• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN FIELDTRIP INSTALASI PENGOLAHAN A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN FIELDTRIP INSTALASI PENGOLAHAN A"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN FIELDTRIP INSTALASI PENGOLAHAN

AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG, BANDUNG

MATAKULIAH MANAJEMEN MEDIA

AKUAKULTUR

Oleh :

Darmawan Setia Budi C151120351

MAYOR AKUAKULTUR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Limbah adalah salah satu hal yang tidak disukai oleh semua orang, akan

tetapi setiap hari orang-orang banyak yang mengeluarkan limbah secara tidak

sadar. Miris memang jika melihat semua ini. Terbukti dengan sungai-sungai yang

ada khususnya di daerah Bandung sangat tercemar baik limbah tercemar oleh

limbah organik maupun limbah anorganik. Limbah pabrik dan juga limbah

domestik yang berupa bahan organik akan mengakibatkan kerusakan pada struktur

dan kualitas air yang mengakibatkan bidang perikanan dan pertanian akan

terganggu. Sehingga dengan adanya air yang kurang sehat akibat tercemar oleh

limbah maka banyak hal yang terganggu baik manusia maupun hewan terutama

ikan. Hal ini terjadi karena ikan adalah salah satu organisme yang media hidupnya

di dalam air. Maka dari itu perlu adanya pengelolaan air untuk mengurangi

dampak yang ada. Baik dengan pengelolaan air yang merupakan sumber

kehidupan maupun pengolahan dan pendayagunaan air yang sudah tercemar oleh

limbah. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) adalah salah satu instalasi yang

terdapat di daerah Bojongsoang Jawa Barat, instalasi ini bergerak dalam

pengolahan air limbah yang akan menghasilkan air untuk digunakan kembali baik

untuk perikanan maupun pertanian. Dengan adanya IPAL ini diharapkan

mengurangi dampak ataupun kekurangan hasil dari perikanan maupun pertanian

yang merupakan aset yang terdapat di negara kita Indonesia

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Bojongsoang merupakan

instalasi pengolahan air limbah yang terletak di kecamatan Bojongsoang

kabupaten Bandung. Sistem pengolahan air limbah di IPAL Bojongsoang

terhitung konvensional. Proses-prosesnya mengutamakan proses alami, tanpa

bantuan teknologi yang rumit dan tanpa bantuan bahan kimia aditif. IPAL seluas

85 hektar ini mengolah air limbah melalui dua proses utama, yaitu proses fisik dan

biologi. Proses fisik bekerja dalam memisahkan air limbah dari sampah–sampah, pasir, dan padatan lainnya sehingga proses pengolahan biologi tidak terganggu.

Sedangkan proses biologi mengolah air limbah sehingga parameter Biochemical

(3)

(DO), kandungan bakteri E. coli, kandungan logam berat, dan lain-lain memenuhi

daya dukung lingkungan badan air di mana air limbah yang sudah diolah ini akan

dibuang. Kolam pengolahan biologi terdiri dari 14 kolam yang terdiri dari dua

kompartemen utama, kompartemen A dan kompartemen B. Jadi, masing–masing kompartemen terdiri dari tujuh kolam yaitu, tiga kolam anaerob, dua kolam

fakultatif, dan dua kolam maturasi.

IPAL Bojongsoang memiliki kapasitas pengolahan 80.000 meter kubik air

limbah perhari. Namun, pemanfaatannya masih jauh di bawah itu. Air limbah

eksisting yang diolah hanya 40.000 meter kubik. Penyambungan sistem perpipaan

air limbah Bandung Barat dan Bandung Utara ke sistem perpipaan menuju IPAL

Bojongsoang diharapkan dapat mengoptimalkan pemanfaatan IPAL Bojongsoang

sekaligus menurunkan beban pencemaran sungai Citepus yang hingga sekarang

terus-menerus menerima air limbah yang tidak diolah terlebih dahulu dari

pemukiman masyarakat di kawasan Bandung Barat dan Bandung Utara.

