TUGAS AKHIR
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Diploma III
Program Studi Akuntansi
Disusun Oleh :
Heru Iswanto 21309019
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
iv 21309019
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan pada PT.ABBY, berdasarkan fenomena yang terjadi adalah aktivitas penjualan konsinyasi, yang masih kurang baik dalam menjalankan suatu prosedur dan pencatatan penjualan konsinyasi, Penjualan konsinyasi merupakan salah satu jenis penjualan yang yang di gunakan oleh perusahaan dalam kegiatannya untuk memperluas daerah pemasaran. Penjualan konsinyasi merupakan pengiriman atau penitipan barang dari pemilik kepada pihak lain yang bertindak sebagai agen penjualan.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prosedur penjualan konsinyasi yang diterapkan oleh PT.ABBY dan pencatatan penjualan konsinyasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dikarenakan metode deskriprif mengungkapkan suatu gambaran suatu masalah yang terjadi saat penelitian ini berlangsung, prosedur yang digunakan didalam pengumpulan data adalah dengan cara studi lapangan yang meliputi observasi lapangan, metode wawancara, serta dokumentasi dengan setudi kepustakaan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa aktivitas penjualan konsinyasi berdasarkan prosedur dan pencatatan penjualan konsinyasi masih kurang baik didalam aktivitas penjualan konsinyasi maka dari itu prosedur dan pencatatan penjualan konsinyasi di PT.ABBY masih harus diperbaiki dan ditingkatkan kembali penjualan konsinyasinya untuk mendapatkan laba perusahaan
iii
REVIEW THE PROCEDURE OF CONSIGNMENT SALES TO PT.ABBY
By :Heru Iswanto 21309019
ABSTRACT
The research was conducted on PT.ABBY, based on the phenomenon that occurs is a consignment sales activity, which is still not good in doing a procedure and recording consignment sales, consignment sales is one of the types of sales that are in use by the company to expand its activities in the marketing area. Consignment sales is the delivery or safekeeping of goods from the owner to other parties who act as sales agents.
The purpose of this study to determine the procedures applied by consignment sales PT.ABBY and recording consignment sales. The method used in this research is descriptive method because the method deskriptif reveal a picture of a problem that occurs when the research took place, the procedures used in data collection is by means of field studies, including field observations, interviews, and documentation with setudi literature.
The results of this study indicate that the consignment sales activity based on the procedures and recording consignment sales is still not good in consignment sales activity and therefore the procedure and recording consignment sales in PT.ABBY still to be fixed in consignment sales.
v
dan Shalawat serta salam mahabbah semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi
besar Nabi Muhammad SAW, sebagai pembawa risalah Allah terakhir dan
penyempurna seluruh risalah-Nya. karena atas karunai-Nya penulis dapat
menyalesaikan tugas akhir ini dengan mengambil judul: TINJAUAN
TERHADAP PROSEDUR PENJUALAN KONSI NYASI PADA PT.ABBY
Adapun tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk memenuhi salah satu
syarat untuk menempuh gelar Diploma III jurusan Akuntansi di Universitas
Komputer Indonesia.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan tugas akhir ini
masih jauh dari kesempurnaan, baik dari isi maupun bahasanya. Hal ini karena
keterbatasan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sangat membangun untuk dijadikan
bahan masukan guna penulisan yang akan datang sehingga menjadi lebih baik
lagi.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini tidak akan terwujud tanpa adanya
bimbingan, dorongan, nasehat serta do’a dan bantuan dari berbagai pihak, maka
pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati izinkanlah penulis untuk
vi
1. Dr.Ir. Eddy Soeryanto Soegoto selaku Rektor Universitas Komputer
Indonesia
2. Prof. Dr. Hj Umi Narimawati,Dra.,SE.,M.Si, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
3. Sri Dewi Anggadini SE.,M.Si selaku Ketua Jurusan Program Studi
Akuntansi Jenjang Diploma III Universitas Komputer Indonesia.
4. Lilis Puspitawati, SE,M.Si.Ak., selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.dan selaku Dosen
Pembimbing yang dengan sabar dan tekun memberikan waktu dan
bimbingan kepada penulis dalam penyusunan tugas akhir.
5. Ony Widilestariningtyas,SE.,M.Si selaku Dosen Wali Kelas AK-5 Angkatan
2009 Program Studi Akuntansi Jenjang Diploma Pendidikan III Universitas
Komputer Indonesia.
6. Semua Bapak, Ibu Dosen dan Karyawan Universitas Komputer Indonesia
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
7. Ibu Yani Andriani dan Ibu Dewi Nur Hasanah selaku pembimbing kami di
perusahaan serta semua Bapak, Ibu, dan Karyawan di PT. ABBY kususnya
di bagian penjualan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
8. Untuk kedua orang tua saya yang sangat saya cintai “Bapak Iwan juandi
(Alm) dan Ibu Salimah” terima kasih atas semua kasih dan sayang,
perhatian, dukungan dan do’a yang tiada henti untuk anakmu ini hingga saat
ini serta seluruh keluarga besar saya. Terimaksih juga kepada adik tercinta
vii
Hidayat yang sering sekali membatu penulis didalam menyelesaikan
masalah didalam penulisan tugas akhir ini, dan tidak lupa juga kepada
teman-teman mabes (Gilang, Rizal, Imam, Sandri, Yanuar, Aji, Mail dan
Rachmat) dan tidak lupa juga kepada temen-temen Bikers Bapau (Barisan
Pencinta Automotiv) terutama ( Wanda, Eot, Lemot dan Danag) yang selalu
mendukung penulis didalam penyusunan tugas akhir ini
Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan
satu-persatu terima kasih atas semua bantuan selama ini. Sebagai akhir kata semoga
tugas akhir ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
semua yang memerlukan.
Bandung,... 2012
Penulis
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAAN... i
LEMBAR PERYATAAN KEASLIAN... ii
ABSTRACT... iii
ABSTRAK... iv
KATA PENGANTAR... v
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR GAMBAR... xi
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR LAMPIRAN... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian... 1
1.2 Identifikasi dan rumusan masalah... 4
1.2.1 Idenifikasi masalah... 4
1.2.2 Rumusan masalah... 4
1.3 Maksud dan Tujuan... 5
1.3.1 Maksud penelitian... 5
1.3.2 Tujuan penelitian... 5
1.4 Kegunaan Penelitian... 6
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitain... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1Kajian Pustaka... 8
ix
2.1.1.4Bagain-Bagian Penjualan... 11
2.1.1.5Tujuan Penjualan... 12
2.1.1.6Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penjualan... 13
2.1.1.7Proses Penjulan... 15
2.1.2 Penjualan konsinyasi... 16
2.1.2.1Pengertian Penjualan Konsinyasi... 16
2.1.2.2Sifat Konsinyasi... 17
2.1.2.3Keuntungan Konsinyasi... 19
2.1.2.4Perjanjian Konsinyasi... 24
2.1.2.5Akuntansi Penjualan Akuntansi... 26
2.1.2.6Penctataan Penjualan Konsinyasi... 27
2.1.2.7Hutang Konsinyasi... 38
2.2 Kerangka Pemikiran... 42
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian... 46
3.2 Metode Penelitian... 47
3.2.1 Desain Penelitian... 48
3.2.2 Oprasionalalisasi Variable... 50
3.2.3 Sumber Teknik dan Penentuan Data... 53
x
3.2.3.2Teknik Penentuan Data... 53
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data... 55
3.2.5 Analisi Data... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan... 57
4.1.1 Sejarah Perusahaan... 57
4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan... 58
4.1.3 Deskripsi Jabatan... 59
4.2 Krakteristik Responden... 62
4.3 Analisi Deskriptif... 63
4.3.1 Prosedur Penjualan Konsinyasi... 63
4.3.2 Pencatatan Penjualan Konsinyasi... 67
4.4 Hasil Implementasi Model Pembahasan... 71
4.4.1 Analisis Prosedur Penjualan Konsinyasi di PT.ABBY... 71
4.4.2 Analisis Pencatatan Penjualan Konsinyasi di PT.ABBY... 73
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan... 76
5.2 Saran... 77
DAFTAR PUSTAKA... 78
HASIL WAWANCARA... 79
1 1.1 Latar Belakang Penelitian
Perusahaan adalah tempat untuk melakukan kegiatan proses produksi
barang atau jasa, hal ini disebabkan karena kebutuhan manusia tidak bisa
digunakan secara langsung dan harus melewati sebuah proses yang mana barang
tersebut dapat di pakai atau di gunakan, sehingga inti dari perusahaan ialah tempat
melakukan proses produksi barang atau jasa hingga bisa digunakan oleh
manusia, salah satu tujuan dari perusahaan adalah untuk mendapatkan
keuntungan, aktivitas penjualan merupakan pendapatan utama perusahaan karena
