commit to user
PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT KALI CODE
TAHUN 1980-1992
SKRIPSI
Oleh :
MUJIYANTI
K4408037
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini
Nama : Mujiyanti
NIM : K4408037
Jurusan/ Program Studi : P.IPS/ Pendidikan Sejarah
PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
MASYARAKAT KALI CODE TAHUN 1980- ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, 09 Oktober
2012
Yang membuat pernyataan
commit to user
PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT KALI CODE
TAHUN 1980-1992
Oleh:
MUJIYANTI
K4408037
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
PERSETUJUANSkripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, Oktober 2012
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Herimanto, M. Pd, M.Si Isawati, S.Pd
commit to user
PENGESAHANSkripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Selasa
Tanggal : 9 Oktober 2012
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Dra. Sri Wahyuni, M.Pd
Sekretaris : Dra. Sutiyah, M.Pd, M.Hum ...
Anggota I : Drs. Herimanto, M. Pd,M.Si
Anggota II : Isawati, S.Pd, M.A
Disahkan Oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
commit to user
ABSTRAKMujiyanti. PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT KALI CODE
TAHUN 1980-1992. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. September 2012
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Sejarah berdirinya masyarakat perkampungan Kali Code Yogyakarta. (2) Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosial budaya masyarakat Kali Code tahun 1980-1992. (3) Perubahan yang terjadi di dalam masyarakat Kali Code tahun 1980-1992.
Penelitian ini menggunakan metode historis. Langkah-langkah yang ditempuh dalam metode historis ada empat tahap kegiatan, yaitu: heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Sumber data yang digunakan adalah sumber tertulis yang meliputi buku-buku, majalah dan koran. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik studi pustaka. Analisa data yang digunakan adalah analisa historis yaitu analisa yang mengutamakan ketajaman dalam menginterpretasi fakta sejarah
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Sejarah perkampungan Kali Code berawal dari para urban yang datang ke kota Yogyakarta. Masyarakat urban yang tidak memiliki tempat tinggal menempati daerah sekitar Kali Code yang kemudian membentuk sebuah perkampungan yang bernama Kampung Kali Code. (2) Faktor-faktor yang memengaruhi perubahan sosial budaya masyarakat Kali Code adalah adanya penggusuran Kampung Kali Code oleh Pemerintah Kota Yogyakarta pada tahun 1982. Adanya keinginan untuk mewujudkan tatanan sosial masyarakat yang mandiri. Masyarakat yang tidak tergantung kepada pemberian atau bantuan dari Pemerintah dan instansi atau Lembaga Swadaya Masyarakat tertentu dalam pembangunan perkampungan. Kehadiran dari Yusuf Bilyarta Mangunwijaya yang berperan untuk menggerakan masyarakat Perkampungan Kali Code (3) Perubahan yang terjadi di dalam masyarakat Kali Code meliputi perubahan bangunan rumah, fasilitas kampung, memperoleh penghargaan Aga Khan, adanya realitas sosial baru bahwa perkampungan yang semula dianggap sebagai perkampungan ilegal telah berubah menjadi perkampungan yang legal serta perubahan otoritas baru. Perkampungan Kali Code juga terjadi perubahan mata pencaharian masyarakat, peningkatan di bidang pendidikan, perubahan sikap hidup bersih dan rapi serta masyarakat memiliki pandangan hidup baru tentang keteraturan hidup yang akan mengarah pada perbaikan kehidupan masyarakat Kali Code.
commit to user
ABSTRACTMujiyanti. THE SOCIAL-CULTURAL CHANGE IN CODE RIVER
SOCIETY DURING 1980-1992. Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University. September 2012.
This research aims to find out: (1) the history of Yogyakarta Code River Settlement Society establishment, (2) the factors affecting the social cultural change of Code River society during 1980-1992, and (3) the change occurring in Code River society during 1980-1992.
The research using historical method. The method of research was divided into four steps: heuristic, critique, interpretation, and historiography. Data sources used are written sources which include books, magazines and newspapers. Data analysis used was the analysis of historical analysis that prioritizes acuity in interpreting historical facts.
Based on the result of research, it could be concluded that: (1) the history of Code river settlement had begun with the new comers or urban coming to the Yogyakarta city. The urban society who had no residence occupied the area around Code river that then formed a settlement named Code River Kampong. (2) The factor affecting the social-cultural changes of Code River society included the Relocation raises Romo Mangun contribution who conducting building in Code river social order that was independent and not apart. Communities that do not depend on gifts or favors from the government and non-governmental agencies or certain people in the township development. Presence Yusuf Bilyarta Mangunwijaya whose role is to mobilize communities river township code (3) The change occurring in Code River society included physical and mental changes. The physical changes occurring in Code River society included house structure change, kampong facility, Aga Khan reward achievement, the presence of new social reality that settlementts were originally regarded as illegal settlements have turned into a legal and new authority change. The mental one included the change of people livelihood, the improvement in education sector, the change of attitude toward clean and tidy living as well as the society with new ideology on the order of life in turn leading to the improvement of Code River
Keywords: Social Change, Society, Code River.
commit to user
MOTTOPerubahan Sosial budaya di dalam masyarakat akan mengarah pada 2 hal yaitu
kemajuan atau kemundurun. Kemajuan adalah hal yang diharapkan masyarakat
dalam sebuah perubahan (Penulis)
Kehidupan adalah sebuah dinamika menuju perubahan yang lebih baik
commit to user
PERSEMBAHANKarya ini dipersembahkan kepada:
1. Ayah dan ibu tercinta
2. Adikku Wisnu tersayang
3. Kekasih Hatiku
commit to user
KATA PENGANTARSegala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang
memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat
menyelesai
Code Tahun
1980-Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya
skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah menyetujui
atas permohonan penyusunan skripsi ini.
3. Ketua Progam Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan pengarahan
dan ijin atas penyusunan skripsi ini.
4. Drs. Herimanto, M.Pd, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Isawati, S.Pd, M.A selaku pembimbing II yang telah memberikan penjelasan
dengan sabar hingga saya mengerti dan memahami semuanya.
6. Dra. Sutiyah, M.Pd, M.Hum selaku pembimbing akademik penulis yang telah
memberikan bimbingan dan arahan selama penulis menempuh masa kuliah.
7. Bapak dan Ibu Dosen Progam Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu
Pengetahuan Sosial yang secara tulus memberikan ilmu kepada penulis
selama ini.
8. Bapak Drs. Darsam ketua RT 01 RW 01 Kotabaru Gondokusuman
Yogyakarta atas bantuan yang diberikan selama peneliti melakukan penelitian
commit to user
10. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan semangat kepada peneliti
untuk menyelesaikan penelitian ini
11. Keluarga besar Garba Wira Bhuana Mapala UNS yang telah memberikan
pengalaman dan persaudaraannya selama ini
12. Keluarga besar Pendidikan Sejarah 2008 terimakasih buat kekompakanya
selama ini.
