• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASOSIASI PENGETAHUAN MENGENAI ROKOK DENGAN SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASOSIASI PENGETAHUAN MENGENAI ROKOK DENGAN SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

i

ASOSIASI PENGETAHUAN MENGENAI ROKOK DENGAN SIKAP DAN

PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

ROCHIMA RIDHA HIDAYAH

G.0009192

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

2012

(2)

iii PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta,

Rochima Ridha Hidayah

NIM. G.0009192

(3)

ii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Asosiasi Pengetahuan Mengenai Rokok dengan Sikap

dan Perilaku Merokok pada Remaja

Rochima Ridha Hidayah, NIM: G.0009192, Tahun: 2012

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Pada Hari Senin, Tanggal 8 Oktober 2012

Pembimbing Utama

Nama : Ari Natalia Probandari, dr., MPH, PhD (...) NIP : 19751221 200501 2 001

Pembimbing Pendamping

Nama : Muthmainah, dr. (...) NIP : 19840707 200912 2 003

Penguji Utama

Nama :Prof. Bhisma Murti dr., MPH, M.Sc., PhD (...) NIP : 19551021 199412 1 001

Anggota Penguji

Nama : Sri Hartati, Dra., Apt., SU (...) NIP : 19490709 197903 2 001

Surakarta,

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM NIP 19660702 199802 2 001 NIP 19510601 197903 1 002

(4)

ABSTRAK

Rochima Ridha Hidayah, G0009192, 2012. Asosiasi Pengetahuan Mengenai Rokok dengan Sikap dan Perilaku Merokok pada Remaja. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Latar Belakang: Tingkat pengetahuan mengenai rokok dan bahayanya merupakan faktor yang mungkin mempengaruhi sikap dan perilaku merokok seorang individu. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menemukan bahwa, perilaku merokok lebih banyak dimulai pada usia remaja awal (11-15 tahun). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang rokok dan bahaya merokok dengan sikap terhadap rokok dan perilaku merokok pada remaja awal.

Metode Penelitian: Penelitian yang dilakukan dengan jenis observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan pada Bulan Maret 2012 pada 98 siswa-siswi SMP Negeri 01 Colomadu, Karanganyar. Teknik sampling pada penelitian ini menggunakan multi-stage cluster sampling. Pengambilan data dari sampel penelitian menggunakan kuesioner yang berisi tingkat pengetahuan tentang rokok dan bahaya merokok, sikap, dan perilaku merokok, yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Analisis data menggunakan Fisher Exact Test dan Chi-Square Test.

Hasil Penelitian: Didapatkan hubungan yang tidak signifikan secara statistik antara tingkat pengetahuan dengan sikap terhadap rokok (p = 0,509; OR = 1,86; Cl95% = 0,45-7,66). Tingkat pengetahuan meningkatkan resiko perilaku merokok di masa lalu sebesar 0,7 kali (p = 0366; OR = 1,50; Cl95% = 0,62-3,62), namun hasil tersebut tidak signifikan. Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku merokok saat ini (p = 0,311; OR = 4,23; Cl95% = 0,42-42,20) dan perilaku merokok di masa lalu (p = 0,366; OR = 1,50; Cl95% = 0,62-3,62), juga mendapatkan hasil yang tidak signifikan.

Simpulan Penelitian: Pengetahuan memiliki hubungan dengan sikap remaja terhadap rokok dan perilaku merokok pada remaja, namun hasil tersebut tidak signifikan secara statistik. Perlu penelitian lebih lanjut dengan disain yang lebih optimal untuk membuktikan asosiasi antara pengetahuan dengan sikap terhadap rokok dan perilaku merokok pada remaja.

(5)

ABSTRACT

Rochima Ridha Hidayah, G0009192, 2012. The Association of Knowledge on Cigarette with the Smoking Attitudes and Behavior in Adolescents. Mini Thesis. Medical Faculty Sebelas Maret University, Surakarta.

Background: The level of knowledge on smoking may influences the attitudes and behavior of smoking. A previous research found that, smoking behavior began in the early years of teenage (11-15 years old). This study aimed to determine the association between the level of knowledge about the dangers of smoking cigarettes and attitudes toward smoking and smoking behavior in early adolescence.

Methods: The study design was an observational analytic cross-sectional study which was conducted during March 2012 among 98 students of SMP Negeri 01 Colomadu, Karanganyar. Sampling technique in this study was multi-stage cluster sampling. We used a questionnaire to measure current knowledge on smoking and the dangers of smoking, attitudes, and smoking behavior, which had been tested validity and reliability. Data analysis used the Fisher Exact Test and Chi-Square Test.

Results: This study found no statistical significant relationship between the level of knowledge of the attitudes toward smoking (p = 0,509; OR = 1,86; Cl95% = 0,45-7,66). The level of knowledge increased the risk of smoking behavior in the past by 0,7 times (p = 0,366; OR = 1,50; Cl95% = 0,62-3,62), but not statistical significantly. There were no statistical significant relationship between the level of knowledge of the behavior of current smoking (p = 0,311; OR = 4,23; Cl95% = 0,42-42,20) and past smoking (p = 0,366; OR = 1,50; Cl95% = 0,62-3,62).

Conclusions: The knowledge has no statistical significant association with adolescent attitudes toward smoking and smoking behavior of adolescents. Further research with stronger study designs are needed to study the association between knowledge, attitude on smoking and smoking behavior among early teenagers.

(6)

vi PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan barokah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Asosiasi Pengetahuan Mengenai Rokok dengan Sikap dan Perilaku Merokok pada Remaja”.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu tugas yang harus diselesaikan untuk memenuhi kurikulum di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dan memenuhi syarat-syarat kesarjanaan pendidikan dokter di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulisan skripsi ini tidaklah dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu:

1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

2. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

3. Ari Natalia Probandari, dr., MPH., PhD, selaku Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan saran mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini.

4. Muthmainah, dr., selaku Pembimbing Pendamping yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan saran mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini.

5. Prof. Bhisma Murti dr., MPH, MSc., PhD, selaku Penguji Utama yang telah memberi saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. 6. Sri Hartati, Dra., Apt., SU, selaku Anggota Penguji yang telah

memberi saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

7. Udi Sasono, S.Pd, selaku Kepala Sekolah dan segenap staf yang telah membantu penulis dalam pengambilan data dan siswa-siswi SMP Negeri I Colomadu yang telah bersedia menjadi subjek penelitian. 8. Almarhum Ayah saya Muhammad Rosyid Ridho Asmuni, dr. Sp.A.,

yang telah memberikan kasih sayangnya selama ini, hingga saya selalu semangat untuk menyelesaikan naskah skripsi ini.

9. Ibu saya Aliyah Hidayati dan keempat kakak perempuan, Mbak Ika, Mbak Owik, Mbak Nuning, Mbak Himah, yang sangat saya cintai yang telah memberikan doa, bantuan, dan semangat yang begitu besar untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman dekat Nimfa, Krisma, dan Stefanny serta seluruh sahabat saya, yang tidak mampu saya sebut satu per satu di sini, terima kasih atas bantuan dan dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini disebabkan oleh keterbatasan waktu, tenaga, pengetahuan, dan fasilitas yang dimiliki penulis sehingga dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Surakarta,

(7)
(8)

viii

d. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok... 22 e. Dampak Perilaku Merokok……….. 26

F. Variabel Penelitian 43

G. Definisi Operasional Variabel 44

H. Rancangan Penelitian 47

I. Instrumen Penelitian 47

J. Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data 50

K. Teknik Analisis Data 50

BAB IV. HASIL PENELITIAN 51

A. Deskripsi Data Sampel 51

B. Deskripsi Pengetahuan Mengenai Rokok 52

C. Deskripsi Sikap Terhadap Rokok 53

D. Deskripsi Perilaku Merokok 54

E. Asosiasi Pengetahuan Tentang Rokok dan Bahaya Merokok

dengan Sikap dan Perilaku Merokok………. 55 1. Asosiasi Pengetahuan dengan Sikap terhadap Rokok…….… 55 2. Asosiasi Pengetahuan dengan Perilaku Merokok