jika aktivitas penjualan produk maupun jasa tidak dikelola dengan baik maka
secara langsung dapat merugikan perusahaan, hal ini dapat disebabkan karena
sasaran penjualan yang diharapkan tidak tercapai dan pendapatan pun akan
berkurang, agar perusahaan dapat bertahan ditengah ketatnya di dunia bisnis maka
penjualan barang dagang yang berkualitas baik memegang fungsi dan peranan
sangat penting bagi suatu peusahaan, hal ini dikarenakan penjualan merupakan
salah satu kunci yang menetukan keberhasilan suatu perusahaan dalm
memperoleh laba
Aktivitas penjualan merupakan pendapatan utama perusahaan karena jika
aktivitas penjualan barang maupun jasa tidak dikelola dengan baik maka secara
langsung dapat merugikan perusahaan, apabila penjualan dirasakan cukup besar
sesuai dengan yang diinginkan serta cukup mantap, maka umumnya perusahaan
2
Dalam suatu perusahaan kegiatan penjualan adalah kegiatan yang penting,
karena dengan adanya kegiatan penjualan tersebut maka akan terbentuk laba
yang dapat menjamin kelangsungan hidup perusahaan, ada beberapa macam
transaksi penjualan yaitu penjulan tunai, penjualan kredit, penjulan tender,
penjualan ekspoler, penjualan konsinyasi, dan penjualan grosir, menurut Basu
Swastha tujuan dari penjualan yaitu mencapai volume penjualan tertentu,
mendapat laba tertentu menunjang pertumbuhan perusahaan (2005:404) dan
menurut dari Henry Simamora penjualan adalah pendapatan lazim dalam
perusahaan dan merupakan jumlah kotor yang dibebankan kepada pelanggan
atas barang dan jasa (2000:24)
Penjualan konsinyasi merupakan salah satu jenis penjualan yang di
gunakan oleh perusahaan dalam kegiatannya untuk memperluas daerah
pemasaran. Penjualan konsinyasi merupakan pengriman atau penitipan barang
dari pemilik kepada pihak lain yang bertindak sebagai agen penjualan.pemilik
barang disebut dengan pengamat dan pihak yang dititipkan barang disebut
komisioner serta barang yang dikirim oleh pengamat disebut konsinyasi.(junal
ilmiah,hery harjono muljono)
Penjulan kosinyasi adalah penyerahan secara fisik oleh pemilik kepada
pihak lain yang bertindak sebagai agen penjualan , secara hukum dapat dinyatakan
bahwa hak atas barang ini tetap barada ditangan pemilik sampai barang ini dijual
oleh pihak agen penjual. Pihak yang memiliki barang disebut
konsinyor,sedangkan pihak yang mengusahakan barang di sebut konsinyee
Stice konsinyasi adalah penyerahan barang dagangan dari pemiliknya kepada
orang lain yang bertindak sebagai agen penjualan bagi pemilik barang dagangan
dengan memperoleh komisi (2001:478)
ABBY merupakan perusahaan yang bergerak dibidang penjualan
perlengkapan bayi. Di dalam aktivitas penjualannya, masih terdapat hal - hal
yang harus dibenahi, Salah satunya adalah dalam hal penjualan. Mekanisme
penjualan yang selama ini dilakukan oleh PT. ABBY masih belum mampu
mencapai target laba yang di harapkan dikarenakan masih terdapat faktor-faktor
penjualan yang harus diperbaiki. Menurut Yani selaku pemimpin perusahaan
bahwa aktivitas penjualan terutama penjualan konsinyasi masih kurang efektif,
dikarenakan didalam penjualan barang dagangannya PT.ABBY masih sulit untuk
mencari konsinyee baru yang dikarenakan didalam memperkenalkan produknya
kepada pihak lain masih kurang baik maka dari itu pihak lain masih sulit untuk
menerima barang dari PT.ABBY dan tidak hanya itu saja, hal tersebut dapat
dilihat didalam prosedur penjualan konsinyasi yang masih harus diperhatikan,
permasalahan yang sering terjadi ialah setiap barang dagang yang di titipkan
kepada pihak konsiyee, sering mengalami ketidak kesepakatan didalam kontrak
perjanjian penjualan konsinyasi antara pihak konsinyor dan pihak konsinyee maka
dari itu hasil dari penjualan konsinyasi masih belum sesuai dengan target yang
diharapkan oleh perusahaan dan disetiap transakasi penjualan yang dilakukan oleh
PT.ABBY kepada pihak konsinyee didalam suatu pencatatan penjualan
4
Bahwa sebenarnya konsinyasi mengandung beberapa keuntungan tertentu
dibandingkan dengan penjualan langsung barang-barang kepada
perusahaan-perusahaan pengecer atau kepada pedagang-pedagang yang telah mempunyai
sejumlah besar pelanggan, Konsinyor lebih menyukai konsinyasi dari pada
penjualan biasa disebabkan alasan-alasan berikut konsinyasi mungkin merupakan
satu-satunya cara yang memungkinkan mendapatkan produsen atau penyalur
besar (distributor) memperoleh daerah pemasaran yang lebih luas. Harry Simons
(2000:293)
Berdasarkan uraian diatas,penulis menarik suatu kesimpulan untuk judul
tugas akhir mengenai “Tinjauan Terhadap Prosedur Penjualan Konsinyasi
Pada PT. ABBY “
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah.
Menetapkan masalah-masalah yang akan di tinjau terhadap suatu
perusahaan. Dalam penelitian ini yang menjadi identifikasi masalah adalah
sebagai berikut.
1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi permasalahan diatas,
maka identifikasi dalam penelitian ini adalah:
1. Aktivitas penjualan konsinyasi yang selama ini di terapkan
oleh PT.ABBY masih belum mampu memenuhi target yang
2. Mekanisme pencatatan penjualan konsinyasi yang selama ini
dilakukan oleh PT. ABBY masih kurang baik.
1.2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah di uraikan diatas, maka penulis mencoba mengidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana prosedur penjualan konsinyasi di PT. ABBY serta hambatan apa saja yang sering terjadi
2. Bagaimana mekanisme pencatatan penjualan konsinyasi yang
dilakukan oleh PT. ABBY?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitaian
Maksud dari penelitian yang dilakukan penulis yaitu ingin
mengetahui bagaimana aktivitas penjualan konsinyasi di perusahaan
ABBY , dalam penelitian karya ilmiah berbentuk tugas akhir guna
memenuhi syarat kuliah jenjang diploma
1.3.2 Tujuan Penelitian
Mengacu pada identifikasi permasalahan diatas maka tujuan dari
penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui prosedur penjualan konsinyasi PT. ABBY
serta hambatan apa saja yang sering terjadi
2. Untuk mengetahui mekanisme pencatatan penjualan
6
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan akan diperoleh informasi yang akurat
dan relevan yang dapat digunakan bagi semua yang berkepentingan diantaranya:
1. Penulis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan
pengetahuan dalam aktivitas penjualan dan merupakan media
pembanding antara teori yang telah diperoleh dari perkuliahan dengan
aplikasinya pada perusahaan yang di teliti oleh penulis
2. Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pemikiran
untuk dijadikan sebagai bahan masukan untuk kemajuan perusahaan
tersebut terutama dalam penjualan
3. Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
pengetahuan tentang aktivitas penjualan dan dapat menjadi bahan
refrensi khususnya untuk mengkaji topik-topik yang berkaitan dengan
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penulis melaksanakan penelitian di PT. ABBY Jl. Kopo No 594 Bandung
Tabel 1.1
Waktu pelaksanaan Penelitian
No Kegitan Maret Bulan
2012
8 BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN .
2.1 Kajian pustaka 2.1.1 Penjualan
2.1.1.1Pengertian Penjualan
Aktivitas penjualan merupakan pendapatan utama perusahaan karena jika
aktivitas penjualan produk maupun jasa tidak dikelola dengan baik maka secara
langsung dapat merugikan perusahaan, hal ini dapat disebabkan karena sasaran
penjualan yang diharapkan tidak tercapai dan pendapatan pun akan berkurang.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari pengertian penjualan itu sendiri
adalah sebagai berikut. Pengertian penjualan menurut Henry Simamora (2000:24
)menyatakan bahwa“ Penjualan adalah pendapatan lazim dalam perusahaan dan
merupakan jumlah kotor yang dibebankan kepada pelanggan atas barang dan
jasa”.Pengertian penjualan menurut Chairul Marom (2002:28) menyatakan
bahwa.“Penjualan artinya penjualan barang dagangan sebagai usaha pokok
perusahaan yang biasanya dilakukan secara teratur”.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penjualan
adalah persetujuan kedua belah pihak antara penjual dan pembeli, dimana penjual
menawarkan suatu produk dengan harapan pembeli dapat menyerahkan sejumlah
2.1.1.2Klasifikasi Transaksi Penjualan
Ada beberapa macam transaksi penjualan menurut La
Midjan(2001:170)dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
“1. Penjualan Tunai 2. Penjualan Kredit 3. Penjualan Tender 4. Penjualan Ekspor 5. Penjualan Konsinyasi 6. Penjualan Grosir”
Menurut pengertian diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Penjualan Tunai
Adalah penjualan yang bersifat cash dan carrypada umumnya terjadi
secara kontan dan dapat pula terjadi pembayaran selama satu bulan
dianggap kontan.