13. Teman-temanku yang selama ini telah memberikan semangat kepada penulis
dalam menyelesaikan penelitian ini ada: Niken, Ratna, Rus, mbak Yani, Elak,
Esti, Yunita,Wima terimaksih buat semangat yang telah diberikan
14. Semua pihak yang telah memberi bantuan dan pengarahan kepada penulis
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi
ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta, 09 Oktober 2012
Penulis
Mujiyanti
commit to user
DAFTAR ISIHalaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERNYATAAN ... ii
HALAMAN PENGAJUAN ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
HALAMAN ABSTRAK ... vi
ABSTRACT . ... vii
HALAMAN MOTTO ... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C.Tujuan Penelitian ... 7
D.Manfaat Penelitian ... 8
BAB II LANDASAN TEORI A.Tinjauan Pustaka ... 9
1. Perubahan Sosial ... 9
2. Perubahan Budaya ... 18
3. Masyarakat ... 24
4. Kemiskinan ... 27
commit to user
D.Teknik Pengumpulan Data ... 42
E. Teknik Analisis Data ... 43
F. Prosedur Penelitian ... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Sejarah Berdirinya Perkampungan Kali Code ... 49
1. Letak Kampung Code ... 49
2. Kedatangan Masyarakat ke Kota Yogyakarta ... 50
3. Sejarah Awal Munculnya ... 54
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Kali Code Tahun 1980-1992 ... 59
1. Penggusuran Oleh Pemerintah Kota Yogyakarta ... 59
2. Mewujudkan Tatanan Sosial Masyarakat yang Mandiri 60
3. Kehadiran Romo Mangun ... 62
C.Perubahan yang Terjadi di Dalam Masyarakat Kali Code Tahun 1980-1992 ... 67
1. Perubahan Bentuk Bangunan Rumah ... 67
2. Fasilitas Kampung ... 72
3. Memperoleh Penghargaan Aga Khan ... 73
4. Realitas Sosial Baru ... 74
5. Pergeseran Otoritas ... 75
6. Sistem Pencaharian Hidup ... 76
7. Peningkatan Bidang Pendidikan ... 79
8. Perubahan Sikap dan Budaya Hidup Bersih dan Rapi .... 81
9. Pandangan Hidup ... 82
commit to user
B. Implikasi ... 86
C.Saran ... 87
DAFTAR PUSTAKA ... 88
commit to user
DAFTAR GAMBARHalaman
Gambar 1 Kerangka Pemikiran ... 34
Gambar 2 Prosedur Penelitian ... 48
Gambar 3 Desain Rumah dari Romo Mangun ... 70
commit to user
DAFTAR TABELHalaman
Tabel 1 Waktu Penelitian ... 37
Tabel 2 Rata-rata Biaya Hidup Percapita ... 50
Tabel 3 Rata-rata Upah Buruh Harian ... 52
Tabel 4 Upah Minimum dan Maximum Buruh Perusahaan ... 53
Tabel 5 Transmigrasi Dari Tiap Dating di Provinsi D.I.Y ... 53
Tabel 6 Daftar Nama Kelurahan ... 58
Tabel 7 Pemasukan Swadaya Masyarakat ... 61
Tabel 8 Penerimaan Dana Pembangunan ... 62
Tabel 9 Gerak Penyuluhan Sosial ... 65
Tabel 10 Pendapatan Regional ... 79
commit to user
DAFTAR LAMPIRANHalaman
Lampiran 1 Peta Administrasi Kota Yogyakarta ... 95
Lampiran 2 Peta Lokasi Perkampungan Kali Code ... 96
Lampiran 3 Daftar Informan ... 97
Lampiran 4 Hasil Wawancara ... 98
Lampiran 5 Bangunan Rumah Masyarakat Kali Code ... 105
Lampiran 6 The Aga Khan Award For Architecture ... 107
Lampiran 7 Lampiran 8 The Aga Khan Award untuk Masyarakat Kali Code ... 153
Lampiran 9 Surat dari Pemerintah Kotapraja Yogyakarta mengenai Penggunaan Tanah Wedi Kangser ... 154
Lampiran 10 Keputusan Menteri Dalam Negeri ... 159
Lampiran 11 Keputusan Bersama Antara PemerintahProvinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kraton Yogyakarta ... 163
Lampiran 12 Surat kepada Wakil Gubernur D.I.Y tentang Penanganan Bencana Banjir di Kali Code ... 165
Lampiran 13 Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi ... 167
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial yang hidup berkelompok dalam suatu
masyarakat. Dalam kehidupan kelompok manusia saling berinteraksi antar
manusia dalam masyarakat dan akan menghasilkan kebudayaan. Masyarakat dan
kebudayaan bersifat dinamis yang mengalami perubahan, baik kebiasaan, aturan
kesusilaan, hukum, maupun lembaga, akan mengalami perubahan secara terus
menerus walaupun kecepatan perubahanya tidak selalu sama. Perubahan terjadi
melalui pengenalan unsur-unsur baru kedalam masyarakat melalui dua cara yaitu
penemuan baru dan masuknya pengaruh dari masyarakat lain (Nasution,1983)
Sikap masyarakat terhadap suatu perubahan yang terjadi tergantung dari
faktor psikologis yaitu pandangan individu terhadap segala sesuatu yang
bersangkutan dengan perubahan yang terjadi di dalam masyarakat. Reaksi
seseorang secara psikologis terhadap suatu hal baru dipengaruhi oleh cara
peenyampaian kepada masyarakat. Dari cara yang disampaikan, masyarakat dapat
menyeleksi dengan memahami hakikat atau kegunaan dari perubahan yang akan
dicapai (Sumadiningrat,1991).
Masyarakat sadar dalam suatu perubahan terdapat manfaat meskipun
tidak dapat dirasakan secara langsung. Masyarakat tidak mudah untuk menerima
suatu unsur baru atau inovasi dan mengubah cara atau tradisi lama. Perubahan
kebudayaan yang terencana bersifat ganda yaitu meliputi perubahan lingkungan
fisik manusia dan perilaku manusia. Perubahan pada lingkungan fisik manusia
berupa penataan atau bangunan-bangunan yang dipandang inti dari suatu usaha
modernisasi dan pembangunan nasional. Sedangkan perubahan perilaku berupa
commit to user
Perubahan lingkungan fisik dalam suatu masyarakat akan berpengaruh
terhadap perilaku manusia. Perubahan fisik dan perilaku juga terjadi di dalam
masyarakat Perkampungan Kali Code. Perkampungan Kali Code merupakan
sebuah perkampungan yang terletak di Kota Yogyakarta. Kota Yogyakarta adalah
salah satu dari lima Kabupaten atau Kota di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
dan merupakan ibukota Propinsi. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas
wilayah 32,5 km2, terdiri dari 14 kecamatan dan 45 kelurahan (Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta,2002).
Perkampungan Kali Code terletak di Kelurahan Kota Baru, Kecamatan
Gondokusuman Yogyakarta. Masyarakat Kali Code terbagi dalam dua kelompok
masyarakat. Kelompok pertama adalah masyarakat yang menempati di Bantaran
Kali Code. Sedangkan kelompok kedua menempati di Perumahan dengan tingkat
sosial dan ekonomi lebih baik daripada masyarakat yang tinggal di Bantaran Kali
Code. Penulis akan membahas tentang kelompok masyarakat yang pertama yaitu
masyarakat yang menempati di bantaran Kali Code.
Pada awalnya tanah yang ditempati masyarakat Kali Code adalah tanah
Bong yaitu tanah pemakaman untuk orang Tionghoa yang dikelola oleh Paguyuban Urusan Kematian Yogyakarta (PUKY). Pada tahun 1970 PUKY
menyerahkan pengelolaan tanah Bong secara lisan kepada Keraton Kasultanan Hadiningkrat Yogyakarta. Masyarakat urban yang rata-rata masih penduduk asli
Yogyakarta yang belum memiliki tempat hunian kemudian memanfaatkan sebagai
tempat tinggal dengan bangunan seadanya, sehingga orang sering menyebutnya
Agustus 2000 pihak keraton menyerahkan urusan tanah Bong kepada Badan Pertanahan Nasional (Lembaga Penelitian SMERU,2002).
empati masyarakat dari tahun 1959 berdasarkan surat
commit to user
ditujukan kepada kepala Dinas Pengairan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Berdasarkan surat pengajuan tersebut meminta ijin untuk mendirikan bangunan di
dapat dipergunakan untuk mendirikan suatu bangunan dengan ketentuan lebar
dasar kali Code 20 m.
Pemukiman Kali Code sebelum tahun 1980 terbuat dari seng bekas,
karton, plastik, dan sebagainya. Pada tahun 1975, pemukiman Kali Code terkena
penggusuran. Gubuk-gubuk para pendatang dihancurkan dan dibakar, dan
pepohonan yang ada di sekitar Kali Code juga ditebang, dengan alasan untuk
pelebaran Kali Code selebar 30 meter ke kanan dan kiri dari poros sungai untuk
menghindari adanya banjir yang melanda Kota Yogyakarta dan melewati Kali
Code. Jumlah penduduk yang digusur untuk pelebaran Kali Code adalah 15.000
penduduk (Tempo, 9 Januari 1982).