Salah satu permasalahan yang dialami IPAL Bojongsoang, yaitu IPAL ini hanya

didesain untuk mengolah air limbah rumah tangga. Kenyataannya IPAL ini sering

menerima air limbah yang berasal dari industri kecil dan industri rumah tangga

yang tidak memiliki IPAL mandiri dan langsung membuang air limbahnya ke

IPAL Bojongsoang.

1.2 Tujuan

Tujuan dari fieldtrip Matakuliah Manajemen Media Akuakultur ke IPAL

Bojongsoang adalah untuk mengetahui cara mengolah air buangan rumah tangga

agar dapat menurunkan tingkat pencemaran sungai-sungai di kota Bandung.

1.3 Manfaat

Manfaat dari fieldtrip Matakuliah Manajemen Media Akuakultur ke IPAL

Bojongsoang adalah diharapkan para mahasiswa mendapatkan gambaran nyata

mengenai bagaimana merekayasa limbah perkotaan agar saat di buang ke badan

air, memenuhi daya dukung lingkungan badan air dan tidak merusak ekosistem

badan air. Diharapkan pengetahuan yang diperoleh dari praktek lapang ini dapat

(4)

II. HASIL KEGIATAN

2.1. Keadaan Umum IPAL Bojongsoang

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Bojongsoang merupakan instalasi

pengolahan air limbah yang dimiliki oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

Kota Bandung. Instalasi ini terletak di Bojongsoang, sekitar 12 Km dari Kota

Bandung, tepatnya pada koordinat 7o-7,28o LS dan 107,14o-107,16o BT. Instalasi ini dibangun dengan tujuan untuk mengolah air buangan rumah tangga dari area

pelayanan Bandung Timur dan Bandung Tengah Selatan serta untuk menurunkan

tingkat pencemaran sungai-sungai di Kota Bandung.

Sebelum dibentuk Divisi Air Kotor Perusahaan Daerah Air Minum Kota

Bandung, pengolahan sarana air limbah dilaksanakan oeh Dinas Kebersihan dan

Keindahan Kota (DK3) Kota madya Dati II Bandung, di mana sarana yang

dikelola adalah saluran yang dibangun pada tahun 1916 dan tercampur yang

selanjutnya diolah pada bangunan inhoftank yang pada saat ini bangunan tersebut

sudah tidak berfungsi lagi. Melalui “Bandung Urban Development Project”

(BUDP) Dewi Sartika tahun I dan II memperoleh bantuan dari Asian

Development Bank (ADB) dan penyertaan modal pemerintah. Dari modal ini

maka dibangunlah sarana air limbah berupa pipa dan instalasi pengolahan air

limbah yang mampu melayani penduduk Bandung Timur, Bandung Tengah dan

Bandung Tengah-Selatan.

Mengingat besarnya biaya yang digunakan untuk pembangunan sarana

tersebut dan sesuai dengan persayaratan pinjaman maka Pemerintah Kota

Bandung memutuskan agar air limbah dikelola oleh perusahaan. Pengelolaan oleh

perusahaan daerah ini diputuskan dengan harapan agar operasi dan pemeliharaan

dapat dilaksanakan dengan baik. Di samping itu ditetapkan pula biaya pelayanan

air kotor untuk biaya operasional dan pemeliharaan serta untuk pengembalian

pinjaman. Sebelumnya, pelayanan air limbah kotor sulit ditarik retribusinya

secara efisien sehingga untuk mengatasi hal tersebut sesuai dengan kebijaksanaan

Pemerintah Kota Bandung, maka penarikan biaya pelayanan sarana air limbah

(5)

Berdasarkan peraturan pemerintah Kota Bandung tanggal 1 Desember 1981

No. 23/PD/1981 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perusahaan Daerah

Air Minum maka pengolahan air limbah disatukan dengan pengolahan air bersih

yang kemudian disahkan melalui SK.Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa

Barat No. 1881.342/SK.113-HUK tanggal 1 Agustus 1983.