b. Penjualan Kredit
Adalah penjualan dengan tenggang waktu rata-rata diatas satu bulan.
c. Penjualan Tender
Adalah penjualan yang dilaksanakan melalui prosedur tender untuk
memegangkan tender selain harus memenuhi berbagai prosedur.
d. Penjualan Ekspor
Adalah penjualan yang dilaksanakan dengan pihak pembeli luar negeri
yang mengimpor barang tersebut.
e. Penjualan Konsinyasi
Adalah penjualan yang dilakukan secara titipan kepada pembeli yang juga
sebagai penjual
10
Adalah penjualan yang tidak langsung kepada pembeli, tetapi melalui
pedagang grosir atau eceran.
Dari uraian diatas penjualan memiliki bermacam-macam transaksi
penjualan yang terdiri dari: penjualan tunai, penjualan kredit, penjualan tender,
penjualan konsinyasi, penjualan ekspor, serta penjualan grosir.
2.1.1.3Dokumen-Dokumen Penjualan
Dokumen-dokumen penjualan menurut La Midjan(2001:183)antara lain
sebagai berikut:
“1. Order Penjualan Barang (Sales Order) 2. Nota Penjualan Barang
3. Perintah Penyerahan Barang (Delivery Order) 4. Faktur Penjualan (Invoice)
5. Surat pengiriman Barang (Shipping Slip) 6. Jurnal Penjualan (Sales Journal)”.
Menurut pengertian diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Order Penjualan Barang (Sales Order)
Merupakan penghubung antara beragam fungsi yang diperlukan untuk
memproses langganan dengan menyiapkan peranan penjualan.
2. Nota Penjualan Barang
Merupakan catatan atau bukti atas transaksi penjualan barang yang telah
dilakukan oleh pihak perusahaan dan sebagai dokumen bagi pelanggan.
3. Perintah Penyerahan Barang (Delivery Order)
Merupakan suatu bukti dalam pengiriman barang untuk diserahkan kepada
pelanggan setelah adanya pencocokan rangkap slip.
Adalah dokumen yang menunjukan jumlah yang berhak ditagih kepada
pelanggan yang menunjukan informasi kuantitas, harga dan jumlah
tagihannya.
5. Surat Pengiriman Barang (Shipping Slip)
6. Jurnal Penjualan (Sales Journal)
Dapat disimpulkan bahwa dokumen-dokumen penjualan terdiri dari: Order
Penjualan Barang, Nota Penjualan Barang, Perintah Penyerahan Barang, Faktur
Penjualan, Surat Pengiriman Barang dan Jurnal Penjualan.
2.1.1.4Bagian-Bagian Penjualan
Menurut Krismiaji (2002:275)menyatakan bahwa bagian-bagian yang
terkait pada aktivitas penjualan dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
“1. Bagian Penjualan 2. Bagian Kredit 3. Bagian Gudang 4. Bagian Pengiriman
5. Bagian Penagihan”
Menurut pengertian diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Bagian Penjualan
Adalah bagian penjualan menerima surat pesanan dari pihak pembeli dan
membuat surat order penjualan atas dasar surat pesanan tersebut.
2. Bagian Kredit
Adalah atas dasar surat pesanan dari pembeli yang diterima dibagian
penjualan, bagian ini memeriksa data kredit pelanggan yang selanjutnya
memberikan persetujuan terhadap surat pesanan tersebut dan
12
3. Bagian Gudang
Adalah bagian gudang yang bertugas untuk menyimpan persediaan baran
dagangan serta mempersiapkan barang dagangan yang akan dikirim
kepada pembeli.
4. Bagian Pengiriman
Adalah bagian ini mengeluarkan surat order penjualan dan kemudian
membuat nota pengiriman atas barang yang dipesan.
5. Bagian Penagihan
Adalah bagian ini bertugas untuk membuat faktur penjualan dan kemudian
didistribusikan kepada:
a. Rangkap pertama (asli) diberikan kepada pelanggan
b. Rangkap kedua diberikan kepada bagian piutang
c. Rangkap ketiga diarsipkan brdasarkan nomor urut bersamaam dengan
surat order penjualan
Dapat disimpulkan bahwa bagian-bagian penjualan terdiri dari: Bagian
Penjualan, Bagian Kredit, Bagian Gudang, Bagian Pengiriman, dan Bagian
Penagihan.
2.1.1.5Tujuan Penjualan
Dalam suatu perusahaan kegiatan penjualan adalah kegiatan yang penting,
karena dengan adanya kegiatan penjualan tersebut maka akan terbentuk laba yang
dapat menjamin kelangsungan hidup perusahaan.
Tujuan umum penjualan yang dimiliki oleh perusahaan menurut Basu
“1. Mencapai volume penjualan tertentu.
2. Mendapat laba tertentu.
3. Menunjang pertumbuhan perusahaan”.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan umum
perusahaan dalam kegiatan penjualan adalah untuk mencapai volume penjualan,
mendapat laba yang maksimal dengan modal sekecil-kecilnya, dan menunjang
pertumbuhan suatu perusahaan.
2.1.1.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penjualan
Aktivitas penjualan banyak dipengaruhi oleh faktor tertentu yang dapat
meningkatkan aktivitas perusahaan, oleh karena itu manajer penjualan perlu
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan. Faktor-faktoryang
mempengaruhi penjualan menurut Basu Swastha(2005:406) antara lain sebagai
berikut:
1. “Kondisi dan Kemampuan Penjual Kondisi Pasar 2. Modal
3. Kondisi Organisasi Perusahaan 4. Faktor-Faktor Lain”.
Menurut pengertian diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
1.Kondisi dan Kemampuan Penjual
Kondisi dan kemampuan terdiri dari pemahaman atas beberapa masalah
penting yang berkaitan dengan produk yang dijual, jumlah dan sifat dari
tenaga penjual adalah:
a. Jenis dan karakteristik barang atau jasa yang ditawarkan
b. Harga produk atau jasa
14
2. Kondisi Pasar
Pasar sebagai kelompok penbelian atau pihak yang menjadi sasaran dalam
penjualan dan dapat pula mempengaruhi kegiatan penjualannya.
3. Modal
Modal atau dana sangat diperlukan dalam rangka untuk mengangkut
barang dagangan ditempatkan atau untuk membesar usahanya.
4. Kondisi Organisasi Perusahaan
Pada perusahan yang besar, biasanya masalah penjual ini ditangani oleh
bagian tersendiri, yaitu bagian penjualan yang dipegang oleh orang-orang
yang ahli dibidang penjualan.
5. Faktor-faktor lain
Faktor-faktor lain seperti periklanan, peragaan, kampanye, dan pemberian
hadiah sering mempengaruhi penjualan karena diharapkan dengan adanya
faktor-faktor tersebut pembeli akan kembali membeli lagi barang yang
sama
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor
yang mempengaruhi kegiatanpenjualan, diantaranya adalah kondisi kemampuan
2.1.1.7Proses Penjualan
MenurutBasu Swastha(2005:410)menyebutkan beberapa tahapan
penjualan, yaitu:
“1. Persiapan Sebelum Penjualan 2. Penentuan Lokasi Pembeli Potensial 3. Pendekatan Pendahuluan
4. Melakukan Penjualan
5. Pelayanan Sesudah Penjualan”.
Menurut pengertian diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Persiapan Sebelum Penjualan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mempersiapkan tenaga
penjual dengan memberikan pengertian tentang barang yang dijualnya,
pasar yang di tuju, dan teknik-teknik penjualan yang harus dilakukan.
