golongan koptik maupun kepada masyarakat umum yang bermadzhab sunni. Sebenarnya masa keemasan alam sejarah dinasti ini di mesir dimuli pada periode Al-Mu’iz dan mencapai puncaknya pada periode Al-aziz, tetapi pada periode susudahnya, yaitu masa Al-munthashir masih menunjukkan bahwa mesir merupakan negara islam paling maju.

Di Bidang Ekonomi, Mesir mengalami kemakmuran ekonomi yang mengungguli daerah-daerah lainnya dan hubungan dagang dengan dunia non muslim dibina dengan baik, serta di masa ini pula banyak dihasilkan produk islam yang terbaik.

Khalifah Al-Aziz hidup dikota yang mewah dan gemerlap , dikelilingi beberapa masjid, istana, jembatan, dan kanal-kanal perguruan tinggi, rumah sakit dan pemondokan khalifah yang berukuran sangat besar, pemandian umum yang dibangun dengan baik, pasar yang mempunyai 20.000 toko luar biasa besarnya dan dipenuhi berbagai produk dari seluruh dunia menghiasi kota Kairo yang baru. Pada rosesi ibadah, misalnya idul fitri, ia biasa berkeliling dengan pasukannya dengan memakai pakaian berornamen brokat serta dilengkapi dengan pedang dan sabuk emas. Tenda yang dipakai oleh khalifah dihiasi mutiara.

Kegemilangan mesir pada masa Al-Muntashir dideskripsikan oleh seorang Persia yang mengunjungi negara ini tahun 1046-1049, beberapa saat sebelum terjadi kehancura ekonomi dan politik. Ia mengemukakan bahwa istana khalifah mempekerjakan 30.000 orang, 12000 orang diantaranya adalah pelajan dan 1.000

6H. Sulasman dan Suparman, Sejarah Islam di Asia dan Eropa, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hal. 30-231 lihat pula Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2014), cetakan keempat, hal. 264.

(11)

orang petugas kuda. Khalifah muda yang dilihatnya pada sebuah perayaan menungggangi kuda dan dinaungi oleh pelayan dengan payung yang dihiasi batu-batu mulia. Di tepi sungai nil, tuju buah perahu berukuran 150 m3 dengan 60 tiang pancang sedang berlabuh. Khalifah memiliki 20.000 rumah di ibu kota. Hampir semua rumahnya dibangun dengan batu bata yang ketinggiannya hingga lima atau enam lantai. Ia juga memiliki ribuan toko yang masing-masing bisa menghasilkan 2-10 dinar perbulan. Jalan-jalan utama diberi atap dan diterangi lampu. Para penjual toko menjual dengan harga yang telah ditetapkan. Jika ada seorang pedagang yang curang, ia akan dipertontonkan di sepanjang jalan kota sambil membunyikan lonceng dan mengakui kesalahannya. Bahkan, begitu amannya kota, toko perhiasan atau tempat penukaran uang tidak pernah dikunci saat ditinggal oleh pemiliknya. Kota Fusthat memiliki tujuh masjid besar. Kairo memiliki delapan buah masjd. Seluruh kota merasakan ketenangan dan kemakmuran dengan ungkapannya yang antusias, “Bahkan, aku tidak bisa memperkirakan kekayaan kota ini, dan tidak pernah sekalipun, aka melihat satu tempat yang lebih makmur dari kota ini.”

Khalifah Al-Muntasir hidup dalam kesenangan dan kemewahan . Dia mewarisi harta yang berlimpah dari para pendahulunya. Kekayaan khalifah terbukti dengan ditemukannya warisan harta sangat berharga yang tersebar diantara tentara-tentara turki, yaitu berupa vas kristal, piring berlapis emas, tempat tinta yang terbuat dari gading dan kayu eboni, gelas berbahan gading, cermin dari baja, payung dengan gagang terbuat dari emas dan perak, papan catur dengan bidak terbuat dari emas dan perak, belati berhiaskan mutiara, serta pedang-pedang berukir indah.8

4. Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Dinasti Fathimiyah memiliki perhatian besar terhadap pengetahuan. Ibnu khilis merupakan salah seorang wazir Fathimiyah yang memperdulikan pengajaran. Ia mendirikan sebuah lembaga pendidikan dan memberinya subsidi besar setiap bulan. Pada masa Ibnu Khilis ini di dalam istana Al-Aziz terdapat seorang fisikawan besar bernama Muhammad At-Tamim. Al-Kindi sejarawan dan fotographer terbesar hidup di Fustat dan meninggal ditahun 961 M. Pakar terbesar pada awal Fathimiyah adalah Qazhi An-Nu’man dan beberapa keturunannya yang menduduki jabatan qadhi dan keagamaan tertinggi selama 50 tahun semenjak

(12)

penaklukan mesir sampai pada masa pemerintahan Al-Hakim. Para qadhi ini tidak hanya pandai dalam bidang hukum, melainkan juga cakap dalam berbagai disiplin pendidikan tinggi. Diantara pegawai pemerintahan pada masa Al-Hakim terdapat seorang mesir yang berkarya dalam penulisan sejarah dan karya-karya lain tentang keislaman, syair dan astrologi.9

Khalifah Al-Aziz termasuk diantara khalifah yang mahir dalam bidang syair dan sangat menyenangi pendidikan. Pada masanya, dikembangkanlah masjid ismailiyah, dan Dar Al-‘Ulum (rumah ilmu/perpustakaan) pada tahun 1005 M yang melakukan pengkajian ilmu-ilmu keislaman, astronomi, dan kedokteran. Dia menyediakan dana yang besar untuk mengembangkan institusi ini, diantaranya untuk menyalin berbagai naskah, memperbaiki buku, dan pemeliharaan umum lainnya. Bangunan tersebuut ditempatkan berdekatan dengan istana kerajaan. Di dalam bangunan itu, terdapat sebuah perpustakaan dan ruang-ruang pertemuan. Ia juga membangun observatorium di bukit Al-Makattam karena ketertarikannya pada perhitungan astrologi.

Kekayaan dan kemakmuran Dinasti Fatimiyah dan besarnya perhatian para khalifahnya merupakan faktor pendorong para ilmuan untuk berpindah ke Kairo. Istana Al-Hakim dihiasi dengan kehadiran Ali bin Yunus, pakar terbesar dalam bidang astronomi, ialah yang menciptakan tabel astronomi, Ibnu Ali-Hasan bin Al-Haitami atau Abu Ali Al-Haitsam yang dibarat disebut dengan Alhazen, seorang fisikawan muslim terbesar (peletak dasar ilmu fisika) dan juga ahli di bidang optik. Ia menulis tidak kurang dari seratus karya yang meliputi bidang matematika, astronomi, filsafat, dan kedokteran. Karya terbesarnya adalah Kitab

Al-Manazhir mengenai ilmu optik atau cahaya yang diterjemahkan ke dalam bahasa latin di masa Gerard Of Cremona dan disiarkan tahun 157211. Kitab ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan ilmu optik dan menjadi rujukan utama hampir semua penulis tentang optik pada abad pertengahan. Tokoh lainnya

9 Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2014), cetakan keempat, hal. 266.

10 H. Sulasman dan Suparman, Sejarah Islam di Asia dan Eropa, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hal. 232.

(13)

adalah ‘Ammar ibn ‘Ali Al-Maushili yang menghasilkan karya Al-Muntakhab Fi ‘Ilaj Al-‘Ain (karya pilihan tentang penyembuhan mata) dan Ibn ‘Isa yang menghasilkan karya Tadzkirah. Dalam karya ‘Ammar, dijelaskan dasar-dasar operasi katarak yang merupakan penemuannya yang berharga dalam bidang kesehatan.

Dalam perkembangan berikutnya, pada masa Al-Muntadzir, terjadilah kemunduran dalam bidang ilmu pengetahuan dengan banyaknya buku yang hilang dari perpustakaan kerajaan yang telah didirikan sejak masa Al-Aziz yang ketika itu memiliki kurang lebih memiliki 200.000 buah buku dan 2400 Al-Qur’an . Berkurangnya koleksi perpustakaan ini sebagai akibat peristiwa perbutan rampasan perang pada tahun 1068. Naskah-naskah berharga itu digunakan sebagai bahan bakar utuk membakar rumah-rumah dan kantor-kantor orang turki. 12

5. Seni dan Arsitektur.

Seni dan arsitektur pada masa Fathimiyah menghasilkan karya yang bernilai sangat tinggi, berupa berbagai kerajinan, baik bidang tekstil, keramik, benda seni dari kayu, benda logm, maupun batu kristal. Pada produk tekstil, ditemukan motif-motif hewan dengan pose konvensional. Beberapa contohnya ditemukan di barat yang dibawa ke sana pada masa perang salib.