(9)

ix

3. Asosiasi Pengetahuan dengan Perilaku Merokok

Saat Ini……….…... 57

4. Asosiasi Pengetahuan dengan Perilaku Merokok Selama Hidup………....…….. 59

BAB V. PEMBAHASAN………... 61

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN……….. 65

A. Simpulan………... 65

B. Saran………. 65

DAFTAR PUSTAKA………. 67 LAMPIRAN

(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Hasil Konsistensi Internal untuk Instrumen Pengukuran Variabel Pengetahuan tentang Rokok, dan Sikap Remaja terhadap Rokok………...……….. 50

Tabel 4.1 Deskripsi Data Sampel 53

Tabel 4.2 Deskripsi Tingkat Pengetahuan Mengenai Rokok 54 Tabel 4.3 Deskripsi Sikap terhadap Rokok 55

Tabel 4.4 Deskripsi Perilaku Merokok 56

Tabel 4.5 Hasil Analisis Fisher Exact Test Tingkat Pengetahuan tentang Rokok dan Bahayanya dengan Sikap terhadap

Rokok 58

Tabel 4.6 Hasil Analisis Chi-Square Tingkat Pengetahuan dengan

Perilaku Merokok Masa Lalu 59

Tabel 4.7 Hasil Analisis Fisher Exact Test Tingkat Pengetahuan

dengan Perilaku Merokok Saat Ini 61

Tabel 4.8 Hasil Analisis Fisher Exact Test Tingkat Pengetahuan

terhadap Perilaku Merokok Selama Hidup……….. 62

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Penelitian 40

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian 49

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

Lampiran 2. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Lampiran 3. Uji Analisis Data Penelitian

Lampiran 4. Surat Keterangan

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Saat ini banyak penyakit yang diderita tidak disebabkan oleh kuman atau bakteri, tetapi lebih disebabkan oleh kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat. Salah satu pola hidup yang tidak sehat tersebut adalah kebiasaan merokok.

Rokok atau tembakau merupakan golongan dari zat aditif karena dapat menimbulkan adiksi (ketagihan) dan dependensi (ketergantungan). Oleh karena itu, rokok termasuk dalam golongan NAZA (Narkotika, Alkohol, dan Zat Aditif). Rokok diketahui mengandung 4.000 bahan kimia yang berbahaya. Tembakau mengandung alkaloid yang beracun yaitu nikotin, nikotinin, nikotein, dan nikotelin (Sukendro, 2007). Di antara bahan kimia yang bersifat toksik adalah nikotin; karsinogenik nitrosamine yang bersumber dari nitrit, amine, protein, dan alkaloid dalam daun tembakau; karsinogenik polisiklik; hidrokarbon aromatic bersumber sewaktu pemrosesan tembakau; elemen radioaktif yang diadobsi dari udara dan tanah; logam-logam berat yang diperoleh dari tanah dan udara yang tercemar (Sitepoe, 2000).

(14)

menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang sekitarnya (Indri, 2007). Sehingga risiko yang ditimbulkan akibat rokok sesungguhnya tidak hanya mengenai perokok (aktif) saja tetapi juga orang-orang di sekitar perokok, yaitu orang yang tidak merokok tetapi harus menghirup asap rokok atau orang yang berada di sekitar perokok atau untuk selanjutnya dikatakan dengan perokok pasif.

Di negara berkembang merokok merupakan penyebab kematian terbanyak. Pada tahun 2001 sebanyak 26% dari 3320 kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit yang berkaitan dengan kebiasaan merokok (Sukendro, 2007). Menurut WHO (2008) Indonesia merupakan negara ketiga yang memilki populasi perokok terbesar di dunia setelah China dan India. Indonesia merupakan negara dengan proporsi penduduk laki-laki perokok kedua setelah Rusia. Dari data WHO, tingkat partisipasi remaja laki-laki di Indonesia relative tinggi yaitu 24,10% lebih tinggi dari rata-rata remaja dunia sebesar 21,44% (Rachmat, 2010).

(15)

terlihat, sehingga terkesan lebih tua dari usia yang sebenarnya (Fawzani, 2005).

Dengan mengetahui bahaya yang ditimbulkan oleh rokok dan dengan adanya kesadaran diri masing-masing individu dapat menurunkan tingkat mortalitas akibat rokok di masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rochmayani (2007), tingkat pendidikan responden sebagai faktor redisposing kebiasaan merokok sebagian besar adalah tamat SMP yaitu sebesar 69%. Sedangkan pengetahuan responden tentang bahaya rokok sebagian besar (55%) masuk dalam kategori baik.

Menurut Smet (1994) dalam Komasari (2000), menyatakan bahwa usia pertama kali merokok pada umumnya berkisar antara 11-13 tahun dan pada umumnya individu pada usia tersebut merokok sebelum berusia 18 tahun. Menurut Erickson (1968) dalam Komasari (2000), remaja mulai merokok berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial yang dialami pada masa perkembangannya yaitu masa ketika remaja sedang mencari jati dirinya.

(16)

merokok kurang jantan, karena pada masa SMP merupakan masa yang rawan dalam pergaulan. Pada tahun 2006, The Jakarta Global Youth Survey melaporkan lebih dari sepertiga pelajar (37%) biasa merokok. Anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan anak perempuan. Yang lebih mengejutkan lagi, tiga di antara sepuluh pelajar mengaku pertama kali merokok pada umur di bawah 10 tahun (Sukendro, 2007).

Menurut Surjanto (2005) dalam penelitian perilaku merokok pelajar SMP Surakarta tahun 2004, menunjukkan kekerapan merokok pelajar SMP di Surakarta sebesar 16%, berdasarkan jenis kelamin kekerapan merokok pelajar laki-laki 30,2% dan perempuan 3,1%. Usia pertama kali merokok di bawah 10 tahun sebesar 36,9%, pelajar paling banyak menghabiskan rokok kurang dari satu batang per hari 45,8% dan jumlah rokok yang dihisap lebih dari enam batang per hari sebesar 3,13% (Surjanto, 2005).

(17)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka permasalahan pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah ada asosiasi pengetahuan mengenai rokok dengan sikap dan perilaku merokok pada remaja?”

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk menilai pengetahuan remaja awal tentang rokok termasuk bahaya yang ditimbulkannya.

2. Untuk mengidentifikasi sikap dan perilaku merokok remaja.

3. Untuk menguji asosiasi tingkat pengetahuan mengenai rokok dengan sikap dan perilaku merokok pada remaja.

D. Manfaat Penelitian

(18)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengetahuan

a. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan adalah kecakapan mempertahankan dan memakai informasi, campuran pemahaman, pengalaman, ketajaman dan ketrampilan. Sifat pengetahuan bersandar pada cara berbeda seperti gagasan, persepsi, imajinasi, kenangan, pendapat,

(19)

abstraksi dan keputusan. Kriteria pusat pengetahuan dapat membedakan antara benar dan salah, logika (pemikiran deduktif), dan metode ilmiah (merumuskan dan menguji hipotesis). Dimana tujuan akhir dari pengetahuan tersebut adalah kebenaran (Darmawati, 2010).

b. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena itu dari pengalaman dan penelitian hahikatnya merupakan suatu perilaku yang didasari oleh pengetahuan, dan akan lebih menetap atau langgeng jika dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

(20)

harus mampu menjelaskan, memberikan contoh, dan menyimpulkan objek yang dipelajarinya (Notoatmodjo, 2005).

Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan dengan penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain. Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi tersebut, dan masih terkait satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja, di mana dapat menggambarkan (membuat bagan atau tabel), membedakan, memisahkan, mengklasifikasikan, dan berbagai hal lainya (Notoatmodjo, 2005).

(21)

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada sebelumnya (Notoatmodjo, 2005).

c. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan, yaitu tingkat pengetahuan baik bila skor 75%-100%, tingkat pengetahuan cukup bila skor 60%-75%, dan tingkat pengetahuan kurang bila skor kurang dari 60% (Notoatmodjo, 2003).

2. Rokok

a. Definisi Rokok

Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiona tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (PP No 19 Tahun 2003).

(22)

b. Kandungan Rokok

Dari data yang disebutkan WHO (2002) dalam Darmawati (2010), terdapat lebih dari 4000 bahan kimia berbahaya yang terkandung dalam rokok dan asap rokok, termasuk di antaranya yaitu nikotin, tar, dan karbonmonoksida, yang merupakan racun utama pada rokok dan berbagai jenis zat kimia lainnya. Beberapa zat kimia yang terkandung dalam rokok dan asap rokok antara lain: 1) Karbon Monoksida (CO)

Karbon monoksida (CO) adalah sejenis gas yang tidak memiliki bau. Yang dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon ketika merokok. Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok dapat mencapai 3–6%, gas ini dapat dihirup oleh siapa saja, baik oleh orang yang merokok atau orang yang berada didekat si perokok, atau orang yang berada dalam satu ruangan. Seseorang yang merokok hanya akan menghisap sepertiga bagian saja, yaitu arus yang tengah atau mid-stream, sedangkan arus pinggir (side – stream) akan tetap berada di luar. Selain itu perokok tidak akan menelan semua asap tetapi perokok menyemburkan asap tersebut pada udara sekitarnya.

2) Nikotin

(23)

piridin serta rasa terbakar, dan diperoleh dari tembakau atau diproduksi secara sintetis (Dorland, 2002). Nikotin adalah obat perangsang (stimulus drug) yang bisa memberikan rangsangan, ketagihan, perasaan senang sekaligus menenangkan (Fawzani, 2005). Nikotin yang terkandung di dalam asap rokok antara 0.5-3 ng, dan semuanya diserap, sehingga di dalam cairan darah atau plasma berkisar antara 40–50 ng/ml (Darmawati, 2010).

3) Tar

Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru (Fawzani, 2005). Dalam Dorland (2002), disebutkan bahwa tar adalah cairan kental, hitam, atau coklat gelap, yang diperoleh dengan memanggang kayu berbagai spesies pinus atau sebagai produk samping pada distalasi destruktif batu bara bituminosa.

Kadar tar pada rokok berkisar 0,5-35 mg per batang. Di Indonesia, kadar tar pada berbagai jenis rokok kretek sebesar 28,1-52,3 mg tar per batangnya (Darmawati, 2010).

4) Akrolein

(24)

alkohol. Artinya, akrolein ini adalah alkohol yang cairannya telah diambil (Darmawati, 2010).

5) Amoniak

Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan hydrogen. Zat ini berbau tajam dan sangat merangsang indra penciuman. Begitu kerasnya racun yang ada pada ammonia sehingga jika masuk sedikit pun ke dalam peredaran darah akan mengakibatkan seseorang pingsan atau koma (Darmawati, 2010).

6) Asam Format

Asam format merupakan sejenis cairan tidak berwarna yang bergerak bebas dan dapat membuat lepuh pada kulit. Cairan ini sangat tajam dan bau yang menusuk (Darmawati, 2010).

7) Formaldehid

Formaldehid adalah sejenis gas tidak berwarna dengan bau yang tajam. Gas ini umumnya digunakan sebagai pengawet dan pembasmi hama. Gas ini sangat beracun terhadap berbagai organisme (Darmawati, 2010).

8) Fenol

(25)

karena fenol ini terikat ke protein dan menghalangi aktifitas enzim (Darmawati, 2010).

9) Asetol

Asetol adalah hasil pemanasan aldehid, yaitu sejenis zat yang tidak berwarna yang bebas bergerak serta mudah menguap dengan alkohol (Darmawati, 2010).

10)Piridin

Piridin adalah sejenis cairan tidak berwarna dengan bau tajam. Zat ini dapat digunakan mengubah sifat alkohol sebagai pelarut dan pembunuh hama (Darmawati, 2010).

11)Metil Klorida

Metil klorida adalah campuran dari zat-zat bervalensi satu antara hydrogen dan karbon merupakan unsurnya yang utama. Zat ini adalah senyawa organik yang beracun (Darmawati, 2010).

12)Metanol

Metanol adalah sejenis cairan ringan yang mudah menguap dan mudah terbakar. Meminum atau menghisap metanol mengakibatkan kebutaan dan bahkan kematian (Darmawati, 2010).

13)Radikal Bebas

(26)

seperti hydrocarbon, nitrit oxide, hydrogen sianida, dan sebagainya (Darmawati, 2010). Radikal bebas adalah sekelompok bahan kimia baik berupa atom maupun molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan luarnya. Dapat juga diartikan sebagai suatu kelompok bahan kimia dengan reaksi jangka pendek yang memiliki satu atau lebih elektron bebas (Arief, 2007).

Komisi perdagangan Federal Amerika (Federal Trade Commission) telah melakukan pengujian terhadap asap yang dihasilkan oleh pembakaran rokok, didapati lebih dari 5000 zat kimia berbahaya yang 40 di antaranya bersifat karsinogenik dan berbagai jenis logam berat seperti Br, Cr, dan Sb yang bersifat toksik (Mulyaningsih, 2007). Penelitian serupa juga dilakukan di Indonesia oleh Mulyaningsih pada tahun 2007 terhadap lima jenis merek rokok kretek dan empat merek rokok filter yang beredar di Indonesia. Dari hasil penelitian terhadap 13 unsur logam berat yang terkandung dalam tembakau, filter bersih, kertas rokok, putung rokok, dan abu rokok. Unsur tersebut antara lain Na, K, Br, Co, Cr, Sr, Ta, Cs, La, Au, Fe, Sc dan Zn (Mulyaningsih, 2007). c. Jenis Rokok

(27)

filter pada pangkal rokok tersebut. Di mana pada jenis rokok kretek tidak terdapat filter yang berfungsi untuk mengurangi asap yang keluar dari rokok seperti yang terdapat pada rokok jenis filter (Susanna et al., 2003).

Ada beberapa jenis rokok yang dikenal di masyarakat yaitu rokok putih, rokok kretek, rokok kelembak atau rokok siong, rokok cerutu, rokok tingwe, dan rokok pipa. Rokok putih adalah rokok yang dibuat dari daun tembakau saja tanpa dicampuri bahan-bahan yang lain, sedangkan rokok kretek adalah rokok yang terbuat dari tembakau dan juga cengkeh. Rokok kelembak yaitu rokok yang terbuat dari tembakau yang dicampuri dengan kelembak. Rokok cerutu adalah rokok yang terbuat dari tembakau kering yang dirajang lebar disusun sedemikian rupa yang kemudian dibalut dengan daun tembakau, pembalut cerutu yang termasyur di seluruh dunia adalah daun tembakau deli. Rokok tingwe adalah rokok yang dibuat sendiri oleh perokok yang bahan bakunya dari tembakau rajangan kering dan biasanya dicampuri cengkeh rajangan, kelembak, dan terkadang juga kemeyan (Susanna et al., 2003).

(28)

toksisitas suatu zat ditentukan oleh besarnya paparan (dosis) dan lamanya pemaparan (Susanna et al., 2003).

