• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENJUALAN KONSINYASI PENJUALAN KONSINYASI PENJUALAN KONSINYASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENJUALAN KONSINYASI PENJUALAN KONSINYASI PENJUALAN KONSINYASI "

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia perdagangan konsinyasi dikenal sebagai suatu bentuk perdagangan komisi. Di sini ada dua pihak yang terlibat yaitu pemilik barang sebagai konsinyor atau faktor dan penerima barang sebagai konsinyi atau pedagang komisi. Selama barang konsinyasi belum terjual, hak milik tetap ditangan pemilik. Persediaan barang konsinyasi di gudang konsinyi adalah persediaan milik konsinyor sampai barang terjual kepihak lain.

Penjualan yang dilakukan secara konsinyasi merupakan alternatif lain selain penjualan reguler, karena keberadaan penjualan konsinyasi yang berbeda dengan penjualan reguler, maka diperlukan akuntansi yang berbeda untuk penjualan konsinyasi dengan penjualan reguler, sehingga informasi yang disajikan dapat menggambarkan keadaan yang sebernarnya dan tidak menimbulkan informasi yang menyesatkan.

Didalam penjualan konsinyasi hubungan antara pihak konsinyor dan pihak konsinyi menyangkut hubungan antara pihak pemilik dan agen penjual. Dari segi pengamanat transaksi pengiriman barang-barang kepada konsinyi, biasa disebut“barang-barang konsinyasi”. Sedangkan dari pihak komisioner untuk mencatat transaksi yang behubungan dengan barang-barang milik pengamanat yang dititipkan kepadanya biasa disebut “barang-barang komisi”. Terhadap penyerahan barang atas transaksi konsinyasi, pada umumnya disusun suatu kontrak atau perjanjian tertulis yang menunjukkan sifat hubungan pihak yang menerima barang-barang.

Transaksi dengan cara penjualan konsinyasi mempunyai keuntungan-keuntungan tertentu dibandingkan dengan penjualan secara langsung barang-barang kepada perusahaan pengecer atau kepada pedagang.

(2)

Dari latar belakang di atas, dapat ditarik beberapa rumusan masalah, yaitu: 1. Apa definisi dari penjualan konsinyasi?

2. Siapa sajakah yang terlibat dalam penjualan konsinyasi? 3. Bagaimanakah operasi penjualan konsinyasi dalam akuntansi?

1.3. Tujuan Penyusunan Makalah

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk:

1. Agar mahasiswa dapat memahami definisi dari penjualani

2. Agar mahasiswa mampu menyebutkan dengan jelas siapa saja yang terlibat dalam penjualan konsinyasi

(3)

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Penjualan Konsinyasi

Penjualan Konsinyasi didefinisikan oleh IFRS (IAS 2) sebagai situasi yang

pihak pemegang barang persediaan bertindak sebagai agen bagi pemilik

sebenarnya (Wiley, 2007:179). Penjualan konsinyasi dalam pengertian

sehari-hari dikenal dengan sebutan penjualan dengan cara penitipan.

Aliminsyah dan Padji ( 2008 : 77 ) dalam kamus istilah keuangan dan

perbankan disebutkan bahwa :

“Consgnment (Konsinyasi) adalah barang-barang yang dikirim untuk dititipkan kepada pihak lain dalam rangka penjualan dimasa mendatang atau

untuk tujuan lain, hak atas barang tersebut tetap melekat pada pihak pengirim

(Consignor). Penerimaan titipan barang tersebut (Consignee) selanjutnya bertanggung jawab terhadap penanganan barang sesuai dengan kesepakatan”.

Konsinyasi merupakan suatu perjanjian dimana salah satu pihak yang memiliki barang (consignor atau pengamanat) menyerahkan sejumlah barang kepada pihak tertentu (consignee, factor, commission merchant atau komisioner) untuk dijualkan dengan memberikan komisi.

(4)

barang itu akan berpindah dari pengamanat apabia komisioner telah berhasil menjual barang tersebut kepada pihak ketiga.

Karakteristik dari transaksi konsinyasi, yang juga merupakan perbedaan perlakuan akuntansinya dengan transaksi penjualan, yaitu:

1. Karena hak milik atas barang-barang masih berada pada pengamanat, maka barang-barang konsinyasi harus dilaporkan sebagai persediaan oleh pengamanat. Barang-barang konsinyasi tidak boleh diperhitungkan sebagai persediaan oleh pihak komisioner.

2. Pengiriman barang-barang konsinyasi tidak mengakibatkan timbulnya pendapatan dan tidak boleh dipakai sebagai kriteria untuk mengakui timbulnya pendapatan, baik bagi pengamanat maupun bagi komisioner sampai dengan saat barang dapat dijual kepada pihak ketiga.

