• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Perencanaan dan Perancangan Hotel Resort Di Bukit Patuk Gunungkidul Yang Mengangkat Kearifan Lokal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Konsep Perencanaan dan Perancangan Hotel Resort Di Bukit Patuk Gunungkidul Yang Mengangkat Kearifan Lokal"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

HOTEL RESORT DI BUKIT PATUK GUNUNGKIDUL

YANG MENGANGKAT KEARIFAN LOKAL

TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh:

THERESIA EMI RAHAYU

I 0208083

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

HOTEL

RESORT

DI BUKIT PATUK GUNUNGKIDUL

YANG MENGANGKAT KEARIFAN LOKAL

Disusun Oleh:

THERESIA EMI RAHAYU

I 0208083

Menyetujui, Surakarta, Juli 2012

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. HARDIYATI, MT Ir. M. ASRORI, MT

Mengesahkan,

Ketua Jurusan Arsitektur Ketua Prodi Arsitektur

Fakultas Teknik Fakultas Teknik

DR. Ir. M. MUQOFFA, MT KAHAR SUNOKO, ST, MT

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012

NIP. 19510602 198903 1 NIP. 19561209 198601 2

(3)

commit to user

Tugas Akhir ini dipersembahkan kepada: 1. Bapak dan Ibu yang selalu

mendoakan dan mendorong dengan semangat yang tak kunjung habis. 2. Mas Dodi, Mas Andi, dan Mbak

Lina yang selalu mendukung.

3. Mas Markus Sukarno Wibowo untuk semua doa, dukungan dan semangat.

(4)

commit to user

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Pengasih, atas segala limpahan berkah- Nya, sehingga penyusunan tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini dapat terselesaikan berkat bimbingan dan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. M. Muqoffa, MT. Selaku Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Kahar Sunoko, ST, MT. Selaku Ketua Prodi Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Ir. Hardiyati, MT. Selaku Pembimbing I atas bimbingannya dalam menyelesaikan tugas akhir.

4. Bapak Ir. M. Asrori, MT. Selaku Pembimbing II atas bimbingannya dalam menyelesaikan tugas akhir.

5. Bapak dan Ibu yang telah memberikan doa restu dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan lancar.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih banyak kekurangan. Namun demikian besar harapan penulis semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Surakarta, Juli 2012

(5)

commit to user DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR DIAGRAM... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Judul ... 1

B. Pengertian Judul... 1

C. Latar belakang. ... 2

D. Permasalahan. ... 3

E. Persoalan... 3

F. Tujuan ... 4

G. Sasaran ... 4

H. Batasan Pembahasan ... 4

I. Lingkup Pembahasan ... 5

J. Metode Pembahasan ... 5

K. Sistematika Pembahasan ... 6

BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Hotel ... 1

1. Fungsi Hotel ... 1

2. Karakteristik Hotel ... 1

(6)

commit to user

vi

C. Pengertian Hotel Resort ... 3

1. Karakteristik Hotel Resort ... 3

2. Prinsip Desain Hotel Resort ... 4

D. Tinjauan Pariwisata ... 5

E. Pariwisata DIY... 6

F. Karakteristik Sosial Budaya Kabupaten Gunungkidul ... 7

G. Tinjauan Kearifan Lokal ... 8

H. Kearifan Lokal di Kabupaten Gunungkidul yang Dapat Diaplikasikan Pada Desain ... 18

BAB III POTENSI WISATA PATUK, KABUPATEN GUNUNGKIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA A. Keadaan Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta ... 1

B. Iklim... 3

C. Kependudukan ... 3

D. Ketenagakerjaan ... 4

E. Desa Budaya ... 6

F. Pariwisata ... 7

G. Kondisi Geografis Kabupaten Gunungkidul ... 15

H. Potensi Wisata Kabupaten Gunungkidul ... 16

I. Tinjauan Interaksi Antara Masyarakat, Kepariwisataan, Kearifan Lokal Serta Kesenian yang Ada di Patuk Gunungkidul... 24

J. Paket Wisata yang Dapat Ditawarkan di Sekitar Patuk, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta ... 26

BAB IV ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL RESORT A. Analisis Umum ... 1

B. Analisis Pendekatan Konsep Perencanaan dan Perancangan ... 2

1. Analisis Pendekatan Kebutuhan Fasilitas ... 2

C. Organisasi Ruang dan Rencana Pola Peruangan ... 8

(7)

commit to user

E. Analisis Pola Kegiatan dan Hubungan dengan

Kebutuhan Ruang... ... 10

F. Analisis Perhitungan Besaran Ruang ... 17

G. Analisis Penentuan Lokasi Hotel Resort di Bukit Patuk Gunungkidul ... 20

H. Analisis Site ... 28

1. Analisis Pola Pencapaian ... 28

2. Analisis Sistem Sirkulasi Bangunan ... 31

3. Analisis Penzoningan ... 34

4. Analisis Tampilan Bangunan ... 37

5. Analisis Orientasi Bangunan ... 38

6. Analisis Bentuk Bangunan ... 40

7. Analisis Massa Bangunan... 42

8. Analisis Persyaratan Ruang ... 43

9. Analisis Sistem Struktur ... 46

10. Analisis Pengolahan Lansekap ... 49

11. Analisis Sistem Utilitas... 52

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERENCANAAN A. Konsep Umum... 1

B. Konsep Penentuan Site ... 1

C. Konsep Site ... 6

1. Konsep Pencapaian ... 6

2. Konsep Sistem Sirkulasi ... 8

3. Konsep View dan Orientasi ... 9

4. Konsep Noise ... 9

5. Konsep Faktor Klimatologis ... 10

D. Konsep Penampilan Bangunan ... 12

1. Konsep Tampilan Eksterior Bangunan ... 12

2. Konsep Tampilan Interior Bangunan ... 12

E. Konsep Orientasi Bangunan ... 12

F. Konsep Bentuk Bangunan ... 14

(8)

commit to user

viii

H. Konsep Persyaratan Ruang. ... 16

1. Konsep Pencahayaan ... 16

2. Konsep Penghawaan ... 17

3. Konsep Audio Visual ... 17

I. Konsep Sistem Struktur ... 17

1. Sub Struktur ... 17

2. Super Struktur ... 18

3. Upper Struktur ... 18

J. Konsep Pengolahan Lansekap... 18

K. Konsep Sistem Utilitas ... 20

1. Konsep Sistem Listrik... 20

2. Konsep Sistem Air Bersih ... 21

3. Konsep Sistem Drainase ... 20

4. Konsep Sistem Penanggulangan Kebakaran ... 23

5. Konsep Sistem Komunikasi ... 23

6. Konsep Sistem Penangkal Petir ... 23

7. Konsep Sistem Pembuangan Sampah ... 24

L. Konsep Peruangan ... 24

DAFTAR PUSTAKA

(9)

commit to user DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Penduduk DIY Berdasarkan Kelompok Umur... III-4 Tabel 2. Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke DIY Tahun 2006- 2010 ... III-8 Tabel 3. Jumlah tamu menginap pada hotel bintang di provinsi D.I.Yogyakarta Februari- April 2011 ... III-10 Tabel 4. Jumlah tamu menginap pada hotel non- bintang/ akomodasi lain di

Provinsi D.I.Yogyakarta Februari- April 2011... III-11 Tabel 5. Potensi, Problem, dan Prospek Struktur Ruang Kawasan

Patuk Gunungkidul... III-14 Tabel 6. Patuk Sebagai Kawasan Pariwisata... IV-1 Tabel 7. Patuk Sebagai Sebagai Daerah Dengan Potensi Kearifan Lokal

yang Masih Kental Sebagai Daya Tarik Pariwisata ... IV-2 Tabel 8. Patuk Sebagai Kawasan Pemukiman ... IV-2 Tabel 9. Pola Kegiatan dan Hubungan Ruang ... IV-9 Tabel 10. Data Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Kabupaten Gunungkidul

(10)

commit to user

x

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1. Penentuan Jenis Fasilitas Hotel Resort ... IV-4 Diagram 2. Fasilitas yang Dapat Disediakan Dalam Hotel Resort

Berdasarkan Motivasi ... IV-5 Diagram 3. Fasilitas yang Dapat Disediakan Dalam Hotel Resort

Berdasarkan Kebutuhan Lingkungan... IV-5 Diagram 4. Organisasi Ruang ... IV-8 Diagram 5. Struktur Organisasi ... IV-9 Diagram 6. Prosentase Wisatawan ... IV-16 Diagram 7. Sistem Sirkulasi Memusat ... IV-32 Diagram 8. Sistem Sirkulasi Jalur Tunggal ... IV-32