Sesuai Perda Kotamadya Bandung No 2077 tahun 1988, Divisi Air

Limbah dipimpin oleh seorang direktur yang bertanggung jawab kepada Direktur

Utama PDAM Kota Bandung. Dalam melaksanakan tugasnya, direktur air limbah

dibantu oleh 4 orang kepala bagian yang membawahi beberapa seksi sebagai

4. Bagian Pemeliharaan Alat Teknik Air Limbah  Seksi Peralatan

 Seksi Pemeliharaan Alat-alat Teknik

Sesuai dengan Perda No 17-PD/1986 yang diperbaharui dengan Perda No.

194 tahun 2002 ditetapkan tarif pelayanan air limbah sebagai berikut :

1. Retribusi Pembuangan Air Limbah  Pelanggan Air Minum

Untuk semua golongan (social, non komersial dan industri) sebesar 30 %

(6)

 Non Pelanggan Air Minum

Tarif pelayanan pembuangan air limbah disesuaikan dengan golongan tarif

yang berlaku. dikenakan biaya penyambungan sebesar 10 % dari total biaya pembuatan

saluran tersebut

 Untuk penyambungan lebih dari satu sambungan dikenakan biaya penyambungan sebesar 15 % dari total biaya penyambungan persil tersebut

2.2. Instalasi Pengolahan Air Limbah

Instalasi Pengolahan Air Limbah adalah instalasi yang mengolah air

buangan rumah tangga dengan system pipa yang berasal dari wilayah Bandung

Timur dan Bandung Tengah-Selatan. Instalasi ini terletak di wilayah Bandung

Selatan yaitu di Desa Bojongsari, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung.

Luas areal instalasi ini adalah 85 hektar yang meliputi instalasi dan kolam

stabilitas.

Sarana instalasi yang terdapat di IPAL Bojongsoang adalah sebagai

berikut :

1. Inlet merupakan saluran pemasukan dari seluruh limbah yang ada di kota

bandung. Saluran ini merupakan pintu masuk air dan seluruh sampah baik

organic maupun anorganik. Saluran inlet memiliki kedalam 1.8 m, lebar ±3 m,

panjang ± 3 km dari kota Bandung menuju Bojongsoang.

2. Bar screen adalah merupakan saringan sampah secara fisik untuk menyaring

berbagai jenis sampah yang terbawa oleh aliran air dari inlet. Penyaringan

sampah ini dilakukan secara manual menggunakan tenaga manusia. Sampah

(7)

3. Sump well adalah kolam penampungan dari inlet setelah melalui bar sceen. Di

dalam bak tersebut air akan dikumpulkan mencapai level tertentu untuk

dinaikkan dengan menggunakan pompa ulir (screw well). Didalam bak

tersebut air yang masuk tidak ada sampah yang besar hanya tinggal sampah

halus dan samapah organic (limbah) berupa partikel-partikel kecil.

4. Screw well merupakan alat berupa pompa ulir bertenaga listrik untuk

menaikkan air menuju ke mechanical bar screen (saringan halus).

5. Mechanicel bar screen merupakan proses penyaringan sampah halus dengan

menggunakan mesin secara otomatis. Kemudian sampah yang tersaring akan

dikirim menggunakan ban berjalan menuju ke screening press untuk

dipadatkan.

6. Grit chamber merupakan bak pengolahan untuk memisahkan partikel lumpur

dengan pasir. Bak yang digunakan berbentuk lingkaran dengan diameter ±4 m

dengan memisahkan partikel-partikel halus dengan cara memutar air dengan

cara memutar baling-baling yang terbuat dari plate besi yang bertujuan untuk

memisahkan butiran samping dari air ke samping bak untuk kemudian

diangkat dengan menggunakan alat tertentu (spesifik).