Seni arsitektur publik Fathimiyah merupakan bentuk pengembangan dari aspek-aspek seremonial istana kerajaan. Ibukota Fathimiyah, Al-Qahirah atau Kairo yang dibangun pada tahun 969, merupakan sebuah kota kerajaan dengan berbagai bangunan megah yang dirancang sebagai wujjud bagi kebesaran kerajaan. Masjid agung Al-Azhar dan Al-Hakim dibangun dengan sejumlah menara dan kubah yang melambangkan ketinggian ilmu para imam dan mengingatkan pada kota suci Mekah dan Madinah. Bagian tengah Al-Azhar dibangun dengan batu bata yang memiliki suduh mihrab. Masjid Al-Hakim memiliki kopula dari tembok yang menyokong sebuah tambur besar berbentuk segi delapan di atas ruangan shalat. Di masjid Al-Qamar ditemukan ciri khas arsitektur islam, yaitu ceruk stalaktik. Tiang masjid ini menampilkan desain kaligrafi bergaya kufi yang kubus dan tegas. Ciri khas lain yang menjadi ttradisi pada masa ini adalah bangunan makam para pendiri masjid yang dihubungkan dengan masjid.

(14)

Khalifah juga mendatangkan sejumlah arsitek romawi untuk membantu menyelesaikan tiga buah gerbang raksasa di Kairo, dan benteng-benteng di wilayah perbatasan Bizantium.

D. Kemunduran Dinasti Fathimiyah 1. Awal Kemunduran.

Kemunduran Dinasti Fathimiyah mulai terjadi pada masa Abu Ali Mansur Al-Al-Hakim adalah pengganti Al-Azis. Ia baru berumur 11 tahun ketika naik tahta. Karena masih terlalu muda ketika diangkat menjadi khalifah, kekuasaan sesungguhnya berada ditangan Wasir. Para Wazir ini akhirnya sering mendapatkan julukan kebangsawanan “Al-Malik”.

Masa pemerintahannya sering ditandai dengan tindakan-tindakan kejam yang menakutkan. Ia membunuh beberapa orang Wasir dan menetapkan aturan –aturan ketat kepada orang-orang non-muslim. Ia membuat kebijakan untuk menghancurkn beberapa gereja dan kuburan suci umat Kristen, yang menjadi salah satu peristiwa yang melatarbelakangi pecahnya perang salib. Secara umum dia juga menyatakan bahwa dia adalah sebagai penjelmaan dari Tuhan. Sebuah klaim yang menimbulkan polemik yang dahsyat dikalangan umat islam. Inilah akar yang melemahkan dukungan politik dalam kepemimpinan Al-Hakim, sehingga pada tahun 1904 , terjadi perebutan kekuasaan yang dilakukan oleh panglima militer, Al-Afzal Sahinsyah.

Pengganti Al-Hakim adalah anaknya, Az-zahir (1021-1035), yang ketika naik tahta dengan usia 16 tahun. Ia mendapatkan izin dari Konstantin VIII agar namanya disebut-sebut dimasjid-masjid yang berada dibawah kekuasaan sang kaisar. Ia juga mendapat izin untuk memperbaiki masjid di konstantinopel sebagai balasan terhadap restu Az-Zahir untuk membangun kembali gereja yang didalamnya terdapat kuburan suci.

2. Terjadinya Pemberontakan

(15)

Tunisia. Pada tahun 1071, sebagian wilayah Sisilia dikuasai oleh bangsa Normandia yang daerah kekuasaanya terus meluas hingga daerah pedalaman Afrika. Hanya kawasan semenanjung arab saja yang masih tetap mengakui kekuasaan Fathimiyah. Sejalan dengan itu provinsi Dinasti Fathimiyah di Afrika memutuskan hubungan dengan pusat kekuasaan dan berkeinginan untuk memerdekakan diri atau kembali kepada Dinasti Abbasiyah. Selain itu, kericuhan dan pertikaian terjadi diantara orang-orang Turki, suku barbar dan pasukan sudan. Kekuasaan Negara dapat dikatakan lumpuh. Perekonomian Negara juga tidak berdaya akibat kelaparan selama tujuh tahun.