3. Pihak pengamanat sebagai pemilik, tetap bertanggung jawab sepenuhnya terhadap semua biaya yang berhubungan dengan barang-barang konsinyasi sejak saat pengiriman sampai dengan saat komisioner menjualnya kepada pihak ketiga. Kecuali ditentukan lain dalam perjanjian diantara kedua belah pihak yang bersangkutan.

4. Komisioner dalam batas kemampuannya mempunyai kewajiban untuk menjaga keamanan dan keselamatan barang-barang komisi yang diterimanya itu. Oleh sebab itu administrasi yang tertib harus diselenggarakan sampai dengan saat ia berhasil menjual barang tersebut kapada pihak ketiga.

Dalam pembahasan penjualan konsinyasi ini, terdapat beberapa isitilah yang berkaitan dengan penjualan konsinyasi yaitu :

1. Pengamanat (Consignor), yaitu pihak yang memiliki barang yang dititipkan kepada pihak lain untuk dijual.

(5)

3. Konsinyasi keluar (Consignment-Out), yaitu rekening yang digunakan oleh pengamanat untuk mencatat transaksi-transaksi yang berhubungan dengan barang-barang yang dititipkan kepada komisioner.

4. Konsinyasi masuk (Consignment-In), yaitu rekening yang digunakan oleh komisioner untuk mencatat transaksi-transaksi yang berhubungan dengan barang-barang milik pengamanat yang dititipkan kepadanya.

2.2. Alasan-Alasan Bagi Pengamanat dan Komisioner dalam Perjanjian Konsinyasi

1. Alasan-alasan bagi pengamanat:

a. Konsinyasi merupakan suatu cara untuk lebih memperluas pasaran yang dapat dijamin oleh seorang produsen, pabrikan atau distributor terutama apabila:

a) Barang-barang yang bersangkutan baru diperkenalkan, permintaan produk tidak tertentu dan belum terkenal.

b) Penjualan pada masa-masa yang lalu dengan melalui dealer tidak menguntungkan.

c) Harga barang menjadi mahal dan membutuhkan investasi yang cukp besar bagi pihak dealer apabila ia harus membeli barang-barang yang bersangkutan.

b. Risiko-risiko tertentu dapat dihindarkan oleh pengamanat. Barang-barang konsinyasi tidak ikut disita apabila terjadi kebangkrutan pada diri komisioner.

c. Mungkin pengamanat ingin mendapatkan penjual khusus (specialist) dalam perdagangan barang-barangnya.

d. Harga eceran barang-barang yang bersangkutan tetap dapat dikontrol oleh pengamanat. Demikian pula terhadap jumlah barang-barang yang siap dipasarkan dan stock barang-barang tersebut.

2. Alasan-alasan bagi komisioner:

(6)

b. Risiko rusaknya barang dan adanya fluktuasi harga dapat dihindarkan. c. Kebutuhan akan modal kerja dapat dikurangi, sebab adanya

barang-barang konsinyasi yang diterima atau dititipkan oleh pengamanat.

2.3.Hak-Hak dan Kewajiban-Kewajiban yang Berhubungan dengan Perjanjian Konsinyasi

Ketentuan-ketentuan dalam perjanjian konsinyasi biasanya meliputi: komisi penjualan, syarat-syarat pembayaran dan penyerahan barang, pengumpulan piutang dan tanggung jawab atas kerugian karena piutang tidak dapat ditagih, biaya-biaya yang dikeluarkan oleh komisioner dalam rangka penerimaan, penyimpangan dan penjualan barang, penyelesaian kepada pengamanat dan bentuk serta jangka waktu (periode), laporan-laporan yang harus disajikan kepada pihak pengamanat.

Selain ketentuan-ketentuan yang diatur secara spesifik di dalam perjanjian, hubungan kerjasama di dalam transaksi konsinyasi juga berlaku ketentuan-ketentuan umum yang diatur oleh Undang-Undang (hukum) yang berlaku di dalam dunia perdagangan, antara lain:

1. Tentang hak-hak komisioner

a. Komisioner berhak untuk mendapatkan komisi dan penggantian biaya yang dikeluarkan untuk menjual barang titipan tersebut, sesuai dengan jumlah yang diatur dalam perjanjian diantara kedua pihak. Komisi dan biaya-biaya yang mendapatkan penggantian biasanya dikurangkan langsung dari hasil penjualan sebelum penyelesaian keuangan dengan pengamanat dilaksanakan.

b. Dalam batas-batas tertentu biasanya kepada komisioner diberkan hak untuk memberikan jaminan (garansi) terhadap kualitas barang yang dijualnya.