Perkampungan Kali Code Yogyakarta sebelum tahun 1980 terkenal
orang-orang yang dianggap memiliki pekerjaan menyimpang, seperti pencopet,
pencuri, perampok, dan termasuk pelacur. Yusuf Bilyarta Mangunwijaya atau
yang biasa disapa dengan nama Romo Mangun dan Willie Prasetya selaku
Kepada Desa Terban yang peduli dengan keberadaan masyarakat Kali Code
melakukan pembinaan dan pendampingan terhadap masyarakat dan lingkungan
Kali Code Yogyakarta (Guinness, 2009).
Kegiatan Pembinaan dan Pendampingan yang di pelopori oleh Romo
kampung hitam
kampung binaan, yang kemudian menjadi bagian dari Kota Yogyakarta, masuk
Kelurahan Terban. Pendampingan dan pembinaan yang dilakukan menyangkut
semua aspek kehidupan, mulai dari kebersihan tempat tinggal, kebersihan
lingkungan sehingga pembinaan hidup bermasyarakat, termasuk pendidikan dan
commit to user
pembuatan rumah-rumah layak huni di lingkungan Kali Code. Pembangunan yang
berlangsung sejak tahun 1983-1986 telah menjadi kompleks pemukiman di
pinggir Sungai Code atau lereng Ledok Gondolayu menjadi tertata bersih dan
rapi. Yusuf Bilyarta Mangunwijaya dan Lurah Terban Willie Prasetyo selaku
kepala desa mencoba memperjuangkan agar pemerintah mengurungkan niat untuk
melakukan penggusuran terhadap perkampungan Kali Code karena dianggap
sebagai perkampungan liar yang berada di sepanjang Kali Code (Lembaga
Penelitian SMERU,2002).
Pemerintah kota Yogyakarta melakukan penggusuran terhadap tanah
yang ditempati oleh masyarakat Kali Code karena keberadaannya yang
mengganggu tata kota Yogyakarta. Pemukiman Kali Code sebuah pemukiman
yang kumuh atau biasa disebut Slum. Pemukiman miskin atau sering disebut dengan istilah slum, keberadaannya di perkotaan dalam dunia ketiga terutama tidak dapat dihindarkan karena erat kaitanya dengan pertumbuhan penduduk yang
tinggi dan perkembangan aspek-aspek kehidupan diperkotaan yang menarik minat
penduduk yang tinggal di desa untuk berurbanisasi ke kota. Masyarakat dari desa
ke kota untuk mengadu nasib, sehingga timbulnya bangunan-bangunan liar secara
tergesa-gesa tanpa memperhatikan aspek sanitasi dan persyaratan lainya secara
tidak terkendali berkembang ke arah kehidupan yang kurang layak.
Pada dasarnya tidak ada masyarakat yang rela hidup di pinggir kali,
masyarakat sadar bahwa daerah-daerah itu bukanlah tempat pemukiman yang
lauak bagi kehidupannya. Masyarakat Kali Code terpaksa menerima nasib hidup
yang demikian karena tidak ada jalan lain. Masyarakat mengadu nasib dan untuk
itulah masyarakat bekerja keras mulai hidup dari bawah, tidak peduli apapun
tempat tinggalnya, pekerjaanya dan pergaulan hidupnya sehari-hari. Desakan
kesulitan hidup di desanya memaksa masyarakat mengadu untung di kota.
Arus penduduk ke kota tidak akan mereda karena adanya berbagai
kebutuhan dan kepentingan yang menyebabkan masyarakat harus
mendapatkannya di kota. Meningkatnya masyarakat ke kota juga akan
commit to user
masyarakat. Ditambah dengan biaya hidup berada di kota yang semakin besar dari
pada di desa. Maka dari itu, masyarakat perkampungan Kali Code berusaha untuk
meningkatkan kehidupannya. Rasionalisasi yang ditetapkan Pemerintah Kota
Yogyakarta yang juga dipelopori oleh Y.B Mangunwijaya meliputi tiga hal yaitu
manusia, ekonomi, dan lingkungan.
Pertama, Manusia dalam hal ini adalah masyarakat Kali Code sebagai
masyarakat yang memiliki kepribadian dan kemandirian dalam kehidupannya.
Kedua, ekonomi adalah adanya peningkatan kehidupan ekonomi masyarakat
melalui berbagai pembinaan kepda masyarakat Kali Code. Ketiga, lingkungan
dengan mewujudkan lingkungan perkampungan Kali Code menjadi rapi dan
teratur.
Rasionalisasi tersebut telah membuat perubahan di dalam masyarakat
Kali Code. Perubahan di perkampungan kali Code tidak hanya pada perubahan
fisik, melainkan juga perubahan kehidupan sosial budaya masyarakat. Perubahan
itu dapat dilihat dari bangunan rumah masyarakat yang semula terbuat dari seng,
-dan bambu. Perubahan juga terjadi dalam kehidupan sosial yang awalnya meliputi
pola kepemimpinan yang dipimpin oleh seorang yang dituakan dan berkarisma
berubah sesuai dengan otoritas pemerintahan yang dipimpin oleh ketua RT.
Kehidupan ekonomi masyarakat juga mengalami perubahan yang semula
memiliki pekerjaan menyimpang seperti perampok, pencopet, pemulung menjadi
pedagang, tukang parkir dan karyawan toko.
Masyarakat Kali Code semakin menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi
yang diupayakan melalui berbagai program tidak secara langsung dapat
menyelesaikan permasalahan sosial ekonomi yang dihadapi. Dibutuhkan suatu
proses transformasi dalam hubungan sosial, ekonomi, budaya dan politik
masyarakat. Perubahan struktur yang diharapkan adalah proses yang berlangsung
secara alamiah, yaitu siapa yang menghasilkan harus menikmati, begitu pula
sebaliknya yang menikmati haruslah yang menghasilkan. Proses ini diarahkan
commit to user
masyarakat (capacity building), karena proses transformasi harus digerakkan oleh
masyarakat sendiri (Sumadiningrat,1999).
Yayasan Pondok Rakyat mengembangkan kegiatan sosial ekonomi
rakyat Kali Code dengan memprioritaskan kegiatan melalui peningkatan kualitas
sumber daya manusia dan permodalan melalui kegiatan pelatihan. Pendekatan
yang dilakukan yaitu dengan pendekatan kelompok dalam usaha bersama, yang
dilakukan secara bertahap, terus menerus dan terpadu yang didasarkan pada
kemandirian yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong
masyarakat Kali Code sendiri.
Menerima penghargaaan The Aga Khan Award pada tahun 1992 yaitu sebuah penghargaan arsitektural yang digagas oleh Aga Khan IV pada tahun
1977. Penghargaan Aga Khan ditujukan untuk menandai dan menghargai konsep arsitektural yang mewadahi dalam jalur rancangan kontemporer, pemukiman,
pengembangan dan peningkatan lingkungan, restorasi, konservasi area dan pengembangan lingkungan. Aga Khan Award adalah sebuah penghargaan yang menilai dari segi bangunan, masyarakat sekitar, termasuk tim perancang, dan
semua pihak yang terlibat di dalam pembangunan tersebut. Aga Khan Award adalah sebuah penghargaan yang berarti untuk masyarakat perkampungan Kali
Code, perkampungan yang sebelumnya terkenal dengan sebutan perkampungan
kumuh mendapatkan sebuah penghargaan Internasional.