3. Persaingan Antar Wasir

Setalah Al–Muntashir meninggal pada tahun 1094, kekuasaanya diteruskan oleh anaknya yaitu Al-malik Al-Afdhal. Pada masa ini, muncul perseteruan terus menerus diantara para wasir yang didukung oleh para tentara masing-masing. Al-Afdhal menempatkan anaknya yang paling muda sebagai kholifah dengan julukan “Al-Musta’ali”.

Sementara itu, terjadi kekacauan sekitar permasalahan suksesi pada masa pemerintahan kholifah Al-musta’ali. Nizar, putra tertua Al-Musta’ali dihukum penjara hingga meninggal. Namun, pengikut Nizar mengakui bahwa Nizar masih hidup. Hal ini menimbulkan kekacauan dan melahirkan dua kubu yang saling bersaing yaitu kubu Must’aliyah dan nizariyah .

Putra Musta’ali yang bernama Al-amir, yang masih berusia lima tahun ,menggantikan ayahnya sebagai penguasa di Mesir. Al-amir akhirnya menjadi korban pembunuhan pada tahun 1130. Penerus Al-amir adalah Al-Hafizh. Sepeninggal Al-Amir, Dinasti Fathimiyah semakin mengalami kemunduran. Pada saat itu timbul pertentangan paham keagamaan antara kalangan penguasa dengan mayoritas masyarakatyang menganut sunni. Sejumlah kelompok kecil mengikuti imam masing-masing dan mengabaikan klaim penguasa Dinasti Fathimiyah.

Ketika Al-hafizh (1130-1149) meninggal, kekuasaannya benar-benar hanya sebatas isana kekholifahan. Penggantinya adalah anaknya yang bernama Al-Zhafir (1149-1154) masih berusia sangat muda hingga kemudian kekuasaanya direbut oleh seorang Wasir dari Kurdistan, Ibn Al-Sallar yang menyebut dirinya sebagai Al-Malik Al-‘Adil.

4. Al-‘Adid Sebagai Khalifah terakhir.

(16)

kecil ini meninggal pada usia 11 tahun,dan digantikan oleh sepupunya Al-‘Adid yang baru berusia sembilan tahun. Dialah khalifah yang ke-14 yakni kholifah yang terakhir di dinasti Fathimiyah yang berkuasa selama kurang lebih dua setengah abad.

Pada masa pemerintahan Al-‘Adid, kehidupan masyarakat sangat sulit karena adanya bencana kelaparan, wabah penyakit yang sering terjadi, serta penetapan pajak yang tinggi untuk memuaskan kebutuhan khalifah dan angkatan senjata. Keadaan semakin sulit dengan datangnya pasukan perang salib ke Mesir. Khalifah Al-‘Adid meminta bantuan kepada Nuruddin Zanki, yaitu gubernur Suriah dibawah kekuasaan dinasti Abbasiyah Baghdad. Nuruddin akhirnya, mengutus Shalahuddin Al-Ayyubi yang membawa tentara ke Mesir untuk menghalau tentara salib. Karena keberhasilannya ,dia diangkat menjadi menteri di Mesir, di bawah Fathimiyah tentunya .Namun, khalifah Al-‘adid terlalu tua untuk memimpin dan tekanan politik semakin tinggi. Sementara itu, keberhasilan Shalahuddin Al-ayyubi membuat dukungan atasnya menjadi khalifah yang sangat kuat. Pada akhirnya, Shalahuddin Al-‘ayyubi bisa menjadi khalifah dan mengakhiri dinasti Fhatimiyah pada tahun 1171. Kepemimpinan Shalahuddin Al-ayyubi mengubah corak kekuasaan yang sebelumnya syi’ah menjadi sunni,sehingga disebut dinasti sunni Al-ayyubiyah.