(11)

commit to user DAFTAR GAMBAR

Gb. II. 1. Rumah Tradisional Gunungkidul, Semanu ... II-10

Gb. II. 2. Aplikasi Batu Kapur ... II-10

Gb. II. 3. Jalan Setapak ... II-11

Gb. II. 4. Pecahan Batu Kapur Sebagai Material Jalan ... II-11

Gb. II. 5. Rumah Adat Sulawesi Tengah ... II-11

Gb. II. 6. Rumah Adat Suku Baduy ... II-12

Gb. II. 7. Hotel Saranam Eco Resort ... II-12

Gb. II. 8. Ladang Lahan Kering ... II-15

Gb. II. 9. Aplikasi Kearifan Lokal ... II-15

Gb. II. 10. Telaga Kyai Jonge ... II-16

Gb. II. 11. Dinding Telaga Dari Batu Kapur... II-16

Gb. II. 12. Puri Bunga Resort & Spa ... II-18

Gb. II. 13. Rumah Tradisional Gunungkidul ... II-19

Gb. II. 14. Fasad Bangunan ... II-19

Gb. II. 15. Pola Peruangan Pada Rumah Tradisional Gunungkidul ... II-19

Gb. III. 1. Peta Provinsi DIY... III-1

Gb. III. 2. Rumah Warga Semanu ... III-7

Gb. III. 3. Bentuk Atap Tradisional Gunungkidul ... III-7

Gb. III. 4. Peta Lokasi Tujuan Wisata DIY ... III-12

Gb. III. 5. Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Gunungkidul

(12)

commit to user

xii Gb. III. 6. Rest Area Bunder ... III-17

Gb. III. 7. Hutan Wanagama ... III-18

Gb. III. 8. Gunung Nglanggeran ... III-18

Gb. III. 9. Goa Karst Gunungkidul ... III-19

Gb. III. 10. Telaga Suling ... III-19

Gb. III. 11. Wayang Kulit... III-20

Gb. III. 12. Prajurit Kuda Kepang ... III-20

Gb. III. 13. Tayub ... III-21

Gb. III. 14 . Rinding Gumbeng ... III-21

Gb. III. 15. Makam Bupati Pontjodirdjo ... III-22

Gb. III. 16. Peta Wisata Kabupaten Gunungkidul ... III-23

Gb. III. 17. Peta Wisata Daerah Istimewa Yogyakarta,

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata 2007 ... III-26

Gb. III. 18. Peta Wisata Kabupaten Gunungkidul ... III-29

Gb. IV. 1. Peta Provinsi DIY ... IV-21

Gb. IV. 2. Lokasi Site ... IV-22

Gb. IV. 3. Ukuran Site ... IV-23

Gb. IV. 4. Batas- Batas Site ... IV-25

Gb. IV. 5. Kondisi kontur site dari sisi utara ... IV-25

Gb. IV. 6. Kondisi kontur site dari sisi selatan ... IV-26

Gb. IV. 7. Peta Bangunan Eksisting ... IV-26

Gb. IV. 8. Pola Pencahayaan ... IV-27

(13)

commit to user

Gb. IV. 10. Alternatif Peletakan Main Entrance ... IV-29

Gb. IV. 11. Alternatif Side Entrance ... IV-29

Gb. IV. 12. Lokasi ME (in) ... IV-30

Gb. IV. 13. Lokasi ME (out) ... IV-30

Gb. IV. 14. Lokasi SE (in dan out) ... IV-30

Gb. IV. 15. Alternatif Pencapaian ... IV-31

Gb. IV. 16. Sistem Sirkulasi Kendaraan ... IV-33

Gb. IV. 17. Sistem Sirkulasi di Dalam Site ... IV-34

Gb. IV. 18. Penzoningan Berdasarkan Noise ... IV-35

Gb. IV. 19. Hasil Penzoningan Berdasarkan Noise ... IV-35

Gb. IV. 20. Penzoningan Berdasarkan Faktor Klimatologis dan Geografis ... IV-36

Gb. IV. 21. Hasil Analisis Penzoningan ... IV-36

Gb. IV. 22. Aplikasi Batas Psikologis dan Penggunaan Material Bambu ... IV-38

Gb. IV. 23. View Dari Dalam Site ... IV-39

Gb. IV. 24. Analisis Orientasi Bangunan ... IV-40

Gb. IV. 25. Bangunan tradisional Gunungkidul ... IV-41

Gb. IV. 26. Kediaman Butet Kertaradjasa, karya Ir. Eko Prawoto ... IV-41

Gb. IV. 27. Rencana Bentuk Bangunan Hotel Resort ... IV-42

Gb. IV. 28. Pola peruangan pada rumah tradisional Gunungkidul ... IV-42

Gb. IV. 29. Peta Pencahayaan dan Ketersediaan Sumber Daya ... IV-43

Gb. IV. 30. Skema pendistribusian listrik. ... IV-44

Gb. IV. 31. Studio Djaduk Ferianto, Yogyakarta ... IV-44

(14)

commit to user

xiv Gb. IV. 33. Tanaman kalanjana ... IV-51

Gb. IV. 34. Peta Vegetasi ... IV-51

Gb. IV. 35. Vegetasi Sebagai Penahan Lapisan Tanah ... IV-51

Gb. IV. 36. Ketersediaan listrik di dalam site. ... IV-52

Gb. IV. 37. Skema Distribusi Listrik di Dalam Site ... IV-53

Gb. IV. 38. Kondisi jaringan pipa PDAM pada site. ... IV-55

Gb. IV. 39. Skema Pendistribusian Air bersih ... IV-56

Gb. IV. 40. Aliran air kotor pada site berdasarkan kontur di dalam site. ... IV-57

Gb. IV. 41. Skema alur drainase pada site. ... IV-57

Gb. IV. 42. Peta Hidrant dan Jalur Evakuasi ... IV-59

Gb. V. 1. Lokasi Tapak Terpilih ... V-1

Gb. V. 2. Site ... V-2

Gb. V. 3. Ukuran Site ... V-3

Gb. V. 4. Batas- Batas Site ... V-4

Gb. V. 5. Kondisi kontur site dari sisi utara ... V-5 Gb. V. 6. Kondisi kontur site dari sisi selatan ... V-5 Gb. V. 7. Lokasi ME (in) ... V-6 Gb. V. 8. Lokasi ME (out) ... V-7

Gb. V. 9. Lokasi SE (in dan out) ... V-7

Gb. V. 10. Konsep Pencapaian ... V-7

Gb. V. 11. Konsep Sistem Sirkulasi Kendaraan ... V-8

Gb. V. 12. Konsep Sistem Sirkulasi di Dalam Bangunan ... V-9

(15)

commit to user

Gb. V. 14. Konsep Penzoningan Berdasarkan Noise ... V-10

Gb. V. 15. Konsep Penzoningan Berdasarkan Faktor Klimatologis ... V-11

Gb. V. 16. Konsep Penzoningan Dalam Site ... V-11

Gb. V. 17. Konsep Orientasi Bangunan ... V-13

Gb. V. 18. Bangunan tradisional Gunungkidul ... V-14

Gb. V. 19. Kediaman Butet Kertaradjasa, karya Ir. Eko Prawoto ... V-15

Gb. V. 20. Rencana Bentuk Bangunan Hotel Resort ... V-15

Gb. V. 21. Pola Peruangan Rumah Tradisional Gunungkidul ... V-16

Gb. V. 22. Studio Djaduk Ferianto, Yogyakarta ... V-16

Gb. V. 23. Atap Rumah Tradisional Gunungkidul ... V-18

Gb. V. 24. Konsep Vegetasi ... V-19

Gb. V. 25. Konsep Vegetasi Sebagai Penahan Lapisan Tanah ... V-19

Gb. V. 26. Konsep Distribusi Listrik di Dalam Site ... V-21

Gb. V. 27. Konsep Pendistribusian Air Bersih ... V-22

(16)

commit to user

I- 1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Judul

Hotel Resort di Bukit Patuk Gunungkidul yang Mengangkat Kearifan Lokal.

B. Pengertian Judul

Hotel adalah suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan penginapan, berikut makan dan minum.1

Resort adalah suatu perubahan tempat tinggal untuk sementara bagi seseorang di luar tempat tinggalnya dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kesegaran jiwa dan raga serta hasrat ingin mengetahui sesuatu. Dapat juga dikaitkan dengan kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan olah raga, kesehatan, konvensi, keagamaan serta keperluan usaha lainnya.2

Patuk Gunungkidul merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Gunungkidul.

Dalam Kamus Inggris Indonesia John M. Echols dan Hassan Shadily, local berarti setempat, sedangkan wisdom (kearifan) sama dengan kebijaksanaan. Secara umum maka local wisdom (kearifan setempat) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.

1

Surat Keputusan Menteri Perhubungan R.I No. PM 10/PW – 301/Phb. 77, 12 Desember 1977

2

(17)

commit to user

Sehingga pengertian judul ‘Hotel Resort di Bukit Patuk Gunungkidul yang Mengangkat Kearifan Lokal’ adalah suatu fasilitas akomodasi penginapan sementara di Kabupaten Gunungkidul yang mengangkat kearifan setempat berupa gagasan- gagasan yang bersifat bijaksana dan diikuti oleh anggota masyarakat.

C. Latar belakang

Manusia ditakdirkan untuk memiliki hasrat atau keinginan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia terdiri dari kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer antara lain sandang, pangan, dan papan. Sedangkan kebutuhan sekunder yaitu kebutuhan akan kesehatan, pendidikan, rekreasi dan lain sebagainya.