3. Sikap

a. Definisi Sikap

Menurut Louise Thurstone (1928) dalam Azwar (2005) adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung dan memihak atau perasaan tidak mendukung atau memihak pada suatu obyek. b. Tingkatan Sikap

Tingkatan sikap dapat dibagi menjadi empat yaitu menerima, merespon, menghargai, dan bertanggung jawab. Menerima yang berarti subyek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan obyek. Merespon yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Menghargai yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. Bertanggung jawab yaitu bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala risiko (Notoatmodjo, 2003).

c. Ciri-ciri Sikap

(29)

tertentu terhadap suatu obyek yang dapat dirumuskan secara jelas, obyek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut, sikap mempunyai segi motivasi dan perasaan.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap subyek terhadap suatu obyek tertentu. Faktor-faktor tersebut antara lain yaitu pengalaman pribadi, pengaruh orang lain, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan agama, dan faktor emosional (Azwar, 2005).

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional (Azwar, 2005).

Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang dimiliki oleh orang lain yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut (Azwar, 2005).

(30)

yang memberi corak pengalaman individu masyarakatnya (Azwar, 2005).

Media massa juga mempengaruhi sikap individu terhadap suatu obyek. Hal tersebut terbukti dalam pemberitaan media massa, berita yang seharusnya disampaikan secara faktual disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya yang berakibat mempengaruhi sikap konsumennya (Azwar, 2005).

Lembaga pendidikan dan agama juga mempengaruhi sikap individu. Lembaga pendidikan dan agama sangat menentukan sistem kepercayaan, sehingga pada akhirnya sangat menentukan sikap individu terhadap suatu obyek. Kadang kala suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego (Azwar, 2005).

4. Perilaku Merokok a. Definisi Perilaku

Menurut Kartono (1987) dalam Perwitasari (2006), perilaku adalah suatu tindakan manusia yang dapat dilihat. Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu aktifitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu sendiri (Notoatmodjo, 2007).

(31)

yang bergizi secara teratur, berolahraga secara teratur, menghindari diet yang terlalu ketat, menghindari makanan tinggi lemak dan menghindari rokok. Namun, perilaku merokok sendiri sudah biasa dilakukan oleh masyarakat termasuk remaja (Perwitasari, 2006). b. Definisi Merokok

Merokok adalah menghirup asap dari pembakaran tembakau terbungkus dalam rokok, pipa, dan cerutu. Merokok kasual adalah tindakan merokok hanya sesekali, biasanya dalam situasi sosial atau untuk meredakan stress. Banyak ahli kesehatan sekarang menganggap kebiasaan merokok sebagai kecanduan psikologis dan juga konsekuensi kesehatan yang serius (Sari, 2008).

(32)

mengurangi ketegangan dan melupakan sejenak masalah yang sedang dihadapi.

Subanada (2004) dalam Deanarizki (2010) menyatakan, merokok adalah sebuah kebiasaan yang dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun dilain pihak dapat menimbulkan dampak buruk baik bagi si perokok itu sendiri maupun orang-orang disekitarnya.

c. Tipe Perokok

(33)

merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisilogis yang menyenangkan.

Menurut Silvan dan Tomkins (1991) dalam Mu’tadin (2002), ada empat tipe perilaku merokok berdasarkan Management of Affect Theory, yaitu tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif, perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif, perilaku merokok yang adiktif, perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan.

Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif dibagi menjadi 3 tahapan yaitu pleasure relaxation, stimulation to pick them up, dan pleasure of handling the cigarette. Pleasure relaxation adalah suatu kondisi di mana perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan. Stimulation to pick them up adalah suatu kondisi di mana perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan. Pleasure of handling the cigarette adalah suatu kondisi di mana kenikmatan yang diperoleh dari memegang rokok (Mu’tadin, 2002).

(34)

yang lebih tidak enak. Perokok yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan terjadi pada orang yang menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaannya, tetapi karena sudah menjadi kebiasaan (Mu’tadin, 2002).

d. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok

Menurut Lewin (1964) dalam Komasari dan Helmi (2000), perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan invidu. Perilaku merokok selain disebabkan faktor-faktor dari dalam diri juga disebabkan faktor lingkungan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Komasari dan Helmi (2000), menunjukkan bahwa ada tiga faktor penyebab perilaku merokok pada remaja yaitu kepuasaan psikologis, sikap pesimisif orang tua terhadap perilaku merokok pada usia remaja, dan pengaruh teman sebaya.

(35)

untuk mencontohnya. Perilaku merokok lebih banyak didapati pada anak yang tinggal dengan satu orang tua (single parent).

Semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok dan demikian juga sebaliknya. Ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu pertama remaja tersebut terpengaruh oleh teman-temannya atau remaja tersebut yang mempengaruhi teman-temannya. Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit dan kebosanan. Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada pada iklan tersebut (Mu’tadin, 2002).

(36)

modern dan berwibawa, sehingga bagi individu yang sering bergaul dengan orang lain, perilaku merokok sulit untuk dihindari.

Lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan, dan perhatian individu perokok. Seseorang akan berperilaku merokok dengan memperhatikan lingkungan sosialnya (Indra, 2007). Namun, berdasarkan hasil penelitian oleh Wulandari (2008), untuk melakukan suatu perilaku, juga diperlukan suatu keyakinan bahwa seseorang mampu melakukan perilaku tersebut (self efficacy). Individu yang memilki self efficacy yang tinggi akan menolak ajakan untuk merokok meskipun memiliki biaya yang cukup untuk membeli rokok.

(37)

Subanada (2004) dalam Deanerizki (2010), menyatakan faktor-faktor yang menyebabkan perilaku merokok yaitu faktor psikologis, faktor biologis, faktor lingkungan, dan faktor regulatori. Faktor psikologis mempunyai arti yaitu merokok dapat menjadi sebuah cara bagi individu untuk santai dan kesenangan, tekanan-tekanan teman sebaya, penampilan diri, sifat ingin tahu, stres, kebosanan dan ingin kelihatan gagah merupakan hal-hal yang dapat mengkontribusi mulainya merokok. Selain itu, individu dengan gangguan cemas bisa menggunakan rokok untuk menghilangkan kecemasan yang dialami.

Faktor biologis yang mungkin mengkontribusi perkembangan kecanduan nikotin adalah merasakan adanya efek bermanfaat dari nikotin (Deanerizki, 2010). Seperti halnya heroin dan kokain, nikotin juga memiliki karakteristik efek adiktif dan psikoaktif. Hal inilah yang menyebabkan mengapa para perokok walaupun sudah memiliki niat, masih sulit untuk berhenti merokok (Darmawati, 2010).

(38)

atau teman sebaya, hal ini mungkin karena mempengaruhi persepsi remaja terhadap penampilan dan manfaat rokok (Deanerizki, 2010).

Faktor regulatori, peningkatan harga jual atau diberlakukan cukai yang tinggi, akan menurunkan pembelian dan konsumsi. Pembatasan fasilitas untuk merokok, dengan menetapkan ruang atau daerah bebas rokok, diharapkan mengurangi konsumsi rokok. Tetapi kenyataannya, terdapat peningkatan kejadian mulai merokok pada remaja, walaupun telah dibuat usaha-usaha untuk mencegahnya (Deanerizki, 2010).

e. Dampak Merokok

Paparan asap rokok yang dialami terus-menerus pada orang dewasa yang sehat dapat menambah risiko terkena penyakit paru-paru dan penyakit jantung sebesar 20-30%. Merokok bukanlah suatu penyakit, tetapi dapat memicu suatu jenis penyakit sehingga dapat dikatakan merokok tidak menyebabkan kematian, tetapi dapat mendorong munculnya suatu jenis penyakit yang dapat mengakibatkan kematian (Riny, 2009).

(39)

menurunkan kapasitas darah sebagai pengangkut oksigen (Ganong, 2002).