Dinasti Isma’iliyah yang didirikan oleh Ubaidillah Al-mahdi,hanya mampu bertahan selama lebih kurang dua setengah abad (909-1171 M).Tiga khalifah dinasti Fhatimiyah yang pernah memerintah di Maroko adalah Al-Qaim (322-323H/934-946M), Al-Mansur (323-341H/946-952M), dan Al-Muizz (341-362H/952-975M). Dinasti ini dapat maju karena didukung oleh militer yang kuat, administrasi pemerintah yang baik, ilmu pengetahuan yang berkembang, dan ekonomi yang stabil. Krisis kepemimpinan khalifah berikutnya setelah Al-aziz, yakni hakim (386-411H/996-1021M), zahir (411-427H/1021-1036M), Al-mustansir (428-487H/1036-1094M), dan Al-musta’li (487-495H/1094-1101M), tidak mampu mengendalikan pemerintahan seperti yang dilakukan oleh Al-aziz. Bahkan krisis diantara kekuatan dalam pemerintahan Daulah Fathimiyah itu terus berlangsung pada masa Hafizh (525-544H/1131-1149M), Az-zhafir (544-549H/1149-1154M), Al-faiz(549-555H/1154-1160M), dan Al-‘adid (555-567H/1160-1171M).

(17)

yang pesat di India. Artinya ,setelah runtuh sebuah kekuatan tidak serta mertalenyap, tetapi masih ada dan bertahan atau setidaknya masih tetap tumbuh di daerah lain.

E. JASA-JASA DINASTI FHATIMIYAH TERHADAP PERADABAN ISLAM

Sumbangan Dinasti Fatimiyah terhadap peradaban Islam sangat besar sekali, baik dalam sistim pemerintahan maupun dalam bidang keilmuan. Kemajuan yang terlihat pada masa kekhalifahan al-Aziz yang bijaksana diantaranya sebagai berkut:

1. Bidang Politik dan Pemerintahan

Pada masa pemerintahan Fatimiyah, kepada Negara dipimpin oleh seorang imam atau khalifah, para imam bagi fatimi memang sesuatu yang diwajibkan, ini merupakan penerapan kekuasaan yang turun temurun, mulai dari Nabi Muhammad, Ali bin Abi Thalib, kemudian selanjutnya di teruskan oleh para imam. Imamah ini diwariskan dari seorang bapak kepada anak laki-laki yang paling tua dari keturunan mereka. Dan menjadi syarat penting yang harus dipenuhi dalam pengangkatan seorang imam adalah adanya nash atau wasiat khusus dari imam sebelumnya.Baik wasiat yang di kemukakan di hadapan umat islam secara umum, atau hanya diketahui oleh orang-orang tertentu sebagian dari mereka saja. Para imam didinasti fatimiyah, mereka anggap sebagai penjelmaan Allah di bumi, meraka menjadikan Imam-imam sebagai tempat rujukan utama dalam syariat, dan orang paling dalam ilmunya.

Selanjutnya dari segi politik juga daulat fatimiyah membentuk wazir-wazir (wazir tanfiz dan wazir tafwid). Wazir ini dibentuk pada masa Aziz billah pada bulan Ramadhan tahun 367H/979 M.

Disamping itu daulat fatimiyah juga membentuk dewan-dewan dalam pemerintahannya diantaranya, dewan majlis , dewan nazar, dewan tahkik (sekretaris) dewan barid (pos), dewan tartib (keamanan), dewan kharraj (pajak) dan lain-lainnya.

Bentuk pemerintahan pada masa Fatimiyah merupakan suatu bentuk pemerintahan yang dianggap sebagai pola baru dalam sejarah Mesir.Dalam pelaksanaannya Khalifah adalah kepala yang bersifat temporal dan spiritual.Pengakatan dan pemecatan penjabat tinggi berada di bawah kontrol kekuasaan Khalifah.

Mentri-mentri Wazir kekhalifahan dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok Militer dan Sipil. Yang dibidangi oleh kelompok Militer diantaranya: urusan tentara, perang, pengawal rumah tangga khalifah dan semua permasalahan yang menyangkut keamanan. Yang termasuk kelompok Sipil diantaranya:

(18)

b) Ketua dakwah, yang memimpin Darul Hikmah

c) Inspektur pasar, yang membidangi bazar, jalan dan pengawasan timbangan d) Bendaharawan Negara, yang membidangi Baitul Mal

e) Wakil kepala urusan rumah tangga Khalifah

f) Qori, yang membaca al-Qur’an bagi Khalifah kapan saja dibutuhkan. Selain dari penjabat di istana ini ada beberapa pejabat lokal yang diangkat oleh Khalifah untuk mengelola bagian wilayah Mesir, Siria, dan Asia kecil. Ketentaraan dibagi ke dalam tiga kelompok:

a) Amir-amir yang berdiri dari pejabat-pejabat tinggi dan pengawal Khalifah

b) Para Obsir Jaga

c) Resimen yang bertugas sebagai Hafizah Juyudsiah dan Sudaniyah. 2. Pemikiran dan Filsafat