(7)

2. Tentang kewajiban-kewajiban komisioner

a. Melindungi keamanan dam keselamatan barang-barang yang diterima dari pihak pengamanat.

b. Mematuhi dan berusaha semaksimal mungkin untuk menjual barang-barang milik pengamanat sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam perjanjian. Komisioner harus menjual barang-barang tersebut dengan harga yang dinyatakan dalam perjanjian. Dalam hal pengaturan harga jual tidak dinyatakan di dalam perjanjian, komisioner harus berusaha menjual barang tersebut dengan harga sedemikian rupa sehingga tidak merugikan kepentingan pengamanat. Demikian pula halnya terhadap syarat-syarat pembayaran yang tidak diatur secara spesifik di dalam perjanjiann.

c. Mengelola secara terpisah baik dari segi phisik maupun administratif terhadap barang milik pengamanat, sehingga identitas barang-barang tersebut tetap dapat diketahui setiap saat. Pembukuan yang tertib dan teratur harus diselenggarakkan terhadap transaksi-transaksi penjualan barang-barang konsinyasi. Hasil penjualan, biaya-biaya yang mendapat penggantian, persediaan barang dan piutang dari penjualan barang-barang konsinyasi semuanya harus dinyatakan jelas di dalam rekening-rekening bpembukuan untuk melindungi hak-hak (kepentingan) pengamanat.

d. Membuat laporan secara periodik tentang barang-barang yang diterima, barang-barang yang berhasil dijual dan barang-barang yang masih dalam persediaan serta mengadakan penyelesaian keuangan seperti dinyatakan dalam perjanjian.

(8)

2.4.Masalah Akuntansi bagi Komisioner

Masalah akuntansi bagi komisioner, pada umumnya sering dijumpai seperti penjelasan berikut:

1. Transaksi konsinyasi dicatat secara terpisah dengan penjualan regular. Dalam transaksi konsinyasi yang dicatat secara terpisah dengan penjualan regular, komisioner harus membentuk rekening “Barang Komisi”. Rekening ini di debit untuk semua biaya yang menjadi tanggung jawab pengamanat, dan di kredit untuk seluruh hasil penjualan barang-barang konsinyasi. Saldo kredit di dalam rekening barang komisi berarti menunjukkan hutang komisioner kepada pengamanat. Sebaliknya saldo debit dalam rekening ini berarti merupakan adanya piutang dari komisioner kepada pihak pengamanat.

2. Transaksi konsinyasi tidak dicatat secara terpisah dengan penjualan regular.

Dalam transaksi yang pencatatannya digabung dengan penjualan regular, penjualan barang titipan dibukukan dalam rekening “Hasil Penjualan”. Akan tetapi sebagai konsekuensinya pengakuan terhadap “Pembelian atau Harga Pokok Penjualan” harus segera dilakukan setiap komisioner berhasil menjual barang-barang konsinyasi tersebut. Pengakuan terhadap pembelian atau harga pokok penjualan itu dilakukan dengan mendebit rekening-rekening yang bersangkutan sebesar jumlah yang harus disetor kepada pengamanat untuk barang-barang yang dijual tersebut, dengan rekening lawan kredit pada “Hutang kepada Pengamanat”. Biaya-biaya yang berhubungan dengan aktivitas penjualan barang-barang konsinyasi dan menjadi tanggung jawab pengamanat didebit dalam rekening “Hutang kepada Pengamanat”. Dengan prosedur demikian, maka besarnya jumlah yang harus disetor kepada pengamanat akan tercermin pada saldo kredit “Hutang kepada Pengamanat”.

Contoh :

(9)

Baru mengadakan kerjasama dalam bentuk perjanjian konsinyasi dengan PT. Jaya Elektronik Industrial and Trading Company di Jakarta. Beberapa ketentuan penting yang berhubungan dengan perjanjian konsinyasi tersebut adalah sebagai berikut :

- Kepada Fa. Baru diberikan komisi 25% dari hasil penjualan.

- Ongkos angkut lokal yang dikeluarkan oleh Fa. Baru, seluruhnya diganti oleh pihak pengamanat.

- Fa. Baru diberi kelonggaran untuk menentukan syarat-syarat pembayaran kepada langganannya, akan tetapi tanggungjawab pengumpulan piutang sepenuhnya terletak pada Fa. Baru.

- Harga jual yang ditetapkan adalah Rp 100.000,00 untuk setiap buah pesawat TV.