Sel tubuh yang menderita kekurangan oksigen akan berusaha meningkat yaitu melalui kompensasi pembuluh darah dengan jalan vasokonstriksi atau spasme. Bila proses spasme berlangsung lama dan terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak dengan terjadinya proses arterioschlerosis atau penyempitan arteri. Cara menghisap rokok yang dalam, akan meningkatkan jumlah gas CO yang masuk ke dalam tubuh, sehingga mempertinggi risiko terjadinya penyakit kardiovaskular (Darmawati, 2010).

Tingginya kadar CO dalam tubuh akan menurunkan jumlah perfusi O2 dalam tubuh. Sebagai kompensasi maka akan terjadi pengurangan antaran O2 ke jaringan lain, misalnya kulit. Kulit yang terus-menerus kekurangan O2 ini akan rusak bahkan mati, sehingga memicu terjadinya penuaan dini (Darmawati, 2010).

(40)

Berbagai jenis penyakit yang dapat dipicu karena merokok antara lain neoplasma (kanker), penyakit saluran pernafasan, peningkatan tekanan darah, memperpendek umur, penurunan fertilitas (kesuburan) dan nafsu seksual, sakit maag, gondok, gangguan pembuluh darah, penghambatan pengeluaran air seni, amblyopia (penglihatan kabur), kulit menjadi kering, pucat, dan keriput, serta menyebabkan polusi udara dalam ruangan (sehingga menyebabkan iritasi mata, hidung, dan tenggorokan) (Sitepoe, 2000).

Menurut Gondodiputro (2007), ada beberapa penyakit yang disebabkan rokok yaitu penyakit pada susunan saraf pusat, penyakit kardiovaskuler, arteriosklerosis, tukak lambung dan tukak usus dua belas jari, efek terhadap bayi, efek terhadap otak dan daya ingat, impotensi, kanker, Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD), dan pengaruhnya dengan interaksi obat.

(41)

tembakau member stimulasi depresi ringan, gangguan daya tangkap, alam perasaan, alam pikiran, tingkah laku dan fungsi psikomotor (Gondodiputro, 2007).

Perokok akan merasakan kenikmatan, kecemasan berkurang, toleransi dan keterikatan fisik (Darmawati, 2010). Proses biologinya yaitu nikotin diterima reseptor asetilkolin-nikotinik yang kemudian membagi ke jalur imbalan dan jalur adrenergenik. Pada jalur imbalan, perokok akan merasakan nikmat, memacu sistem dopaminergik. Hasilnya perokok akan merasa lebih tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar. Di jalur adrenergik, zat ini akan mengaktifkan sistem adrenergik pada bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan sorotin. Meningkatnya sorotin menimbulkan rangsangan rasa senang sekaligus keinginan mencari rokok lagi. Hal inilah yang menyebabkan perokok sangat sulit meninggalkan rokok, karena sudah ketergantungan pada nikotin. Ketika perokok berhenti merokok rasa nikmat yang diperolehnya akan berkurang (Deanerizki, 2010).

(42)

pembuluh darah. Nikotin yang terkandung dalam asap tembakau akan merangsang hormon adrenalin yang akan menyebabkan perangsangan kerja jantung dan menyempitkan pembuluh darah. Proses penyempitan arteri koroner yang memperdarahi otot jantung menyebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan suplai, yang mengakibatkan ischemia atau kekurangan suplai oksigen pada otot jantung yang bermanifestasi pada gejala klinik berupa nyeri dada. Penyempitan yang berat atau penyumbatan satu atau lebih arteri koroner berakhir dengan kematian jaringan atau komplikasi dari infark miokard yaitu irama jantung yang tidak teratur dan jantung berhenti berkerja mendadak. Ischemia yang berat dapat menyebabkan otot jantung kehilangan kemampuannya untuk memompa sehingga terjadi pengumpulan cairan di jaringan tepi maupun penimbunan cairan di paru-paru (Gondodiputro, 2007).

(43)

kardiovaskular tersering adalah Penyakit Jantung Koroner (PJK) dengan komplikasi infark miokard akut, angina tidak stabil, dan berbagai kelainan akut lainnya (Fahri dan Yunus, 2009).

Arterioschlerosis adalah penebalan dan mengerasnya pembuluh darah, sehingga menyebabkan pembuluh darah kehilangan elastisitasnya. Arterioschlerosis dapat berakhir dengan penyumbatan yang disebabkan oleh gumpalan darah yang menyumbat pembuluh darah. Sekitar 10% dari 100 pasien yang menderita gangguan sirkulasi pada tungkai bawah (arterioschlerosis obliterans), 90% di antaranya adalah perokok (Gondodiputro, 2007).

Di dalam perut dan usus dua belas jari terjadi keseimbangan antara pengeluaran asam yang dapat mengganggu lambung dengan daya perlindungan. Tembakau meningkatkan asam lambung sehingga terjadilah tukak lambung dan usus dua belas jari (Gondodiputro, 2007). Menurut pendapat Harrison (1974) dalam Riny (2009), sakit maag atau gastritis banyak dijumpai pada orang yang merokok. Merokok mengakibatkan penurunan tekanan pada ujung bawah dan atas lambung sehingga mempercepat terjadinya sakit maag. Pencernaan protein terhambat bagi orang yang merokok (Sitepoe, 2000).

(44)

dan kematian mendadak pada bayi (Riny, 2009). Merokok pada wanita hamil juga mengganggu perkembangan kesehatan fisik maupun intelektual bayi dalam kandungan (Sitepoe, 2000). Pengaruh lingkungan asap tembakau dan kebiasaan ibu hamil merokok dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada anaknya bahkan sebelum anak dilahirkan. Bayi yang lahir dari wanita yang merokok selama hamil dan bayi yang hidup di lingkungan asap rokok mempunyai risiko kematian yang sama (Susanna et al, 2003).

Efek terhadap otak dan daya ingat diakibatkan oleh proses arterioschlerosis yaitu penyempitan dan penyumbatan aliran darah ke otak yang dapat merusak jaringan otak karena kekurangan oksigen. Dari hasil analisis, peneliti dari Neuropsychiatric Institute University of California, menemukan bahwa jumlah dan tingkat kepadatan sel yang digunakan untuk berpikir pada orang yang merokok jauh lebih rendah daripada orang yang tidak merokok (Gondodiputro, 2007).

(45)

penis, mengurangi aliran darah dan tekanan darah menuju penis. Efek ini meningkat bersama dengan lamanya penggunaan rokok.

Kejadian kanker akibat asap tembakau menyebabkan lebih dari 85% kanker paru-paru. Selain itu kanker akibat asap tembakau juga berhubungan dengan kanker mulut, faring, laring, esophagus, lambung, pankreas, saluran kencing, ginjal, ureter, kandung kemih, dan usus (Gondodiputro, 2007).

Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) diakibatkan karena kebiasaan merokok mengubah bentuk jaringan saluran nafas dan fungsi pembersih hilang, saluran membengkak dan menyempit. Seseorang yang menunjukkan gejala batuk berat selama paling kurang tiga bulan pada setiap tahun berjalan selama dua tahun, dinyatakan mengidap bronkitis kronik. Hal tersebut terjadi pada separuh perokok di atas umur 40 tahun (Gondodiputro, 2007). Pada paru, nikotin dapat menghambat aktifitas silia (Darmawati, 2010).

(46)

5. Remaja

a. Definisi Remaja

Menurut Hurlock (1999) dalam Indri (2007), secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua, melainkan berada dalam di dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa di mulai saat anak secara seksual matang dan berakhir saat anak mencapai usia matang secara hukum (Indri, 2007).

b. Tahapan Masa Remaja

Masa remaja terdiri dari masa remaja awal (10-14 tahun), masa remaja pertengahan (15-16 tahun), dan masa remaja akhir (17-19 tahun). Pada masa remaja banyak terjadi perubahan baik biologis, psikologis, maupun sosial, dan umumnya proses pematangan fisik terjadi lebih cepat dari pada proses pematangan kejiwaan (psikososial) (Hurlock, 1999).