Kapasitas kolam pengolahan yang dimiliki oleh IPAL Bojongsoang

meliputi :

Kolam pengolahan ini terdiri dari 3 kolam yaitu :

1. Kolam anaerob merupakan kelanjutan dari aliran air setelah penyaringan air

secara fisik. Kolam ini merupakan penampungan air limbah dengan luas ± 4

ha yang terdiri dari 6 kolam. Kolam ini berfungsi untuk menurunkan bahan

organic secara anaerobic dengan bantuan mikroorganisme anaerob.

2. Kolam fakultatif merupakan kelanjutan dari kolam anaerob dengan ukuran

29,8 ha dengan kedalaman 1,5 m. fungsi dari kolam fakultatif adalah

(8)

kolam ini sudah lebih baik dari kolam anaerob karena sebagian bahan organic

sudah mengendap pada kolam anaerob.

3. Kolam maturasi merupakan kelanjutan dari kolam fakultatif dengan luasan ±

32,5 ha yang berfungsi menyempurnakan kualitas air dengan kondisi yang

layak untuk di lepaskan ke perairan umum (sungai citarum).

Keterangan : An = Kolam Anaerob F = Kolam Fakultatif M = Kolam Maturasi

Gambar 1. Denah lokasi areal instalasi pengolahan air limbah Bojongsoang

Proses yang terjadi pada instalasi pengolahan air limbah Bojongsoang

meliputi proses fisik dan proses biologi. Proses fisik dilakukan secara mekanik

sedangkan proses biologi meliputi 3 tahap yaitu proses anaerobik, fakultatif dan

maturasi.

2.3. Proses Pengolahan Air Limbah

Seperti yang telah dijelaskan di atas, proses pengolahan air limbah di

IPAL Bojongsoang meliputi proses fisik dan proses biologis. Berikut akan

digambarkan proses-proses tersebut.

2.3.1. Proses Pengolahan Fisik

Pengolahan fisik adalah pengolah atau pemisahan air kotor dari sampah

kasar, halus, lumpur dan pasir; tahap pertama air kotor dari saluran terbuka

(9)

Screen), dimana pada tahap ini sampah kasar berukuran > 50 mm akan tersangkut

pada saringan berupa kawat kasar yang dipasang pada pintu pemasukan dan

sampah tersebut diangkat secara manual oleh petugas yang berada disana.

Setelah tersaring dari sampah kasar air kotor masuk pada bak

penampungan, selanjut air di pompa dengan pompa ulir (screw pump) untuk

memompa air dari bak penampungan ke grit chamber, saringan halus (mechanical

bar screen) untuk menyaring sampah berukuran kecil (20 mm-50 mm), Screening

press untuk memadatkan sampah yang dihasilkan dan oleh saringan halus. Setelah

proses pemisahan sampai dengan air pemisahan selanjutnya adalah pemisahan

lumpur dan pasir.

Air kotor yang masuk adalah limbah domestik, hotel dan rumah sakit

adalah air yang bukan tercemar oleh zat kimia yang beracun, utuk mendeteksi hal

ini dapat terlhat pada proses mechanical bar screen, dimana pada tahap ini

terpasang alat deteksi kualitas air berupa BOD, pH dan Oksigen terlarut. Apabila

tercatat air yang masuk BODnya berkisar antara 200-400 mg/l maka akan

dilakukan pngujian secara manual untuk data yang akurat. Apabila benar maka

pintu air pada inlet akan ditutup. Sehingga air kotor tersebut tidak akan dilakukan

proses selanjutnya dan air akan dikelurkan melalui saluran bypass. Selain karena

adanya limbah industri yang mngandung zat kimia penutupan pintu inlet dan

dibukanya saluran bypass juga dilakukan jika adanya perbaikan mesin pada screw

pump.