Perkembangan perkotaan yang menuntut masyarakat untuk semakin mengembangkan potensinya menyebabkan tingkat kejenuhan dan stres meningkat. Selain itu situasi perkotaan yang identik dengan kemacetan dan tingkat polusi tinggi memicu penurunan kondisi fisik dan psikologis. Untuk mengatasi hal tersebut, pariwisata menjadi salah satu solusi untuk memulihkan kondisi fisik dan psikologis warga perkotaan dari segala kejenuhan di rutinitas sehari- hari. Tempat tujuan wisata yang dapat memberikan manfaat rekreasi dan relaksasi antara lain daerah pegunungan karena udaranya yang masih bersih, topografi unik dan pemandangan indah yang disuguhkan alam pegunungan dapat memberikan suasana menenangkan.

(18)

commit to user

I- 3

Wisata menjadi salah satu sumber pendapatan utama bagi daerah Kabupaten Gunungkidul karena wilayahnya yang kaya akan potensi wisata. Untuk itu perlu dibangun fasilitas- fasilitas yang dapat menunjang kegiatan wisata, seperti akses dan akomodasi yang memadai untuk menarik minat wisatawan agar datang berkunjung. Hotel resort dianggap sebagai salah satu sarana yang mampu mewadahi kebutuhan akan rekreasi dan relaksasi tersebut melalui berbagai fasilitas dan potensi alam yang tersedia di daerah pegunungan terutama di daerah Kabupaten Gunungkidul.

D. Permasalahan

Mewujudkan fasilitas akomodasi yang nyaman berupa hotel resort di Bukit Patuk Gunungkidul Yogyakarta, sebagai tempat beristirahat sambil rekreasi dan mendapat manfaat relaksasi dari suasana, kondisi alam berkontur ekstrim, potensi dan kearifan lokal pada ruang dan fisik fasilitas akomodasi tersebut.

E. Persoalan

1. Bagaimana mewujudkan suatu fasilitas akomodasi yang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan dan memberikan lapangan pekerjaan baru yang menampilkan kearifan lokal Gunungkidul.

2. Bagaimana menentukan tapak fasilitas akomodasi di Bukit Patuk Gunungkidul yang menjadikan elemen alam sebagai pendukung keberadaan fasilitas akomodasi tersebut dan dapat menampilkan kearifan setempat.

3. Bagaimana menciptakan kenyamanan dan memberikan sentuhan suasana alami dan kedaerahan ke dalam massa bangunan, ruang- ruang, dan hubungan antar ruang yang selaras dengan lingkungan di Gunungkidul.

(19)

commit to user

5. Bagaimana menentukan pemilihan sistem konstruksi dan material serta utilitas bangunan pada fasilitas akomodasi, yang sesuai dengan daerah pegunungan.

F. Tujuan

Menyusun konsep untuk fasilitas akomodasi penginapan berupa fasilitas akomodasi di Gunungkidul, sebagai fasilitas pendukung kegiatan pariwisata di kawasan Bukit Patuk Gunungkidul.

G. Sasaran

1. Mewujudkan suatu fasilitas akomodasi yang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan dan memberikan lapangan pekerjaan baru yang menampilkan kearifan lokal Gunungkidul.

2. Menentukan tapak fasilitas akomodasi di Bukit Patuk Gunungkidul yang menjadikan elemen alam sebagai pendukung keberadaan fasilitas akomodasi tersebut.

3. Menciptakan kenyamanan dan memberikan sentuhan suasana alami dan kedaerahan ke dalam massa bangunan, ruang- ruang, dan hubungan antar ruang yang selaras dengan lingkungan di Gunungkidul.

4. Memanfaatkan potensi tapak secara optimal, terutama bagi unit- unit hunian pada fasilitas akomodasi tersebut.

5. Menentukan pemilihan sistem konstruksi dan material serta utilitas bangunan pada fasilitas akomodasi, yang sesuai dengan daerah pegunungan.

H. Batasan Pembahasan

(20)

commit to user

I- 5

bangunan dan pendekatan studi kelayakan yang ada diharapkan dapat mewujudkan tujuan dan sasaran.

I. Lingkup Pembahasan

Lingkup pembahasan ditekankan pada disiplin ilmu arsitektur, hal- hal lain di luar bidang kearsitekturan jika dianggap masih ada kaitannya maka akan digunakan seperlunya dengan asumsi dan logika sederhana sebatas menunjang dan memberi kejelasan pada pembahasan bangunan dan fungsi fasilitas akomodasi yang direncanakan.

J. Metode Pembahasan

Metoda pembahasan dilakukan dengan menggunakan metoda analisa dengan proses pemikiran deduktif, untuk kemudian ditarik kesimpulan yang ideal, melalui tahap-tahap sebagai berikut :

§ Survey / Observasi

Pengamatan langsung pada objek sasaran secara fisik yaitu fasilitas akomodasi khususnya di Yogyakarta yang dilakukan di beberapa tempat di daerah Gunungkidul. Pengamatan tersebut meliputi studi kegiatan di dalam bangunan dengan mengamati kinerja pengguna serta sirkulasinya, untuk mendapatkan fakta dan fenomena.

§ Studi literatur

Dengan pengambilan informasi berupa sumber-sumber data tertulis dari beberapa buku referensi dan sumber lain seperti situs-situs internet yang terkait dengan judul. Data-data yang didapat dari study literature tersebut antara lain:

(21)

commit to user

- Data tentang Kabupaten Gunungkidul sebagai lokasi kawasan bangunan Hotel Resort beserta elemen pendukungnya.

- Data mengenai kearifan lokal § Study komparasi

Untuk lebih mendukung obyek pembahasan, dilakukan juga studi banding dari obyek yang memiliki latar belakang atau pendekatan konsep yang hampir sama dengan obyek perencanaan dan perancangan.

K. Sistematika Pembahasan

TAHAP I Pendahuluan

Pembahasan mengenai pengertian judul, latar belakang, permasalahan dan persoalan, tujuan dan sasaran, batasan dan lingkup pembahasan, dan metode pembahasan, serta sistematika pembahasan yang menjadi pedoman dan dasar dalam perancangan sebuah bangunan Hotel Resort di Bukit Patuk Gunungkidul.

TAHAP II Tinjauan Teori

Berisi ulasan informasi teori pendukung yaitu teori tentang perhotelan, pariwisata, dan teori arsitektur yang berhubungan dengan pendekatannya, serta studi banding bangunan lain yang berhubungan dengan obyek yang direncanakan.

TAHAP III Potensi Wisata Kabupaten Gunungkidul

(22)

commit to user

I- 7

TAHAP IV Analisis Perencanaan dan Perancangan Hotel Resort

Menganalisis permasalahan yang mencakup segala aspek yang nantinya merupakan pedoman untuk merencanakan dan merancang bentuk fisik bangunan Hotel Resort di Bukit Patuk Gunungkidul yang meliputi analisis pola kegiatan, kebutuhan ruang, besaran ruang, organisasi ruang, pola peruangan dalam bangunan lokasi, persyaratan ruang, pencapaian dan site.

TAHAP V Konsep Perencanaan dan Perancangan

(23)

commit to user BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Hotel

Hotel adalah suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan penginapan, berikut makan dan minum.1

Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).2

1. Fungsi hotel

Hotel sebagai fasilitas akomodasi yang menyediakan pelayanan jasa penginapan, penyedia makanan dan minuman serta fasilitas jasa lainnya dimana semua pelayanan itu diperuntukkan bagi masyarakat umum, baik mereka yang bermalam di hotel tersebut ataupun mereka yang hanya menggunakan fasilitas tertentu yang dimiliki hotel itu.

2. Karakteristik Hotel

Perbedaan antara hotel dengan industri lainnya adalah :

a. Industri hotel tergolong industri yang padat modal serta padat karya yang artinya dalam pengelolaannya memerlukan modal usaha yang besar dengan tenaga pekerja yang banyak pula.

b. Dipengaruhi oleh keadaan dan perubahan yang terjadi pada sektor ekonomi, politik, sosial, budaya, dan keamanan dimana hotel tersebut berada.

1

Surat Keputusan Menteri Perhubungan R.I No. PM 10/PW – 301/Phb. 77, tanggal 12 Desember 1977 2

(24)

commit to user

II- 2 c. Menghasilkan dan memasarkan produknya bersamaan dengan tempat

dimana jasa pelayanannya dihasilkan.

d. Beroperasi selama 24 jam sehari, tanpa adanya hari libur dalam pelayanan jasa terhadap pelanggan hotel dan masyarakat pada umumnya.

e. Memperlakukan pelanggan seperti raja selain juga memperlakukan pelanggan sebagai partner dalam usaha karena jasa pelayanan hotel sangat tergantung pada banyaknya pelanggan yang menggunakan fasilitas hotel tersebut.

