commit to user SOLO CONVENTION HALL
DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR HIGH-TECH
IRNANDYA PUTRI RAMDHANI NIM : I0207112
PEMBIMBING:
IR. AGUS HERU PURNOMO, MT IR. UNTUNG JOKO CAHYONO, M Arch.
UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR SURAKARTA
OKTOBER 2011
ABSTRAK
Banyaknya pameran teknologi, terutama Teknologi Informasi yang sering diadakan di kota
Solo seperti pameran computer, printer, audio, dan masih banyak yang lainnya. Maraknya pameran
teknologi informasi di kota Solo ini juga membuktikan banyaknya minat dari warga kota Solo akan
Teknologi Informasi yang memang perkembangannya sangat pesat dan cepat. Selain itu terdapat juga
kegiatan-kegiatan konvensi mengenai Teknologi Informasi sehingga mampu menginformasikan lebih
jelas lagi kepada warga kota Solo. Tetapi sayangnya kegiatan konvensi ini seringnya dilakukan
terpisah karena belum adanya wadah untuk menampung kedua kegiatan tersebut dalam satu
bangunan, padahal kegiatan tersebut saling berhubungan.
Salah satu contoh acara konvensi mengenai Teknologi antara lain Seminar Nasional Green
Technology. Seperti yang kita ketahui tidak hanya acara mengenai teknologi yang diadakan di kota
Solo tetapi banyak pula diagendakan perhelatan besar yang bertaraf nasional dan juga internasional,
yang tentu saja melibatkan banyak sekali peserta. Contohnya World Heritage Cities Conference &
Expo (WHCCE).
Semakin majunya teknologi sekarang ini menjadi salah satu tolak ukur dari berkembangnya
suatu bangsa. Namun yang terjadi di Indonesia, kemajuan teknologi tidak didukung oleh kemajuan
masyarakatnya dalam pengetahuan tentang teknologi yang berkembang saat ini, sehingga bangsa kita
kalah bersaing dengan bangsa lain. Tidak hanya bangsa kita yang bersaing tetapi juga kota-kota di
commit to user
Salah satu kota yang sedang gencar-gencarnya memajukan SDM warganya dengan teknologi
adalah kota Solo. Hal ini terlihat dari dibangunnya bangunan sebuah akademi teknik di kawasan kota
Solo yang menggunakan pendekatan High Tech. Ini merupakan wujud dari kepedulian pemerintah kota
Solo tehadap kemajuan dan perkembangan teknologi akhir-akhir ini. Dengan adanya bangunan
tersebut, menggambarkan kota Solo sebagai kota yang “melek” akan teknologi. Meskipun terkenal
dengan sebutan kota budaya, namun tidak harus berorientasi dengan masa lalu. Sebut saja Negara
Jepang, Negara ini masih menjunjung tinggi kebudayaan dari Negara mereka, tapi mereka juga tidak
kalah dengan teknologi yang mereka ciptakan. Menurut Kenzo Tange teknologi dan budaya memang
sesuatu yang sangat berbeda, teknologi menjunjung kekinian sedangkan budaya lebih condong kearah
sejarah dan masa lampau, tapi ketika kedua perbedaan ini bisa digabungkan dengan baik maka akan
tercipta suatu harmoni yang baik, dimana pola pikir yang maju tapi juga masih memiliki sikap santun di
dalamnya yang sangat tercermin dari pribadi warga kota Solo sendiri.
Kota Solo sendiri mempunyai potensi untuk dibangunnya sebuah Convention Hall. Kebutuhan
akan sebuah wadah yang mampu menampung berbagai kegiatan konvensi di Solo yang dirasakan
masih kurang, karena rata-rata bangunan konvensi hanya ada di hotel-hotel besar yang seringnya
terpencar-pencar sehingga kurang memadai apabila diadakan sebuah acara konvensi dalam skala
besar. Banyak pihak juga sangat menanti adanya bangunan konvensi ini seperti dari pihak NIX yang
merasa kurang luasnya area konvensi yang sekarang karena banyaknya peminat dari acara yang
digelar NIX tersebut. Selain itu posisi kota Solo yang berada diantara Semarang dan Yogyakarta yang
merupakan pusat kegiatan perekonomian di Jawa Tengah turut mempercepat pertumbuhan
perekonomian di Kota Solo termasuk peningkatan kebutuhan akan tempat promosi dan pemasaran
produk-produk dagang khususnya produk Solo.
Dengan melihat potensi kota, dan keterbatasan fasilitas konvensi yang tersedia di kota Solo,
maka diperlukan suatu fasilitas yang mampu mewadahi berbagai kegiatan konvensi yang berhubungan
dengan informasi teknologi dengan segala fasilitas pendukungnya yang sangat memadai. Selain
berdasarkan potensi kota, dipilih juga sebuah pendekatan yang mampu mendukung bangunan yaitu
arsitektur High-Tech yang cocok untuk bangunan yang mempunyai bentang lebar dan juga saling
commit to user
IR. AGUS HERU PURNOMO, MT IR. UNTUNG JOKO CAHYONO, M Arch.
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
The number of exhibition technologies, especially information technology are often held in the city of Solo
as exhibits computers, printers, audio, and many others. The rise of information technology exhibition in the
city of Solo is also proving much interest from the citizens of the city of Solo to the Information Technology
development is very rapid indeed and fast. In addition there is also the activities of the Convention on
Information Technology so as to inform any clearer to the citizens of the city of Solo. But unfortunately this
convention activities often carried out separately because there are no containers to accommodate both of
these activities in one building, even though these activities are interrelated.
One example shows the convention of Technology, among others, the National Seminar on Green
Technology. As we know not only about technology event held in the city of Solo, but many are also
scheduled for the big event of national and international as well, which of course involves many
participants. For example World Heritage Cities Conference & Expo (WHCCE).
More advanced technologies are now becoming one of the benchmarks of the development of a
nation. But what happened in Indonesia, technological progress is not supported by the society advances in
knowledge about the evolving technologies today, so our nation can not compete with other nations. Not
only is our nation that compete but also the cities in our own countries are also competing to become a
better city.
One city that is being intensively-incessant advance of its citizens with the technology of
human resources is the city of Solo. This is evident from the construction of building an academy in the
commit to user
tehadap advances and technological developments in recent years. With the building, described the
city of Solo as a "literacy" of the technology. Although known as a cultural city, but not necessarily
oriented to the past. Call it the State of Japan, the country is still upholding the culture of their country,
but they are also not inferior to the technology they create. According to Kenzo Tange technology and
culture is something very different, the technology while upholding contemporary culture is more
inclined towards history and the past, but when both these differences can be combined with the good
it will create a good harmony, which are forward thinking but also still have a polite attitude is reflected
in it are private citizens of the city of Solo himself.
Solo has the potential for the construction of a Convention Hall. The need for a container that
can accommodate a variety of convention activities in Solo that is felt still less, because the average
building conventions exist only in the major hotels are often scattered so inadequate when the
convention was held a ceremony on a large scale. Many parties also very much looking forward to this
Convention as the building of the party who feel less NIX convention vast area which is now due to
high demand from the event held NIX. Additionally positions located between the city of Solo,
Semarang and Yogyakarta, which is the center of economic activity in Central Java helped accelerate
economic growth in the city of Solo, including the increased need for the promotion and marketing of
commercial products, especially products of Solo.
By looking at the potential of the city, and the limitations of convention facilities available in the city of
Solo, it would require a facility capable of accommodating various convention activities related to
information technology with all its supporting facilities are very adequate. In addition to the potential of
the city, was chosen also an approach that is capable of supporting the building of the High-Tech
architecture is suitable for buildings that have a wide span and also the mutual support between the
commit to user
1
BAB I
P E N D A H U L U A N
“Solo Convention Hall dengan Pendekatan Arsitektur High-Tech ”
A. LATAR BELAKANG
Banyaknya pameran – pameran teknologi, terutama Teknologi Informasi yang sering diadakan di kota Solo seperti pameran computer, printer, audio, dan masih banyak yang lainnya. Maraknya pameran teknologi informasi di kota Solo ini juga membuktikan banyaknya minat dari warga kota Solo akan Teknologi Informasi yang memang perkembangannya sangat pesat dan cepat. Warga kota Solo seperti tidak ingin ketinggalan informasi mengenai perkembangan Teknologi Informasi. Terlihat dari peningkatan total pengunjung NIX dari tahun ke tahun yaitu pada tahun 2010 sebanyak 30.000 pengunjung pada tahun 2011 jumlah pengunjung meningkat menjadi 40.000 pengunjung.
Hal tersebut bisa membuktikan betapa tingginya minat dari warga kota Solo akan kemajuan Teknologi yang sedang digandrungi oleh kaum produktif di kota ini.