2. Penentuan Lokasi Pembeli Potensial
Dari lokasi ini dapatlah dibuat sebuah daftar tentang orang-orang atau
perusahaan yang secara logis merupakan pembeli potensial dari produk
yang ditawarkan.
3. Pendekatan Pendahuluan
Berbagai macam informasi perlu dikumpulkan untuk mendukung
penawaran produknya kepada pembeli, misalnya tentang kebiasaan
pembeli, kesukaan, dan sebagainya.Semua kegiatan ini dilakukan sebagai
pendekatan pendahuluan terhadap pasarnya.
4. Melakukan Penjualan
Penjualan dilakukan bermula dari suatu usaha untuk memikat perhatian
16
mereka.Dan akhirnya penjual melakukan penjualan produknya kepada
pembeli.
5. Pelayanan Sesudah Penjualan
Dalam tahap akhir ini penjual harus berusaha mengatasi berbagai macam
keluhan atau tanggapan yang kurang baik dari pembeli.Pelayanan
penjualan ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan kepada pembeli
bahwa keputusan yang diambilnya tepat dan barang yang dibelinya
betul-betul bermanfaat.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tahapan proses
penjualan bermula dari persiapan sebelum penjualan, penentuan lokasi pembeli
potensial, pendekatan pendahuluan, melakukan penjualan, dan berakhir pada
pelayanan sesudah penjualan.
2.1.2 Penjualan konsinyasi
2.1.2.1Pengertian Penjualan Konsinyasi
Pengertian konsinyasi menurut K. Fred Skousen, Earl K. Stice dan James
D. Stice. (2001:478) menyatakan bahwa:
“Konsinyasi adalah penyerahan barang dagangan dari pemiliknya kepada
orang lain yang bertindak sebagai agen penjualan bagi pemilik barang
dagangan dengan memperoleh komisi”
Pengertian konsinyasi juga dikemukakan oleh Donald E. Kieso,Jerry
J.Weygandt dan Terry D. Warfield (2002:4) menyatakan bahwa:
Dari kedua pengertian konsinyasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
konsinyasi merupakan sistem penjualan dimana pihak pemilik barang dagangan
(Consignor) menyerahkan barang dagangannya kepada pihak lain (Consignee)
selaku agen penjual dimana hak atas barang-barang tersebut masih berada
ditangan Consignor. Consignee hanya berhak atas komisi yang akan
didapatkannya setelah barang dagangan dapat terjual.
2.1.2.2Sifat Konsinyasi
Menurut Harry Simons yang diterjemahkan oleh Kartini R.A.F dan R.A
Fadly Bangkalany(2000:293) sifat konsinyasi adalah sebagai berikut:
“Ditilik dari sudut hukum, penyerahan barang-barang konsinyasi disebut sebagai penitipan, dimana pihak konsinyi memegang barang-barang ini untuk dijual seperti yang diperinci dalam persetujuan yang dibuat antara konsiyor dan konsinyi”.
Konsinyor menetapkan konsinyi sebagai pihak yang bertanggung jawab
akan barang-barang yang diserahkan kepadanya sampai barang-barang ini terjual
kepada pihak ketiga. Atas penjualan barang-barang demikian, pihak konsinyor
menetapkan penyerahan hak atas barang-barang ini dan juga hasil penjualannya.
Sebaliknya, pihak konsinyi tidak dapat menganggap bahwa barang itu sebagai
miliknya, ia pun tidak mempunyai kewajiban kepada pihak konsinyor selain
daripada bertanggung jawab akan barang-barang yang diserahkan kepadanya.
Hubungan antara pihak konsinyor dengan pihak konsinyi menyangkut hubungan
antara pihak pemilik dan agen penjual, dan Undang-undang Keagenan mengatur
18
Sedangkan menurut Dewi Ratnaningsih(2002:161) sifat konsinyasi
adalahsebagai berikut:
”Walaupun transaksi penjualan dan transaksi konsinyasi keduanya menyangkut penyerahan barang dagangan, namun terdapat perbedaan pokok antara keduanya. Pada transaksi penjualan, penyerahan barang kepada pembeli diikuti dengan berpindahnya hak atas barang tersebut dari penjual kepada pembeli. Sedangkan pada transaksi konsinyasi, penyerahan barang dari pengamanat kepada komisioner tidak berarti perpindahan hak atas barang tersebut”.
Perbedaan antara transaksi penjualan biasa dengan transaksi penjualan
konsinyasi berakibat bagi transaksi konsinyasi, diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Tidak ada pendapatan dan juga laba kotor yang diakui pada saat barang
diserahkan oleh pengamanat kepada komisioner. Pengakuan pendapatan
terjadi pada saat barang dagangan tersebut dijual oleh komisioner kepada
pihak ketiga, yang berarti juga hak atas barang berpindah dari pengamanat
kepada pihak ketiga.
2. Barang-barang dagangan yang diserahkan kepada komisioner, tetap
dilaporkan sebagai bagian dari persediaan barang dagangan pengamanat
sampai barang dijual oleh komisioner kepada pihak ketiga.
2.1.2.3Keuntungan Konsinyasi
Menurut Harry Simons yang diterjemahkan oleh Kartini R.A.F dan R.A
Fadly Bangkalany(2000:294) keuntungan konsinyasi adalah sebagai berikut:
Konsinyor lebih menyukai konsinyasi daripada penjualan biasa
disebabkan alasan-alasan berikut:
1. Konsinyasi mungkin merupakan satu-satunya cara yang memungkinkan
produsen atau penyalur besar (distributor) memperoleh daerah pemasaran
yang lebih luas, terutama apabila:
a. Barang-barang itu merupakan barang yang baru diintrodusir dan
permintaan akan produk ini tidak diketahui atau tidak dapat ditentukan.
b. Penjualan di waktu lalu terbukti tidak menguntungkan bagi agen penjual.
c. Barang-barang itu mahal, yang membutuhkan investasi besar bagi agen
penjual jika harus membelinya.
d. Kegoncangan harga atau jika risiko kerugian ditanggung oleh pihak
lain.Agen penjual, yang tidak memikul kewajiban dan tidak pula
menanggung risiko, pada umumnya bersedia menerima barang atas dasar
konsinyasi meskipun mungkin ia tidak bersedia membelinya. Konsinyasi
untuk mencapai daerah pemasaran yang lebih luas digunakan untuk
banyak jenis produk yang meliputi bermacam-macam alat rumah tangga,
buku-buku, majalah-majalah, dan barang-barang temuan baru lainnya
(Nevelty Items).
2. Pihak konsinyor dapat menghindari risiko-risiko tertentu oleh karena
konsinyor telah menyerahkan barang-barangnya kepada agen penjual, maka ia
dapat mengambil kembali barang-barang yang tidak terjual atau mengambil
hasil penjualan barangnya dari konsinyi. Sungguhpun pihak konsinyi ini tidak
20
setiap bagian dari barang konsinyasi atau hasil penjualannya yang dipandang
sebagai dana yang dipegang dalam trust yang dipegang oleh konsinyor.
3. Konsinyor dapat memperoleh spesialis-spesialis penjualan, terutama untuk
penjualan gandum, ternak dan produk segar lainnya. Imbalan untuk jasa-jasa
demikian seringkali berupa komisi, yang dapat berupa suatu persentase dari
harga jual atau dapat juga berupa suatu jumlah tetap untuk tiap satuan barang
yang terjual.
4. Harga jual eceran barang konsinyasi dapat dikendalikan oleh pihak konsinyor
yang masih memiliki barang ini. Pengendalian ini sulit atau bahkan tidak
mungkin dilakukan apabila barang dijual kepada agen penjual.
Sementara itu pihak konsinyi atau penjual lebih menyukai barang-barang
konsinyasi daripada membelinya karena alasan-alasan berikut ini:
1. Pihak konsinyi terlepas dari risiko kegagalan menjual barang-barang itu atau
dari risiko penjualan dengan rugi. Faktor ini sangat penting terutama untuk
produk yang dijual di suatu daerah tertentu untuk pertama kalinya.
2. Risiko kerusakan fisik dan kegoncangan harga dapat dihindari. Kedua macam
pertimbangan ini sangat penting artinya terutama dalam perdagangan ternak,
produk segar atau produk lainnya yang cepat rusak.
3. Kebutuhan-kebutuhan modal kerja berkurang, penetapan harga pokok
persediaan barang konsinyasi oleh pihak konsinyor.