B. Pengertian Resort

Resort adalah suatu perubahan tempat tinggal untuk sementara bagi seseorang di luar tempat tinggalnya dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kesegaran jiwa dan raga serta hasrat ingin mengetahui sesuatu. Dapat juga dikaitkan dengan kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan olah raga, kesehatan, konvensi, keagamaan serta keperluan usaha lainnya.3

Resort adalah tempat beristirahat, tempat untuk tetirah.4

Resort adalah tempat wisata atau rekreasi yang sering dikunjungi orang dimana pengunjung datang untuk menikmati potensi alamnya.5

Resort adalah sebuah kawasan yang terencana yang tidak hanya sekedar untuk menginap tetapi juga untuk istirahat dan rekreasi.6

3

Dirjen Pariwisata , Pariwisata Tanah air Indonesia, hal. 13, November, 1988 4

John M. Echols, Kamus Inggris-Indonesia, Gramedia, Jakarta, 1987 5

A.S. Hornby, Oxford Leaner’s Dictionary of Current English, Oxford University Press, 1974 6

(25)

commit to user

C. Pengertian Hotel Resort

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hotel resort merupakan hotel yang terletak dikawasan wisata yang menyediakan jasa penginapan, jasa makan dan minum serta jasa lainnya yang dikelola secara komersial. Umumnya terletak cukup jauh dari pusat kota dan secara total menyediakan fasilitas untuk berlibur, rekreasi dan olah raga. Umumnya tidak dapat dipisahkan dari kegiatan menginap bagi pengunjung yang berlibur dan menginginkan perubahan dari kegiatan sehari-hari.

1. Karakteristik Hotel Resort

Ada 4 (empat) karakteristik hotel resort sehingga dapat dibedakan menurut jenis hotel lainnya, yaitu:

a. Lokasi

Umumnya berlokasi di tempat-tempat berpemandangan indah, pegunungan, tepi pantai dan sebagainya, yang tidak dirusak oleh keramaian kota, lalu lintas yang padat dan bising, “Hutan Beton” dan polusi perkotaan. Pada hotel resort, kedekatan dengan atraksi utama dan berhubungan dengan kegiatan rekreasi merupakan tuntutan utama pasar dan akan berpengaruh pada harganya.

b. Fasilitas

(26)

commit to user

II- 4 c. Arsitektur dan Suasana

Wisatawan yang berkunjung ke hotel resort cenderung mencari akomodasi dengan arsitektur dan suasana yang khusus dan berbeda dengan jenis hotel lainnya. Wisatawan pengguna hotel resort cenderung memilih suasana yang nyaman dengan arsitektur yang mendukung tingkat kenyamanan dengan tidak meninggalkan citra yang bernuansa etnik.

d. Segmen Pasar

Sasaran yang ingin dijangkau adalah wisatawan yang ingin berlibur, bersenang-senang, menikmati pemandangan alam, pantai, gunung dan tempat-tempat lainnya yang memiliki panorama yang indah.

2. Prinsip Desain Hotel Resort

Penekanan perencanaan hotel yang diklasifikasikan sebagai hotel resort dengan tujuan rekreasi dan relaksasi adalah adanya kesatuan antara bangunan dengan lingkungan sekitarnya, sehingga dapat diciptakan harmonisasi yang selaras. Disamping itu perlu diperhatikan pula bahwa suatu tempat yang sifatnya rekreatif akan banyak dikunjungi wisatawan pada waktu-waktu tertentu, yaitu pada hari libur. Oleh karena itu untuk mempertahankan occupancy rate tetap tinggi, maka sangat perlu disediakan pula fasilitas yang dapat dipergunakan untuk fungsi non- rekreatif seperti ruang serbaguna yang dapat disewa oleh pengunjung untuk berbagai keperluan.

(27)

commit to user

merencanakan sebuah hotel resort perlu diperhatikan prinsip-prinsip desain sebagai berikut.

a. Kebutuhan dan persyaratan individu dalam melakukan kegiatan wisata. b. Pengalaman unik bagi wisatawan.

c. Menciptakan suatu citra wisata yang menarik.

D. Tinjauan Pariwisata

Pariwisata adalah suatu kegiatan berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi, pelancongan, turisme. Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu Pari yang berarti banyak, penuh, atau berputar- putar. Wisata yaitu perjalanan atau dalam bahasa inggris disebut travel. Jadi pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain.7

Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.8

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melihat karakteristik daerah tujuan wisata diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Sumber daya alam, kebudayaan dan manusianya, apakah memiliki karakteristik yang khas untuk dijadikan daerah tujuan wisata yang potensial atau tidak.

7

Drs. H. Idris Abdurachmat, M. Pd. Geografi Ekonomi, hal. 71, 1998 8

(28)

commit to user

II- 6 2. Aksesibilitas, ketersediaan sarana dan prasarana transportasi serta kemudahan

untuk menjangkau daerah wisata merupakan hal yang mutlak diperlukan dalam industri kepariwisataan.

3. Kestabilan politik dan keamanan serta kebijakan pemerintah yang mendukung kelancaran berjalannya industri pariwisata.

4. Akomodasi, sudah barang tentu keberadaan dan kenyamanan akomodasi ini menjadi faktor utama yang dilihat di tempat tujuan wisata sebelum kita melakukan wisata.

5. Pusat kesehatan (jaminan kesehatan), meskipun hanya sebagai fasilitas penunjang saja, akan tetapi fasilitas kesehatan ini sepertinya memang harus ikut diperhitungkan. Hal ini akan memberikan kenyamann tersendiri.

E. Pariwisata DIY

(29)

commit to user

F. Karakteristik Sosial Budaya Kabupaten Gunungkidul

Bentuk wilayah atau fisiografi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola kehidupan sosial budaya pada masyarakat. Unsur sosial budaya merupakan salah satu instrumen penting dalam pembangunan, hal ini terkait perencanaan, sasaran, dan capaian target kinerja pembangunan. Karakteristik sosial budaya masyarakat Gunungkidul adalah masyarakat tradisional yang masih memegang teguh budaya luhur warisan nenek moyang. Sehingga dalam melaksanakan pembangunan, pemerintah berupaya untuk mengadopsi karakteristik sosial budaya agar dapat berimprovisasi dengan kultur masyarakat yang ada.

Masyarakat Kabupaten Gunungkidul secara umum menggunakan bahasa lokal (bahasa jawa) dalam berkomunikasi, sementara bahasa nasional (bahasa Indonesia) secara resmi dipakai dalam lingkungan formal (kantor, pendidikan, fasilitas umum, dan lain-lain). Organisasi kesenian sebagai budaya yang terus dipupuk dan dilestarikan oleh masyarakat berjumlah 1.080 organisasi, dengan tokoh pemangku adat berjumlah 144 orang. Sementara itu desa budaya yang dikembangkan oleh pemerintah untuk menunjang kesejahteraan masyarakat sebanyak 10 desa budaya, cagar budaya yang dimiliki sebanyak 5 buah serta benda cagar budaya sejumlah 378 buah yang tersebar di wilayah Kabupaten Gunungkidul.

Bukit Patuk Gunungkidul terletak di perbatasan antara Kabupaten Gunungkidul dengan Kabupaten Bantul yang memiliki potensi wisata berupa pemandangan ke arah kota Yogyakarta dengan topografi khas pegunungan dengan kontur yang bervariasi, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang datang berkunjung.9

9

(30)

commit to user

II- 8

G. Tinjauan Kearifan Lokal

Lokalitas (locality) sebagai konsep umum berkaitan dengan tempat atau wilayah tertentu yang terbatas atau dibatasi oleh wilayah lain. Lokalitas mengasumsikan adanya sejumlah garis pembatas yang bersifat permanen, tegas, dan mutlak yang mengelilingi satu wilayah atau ruang tertentu. Dalam konsep politik, terutama yang berkaitan dengan kekuasaan dan penguasaan wilayah, lokalitas dengan sejumlah garis pembatas yang dimilikinya itu diandaikan pula seperti berhadapan dengan kepungan garis pembatas lain sebagai simbol atau representasi kekuasaan lain dalam posisi yang bisa bersifat arbitrer atau bisa juga dalam posisi yang saling mengancam.

Dalam konteks budaya, lokalitas bergerak dinamis, licin, dan lentur, meski kerap diandaikan tidak dapat dilepaskan dari komunitas kultural yang mendiaminya, termasuk di dalamnya persoalan etnisitas. Secara metaforis, ia merupakan wilayah yang masyarakatnya secara mandiri dan arbitrer bertindak sebagai pelaku dan pendukung kebudayaan tertentu. Atau komunitas itu mengklaim sebagai warga yang mendiami wilayah, dan pemilik- pendukung kebudayaan tertentu. Ia bergerak dalam sebuah komunitas dengan sejumlah sentimen, emosi, harapan, dan pandangan hidup yang direpresentasikan melalui kesamaan bahasa dan perilaku dalam tata kehidupan sehari-hari.

(31)

commit to user

tujuan, ke sekitarnya dalam konteks kekinian, berkaitan dengan kondisi dan berbagai fenomena yang sedang terjadi, atau bahkan ke segala arah yang menerabas lokalitas budaya yang lain.

Dalam hal itulah, lokalitas budaya tidak bisa direduksi dengan melakukan pembatasan melalui garis geografi atau politik. Bagaimanapun, lokalitas budaya tidak akan pernah sejalan dengan lokalitas dalam pengertian politik pemerintahan yang melihatnya sebagai persoalan kedaerahan dengan batas kewilayahan yang diasumsikan bersifat permanen, tegas, dan mutlak. Maka dalam pengertian politik itu, lokalitas budaya dimaknai sebagai budaya lokal yang lalu diperlakukan sebagai budaya daerah.(Maman S. Mahayana,2008)

Dalam pengertian kamus, kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua kata: kearifan (wisdom) dan lokal (local). Dalam Kamus Inggris Indonesia John M. Echols dan Hassan Syadily, local berarti setempat, sedangkan wisdom (kearifan) sama dengan kebijaksanaan. Secara umum maka local wisdom (kearifan setempat) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.