Tidak hanya pameran Teknologi Informasi yang ada di diadakan di Kota Solo. Terdapat juga kegiatan-kegiatan konvensi mengenai Teknologi Informasi sehingga mampu menginformasikan lebih jelas lagi kepada warga kota Solo. Tetapi sayangnya kegiatan konvensi ini seringnya dilakukan terpisah karena belum adanya wadah untuk menampung kedua kegiatan tersebut dalam satu bangunan, padahal kegiatan tersebut saling berhubungan. Salah satu contoh acara konvensi mengenai Teknologi antara lain Seminar Nasional Green Technology. Seperti yang kita ketahui tidak hanya acara mengenai teknologi yang diadakan di kota Solo tetapi banyak pula diagendakan perhelatan besar yang bertaraf nasional dan juga internasional, yang tentu saja melibatkan banyak sekali peserta. Contohnya World Heritage Cities Conference & Expo (WHCCE).
commit to user
2 hanya bangsa kita yang bersaing tetapi juga kota-kota di negara kita sendiri juga saling bersaing untuk menjadi kota yang lebih baik.
Salah satu kota yang sedang gencar-gencarnya memajukan SDM warganya dengan teknologi adalah kota Solo. Hal ini terlihat dari dibangunnya bangunan sebuah akademi teknik di kawasan kota Solo yang menggunakan pendekatan High Tech. Ini merupakan wujud dari kepedulian pemerintah kota Solo tehadap kemajuan dan perkembangan teknologi akhir-akhir ini. Dengan adanya bangunan tersebut, menggambarkan kota Solo sebagai kota yang “melek” akan teknologi. Meskipun terkenal dengan sebutan kota budaya, namun tidak harus berorientasi dengan masa lalu. Sebut saja Negara Jepang, Negara ini masih menjunjung tinggi kebudayaan dari Negara mereka, tapi mereka juga tidak kalah dengan teknologi yang mereka ciptakan. Menurut Kenzo Tange teknologi dan budaya memang sesuatu yang sangat berbeda, teknologi menjunjung kekinian sedangkan budaya lebih condong kearah sejarah dan masa lampau, tapi ketika kedua perbedaan ini bisa digabungkan dengan baik maka akan tercipta suatu harmoni yang baik, dimana pola pikir yang maju tapi juga masih memiliki sikap santun di dalamnya yang sangat tercermin dari pribadi warga kota Solo sendiri.
Kota Solo sendiri mempunyai potensi untuk dibangunnya sebuah Convention Hall. Kebutuhan akan sebuah wadah yang mampu menampung berbagai kegiatan konvensi di Solo yang dirasakan masih kurang, karena rata-rata bangunan konvensi hanya ada di hotel-hotel besar yang seringnya terpencar-pencar sehingga kurang memadai apabila diadakan sebuah acara konvensi dalam skala besar. Banyak pihak juga sangat menanti adanya bangunan konvensi ini seperti dari pihak NIX yang merasa kurang luasnya area konvensi yang sekarang karena banyaknya peminat dari acara yang digelar NIX tersebut. Selain itu posisi kota Solo yang berada diantara Semarang dan Yogyakarta yang merupakan pusat kegiatan perekonomian di Jawa Tengah turut mempercepat pertumbuhan perekonomian di Kota Solo termasuk peningkatan kebutuhan akan tempat promosi dan pemasaran produk-produk dagang khususnya produk Solo.
commit to user
3 untuk bangunan yang mempunyai bentang lebar dan juga saling mendukung antara fisik bangunan dengan kegiatan yang diwadahinya.
B. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN
1. Permasalahan
Bagaimana merancang Solo Convention Hall dengan menggabungkan antara bangunan konvensi dan eksibisi yang mampu mewadahi berbagai kegiatan konvensi, pameran serta promosi yang berhubungan dengan teknologi dengan melandaskan prinsip arsitektur High-Tech pada bangunan.
2. Persoalan
a. Penentuan lokasi site yang strategis dan aksesibel bagi seluruh masyarakat Kota Solo dan juga yang sesuai dengan RUTRK kota Solo..
b. Penentuan program ruang yang bisa menampung kegiatan – kegiatan di Solo Convention Hall.
c. Penentuan Konsep Penampilan Fisik yang dapat :
Mencerminkan ekspresi dari fungsi bangunan dan juga pengaruh dari lingkungan dengan penekanan pada arsitektur High Tech.
d. Menentukan sistem utilitas di dalam bangunan dan menentukan sistem struktur dan konstruksi yang akan digunakan nantinya serta termasuk di dalamnya kegiatan penyediaan peralatan dan pemeliharaannya.
C. TUJUAN DAN SASARAN
1. Tujuan
Mampu membuat sebuah konsep bangunan yang mampu menampung kegiatan konvensi dan juga dilengkapi sebuah aula yang berada di kota Solo dengan mengaplikasikan konsep arsitektur High-Tech pada pendekatannya agar mampu menunjang dari fungsi bangunan Solo Convention Hall.
2. Sasaran
Pembahasan ini digunakan untuk merumuskan isi dari konsep bangunan yang akan dibuat yang meliputi:
a. Konsep kegiatan
commit to user
4 2) Penentuan penzoningan aktivitas
b. Konsep peruangan
1) Konsep kebutuhan ruang (macam dan jenis ruang)
2) Konsep besaran ruang
3) Konsep persyaratan ruang
4) Konsep pola hubungan dan organisasi ruang
5) konsep sirkulasi c. Konsep struktur bangunan d. Konsep tampilan bangunan
e. Konsep akustik pada ruang konvensi f. Konsep utilitas bangunan
1) Sistem mekanikal elektrikal
2) Sistem air bersih, air kotor dan sistem pengolahan limbah
3) Sistem keamanan bangunan (pemadam kebakaran, penangkal petir).
D. BATASAN MASALAH
1. Berpedoman pada tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
2. Ditekankan pada bangunan yang berciri High-Tech sebagai konsep ide dasar perancangan.
commit to user
5
E. METODE PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR
Pada metode perencanaan dan perancangan arsitektur ini terdapat proses perencanaan dan perancangan Tugas Akhir yang tergambar dalam diagram alir dibawah ini.
Study literatur awal untuk mengetahui isu utama mengenai kondisi/permasalahan global saat ini study literatur mengenai konvensi dan eksibisi.
Observasi lapangan untuk mendapatkan data primer mengenai indikasi terjadinya kondisi/permasalahan global dan data konvensi
serta eksibisi
Menyusun main idea berupa solusi arsitektural terhadap kondisi/permasalahan tersebut
Study literatur dan lapangan mengenai : convention, exhibition, arsitektur High-Tech dan
kota Solo sebagai kota MICE
Perumusan perencanaan
Menganalisa data yang didapat
Mengembangkan sketsa ide menjadi sebuah desain Bagan I-1 : Bagan Alir Proses Perencanaan dan
commit to user
6 Tahap I : Pada tahap ini penulis menemukan beberapa alasan atau latar belakang perlu dibangunnya bangunan konvensi dan eksibisi di kota Solo dan mulai menyusun main ide serta mencari pendekatan yang cocok untuk bangunan konvensi dan eksibisi karena bangunan ini membutuhkan energi yang cukup besar dan juga bentang yang lebar. Setelah megobservasi maka dipilihlah arsitektur High-Tech untuk menjadi pendekatan dalam bangunan ini.
Tahap II : Tahap ini penulis memperdalam teori atau study literature mengenai bangunan konvensi dan eksibisi juga mencari materi mengenai arsitektur High-Tech lebih mendalam lagi untuk memperjelas bangunan konvensi dan eksibisi serta arsitektur High-Tech itu seperti apa. Kemudian mencari hubungan kota Solo sebagai kota MICE dan mencari lokasi site yang sesuai.
Tahap III : Pada tahap III penulis menyimpulkan bagaimana Solo Convention Hall yang direncanakan meliputi fungsi pelayanan, fasilitas utama, site terpilih dan juga strategi desain yang akan diterapkan pada bangunan ini.
Tahap IV : Disini penulis menganalisis penataan site yang telah dipilih, menganalisis ekspresi tampilan bangunan yang disesuaikan dengan arsitektur High-Tech dan menganalisis sistem utilitas dan sistem bangunan yang digunakan di dalam bangunan.
commit to user
7
F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
BAB I PENDAHULUAN
Mengemukakan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, lingkup pembahasan, metode pembahasan dan sistematika pembahasan.
BAB II CONVENTION DAN ARSITEKTUR HIGH-TECH
Berisi tentang pembahasan mengenai eksplorasi tentang convention dan mengenai eksplorasi perencanaan desain fisik bangunan yang menekankan pada arsitektur High-Tech.
BAB III SOLO SEBAGAI KOTA MICE
Mengemukakan data MICE, dan visi misi kota Solo serta potensi-potensi pada Kota Solo yang mendukung kesesuaiannya dengan dasar-dasar perancangan bangunan konvensi.
BAB IV SOLO CONVENTION HALL YANG DIRENCANAKAN
Bab ini sebagai sebuah kesimpulan (konklusi) meliputi fungsi pelayanan, fasilitas utama, site terpilih dan juga strategi desain yang akan diterapkan pada bangunan ini.
BAB V PENDEKATAN KONSEP PERANCANGAN
Mengadakan analisa terhadap permasalahan desain yang ada yaitu tata site, peruangan, ekspresi bangunan serta sistem bangunan dan utilitas.sebagai usaha pemecahan masalah desain yang ada pada bangunan.