(47)

untuk mulai menyesuaikan diri dan merasa lebih nyaman dengan perubahan fisik yang dialami. Emosi yang kuat dan perubahan suasana hati yang cepat adalah khas. Sedangkan pada remaja akhir (17-19 tahun), remaja mulai kurang mementingkan diri-sendiri dan mulai lebih mementingkan orang lain (Merenstein, 2007).

(48)

dalam memilih yang mana, peka atau peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, dan sebagainya (Indri, 2007).

Remaja Akhir terjadi pada usia 18-21 tahun. Tahap ini adalah masa mendekati kedewasaan yang ditandai dengan pencapaian minat yang semakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek, egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dan mendapatkan pengalaman-pengalaman baru, terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi, egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dan orang lain, dan tumbuh dinding pemisah antara diri sendiri dengan masyarakat umum (Indri, 2007).

c. Ciri-ciri masa remaja

Menurut Hurlock (1999) dalam Indri (2007) ciri-ciri masa remaja dibagi dalam beberapa periode yaitu masa remaja sebagai periode penting, masa remaja sebagai periode peralihan, masa remaja sebagai periode perubahan, masa remaja sebagai usia bermasalah, masa remaja sebagai periode penting, masa remaja sebagai masa mencari identitas, masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, masa remaja sebagai masa yang tidak realistis, dan masa remaja sebagai ambang masa dewasa.

(49)

dimana semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan pembentukan sikap, nilai, dan minat baru. Masa remaja sebagai periode peralihan yaitu keadaan dimana peralihan tidak berarti putus dengan atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya, tetapi peralihan merupakan perpindahan dari satu tahap perkembangan ke tahap perkembangan berikutnya, dengan demikian dapat diartikan bahwa apa yang terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekas pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang, serta mempengaruhi perilaku dan sikap yang baru pada tahap berikutnya (Indri, 2007).

Masa remaja sebagai periode perubahan yaitu masa dimana tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku pada masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Perubahan fisik yang terjadi dengan pesat diikuti dengan perubahan perilaku dan sikap yang juga pesat (Indri, 2007).

(50)

masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru-guru (Indri, 2007).

Pencarian identitas dimulai pada akhir masa kanak-kanak, penyesuaian diri dengan standar kelompok lebih penting daripada bersikap individualis. Penyesuaian diri dengan kelompok pada remaja awal masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Namun, lambat laun remaja mulai mendambakan identitas diri dengan kata lain ingin menjadi pribadi yang berbeda dengan yang lain (Indri, 2007).

Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan meliputi anggapan stereotype budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku ramaja yang normal (Indri, 2007).

(51)

Masa remaja sebagai ambang masa dewasa memperlihatkan keadaan dimana semakin mendekatnya usia kematangan, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotype belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa dirinya sudah hampir dewasa, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa yaitu merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan terlarang, dan terlibat dalam perbuatan seks. Remaja menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang diinginkan (Indri, 2007).

d. Perubahan sosial remaja

(52)

B. Kerangka Pemikiran

Keterangan : Hubungan yang diteliti

: Hubungan yang tidak diteliti

C. Hipotesis

Terdapat asosiasi tingkat pengetahuan mengenai rokok dengan Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Faktor psikologis a. Kebosanan b. Kecemasan c. Stres

Faktor Sosial-Budaya a. Keluarga

b. Masyarakat Faktor Demografi

a. Usia

b. Jenis Kelamin

(53)

41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, dimana variabel-variabel dinilai hanya satu kali saja dan diukur menurut keadaan atau statusnya pada saat dilakukan observasi. B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 01 Colomadu, Karanganyar.

C. Subyek Penelitian

1. Subyek dalam penelitian ini adalah remaja awal.

2. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Negeri 01 Colomadu, Karanganyar dengan jumlah 644 siswa.

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Negeri 01 Colomadu, Karanganyar kelas tujuh, delapan, dan sembilan. Dalam penelitian ini data atau sampel yang digunakan adalah semua sampel yang memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:

1. Kriteria Inklusi

a. Siswa-siswi yang tercatat di SMP Negeri 01 Colomadu, Karanganyar.

b. Usia remaja awal yaitu 12-15 tahun (Monks, 1999).

(54)

2. Kriteria Eksklusi

a. Siswa-siswi yang menderita penyakit saluran pernafasan. b. Siswa-siswi yang tidak bersedia berpartisipasi dalam penelitian. D. Besar sampel

Rumus penentuan besar sampel untuk hipotesis dua proporsi populasi atau relative risk yang biasa digunakan pada desain cohort dan desain cross sectional yaitu

n = (Z1-a/2 + Z1-b Po Qo Pa Qa )2 (Sastroasmoro, 1995)

(Pa-Po)2

= (1,96 + 0,842 )2

(0,07-0,30)2 = (1,96 . 0,549 + 0,842 . 0,524 )2

0,0529 = (1,076+ 0,4412)2

0,0529 = 2,3019 0,0529

= 44 (dengan pembulatan) Keterangan:

n : Jumlah sampel minimal kelompok kasus dan control.

(55)

Z1-b : Nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan kuasa (power) sebesar diinginkan (untuk b = 0,20 adalah 0,842).

Po : Proporsi paparan pada kelompok kontrol (tidak memiliki pengetahuan).

Pa : Proporsi paparan pada kelompok kasus (memiliki pengetahuan). Qo : 1-Po

Qa : 1-Pa

(Sastroasmoro, 1995)

Dari perhitungan dengan rumus penentuan besar sampel untuk hipotesis dua proporsi populasi atau relative risk didapatkan hasil 44 sampel untuk setiap proporsi populasi. Untuk penelitian total besar sampel adalah 88 sampel.

E. Teknik Sampling

Pengambilan sampel dilakukan secara multi-stage cluster sampling. Sampel dikelompokkan menjadi tiga yaitu siswa kelas tujuh, delapan, dan sembilan. Untuk setiap kelompok diambil kurang lebih 30 sampel secara acak dengan menggunakan daftar absensi, dimana 30 sampel tersebut telah memenuhi syarat kriteria inklusi dan eksklusi. F. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Pengetahuan mengenai rokok dan bahayanya. 2. Variabel terikat : Sikap dan Perilaku merokok remaja awal.

(56)

G. Definisi Operasional Variabel

1. Pengetahuan tentang rokok dan bahayanya adalah kemampuan dalam menerima dan memahami informasi mengenai rokok dan bahaya merokok yang dapat mempengaruhi remaja dalam bertindak. Pengetahuan yang diukur pada penelitian ini antara lain:

a. Pengetahuan tentang kandungan rokok, yaitu suatu informasi tentang kandungan rokok yang diketahui oleh remaja.

b. Pengetahuan mengenai bahaya merokok, yaitu suatu pemahaman ramaja menganai hal-hal yang dapat diakibatkan oleh aktifitas merokok.

Variabel ini merupakan variabel dengan skala kategorikal. Pengukuran variabel ini dilakukan dengan pemberian jawaban pada kuesioner nomer 1-9. Untuk pertanyaan dengan pengolahan data secara deskriptif yang tercermin pada kuisioner nomer 1, 2, 3, dan 9, maka penilaiannya berdasarkan persentase dari hasil jawaban keseluruhan responden. Untuk pertanyaan kuesioner dengan pengolahan data secara scorring yang tercermin pada kuesioner no 4-8, maka jawaban yang memiliki nilai positif akan diberi nilai 1 dan jawaban yang memiliki nilai negatif akan diberi nilai 0. Kemudian akan dilakukan pengelompokan menjadi 3 kelompok, yaitu:

(57)

b. Tingkat pengetahuan tentang rokok dan bahayanya yang tergolong sedang.

c. Tingkat pengetahuan tentang rokok dan bahayanya yang tergolong buruk.