Dalam disiplin antropologi dikenal istilah local genius. Local genius ini merupakan istilah yang mula pertama dikenalkan oleh Quaritch Wales. Para antropolog membahas secara panjang lebar pengertian local genius ini (Ayatrohaedi, 1986). Antara lain Haryati Soebadio mengatakan bahwa local genius adalah juga cultural identity, identitas/kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa

(32)

commit to user

II- 10 local genius karena telah teruji kemampuannya untuk bertahan sampai sekarang.

Ciri-cirinya adalah:

1. Mampu bertahan terhadap budaya luar.

2. Memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar.

3. Mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli.

4. Mempunyai kemampuan mengendalikan.

5. Mampu memberi arah pada perkembangan budaya.

Sejak jaman dulu nenek moyang kita bangsa Indonesia telah terkenal dengan kebudayaannya yang tinggi. Diantara peninggalan kebudayaan mereka adalah bentuk-bentuk rumah tradisional yang terdapat di daerah-daerah Indonesia. Joglo merupakan bentuk rumah tradisional Jawa. Segi-segi artistik dan bersifat religius, mencerminkan perpaduan seni arsitektur dan nilai keagamaan. Sampai sekarang telah banyak mengalami perubahan dan perkembangan, namun masih tetap digemari. Di desa- desa tertentu seperti desa pantai selatan (Parangtritis), lantai- lantai rumah penduduk banyak disebut dari batu pasir. Dan di daerah Gunungkidul jogan rumah- rumah penduduk dibuat dari batu- batu kapur karena daerah tersebut memang mengandung kapur.

Gb. II. 1. Rumah Tradisional Gunungkidul, Semanu Gb. II. 2. Aplikasi Batu Kapur

(33)

commit to user

Seiring dengan perkembangan material bangunan, lantai rumah tradisional di Gunungkidul sudah diperkeras dengan menggunakan semen. Untuk penggunaan batu- batu kapur terbatas pada halaman dan jalan setapak.

Gb. II. 3. Jalan Setapak Gb. II. 4. Pecahan Batu Kapur Sebagai Material Jalan

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2012 Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2012

Di satu wilayah atap bangunan dibuat dari bahan terakota sementara di wilayah lain menggunakan sirap dari bahan alang- alang dan sejenisnya. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kepercayaan setempat maupun ketersediaan material alam di daerah tersebut.

Gb. II. 5. Rumah Adat Sulawesi Tengah

Sumber: rumahadat.blog.com

(34)

commit to user

II- 12 Gb. II. 6. Rumah Adat Suku Baduy

Sumber: rumahadat.blog.com

Sistem peruangan tidak hanya didasarkan pada efisiensi dan efektivitas penghuninya, akan tetapi berkait dengan sistem keyakinan dan religiusitas yang melingkupinya. Sistem peruangan ini sekali lagi menunjukkan kemampuan mensintesiskan antara realitas duniawi dan antikodrati, realitas fisik dan metafisik masyarakat Jawa.

Berdasarkan keadaan geografinya dapat dilihat pola perkampungan yang berbeda satu daerah dengan daerah lainnya. Pola perkampungan di daerah perbukitan akan berlainan dengan pola perkampungan di daerah perkotaan yang datar. Misalnya pada perkampungan di daerah perbukitan (hill region) tidak teratur dan menyebar. Sedangkan pola perkampungan di daerah perkotaan dan di daerah pantai (beach region) berbentuk memanjang.

Gb. II. 7. Hotel Saranam Eco Resort Sumber: www.hargahotelbali.com

(35)

commit to user

Hotel Saranam Eco Resort yang terletak di daerah pegunungan Tabanan, Bali dikelilingi dengan pemandangan sawah bertingkat, 900 meter di atas permukaan laut. Pola peletakan unit hunian tidak teratur dan menyebar menyesuaikan dengan kondisi perbukitan.

Alvin L. Bertrand membedakan 3 bentuk pola perkampungan berdasarkan atas pemusatan masyarakat desa:

1. Pola perkampungan yang penduduknya hidup dan tinggal secara menggerombol membentuk suatu kelompok yang disebut nucleus (The Nucleated Agricultural Village Community)

2. Pola perkampungan yang penduduknya tinggal mengelompok di sepanjang jalur sungai atau jalur lalu lintas yang membentuk sederetan perumahan (The Line Village Community)

3. Pola perkampungan yang penduduknya tinggal menyebar di suatu daerah pertanian (The Open Country)

Ketiga pola perkampungan tersebut tadi merupakan gambaran dari pola perkampungan yang terdapat di DIY.

(36)

commit to user

II- 14 Sejak zaman dahulu masyarakat di wilayah Gunungkidul telah hidup dalam kondisi kekeringan, namun mereka punya cara tersendiri untuk beradaptasi dengan alam di sekitarnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya untuk kebutuhan sehari-hari dan lahan pertanian, ini terus berlangsung hingga sampai saat ini walaupun banyak orang yang sudah mulai meninggalkannya untuk mencari penghidupan di tempat lain yang biasanya di kota-kota besar, tetapi masyarakat di Kawasan Karst Gunungkidul tetap melakukan kearifan lingkungan yang sudah menjadi budaya lokal yang masih tetap dikembangkan oleh masyarakat setempat. Banyak kearifan lingkungan di wilayah ini yang menjadi program bagi masyarakat untuk mengelola lingkungan dan sumber- daya air serta untuk mengembangkan pariwisata di kawasan karst baik wisata alam maupun wisata minat khusus gua. (Petrasa Wacana, 2008).

Selain itu konsumsi pangan alternatif juga menjadi bagian dari kearifan lokal yang telah berlangsung sejak puluhan tahun lalu. Angka konsumsi beras di Kabupaten Gunungkidul sebesar 90 kg perkapita pertahun, sedangkan angka konsumsi beras yang dihitung pemeritah pusat secara nasional adalah 139 kg perkapita pertahun. Angka konsumsi beras di Kabupaten Gunungkidul lebih rendah dari angka nasional, sehingga dapat dikatakan masyarakat di Kabupaten Gunungkidul mampu mengatasi ketergantungan terhadap konsumsi beras. Konsumsi pangan alternatif seperti singkong berdampak positif pada upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan di negeri ini.

(37)

commit to user

Bentang alam yang berupa perbukitan dan jenis tanahnya yang mudah tererosi, membuka kesadaran masyarakat untuk mengakali agar lapisan tanah tidak habis tergerus air hujan, tererosi bersama aliran permukaan air hujan yang jatuh. Terasering/ bentengisasi menggunakan material lokal berupa pecahan batu gamping yang tersedia dalam jumlah hampir tak terbatas, menjadi pilihan yang arif dan efisien. Terasering dibuat mulai dari kaki, pinggang, sampai pucuk perbukitan. Lahan tipis yang tertahan, meskipun bercampur batuan berserak, dipergunakan untuk budidaya tanaman pangan (Padi, jagung, ketela, palawija, dll), sementara garis konturnya (jawa: galengan) ditanami tanaman tahunan seperti jati, srikaya, sirsak, diseling dengan rumput kalanjana untuk pakan ternak. Bentuk kearifan lokal ini ternyata dapat mengendalikan laju erosi mempertahankan lapisan tanah yang ada.

Gb. II. 8. Ladang Lahan Kering Gb. II. 9. Aplikasi Kearifan Lokal

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2012 Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2012

(38)

commit to user

II- 16 Kearifan lingkungan masyarakat Gunungkidul dalam mengelola lingkungannya dilakukan secara bergotong royong untuk menjaga sumber- sumber air yang ada dengan melakukan perlindungan dan membuat aturan-aturan adat yang memberikan larangan-larangan kepada masyarakat yang memberikan penilaian negatif dari dampak yang akan ditimbulkan bila tidak dilakukan, untuk dapat menjaga dan mengelola sumber-sumber air yang ada.

Proses terbentukan karst juga memunculkan bentang alam berupa cekungan-cekungan. Pada musim penghujan cekungan ini akan berfungsi menjadi tempat parkir air telaga. Telaga inilah yang menjadi andalan simpanan (tandon) air bagi penduduk setempat. Hampir semua kebutuhan air dipenuhi dari telaga tersebut, apalagi pada musim kemarau. Sayangnya karena sifat tanah dan batuan yang porus dan proses penguapan yang berlangsung cepat dan proses sedimentasi yang selalu mengurangi daya tampung telaga, menyebabkan persediaan air di telaga rata-rata hanya bertahan satu atau dua bulan setelah memasuki musim kemarau.

Tindakan yang arif, adalah dengan melakukan pembuatan benteng keliling bibir telaga sesuai dengan kedalaman telaga, menggunakan batu gamping yang banyak tersedia. Dinding telaga dari batu kapur ini berfungsi untuk mengurangi laju sedimentasi untuk mempertahankan umur telaga, dan menjaga volume telaga agar relatif konstan, sekaligus berperan menjadi saringan muatan padat pada aliran air yang masuk telaga.