Berdasarkan keistimewaan dari perubahan-perubahan yang terjadi di Kali
Code, maka perlu adanya penelitian mengenai perubahan kondisi sosial budaya
masyarakat perkampungan Kali Code. Perkampungan yang sebelumnya dikenal
sangat baik dari masyarakat sekitarnya, bahkan mendapatkan penghargaan
internasional. Masyarakat Kali Code juga dapat merubah sebuah perkampungan
kumuh di sebuah bantaran sungai yang biasanya terkenal dengan masyarakat
pinggir kali menjadi sebuah perkampungan yang bersih, rapi dan mempunyai nilai
artistik dengan berbagai hiasan di setiap dinding rumah. Perubahan kehidupan
commit to user
perubahan mulai dari mata pencaharian, pendidikan, otoritas pemerintahan serta
sikap hidup masyarakat juga mengalami perubahan.
Hal-hal tersebut diatas pada gilirannya telah menyebabkan terjadinya
perubahan di dalam masyarakat Kali Code Yogyakarta, baik dalam bidang Sosial,
budaya masyarakat, termasuk perkembangan fisik daerah setempat. Dalam
perubahan itu tampak adanya dinamika yang menunjukan aktivitas dan peranan
dari masyarakat setempat dan seorang tokoh yang bernama Y.B Mangunwijaya
atau Romo Mangun. Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk
mengkaji lebih dalam mengenai perubahan sosial budaya masyarakat Kali Code
Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Kali Code Tahun
1980-B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah berdirinya masyarakat perkampungan Kali Code
Yogyakarta?
2. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosial budaya
masyarakat Kali Code tahun 1980-1992 ?
3. Bagaimana perubahan yang terjadi di dalam masyarakat Kali Code
tahun 1980-1992?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah:
1.Mengetahui sejarah berdirinya masyarakat perkampungan Kali Code
Yogyakarta
2.Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosial
commit to user
3.Mengetahui perubahan yang terjadi di dalam masyarakat Kali Code
tahun 1980-1992
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian tentang perubahan sosial
budaya masyarakat Kali Code adalah:
1. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya tentang perubahan sosial
budaya masyarakat Kali Code tahun 1980-1992
2. Sebagai salah satu karya ilmiah yang diharapkan dapat melengkapi
koleksi penelitian ilmiah di perpustakaan khususnya di lingkungan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Berguna bagi generasi muda pada umumnya dan mahasiswa pada
khususnya agar dapat mengambil hikmah dari peristiwa perubahan
sosial budaya yang terjadi di dalam masyarakat Kali Code tahun
1980-1992.
4. Memberikan sumbangan bagi dunia ilmu pengetahuan khususnya
tentang perubahan sosial budaya masyarakat Kali Code tahun
1980-1992
5. Sebagai bahan referensi bagi pemecahan masalah yang relevan
commit to user
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A.Tinjauan Pustaka
1. Perubahan sosial
Perubahan masyarakat pada abad ke 20 disebabkan oleh kemajuan
teknologi, yaitu kemajuan ilmu pengetahuan manusia. Kemajuan teknologi tidak
hanya hasil modifikasi ilmu pengetahuan tetapi mampu mengubah manusia dalam
berbagai aspek kehidupannya. Salah satu bentuk perubahan adalah perubahan
pada tataran norma dan proses pembentukan norma-norma baru, yang merupakan
inti usaha manusia dalam mempertahankan status sebagai mahkluk sosial.
Perubahan dapat menjadi suatu proses perpecahan dalam banyak bidang, sehingga
ada usaha untuk mengembalikan tatanan yang telah berubah sebelumnya menjadi
sebuah tatanan baru, yang lebih relevan dengan berbagai kebutuhan masyarakat
yang terbaru (Susanto,1983).
Semua perubahan yang sifatnya multi kompleks akan berakhir dalam
kondisi yang mengubah suatu tatanan baru, sebab kemampuan manusia menerima
berbagai bentuk perubahan juga berbeda. Perubahan akan mengubah nilai-nilai
baru namun tidak menutup kemungkinan ada individu yang tenggelam dalam arus
perubahan tanpa mampu melakukan adaptasi terhadap perubahan yang terjadi
(Susanto,1983).
a. Diskripsi Perubahan
Perubahan didefinisikan sebagai suatu proses yang mengakibatkan
keadaan sekarang berbeda dengan keadaan sebelumnya dan perubahan dapat
berupa kemunduran dan kemajuan. Masyarakat salah satunya didefinisikan
sebagai wadah dimana individu saling berhubungan dengan hukum dan budaya
untuk mencapai tujuan tertentu secara bersama-sama. Perubahan dalam
commit to user
terdapat di dalam masyarakat, baik pada sistem nilai, struktur atau sistem
perilakunya (Syani,1995). Dalam bahasa lain, proses perubahan masyarakat pada
dasarnya merupakan perubahan pola perilaku kehidupan dari seluruh
norma-norma sosial yang lama menjadi pola perilaku dan norma-norma sosial yang baru secara
seimbang, berkemajuan dan berkesinambungan. Konsekuensinya adalah pola-pola
kehidupan masyarakat lama yang dianggap sudah usang diganti dengan pola-pola
kehidupan baru yang sesuai dengan kebutuhan yang paling kontemporer.
Perubahan adalah variasi atau modifikasi dalam setiap aspek proses, pola, bentuk sosial serta setiap modifikasi pola antara hubungan yang mapan dan
mempunyai perilaku. Perubahan sosial terjadi pada berbagai tingkat kehidupan
manusia, mulai dari tingkat individu hingga kolektivitas individu. Perubahan
mencakup berbagai aspek yang terjadi pada setiap tingkat perubahan. Perubahan
sosial hanya dapat dipelajari pada satu tingkat tertentu dengan menggunakan
berbagai kawasan studi dan berbagai satuan analisis. Pada tingkat analisis
perubahan sosial pada masyarakat akan mewakili kawasan studi pada sistem
stratifikasi, struktur, demografi dan wakil unit studinya pada pendapatan,
kekuasaan, peranan sampai tingkat patologi (Leurer,2001).
Ada dua rumusan dalam perubahan sosial yaitu pertama sebagai
perbedaan keadaan pada masyarakat. Rumusan yang kedua sebagai proses
perkembangan unsur sosial budaya masyarakat dari waktu ke waktu yang
membawa perbedaan yang berarti dalam struktur dan fungsi masyarakat. Kedua
rumusan tersebut dibangun atas adanya perubahan yang berbeda yang terdapat
pada setiap unsur budaya, titik tolak tujuan dan kontinum waktu yang diambil dari
titik memulai sampai titik tujuan (Hendropuspito,1989)
Soekanto (2006) berpendapat bahwa setiap masyarakat selama hidupnya
pasti mengalami perubahan. Perubahan bagi masyarakat yang bersangkutan
maupun bagi orang luar yang menelaahnya dapat berupa perubahan-perubahan
yang tidak menarik dalam arti kurang mencolok. Ada pula perubahan-perubahan
perubahan-commit to user
perubahan yang lambat sekali, tetapi ada juga yang berjalan cepat. Perubahan bisa
berkaitan dengan:1) Nilai-nilai sosial; 2) Pola perilaku; 3) Organisasi; 4) Lembaga
Kemasyarakatan; 5) Lapisan masyarakat; 6) Kekuasaan, Wewenang dan lain-lain.
Perubahan sosial dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu perubahan yang
disengaja dan yang tidak disengaja (intended dan Unintended change). Perubahan
sosial yang disengaja adalah perubahan yang telah diketahui dan direncanakan
sebelumnya oleh para anggota masyarakat yang berperan sebagai pelopor
perubahan. Sedangkan perubahan sosial yang tidak direncanakan adalah
perubahan yang terjadi tanpa diketahui atau direncanakan sebelumnya oleh
anggota masyarakat (Soemardjan,1991).
Perubahan sosial tidak hanya diartikan sebagai suatu kemajuan atau
progress tetapi dapat berupa suatu kemunduran (regress). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Soekanto (mengutip simpulan Soemardjan,1991) bahwa
perubahan sosial sebagai perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan di
dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosial, termasuk di dalamnya
nilai-nilai sikap, pola perilaku antara kelompok dalam masyarakat. Tekanan
definisi tersebut terletak pada lembaga-lembaga kemasyarakatan sebagai
himpunan pokok manusia, yang kemudian mempengaruhi segi struktur
masyarakat. Jadi perubahan sosial dapat terjadi karena perbedaan keadaan di
antara sistem-sistem sosial dalam sebuah masyarakat (2006: 263).