Dalam menyebarkan tentang kesyi’ahannya Dinasti Fatimiyah banyak menggunakan filsafat Yunani yang mereka kembangkan dari pendapat-pendapat Plato, Aristoteles dan ahli-ahli filsafat lainnya. Kelompok ahli filsafat yang paling terkenal pada Dinasti Fatimiyah adalah ikhwanu shofa. Dalam filsafatnya kelompok ini lebih cendrung membela kelompok Syi’ah Islamiyah, dan kelompok inilah yang menyempurnakan pemikiran-pemikiran yang telah dikembangkan oleh golongan Mu’tazilah.

Beberapa tokoh filsuf yang muncul pada masa Dinasti Fatimiyah ini adalah: a) Abu Hatim Ar-Rozi, dia adalah seorang da’i Ismaliyat yang pemikirannya

lebih banyak dalam masalah politik, Abu Hatim menulis beberapa buku dia ntaranya kitab Azzayinah yang terdiri dari 1200 halaman. Di dalamnya banyak membahas masalah Fiqh, filsafat dan aliran-aliran dalam agama. b) Abu Abdillah An-Nasafi, dia adalah seorang penulis kitab Almashul. Kitab

ini lebih banyak membahas masalah al-Ushul al-Mazhab al-Ismaily. Selanjutnya ia menulis kitab Unwanuddin Ushulus syar’i, Adda’watu Manjiyyah. Kemudian ia menulis buku tentang falak dan sifat alam dengan judul Kaunul Alam dan al-Kaunul Mujrof .

c) Abu Ya’qup as Sajazi, ia merupakan salah seorang penulis yang paling banyak tulisannya

(19)

3. Pendidikan dan Iptek

Seorang ilmuan yang paling terkenal pada masa Fatimiyah adalah Yakub Ibnu Killis.Ia berhasil membangun akademi-akademi keilmuan yang mengahabiskan ribuan Dinar perbulannya. Pada masanya, ia berhasil membesarkan seorang ahli fisika yang bernama Muhammad Attamimi. Disamping Attamimi ada juga seorang ahli sejarah yang bernama Muhammad Ibnu Yusuf Al Kindi dan Ibnu Salamah Al Quda’i.seorang ahli sastra yang muncul pada masa Fatimiyah adalah Al Aziz yang berhasil membangun masjid Al Azhar.[13]

Kemajuan keilmuan yang peling fundamental pada masa Fatamiyah adalah keberhasilannya membangun sebuah lembaga keilmuan yang disebut Darul Hikam atau Darul Ilmi yang dibangun oleh Al Hakim pada tahun 1005 Masehi. Ilmu astronomi banyak dikembangkan oleh seorang astronomis yaitu Ali Ibnu Yunus kemudian Ali Al Hasan dan Ibnu Haitam.Dalam masa ini kurang lebih seratus karyanya tentang matematika, astronomi, filsafat dan kedokteran telah dihasilkan.

Pada masa pemerintahan Al Hakim didirikan Bait Al Hikmah, terinspirasi dari lembaga yang sama yang didirikan oleh Al Makmun di Bahgdad. Pada masa Al Muntasir terdapat perpustakaan yang di dalamnya berisi 200.000 buku dan 2.400 Illuminated Al-Qur’an ini merupakan bukti kontribusi Dinasti Fatimiyah bagi perkembangan budaya Islam.

4. Ekonomi dan Perdagangan

Mesir mengalami kemakmuran ekonomi dan fitalitas kultural yang mengungguli Irak dan daerah-daerah lainnya.Hubungan dagang dengan dunia non Islam dibina dengan baik termasuk dengan India dan negeri-negeri mediterania yang beragama Kristen.