BAB VI KONSEP PERANCANGAN
commit to user
BAB II-9
BAB II
CONVENTION HALL DAN ARSITEKTUR HIGH-TECH
1. CONVENTION HALL
A. Pengertian dan Fungsi
Convention merupakan sebuah wadah atau tempat yang mewadahi berbagai macam kegiatan yang berhubungan dengan perkumpulan, rapat atau konvensi dapat diartikan sebagai konferensi tokoh – tokoh masyarakat ataupun partai politik dengan tujuan
khusus. Sebuah konvensi, dalam arti pertemuan, adalah pertemuan individu yang bertemu di
sebuah tempat yang diatur dan waktu untuk mendiskusikan atau terlibat dalam beberapa
kepentingan bersama.
Motivasi dari kegiatan – kegiatan konvensi antara lain adalah bertukar pengalaman, bertemu dengan orang-orang baru dan pariwiwsata yang mendatangkan devisa bagi Negara yang penyelenggara
Kondisi-kondisi baru muncul sebagai perkembangan antara lain :
1. Rapat (kebersamaan beberapa orang di satu tempat untuk membawakan aktivitas tertentu )
2. Konvensi (rapat umum dan resmi dari lembaga legislative, sosial atau kelompok ekonomi untuk memberi keterangan dalam situasi tertentu)
3. Seminar (serangkaian rapat khusus dimana terdapat kemampuan yang berbeda-beda tetapi mempunyai tujuan umum tertentu dan dipersatukan untuk pelatihan dan pengajaran)
4. Kolosium (pertemuan tidak resmi untuk diskusi bertema pendidikan atau penelitian alam untuk menekan kemampuan timbale balik melalui pertukaran gagasan)
commit to user
BAB II-10 6. Kongres (berkumpul teratur atas dasar yang diajukan beratus-ratus kali secara individu kepada professional tunggal, badan kebudayaan, keagamaan atau kelompok lain).
Berbagai macam kegiatan itu meliputi :
1. Konvensi
Kegiatan konvensi tergantung pada karakteristik dari konvensi itu sendiri. Meskipun demikian tidak ada perbedaan yang mendasar mengenai aktivitas kegiatan diantara kegiatan konvensi yang satu dengan yang lain karena yang membedakan hanyalah jumlah pesertanya. Aktivitas kegiatan konvensi terbagi menjadi dua yaitu:
1. Kegiatan utama
Kegiatan utamanya adalah pertemuan, workshop, penyampaian
makalah/pendapat, diskusi dan tanya jawab.
2. Kegiatan pendukung
Kegiatan pendukunganya yaitu registrasi, perjamuan makan dan minum, ibadah, istirahat,dan lain – lain sesuai dengan karakteristik tiap kegiatan konvensi
Gambar II-1 : Contoh kegiatan konvensi dan rapat
commit to user
BAB II-11
Ada beberapa jenis penyelenggaraan kegiatan konvensi yaitu :
1. International Congress
Pesertanya merupakan anggota organisasi di bawah PBB Kongres ini diadakan tiap tahun secara periodic. Ruang pertemuan yang digunakan berupa setengah lingkaran, segi empat dan persegi panjang. Fasilitas yang disediakan di ruangan ini antara lain mikrofon, rekaman suara dan terjemahan.
2. Association Convention
Diselenggarakan oleh asosiasi profesi tingkat nasional, regional maupun internasional. Contoh pertemuan jenis ini adalah : pertemuan IAI,IDI dan Off Shore Meeting ( pertemuan asisiasi di luar negeri). Biasanya membicarakan masalah yang berkenaan dengan fakta dan informasi yang berkembang di dalam tubuh organisasi tersebut.
3. Incentive Travel Programme (WorkshopType)
Diselenggarakan oleh perusahaan besar, pesertanya karyawan atau dealer khusus dari perusahaan tersebut yang dianggap berjasa memajukan perusahaan.
4. Company (Corporate Event)
Rapat pertemuan para anggota direksi, sales seminar, sales conference atau divisional conferences bertipe seminar,
5. Exhibition (Trade Fair)
Lebih dari setengah penyelenggaraan konvensi biasanya juga mengadakan kegiatan exhibition atau pameran. Dalam satu kegiatan konvensi terdapat lebih dari 100 penyelenggara pameran dan menempati area seluas 1900 m2 pada lokasi yang tersedia.
Beberapa contoh kegiatan konvensi di Indonesia yaitu :
commit to user
BAB II-12
kota-kota bersejarah di zona Euro-Asia, khususnya kota-kota yang tercantum dalam Daftar Pusaka Dunia (World Heritage List) UNESCO, guna mendiskusikan berbagai masalah dan bertukar pengalaman.
2. APMCHUD (Asia Pasific Ministerial Conference on Housing and Urban Development) ketiga. Acara yang digelar di Solo, 22 hingga 24 Juni 2010 tersebut akan diikuti delegasi resmi dari 28 negara, 14 di antaranya langsung dipimpin menteri yang membidangi masalah permukiman dan masyarakat perkotaan dari masing-masing. Bentuk kegiatan : konferensi dan expo.
3. Acara – acara lainnya seperti beberapa seminar yang sering diadakan di Solo seperti Seminar Nasional Green Technologi.
2. Pameran
Memberikan fasilitas sebagai wadah kegiatan pameran dengan cara memperlihatkan (display) materi dalam bentuk demo atau workshop secara langsung kepada konsumen.
Kegiatan pameran tersebut dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu:
1. Kelompok pameran tetap, berupa:
§ Window display/ show room
Kegiatan yang dilakukan oleh produsen ataupun agen dagang dengan menyewa stand/ruangan untuk memajang produk dagangannya terus menerus selam masa sewa. Penyewa dapat melakukan transaksi dagang sewaktu-waktu dan biasanya ditujukan untuk transaksi dalam jumlah yang besar. Aktivitas kegiatannya antara lain promosi dan informasi, negosiasi dan transaksi, pengurusan jasa perdagangan, pembayaran, distribusi, dan pengurusan surat-surat.
§ Trade fair
commit to user
BAB II-13
pameran, workshop, seminar, simposium,negosiasi dan transaksi, panggung hiburan, seni dan rekreasi, dan information center.
2. Kelompok pameran temporer
Merupakan pameran yang waktu penyelenggaraannya tidak rutin dan kegiatannya selalu berbeda satu sama lain sehingga aktivitas kegiatannyapun berbeda. Kelompok pameran seperi ini terdiri dari:
§ Pameran konvensi
Pameran yang penyelenggaraannya dikaitkan dengan kegiatan suatu kegiatan konvensi, kongres maupunkonferensi sehingga waktu pelaksanaannya sama atau berurutan dengan diadakannya kegiatan-kegiatan tersebut. Pameran ini biasanya hanya bersifat sebagai penunjang dari kegiatan-kegiatan tersebut.
§ Pameran khusus
Pameran yang diselenggarakan oleh badab usaha, atau instansi-instansi tertentu atau exhibition organizer, yang memperagakan barang-barang yang termasuk dalam satu kategori. Aktifitas kegiatan dan karakteristik pada pameran ini relatif sama dari tiap-tiap peserta. Sebagai contoh adalah pameran komputer, elektroni, perumahan dan lain-lain.
§ Pameran tunggal/solo exhibition
Pameran yang diselenggarakan dan diikuti oleh satu lembaga maupun perseorangan. Aktifitas kegiatan dari pameran ini cukup sederhana. Sebagai contoh adalah pameran tunggal lukisan.
B. Preseden Bangunan
1. Jakarta Convention Center
Gambar II-2 : Tampak Jakarta Convention Center
commit to user
BAB II-14
Jakarta Convention Center yang terletak di kompleks olahraga Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat. Jakarta Convention Center memiliki balai yang memiliki 5.000 tempat duduk, dan juga balai sidang seluas 3.921 m². JCC memiliki 13 ruangan pertemuan dengan berbagai ukuran. JCC terhubung dengan Hotel Hilton Jakarta melalui terowongan bawah tanah. Gedung ini dibangun pada tahun 1940, sebagai perlengkapan menyelesaikan diresmikan pembukaan sejak tahun 1942 yang diadakan di Jakarta.
C. Tinjauan Akustik Ruang
1. Penjelasan Akustik Ruang
Akustik ruang dapat dipahami sebagai usaha-usaha yang ditempuh untuk peningkatan kualitas bunyi agar penyebarannya merata, jelas, dan bulat atau mantap pada suatu ruangan. Peningkatan kualitas bunyi di dalam ruang dibutuhkan oleh bangunan, baik dengan fungsi audio saja atau fungsi audio dan visual. Sebagai contoh, ruang laboratorium bahasa, studio musik, home theatre, bioskop, ruang pertemuan, auditorium, ruang ibadah, dll. Pada laboratorium bahasa dan studio musik, fungsi audio sangat dominan. (sumber : Buku Material Akustik Pengendali Kualitas Bunyi pada Bangunan)
Gambar II-3 : Denah dan Kegiatan Jakarta Convention Center
commit to user
BAB II-15
1. Persyaratan Akustik Ruang
Menurut Doelle (1993, dalam TGA Chaterina Arsinta) persyaratan kondisi mendengar yang baik dalam suatu ruang yang besar, antara lain :
1). Harus ada kekerasan (loudness) yang cukup dalam tiap bagian ruang besar (auditorium, teater, bioskop).