Sedangkan mengenai konsep dasar perubahan sosial, Sztompka
(2007: 34).
Sedangkan menurut Soekanto (mengutip Leurer,1989) bahwa perubahan
sosial adalah perubahan-perubahan dalam hubungan sosial (social relationships)
atau perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) dalam hubungan sosial
commit to user
Setiap perubahan sosial yang ditempatkan sebagai realitas sosial maupun
tidak akan menyentuh tiga aspek unsur dasar yaitu manusia, waktu, dan tempat.
Dengan kata lain, setiap perubahan digerakkan oleh manusia, dalam unit waktu
dan lingkungan tertentu. Konsekuensinya adalah setiap kajian perubahan tidak
dapat mengabaikan aspek manusia, waktu dan tempat.
b. Proses Perubahan
Mengenai proses perubahan sosial, Berthan (1980) menyatakan bahwa
penyebarluasan gagasan, ide-ide, keyakinan maupun hasil-hasil budaya yang
suatu proses yang menyebarluaskan ciri khas suatu kebudayaan. Baik hasil dari
suatu perubahan atau menjadi awal dari perubahan. Proses penyebarluasan
berbagai perubahan dipengaruhi oleh inovasi, komunikasi, sistem sosial dan
waktu.
Proses penyebarluasan perubahan terkait dengan hal-hal seperti dibawah
ini antara lain:
1). Inovasi yaitu suatu ide baru, yang merupakan hasil ciptaan manusia
baik hasil ciptaan baru maupun hasil ciptaan yang sudah lama.
2). Komunikasi yaitu interaksi yang berlangsung sewaktu orang yang
satu mengkomunikasikan dan melontarkan suatu ide baru kepada
yang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung.
3). Sistem sosial yaitu individu bertindak dalam inovasi tertentu.
4). Unsur waktu yaitu berkaitan kemampuan seseorang untuk menerima
inovasi baru dengan mudah (Rogers & Shoemacher,1971).
Dalam proses perubahan di dalam masyarakat tidak selalu berjalan
dengan lancar karena ada hambatan-hambatan yang terjadi dalam masyarakat.
Setiap perubahan akan terkait dengan penerimaan masyarakat terhadap ide
tahap-commit to user
tahap tertentu yaitu penyadaran saat seseorang mengetahui adanya inovasi dan
pemahaman tentang bagaimana inovasi itu berfungsi. Selanjutnya adalah persuasi
yaitu tahap seseorang berkenan atau tidak dengan inovasi baru yang membawa
pilihan untuk menerima atau menolak inovasi sehingga pada akhirnya individu
harus menginformasikan dengan berbagai rasionalisasi keputusan yang diambil
dari proses perubahan.
c. Faktor- faktor penyebab perubahan
Sebuah ide perubahan dalam masyarakat akan memberikan respon yang
berbeda. Masyarakat pada umumnya ada yang menentang setiap ide perubahan,
menentang tipe-tipe perubahan tertentu saja atau sudah puas dengan keadaan yang
ada dengan beranggapan bahwa sumber perubahan tersebut tidak tepat
(Taneko,1900).
Berbagai respon masyarakat terhadap perubahan disebabkan oleh adanya
kekuatan yang bersaing dalam masyarakat yang sudah mapan kondisinya.
Perubahan di dalam masyarakat bersifat kompleks sehingga akan sulit dimaknai
oleh masyarakat secara luas. Faktor seperti rasa takut terhadap terjadinya
kegoyahan pada integritas kebudayaan yang ada, terutama individu-individu yang
ada di dalam masyarakat akan mempengaruhi respon masyarakat. Masyarakat
yang sudah mempunyai investigasi sosial yang tinggi, baik berupa status,
penghargaan atau nilai-nilai yang meletakkan pada posisi terhormat sehingga
prasangka yang buruk terhadap hal baru menjadi relevan karena berbagai bentuk
kepentingan.
Setiap perubahan dalam masyarakat ada penyebabnya, penyebab
perubahan menjadi daya gerak dari proses perubahan dalam suatu masyarakat
yang datang dari dua sumber yaitu dari dalam dan luar. Faktor-faktor yang
memengaruhi perubahan dari dalam adalah ide, gagasan serta keyakinan,
sedangkan faktor yang dari luar seperti usaha yang dilakukan masyarakat sendiri
karena tidak puas dengan apa yang terjadi di masyarakat, pengaruh dari
commit to user
Proses perubahan dalam masyarakat dapat menjadi stimulus yaitu
adanya daya gerak yang berwujud gagasan, ide, atau keyakinan dan hasil budaya
yang bersifat fisik. Menurut Berthan bahwa awal dari perubahan adalah
komunikasi, maka proses informasi disampaikan dari individu satu kepada
individu yang lain (1980). Komunikasi dan informasi tersebut adalah gagasan,
ide-ide, keyakinan maupun hasil budaya yang berupa fisik, sedangkan stimulan
yang datang dari luar dipengaruhi oleh perubahan di lingkungan pergaulan dan
peradaban yang lain.
Menurut Taneko (mengutip pendapat Slamet,2002) bahwa kekuatan yang
mempengaruhi perubahan antara lain adalah kekuatan pendorong (motivasional
forces), keniscayaan di dalam masyarakat, dan berbagai metode dan teknologi yang baru. Kekuatan pendorong (motivasional forces) adalah sebuah kekuatan
yang terdapat dalam masyarakat dan bersifat mendorong manusia untuk berubah.
Tanpa adanya kekuatan pendorong manusia akan mempunyai keengganan untuk
berubah. Kekuatan pendorong berasal dari segala aspek situasi yang merangsang
kemauan untuk melakukan perubahan dan kekuatan. Kekuatan pendorong berasal
dari:
1). Ketidakpuasan terhadap situasi yang ada, karena keinginan untuk
mendapatkan situasi yang lain.
2). Adanya pengetahuan tentang perbedaan antara yang ada dan yang
seharusnya bisa ada
3). Adanya tekanan dari luar seperti kompetisi atau keharusan untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di luar
4). Kebutuhan dari dalam masyarakat untuk mencapai efesiensi dan
peningkatan, misalnya produktifitas (1990).
Kekuatan dari faktor pendorong perubahan dalam masyarakat dapat
berupa usaha dari masyarakat sendiri untuk melakukan perubahan atau perubahan
merupakan keniscayaan di dalam masyarakat. Perubahan yang merupakan
commit to user
menghasilkan ketidakpuasan terhadap keadaan yang sekarang. Kondisi tersebut
disebabkan nilai-nilai, norma-norma sosial, pengetahuan dan teknologi yang
sekarang dianggap tidak sesuai lagi dengan tuntutan kehidupan masyarakat atau
karena dianggap tidak mampu memenuhi berbagai kepentingan yang semakin
kompleks dan serba tidak terbatas. Dalam kondisi seperti ini, masyarakat cepat
atau lambat akan berubah untuk mencari formulasi baru terkait dengan berbagai
kebutuhan baru. Kebutuhan baru akan didukung dengan fakta bahwa masyarakat
menemukan berbagai metode dan teknologi atau sarana baru yang dianggap sesuai
dengan kebutuhan masa sekarang dan masa yang akan datang. Berbagai hal yang
sifatnya baru pada akhirnya menjadi penyebab terganggunya keseimbangan atau
tidak adanya sinkronisasi. Terganggunya keseimbangan dengan sendirinya akan
mengakibatkan ketegangan dalam tubuh masyarakat.