Menurut Dewi Ratnaningsih, (2002:161) perjanjian konsinyasi memberikan
keuntungan-keuntungan tertentu baik bagi pengamanat maupun komisioner.
”Bagi Pengamanat:
1. Pemasaran produk yang lebih luas.
2. Pengendalian atas harga jual kepada konsumen.
3. Risiko kerugian yang lebih kecil dalam hal komisioner menderita pailit.
Bagi Pengamanat:
1. Menghindari risiko kerugian atas pemilikan barang. 2. Kebutuhan modal kerja yang lebih kecil”.
Adapun penjelasan mengenai keuntungan penjualan konsinyasi bagi pihak
pengamanat dan pihak komisioner tersebut di atas adalah sebagai berikut:
1. Bagi Pengamanat:
a. Pemasaran Produk yang Lebih Luas
Komisioner biasanya tidak mau menanggung risiko untuk membeli
barang-barang tertentu, misalnya produk yang cepat menjadi usang atau
kuno, tetapi mau menerimanya dengan perjanjian konsinyasi.
b. Pengendalian atas Harga Jual kepada Konsumen
Bila barang dagangan dijual langsung kepada komisioner, pengamanat
akan mengalami kesulitan untuk menentukan dan mengendalikan harga
jual barang-barang tersebut.
c. Risiko Kerugian yang Lebih Kecil dalam Hal Komisioner Menderita Pailit
Karena hak atas barang tetap berada ditangan pengamanat, maka
pengamanat mempunyai hak mengambil kembali semua barang yang
belum terjual dan hak untuk menerima hasil penjualan barang pada saat
komisioner dinyatakan pailit. Kreditur komisioner tidak mempunyai hak
atas barang-barang komisi yang ada ditangan komisioner. Keadaan ini
22
2. Bagi Komisioner
a. Menghindari Risiko Kerugian atas Pemilikan Barang
Barang yang tidak terjual atau menjadi usang/kuno, rusak atau menurun
harga jualnya, dapat dikembalikan kepada pengamanat.
b. Kebutuhan Modal Kerja yang Lebih Kecil
Komisioner tidak berhutang dan tidak melakukan pembayaran atas barang
sampai barang terbut terjual. Jadi, modal yang dibutuhkan komisioner
akan lebih kecil bila barang tersebut diperoleh dengan konsinyasi.
Menurut L.Suparwoto (2002:202) baik pengamanat maupun komisioner
mengadakan perjanjian konsinyasi karena beberapa alasan sebagai berikut:
”1. Alasan Pengamanat:
a. Barang akan cepat dikenal oleh konsumen atau masyarakat. b. Daerah pemasaran akan menjadi semakin luas.
c. Jaminan akan kembalinya barang tetap terjamin. 2. Alasan Komisioner
a. Terhindar dari kerugian karena barang tidak laku, barang rusak ataupun fluktuasi harga.
b. Menghemat kebutuhan modal.
c. Menghemat biaya karena sebagian ditanggung oleh pengamanat”.
Adapun penjelasan mengenai keuntungan penjualan konsinyasi bagi pihak
pengamanat dan komisioner yang dikemukakan di atas adalah sebagai berikut:
1. Alasan Pengamanat:
a. Barang Akan Cepat Dikenal oleh Konsumen atau Masyarakat
Barang milik pengamanat akan lebih cepat dikenal oleh konsumen atau
masyarakat karena daerah pemasaran produk semakin luas.
Daerah pemasaran produk milik pengamanat akan semakin luas karena
banyak pihak komisioner yang bersedia menerima produk milik
pengamanat untuk dijual kepada konsumen atau masyarakat.
c. Jaminan Kembalinya Barang Tetap Terjamin
Produk milik pengamanat yang tidak berhasil terjual dapat diambil
kembali oleh pengamanat. Atau apabila pihak komisioner mengalami
kebangkrutan, maka pihak pengamanat dapat mengambilnya kembali
tanpa adanya tuntutan dari pihak komisioner karena hak milik atas
barang-barang tersebut masih berada di tangan pihak pengamanat.
2. Alasan Komisioner:
a. Terhindar dari kerugian karena barang tidak laku, barang rusak ataupun
fluktuasi harga.
Komisioner akan terhindar dari masalah kerugian yang disebabkan oleh
barang tidak laku, barang rusak ataupun fluktuasi harga. Hal ini
disebabkan karena pihak komisioner dapat mengembalikan barang-barang
tersebut kepada pihak pengamanat.
b. Menghemat Kebutuhan Modal
Komisioner hanya membutuhkan modal yang sedikit karena pihak
komisioner hanya menyediakan tempat untuk melakukan penjualan.
Sedangkan barang-barang yang akan dijual oleh pihak komisioner
disediakan oleh pihak pengamanat.
24
Biaya-biaya yang akan keluar saat pelaksanaan penjualan barang-barang
konsinyasi ditanggung oleh pihak pengamanat, kalaupun pihak komisioner
membayarkan biaya-biaya tersebut tetapi pada akhirnya akan mendapatkan
penggantian atas biaya-biaya tersebut oleh pihak pengamanat.
2.1.2.4Perjanjian Konsinyasi
Dalam penyerahan barang atas dasar konsinyasi, harus disusun suatu
kontrak (perjanjian) tertulis yang menunjukkan hubungan antara pihak yang
menyerahkan dan pihak yang menerima dalam hal-hal lain yang mencakup: syarat
kredit yang harus diberikan oleh pihak konsinyi kepada costumers, biaya-biaya
yang harus dikeluarkan oleh pihak komisioner harus diganti oleh pihak
pengamanat, komisi atau laba yang harus diberikan kepada pihak komisioner,
pemeliharaan dan penanganan persediaan barang-barang konsinyasi dan hasil
penjualan barang-barang konsinyasi, pengiriman uang dan penyelesaian keuangan
oleh pihak komisioner, dan laporan yang harus dikirimkan oleh pihak komisioner.
Pada umumnya, sebelum barang-barang diserahkan dengan konsinyasi
suatu perjanjian tertulis yang lengkap dan jelas antara pihak pengamanat dengan
pihak komisioner dibuat untuk menghindari persengketaan dikemudian hari
Menurut Dewi Ratnaningsih(2002:163) kontrak perjanjian konsinyasi
antara lain berisi mengenai:
”Kontrak perjanjian konsinyasi berisi:
1. Jumlah dan macam barang yang sudah dibayar oleh pihak komisioner dan akan diganti oleh pengamanat.
2. Bagaimana komisi untuk komisioner harus dihitung. 3. Kapan komisi harus dibayarkan.
6. Frekuensi laporan dan pembayaran komisioner kepada pengamanat.
Adapun penjelasan mengenai kontrak perjanjian konsinyasi adalah sebagai
berikut:
1. Jumlah dan macam barang yang sudah dibayar oleh pihak komisioner dan
akan diganti oleh pengamanat
Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh komisioner dalam proses penjualan barang
konsinyasi akan diganti oleh pengamanat.
2. Bagaimana komisi untuk komisioner harus dihitung
Dalam hal ini besar komisi yang akan diperoleh oleh komisioner akan
diperhitungkan oleh pengamanat.
3. Kapan komisi harus dibayar
Pihak pengamanat dan komisioner akan menentukan tanggal pembayaran
komisi atas hasil penjualan barang konsinyasi yang akan diberikan kepada
pihak komisioner.
4. Tanggung jawab atas penagihan piutang dan kerugian piutang
Pihak pengamanat dan komisioner akan menentukan tanggung jawab
penagihan piutang yang biasanya akan diberikan kepada komisioner. Selain
itu, kerugian atas piutang yang terjadi akan ditanggung oleh pihak komisioner.
Dan sanksi atas kerugian piutang ini biasanya berupa pemblokiran
barang-barang konsinyasi yang akan dikirim kepada komisioner. Pemblokiran akan
dilakukan selama piutang belum dibayar olh komisioner.
26
Dalam hal ini ditentukan persyaratan yang diberikan oleh pengamanat atas
penjualan barang yang akan dilakukan oleh komisioner. Apakah penjualan
barang konsinyasi akan dilakukan secara tunai atau kredit.
6. Frekuensi laporan dan pembayaran komisioner kepada pengamanat
Pengamanat dan komisioner menentukan jangka waktu penyerahan laporan
penjualan konsinyasi. Selain itu tanggal pembayaran yang akan dilakukan oleh
komisioner atas barang-barang konsinyasi milik pengamanat.