2). Energi bunyi harus didistribusi secara merata dalam ruang.
3). Ruang harus bebas dari cacat akustik, seperti gema, pemantulan yang berkepanjangan (long delayed reflection), gaung, pemusatan bunyi, distorsi, bayangan bunyi, resonansi ruang.
4). Bising dan getaran yang mengganggu pendengaran harus dikurangi cukup banyak dalam tiap bagian ruang.
2. Gejala Akustik pada Ruang Tertutup 1). Pemantulan Bunyi
Bunyi yang dipantulkan ke dinding dari sumber bunyi, permukaan yang keras, tegas dan rata, seperti beton, bata, batu, plester, atau gelas, memantulkan hampir semua energi bunyi yang jatuh padanya. Permukaan pemantul cembung cenderung menyebarkan gelombang bunyi dan permukaan cekung cenderung mengumpulkan gelombang bunyi pantul dalam ruang.
Gambar II-4 : Dinding Samping Sebagai Pemantul Bunyi
commit to user
BAB II-16
2). Penyerapan Bunyi
Bunyi yang diserap oleh dinding-dinding melalui bahan penyerap bunyi seperti bahan berpori, penyerap panel, resonator rongga (Helmholtz). Penyerapan bunyi adalah perubahan energi bunyi menjadi suatu bentuk lain, biasanya panas, ketika melewati suatu bahan atau ketika menumbuk suatu permukaan. Bahan lembut, berpori dan kain, serta menusia, menyerap sebagian besar gelombang bunyi yang menumbuknya, dengan kata lain, bahan-bahan tersebut adalah penyerap bunyi. Unsur yang diperhatikan untuk menunjang penyerapan bunyi dalam akustik ruang :
o Lapisan permukaan dinding, lantai, dan atap.
o Isi ruangan seperti penonton, bahan tirai, tempat duduk dengan lapisan dan penggunaan karpet.
o Udara dalam ruang.
3). Difusi Bunyi
Bunyi yang disebarkan dari arah sumber bunyi ke dinding, bila tekanan bunyi di setiap bagian auditorium sama dan gelombang bunyi dapat merambat dalam semua arah, maka medan bunyi dikakatan serba sama atau homogen, dengan kata lain difusi bunyi atau penyebaran bunyi dalam ruangan. Jenis-jenis ruang tertentu membutuhkan difusi bunyi yang cukup, yaitu distribusi bunyi yang merata, mengutamakan kualitas musik dan pembicara aslinya, dan menghalangi cacat akustik yang tak diinginkan.
Difusi bunyi diciptakan dengan beberapa cara:
o Pemakaian permukaan dan elemen penyebar yang tak teratur dalam jumlah yang banyak sekali, seperti plaster, pier, balok-balok telanjang, langit-langit yang terkotak-kotak, pagar balkon yang dipahat dan dinding-dinding yang bergerigi.
commit to user
BAB II-17
o Distribusi lapisan penyerap bunyi yang berbeda secara tak teratur dan acak.
4). Difraksi Bunyi
Difraksi adalah gejala akustik yang menyebabkan gelombang bunyi dibelokkan atau dihamburkan sekitar penghalang seperti sudut (corner), kolom, tembok, dan balok. Difraksi yaitu pembelokkan atau penghamburan gelombang bunyi sekeliling penghalang, lebih nyata pada frekuensi rendah dari pada frekuensi tinggi.
Pengalaman membuktikan bahwa balkon yang dalam mengakibatkan suatu bayangan akustik bagi penonton di bawahnya, dan dengan jelas mengakibatkan hilangnya bunyi frekuensi tinggi yang tidak membelok sekitar tepi balkon yang menonjol. Hal ini menciptakan keadaan mendengar yang jelek di bawah balkon.
5). Transmisi Bunyi
Bunyi yang secara tidak langsung ditransmisikan ke luar melalui dinding.
6). Dengung
Bila bunyi tunak (stedy) dihasilkan dalam satu ruang, tekanan bunyi membesar secara bertahap, dan dibutuhkan beberapa waktu (umumnya sekitar 1 second) bagi bunyi untuk mencapai nilai keadaan tunaknya. Dengan cara sama, bila sumber bunyi telah berhenti, dalam waktu cukup lama akan berlalu sebelum bunyi hilang (meluruh) dan tak dapat didengar. Bunyi yang berkepanjangan ini sebagai akibat pemantulan yang berturut-turut dalam ruang tertutup setelah bunyi dihentikan disebut dengung.
7). Resonansi Ruang
commit to user
BAB II-18
2. Penguatan Bunyi
Penguatan bunyi dalam sebuah ruang pementasan biasanya digunakan untuk mengadakan tingkat kekerasan yang optimal serta memastikan terjadinya difusi suara yang cukup merata di dalam ruangan. Hal ini diperlukan bila sebuah ruang pementasan dengan kapasitas yang cukup besar sedangkan sumber suara yang ada tidaklah memungkinkan bunyi tersebut terdistribusi dengan baik ke seluruh ruangan, apalagi bila masih ditambah dengan bising lingkungan serta suara gaduh penonton.
1. Komponen Sistem Penguat Suara
Sebenarnya terdapat cukup banyak komponen system penguat suara yang dapat digunakan, semua itu tergantung dari kebutuhan desain pada setiap bangunan, komponen pokok system penguat suara terdiri dari 3, yaitu :
1) Mikrophone
2) Penguat dan control / amplifier 3) Pengeras suara
Dengan penggunaan komponen penguat suara kualitas tinggi dan sesuai dengan karakteristik ruangan akan menghasilkan kualitas bunyi natural yang baik. Penundaan waktu antara datangnya bunyi dengung dan bunyi yang diperkuat tidak boleh melebihi 1/50 sekon, ini berarti suatu pemisahan maksimum sebesar 23 sampai 25ft (7 sampai 8m) antara pembicara dan pengeras suara.
2. Sistem Pengeras Suara
Pada umumnya terdapat beberapa jenis pengeras suara, namun tidak semua system tersebut dapat sesuai di setiap gedung. Untuk gedung pementasan umumnya digunakan system penguat suara gabungan dari beberapa system tersebut, yaitu :
commit to user
BAB II-19
2) System steriofonik (terdifusi), dimana system ini menggunakan sekelompok pengeras suara yang diletakkan di bagian samping atau di atas gedung pementasan, sehingga akan memberi efek yang dinamis terutama untuk efek stereo dari pementas. Pengeras suara system yang didistribusikan harus sekitar 20 sampai 45ft (6 sampai 13.5m) di atas ketinggian lantai.
Gabungan dari sistem di atas menghasilkan sebuah sistem pengeras suara yang lazim disebut sebagai surround sound dimana bunyi seolah-olah berada tepat di tengah-tengah sumber bunyi sehingga efek musik dan kenikmatan memahamimusik akan lebih terasa.
3. Material Akustik
Ketika bunyi mengenai batas permukaan ruang, sebagian energinya diserap dan ditransmisikan. Lau sebagiannya lagi direfleksikan kembali ke dalam ruang tersebut. Tiap-tiap ruang memiliki kebutuhan akustik yang berbeda seperti studio pentas di dalamnya memerlukan pemantul suara agar suara dari sumber bunyi dapat diterima di semua sudut. Namun di sisi lain juga dibutuhkan bahan untuk menyerap bunyi agar tidak menjalar ke luar. Tiap-tiap bahan memiliki karakteristik yang berbeda.
Tingkat bunyi dalam suatu ruang dapat direduksi dengan penggunaan bahan-bahan peredam aktif, antara lain : papan fiber untuk plafond, gorden / tirai untuk dinding, dan karpet untuk lantai.
commit to user
BAB II-20
Jenis Peredam Kegunaan
Peredam berpori dan berserat
Baik untuk meredam frekuensi tinggi. Harus tebal untuk meredam frekuensi rendah.
Peredam membran Baik untuk meredam frekuensi rendah Peredam resonan Dapat disesuaikan untuk meredam frekuensi tertentu
Peredam panil
Merupakan paduan peredam berpori dan resonan, baik untuk meredam frekuensi menengah
Sekarang ini telah banyak ditemukan solusi-solusi mudah dalam pemecahan masalah akustik ruang, yaitu dengan memasang panel-panel akustik. Menciptakan panel akustik untuk ruang dengar dapat dilakukan dengan sederhana seperti menggantung permadani di dinding sampai pada panel-panel akustik yang canggih dengan perhitungan dan material khusus. Berikut adalah contoh jenis-jenis panel akustik : ( sumber : www.google.com )
1. Paint EZ ( 1liter bottle )
Acourete Paint adalah bahan peredam getar berbentuk cairan yang dapat diaplikasikan dengan kuas atau spray-gun. Acourete memiliki koefisien redam getar 0.15-0.23 yang mampu meredam energi getaran dalam rentang frekuensi yang luas.