Secara umum, ketegangan yang terjadi di masyarakat karena perpaduan
antara penemuan baru (invention) dengan pertumbuhan penduduk (population)
dan kebudayaan (culture). Faktor penemuan baru adalah hasil gagasan baru yang
merupakan rangkaian penciptaan individu dalam masyarakat dengan bersandar
pada tujuan dan kehendak tertentu. Sedangkan penemuan terbaru merupakan hasil
ciptaan dari sebuah proses sebelumnya yaitu penemuan dari suatu unsur baru,
yang diciptakan oleh individu dalam masyarakat (discovery). Penemuan baru
dalam bentuk immaterial yaitu berupa pola ekonomi baru, yang dihasilkan dari
proses interaksi dengan budaya lain atau karakter budaya yang berbeda dengan
karakter budaya pada waktu sebelum terjadi perubahan. Sedangkan bentuk
material yang termanifestasi dalam bentuk benda, akan terkait dengan nilai guna
dalam kehidupan masyarakat. Beberapa faktor pendorong terhadap individu
dalam usaha mencari penemuan baru yaitu:
a) Kesadaran dari orang perorangan akan kekurangan dalam
kebudayaanya
b) Kualitas dari para ahli dalam suatu kebudayaan
commit to user
Perubahan masyarakat yang disebabkan oleh faktor pertumbuhan
penduduk yaitu perubahan masyarakat yang disebabkan oleh pertumbuhan dan
berkurangnya penduduk daerah tertentu. Pertumbuhan penduduk disebabkan oleh
adanya faktor yang membuat suatu wilayah mempunyai daya tarik secara
ekonomis dan geografis yang berdampak pada masuknya individu ke dalam suatu
lingkup masyarakat yang mempunyai suatu karakter kebudayaan. Konsekuensi
adanya proses tarik ulur antar karakter kebudayaan pada individu dalam
masyarakat maka berdampak pada kompleksnya masyarakat dengan berbagai latar
belakang sosial budaya yang berbeda-beda yang dapat merubah masyarakat pada
perilaku dan pola hubungan sosial yang individualis. Perubahan pada akhirnya
mampu meluas ke berbagai fragmen dalam masyarakat, baik fragmen hukum,
sosial dan politik. Perubahan yang diakibatkan oleh pertumbuhan masyarakat,
dapat mendorong perubahan pada bentuk dan hubungan sosial-kemasyarakatan
(Sumodiningrat,1999).
d.Tipe-tipe perubahan
Studi mengenai perubahan fungsi sosial dalam masyarakat, tidak dapat
mengabaikan tentang perubahan pada dimensi struktur masyarakat yang
bersangkutan karena masyarakat menjalankan fungsi selalu dalam struktur yang
sudah ada. Struktur sosial memilih aspek yang statis, hendaknya struktur sosial
tidak digambarkan sebagai sesuatu yang kaku. Struktur sosial merupakan suatu
komposisi dari semua unsur kemasyarakatan yang dikoordinasikan sehingga
seluruh unsur dapat menjalankan fungsinya yang telah ditentukan dan
menghasilkan jasa yang diinginkan. Unsur dalam struktur sosial adalah sistem
yang menempatkan warga masyarakat menurut status sosial dan peranan yang
sesuai, pola-pola kelakuan sosial, sistem nilai budaya yang menuntut jenjang
hirarki nilai yang berlaku bagi satuan budaya.
Pada dasarnya berbagai tuntutan perubahan diusahakan untuk berjalan
relatif stabil walaupun perubahan itu bersifat dinamis. Perubahan yang terjadi di
commit to user
pergeseran cara pandang individu terhadap struktur yang ada dalam masyarakat.
Di samping juga menurunya kemampuan struktur untuk mempertahankan nilai
guna pada masa silam karena harus dihadapkan pada dinamika tuntutan dan
dinamika masyarakat.
Perubahan pada pola kelakuan ketika struktur mengalami pergeseran
maka berbagai bentuk aktivitas yang menyertainya mengalami perubahan sesuai
dengan berbagai kelakuan baru dan relevan dengan perubahan yang terjadi.
Perubahan pada pola kelakuan juga akan menimpa nilai-nilai sosial yang berlaku
dalam masyarakat. Struktur, pola kelakuan dan nilai adalah unsur yang mutlak ada
dalam suatu masyarakat. Dinamika yang dialami oleh nilai-nilai sosial akan
menghasilkan pola kelakuan yang berbeda dan pada akhirnya dinamika akan
mampu mendinamisir struktur yang ada, selama struktur tidak mampu
mengadopsi berbagai hal yang dinamis (Hendropuspito,1989).
Ada beberapa jenis perubahan sosial, menurut Susanto jenis perubahan
sosial berupa evolusi sosial, mobilitas sosial, dan revolusi sosial. Pertama, yaitu
evolusi sosial merupakan perkembangan gradual karena adanya kerjasama
harmonis antar manusia dengan lingkunganya, dalam bentuk evolusi kosmis,
evolusi organis dan evolusi mental. Evolusi mental merupakan akibat dari adanya
perubahan teknologi (technical change) dan (culture change) perubahan
kebudayaan (1999).
Perubahan mempunyai kecepatan tidak sama karena interdependensi dan
relasi antara bagian yang berubah dengan yang tidak berubah. Kecepatan dari
perubahan akan menyinggung kemampuan masyarakat dalam mengelaborasi
perubahan dalam sistem (adaptif) atau kemudian melakukan penolakan terhadap perubahan yang sedang berjalan (non adaptif) dan kemampuan untuk
mengadaptasi perubahan tergantung pada elemen-elemen tertentu, yang terdapat
di dalam masyarakat. Menurut Bogardus (2004) bahwa kemampuan untuk
commit to user
1). Perubahan dari teknologi yang ada dan punya nilai guna dalam
masyarakat.
2). Pengisian waktu luang yang dilakukan oleh individu- individu.
3). Derajat pendidikan yang diperoleh anggota-anggota masyarakat.
4). Aktivitas dalam masyarakat.
5). Suasana rumah tangga.
6). Agama.
Mobilitas sosial adalah penyesuaian diri dengan keadaan yang
disebabkan adanya dorongan oleh keinginan manusia yang hidup dalam keadaan
lebih baik, serta pemanfaatan dari penemuan-penemuan baru. Pada umumnya
gerakan sosial terbentuk apabila ada konsep dalam mobilitas sosial tetapi tidak
mempunyai strategi yang jelas. Hal ini akan sangat terasa pada prosesi mobilitas
yang berlangsung dalam waktu yang relatif lama dan membawa implikasi pada
perubahan kepribadian di tingkat individu yang parah, ketidakstabilan dalam
masyarakat, adanya rangsangan dari pada perubahan yang nyata yang disebabkan
oleh perubahan yang menjadi slogan atau rangsangan yang tidak diwujudkan.
Perubahan secara cepat (revolusi) dalam suatu masyarakat dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu faktor disorganisasi dan reorganisasi. Faktor disorganisasi
lebih besar daripada faktor reorganisasi atau faktor-faktor adaptif lebih kecil
daripada faktor nonadaptif. Revolusi sosial terjadi apabila terdapat suatu
kegagalan dalam proses evolusi, tahapan puncak revolusi berangkat dari
kebutuhan akan harapan-harapan yang berubah. Pada revolusi sosial, terdapat
beberapa gejala yang digunakan sebagai indikator untuk melihat kemungkinan
terjadinya revolusi. Indikatornya antara lain, berupa frustasi sosial dan
peningkatan aktivitas politik (Susanto,1999).
Perubahan sosial adalah proses perkembangan unsur sosial budaya
commit to user
struktur dan fungsi masyaraka. Faktor-faktor yang memengaruhi perubahan dari
dalam adalah ide, gagasan serta keyakinan, sedangkan faktor yang dari luar seperti
usaha yang dilakukan masyarakat sendiri karena tidak puas dengan apa yang
terjadi di masyarakat, pengaruh dari masyarakat lain serta kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Awal dari perubahan adalah komunikasi, maka proses
informasi disampaikan dari individu satu kepada individu yang lain. Suatu
perubahan dapat berupa kemajuan dan dapat pula suatu kemunduran.
Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat Kali Code adalah
perubahan yang mencakup tiga unsur dasar yaitu manusia, waktu dan tempat.
