Sejarah
Perkembangan
Filologi
Alfian
Filologi
Zaman
Eropa
Filologi berasal dari Kerajaan Yunani
kota Iskadariyah, bagian utara Afrika
(saat ini Mesir pesisir utara) abad 3
SM.
Di kota Iskandariyah pada abad ke-3
SM terdapat pusat ilmu pengetahuan
karena pada masa itu banyak
orang-orang yang melakukan telaah pada
teks-teks lama Yunani.
Tulisan yang berhasil dibaca dari
Penyalinan mencapai puncaknya antara
abad ke 8—3 SM dilakukan oleh para
pustakawan.
Pustakawan yang pertama disebut
sebagai ahli filologi adalah Erastothenes.
Naskah pada masa ini hampir semuanya
berbentuk gulungan (
roll
) yang terbuat
dari papirus.
Gulungan-galangan itu berisi berbagai
Selain untuk tujuan penggalian ilmu
pengetahuan Yunani Kuno, kegiatan
filologi juga dimanfaatkan untuk
kegiatan perdagangan.
Khusus untuk tujuan perdagangan,
penyalinan dilakukan oleh budak belian
mengakibatkan banyak kesalahan
Abad ke-1 SM kota Iskandariyah jatuh
ke tangan Romawi kegiatan filologi
pindah ke Roma.
Abad ke 4 M, Romawi pecah menjadi
Romawi Barat dan Romawi Timur.
Filologi di Romawi Barat
Kegiatan filologi mengikuti tradisi di
Filologi di Romawi Barat
Sejak kristenisasi di Eropa
filologi digunakan untuk
kepentingan agama naskah
Yunani Kuno ditinggalkan.
Abad ke-2 s.d ke-4 M
kemunculan
codex
(berasal dari
kulit binatang) & mulai
menggunakan nomor halaman.
Sejak kemunculan
codex
Filologi di Romawi Timur
Tradisi filologi di Romawi Timur
berbeda dengan Romawi Barat.
Sejak Romawi Barat meninggalkan
naskah Yunani Kuno, di Romawi
Timur mulai muncul pusat studi
naskah Yunani Kuno.
Pada masa ini muncul kebiasaan
tafsir naskah (
scholia
)
Filologi di Romawi Timur
Akibat adanya
scholia
mulai
bermunculan kegiatan kuliah
filologi di berbagai perguruan
tinggi Romawi Timur kurang Ahli
dalam bidang telaah teks-teks
Renaisans dimulai dari Italia pada abad
ke-13 M menyebar di daratan Eropa lain
berakhir
abad ke-16 M.
Renaisans adalah periode yang mengambil
lagi kebudayaan klasik sebagai pedoman
hidup; periode rakyat cenderung kepada
Yunani atau kepada aliran
humanisme.
Menurut Baried, humanisme berarti aliran
yang mempelajari sastra klasik untuk
Zaman Renaisans sering juga dianggap
sebagai masa peralihan dari zaman pertengahan ke zaman baru.
Abad ke-15 Byzantium (Romawi Timur)
jatuh ke bangsa Turki para ahli
melakukan eksodus ke Eropa Selatan.
Pada masa ini, kegiatan telaah kembali ke
telaah naskah Yunani Kuno yang sudah ditinggalkan sejak zaman Romawi
Pada masa ini ditemukan mesin Guttenberg
oleh Johannes Guttenberg menyebabkan banyak permintaan penyalinan naskah yang bersih dari kesalahan penyalinan.
Dengan adanya mesin cetak Guttenberg ini
meminimalisir kesalahan penyalinan yang sering dilakukan oleh para budak belian.
Pada masa ini kedudukan bahasa Yunani,
Pengkajian naskah tidak sebatas pada
naskah klasik Yunani, tetapi juga pada naskah berbahasa lain kajian mulai berkembang ke kajian bahasa/linguistik.
Pada abad ke-19 M, ilmu bahasa/linguistik
mampu berdiri sendiri, terpisah dari filologi. Pada abad ke-20 M, di Eropa daratan,
kegiatan filologi tetap pada kajian naskah, tetapi di kawasan Anglo-Saxon berubah menjadi kajian linguistik/ilmu bahasa.
Perkembangan selanjutnya, kajian filologi di
Filologi
di
Timur
Perkembangan filologi di Timur Tengah
mulai muncul pada abad ke-4 M, yaitu
saat transmisi dan penerjemahan teks
Yunani terjadi secara signifikan di
belahan dunia bagian timur.
Penerjemahan menggunakan bahasa
Syriac
(bahasa Suryani) kawasan
Fertile
Crescent
(saat ini Irak, sebagian Iran,
Kuwait, Syiria, Lebanon, Yordania, Mesir,
Israel, Palestina.