Gb. II. 10. Telaga Kyai Jonge Gb. II. 11. Dinding Telaga Dari Batu Kapur

(39)

commit to user

Pada lahan karst yang tipis dan miskin unsur hara, sangat jarang dijumpai tumbuhan yang besar rimbun dan umurnya mencapai puluhan tahun. tumbuhan seperti ini sebetulnya memiliki kemampuan menyimpan (menahan) air yang meresap ke dalam tanah (memperbaiki fungsi hidrologi). Dalam beberapa kasus, kearifan lokal melahirkan cerita atau mitos yang mengarah pada perlindungan terhadap tumbuhan dimaksud, agar fungsi lingkungannya tetap terjaga, misalnya dengan dikeramatkan. Analogi dengan cerita pohon keramat, berbagai upacara adat, seperti : bersih desa/ nyadran/ mengeramatkan goa atau telaga, adalah sebagai perwujudan dari kearifan lokal yang ditujukan untuk menjaga keselamatan dan kelestarian tempat-tempat (obyek) tersebut. Telaga Kyai Jonge merupakan salah satu telaga yang memiliki mitos yaitu adanya makam Kyai Jonge di tengah telaga. Hal ini memberikan perlindungan pada keberadaan telaga itu sendiri karena warga sekitar mempercayai mitos tersebut.

(40)

commit to user

II- 18 Gb. II. 12. Puri Bunga Resort & Spa

Sumber: pool2deal.com

H. Kearifan Lokal di Kabupaten Gunungkidul yang Dapat Diaplikasikan Pada

Desain

1. Penggunaan material lokal berupa batu kapur pada lantai dan jalan setapak, atap genteng dan dinding anyaman bambu yang bahan bakunya mudah didapatkan di wilayah Gunungkidul dan sekitarnya.

2. Pembangunan dengan mempekerjakan pekerja lokal Gunungkidul dengan cara tradisional yang berlaku di Gunungkidul.

3. Pola perkampungan di daerah Gunungkidul yang berupa perbukitan tidak teratur dan menyebar dengan jarak antar hunian yang cukup jauh menyesuaikan dengan keadaan tanah di daerah perbukitan.

4. Sumber daya air yang terbatas dikelola secara bergotong royong dengan melakukan perlindungan dan membuat aturan- aturan adat.

5. Konsumsi pangan alternatif juga menjadi bagian dari kearifan lokal yang telah bertahan dan terbukti dapat mengatasi ketergantungan pada konsumsi beras. 6. Upaya untuk menjaga agar lapisan tanah di daerah yang berbukit tidak habis

(41)

commit to user

konturnya ditanami tanaman tahunan seperti jati, srikaya, sirsak dan diseling tanaman kalanjana untuk pakan ternak. Kearifan lokal ini terbukti dapat mengendalikan laju erosi mempertahankan lapisan tanah yang ada.

7. Pemukiman cenderung didirikan di lahan berbatu dengan pertimbangan hal ini tidak akan mengurangi luasan areal tegalan sebagai lahan usaha untuk dibudidayakan sebagai lahan pertanian tanaman pangan. Daerah lembah yang dapat ditanami dipertahankan sebagai area pertanian.

8. Bentuk rumah tradisional di Gunungkidul

Gb. II. 13. Rumah Tradisional Gunungkidul Gb. II. 14. Fasad Bangunan

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2012 Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2012

Ciri khas pada rumah tradisional di Gunungkidul antara lain terletak pada tiang- tiang penyangga yang terdapat pada teras bangunan, peletakan toilet dan kamar mandi di luar bangunan utama dan pola peruangan yang tidak sama dengan rumah tradisional lainnya.

KM dan toilet Teras dan ruang tamu

Rumah utama, kamar tidur dan dapur

Gudang padi

Kandang sapi

Gb. II. 15. Pola peruangan pada rumah tradisional Gunungkidul

(42)

commit to user

III-1

BAB III

POTENSI WISATA PATUK, KABUPATEN GUNUNGKIDUL, DAERAH

ISTIMEWA YOGYAKARTA

A.Keadaan Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi dari 33 provinsi di wilayah Indonesia, dan terletak di Pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa Yogyakarta di bagian selatan dibatasi Lautan Indonesia, sedangkan di bagian Timur laut, tenggara, barat dan barat laut dibatasi oleh wilayah Provinsi Jawa Tengah yang meliputi:

1. Kabupaten Klaten di sebelah Timur Laut; 2. Kabupaten Wonogiri di sebelah Tenggara; 3. Kabupaten Purworejo di sebelah Barat; 4. Kabupaten Magelang di sebelah Barat Laut.

Gb. III. 1. Peta Provinsi DIY

(43)

commit to user

Berdasarkan satuan fisiografis, Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari: 1. Pegunungan Selatan (luas: ± 1.656,25 km², ketinggian: 150 – 700 m); 2. Gunung Berapi Merapi (luas: ± 582,81 km², ketinggian: 80 – 2.911 m);

3. Dataran rendah antara Pegunungan Selatan dan Pegunungan Kulon Progo (luas; ±215,62 km², ketinggian: 0 – 80 m);

4. Pegunungan Kulon Progo dan Dataran Rendah Selatan (luas; ± 706,25 km², ketinggian: 0 – 572 m);

Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7º33’ - 8º12’ Lintang Selatan dan 110º00’ - 110º50’ Bujur Timur, tercatat memiliki luas 3.185,80 km² atau 0,17 persen dari luas Indonesia (1.890.754 km²), merupakan Provinsi terkecil setelah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, yang terdiri dari:

1. Kabupaten Kulon Progo, dengan luas 586,27 km² (18,40 persen); 2. Kabupaten Bantul, dengan luas 506,85 km² (15,91 persen);

3. Kabupaten Gunungkidul, dengan luas 1.485,36 km² (46,63 persen); 4. Kabupaten Sleman, dengan luas 574,82 km² (18,04 km²);

5. Kota Yogyakarta, dengan luas 32,50 km² (1,02 persen).

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari 4 Kabupaten dan 1 Kota dengan 78 kecamatan dan 438 desa/kelurahan yaitu:

1. Kabupaten Kulon Progo terdiri dari 12 kecamatan dan 88 kelurahan/desa; 2. Kabupaten Bantul terdiri dari 17 kecamatan dan 75 kelurahan/ desa;

(44)

commit to user

III-3

B.Iklim

Daerah Istimewa Yogyakarta beriklim tropis dengan curah hujan berkisar antara 0,00 mm – 346,2 mm per hari dengan hari hujan per bulan antara 0,00 – 25,0 kali yang dipengaruhi oleh musim kemarau dan musim hujan.

Menurut catatan Stasiun Meteorologi Bandara Adisucipto, suhu udara rata-rata di Yogyakarta tahun 2009 menunjukkan angka 26,66º C lebih tinggi dibandingkan rata-rata suhu udara pada tahun 2008 yang tercatat sebesar 26,11 º C, dengan suhu maksimum 37,9º C pada bulan Oktober 2009 dan suhu minimum 18,2º C pada bulan Juli 2009. Sedangkan kelembaban udara tercatat 27 – 96 persen, tekanan udara antara 1.006,0 mb – 1.014,8 mb, dengan arah angin antara 60 º - 300º dan kecepatan angin maksimum 43 knot.

Daerah Istimewa Yogyakarta dengan iklim tropis yang hangat merupakan tempat yang sempurna sebagai tujuan wisata bagi wisatawan mancanegara maupun domestik.

C.Kependudukan

Berdasarkan hasil olah cepat Sensus Penduduk, jumlah penduduk Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah 3.452.390 orang yang terdiri atas 1.705.404 laki-laki dan 1.746.986 perempuan. Dari hasil SP 2010 tersebut tampak bahwa sebagian besar penduduk Provinsi DIY tinggal di Kabupaten Sleman yakni sebesar 31,6 persen. Kota Yogyakarta memiliki jumlah penduduk paling sedikit yaitu 388.088 orang atau sebesar 11,2 persen.

(45)

commit to user

Berdasarkan kelompok umur, lebih dari setengah penduduk DIY adalah penduduk usia dewasa/produktif (20 - 59 th) tercatat sebesar 62,29 persen, kemudian penduduk usia sekolah (4 - 19 th) sebesar 18,75 persen, usia tua/lansia (> 60) sebesar 12,88 persen dan usia balita (0 - 4 th) sebesar 6,09 persen. Di tahun 2010, penduduk usia tua dan usia produktif mengalami kenaikan sebesar 0,09 persen dan 0,52 persen dibandingkan tahun sebelumnya, sedangkan penduduk usia balita dan penduduk usia sekolah mengalami penurunan sebesar 0,01 dan 0,59 persen. Hal ini menunjukkan bahwa angka kelahiran sedikit menurun dan usia harapan hidup penduduk DIY meningkat dibanding tahun sebelumnya.

Tabel 1. Jumlah Penduduk DIY Berdasarkan Kelompok Umur No

.

Kelompok Usia

2006 2007 2008 2009 2010 Ket.

1. 0- 4 th 206.900 209.100 211.900 213.500 215.200 org 2. 4- 19 th 707.200 700.100 690.400 677.400 662.700 org 3. 20- 59 th 2.051.000 2.085.500 2.124.300 2.163.200 2.201.600 org 4. >60 th 435.000 439.800 441.900 447.800 455.100 org

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DIY

Jumlah Penduduk menurut kelompok umur merupakan angka proyeksi yang dihasilkan oleh BPS, karena sensus dilakukan 10 tahun sekali secara berulang.