Setelah air kotor dipisahkan dari sampah kasar, sampah halus, lumpur dan

pasir (pengolahan fisik). Tujuan pengolahan fisik ini adalah untuk memudahkan

tahap pengolahan selanjutnya yaitu pengolahan biologi sehingga pengolahan

biologi dapat berjalan dengan sempurna dan air kotor yang diproses atau diolah

dapat dimanfaatkan atau dibuang ke sungai.

2.3.2. Proses Pengolahan Biologi

Setelah proses penyaringan dilakukan secara fisik maka selanjutnya adalah

proses penyaringan dilakukan secara biologis menggunakan organisme akuatik

anaerob didalam kolam anaerob. Kolam ini memiliki luas area 4,04 ha, kedalaman

(10)

360 mg/l, total bahan organik 20.100 kg BOD/hari, waktu denaturasi 2 hari,

temperature 22.5oC. Pada proses ini terjadi 3 tahapan proses yaitu tahap hidrolisasi yang (terdiri dari penguraian protein, penguraian polysacarida dan

penguraian lemak); tahap acidogenik yang merupakan proses pembentukan asam

oleh bakteri dengan proses kimia 4C8H2O2NS + 8H2O  4CH3COOH + 4CO2 +

4NH3 + 4H2S + 8H; tahap methanogenik yaitu merupakan proses pembentukan

gas methan oleh bakteri methanogenik adapun proses kimianya adalah sebagai

berikut 4CH3COOH + 8H 5CH4 + 3CO2 + 2H2O.

Gambar 2. Proses Biologi Pengolahan Air Limbah di IPAL Bojongsoang

Setelah dari kolam anaerobik air akan mengalir secara grafitasi air akan

bergerak menuju kolam fakultatif. Adapun proses yang terjadi adalah simbiosa

antara ganggang dan ganggang. Adapun proses yang terjadi adalah sebagai berikut  Mikro Algae + CO2 --- Fotosintesa --- O2

 Bakteri + O2 --- Sel Baru

AN 1

F 1

F 2

AN 2

AN 3

INLET

M 1

M 2

Sungai Citarum

Facultatif

Maturation

(11)

Adapun zona yang terbentuk pada kolam fakultatif adalah zona anaerob (dasar),

Zona Fakultatif (central), Zona Aerob (permukaan). Proses Yang Terjadi

Pada Kolam Fakultatif

 Reduksi BOD sampai 80 %

 Peningkatan kadar Oksigen ( Dari Reaerasi dan Proses Fotosintesa)  Penurunan Bakteri Pathogen

Pada kolam maturasi merupakan penyempurnakan kualitas air dengan kondisi

yang layak untuk di lepaskan ke perairan umum (sungai citarum). Proses yang

terjadi pada kolam maturasi (aerob) adalah Proses Nitrifikasi oleh bakteri

Autotrof antara lain :

 Tahap Nitritasi : (Oksidasi NH4 menjadi ion NO2) Bakteri yang dihasilkan adalah Nitrosomonas

 Tahap Nitratasi : ( Oksidasi ion NO2 menjadi ion NO3) Bakteri yang dihasilkan Nitrobacter.

Tabel 1. Hasil Pengukuran kualitas air pada kolam maturasi

PARAMETER UNIT INFLUENT EFFLUENT

pH - 7.36 9.07

Disolved Oxygent Mg/l 0.4 8.21

B O D Mg/l 250 40.00

C O D Mg/l 280 50.00

E.coli MPN/100ml 9.108 15.103

Coliform MPN/1ooml 9.10 3.10

Dari hasil proses pada kolam maturasi diperoleh air yang sudah layak untuk

dibuang keperairan umum. Pengukuran kualitas kualitas air pada kolam maturasi

(12)