Perubahan yang dapat mengubah suatu tatanan baru yaitu pada perilaku
masyarakat, pendidikan dan mata pencaharian masyarakat yang berubah secara
seimbang, berkemajuan dan berkesinambungan. Bentuk perubahan yang terjadi
adalah perbahan yang disengaja karena telah diketahui dan direncanakan oleh para
anggota masyarakat yang berperan sebagai pelopor.
2. Perubahan Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu
buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) yang berarti sebagai hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Akal adalah
kemampuan pikir manusia sebagai kodrat alami yang dimiliki manusia. Berpikir
adalah perbuatan operasional yang mendorong untuk aktif berbuat demi
kepentingan. Fungsi akal adalah untuk berfikir, kemampuan berfikir manusia
mempunyai fungsi mengingat kembali apa yang telah diketahui sebagai tugas
dasarnya untuk memecahkan masalah dan akhirnya membentuk tingkah laku.
Budi adalah akal yang merupakan unsur rohani dalam kebudayaan. Budi diartikan sebagai batin manusia, panduan akal dan perasaan yang dapat menimbang baik
commit to user
Kebudayaan diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture dalam bahasa Indonesia.
Menurut Koentjaraningrat (2002), ada dua katagori pengertian budaya
yaitu (a) dalam arti sempit yaitu merupakan karya dan hasil karya manusia yang
memenuhi hasrat akan keindahan, (b) dalam arti universal yaitu semua kegiatan
manusia atau seluruh total pikiran hasil karya manusia yang tidak berakar pada
nalurinya sehingga hanya bisa dicetuskan melalui proses belajar. Jadi budaya
dapat diartikan sebagai ide-ide, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan,
wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari hasil
karya manusia. Sistem kebudayaan meliputi religi atau agama, orang atau
kemasyarakatan, pengetahuan, bahasa, kesenian, mata pencaharian hidup serta
teknologi dan peralatan.
Berdasarkan konsep di atas, dapat disimpulkan karya manusia yang
memenuhi hasrat keindahan adalah kelestarian budaya suatu komunitas sangat
tergantung pada usaha individu membawa atau mengembangkan suatu
kebudayaan. Budaya dapat ditularkan melalui komunikasi antara bahasa satu
dengan bahasa yang lain oleh orang atau masyarakat penggunanya. Budaya dapat
dilestarikan melalui pembelajaran bahasa karena bahasa merupakan satu kesatuan
sistem dalam budaya.
Masyarakat adalah individu yang hidup bersama-sama dan menghasilkan
kebudayaan. Dalam masyarakat selalu memiliki kebudayaan dan sebaliknya tidak
ada kebudayaan tanpa adanya masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya.
Dalam masyarakat kebudayaan akan dikonstruksikan secara terus menerus,
dengan mencari relevansinya dengan berbagai kebutuhan yang ada dan
berkembang dalam masyarakat. Gambaran tentang arti pentingnya kebudayaan
dalam masyarakat ditegaskan oleh Melville J. Herkovits dan Bronislaw
commit to user
dimiliki oleh masyarakat tersebut
(http://duniabaca.com/definisi-budaya-pengertian-kebudayaa.html#definisi.12 Januari 2012)
Sedangkan Taylor mengartikan kebudayaan sebagai sesuatu hal yang
kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adat-istiadat dan kebiasaan yang didapatkan oleh individu sebagai anggota
masyarakat. Jadi, kebudayaan mencakup keseluruhan dari apa yang didapatkan
dan dipelajari oleh individu-individu dalam masyarakat (1974).
Kebudayaan diletakkan di atas unsur-unsur pokok dari kebudayaan yaitu
alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga dan sistem politik. Malinowski
bahkan menambahkan unsur-unsur pokok dalam setiap keadaan, yang berupa:
a. Sistem norma yang memungkinkan kerjasama antara para anggota
masyarakat agar masyarakat menguasai alam sekelilingnya.
b. Organisasi ekonomi
c. Alat-alat dan lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan,
lembaga-lembaga keluarga menjadi salah satu yang utama.
d. Organisasi kekuasaan
Sedangkan Kluckhon (1952) menambahkan konsepsi kebudayaan dengan
mengajukan kajian tentang Universal Catagories of Culture sebagai unsur kebudayaan yang mutlak ada pada setiap bingkai kebudayaan masyarakat. Tujuh
unsur kebudayaan yang ada dan dianggap sebagai Cultural Universal, yaitu:
1). Peralatan dan perlengkapan hidup manusia
2). Mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi
3). Sistem kemasyarakatan
4). Bahasa
5). Kesenian
6). Sistem pengetahuan
7). Sistem kepercayaan
Unsur-unsur kebudayaan tetap dipertahankan oleh masyarakat selama
commit to user
memenuhi berbagai kebutuhan yang ada dan berkembang di masyarakat. Apabila
kemampuan unsur-unsur yang ada sudah tidak sesuai dengan kebutuhan
masyarakat maka sistem dalam masyarakat akan menciptakan hal baru untuk
memenuhi kebutuhan yang ada (Soekanto,1986).
Setiap masyarakat mempunyai identitas kebudayaan, dan kebudayaan
sesuai dengan karakter masyarakat sehingga ada kejelasan bahwa setiap
masyarakat pada kurun waktu tertentu akan melahirkan berbagai bentuk
kebudayaan yang berbeda-beda. Setiap bingkai masyarakat akan mempunyai
kerangka nilai yang berbeda.
Titik tolak dari pembahasan ini adalah tentang pola dan proses perubahan
yang menempatkan subyek sebagai pengambil keputusan dalam berbagai
interaksi. Pengambilan keputusan merupakan proses memilih suatu rangkaian
tindakan dari dua atau lebih alternatif. Pengambilan keputusan adalah suatu
pendekatan yang sistematis terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan
fakta-fakta dan data, penentuan dari alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan
yang paling tepat dan cepat.
Tindakan untuk melakukan perubahan diambil melalui suatu keputusan
dan keputusan diambil untuk dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan yang
ditentukan. Oleh karena itu terdapat kekuatan yang selalu mempengaruhi suatu
keputusan yang diambil yaitu:
1). Dinamika Individu
Dinamika individu berkaitan dengan sikap dan tingkah laku yang
dilakukan seseorang dalam keadaan tertentu. Sikap dan tingkah laku dapat
diketahui melalui pandangan seseorang terhadap dirinya sendiri. Pandangan
seseorang terhadap dirinya sendiri biasanya merupakan sintesis dari aspirasi,
pendidikan, pengalaman dan penilaian orang sekelilingnya terhadap dirinya
commit to user
2). Dinamika LingkunganSemua kondisi dan pengaruh yang mengelilingi dan memengaruhi suatu
keputusan termasuk ke dalam kategori lingkungan. Setiap keputusan mempunyai
lingkungan sendiri yang khas. Dalam arti semua keputusan harus taat pada
tekanan-tekanan yang bersumber dari lingkungan. Suatu harapan bahwa
keputusan yang diambil dapat merubah lingkungan sebagai sebuah kekuatan yang
memengaruhi proses dan teknik pengambilan keputusan yang ada di masyarakat.
Pengambilan keputusan didasarkan pada satu skala prioritas yang rapi
dan berencana. Keputusan yang penting merupakan suatu sumber yang
menimbulkan reaksi berantai dan diikuti oleh keputusan-keputusan lain. Dengan
perkataan lain bahwa suatu keputusan merupakan suatu titik dalam mata rantai
waktu. Sekali keputusan diambil, segera timbul perubahan dalam lingkungan
keputusan tersebut.
Tindakan mempunyai arti atau bermakna, tindakan yang bermakna dan
penuh arti dapat ditemukan dalam paradigma definisi sosial (Sosial Definition
Paradigm). Tindakan individu yang mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya sendiri dan bisa diarahkan kepada orang lain. Tindakan dapat bersifat
membatin atau bersifat subjektif yang terjadi karena pengaruh positif dari situasi
tertentu. Dapat juga merupakan tindakan perulangan dengan sengaja sebagai
akibat dari pengaruh situasi yang serupa. Berupa persetujuan secara pasif dalam
situasi tertentu. Dalam mempelajari tindakan sosial adalah dengan metode
penafsiran dan pemahaman, yang menurut terminologi Weber adalah verstehen, yaitu suatu upaya untuk menginsterprestasikan tindakan si aktor dengan
memahami motif dan tindakan yang dilakukanya.