2.1.2.5Akuntansi Penjualan Konsinyasi
Menurut Dewi Ratnaningsih (2002:166)pada dasarnya akuntansipenjualan
dengan sistem konsinyasi dapat dibedakan menjadi dua metode, yakni:
”1. Transaksi penjualan konsinyasi dan laba atau rugi atas penjualan konsinyasi dicatat secara terpisah dengan penjualan biasa.
2. Transaksi penjualan konsinyasi dan lab atau rugi digabungkan dengan penjualan biasa”.
Akuntansi Pihak Pengamanat:
1. Untuk transaksi-transaksi yang dicatat secara terpisah dari penjualan biasa,
maka digunakan perkiraan konsinyasi keluar (Consigment Out). Perkiraan ini
untuk menampung perkiraan rugi laba yang ada hubungannya dengan
penjualan konsinyasi.
2. Untuk transaksi-transaksi konsinyasi yang digabungkan dengan penjualan
biasa, maka caranya dngan membuat rekening sales dikurangi COGS (untuk
mencari jumlah laba yang tidak terlihat).
3. Metode pencatatan persediaan barang dagangan terdapat dua alternatif antara
lain:
b. Metode Fisik.
Akuntansi Pihak Komisioner:
1. Untuk transaksi-transaksi konsinyasi yang dicatat secara terpisah, maka
caranya:
a. Konsinyasi harus membentuk rekening Consigment In, yaitu mencatat
hubungan hutang-piutang antara komisioner dengan pngamanat.
b. Untuk mencatat pendapatan komisioner, maka dibentuk rekening
Commision Income.
2. Untuk transaksi-transaksi yang dicatat secara digabungkan, maka caranya:
a. Komisioner harus membentuk rekening Payable to Consignor, yaitu untuk
mencatat hubungan hutang-piutang antara komisioner dengan pengamanat.
b. Laba konsinyasi tidak akan terlihat, dimana untuk mencari laba dengan
cara: sales dikurangi Cost Of Goods Sold (COGS).
2.1.2.6Pencatatan Transaksi Konsinyasi
Menurut Dewi Ratnaningsih(2002;174)menyatakan pencatatan transaksi
untuk penjualan konsinyasi adalah sebagai berikut:
”1. Pencatatan pihak Pengamanat:
a. Jika Laba Konsinyasi Dicatat Secara Terpisah
1) Penyerahan barang-barang kepada pihak komisioner. 2) Biaya pihak pengamanat yang ditetapkan pada konsinyasi. 3) Biaya pihak komisioner yang ditetapkan pada konsinyasi. 4) Penjualan oleh pihak komisioner.
5) Pembebanan komisi oleh pihak komisioner.
6) Pengiriman uang kas dan laporan penjualan konsinyasi oleh pihak komisioner.
28
5) Pembebanan komisi oleh pihak komisioner.
6) Pengiriman uang kas dan laporan penjualan konsinyasi oleh pihak komisioner.
2. Pencatatan Pihak Komisioner
a. Jika Laba Konsinyasi Dicatat Secara Terpisah
1) Penyerahan barang-barang kepada pihak komisioner. 2) Biaya pihak pengamanat yang ditetapkan pada konsinyasi. 3) Biaya pihak komisioner yang ditetapkan pada konsinyasi. 4) Penjualan oleh pihak komisioner.
5) Pembebanan komisi oleh pihak komisioner.
6) Pengiriman uang kas dan laporan penjualan konsinyasi oleh pihak komisioner.
b. Jika Laba Konsinyasi Dicatat Secara Digabungkan 1) Penyerahan barang-barang kepada pihak komisioner. 2) Biaya pihak pengamanat yang ditetapkan pada konsinyasi. 3) Biaya pihak komisioner yang ditetapkan pada konsinyasi. 4) Penjualan oleh pihak komisioner.
5) Pembebanan komisi oleh pihak komisioner.
6) Pengiriman uang kas dan laporan penjualan konsinyasi oleh pihak komisioner.
Adapun penjelasan mengenai pencatatan transaksi konsinyasi adalah
sebagai berikut:
1. Pencatatan Pihak Pengamanat:
a. Jika Laba Konsinyasi Dicatat Secara Terpisah
1) Penyerahan barang-barang kepada pihak komisioner
Pihak pengamanat membukukan penyerahan barang-barang kepada
pihak pengamanat dengan mendebet perkiraan Consigment Out dan
mengkredit perkiraan pengiriman barang konsinyasi (metode fisik)
atau mengkredit perkiraan persediaan (metode perpetual). Perkiraan
pengiriman barang konsinyasi ditangani sebagai suatu pos pengurang
dan jumlah persediaan awal dan pembelian dalam menetapkan harga
pokok barang yang tersedia untuk dijual. Penyerahan
tertentu lainnya ditetapkan pada barang-barang pada daftar yang
dikirimkan pihak komisioner.
Tabel 2.1
Jurnal Penyerahan Barang-barang kepada Komisioner
2) Biaya pihak pengamanat yang ditetapkan pada konsinyasi
Pihak pengamanat membukukan biaya-biaya yang berkaitan dengan
konsinyasi dengan mendebet perkiraan Consigment Out dan
mengkredit perkiraan kas atau perkiraan passiva. Apabila perkiraan
biaya semula dibebani dengan biaya yang berkaitan dengan
konsinyasi, maka perkiraan Consigment Out didebet dan perkiraan
biaya dikredit dengan jumlah yang ditetapkan pada konsinyasi
Tabel 2.2
Jurnal Biaya Pengamanat yang Ditetapkan pada Konsinyasi
Tgl Keterangan Ref. Debet Kredit
Consigment Out xxx
Cash xxx
3) Biaya pihak komisioner yang ditetapkan pada konsinyasi
Pihak pengamanat tidak menyusun pos jurnal untuk
transaksi-transaksi pihak komisioner sampai ia menerima suatu laporan dari
pihak komisioner.
Tgl Keterangan Ref. Debet Kredit
Consigment Out Xxx
30
4) Penjualan oleh pihak komisioner
Pihak pengamanat tidak menyusun pos jurnal untuk transaksi-transaksi
pihak komisioner sampai ia menerima suatu laporan dari pihak
komisioner.
5) Pembebanan komisi oleh pihak komisioner
Pihak pengamanat tidak menyusun pos jurnal untuk transaksi-transaksi
pihak komisioner sampai ia menerima suatu laporan dari pihak
komisioner.
6) Pengiriman uang kas dan laporan penjualan konsinyasi oleh pihak
komisioner
Pada waktu pihak pengamanat menerima laporan penjualan
konsinyasi, perkiraan kas didebet sebesar uang kas yang dikirmkan,
perkiraan Consigment Out didebet untuk total biaya yang dibebankan
pada perkiraan pengamanat oleh pihak komisioner, dan perkiraan
Consigment Out dikredit sebesar hasil penjualan bruto yang dilaporkan
oleh pihak komisioner. Dapat juga perkiraan kas didebet dan perkiraan
Consigment Out dikredit secesar hasil penjualan konsinyasi netto.
Tabel 2.3
Jurnal Pengiriman Uang Kas dan Laporan Penjualan Konsinyasi oleh Pihak Komisioner
Tgl Keterangan Ref. Debet Kredit
Cash xxx
Apabila semua barang konsinyasi terjual seluruhnya, maka perkiraan
konsinyasi menunjukkan hasil neto dari transaksi-transaksi konsinyasi;
saldo kredit menunjukkan bahwa pendapatan konsinyasi melebihi
biaya konsinyasi yang menghasilkan laba, sedangkan saldo debet
menunjukkan keadaan sebaliknya, yang menimbulkan kerugian.
Tabel 2.4
Jurnal Pendapatan Konsinyasi
Tgl Keterangan Ref. Debet Kredit
Cash/Account Receivable xxx
Consigment Out(beban) xxx
Down Payment from Consignee xxx
Consigment Out (penjualan) xxx
b. Jika Laba Konsinyasi Dicatat Secara Digabungkan
1) Penyerahan barang-barang kepada pihak komisioner
Apabila pengamanat tidak menyelenggarakan pencatatan dengan
metode perpetual, maka penyerahan barang-barang kepada komisioner
dibukukan dengan sebuah pos jurnal memo dalam buku jurnal. Sebuah
catatan pelengkap harus diselenggarakan yang menunjukkan semua
perincian bertalian dengan barang-barang konsinyasi.
Tabel 2.5
Jurnal Penyerahan Barang-barang kepada Pihak Komisioner
Tgl Keterangan Ref. Debet Kredit
Consigment Inventory xxx
Inventory(metode fisik) xxx
32
2) Biaya pihak pengamanat yang ditetapkan pada konsinyasi
Perkiraan-perkiraan biasa dibebani dengan biaya-biaya konsinyasi,
tanpa pemisahan antara biaya-biaya konsinyasi dan biaya-biaya yang
berkaitan dengan penjualan biasa.