Acourete Paint dapat melekat pada beragam jenis bahan. Cocok untuk diaplikasikan pada permukaan bahan yang tidak rata, tipis / licin. Bahan dasar
Tabel II-1: Jenis Peredam dan kegunaannya
Sumber : Satwiko, Prasasto, 2004
Gambar II-5 : Contoh Paint Ez
commit to user
BAB II-21
Paint EZ1 adalah cairan polimers, fillers, binder dan zat additive. Di kemas dalam botol ukuran bersih satu liter.
Acourete Paint yang telah kering memiliki ketahanan terhadap perubahan cuaca, tahan terhadap air, tahan terhadap pukulan. Serta mampu bekerja pada cuaca panas maupun dingin. Bahan ini aman bagi lingkungan.
Aplikasi :
Untuk mengisolasi bising pada Recording and Music Studio, Radio and TV Broadcasting, Home Audio and Cinema, Car Audio, Music Hall, Concert Hall, Karaoke Room, Discotheque, Bar, Café, Seminar Room, Meeting room, office, home appliance, generator set, air conditioner, Bus, Train, etc.
Spesifikasi : Acourete Paint EZ-1
Isi botol: 1 liter model semprot
Viskositas(cps): 215 (no spindle 4 60rpm) Spesifikasi Graviti: 1.2-2.0 (Saat kering) Isi padat (%): 60-80
Waktu untuk mengering: Kurang lebih 24 jam Faktor peredaman: 0.15-0.23
2. Acourete Mat eva ( 1x1m )
Jika ingin membuat ruang kedap suara yaitu dapat mencegah bising dari luar ruang masuk ke dalam ruang atau sebaliknya, maka Acourete Mat Eva adalah solusi yang paling tepat.
Acourete Mat Eva adalah material yang mampu mengisolasi bunyi dengan cara mengabsorb rambatan energi suara pada bahan dinding, pintu atau jendela.
Gambar II-6 : Contoh Acourete Mat Eva
commit to user
BAB II-22
Acourete Mat Eva terbuat dari resin halus yang memiliki sifat peredam getaran dan isolasi suara yang baik dan tahan terhadap perubahan cuaca. Kelebihan lainnya adalah bahan ini tidak mudah terbakar dan mampu memadamkan api jika tersulut.
Dengan bantuan designer akustik anda dapat menciptakan ruang kedap suara yang sesuai dengan kebutuhan anda. Acourete Eva memiliki factor peredam energi getaran sebesar 0.14. Terbaik dalam kelasnya.
Spesifikasi : Acourete Mat Eva
Ukuran per lembar: 1mx1m Tebal: 2mm
Factor serap getaran: 0.14 Warna: Abu-abu tua
3. Acourete Mat aspalt
Jika anda ingin membuat ruang kedap suara yaitu dapat mencegah bising dari luar ruang masuk ke dalam ruang atau sebaliknya, maka Acourete Mat Asphalt adalah solusi yang paling tepat.
Acourete Mat Asphalt adalah material yang mampu mengisolasi bunyi dengan cara mengabsorb rambatan energi suara pada bahan dinding, pintu atau jendela.
Acourete Mat Asphalt terbuat dari resin halus yang memiliki sifat peredam getaran dan isolasi suara yang baik dan tahan terhadap perubahan cuaca. Kelebihan lainnya adalah bahan ini tidak mudah terbakar dan mampu memadamkan api jika tersulut.
Gambar II-7 : Contoh Acourete Mat Aspalt
commit to user
BAB II-23
Dengan bantuan designer akustik anda dapat menciptakan ruang kedap suara yang sesuai dengan kebutuhan anda. Acourete Asphalt memiliki factor peredam energi getaran sebesar 0.14. Terbaik dalam kelasnya.
Spesifikasi :
Acourete Mat Asphalt Ukuran per lembar: 1mx1m Tebal: 2mm
Factor serap getaran: 0.14 Warna: Abu-abu tua
4. Acourete Mat Plus
Acourete Mat Plus adalah isolator suara dan peredam getaran yang terbuat dari campuran resin kimia yang kuat terhadap perubahan cuaca dan resin halus yang memiliki sifat peredam getaran dan isolasi suara yang baik. Meningkatkan S/N ratio pada audio kendaran.
Dengan ketebalan 2mm dan memilki bahan perekat pada satu sisi dan alumunium foil pada sisi lainnya. Ukuran per lembar: 0.53mx0.90m. Factor serap getaran: 0.16
Acourete Mat tahan lapuk terhadap kelembaban udara dan perubahan cuaca yang ekstrim. Bahan ini tidak mudah terbakar dan mampu memadamkan api jika tersulut.
Gambar II-8 : Contoh Acourete Mat Plus
commit to user
BAB II-24 5. Acourete Mat resin
Jika memiliki masalah kebocoran suara dan kebisingan, untuk mengisolasi suara dan kebisingan tersebut maka Acourete Mat Resin adalah solusi yang paling tepat. Acourete Mat Resin adalah bahan visco elastic polimer yang mampu mengisolasi bunyi dengan cara menyerap energi suara yang merambat pada media lantai, dinding, plafon dan pilar. Bahan ini dapat pula dipakai sebagai bahan isolasi suara pada pintu atau jendela.
Acourete Mat Resin terbuat dari resin halus yang memiliki sifat peredam getaran dan isolasi suara yang baik dan tahan terhadap perubahan cuaca. Pemakaian Acourete Mat Resin pada konstruksi bangunan anda relatif aman karena memiliki stabilitas yang tinggi terhadap ancaman kebakaran dengan kemampuan "self-extinguising" dengan adanya penerapan "fire retardant treatment".
Dengan konstruksi dan pengerjaan yang benar, maka akan didapat ruangan bebas gangguan suara yang menggangu pada Studio Musik dan Rekaman, Studio TV dan Radio, Home Theater, High End Audio, Car Audio, Rumah Ibadah, Auditorium, Concert Hall, Karaoke Room, Discotheque, Hotel, Bar, Music Lounge, Ruang Seminar, Ruangan Meeting, Kantor, Ruangan Mesin serta gangguan suara pada ruang tempat tinggal. Catatan: Diperlukan aplikasi khusus untuk mengatasi kebocoran suara pada frekuensi low bass. Spesifikasi :
Acourete Mat Resin Ukuran per lembar: 1mx1m Tebal: 2mm
Factor serap getaran: 0.14 Warna: Abu-abu tua
Gambar II-9 : Contoh Acourete Mat Resin
commit to user
BAB II-25
Berat: 4kg
Densitas: 2000 g/m3 Sound Transmission Loss : 125Hz : 17dB
160Hz : 14dB 200Hz : 16dB 250Hz : 17dB 315Hz : 20dB 400Hz : 22dB 500Hz : 25dB 630Hz : 27dB 800Hz : 30dB 1000Hz : 31dB 1250Hz : 33dB 1600Hz : 35dB 2000Hz : 39dB 2500Hz : 44dB 3150Hz : 48dB 4000Hz : 52dB
6. Fiber 600 ( 1x1m )
Fiber 600 adalah bahan peredam suara dengan densitas 600K. Memiliki kekuatan serap suara yang sama atau lebih baik dibandingkan bahan peredam lain yang tebalnya 10 kali lebih tebal. Berwarna putih, ukuran 1mx1m
Gambar II-10 : Contoh Fiber 600
commit to user
BAB II-26
dan bobot yang ringan membuat bahan ini mudah di aplikasikan untuk beragam kebutuhan bahkan pada tempat yang sangat rapat sekalipun.
Fiber 600 aman untuk lingkungan dan manusia, tidak mudah terbakar, tidak mengeluarkan gas beracun jika terbakar, dapat di daur ulang dan tahan terhadap udara lembab.
Fiber 600 terbuat dari anyaman serabut poly-propilene halus yang mirip dengan jaring laba-laba yang sangat rapat.
Koefisien Serap Suara : 250Hz = 0.10
500Hz = 0.60 1000Hz = 0.89 2000Hz = 0.83 4000Hz = 0.75 NRC = 0.63 Aplikasi:
à mengurangi suara bising dari alat/mesin seperti: genset, air condition, kulkas, vacuum cleaner, mesin cuci, printer, komputer dan lain-lain.
à meredam pantulan suara dalam kendaraan, ruang karaoke, home theater, ruang audio, studio rekaman, studio pemancar, audiotorium, concert hall, function room, sport hall, cafe, music lounge, seminar room, laboratorium dan lain-lain.
7. Acourete Difuser 712
Acourete Diffuser 712 adalah quadratic reisdue diffusor prime number 7. Terbuat dari kayu pilihan dengan properti pantulan yang baik. Diffusor ini memiliki dimensi Lebar x Tinggi x Tebal = 60 x 120 x 10 cm.
Gambar II-11 : Contoh Acourete Difuser 712
commit to user
BAB II-27 8. Acourete Corner corection
Acourete Corner Correction mengatasi masalah kelebihan resonansi nada rendah (dibawah 300 Hz) pada ruangan audio, home, theater, studio rekam, ruang mixing, ruang monitor, panggung musik.