Salah satu teori yang sepenuhnya berawal dari karya Weber adalah teori
aksi (Action Teory). Asumsi-asumsi fundamental dari teori ini sebagaimana
dikemukakan oleh Hinkle dengan merujuk pada karya Mac Iver, Znaniecki dan
commit to user
a). Tindakan manusia muncul dari kesadaranya sendiri sebagai subjek
dan dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai objek.
b). Sebagai objek manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai
tujuan tertentu.
c). Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik, prosedur,metode
serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan
tersebut
d). Kelangsungan tindakan manusia hanya dapat diubah dengan
sendirinya
e). Manusia memilih, menilai dan mengevaluasi terhadap tindakan yang
akan, sedang dan yang telah dilakukan.
f). Ukuran-ukuran, aturan-aturan atau prinsip-prinsip moral diharapkan
timbul pada saat pengambilan keputusan
g). Studi mengenai hubungan sosial memerlukan pemakaian teknik
penemuan yang bersifat subyektif seperti metode verstehen, imajinasi, (vivarious experience) seakan-akan mengalami sendiri
(Ritzer, 1992).
Menurut Cooley, sesuatu yang mempunyai arti penting dalam kehidupan
ini merupakan pengakuan terhadap sikap aktif dan kreatif individu. Selain
kesadaran subjektif, perasaan-perasaan individual, sentimen dan ide-ide
merupakan faktor-faktor yang mendorong manusia untuk berinisiatif atau
mengakhiri tindakanya terhadap orang lain (Mulyana,2001).
Sedangkan menurut Parsons (seorang pengikut Weber yang
mengembangkan teori aksi) dijelaskan bahwa teori aksi tidak dapat menerangkan
keseluruhan aspek kehidupan sosial. Parsons menyusun skema unit-unit dasar
tindakan sosial dengan karakteristik sebagai berikut:
a). Adanya individu sebagai aktor
commit to user
c). Aktor mempunyai alternatif cara, alat serta teknik untuk mencapai
tujuan
d). Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat
membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan. Kendala tersebut
berupa situasi dan kondisi, sebagian ada yang tidak dapat dikendalikan
oleh individu
e). Aktor berada di bawah kendala dari nilai-nilai, norma-norma dan
berbagai ide abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan
menentukan tujuan (Ritzer,1992).
Aktor mengejar tujuan dalam situasi saat norma-norma mengarahkan
dalam memilih alternatif cara dan alat untuk mencapai tujuan. Norma-norma tidak
menetapkan pilihan terhadap cara atau alat tetapi ditentukan oleh kemampuan
voluntarism Volunterism adalah kemampuan individu melakukan tindakan dalam arti menetapkan cara atau alat dari sejumlah alternatif yang bersedia dalam rangka
mencapai tujuan. Berbagai tujuan yang hendak dicapai, kondisi serta norma serta
situasi penting yang semua membatasi kebebasan aktor. Dalam hal ini, aktor
adalah manusia yang aktif, kreatif dan evaluatif.
Perubahan budaya adalah suatu proses yang mengakibatkan keadaan
sekarang berbeda dengan keadaan sebelumnya dan perubahan ini berupa ide-ide,
nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan, wujud kebudayaan sebagai suatu
kompleks aktivitas kelakuan berpola dari hasil karya manusia. Sistem kebudayaan
meliputi religi atau agama, orang atau kemasyarakatan, pengetahuan, bahasa,
kesenian, mata pencaharian hidup serta teknologi dan peralatan yang dapat kearah
kemunduran maupun kemajuan. Perubahan budaya pada masyarakat Kali Code
adalah perubahan yang ditunjukan dari tindakan individu yang mempunyai makna
atau arti subjektif bagi dirinya sendiri dan bisa diarahkan kepada orang lain
commit to user
3. Masyarakat
sistematis antara lembaga-lembaga, kesopanan sosial dengan cita-cita, semuanya
merupakan kesatuan dari
proses-Summer berpendapat masyarakat merupakan proses saling mempengaruhi antara
kebutuhan-kebutuhan pribadi dengan unsur-unsur kehidupan bersama.
Masyarakat merupakan suatu realitas sosial yang terdiri dari in-group dan out-group atau we-out-group dan other-out-group (Nasution, 1983 : 52).
Menurut Soekanto (2 community adalah masyarakat yang
tinggal di suatu wilayah (geografis) dengan batas-batas tertentu, faktor utama
yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar di antara anggota
dibandingkan dengan interaksi dengan penduduk di luar bata
Masyarakat merupakan obyek studi dari disiplin ilmu sosiologi, oleh
karena itu masyarakat tidak hanya dipandang sebagai suatu kumpulan individu-
individu, melainkan suatu pergaulan hidup karena mereka cenderung hidup
bersama-sama dalam jangka waktu yang cukup lama. Beberapa ahli sependapat
dipandang sebagai suatu kumpulan individu atau penjumlahan dari
individu-individu. Masyarakat merupakan suatu sistem yang terbentuk karena hubungan
dari anggotanya. Dengan perkataan lain, masyarakat adalah suatu sistem yang
terwujud dari kehidupan bersama manusia, yang biasa disebut dengan sistem
Suatu pergaulan hidup manusia dalam masyarakat akan membentuk
ciri-ciri masyarakat. Masyarakat mempunyai ciri-ciri-ciri-ciri pokok yang akan menegaskan
kedua, bergaul selama jangka waktu cukup lama; ketiga adanya kesadaran, bahwa
setiap manusia m
Sedangkan menurut pernyataan Ahmadi (mengutip simpulan L. Gillin &
commit to user
mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama (1990:
220). Masyarakat itu meliputi pengelompokan-pengelompokan yang lebih kecil.
Masyarakat adalah kelompok manusia yang telah hidup dan bekerjasama cukup
lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan mengaggap diri mereka
sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu (Ahmadi,1990).
Masyarakat timbul dari setiap kumpulan individu, yang telah lama hidup dan
bekerja sama dalam waktu yang cukup lama. Kelompok manusia yang belum
terorganisasi mengalami proses yang fundamental yaitu: (1) adaptasi dan
organisasi dari tingkah laku dari para anggota, dan (2) timbul perasaan
berkelompok secara lambat laun.
Adanya sarana untuk berinteraksi menyebabkan suatu kolektif manusia
akan berinteraksi. Tidak semua kesatuan manusia yang bergaul dan berinteraksi
merupakan masyarakat, karena suatu masyarakat harus mempunyai satu ikatan
lain yang khusus, yaitu tingkah laku yang khas. Ikatan khusus yang membuat satu
kesatuan manusia menjadi suatu masyarakat yaitu:
1). Pola tingkah laku yang khas mengenai semua faktor kehidupanya
dalam batas kesatuan,
2). Pola itu harus bersifat mantap dan kontinyu, atau dengan kata lain pola
khas itu sudah menjadi adat-istiadat yang khas
3). Adanya rasa satu identitas di antara para warga atau anggotanya bahwa
mereka memang merupakan satu kesatuan khusus yang berbeda dari
kesatuan-kesatuan yang lain (Koentjaraningkrat,1983)
Masyarakat adalah suatu perwujudan kehidupan bersama manusia dan
berlangsung proses kehidupan sosial. Masyarakat dapat diartikan sebagai wadah
atau medan tempat berlangsung kehidupan warga masyarakat. Pendapat Richey
Planning for Teaching an Introduction to Education mengartikan masyarakat sebagai suatu kelompok manusia yang hidup bersama di
suatu wilayah dengan tata cara berpikir dan bertindak yang relatif. Ada