Pencatatan pada Buku-Buku Komisioner Fa. Baru Semarang

Transaksi-Transaksi

(1) Penerimaan barang komisi dari PT. Jaya, berupa 100 buah pesawat TV untuk dijual dengan harga @ Rp100.000 atas barang tersebut 25%

(10)

7.500.000 (3) Dibayar ongkos angkut

lokal untuk 100 buah TV sebesar Rp 50.000

(4) Penerimaan piutang dari langganan atas penjualan 100 buah TV tersebut pada transaksi (2)

30 September 1980

(5) Perhitungan komisi atas hasil penjualan 100 buah TV (25%xRp 100.000.000

(5) Pengiriman perhitungan hasil penjualan 100 buah TV kepada PT. Jaya

Buku besar rekening “Barang Komisi” Fa. Baru selama transaksi September 1980 Barang Komisi – PT. Jaya

(11)

Apabila pada akhir tahun buku terdapat rekening “Barang Komisi” yang bersaldo debit akan tetapi juga terdapat rekening yang bersaldo kredit, maka didalam neraca harus disajikan secara terpisah dan tidak boleh digabung. Saldo debit barang komisi disajikan sebagai “Piutang kepada pengamanat” di dalam kelompok aktiva lancar. Sdangkan saldo kredit barang komisi disajikan di dalam neraca sebagai “Hutang kepada pengamanat”

Contoh :

Pada akhir tahun buku 1990 rekening buku besar barang komisi menunjukkan saldo kredit sebesar Rp 100.000 dengan perincian sebagai berikut :

- Barang komisi dari Perusahaan X : Rp 50.000.000 (K) - Barang komisi dari Perusahaan Y : Rp 25.000.000 (D) - Barang komisi dari Perusahaan Z : Rp 75.000.000 (K) Rp 100.000.000 (K)

Sesuai dengan hak-hak dan kewajiban-kewajiban keuangannya, maka komisioner harus menyajikan di dalam neraca pada akhir tahun buku 1990, atas saldo kredit rekening “Barang Komisi” itu sebagai berikut:

“Hutang kepada X dan Z” sebesar Rp 125.000 dan “Piutang kepada Y” sebesar Rp 25.000

2.5.Masalah Akuntansi bagi Pengamanat (Consignor)

Prosedur akuntansi yang akan diikuti oleh pihak pengamat tergantung pada: 1. Rekening-rekening pembukuan atas transaksi konsinyasi, dalam hal ini

terdapat dua alternatifsebagai berikut:

a. Diselenggarakan terpisah dari transaksi penjualan reguler.

b. Tidak diselenggarakan secara terpisah dari transaksi penjualan reguler

2. Metode administrasi barang-barang dagangan, dalam hal ini juga terdapat dua alternatif sebagai berikut:

(12)

Contoh :

Berdasarkan data pada Fa.Baru, maka dapat disusun ikhtisar jurnal transaksi penjualan konsinyasi pada buku-buku PT. Jaya Electronic Industrian and Trading Company Jakarta menurut keempat metode tersebut di atas sebagai berikut

Pencatatan pada buku pengamanat (PT Jaya)

Transaksi penjualan konsinyasi dicatat secara terpisah

Transaksi Metode perpetual Metode phisik

(13)

Menutup ke R/L

Transaksi penjualan konsinyasi dicatat secara tidak terpisah

Transaksi Metode perpetual Metode phisik

(14)

2.6.Masalah Akuntansi untuk Perjanjian Penjualan Konsinyasi yang Belum Selesai

Apabila jangka waktu perjanjian konsinyasi berlangsung dan melampaui akhir periode akuntansi, sedang belum seluruhnya barang-barang konsinyasi berhasil dijual konsioner maka diperlukan adanya penyesuaian terhadap biaya-biaya yang bersangkutan dan terikat pada produk yang belum terjual (inventoriable cost). Biaya-biaya yang terikat pada sebagian produk yang belum terjual baik yang berasal dari pihak pengamanat sendiri maupun biaya yang dibebankan oleh komisioner harus ditangguhkan pembebanannya dari pendapatan dalam periode akuntansi yang bersangkutan. Contoh biaya-biaya demikian itu antara lain ialah: biaya pengiriman, biaya pengepakan, biaya asuransi dan ongkos angkut. Biaya-biaya demikian itu harus dialokasikan kepada seluruh unit produk yang dikirim kepada komisioner. Apabila dikehendaki tetap dipertahankan keseragaman harga pokok produk, beban biaya untuk unit produk yang belum terjual dapat dicatat secara terpisah dalam rekening”Biaya-biaya penjualan konsinyasi yang ditangguhkan pembebannya”(dalam hal transaksi penjualan konsinyasi tidak dicatat secara terpisah).