3) Biaya pihak komisioner yang ditetapkan pada konsinyasi
Pihak pengamanat tidak menyusun pos jurnal untuk transaksi-transaksi
pihak komisioner sampai ia menerima suatu laporan dari pihak
komisioner.
4) Penjualan oleh pihak komisioner
Pihak pengamanat tidak menyusun pos jurnal untuk transaksi-transaksi
pihak komisioner sampai ia menerima suatu laporan dari pihak
komisioner.
5) Biaya komisi oleh pihak komisioner
Pihak pengamanat tidak menyusun pos jurnal untuk transaksi-transaksi
pihak komisioner sampai ia menerima suatu laporan dari pihak
komisioner.
6) Pengiriman uang kas dan laporan penjualan konsinyasi oleh pihak
komisioner
Apabila pengamanat menerima laporan penjualan konsinyasi, maka
perkiraan biaya didebet sebesar biaya yang dibebankan pada perkiraan
pengamanat oleh komisioner, dan perkiraan hasil penjualan dikredit
untuk hasil penjualan bruto yang dilaporkan komisioner. Jika
dalam buku-buku yang berkaitan dengan penjualan biasa harus
dinaikkan dengan harga pokok penjualan yang berkaitan dengan
penjualan konsinyasi, dengan pos jurnal sebagai berikut:
Tabel 2.6
Jurnal Pengiriman Uang Kas dan Laporan Penjualan Konsinyasi oleh Pihak Komisioner
Tgl Keterangan Ref. Debet Kredit
Cost of Goods Sold (COGS) xxx
Consigment Inventory xxx
Berdasarkan teori tentang transaksi di atas, berikut disajikan dalam bentuk tabel:
Tabel 2.7
Jurnal Pencatatan Transaksi Penjualan Konsinyasi
N
O TRANSAKSI LABA DICATAT TERPISAH
LABA DICATAT
Down payment from Consignee Cash
Down payment from Consignee
4. Saat menerima retur
Down payment from Consignee Consigment out
Mencatat Harga Pokok Penjualan barang konsinyasi:
Gain/Loss Consigment Sales
34
2. Pencatatan Pihak Komisioner
a. Jika Laba Konsinyasi Dicatat Secara Terpisah:
1) Penyerahan barang-barang kepada pihak komisioner
Disini komisioner mencatat penerimaan barang-barang konsinyasi
dengan suatu memorandum dalam buku jurnal atau dalam sebuah buku
tersendiri.
2) Biaya pihak pengamanat ditetapkan pada konsinyasi
Pihak komisioner tidak terpengaruh oleh transaksi-transaksi pihak
pengamanat.
3) Biaya pihak komisioner ditetapkan pada konsinyasi
Pihak komisioner mencatat biaya-biaya yang harus ditutup oleh
pengamanat dengan mendebet Consigment In dan mengkredit
perkiraan aktiva atau passiva yang bersangkutan.
Tabel 2.8
Jurnal Biaya Pihak Komisioner Ditetapkan pada Konsinyasi
Tgl Keterangan Ref. Debet Kredit
Consigment In xxx
Cash/Account Payable Xxx
4) Penjualan oleh pihak komisioner
Pihak komisioner mencatat penjualan konsinyasi dengan mendebet
perkiraan aktiva atau passiva yang bersangkutan dan mengkredit
Tabel 2.9
Jurnal Penjualan oleh Pihak Komisioner
Tgl Keterangan Ref. Debet Kredit
Cash/Account Receivable xxx
Consigment In Xxx
5) Komisi atau laba akanan bagi komisioner
Pihak komisioner membukukan komisi atau laba atas penjualan
konsinyasi dengan mendebet perkiraan Consigment In dan mengkredit
perkiraan pendapatan yang bersangkutan. Setelah komisi atau laba ini
dibukukan, kemudian saldo kredit dalam perkiraan Consigment In
menunjukkan jumlah yang masuh harus dibayar kepada pihak
pengamanat dalam penyelesaian akhir.
Tabel 2.10
Jurnal Komisi atau Laba bagi Komisioner
Tgl Keterangan Ref. Debet Kredit
Consigment In xxx
Commision of Consigment Income Xxx
6) Penerimaan uang kas dan laporan penjualan konsinyasi oleh pihak
komisioner
Komisioner membukukan penerimaan uang kas kepada pengamanat
dengan mendebet perkiraan Consigment In dan mengkredit perkiraan
kas. Jika pembayaran ini menyangkut seluruh jumlah yang terutang,
maka pos jurnal untuk membukukan pembayaran ini menutup
36
Tabel 2.11
Jurnal Penerimaan Uang Kas dan Laporan Penjualan Konsinyasi oleh Pihak Komisioner
Tgl Keterangan Ref. Debet Kredit
Consigment In xxx
Down Payment to Consignor Xxx
Cash Xxx
b. Jika Laba Konsinyasi Dicatat Secara Digabungkan
1) Penyerahan barang-barang kepada pihak komisioner
Pihak komisioner membukukan barang-barang konsinyasi dengan pos
jurnal memo (randum).
2) Biaya pihak pengamanat ditetapkan pada konsinyasi
Pihak komisioner tidak dipengaruhi oleh transaksi-transaksi pihak
pengamanat.
3) Biaya pihak komisioner ditetapkan pada konsinyasi
Pihak komisioner mendebet perkiraan pihak pengamanat untuk
biaya-biaya yang harus dibebankan pada pihak pengamanat dan mengkredit
perkiraan aktiva atau perkiraan passiva yang bersangkutan atau
perkiraan biaya jika biaya dilakukan semula dalam perkiraan biaya.
Tabel 2.12
Jurnal Biaya Pihak Komisioner Ditetapkan pada Konsinyasi
Tgl Keterangan Ref. Debet Kredit
Consigment In xxx
4) Penjualan oleh pihak komisioner
Komisioner mencatat penjualan konsinyasi seperti penjualan biasa,
masing-masing pos jurnal hasil penjualan diserta dengan sebuah pos
jurnal untuk membukukan biaya yang dikeluarkan oleh pihak
pengamanat untuk barang-barang yang dijual; perkiraan pembelian
atau perkiraan harga pokok penjualan didebet dan perkiraan
pengamanat dikredit.
Tabel 2.13
Jurnal Penjualan oleh Pihak Komisioner
Tgl Keterangan Ref. Debet Kredit
Cash/Account Receivable xxx
Consigment In Xxx
5) Komisi atau laba bagi pihak komisioner
Pihak komisioner tidak membuat pos jurnal untuk komisi atau laba
atas penjualan konsinyasi. Pendapatan atas penjualan konsinyasi akan
tergambar dalam laba bruto pihak komisioner sebagai akibat dari
pos-pos jurnal yang dibuat tadi.
6) Pengiriman uang kas dan laporan penjualan konsinyasi oleh pihak
komisioner
Pihak komisioner membukukan pembayaran-pembayaran kepada
pengamanat dengan mendebet perkiraan pengamanat dan mengkredit
38
Tabel 2.14
Jurnal Pengiriman Uang Kas dan Laporan Penjualan Konsinyasi oleh Pihak Komisioner
Tgl Keterangan Ref. Debet Kredit
Payable to Consignor xxx
Down Payment to Consignor Xxx
Cash Xxx
2.1.2.7Hutang Konsinyasi
MenurutAbdul Halim (2003:117) menyatakan bahwa hutang konsinyasi adalah:
”Hutang merupakan pengorbanan ekonomis yang wajib dilakukan oleh perusahaan dimasa yang akan datang dalam bentuk penyusutan aktiva atau pemberian jasa yang disebabkan oleh tindakan atau transaksi pada masa sebelumnya”.
Hutang konsinyasi akan timbul bila pada akhir suatu periode
akuntansi, pada saat pihak komisioner belum selesai seluruhnya sehingga
menunjukkan adanya kewajiban pihak komisioner kepada pihak pengamanat.