D.Ketenagakerjaan

(46)

commit to user

III-5 sektor pertanian 30,10 persen, industri pengolahan 12,51 persen perdagangan 24,02 persen, jasa 17,69 persen, angkutan 4,36 persen dan sisanya 11,32 persen di sektor-sektor lainnya.

Keadaan ketenagakerjaan di Provinsi DIY dari tahun ketahun mengalami kenaikan. Menurut data nakertras, angkatan kerja pada tahun 2006 sebanyak 1.871.974 orang meningkat menjadi 2.067.143 orang pada tahun 2010 atau selama periode 2006 - 2010 mengalami kenaikan sebanyak 10,42 persen. Sedang jumlah penduduk yang bekerja (kesempatan kerja) dari tahun 2006 – 2010 juga mengalami kenaikan 10,70 persen, pada tahun 2006 sebanyak 1.754.950 orang dan pada tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi 1.942.764 orang dan angkatan penganggur terbuka pada tahun 2010 sebanyak 121.946 orang, turun dibandingkan tahun 2009 yang berjumlah 122.972 orang. Hal ini dikarenakan sudah ada pemulihan kondisi ekonomi yang sempat turun akibat adanya krisis ekonomi global yang melanda seluruh dunia.

Dari data BPS (berita resmi statistik), diantara penduduk yang sudah bekerja masih terkandung didalamnya pekerja setengah pengangguran, yaitu yang waktu kerjanya kurang dari 35 jam seminggu. Keadaan sampai dengan bulan Februari 2010 pekerja setengah penggangguran ini mencakup 21,92 persen dari pekerja. Lebih separuhnya (4,92 persen) tergolong “setengah pengangguran sukarela” karena tidak berusaha mencari pekerjaan lain dan selebihnya (17 persen) tergolong “ setengah pengangguran terpaksa” karena masih berusaha mencari pekerjaan lainnya. Dan 43,36 persen dari pekerja “setengah pengangguran tersebut adalah perempuan.

(47)

commit to user

E.Desa Budaya

Berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor: 325/KPTS/1995 tanggal 24 Nopember 1995, tentang Pembentukan Desa Bina Budaya di Provinsi Daerah istimewa Yogyakarta, maka Desa Budaya yang masuk dalam daftar adalah sebanyak 32 buah. Desa budaya yang ada tersebut tersebar di 4 kabupaten di wilayah provinsi DIY yaitu kabupaten Bantul, Kulon Progo, Gunungkidul dan Sleman.

Di wilayah kabupaten Bantul, terdapat 6 buah desa budaya, yaitu desa Mulyodadi, desa Trimurti, desa Srigading, desa Dlingo, desa Triwidadi dan desa Seloharjo. Di wilayah kabupaten Kulon Progo terdapat 10 desa budaya, yaitu desa Pagerharjo, desa Tanjungharjo, desa Banjarharjo, desa Sidorejo, desa Sukoreno, desa Glagah, desa Sendangsari, desa Jatimulyo, desa Brosot dan desa Hargomulyo.

Di wilayah kabupaten Gunungkidul, terdapat 10 desa budaya yaitu desa Semin, desa Semanu, desa Bejiharjo, desa Kemadang, desa Putat, desa Girisekar, desa Giring, desa Katongan, desa Kepek dan desa Jeruk Wudel. Untuk wilayah kabupaten Sleman, terdapat 6 desa budaya yaitu desa Sinduharjo, desa Bangunkerto, desa Sendangmulyo, desa Argomulyo, desa Wedomartani dan desa Banyurejo.

Keberadaan desa budaya ini karena desa-desa tersebut mempunyai potensi kesenian rakyat yang melibatkan anggota masyarakat sebagai pendukung sehingga sentuhan kreativitas dalam solidaritas dan keterlibatan sosial mampu menumbuhkan aspek sosial yang lain, seperti saling bekerjasama, gotong royong, pemulihan kepercayaan diri dan eksistensinya. Selain itu, desa budaya tersebut juga memiliki balai budaya sebagai sarana mengekspresikan diri warga sekitar pada tradisi budaya yang sudah ada dan berkembang di lingkungannya.

(48)

commit to user

III-7 setempat. Desa Budaya Semanu yang terletak di sekitar Kota Kecamatan Semanu kurang lebih 3 km dari Ibukota Kecamatan Semanu. Di Desa Semanu masih terdapat rumah tradisional Gunungkidul dengan berbagai peraturan dan adat setempat yang masih bertahan. Rumah tradisional ini menjadi salah satu daya tarik pariwisata di Gunungkidul.

Gb. III. 2. Rumah Warga Semanu Gb. III. 3. Bentuk Atap Tradisional Gunungkidul

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2012 Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2012

Rumah tradisional ini memiliki ciri khas antara lain terdapat banyak tiang penyangga pada teras rumah, menggunakan atap limasan dengan teritisan lebar yang menyesuaikan dengan iklim tropis. Rumah menghadap ke selatan, yaitu menghadap ke arah selatan karena adanya mitos bahwa rumah tinggal rakyat biasa diharuskan menghadap pada selatan, sedangkan arah timur untuk keraton. Arah hadap bangunan ke selatan memberi keuntungan antara lain pada sore hari muka bangunan tidak terpapar sinar matahari sore yang silau.

F. Pariwisata

Pariwisata merupakan salah satu sektor andalan DIY dalam meningkatkan pendapatan daerah. Indikator yang dapat menunjukkan aktivitas kepariwisataan antara lain dapat dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan serta rata-rata lama menginap para wisatawan selama berkunjung di Yogyakarta.

(49)

commit to user

menunjukkan bahwa kondisi pariwisata di Provinsi DIY semakin membaik sehingga minat wisatawan mancanegara yang datang ke DIY juga semakin meningkat.

Tabel 2. Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke DIY Tahun 2006- 2010

No. Jumlah 2006 2007 2008 2009 2010 Ket.

1. Asing 78.145 103.224 128.660 134.895 152.843 Orang 2. Domestik 836.682 1.146.297 1.156.097 1.201.358 1.304.137 Orang

Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi DIY, 2010

Selanjutnya target yang ingin dicapai adalah diprekdisikan untuk 10 tahun yang akan datang (hingga tahun 2020). Jumlah wisatawan yang akan datang ke Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 10 tahun yang akan datang dihitung dengan cara:

Pt = Po (1+r)t

Pt = Prediksi jumlah wisatawan ke Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 10 tahun mendatang.

Po = Jumlah wisatawan ke Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (diambil rata- rata dari data di atas, sehingga diperoleh jumlah orang pertahun).

t = lama prediksi (diambil 10 tahun)

r = prosentase kenaikan pengunjung (asumsi 6%)

Pt = Po (1+r)t

Pt = 1.248.467 (1+0,06)10

Pt = 2.234.756

(50)

commit to user

III-9 dibutuhkan pada Hotel Resort di Gunungkidul untuk 10 tahun yang akan datang, dalam menghitung jumlah unit yang dibutuhkan diperlukan faktor- faktor lain seperti:

· Lama tinggal 1,89 hari (Rata- Rata Lama Menginap Tamu di Hotel Bintang Provinsi DIY Februari- April 2011, Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No.24/06/34/TH.XIII, 01 Juni 2011)

· Masa ramai kunjungan wisatawan (4 bulan, yaitu pada pertengahan tahun dan akhir tahun)

· Jumlah wisatawan yang menginap diasumsikan 15% dari jumlah wisatawan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)

Perhitungan jumlah unit yang direncanakan:

1. Jumlah wisatawan tahun 2010 = 1.456.980 orang.

2. Jumlah wisatawan prediksi tahun 2020 = 2.234.756 orang.

3. Jumlah wisatawan yang menginap di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2020 diasumsikan 15% dari jumlah wisatawan yang ada:

15% x 2.234.756 orang = 335.213 orang

Sehingga kebutuhan bed/ night pada tahun 2020 adalah 335.213 bed/ night. 4. Pada bulan ramai diasumsikan penyimpangan 60% dari jumlah yang

diperkirakan, sehingga pada satu bulan ramai diperkirakan jumlah kebutuhan bed/ night adalah 60% : 4 = 15%,

15% x 335.213 = 50.282 bed/ night/ bulan.

5. Bila dalam satu bulan ramai rata- rata ada 30 hari maka jumlah kebutuhan bed/ night setiap hari pada bulan ramai adalah,

50.282 : 30 = 1.676 bed/ night/ hari

(51)

commit to user

kebutuhan tersebut 85% telah dipenuhi oleh akomodasi lain sehingga terdapat kekurangan sebesar 15% x 892 = 475 bed/ night bagi wisatawan yang berkunjung ke Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Jumlah Hotel Bintang di Provinsi DIY Tahun 2010 sebanyak 37 Hotel dengan jumlah kamar 3.595 yang terdiri dari :

1. Bintang 5 sebanyak 4 Hotel dengan jumlah 939 kamar 2. Bintang 4 sebanyak 8 Hotel dengan jumlah 1.475 kamar 3. Bintang 3 sebanyak 8 Hotel dengan jumlah 581 kamar 4. Bintang 2 sebanyak 7 Hotel dengan jumlah 256 kamar 5. Bintang 1 sebanyak 10 Hotel dengan jumlah 344 kamar

Sedangkan jumlah Hotel Melati di Provinsi DIY Tahun 2010 sebanyak 415 hotel dengan jumlah kamar sebanyak 7.270 (belum termasuk pondok wisata).