Acourete Corner Correction meningkatkan: artikulasi vokal dan dialog, kejernihan suara dentingan senar gitar, bass extension, kemegahan grand piano.
Aplikasi : Recording Studio dan Mixing Studio Radio Broadcast Studio to TV Broadcast Studio High End Audio Room Home Theater to Big Cinema.
Spesifikasi : Ukuran: 1200 x 470 x 470 (mm)
9. Board 230 ( 0.6x1,2m )
Board 230 adalah bahan peredam suara dengan densitas 230K. Memiliki kekuatan serap suara yang sama atau lebih baik dibandingkan bahan peredam lain yang tebalnya 4-5 kali lebih tebal.
Berbentuk papan berwarna coklat muda dengan ukuran 60cmx120cm dan tebal 9mm. Board 230 mudah di aplikasikan untuk beragam kebutuhan bahkan pada tempat yang sangat rapat sekalipun dan bagus pula sebagai dekorasi dinding.
Board 230 ringan, aman untuk lingkungan dan manusia, tidak mudah terbakar, tidak mengeluarkan gas beracun jika terbakar, dapat di daur ulang dan tahan terhadap udara lembab.
Gambar II-12 : Contoh Acourete Corner Correction
Sumber : www.indonetwork.co.id
Gambar II-13 : Contoh Board 230
commit to user
BAB II-28
Board 230 terbuat dari anyaman serabut polyester fiber halus yang kemudian dipadatkan.
Koefisien serap suara : 250Hz : 0.08
500Hz : 0.17 1000Hz : 0.40 2000Hz : 0.78 4000Hz : 0.92 NRC: 0.47
Aplikasi :
à mengurangi suara bising dari alat/mesin seperti: genset, air condition, kulkas, vacuum cleaner, mesin cuci, printer, komputer dan lain-lain.
à meredam pantulan suara dalam kendaraan, ruang karaoke, home theater, ruang audio, studio rekaman, studio pemancar, audiotorium, concert hall, function room, sport hall, cafe, music lounge, seminar room, laboratorium dan lain-lain.
10. Noise Absorbtion Plasterboard
Merupakan bahan yang terbuat dari gypsum yang dikhususkan untuk mengurangi gaung (echo) dan menyerap suara dalam ruangan. Gypsum ini terdiri dari 4 tipe perforasi geometris yang sangat khas dan unik. Saat diaplikasikan akan membentuk desain yang estetik yang unik. Gypsum jenis ini dapat diterapkan pada plafon maupun partisi.
Gambar II-14 : Contoh Noise Absorbtion Plasterboard
commit to user
BAB II-29
Jenis gypsum ini biasanya digunakan pada ruangan besar, terbuka dan berplafon tinggi yang rentan terhadap terjadinya gaung, dan ruangan yang membutuhkan tingkat akustik yang tinggi.
Gypsum yang digunakan adalah gypsum jaya bell karena jenis gypsum merk ini memiliki perforasi pada papan gypsumnya dan lapisan kertas akustik khusus bagian belakang papan yang memberikan daya serap suara yang sangat baik. Jenis gypsum ini dapat diaplikasikan pada permukaan rata maupun lengkung (minimal radius 8000 mm) tanpa mengurangi kemampuan penyerapan suaranya. Gypsum ini memiliki ketebalan sekitar 12 mm dengan lebar 1200 mm dan panjang sekitar 2400 mm.
2. ARSITEKTUR HIGH-TECH
A. Sejarah dan Pengertian
High-Tech adalah sebuah fenomena abad 20 pada industri bangunan yang berpengaruh pada dunia arsitektur dan desain. Istilah High-Tech adalah sebuah penemuan pada tahun 1970-an terhadap perancangan bangunan dan objek untuk rumah dan menjadi populer setelah Joan Kron dan Suzanne Slesin, menulis buku yang menjadi best selling tahun 1978 berjudul ”High-Tech : The Industrial Style and Source Book for The Home”. Dalam buku tersebut dikatakan bahwa High-Tech adalah istilah arsitektural yang digunakan untuk menerangkan bertambahnya bangunan dengan pengeksposan struktur dan elemen-elemen lainnya yang terbuat dari bahan prefabrikasi yang biasa digunakan untuk membangun gedung dan pabrik. Pada buku ini Suzanne Slein dan Joan Kron juga mengikutsertakan trend paralel dalam design interior seperti penggunaan peralatan industri di rumah ke dalam pengertian High-Tech.
commit to user
BAB II-30
struktur bentang lebar dari besi, baja, dan beratap kaca. Pada tahun 1889 menara Eiffel dibangun dengan menggunakan material prefabrikasi dan struktur yang canggih. Struktur bangunan-banguan tersebut memberikan pengaruh yang tidak sedikit pada perkembangan arsitektur High-Tech sekarang ini. Bangunan-bangunan tersebut mempresentasikan bentuk alternatif bangunan berdasar pada teknologi industri.
Kemudian pada tahun 1920an yaitu pada zaman arsitektur modern, arsitektur High-Tech juga berkembang misalnya pada tahun 1927 Buckmeister Fuller membangun Dymaxion House, sebuah rumah dengan struktur logam ringan berbentuk heksagonal. Teknologi yang digunakan pada rumah ini adalah adaptasi dari teknologi yang digunakan untuk membangun pesawat terbang pada saat itu. Bangunan ini menunjukkan ciri dari arsitektur High-Tech secara keseluruhannya. Karena bangunan rancangan ini, Colin Davies dalam bukunya yang berjudul High Tech Architecture, mengatakan jika ada orang yang pantas disebut sebagai bapak High-Tech maka Buckminster Fuller lah yang pantas.
Pada tahun 1960an, sebuah grup yang dikenal dengan Archigram (Peter Cook, Warren Chalk, Denis Crompton, Ron Herron, dan Mike Webb) mulai mempublikasikan dan memamerkan proyek teoritis yang secara jelas menjabarkan tentang elemen-elemen dari arsitektur High-Tech pada tahun 1970an dan 1980an.
Walaupun High-Tech telah ada sebelum tahun 1970an, istilah High-Tech mulai terkenal sejak tahun 1970an. Hal ini disebabkan perkembangan teknologi yang memang sangat maju pada zaman tersebut yang ditandai dengan adanya pendaratan pertama di bulan oleh Neil Amstrong pada tahun 1969 sehingga masyarakat pada waktu itu mulai berpikir ke depan dan menyukai perubahan-perubahan yang didapat dari teknologi.
commit to user
BAB II-31
Secara umum High-Tech adalah sistem penggunaan teknologi tinggi, akan tetapi pada kenyataannya High-Tech memiliki pengertian yang tidak terbatas dan tidak hanya dengan memandang High-Tech sebagai bentuk penggunaan teknologi tinggi mengingat perkembangan teknologi selalu mengalami siklus penyempurnaan hingga ke fase yang lebih tinggi (canggih) sehingga pandangan umum ini tidak pernah memunculkan kesimpulan yang pasti dan tepat.
Dalam arsitektur sangat banyak digunakan istilah High-Tech untuk mengintepretasikan sebuah sistem teknologi yang digunakan pada suatu bangunan dan semakin populer digunakan pada awal 1970 untuk menggambarkan keberhasilan teknologi canggih yang dicapai pada saat itu seperti yang terlihat pada arsitektur Pusat Georges Pompidou, Paris (1972) karya Renzo Piano dan Richard Rogers yang memperlihatkan penggunaan material-material kaca dan logam dengan mengekspose secara transparan bentuk-bentuk jaringan dalam bangunan serta berbagai fungsi-fungsi layanan seperti eskalator, walkways, dan ornament-ornament di luar gedung.
Dalam sejarah perkembangannya istilah High-Tech masih tetap digunakan sejak pertama kali muncul pada awal 1970an hingga sekarang dengan perkembangan teknologi yang semakin tinggi dan kompleks (canggih), hal ini memperlihatkan tidak adanya kelas khusus sebuah teknologi untuk dikaitkan sebagai High-Tech mengingat perkembangan teknologi selalu bergeser dari waktu ke waktu, namun berdasarkan sejarahnya istilah High-Tech telah disimpulkan sebagai teknologi tercanggih saat ini (teknologi kekinian) yang diambil dari penggeneralisasian periode perkembangan teknologi dimana disepakati bahwa perkembangan teknologi yang dimulai pada tahun 1970an dikategorikan sebagai High-Tech (teknologi tinggi) sehingga sistem teknologi pada era 1960 kebawah telah dipertimbangkan saat sekarang untuk tidak memasukan dalam kategori High-Tech dan pernyataan paling baru (2006) bahwa semua penemuan teknologi dari tahu 2000 hingga ke depan dapat dianggap sebagai High-Tech. (sumber : http ://sites.google.com/site/achitechtsitefamily/high-tech-dalam-arsitektur)
B. Referensi Bangunan High-Tech
commit to user
BAB II-32
Gambar II-15
Pipa escaltor Pompidou
Sumber : www.greatbuildings.com
Gambar II-16 Pipa Saluran Utilitas, Escalator Pompidou
Sumber : www.emporis.com
1. Pompidou Center
Pompidou Centre yang berada di jantung kota Paris, Perancis ini didesain oleh Rogers dan Piano dengan menggabungkan seni desain teknik dan industri. Bangunan ini mempunyai empat fungsi utama yaitu sebagai museum seni modern, perpustakaan referensi, pusat desain industry dan pusat penelitian music, akustik dan audio visual.