2. Sikap remaja terhadap perilaku merokok adalah suatu bentuk reaksi perasaan yang berupa reaksi mendukung atau tidak mendukung terhadap perilaku merokok di sekitarnya. Cara pengukuran variabel ini dilakukan dengan pemberian jawaban pada kuesioner nomer 10-16. Untuk pertanyaan dengan pengolahan data secara deskriptif yang tercermin pada kuesioner nomer 15 dan 16, maka penilaiannya berdasarkan persentase dari hasil jawaban keseluruhan responden. Untuk pertanyaan kuesioner dengan pengolahan data secara scorring yang tercermin pada kuesioner no 10-14, maka jawaban yang memiliki nilai positif akan diberi nilai 1 dan jawaban yang memiliki nilai negatif akan diberi nilai 0. Kemudian akan dilakukan pengelompokan menjadi 2 kelompok, yaitu:

a. Sikap positif yaitu remaja yang mendukung perilaku merokok yang terjadi di sekitarnya.

b. Sikap negatif yaitu remaja yang menentang perilaku merokok yang terjadi di sekitarnya.

(58)

variasinya tidak menunjukkan urutan, setiap variasi berdiri sendiri-sendiri, variasi nilai berdasarkan kriteria kategori yang memberikan nilai ada atau tidaknya ciri-ciri tertentu. Cara pengukuran variabel ini dilakukan dengan pemberian jawaban pada kuesioner nomer 17-31. Seluruh pertanyaan tersebut akan dilakukan pengolahan data secara deskriptif, maka penilaiannya berdasarkan persentase dari hasil jawaban keseluruhan responden.

Pengukuran varibel ini dilakukan dengan mengelompokkan perilaku merokok menjadi tiga kelompok, yaitu:

a. Remaja yang pernah merokok, namun saat dilakukan penelitian tidak merokok.

b. Remaja yang saat ini merokok, sedikitnya satu batang tiap hari selama sekurang-kurangnya satu tahun.

c. Remaja yang tidak pernah merokok, remaja yang sama sekali belum pernah merokok.

Variabel ini juga digunakan untuk menilai faktor pendorong perilaku merokok, usia pertama kali merokok, tipe perokok berdasarkan intensitas merokok dan jumlah rokok yang dihisap, serta perilaku berhenti merokok.

(59)

H. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

I. Instrumen Penelitian

Alat dan bahan penelitian 1. Formulir Biodata

Berisi informasi pribadi subyek dan beberapa data yang digunakan sebagai kriteria eksklusi dan inklusi.

2. Kuesioner Penelitian

Kuesioner penelitian berisi tentang pertanyaan-pertanyaan mengenai pengetahuan tentang kandungan dan bahaya rokok, sikap terhadap rokok dan perilaku merokok pada remaja. Kuesioner ini telah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas pada 30 anak yang duduk di bangku SMP. Uji validitas yang dilakukan pada penelitian ini adalah

(60)
(61)

Tabel 3.1 Hasil konsistensi internal untuk instrumen pengukuran variabel pengetahuan tentang rokok, dan sikap remaja terhadap rokok.

(62)

J. Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data

1. Responden mengisi biodata yang berisi data pribadi dan status kesehatan.

2. Responden mengisi kuesioner pengetahuan tentang rokok untuk mengetahui tingkat pengetahuan subyek penelitian tentang kandungan rokok dan bahaya merokok.

3. Responden mengisi kuesioner mengenai sikap terhadap perilaku merokok untuk mengidentifikasi sikap remaja yang mendukung atau menentang perilaku merokok di sekitarnya.

4. Responden mengisi kuesioner perilaku merokok untuk mengidentifikasi perilaku merokok remaja, antara remaja yang pernah merokok, remaja yang saat ini merokok, dan remaja yang tidak pernah merokok.

5. Data yang diperoleh ditabulasikan dalam tabel, kemudian dilakukan proses checking atau cleaning.

6. Data yang diperoleh ditabulasikan dalam tabel di dalam program SPSS.

K. Teknik Analisis Data

(63)

51

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada tanggal 24 Maret 2012 telah dilakukan pengambilan data di SMP Negeri 1 Colomadu. Pengambilan data ini dilakukan pada 98 siswa yang terdiri dari siswa kelas tujuh, delapan, dan sembilan. Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan hasil sebagai berikut:

Pada Tabel 4.1 dipaparkan bahwa responden laki-laki lebih banyak dibandingkan responden perempuan dengan selisih perbedaan 2%. Sepertiga responden berada pada rentang usia 13 tahun. Responden terbanyak berasal dari kelas delapan dengan presentasi hampir 40%.

(64)

B. Deskripsi Tingkat Pengetahuan Mengenai Rokok

Tabel 4.2 Deskripsi Tingkat Pengetahuan Mengenai Rokok (n = 98)

Tingkat Pengetahuan Frekuensi %

Pelajaran tentang rokok dan bahayanya

Mendapatkan pelajaran 66 67,3

Belum pernah mendapatkan pelajaran 32 32,7

Jenis-jenis rokok

Mengetahui jenis rokok 85 86,7

Tidak mengetahui jenis rokok 13 13,3

Kandungan rokok

Mengetahui kandungan rokok 45 45,9

Tidak mengetahui kandungan rokok 53 54,1

Sumber Informasi tentang rokok

Orang tua, iklan, dan informasi dalam buku 5 5,1

Orang tua, iklan dan sumber lain 1 1,0

Teman, iklan, dan sumber lain 1 1,0

Iklan, informasi dalam buku, dan sumber lain 1 1,0 Orang tua, teman, iklan, dan informasi dalam buku 4 4,1

Orang tua, teman, iklan, dan sumber lain 1 1,0

Orang tua, teman, iklan, informasi dalam buku, dan

(65)

Pada Tabel 4.2 menunjukkan sebanyak 67,3% responden menyatakan telah mendapatkan materi terkait dengan rokok dari sekolah. Hal ini berarti sebagian besar responden telah terpapar pengetahuan tentang rokok dan bahaya merokok. Ada perbedaan yang besar antara jumlah responden yang mengetahui jenis rokok dan responden yang tidak mengetahui jenis rokok. Kurang lebih dua per tiga responden mengetahui berbagai jenis rokok. Responden yang tidak mengetahui kandungan rokok lebih banyak dibandingkan responden yang mengetahui kandungan rokok. Sumber informasi tentang rokok yang paling banyak berasal dari iklan rokok yaitu sebesar 29,6%.

C. Deskripsi Sikap terhadap Rokok

Tabel 4.3 Deskripsi Sikap Terhadap Rokok (n = 98)

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa seluruh responden setuju terhadap adanya larangan merokok di sekolah. Sebagian besar responden merasa terganggu dan menghindar apabila ada perokok yang berada di dekatnya. Dapat disimpulkan bahwa sebagian responden memiliki sikap yang positif Variabel kategorikal Jumlah Persentase (%)

Larangan merokok di sekolah

Terganggu, tapi tidak melakukan apa-apa 7 7,1

Terganggu dan menghindar 60 61,2

(66)

D. Deskripsi Perilaku Merokok

Tabel 4.4 Deskripsi Perilaku Merokok (n = 98)

Dari Tabel 4.4 diketahui bahwa responden yang sama sekali belum pernah merokok cukup tinggi yaitu 71,4% dari jumlah keseluruhan responden. Namun ada perbedaan besar antara persentase responden yang dulu pernah merokok dan saat ini merokok, masing-masing sebesar 28,6% dan 4,1%..

Berdasarkan dari data variabel pengetahuan yang diukur dengan skala kontinyu didapatkan rata-rata tingkat pegetahuan sebesar 60% yaitu bisa menjawab tiga dari lima pertanyaan. Rata-rata nilai sikap responden terhadap rokok sebesar 80% yaitu bisa menjawab empat dari lima pertanyaan.