Pada suatu festival, Khalifah kelihatan sangat cerah dan berpakaian indah. Istana Khalifah yang dihuni oleh 30.000 orang terdiri dari 1.200 pelayan dan pengawal juga terdapat masjid-masjid, perguruan tinggi, rumah sakit dan pemondokan Khalifah yang berukuran sangat besar menghiasi kota Kairo baru. Pemandian umum yang dibangun dengan baik terlibat sangat banyak disetiap tempat di kota itu. Pasar yang mempunyai 20.000 toko luar biasa besarnya dan dipenuhi berbagai produk dari seluruh dunia.Keadaan ini menunjukkan bahwa kemakmuran yang begitu berlimpah dan kemajuan ekonomi yang begitu hebat pada masa Fatimiyah di Mesir.

(20)

a) Daerah pinggiran-pinggiran sungai Nil

b) Tempat-tempat yang telah ditentukan pemerintah untuk dijadikan lahan pertanian.

Sungai Nil merupakan sebagian pendukung bagi kelansungan hidup orang-orang Mesir, kadang-kadang sungai nil ini menuai penyusutan air sehingga masyarakat merasa kesulitan untuk mengambil air untuk diminum, untuk binatang ternak, maupun untuk pengairan tanam-tanaman mereka, namun sebaliknya adakalanya sungai nil ini pasang naik, sehingga dataran-dataran Mesir kebanjiran, menyebabkan kerusakan lahan dan tanaman. Untuk mengatasi hal tersebut mereka membikin gundukan-gundukan dari tanah dan batu sebatas tinggi air takkala banjir.[14]

Mereka membagi waktu untuk bercocok tanam dalam dua musim :

a) Musim dingin, (bulan Desember sampai bulan maret) dengan aliran-aliran dari selokan sungai nil, pada musim ini mereka biasa menanam gandum, kapas, pohon rami.

b) Musim panas, (bulan april sampai bulan juli) karena air sungai nil mulai surut, maka mereka mengairi sawah ladang dengan mengangkat air dengan alat. Pada musim ini mereka menanam padi, tebu, semangka, anggur, jeruk, dan lain-lain.[15]

Dibidang perdagangan mereka melakukan perdagangan dengan mengunjungi beberapa daerah seperti Asia, Eropa, dan daerah-daerah sekitar laut tengah.

Pada masa dinasti Fatimiyah mereka menjadikan kota Fustat sebagai kota perdagangan, dari sini semua barang akan dikirim baik dari dalam maupun dari luar Mesir.

5. Sosial Kemasyarakatan

Pada waktu orang-orang Fatimiyah memasuki Mesir, penduduk setempat ada yang beragama Kristen Qibty, dan ahlu sunnah. Mereka hidup dalam kedamaian, saling menghormati antara satu dengan yang lain. Boleh dikatakan tidak terjadi pertengkaran antara suku, maupun agama.Masyarakatnya mempunyai sosialitas yang tinggi sesama mereka.

6. Pemahaman Agama

(21)

sebenarnya ingin mengembangkan doktrin-doktrin syi’ah di tengah-tengah masyarakat, namun dengan berbagai pertimbangan mereka tidak terlalu memaksa pemahaman ini harus di ikuti oleh para penduduk, mereka bebas beragama sesuai dengan apa yang mereka yakini. Hal ini dilakukan supaya mereka selalu mendapat dukungan dari rakyat demi berdirinya dinasti Fatimiyah di negeri para Nabi ini.al-Musta’li wafat. Al-Amin anak al-musta’li yang baru berusia lima tahun diangkat menjadi khalifah.Al-Amin kemudian digantikan oleh al-Hafidz. Karena ia meninggal kekuasaannya benar-benar hanya sebatas istana kekhalifahan saja. Anak dan penggantinya, az-Zafir diangkat menjadi khalifah dalam usia yang masih sangat muda, hingga merasa tidak mampu menghadapi tentara salib, khalifah az-Zafir melalui wazirnya Ibnu Salar, meminta bantuan kepada Nuruddin az-Zanki, penguasa Suriah di bawah kekuasaan Baghdad. Nuruddin mengirim pasukan ke Mesir di bawah panglima Syirkuh dan Salahuddin Yusuf bin al-Ayubi yang kemudian berhasil membendung invasi tertara salib ke Mesir. Kemudian kekuasaan az-Zafir direbut oleh wazirnya, Ibnu Sallar.Tapi Ibnu Salar kemudian dibunuh, dan az-Zafir juga terbunuh secara misterius, kemudian naiklah al-Faiz, anak az-Zafir yang baru berusia empat tahun sebagai khalifah. Khalifah kecil ini meninggal dalam usia 11 tahun dan digantikan oleh sepupunya al-Adhid yang baru berumur sembilan tahun. Maka pada tahun 1167 M pasukan Nuruddin az-Zanki untuk kedua kalinya kembali memasuki Mesir di bawah pimpinan Syirkuh dan Salahuddin.Kedatangan mereka kali ini tidak hanya membantu melawan kaum salib, tetapi juga untuk menguasai Mesir.Dari pada Mesir dikuasai tentara salib, lebih baik mereka sendiri yang menguasainya.Apalagi perdana mentri Mesir waktu itu, telah melakukan penghianatan.Akhirnya pasukan Nuruddin berhasil mengalahkan tentara salib dan menguasai Mesir.