Adanya penyesuaian terhadap inventoriable cost ini penting, dalam rangka penentu laba (rugi) periodiknya. Dengan demikian laba (rugi) periodik itu akan mencerminkan pendapatan- pendapatan dengan seluruh biaya-biaya yang bersangkutan.

Untuk lebih jelasnya diberikan contoh sebagai berikut:

Contoh:

Wijaya furniture adalah produser meubel dan alat-alat rumah tangga yang menjual produknya sebagian atas dasar perjanjian konsinyasi. Transaksi penjualan konsinyasi dengan salah satu komisioner yang berlangsung dalam bulan Desember 1980, adalah sebagai berikut:

(15)

1) Pengiriman 10 unit meja & kursi tamu model UK-150 kepada Toko Visiana untuk dijual dengan harga sebesar Rp. 600.000,00 per unit. Harga pokok produksi per unit adalah Rp. 200.000,00 sedanng komisi penjualan ditetapkan 16,67% dari harga jual, dengan semua biaya yang dikeluarkan oleh komisioner menjadi tanggungjawab sepenuhnya oleh pihak pengamanat.

2) Dibayar ongkos angkut pengiriman dan biaya pengepakan masing-masing sebesar Rp. 275.000,00 untuk ongkos angkut dan Rp. 50.000,00 untuk biaya pengepakan.

Akhir Desember 1980:

3) Diterima perhitungan penjualan atas 3 unit meja & kursi tamu dari Toko Vision beserta sebuah cek sebagai penyelesaiannya.

Pencatatan pada buku-buku pengamanat (Wijaya Furniture)

Prosedur pembukaan pada waktu pengiriman barang-barang maupun pembayaran ongkos angkut dan biaya pengepakan, pada prinsipnya diselenggarakan sama seperti halnya pada contoh no.2 sesuaia dengan metodenya masing-masing, akan tetapi prosedur pembukaan selanjutnya dalam hubungannya dengan tujuan penutupan buku pada akhir bulan Desember 1980; terlebih dahulu harus dialokasikan beberapa macam biaya yang inventoriable terhadap 7 unit meja & kursi yang belum terjual sebagai

(2) Biaya-biaya yang Rp.

2.000.000,00

(16)

dikeluarkan oleh (3) Biaya-biaya yang

dikeluarkan oleh

(a) Transaksi penjualan konsinyasi dicatat secara terpisah

Apabila transaksi penjualan konsinyasi dicatat secara terpisah, maka berdasar perhitungan penjualan atas 3 unit meja & kursi yang dibuat oleh toko visiana, dicatat sebagai berikut:

Kas ... Rp. 1.395.000,00

Barang-barang konsinyasi Toko visiana

(ongkos angkot)... Rp. 75.000,00

Komisi Penjualan ... Rp. 300.000,00

Biaya Perakitan ... Rp. 30.000,00

(17)

Pencatatan dan pengakuan atas hasil penjualan konsinyasi itu, kemudian diikuti dengan pencatatan terhadap harga pokok penjualan dan biaya yang bersangkutan dengan barang-barang konsinyasi, atas dasar alokasi seperti tersebut diatas sebagai berikut:

Harga Pokok Penjualan Konsinyasi... Rp. 600.000,00

Biaya-biaya Penjualan Konsinyasi... Rp. 120.000,00

Barang-barang konsinyasi-Toko Visiana... Rp. 720.000,00

Dengan demikian apabila jurnal untuk mencatat hasil penjualan dan harag pokok serta biaya-biaya penjualan barang-barang konsinyasi tersebut, dibukukan kerekening barang-barang konsinyasi akan nampak sebagai berikut:

Barang-barang Konsinyasi – Toko Visiana

Tgl Uraian D K Saldo

Des 1

Des 31

Harga pokok 10 unit meja & kursi: model UK-150

Ongkos Angkut Biaya Pengepakan

Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh komisioner (ongkos angkut lokal) Harga pokok dan biaya penjualan, untuk 3 unit yang terjual

2.000.000 275.000 50.000

75.000

720.000,00

2.000.000 (D) 275.000 (D) 50.000 (D)

2.400.000,00 (D)

(18)

Saldo debit rekening Barang-barang konsinyasi sebesar Rp. 1.680.000,00 adalah merupakan harga pokok dan biaya-biaya yang melekat pada 7 unit meja & kursi yang belum terjual sampai dengan akhir tahun buku 1980. Dalam hal perusahaan menggunakan metode phisik, maka pada tanggal 31 Desembar 1980 harus dibuat jurnal penutup untuk memindahkan saldo rekening “ Pengiriman Barang-barang konsinyasi ke Rugi-Laba” (lihat juga contoh no.2).