Pompidiu Centre dapat dikatakan sebagai bangunan yang bergaya Arsitektur Modern High-Tech karena bangunan tersebut dapat memenuhi 4 dari 6 kriteria bangunan High-Tech menurut versi Charless Jenks, yaitu :
a. Inside Out
commit to user
BAB II-33
b. Menggunakan material kaca
Hampir seluruh dinding bagian luar bangunan merupakan kaca sehingga bangunan ini sangat maksimal menerima daylight dan dapat mengekspos interiornya.
c. Menggunakan warna-warna cerah dan monokrom
Bangunan transparan ini dihiasi warna-warna cerah dari pipa-pipa yang berwarna putih dan kuning, tangga yang berwarna merah yang memberi kesan ceria pada bangunan.
d. Menggunakan struktur baja atau kabel baja pada struktur utama dan struktur atap
Gambar II-17
Material Kaca Pompidou
Sumber : www.emporis.com
Gambar II-18 : Struktur Baja PompidOU Center
commit to user
BAB II-34
2. Lloyds Building
Lloyds Building dinobatkan sebagai bangunan High-Tech yang paling ideal oleh Charless Jenks karena bangunan ini memenuhi ke-6 kriteria High-Tech, yaitu:
a. Inside out
Rogers mengekspos area servis pada eksterior bangunan, lift, escalator, dan pipa saluran utilitas bangunannya dimanfaatkan sebagai ornament bangunan.
b. Terdapat simbolisasi High-Tech
Sebuah travelling crane berwarna biru diletakkan pada puncak Lloyds Buildings, sekilas memang tampak seperti layaknya sculpture yang hanya
Gambar II-19
Lloyds Buildings
Sumber : www.greatbuildings.com
Gambar II-20
Inside out Lloyds
commit to user
BAB II-35
mempercantik suatu bangunan dan tidak berfungsi sama sekali, tetapi sebenarnya crane ini berfungsi sebagai lift pembersih jendela.
c. Menggunakan material kaca
Pada Llyods Building, Rogers menggunakan kaca bening Saint-Gobain yang dapat memaksimalkan daylight ke dalam bangunan dan dapat mengekspos alat-alat pelayanan.
d. Menggunakan struktur baja atau kabel baja sebagagai struktur utama bangunan yang sengaja diekspos dengan warna abu-abu
e. Menggunakan warna-warna cerah atau monokrom
f. Memasukkan satu hal yang inovatif pada konsep perancangan.
Rogers menyatukan sistem lapisan kaca dengan kerai yang diinovsikan untuk mengontrol radiasi matahari secara komputerisasi.
Gambar II-21
Crane di puncak Lloyds
Sumber :
www.greatbuildings.com
Gambar II-22
Penggunaan struktur baja ekspos
commit to user
BAB II-36
3. The 88 Wood Street
Desain Rogers untuk 88 Wood Street mirip dengan Llyods Building tetapi bangunan ini lebih berkesan ringan (airy structure).
Bangunan juga bisa dikatakan ideal karena telah memenuhi seluruh kriteria sebagai bangunan High-Tech menurut Charless Jenks, yaitu:
a. Inside out
Rogers mengekspos lift, pipa-pipa utilitas dan escalator sehingga alat-alat pelayanan ini juga berfungsi sebagai ornament.
b. Terdapat simbolisasi High-Tech
Pada bagan bawah bangunan terdapat cerobong berwarna merah dan biru yang berfungsi sebagai sculpture dan saluran ventilasi. Cerobong biru digunakan sebagai ventilasi udara segar dan cerobong merah berfungsi sebagai exhauser.
Gambar II-23
Airy structure pada bangunan
88 Wood Street
Sumber www.greatbuildings.com
Gambar II-24
ekspos pipa utilitas
commit to user
BAB II-37
c. Menggunakan material kaca
Sama seperti Lloyds Building, 88 Wood Street juga menggunakan kaca Saint Gobain sebagai salah satu elemen utama bangunan yang juga berfungsi sebagai daylighting pada bangunan.
d. Menggunakan warna-warna cerah atau warna kromosom
Tampak pada bagian bawah bangunan adanya perpaduan warna merah, biru, dan kuning pada cerobong ventilasi udara dan kolom-kolom struktur bangunan memberi kesan dinamis.
e. Menggunakan struktur baja dan kabel baja sebagai struktur utama pada bangunan
f. Memasukkan satu hal yang inovatif pada konsep perancangan bangunan, yaitu menyatukan system lapisan kaca dengan kerai di dalamnya yang diatur secara komputerisasi untuk mengontrol radiasi sinar matahari yang masuk.
C. Karakteristik atau Ciri-Ciri Arsitektur High-Tech
Menurut Colin Davies, dalam bukunya High Tech Architecture, pengertian High Tech dalam arsitektur berbeda dengan pengertian High Tech dalam industri. Bila dalam industri , pengertian High Tech diartikan sebagai teknologi canggih seperti elektronik, komputer, robot, silikon chips, mobil sport dan sejenisnya.
Gambar II-25
Cerobong ventilasi udara sekaligus sebagai sculpture
Sumber:
commit to user
BAB II-38
Sedangkan dalam arsitektur High Tech diartikan sebagai suatu aliran arsitektur yang bemuara pada ide gerakan arsitektur modern yang membesar-besarkan kesan struktur dan teknologi suatu bangunan. Karakteristik yang menjadi referensi arsitektur high tech adalah bangunan yang terbuat dari material sintesis seperti logam, kaca, dan plastik.
Berdasarkan contoh-contoh dari bangunan di atas maka disesuaikan dengan pendapat dari Charles Jenks yang menyebutkan ada 6 hal penting yang menjadi ciri dari arsitektur High Tech, yaitu:
1. Inside out
Pada bangunan High-Tech, struktur, area servis, dan utilitas dari suatu bangunan hampir selalu ditonjolkan pada eksteriornya, baik dalam bentuk ornament ataupun sculpture.
2. Terdapat simbolisasi High-Tech
Memberi suatu bentuk semacam sculpture yang menggambarkan konsep High-Tech.
3. Transparan mass
Karakter dari bangunan High-Tech dapat dilihat dari penggunaan material kaca (transparan dan tembus cahaya) yang lebih luas sehingga dapat memperlihatkan saluran-saluran utilitas yang ada di dalam bangunan dan kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya.
4. Flat bright colouring
commit to user
BAB II-39
5. Steel structure and cable structure
Bangunan High-Tech banyak menggunakan material-material baja dan permainan struktur kabel. Permainan baja-baja tipis pada tampilan bangunan dan juga penggunaan baja-baja ringan pada struktur atap serta dinding diperlihatkan secara transparan dari dalam bangunan.
6. Inovation planning
Penggunaan High-Tech merupakan harapan di masa yang akan datang, meliputi penggunaan material, warna dan penemuan-penemuan/inovasi baru lainnya.
Jadi dapat disimpulkan High-Tech Architecture memiliki karakter – karakter sebagai berikut: berestetika mesin, dominasi material logam ataupun material penemuan baru, penekanan pada ekspresi bangunan , bukan fungsi bangunan, dan penggunaan teknologi hampir diseluruh bagian bangunan.
D. PENERAPAN ARSITEKTUR HIGH-TECH PADA CONVENTION HALL
1. Penerapan pada Convention Hall
Beberapan contoh penerapan arsitektur High Tech yang akan diterapkan pada Convention Hall
6 kriteria menurut Charles Jenks menjadi panduan dalam menerapkan arsitektur High Tech pada Solo Convention Hall yaitu :
1. Inside out
commit to user
BAB II-40
2. Terdapat simbolisasi High-Tech
Memberi suatu bentuk semacam sculpture yang menggambarkan konsep High-Tech di area depan bangunan. Hal ini dilakukan untuk dijadikan icon dalam bangunan tersebut sehingga lebih dapat dikenal oleh para pengunjung.
3. Transparan mass
Penggunaan material kaca (transparan dan tembus cahaya) hampir di seluruh bangunan dengan permainan baja-baja tipis pada tampilan eksteriornya untuk menambah kesan “mesin” pada bangunan tetapi tiidak terlalu mesin dan lebih menonjol kepada modern.
4. Flat bright colouring
Penggunaan warna-warna cerah selain untuk membedakan jenis struktur dan utilitas. Menggunakan warna merah pada area tangga darurat digunakan untuk membedakan dengan area yang lain di dalam bangunan sehingga lebih mencolok dan pengunjung lebih cepat mengetahui keberadaan dari tangga darurat tersebut.