E. Asosiasi Pengetahuan Mengenai Rokok dan Bahaya Merokok dengan

Sikap dan Perilaku Merokok

Pada penelitian ini pengetahuan dikategorikan menjadi tiga yaitu tingkat pengetahuan tinggi, sedang, dan rendah. Namun, berdasarkan hasil analisis dengan tiga kategori, didapatkan nilai observasi kecil yang

Variabel Jumlah Persentase (%)

(67)

menyebabkan expected count di bawah lima. Sehingga untuk analisis data tingkat pengetahuan rendah dan sedang dilakukan penggabungan kategori pengetahuan dengan nilai observasi yang kecil (pengetahuan rendah dan sedang), sehingga menjadi tabel 2x2.

1. Asosiasi Pengetahuan dengan Sikap terhadap Rokok

Pada analisis data untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap terhadap rokok, setelah dilakukan penggabungan kategori pengetahuan rendah dan sedang, masih didapatkan sel yang memiliki nilai perkiraan kurang dari lima. Oleh karena itu, analisis data menggunakan Chi-Square tidak dapat dilakukan, maka digunakan analisis dengan Fisher Exact Test. Hasil analisis tersebut disajikan dalam tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil Analisis Fisher Exact Test Tingkat Pengetahuan tentang Rokok dan Bahayanya dengan Sikap terhadap Rokok

Dari hubungan tingkat pengetahuan rokok dan bahayanya dengan sikap terhadap rokok didapatkan Odds Ratio (OR) adalah sebesar 1,86. Nilai Odds Ratio lebih dari satu menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan tentang rokok dan bahayanya merupakan faktor

(68)

risiko terbentuknya sikap terhadap rokok. Hal tersebut memiliki arti bahwa tingkat pengetahuan rendah dan sedang akan meningkatkan risiko sebesar 1,86 kali lebih tinggi dibandingkan tingkat pengetahuan tinggi dalam membentuk sikap positif terhadap rokok. Dari hasil analisis tersebut juga diketahui bahwa nilai Odds Ratio sebenarnya yang terdapat dalam populasi sasaran dengan kebenaran 95% berada pada kisaran 0,45 - 7,66. Artinya, tidak ada konsistensi bahwa pengetahuan tingkat rendah dan sedang akan meningkatkan kemungkinan untuk membentuk sikap terhadap rokok.

Nilai p didapatkan sebesar 0,509 yang berarti nilai p lebih besar dari a = 0,05, yang menunjukkan bahwa hasil tersebut tidak signifikan. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat asosiasi antara pengetahuan tentang rokok dan bahaya merokok dengan sikap terhadap rokok.

2. Asosiasi Pengetahuan dengan Perilaku Merokok Masa Lalu

Setelah dilakukan penggabungan kategori pengetahuan dengan nilai observasi kecil yaitu pengetahuan rendah dan sedang, sudah tidak didapatkan sel yang memiliki nilai estimasi di bawah lima. Oleh karena itu, analisis data dapat menggunakan uji statistik Chi-Square.

(69)

Tabel 4.6 Hasil Analisis Chi-Square Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Merokok Masa Lalu

Pada Tabel 4.6 didapatkan Odds Ratio (OR) adalah sebesar 1,50. Dapat diartikan bahwa tingkat pengetahuan merupakan faktor untuk terjadinya perilaku merokok di masa lalu. Pada hasil analisis data tersebut juga diketahui bahwa nilai Odds Ratio sebenarnya yang terdapat dalam populasi sasaran dengan kebenaran 95% berkisar antara 0,62 - 3,62. Hal ini menyatakan bahwa nilai OR tersebut tidak bermakna dalam populasi sasaran. Perhitungan nilai p mendapatkan hasil sebesar 0,366 dan yang berarti nilai p lebih besar dari nilai a = 0,05. Dapat disimpulkan bahwa terdapat asosiasi antara tingkat pengetahuan tentang rokok dan bahayanya dengan perilaku merokok di masa lalu, namun hasil tersebut tidak signifikan secara statistik.

3. Asosiasi Pengetahuan dengan Perilaku Merokok Saat Ini

Pada analisis data, setelah dilakukan penggabungan kategori pengetahuan sehingga didapatkan tabel 2x2, masih didapatkan nilai

(70)

perkiraan yang kurang dari lima. Sehingga penggunaan analisis data dengan Chi-Square tidak memungkinkan untuk dilakukan, maka digunakan uji statistik Fisher Exact Test yang disajikan pada tabel 4.7.

Tabel 4.7 Hasil Analisis Fisher Exact Test Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Merokok Saat Ini

(71)

4. Asosiasi Pengetahuan dengan Perilaku Merokok Selama Hidup

Analisis data Chi-Square dapat dilakukan pada penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku merokok selama hidup. Hal ini dikarenakan, setelah dilakukan penggabungan kategorik rendah dan sedang, sudah tidak didapatkan sel yang memiliki nilai perkiraan di bawah lima. Sehingga digunakan analisis dengan Chi Square Test yang telah ditampilkan pada tabel 4.8.

(72)
(73)

61 BAB V

PEMBAHASAN

Pengetahuan merupakan salah satu dasar dalam pembentukan sikap dan perilaku seorang individu. Pengetahuan dapat diperoleh dari lingkungan sosial, pendidikan, maupun dari media masa. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan sumber informasi mengenai rokok dan bahayanya yang paling tinggi berasal dari iklan rokok yaitu sebesar 29,6% . Hal ini menunjukkan bahwa media massa memiliki peran yang besar dalam membentuk sikap dan perilaku terhadap rokok.

Pada penelitian ini, batasan usia yang digunakan yaitu rentang usia 12-15 tahun, yang termasuk usia pelajar SMP di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan presentase remaja yang pernah merokok sebesar 28,6% sedangkan remaja yang saat ini merokok sebesar 4,1%. Hal tersebut sejalan dengan hasil yang didapatkan Global Youth Tobacco Survey (2006) yaitu sebanyak 37,3% pelajar SMP Indonesia pernah merokok dan sebanyak 12,6% pelajar SMP Indonesia adalah perokok. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi penurunan perilaku merokok pada usia remaja awal.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2010) pada kelompok usia 15-24 tahun diperoleh hasil usia pertama kali merokok yaitu rentang usia 5-9 tahun sebanyak 2,2%, rentang usia 10-14 tahun yaitu sebesar 29,3%, rentang usia 15-19 tahun yaitu sebesar 56,5% dan pada rentang usia 20-24 tahun sebesar 5,7%. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan, pada tahap usia remaja awal prosentase perilaku dulu pernah merokok lebih tinggi dibandingkan

Gambar

Tabel 4.1
Gambar 3.1
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari pengakuan tersebut, konselor menanyakan apa yang membuat klien kurang maksimal dan diperoleh hasil bahwa klien belum mampu menentukan prioritas selama

merupakan model pembelajaran yang berbasis proyek / kegiatan sebagai medianya. Untuk Proyek yang dikerjakan oleh siswa dapat berupa individu, berkelompok serta dapat

Khalayak merupakan sekumpulan orang dalam jumlah yang besar dan luas, bersifat heterogen, dan tidak saling mengenal satu sama lain. Khalayak dalam penelitian ini adalah

Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian dan pembahasan yang telah disajikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan hasil penelitian bahwa pengaruh penerapan

Di tahun ini bertaburan dengan berbagai film animasi diantaranya Legenda Buriswara, Nariswandi Piliang,Satria Nusantara yang kala itu masih menggunakan kamera

Kajian pengaruh kebijakan, rencana, dan program (KRP) pembangunan bidang Cipta Karya di Kota Sibolga dilakukan dengan melakukan pembobotan besaran pengaruh keterkaitan yang

Pengukuran produktivitas dilakukan guna mengetahui kemampuan atau tingkat pencapaian target yang dimiliki oleh setiap pelaku usaha, dalam hal ini penilaian