III. PEMBAHASAN

IPAL Bojongsoang ini adalah milik Perusahaan Daerah Air Minum Kota

Bandung. PDAM Bandung, sebagai PDAM yang cukup besar, memiliki tiga

divisi; divisi air bersih yang menangani air kotor, divisi umum, dan divisi air

kotor yang menangani limbah rumah tangga. Namun, IPAL yang berjarak 12 km

dari kota Bandung ini belum sepenuhnya menangani air limbah rumah tangga dari

seluruh Bandung. IPAL Bojongsoang baru bisa menangani air limbah dari

wilayah Bandung Timur dan Bandung Tengah bagian Selatan. Selain mengolah

air limbah yang masuk langsung dari saluran perpipaan, IPAL Bojongsoang juga

menerima air limbah dari tangki septik (septic tank) yang dikumpulkan oleh

mobil–mobil pengumpul tinja pelayanannya baru 58 persen dari kota Bandung., IPAL ini benar–benar sesuai dengan fungsinya, yaitu mengurangi beban pencemaran sungai–sungai di Bandung.

Pencemaran yang terjadi dapat disebabkan oleh limbah domestik (limbah

rumah tangga, hotel, restaurant dan rumah rakit), limbah pertanian, limbah

pertenakan dan limbah industry. Seperti yang dinyatakan oleh Effendi (2003),

bahwa bahan pencemar adalah bahan-bahan yang bersifat asing bagi alam atau

bahan yang berasal dari alam itu sendiri yang memasuki suatu tatanan ekosistem

sehingga mengganggu peruntukan ekosistem tersebut. Polutan antropogenik

adalah polutan yang masuk ke badan air akibat aktivitas manusia misalnya

kegiatan domestik, kegiatan urban maupun kegiatan industri. Limbah ini akan

masuk keperairan dan akan mempengaruhi kondisi perairan yaitu menurunnya

kualitas air, terganggunya sumber air, terganggunya lingkungan perairan,

rusaknya konservasi air, debit air yang kurang yang pada akhirnya biaya semakin

tinggi untuk pengolahannya. Untuk menangani permasalah tersebut IPAL

Bojongsoang berusaha untuk memecahkannya dengan beberapa tahap kegiatan

(13)

TINGKAT PENCEMARAN

Gambar 3. Skema pengelolaan air limbah di IPAL Bojongsoang

Proses pengolahan limbah yang ada di IPAL Bojongsoang sudah sangat

baik. Proses tersebut dibagi dalam dua tahapan yakni proses fisik dan proses

biologi. Pada proses fisik yang dilakukan secara mekanik agar sampah-sampah

dengan ukuran lebih besar dapat tersaring terlebih dahulu. Selanjutnya, air limbah

yang telah disaring pada proses fisik diolah melalui proses biologi.

Pada proses pengolahan secara biologi, pengendapan zat padat ke dasar

kolam membentuk lapisan lumpur sehingga kadar padatan terlarut cukup

tinggi. Dalam proses pengendapan sebagaian bahan organic yang terbawa dalam

aliran air akan mengumpul dan membentuk endapan berupa lumpur. Endapan

lumpur berwarna hitam pekat dengan bau sangat menyengat. Proses anaerob akan

berjalan secara optimal apabila ketebalan endapan lumpur dalam kolam anaerob

tidak kurang dari 50 cm. jika ketabalan lumpur telah mencapai 50 cm maka harus

dikeluarkan sehingga dasar kolam akan bersih. Pengambilan endapan lumpur

(14)

yang terdapat dalam endapan lumpur antara lain bahan limbah dari logan berat

seperti aluminium(Al), magnesium(M), sulfur (S), besi (Fe), Mg , Cu, Zn, Bo, Na,

K, P,. Dari proses yang terjadi dalam kolam anaerob tersebut diharapakan akan

terjadi penguraian zat organik yang akan menguraikan bahan-bahan organik

terlarut dalam air sehingga menjadi bahan yang tidak bersifat toksik (racun) dan

layak untuk digunakan dalam budidaya. Penurunan kadar BOD bisa mencapai

Reaksi yang terjadi pada proses pembentukan NH3 NH4 + OH- NH3 + H2O

Semakin tinggi pH air senakin tinggi amoniak, karena sebagian besar berada

dalam bentuk NH3, secara biologis di alam dapat terjadi perombakan amoniak

menjadi nitrat (NO3), suatu bentuk yang tidak berbahaya, dalam proses nitrifikasi

dengan bantuan bakteri nitrifikasi , terutama Nitrosomonas dan Nitrobacter.