Mulai abad ke-8 M, penerjemahan di
kawasan
Fertile Crescent
mulai
Studi naskah dan ilmu pengetahuan
Yunani semakin berkembang & puncaknya pada masa pemerintahan Makmun (dinasti Abbasiyah).
Penerjemah terkenal :
1. Qusta bin Luqa, Hunain bin Ishaq, dan Habaisyi (Nasrani)
2. Ibnu Na’imah al-Himshi, Abu Bisyr Matta, Yahya bin Adi (Kristen Nestorian dan
Jacobite)
Naskah bangsa Timur Tengah banyak
berasal dari bangsa Arab dan Persia prosa dan puisi baik sebelum maupun Islam
muncul.
Naskah Timur Tengah banyak yang diteliti
bangsa Barat setelah kedatangan bangsa Barat ke wilayah Timur Tengah.
Naskah-naskah bangsa Timur Tengah
Filologi
di
Bangsa Asia sudah memiliki peradaban
sejak sebelum masehi.
India memiliki banyak peninggalan
naskah.
India memiliki kontak langsung dengan
Yunani (abad ke-3 M), Cina (abad ke-1 M), dan Timur Tengah.
Kontak India dan Cina terjadi pada masa
penyebaran agama Budha oleh para pendeta ke India dan pada saat
peziarah Cina datang ke India terjadi penyalinan naskah-naskah India
Kontak India dan Yunani terjadi pada saat
Raja Iskandar Zulkarnain datang ke India kemiripan bentuk patung dan adanya
perpaduan kebudayaan Yunani.
Kontak India dan Timur Tengah terlihat dari
masuknya karya sastra India dalam kesusastraan Persia.
Di India terdapat naskah yang dianggap
tertua, yaitu Weda kitab suci agama Hindu diperkirakan ditulis pada abad ke-6 SM.
Di India juga terdapat naskah prosa
Naskah India mulai dikaji oleh bangsa Barat
saat mereka datang ke India sekitar abad ke-15 M.
Bangsa Barat menemukan bahasa
tradisional India: bahasa Gujarati dan
Bengali (sebelum abad ke-19), dan bahasa Sanskerta (awal abad ke-19).
Sekitar abad ke-18 Inggris memulai kegiatan
di India Tahun 1776 penelitian kitab hukum oleh Gubernur Jenderal Warren
Hastings dari naskah-naskah hukum India.
Awal abad ke-19 di Eropa mulai muncul
studi naskah-naskah Sanskerta. Tahun 1808 berdiri Lembaga Filologi India di Jerman
(oleh Friedrich Schlegel).
Sastra Weda mulai benar-benar dikaji pada
tahun 1838 oleh F. Rosen.
Tahun 1850 mulai banyak dilakukan kajian
Filologi
di
Nusantara merupakan kawasan yang
memiliki banyak peninggalan masa
lampau salah satunya naskah-naskah kuno.
Di Indonesia tradisi penulisan naskah
dimulai sebelum abad ke-14 M dipengaruhi kebudayaan India menggunakan bahasa Sanskerta.
Teks asal India banyak disalin kedalam
bahasa Jawa Kuno menyebabkan bahasa Sanskerta menjadi bahasa
Abad ke-13 M pengaruh Islam masuk
ke Nusantara menyebabkan bahasa Sanskerta digantikan bahasa Melayu sebagai bahasa perdagangan, politik, agama, dan budaya.
Naskah Melayu dengan aksara Jawi
mulai berkembang abad ke-14 M khususnya di wilayah Selat Malaka.
Filologi di Nusantara (Indonesia)
Kolonial Belanda mendirikan dua
institusi:
1. Nederlandsch Bijbelgenootschap (NBG) — Dutch Bible Society : tujuannya menyebarkan agama Kristen
2. Koninklijk Instituut voor Taal-en Volkenkunde
(KITLV) — Royal Institute of Linguistics and
Ethnology : tujuannya penelitian/riset bahasa, geografi, dan antropologi/kebudayaan.
NBG melakukan penerjemahan Injil
kedalam bahasa daerah jajahan
Belanda dilakukan oleh penginjil dan penerjemah asing.
KITLV melakukan inventarisasi
pengetahuan ttg bahasa, geografi, dan antropologi Jawa dilakukan oleh
Kegiatan yang dilakukan kolonial
Belanda melalui KITLV adalah untuk mempertahankan pemerintahan
absolut Belanda di Nusantara, khususnya Jawa.
Sekitar abad ke-20 baru muncul
ketertarikan sarjana pribumi untuk mengkaji naskah Nusantara sekitar tahun 1965-an.
Kajian filologi mulai muncul dan
berkembang akibat masuknya
Tahap awal kajian filologi adalah
mengkaji naskah sebagai bentuk karya sastra lama.
Hingga saat ini, kegiatan filologi di
Indonesia umumnya masih menjadi bagian dari kajian sastra