5. Steel structure and cable structure
Bangunan High-Tech banyak menggunakan baja ringan pada dinding bangunan dan penggunaan space frame pada atapnya karena bangunan ini mempunyai bentang lebar sehingga diputuskan untuk menggunakan space frame pada struktur atapnya.
6. Inovation planning
commit to user
BAB II-41
energi yang cukup besar dari kegiatan yang ada di dalam bangunan. Berikut adalah penjelasan mengenai Photovoltaic System dan Kaca Pintar :
a. Photovoltaic System
1. Sejarah dan Perkembangan Photovoltaic
Sel Photovoltaic konvensional pertama diproduksi di akhir 1950-an dan sepanjang 1960-an terutama digunakan untuk menjalankan satelit orbit bumi. Tahun 1970-an peningkatan dalam manufaktur, kinerja dan kualitas modul PV membantu mengurangi biaya dan membuka peluang untuk menjalankan aplikasi jarak jauh yang berhubunngan dengan bumi. 1980-an, photovoltaic menjadi sumber energy yang popular untuk para pengguna alat-alat elektronik. Mengikuti krisis energy 1970-an, usaha signifikan juga mulai mengembangkan system tenaga PV untuk kegunaan residensial dan komersial. Selama periode yang sama, aplikasi anternasional untuk system PV meningkat secara dramatis untuk menjalankan klinik kesehatan pelosok, pendinginan, pompa air, telekomunikasi, dan peralatan rumah tangga tanpa jaringan. Sekarang industry produksi modul PV tumbuh kira-kira 25% setiap tahun, kebanyakan program Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa mempercepat implementasi system PV pada bangunan dan interkoneksi ke jaringan utilitas. Perkembangan arsitektur surya USA dipresentasikan dengan Skythherm System of Harold Hay, Steve Baer’s Zome Home dan dilanjutkan dengan Hysolar Institute Stutgart di Jerman, Achen power utilities dan Flachglas AG Headquarters merupakan demontrasi panel photovoltaics sebagai fasade bangunan tinggi.
commit to user
BAB II-42
2. Jenis – jenis Photovoltaic
Macam-macam bahan dasar sel surya a. Sel surya selenium
Pada tahun 1873 , seorang ahli listrik bernama Willoughby smith dari perusahaan “Telegraph Construction’’menemukan bahan Selenium yang sangat resistan terhadap listrik jika tidak terkena cahaya maka ikatan elektron atom listrik di lepas dan menjadi bahan yang sangat konduktif terhadap muatan listrik
Lorenzo Eduardo solar electricityhal 2
Tingkat kenaikan Selenium menghantar listrik sebanding dengan beradanya intesitas cahaya. Sel surya Selenium pertama kali dihasilkan pada tahun 1883 oleh Charles Fritts dari jerman , tetapi tingkat efisensi konversi energy dari cahaya menjadi listrik berkisar antara 1% sampai 2%.
b. Sel surya Silicon
Pada tahun 1954. para ahli di lab. Bell menemukan bahan silicon sebagai bahan pengantar listrik yang lebih baik dari pada selenium. Tingkat efisiensi konversi energi ( dari cahaya menjadi listrik ) sel surya silicon dapat mencapai sampai 6%.
commit to user
BAB II-43
Pengembangan Sel surya Silikon secara individu(chip): a. Monocyristalline Silikon Cell
Dibuat menggunakan gergaji pemotong sel dari sebuah Kristal silindris silikon, ini adalah teknologi photovoltaic yang paling efisien. Keuntungan dasar monocyristalline cells adalah efisiensinya yang tinggi,khususnya sekitar 15%,walaupun proses manufakturnya yang diperlukan untuk memproduksi rumit,sehingga harganya agak mahal daripada teknologi lain.
b. Multicyristalline Silicon Cells
Terbuat dari potongan sel dari sebuah batang baja cair dan silikon yang dicairkan ulang. Dalam proses manufakturnya, silicon cair dituangkan pada batang batang baja silikon polycrystalline,batang-batang baja ini kemudian di potong gergaji menjadi biskit yang sangat tipis dan disusun menjadi sel yang lengkap. Multicrystalline cells lebih murah untuk di produksi daripada monocrystalline,karna proses manufaktur yang lebih sederhana. Bagaimanapun,mereka cenderung agak kurang efisien, dengan efisiensi rata-rata sekitar 12% menciptakan tekstur yang butir-butir kecil.
c. Thick – Film Silicon
Teknologi multicrytalline yang lain di msns silikon disimpan dalam proses yang berlanjut diatas sebuah material dasar memberikan urat yang baik, penampilan yang berkilau. Seperti semua PV crystalline, ini di kapsulkan dalam sebuah penutup tempered glass dan biasanya di batasi dengan bingkai aluminium yang kuat.
d. Amorphous Silicon
commit to user
BAB II-44
juga dikenal dengan teknologi PV “film tipis”. Amorphous silicon dapat di simpan pada sebuah subsrat tingkat yang luas, kaku dan fleksibel,yang membuat ideal untuk permukaan lengkung dan modul lipat. Amorphous cell adalah kurang efisiendari pada sel yang berasal dari crystalline, dengan efisiensi khususnya sekitar 6% tetapi lebih mudah dan bagimanapun lebih murah untuk diproduksi. Harganya yang murah membuatnya cocok untuk banyak aplikasi di mana efisiensi tinggi tidak dibutuhkan dan biaya rendah dibutuhkan.
e. Film Tipis lainnya
Sejumlah material menjanjikan lainnya seperti cadmium telluride(CdTe)dan copper indium di selenide(CIS) sekarang di gunakan untuk modul PV. Menariknya teknologi ini adalah mereka sapat di manufaktur oleh proses industriyang relatif tdak mahal. Sebuah sel surya dalam menghasilkan energi listrik ( energi sinar matahari menjadi photon) tidak tergantung pada besaran luas bidang silikon, dan secara kanstan akan menghasilkan energi berkisar lebih kurang 0,5 volt-max 600 mV pada 2 ampere, dengan kekuatan radiasi sinar matahari 1000 W/m2=1 ‘sun’ akan menghasilkan arus listrik sekitar 30 Ma/cm2 per sel surya (Mintorogo,2000)
3. Cara Kerja Solar Sel
commit to user
BAB II-45
foton akan lenyap dan berubah menjadi dua partikel baru yang bermuatan berlawanan yaitu elektron dan hole. Muatan bebas ini segera dihanyutkan oleh medan listrik internal, hole bergerak dari tipe n ke tipe p dan elktron bergerak pada arah sebalikya. Konsentrasi pembawa muatan didalam bahan akan bertambah sehingga dapat terjadi aliran arus difusi dan terjadi pula aliran arus drift karena pada daerah deplesi terdapat medan listrik internal. Akibatnya tipe p berfungsi sebagai kutub positif dan tipe n sebagai kutub negative.
Sebuah sel PV silikon tipikal tersususn dari sebuah lapisan tipis sebuah layerultra-tupis silikom phosphorous-doped (tipe-N) di puncak layer yang lebih tebal dari silikon boron doped (tipe-P). Sebuah medan listrik tercipta dekat puncak permukaan sel dimana terjadi kontak antara kedua material ini, yang disebut P-N junction. Ketika cahaya matahari mengenai permukaan sel PV, medan listrik ini menghasilkan momentum dan arah pada elektron stimulasi cahaya, menghasilkan aliran arus ketika sel surya dihubungkan pada beban listrik.
4. Contoh Aplikasi Pada Bangunan
Sistem PV dapat digabungkan pada bangunan dengan cara yang bervariasi. Atap yang miring adalah tempat yang ideal, diman modul-modul dapat secara sederhana di tempelkan menggunakan bingkai. Sistem photovolthaics dapat juga digabungkan pada pabrik bangunan sebenarnya, contohnya ubin atap PV sekarang sudah tersedia yang mana
Gambar II-26 : Cara Kerja Solar
commit to user
BAB II-46
dapat dapat di cocokkan dengan ubin standard. Sebagai tambahan, PV dapat juga digabungkan sebagai fasad bangunan, kanopi, dan skylight diantara banyak aplikasi lain. Beberapa tempat yang mungkin untuk pemasangan sistem BIPV:
a. Atap
Atap sangat ideal dengan pemasangan PV. Biasanya lebih sedikit terjadi pembayangan diatas atap dibandingkan di tanah. Atap biasanya mempunyai permukaan yang luas dan tidak tergunakan. Sebuah perbedaan antara atap miring dan datar harus di buat.
1) Atap miring
Modul PV dapat dengan mudah dipasang pada atap miring. Tipe pemasangan dengan biaya rendah ini sering digunakan untuk rumah pribadi dan atap eksisting dan dikenal dengan nama Building Adapted PV( BAPV. Sebuah cara yang lebih elegan untuk memasang PV ditempelkan seperti sirap atau ubin dan pekerjaan tersebut dapat dikerjakan oleh kontraktor atap.
2) Atap datar
Atap datar mempunyai keuntungan mudah diakses, pemadangan yang mudah, dan menyediakan pilihan bebas untuk orientasi unit PV. Ketelitian harus diperhatikan selama pemasangan plat PV
Gambar II-27 : Aplikasi Solar Cell pada atap