b) Transaksi penjualan konsinyasi tidak dicatat secara terpisah

Apabila terhadap transaksi penjualan konsinyasi tidak diselenggarakan pembukuan secara terpisah, maka ikhtisar jurnal untuk transaksi (penjualan) konsinyasi dengan Toko Visiana akan nampak sebagai berikut:

Metode Perpetual Metode Phisik

Pengiriman Barang:

Barang-barang konsinyasi – Toko visiana

Rp. 2.000.000,00

Persediaan produk jadi Rp.2.000.000.00

Barang-barang konsinyasi – Toko visiana Rp.2.000.000,00

Pengiriman barang-barang konsinyasi Rp. 2.000.000,00

Ongkos angkut:

Ongkos angkut penjualan Rp. 275.000,00

Kas Rp. 275.000,00

Ongkos angkut penjualan

Rp. 275.000,00

Kas Rp. 275.000,00

Biaya Pengepakan:

(19)

50.000,00

Penjualan Dan Penerimaan Kas

Kas Rp.

Menutup rekening pengiriman barang-barang konsinyasi yang telah terjual

- Pengiriman barang-barang konsinyasi

Rp. 600.000,00

Barang-barang konsinyasi Rp. 2.600.000,00

Penyesuain & Tutup buku:

Biaya yang ditangguhkan pembebanannya Rp. 280.000,00

Ongkos Angkut

Rp. 245.000,00

Biaya Pengepakan

Biaya yang ditangguhkan pembebanannya Rp. 280.000,00

Ongkos Angkut

Rp. 245.000,00

(20)

Rp. 35.000,00 Rp. 35.000,00

Pencatatan pada buku-buku Komisioner ( Toko Visiana)

Pencatatan pada buku-buku Toko Visiana sebagai komisioner tidak banyak mengalami kesulitan-kesulitan perhitungan apapun. Bagi komisioner pencatatan secara formal (didalam buku jurnal dan rekening-rekening pembukuannnya) terbatas pada barang-barang yang telah berhasil dijual kepada pihak ketiga dan biaya yang telah dikeluarkannya. Bagi komisioner semua biaya yang telah dikeluarkan baik untuk barang yang telah maupun belum terjual dikurangkan terlebih dahulu dari hasil penjualannya. Penerimaan hasil penjualan setelah dikurangi dengan keseluruhan biaya-biaya tersebut merupakan jumlah yang terhutang baginya. Berdasar data pada contoh no.3 tersebut maka pencatatan yang dilakukan oleh Toko Visiana akan tampak sebagai berikut:

Transaksi-transaksi Apabila transaksi konsinyasi dicatat secara terpisah

Apabila transaksi konsinyasi tidak dicatat secara terpisah

Desember 1980

(1) Penerimaan 10 unit meja & kursi dari

PT. Wijaya

Furniture

(2) Penjualan tunai 3 unit meja & kursi @ 600.000,00 komisi 16.67%

Memo

Kas (D) 1.800.000,00 Barang komisi (K) 1.800.000,00

Memo

a)Kas (D) 1.800.000,00 Penjualan (K) 1.800.000,00

(21)

(3) Dibayar ongkos angkut lokal untuk 10 unit meja & kursi sebesar Rp. 75.000,00

31 Desember 1980

a.Perhitungan komisi atas hasil penjualan barang-barang komisi sebesar 164% x 1.800.000,00 = Rp. 300.000,00

b.Pengiriman perhitungan dan sekaligus pengiriman cek hasil penjualan 3 unit meja & kursi dipotong ongkos-ongkos penjualan dan komisi kepada PT Wijaya Furniture sebesar Rp. 1.395.000,00

Barang-barang komisi (D) 75.000,00

Kas (K) 75.000,00

a) Barang-barang komisi (D) 300.000,00

Pendapatan komisi (K) 300.000,00

b) Barang-barang komisi (D) 1.395.000,00 Kas (K) 1.395.000,00

Hutang (PT Jaya) (D) 75.000,00 Kas (K) 75.000,00

b)Hutang (PT Jaya) (D) 1.395.000,00

Kas (K) 1.395.000,00

(22)