Berikut akuntansi yang dilakukan oleh komisioner maupun pihak
pengamanat untuk konsinyasi yang tidak diselesaikan dengan tuntas:
1. Catatan-catatan Pihak Komisioner:
a. Jika laba konsinyasi dicatat secara terpisah
Pihak komisioner harus menetapkan pendapatan atas penjualan
konsinyasisebelum ikhtisar keuangan disusun pada tiap akhir periode
dengan mendebet perkiraan Consigment In dan mengkredit perkiraan
pendapatan untuk komisi atau laba atas penjualan konsinyasi sampai
dengan tanggal itu. Suatu saldo kredit dalam perkiraan Consigment In
melebihi biaya-biaya bagi pihak pengamanat, yang menimbulkan suatu
kewajiban kepada pihak pengamanat; saldo kredit dicantumkan dalam
(daftar) neraca sebagai utang lancar. Sedangkan saldo debet dalam
perkiraan Consigment In menunjukkan bahwa hasil dari penjualan
konsinyasi lebih kecil daripada biaya-biaya bagi pihak pengamanat. Pihak
komisioner dapat menuntut penggantian kepada pihak pengamanat, jumlah
ini jika tidak tertutup dengan penjualan konsinyasi berikutnya. Saldo debet
dicantumkan dalam neraca pada perkiraan Consigment In sebagai piutang
lancar.
b. Jika laba konsinyasi dicatat digabungkan
Tidak dibutuhkan penyusunan pos jurnal pada akhir periode jika pos-pos
jurnal telah dibuat pada waktu barang-barang konsinyasi dijual, yang
menetapkan pembelian atau harga pokok penjualan dan kewajiban kepada
pihak pengamanat. Saldo kredit dalam perkiraan pengamanat pada akhir
periode dicantumkan dalam neraca sebagai utang lancar, sedangkan saldo
debet dicantumkan sebagai piutang lancar.
2. Catatan-catatan Pihak Pengamanat:
a. Jika laba konsinyasi dicatat secara terpisah
Pihak pengamanat membutuhkan laporan penjualan konsinyasi (Account
Sales) pada akhir periode fiskalnya sendiri agar ia dapat menimbulkan laba
rugi atas penjualan konsinyasi sampai dengan tanggal itu. Data-data yang
tercantum dalam laporan penjualan konsinyasi dicatat dengan cara biasa.
40
ditetapkan pada konsinyasi dan pendapatan dari penjualan konsinyasi.
Laba atas penjualan konsinyasi sampai dengan tanggal itu, sekarang harus
dipindahkan dari perkiraan Consigment Out; pemindahbukuan ini
menyebabkan perkiraan itu mengandung saldo debet, yang menyatakan
biaya-biaya yang dibebankan pada barang konsinyasi yang belum terjual.
Saldo dalam perkiraan Consigment Out dicantumkan dalam neraca sebagai
bagian dari persediaan-persediaan perusahaan.
b. Jika laba konsinyasi dicatat digabungkan
Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pihak komisioner dan yang dibebankan
pada hasil penjualan ditetapkan dalam buku-buku pengamanat dengan
mendebet perkiraan-perkiraan yang bersangkutan.
Akan tetapi, apabila barang konsinyasi belum terjual seluruhnya pada
akhir periode fiskal, maka biaya-biaya yang ditetapkan pada barang
Data-data dalam penjualan konsinyasi dianalisa dalam sebuah pos
jurnal mejemuk sebagai berikut:
Tabel 2.15
Jurnal Pencatatan Transaksi Penjualan Konsinyasi
Tgl. Keterangan Ref. Debet Kredit
Cash
(Jumlah yang dikirimkan oleh
komisioner)
xxx
Account Receivable
(Jumlah yang masih harus diterima oleh komisioner)
xxx
Expenses
(Biaya yang dikeluarkan oleh komisioner atas barang yang telah terjual)
xxx
Consigment Inventory
(Biaya komisioner atas barang yang belum terjual)
xxx
Sales of Consigment
42
Berdasarkan keterangan di atas, maka transaksi-transaksi tersebut dapat
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 2.16
Jurnal Pencatatan Transaksi Penjualan Konsinyasi
NO TRANSAKSI LABA DICATAT TERPISAH LABA DICATAT
DIGABUNGKAN
meretur barang No Entry No Entry
7. Saat komisioner
Down payment to Consignor Cash
Payable to Consignor Down payment to Consignor Cash
Mencatat harga pokok penjualan barang komisi: COGS
Inventory
2.2 Kerangka Pemikiran
Penjualan merupakan salah satu kegiatan terpenting dalam setiap perusahaan
karena dari penjualan ini perusahaan akan memperoleh laba setelah dikurangi
biaya-biaya yang di gunakan untuk kelangsungan hidup perusahaaan maka dari itu
aktivitas penjualan merupakan sumber pendapatan yang sangat di perlukan oleh
Pengertian penjualan menurut Mulyadi (2001:202) menyatakan sebagai
berikut:
“penjualan adalah kegiatan berupa menjual barang dan jasa, baik dilakukan
secara kredit maupun secara tunai.”
Sedangkan menurut Soemarso S.R (2002:160) menyatakan bahwa penjualan
adalah:
“penjualan adalah transaksi antara perusahaan dagang dengan pembeli untuk
menyerahkan barang atau jasa yang berakibat timbulnya piutang, kas
aktiva.”
Dari definisi tersebut dapat di simpulkan bahwa penjualan merupakan
kegiaatan terpenting dalam perusahaan untuk mendapatkan laba atas penjualan
barang atau jasa yang di lakukan atara dua belah pihak (pembeli dan penjual) yang
dapat dilakukan secara tunai maupun kredit.
Konsinyasi adalah sistem penjualan sederhana yang dilakukan oleh setiap
orang dengan cara menitipkan barang kepada orang atau perusahaan yang
melakukan usaha dagang menggunakan surat perjanjian tertentu yang disepakati
kedua belah pihak.
Sedangkan penjulan konsinyasi menurut oleh Donald E. Kieso, Jerry J.
Weygandt dan Terry D. Warfield (2002:4) menyatakan bahwa:
”Konsinyasi adalah penyerahan fisik barang-barang oleh pihak pemilik kepada pihak lain yang bertindak sebagai agen penjual, secara hukum dapat dinyatakan bahwa hak atas barang-barang ini tetap berada ditangan pemilik sampai barang-barang ini dijual oleh pihak agen penjual”.
Maka dari definisi diatas bahwa pengertian konsinyasi dapat ditarik
44
barang dagangan (Consignor) menyerahkan barang dagangannya kepada pihak
lain (Consignee) selaku agen penjual.
ABBY merupakan perusahaan yang bergerak dibidang penjualan
perlengkapan bayi. Di dalam aktivitas penjualannya, masih terdapat hal - hal
yang harus dibenahi, Salah satunya adalah dalam hal penjualan. Mekanisme
penjualan yang selama ini dilakukan oleh perusahaan ABBY masih belum
mampu mencapai target yang di harapkan. Menurut Yani selaku pemimpin
perusahaan bahwa aktivitas penjualan terutama penjualan konsinyasi masih
kurang efektif, hal tersebut dapat dilihat pada setiap barang dagang yang di
titipkan kepada pihak konsiyee, hasilnya masih belum sesuai dengan target yang
diharapkan oleh perusahaan dan mekanisme pencatatan penjualan konsinyasi
masih belum baik.
Maka dari itu penulis akan meninjau data yang diperoleh dengan cara
1. Mengukur keefektifan prosedur penjualan konsinyasi yang
dilakukan oleh PT.ABBY
2. Mempelajari mekanisme pencatatan penjualan konsinyasi yang
Maka untuk lebih jelasnya berdasarkan uraian diatas,dapat digambarkan
skematik sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka pemikiran Keefektifan penjualan konsinyasi( laba / rugi)
Kontrak konsiyasi
Meninjau kembali penjualan konsinyasi
76 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. Berdasarkan hasil dari penelitian ini dapat disimpulakan bahwa
tinjauan terhadap aktivitas penjualan konsinyasi di PT.ABBY masih
kurang baik, bisa dilihat dari prosedur penjualan konsinyasi kepada
pihak konsinyee. berdasarkan kontrak penjualan konsinyasi yang
sering tidak disepakati, maka dari itu akan mengakibatkan kerugian
dengan demikian kontak penjualan konsinyasi harus dilaksanakan
dengan baik dan mematuhi segala kontak yang telah disepakati agar
meningkatkan kerja sama yang baik diatara pihak konsinyor dan pihak
konsinyee
2. Bahwa pencatatan penjualan konsinyasi PT.ABBY masih banyak yang
harus diperhatikan, dikarenakan suatu pencatatan yang benar sangatlah
membantu didalam melaporkan hasil penjualan konsinyasi, oleh
karena itu setiap transaksi-transaksi penjualan konsinyasi harus dicatat
dengan benar agar mempermudah didalam penyusunan laopran