(22)

al-Mustadi. Ini adalah simbol dari runtuhnya dan berakhirnya kekuasaan Dinasti Fatimiyah untuk kemudian digantikan oleh Dinasti Ayubiyah.13

BAB III A. Kesimpulan

pada tahun 874 M, Abdullah ibn Maimun menunjuk pengikutnya yang paling bersemangat yaitu Abu Abdullah al-Husain sebagai pemimpin gerakan syi’ah Isma’iliyah. Kemudian dia menyebarang ke Afrika Utara. Berkat propagandanya yang bersemangat, dia berhasil menarik suku Barbar, khususnya dari kalangan suku khithamah menjadi pengikut setia gerakan ahlul bait ini. Dari sinilah awal terbentuknya Dinasti Fatimiyah di Afrika Utara

a. Kemajuan Peradaban Islam pada Masa Dinasti Fatimiyah di Mesir. 1) Politik

2) Sistem Administrasi Pemerintahan 3) Perkembangan Ekonomi

4) Perkembangan Ilmu Pengetahuan 5) Seni dan Arsitektur.

b. Kemunduran Dinasti Fathimiyah

Kemunduran Dinasti Fathimiyah mulai terjadi pada masa Abu Ali Mansur Al-Al-Hakim adalah pengganti Al-Azis. Ia baru berumur 11 tahun ketika naik tahta. Karena masih terlalu muda ketika diangkat menjadi khalifah, kekuasaan sesungguhnya berada ditangan Wasir.

c. Jasa-jasa Dinasti Fatimiyah Terhadap Peradaban Islam

Sumbangan Dinasti Fatimiyah terhadap peradaban Islam sangat besar sekali, baik dalam sistim pemerintahan maupun dalam bidang keilmuan. Kemajuan yang terlihat pada masa kekhalifahan al-Aziz yang bijaksana diantaranya sebagai berkut:

1) Bidang Politik dan Pemerintahan 2) Pemikiran dan Filsafat

3) Pendidikan dan Iptek

4) Ekonomi dan PerdaganganSosial Kemasyarakatan

(23)

5) Pemahaman Agama B. Saran

Referensi

Dokumen terkait

Sebagaimana telah dikemukakan pada awal pembahasan, bahwa melalui program yang telah disusun pemerintah daerah, dalam hal ini Dinas PU dan Perhubungan dengan segala

Pada penelitian ini akan dilakukan pembangunan sistem untuk mendeteksi persebaran analisis sentimen masyarakat terhadap kebijakan zonasi sekolah menggunakan metode K-Nearest

mengalami suatu permainan harga atau tidak, kemudian jaminan bahwa kata–kata yang tercantum dalam label kemasan sesuai dengan senyatanya serta jamianan terhadap keselamatan dan

Dalam laporan pan- jangnya ia melihat daya rusak tambang terhadap pertanian yang ada di sekitar tambang, bukan semata mengalami kerusakan akibat limbah dan kerusakan ekologi,

Hasil dari penelitian yang dilakukan Rosita (2009) menunjukkan bahwa variabel Nilai Utilitarian secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian

Berdasarkan uraian di atas, hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan media papan flanel dapat

Anak SD yang tidak menderita diare dalam satu bulan terakhir sebanyak 48 anak ( 96,0% ), sedangkan anak SD yang menderita diare dalam satu bulan terakhir

Hasil pengujian kuat tarik belah beton menunjukan bahwa beton bubuk kulit kerang mempunyai kuat tarik belah yang lebih tinggi daripada beton normal hal ini