2.7.Barang-Barang Konsinyasi yang Dikembalikan

Apabila barang-barang konsinyasi dikembalikan kepada pengamanat, maka rekening barang-barang konsinyasi harus dikredit dengan harga pokok barang-barang yang bersangkutan. Biaya-biaya yang berhubungan dengan aktivitas untuk menjual barang tersebut (ongkos angkut, biaya pengepakan, biaya perakitan, dan biaya pengiriman kembali), harus dibebankan kepada pendapatan untuk periode yang bersangkutan. Biaya-biaya yang terjadi itu tidak dikapitalisasi sebagai bagian harga pokok barang-barang yang dikembalikan atau tidak perlu ditangguhkan pembebanannya, karena tidak memberikan manfaatnya di masa yang akan datang. Dalam hal barang-barang dikembaikan karena rusak sehingga manfaatnyatidak lagi sebanding dengan harga pokoknya , maka penurunan nilai itu harus diakui sebagai kerugian. Jika biaya-biaya perbaikan diperlukan untuk dapat menjual barang-barang tersebut, maka biaya perbaikan (reparasi) demikian harus diakui sebagai biaya periode yang bersangkutan.

2.8.Uang Muka dari Komisioner

Perjanjian konsinyasi kemungkina disertai dengan persyaratan akan adanya uang muka yang harus dibayar oleh komisioner untuk barang-barang komisi (titipan) yang diterimanya.

(23)

2.9.Penyajian Laba (Rugi) Penjualan Konsinyasi di dalam Laporan Perhitungan Rugi – Laba

Laba (rugi) penjualan konsinyasi dapat disajikan di dalam Laporan Perhitungan Rugi – Laba bagi pengamanat, dengan cara menggabungkan data hasil penjualan, harga pokok penjualan dan biaya-biaya penjualan yang bersangkutan dengan data yang sama untuk transaksi penjualan regular. Akan tetapi apabila transaksi penjualan konsinyasi merupakan bagian yang cukup penting dalam kegiatan distribusinya, maka data hasil penjualan, harga pokok penjualan dan biaya-biaya penjualan yang bersangkutan dapat dilaporkan secara terpisah dan sejajar dengan data penjualan regular.

PT. JAYA JAKARTA Laporan perhitungan Rugi – Laba

Untuk bulan September 1980

Hasil Penjualan

Harga Pokok Penjualan Laba Kotor Penjualan

Biaya Usaha : Biaya Penjualan

Biaya Administrasi & umum Jumlah biaya usaha

(24)

penjualan konsinyasi tanpa menyajikan data penjualan dan biaya-biaya yang bersangkutan. Apabila cara ini ditempuh pada umumnya laba (rugi) penjualan konsinyasi ditambahkan (dikurangkan) dari Laba Kotor penjualan regular sebagai berikut :

PT. JAYA JAKARTA Laporan perhitungan Rugi – Laba

Untuk bulan September 1980

Hasil Penjualan

Harga Pokok Penjualan Laba Kotor Penjualan Laba Penjualan Konsinyasi

Biaya Usaha Biaya Penjualan

Biaya administrasi & umum Jumlah biaya usaha

Laba Usaha

Rp 3.025.000 Rp 5.635.000

Rp 25.000.000 Rp 14.000.000 Rp 11.000.000 Rp 1.410.000 Rp 12.410.000

Rp 8.660.000 Rp 3.750.000

2.10. Metode Penjualan Konsinyasi

Metode pencatatan atas transaksi penjualan konsinayasi terdapat

prosedur-prosedur pembukuan tersendiri yang biasanya diikuti oleh pihak konsinyor.

Pada prinsipnya pendapatan dalam konsinyasi diakui pada saat penjualan

terhadap barang-barang konsinyasi dilakukan oleh konsinyi kepada pihak

ketiga. Jika konsinyor membutuhkan laporan penjualan dan untuk

mengetahui laba atau rugi penjualan barang-barang konsinyasi, maka

(25)

Ada dua metode penentuan laba rugi barang konsinyasi, yaitu :

1. Laba Ditentukan Tersediri

Di sini pencatatan konsinyasi dilakukan dengan buku-buku tersendiri,

terpisah dari pencatatan pembelian dan penjualan lainnya. Konsinyi

mengakui laba penjualan konsinyasi sebelum menyusun laporan

keuangan pada akhir periode dengan mendebet konsinyasi-masuk dan

mengkredit pendapatan komisi atau laba penjualan konsinyasi. Tagihan

dan kewajiban kepada konsinyor dicatat dengan menggunakan akun ‘konsinyi-masuk’. Konsinyor harus menerima akun penjualan pada akhir tahun buku untuk mencatat laba atau rugi penjualan barang

konsinyasi. Tagihan dan kewajiban kepada konsinyi dicatat dengan menggunakan akun ‘konsinyi-keluar’.