Tabel 3. Jumlah tamu menginap pada hotel bintang di provinsi D.I.Yogyakarta Februari- April 2011 bintang/akomodasi lain cenderung mengalami kenaikan. Dari bulan ke bulan

(52)

commit to user

III-11 menunjukkan kenaikan baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Kenaikan jumlah wisatawan mancanegara dari bulan Maret ke April mencapai 10,51 persen atau dari 8.880 menjadi 9.813 wisatawan, sedangkan tamu nusantara mengalami kenaikan sebesar 2,31 persen (dari 177.437 menjadi 181.536 wisatawan). Bila dicermati menurut kelas bintang, pada hotel bintang lima tidak memberikan sumbangan kenaikan jumlah wisatawan tetapi justru mengalami penurunan. Pada hotel non bintang/akomodasi lain penurunan terjadi pada kelompok kamar 10-24.

Tabel 4. Jumlah tamu menginap pada hotel non- bintang/ akomodasi lain di provinsi D.I.Yogyakarta Februari- April 2011 Sumber: Berita Resmi Statistik D.I.Yogyakarta Februari- April 2011

Data tingkat penghunian kamar yang dikumpulkan mencakup semua hotel bintang yang ada di wilayah Provinsi D.I. Yogyakarta, berdasarkan hasil klasifikasi hotel yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Pariwisata. Jumlah Hotel bintang yang memberikan laporan aktif sampai dengan bulan April 2011 sebanyak 36 hotel. Akomodasi menurut klasifikasi kelompok kamar, baik hotel melati maupun akomodasi lainnya di seluruh wilayah Provinsi D.I. Yogyakarta dicacah secara sampel. Jumlah sampel terpilih tahun 2011 sebanyak 178 hotel dari jumlah populasi 1.101 usaha akomodasi lainnya.

(53)

commit to user

dari tahun ke tahun dan kelompok fasilitas akomodasi yang menyumbangkan kenaikan jumlah wisatawan yang menginap adalah kelompok kamar kurang dari sepuluh dan antara

25- 40 kamar.

Gb. III. 4. Peta Lokasi Tujuan Wisata DIY

Bintang oranye menunjukkan lokasi Patuk, Gunungkidul yang dikelilingi oleh berbagai lokasi tujuan wisata. Bintang hijau menunjukkan lokasi desa wisata/ desa budaya yang tersebar di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Bintang biru menunjukkan tempat tujuan wisata alam seperti gunung, pantai, kali dan gua- gua karst. Sedangkan bintang merah menunjukkan tempat wisata sejarah, antara lain candi, museum dan situs- situs bersejarah.

Patuk, Gunungkidul Desa Wisata

Wisata Sejarah

Wisata Alam (pantai,

(54)

commit to user

III-13 Kecamatan Patuk, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di perbatasan antara Kabupaten Bantul dengan Kabupaten Gunungkidul dan berdekatan dengan Kabupaten Sleman di bagian utara. Pada peta lokasi tujuan wisata, Patuk dikelilingi beberapa daerah tujuan wisata antara lain wisata sejarah, desa wisata, dan wisata alam dengan akses yang mudah karena daerah Patuk dilewati jalur utama penghubung Kabupaten Bantul dengan Kabupaten Gunungkidul.

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2011 Kecamatan Patuk merupakan wilayah Gunungkidul bagian utara yang diperuntukkan bagi pemukiman dan wanawisata, yaitu wisata hutan.

Gb. III. 5. Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010- 2030

Sumber: RTRW Kabupaten Gunungkidul 2010- 2030

(55)

commit to user

Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Kulonprogo. Hal ini dikarenakan pembangunan hotel dalam sepuluh tahun terakhir fokus pada Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Perencanaan fungsi akomodasi baru ini dialokasikan pada daerah dengan jangkauan pelayanan yang merata terhadap aset wisata lainnya dengan panorama pemandangan yang indah serta potensi alam yang menarik.

Tabel 5. Potensi, Problem, dan Prospek Struktur Ruang Kawasan Patuk Gunungkidul

POTENSI PROBLEM PROSPEK

1. Kawasan Patuk dilalui jalan utama penghubung Kabupaten Bantul dengan Kabupaten Gunungkidul yang merupakan koridor utama kawasan.

2. Jalan penghubung antar kabupaten beraspal dengan kondisi baik.

3. Kawasan terjangkau oleh trayek angkutan umum

penghubung dua

2. Belum ada transportasi khusus antar objek wisata

1. Menyediakan area parkir yang memadai di menarik lebih banyak pengunjung dengan waktu tinggal lebih lama.

Sumber: Analisis Pribadi, 2012

(56)

commit to user

III-15

G.Kondisi Geografis Kabupaten Gunungkidul

Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan Ibu Kota Wonosari yang terletak 39 km sebelah Tenggara Kota Yogyakarta. Secara geografis Kabupaten Gunungkidul berada pada 7°46′ LS-8°09′ LS dan 110°21′ BT-110°50′ BT, dengan luas wilayah 1.485,36 km2 atau sekitar 46,63 % dari luas wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Batas wilayah Kabupaten Gunungkidul dapat dirinci sebagai berikut:

1. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Klaten dan Kabupaten SukoharjoProvinsi Jawa Tengah.

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah. 4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia.

Wilayah Kabupaten Gunungkidul termasuk daerah beriklim tropis, dengan topografi wilayah yang didominasi dengan daerah kawasan perbukitan karst. Wilayah selatan didominasi oleh kawasan perbukitan karst yang banyak terdapat goa-goa alam dan juga sungai bawah tanah yang mengalir. Dengan kondisi tersebut menyebabkan kondisi lahan di kawasan selatan kurang subur yang berakibat budidaya pertanian di kawasan ini kurang optimal. Kondisi klimatologi Kabupaten Gunungkidul secara umum menunjukkan kondisi sebagai berikut:

(57)

commit to user

2. Suhu udara rata-rata harian 27,7° C, Suhu minimum 23,2°C dan suhu maksimum 32,4°C.

3. Kelembaban nisbi berkisar antara 80 % - 85 %, tidak terlalu dipengaruhi oleh tinggi tempat, tetapi lebih dipengaruhi oleh musim.

Kecamatan Patuk merupakan bagian dari Kabupaten Gunungkidul bagian utara yang terdiri dari delapan desa dengan batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Gedangsari 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Playen

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Piyungan, Bantul 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Gedangsari

H.Potensi Wisata Kabupaten Gunungkidul

Wisata merupakan salah satu sumber pendapatan bagi daerah, menyadari kondisi dan potensi tersebut kemudian pemerintah membangun fasilitas-fasilitas untuk menunjang kegiatan wisata. Seiring dengan berkembangnya jaman, kebutuhan rekreasi dikalangan masyarakat luas meningkat, hal tersebut sangat menguntungkan Kabupaten Gunungkidul dalam rangka mengembangkan perekonomian daerah.

(58)

commit to user

III-17

1. Wisata hutan

a. Hutan Wonosadi

Hutan Wonosadi dan Gunung Gambar merupakan dua obyek wisata alam yang letaknya berdekatan dan pada saat-saat tertentu secara bersamaan, masyarakat setempat melaksanakan upacara adat “Sadranan” secara meriah. Hutan Wonosadi merupakan hutan yang terletak di lereng perbukitan di Desa Beji Kecamatan Ngawen, sekitar 18 km dari Wonosari. Hutan yang kaya dengan pohon-pohon langka sampai saat ini masih sangat terjaga kelestariannya.

Gunung Gambar dengan ketinggian 200 mdpl, merupakan obyek wisata spiritual yang berada di Desa Jurangjero Kecamatan Ngawen. Gunung Gambar merupakan tempat bertapa Raden Mas Said/Pangeran Sambar Nyowo selama berperang melawan Belanda. Di tempat ini, beliau duduk di atas batu (Watu Kong) yang sampai sekarang masih terlihat di Gunung Gambar, menyusun strategi untuk melawan Belanda, yang kemudian menjadi penguasa Mangkunegaran Surakarta dengan gelar KGPAA Mangkunegara I.

b. Rest Area Bunder

Rest Area Bunder merupakan suatu kawasan yang dilengkapi bangunan pendopo dengan fasilitas listrik 3000 watt, mushola, air bersih, MCK, dan tempat bermain anak-anak.

Gb. III. 6. Rest Area Bunder

Gambar

Tabel 1. Jumlah Penduduk DIY Berdasarkan Kelompok Umur
Tabel 2. Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke DIY Tahun 2006- 2010
Tabel 3. Jumlah tamu menginap pada hotel bintang di provinsi D.I.Yogyakarta
Tabel 4. Jumlah tamu menginap pada hotel non- bintang/ akomodasi lain di provinsi
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dari penjabaran diatas, yang dimaksud dengan ” Hotel Resort Tebing Pantai Yang Eksklusif di Pantai Nampu, Wonogiri (Penekanan pada Interaksi indoor-outdoor yang

Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian judul Hotel Resort dengan Konsep Wisata Agro di Kemuning Karanganyar adalah bangunan berkamar banyak yang