2. Laba Tidak Ditentukan Tersendiri

Di sini pencatatn konsinyasi tidak dipisahkan dari pembelian dan

penjualan lainnya. Jika jurnal pada saat barang konsinyasi dijual

mengakui pembelian atau harga pokok barang yag dijual dan kewajiban

kepada konsinyor, konsinyi tidak perlu menjurnal diakhir periode.

Konsinyor mencatat potongan hasil penjualan oleh konsinyi ke akun

beban yang bersangkutan. Jika barang konsinyi tidak semua terjual

sampai akhir periode maka beban juga ditangguhkan pada barang

konsinyasi yang belum terjual. Kas di debet atas kiriman uang dari

konsinyi atau piutang di debet untuk jumlah yang tunai dari konsinyi,

akun beban di debet untuk pembebanan oleh konsinyi atas barang yang

telah terjual, barang dalam konsinyasi di debet untuk pembebanan

konsinyi atas barang yang belum terjual, dan penjualan di kredit untuk

(26)

BAB IV PENUTUP

4.1.Kesimpulan

Konsinyasi merupakan suatu perjanjian dimana salah satu pihak yang memiliki barang (consignor atau pengamanat) menyerahkan sejumlah barang kepada pihak tertentu (consignee, factor, commission merchant atau komisioner) untuk dijualkan dengan memberikan komisi

Dalam pembahasan penjualan konsinyasi ini, terdapat beberapa isitilah yang berkaitan dengan penjualan konsinyasi yaitu :

1. Pengamanat (Consignor), yaitu pihak yang memiliki barang yang dititipkan kepada pihak lain untuk dijual.

2. Komisioner (Consignee), yaitu pihak yang menerima titipan barang dari pengamanat untuk dijual.

3. Konsinyasi keluar (Consignment-Out), yaitu rekening yang digunakan oleh pengamanat untuk mencatat transaksi-transaksi yang berhubungan dengan barang-barang yang dititipkan kepada komisioner.

4. Konsinyasi masuk (Consignment-In), yaitu rekening yang digunakan oleh komisioner untuk mencatat transaksi-transaksi yang berhubungan dengan barang-barang milik pengamanat yang dititipkan kepadanya.

Laba (rugi) penjualan konsinyasi dapat disajikan di dalam Laporan Perhitungan Rugi – Laba bagi pengamanat, dengan cara menggabungkan data hasil penjualan, harga pokok penjualan dan biaya-biaya penjualan yang bersangkutan dengan data yang sama untuk transaksi penjualan regular. Akan tetapi apabila transaksi penjualan konsinyasi merupakan bagian yang cukup penting dalam kegiatan distribusinya, maka data hasil penjualan, harga pokok penjualan dan biaya-biaya penjualan yang bersangkutan dapat dilaporkan secara terpisah dan sejajar dengan data penjualan regular. Ada dua metode penentuan laba rugi barang konsinyasi, yaitu :

(27)

4.2.Saran

DAFTAR PUSTAKA

(28)

Referensi

Dokumen terkait

Isi perjanjian biasanya terdiri dari beban-beban yang dikeluarkan oleh komisioner yang ditanggung oleh pengamanat, kebijaksanaan harga jual dan syarat kredit, komisi bagi

Dari hasil penelitian yang dilakukan berkaitan dengan permasalahan dalam pelaksanaan perjanjian konsinyasi dalam penjualan anjing ras di P et Gallery Sagan Yogyakarta,

Batas waktu perjanjian konsinyasi ini dapat diperpanjang sesuai kesepakatan para pihak, biasanya pihak supplier yang meminta perpanjangan waktu apabila barang konsinyasi terjual

Sistem yang dibangun terdiri dari penjualan tunai, cetak struk penjualan tunai, pembelian tunai, pembelian konsinyasi, pembelian hutang dagang, pembayaran konsinyasi,

Sistem yang dibangun terdiri dari penjualan tunai, cetak struk penjualan tunai, pembelian tunai, pembelian konsinyasi, pembelian hutang dagang, pembayaran konsinyasi,

Sistem yang dibangun terdiri dari penjualan tunai, cetak struk penjualan tunai, pembelian tunai, pembelian konsinyasi, pembelian hutang dagang, pembayaran konsinyasi,

Penyusunan skripsi ini dilakukan dengan metode penelitian empiris sehingga mendapatkan kesimpulan bahwa perjanjian konsinyasi ialah termasuk perjanjian tidak bernama

Keuntungan bagi Komisioner Consignee Bagi komisioner ada beberapa keuntungan yang diperoleh melalui penjualan konsinyasi, antara lain:  Komisioner tidak dibebani resiko menanggung