Selain memerlukan bakteri tersebut diperlukan oksigen yang cukup di dalam air.

Dalam proses nitrifikasi ini diperlukan karbon dan oksigen yang cukup sebagai

sumber energy, seperti terlihat pada reaksi berikut (Poernomo, 1989) :

29NH3 + 37O2 + 5CO2 Nitrosomonas C5H7O2N + 28NO2 + 57H + 26H2O

96NO2- + 43O2 + 5CO2 Nitrobacter C5H7O2N + H+ + 96NO3

Reaksi yang terjadi pada proses pembentukan CO2

CO2 + H2S H+ + HCO3-

Bakteri yang berperan pada proses anaerobik bakteri penghasil asam :

bakt.non methanogenik. bakteri methan : methanosarcina barkeri dan

methanospirillum hungaley .

Proses fakultatif pada prinsipnya merupakan pengolahan untuk

menurunkan bahan organic secara aerob dan anaerob. Pada tahapan ini

diharapkan akan terjadi penurunan tingkat kebutuhan oksigen secara biologis

(BOD). BOD adalah jumlah oksigen yang diperlukan oleh miroorganisme untuk

(15)

yang lebih stabil. Oleh karenanya, organisme yang dominant pada kolam ini

Berdasarkan hal tersebut di atas maka diharapkan BOD pada air tereduksi sampai

80 %. Selain itu juga diharapkan terjadinya peningkatan kadar oksigen melalui

reaerasi dan proses fotosintesis. Dengan sendirinya, bakteri-bakteri patogen juga

akan menurun.

Hal yang sama juga terjadi pada kolam maturasi. Pada kolam ini,

mikroorganisme yang dominan adalah fitoplankton sebagai berikut :

1. Kolam Maturasi 1

Pada kolam maturasi ini, proses pengolahan air dilakukan untuk penyempurnaan

kualitas air. BOD air yang dihasikan turun hingga mencapai 40 mg/L dan Focal

Coli menjadi 5.000 mpn/100 ml. Untuk menyatakan apakah suatu perairan sudah

tercemar adalah dengan diperbandingkan dengan standar baku mutu air yang telah

ditentukan. Dalam hal ini sudah terdapat peraturan yang mengatur tentang mutu

air yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Kriteria mutu air

(16)

minum, rekreasi air, budidaya ikan air tawar dan pengairan lahan pertanian. Batas

maksimum kadar BOD pada kelas 4 adalah sebesar 12 mg/l. Berdasarkan baku

mutu tersebut maka dapat dikatakan bahwa air hasil olahan dari kolam maturasi

ini belum layak untuk air minum, rekreasi air dan budidaya air tawar. Namun

demikian nilai BOD yang ada dalam kolam maturasi ini telah mengalami

penurunan yang signifikan dari 144 mg/L pada kolam anaerob dan 50 mg/L pada

kolam fakultatif.

Tabel 2. Penurunan Jumlah Bakteri Pada IPAL Bojongsoang

NO PARAMETER (MPN/100ml)

INLET OUTLET EFISIENSI (%) 1 E.Coli 9.108 15.103 99.99% 2 Coliform 9.108 3.103 99.99% 3 Salmonella 6,5.107 18.102 99.99%

Tabel 2 memperlihatkan penurunan jumlah bakteri pada IPAL

Bojongsoang. Terlihat bahwa terjadi penurunan jumlah bakteri E. Coli,

Salmonella dan bakteri Coliform. Penurunan ini mengakibatkan terjadinya

efisiensi pada instalasi hingga mencapai 99,99 %. Hal ini berarti bahwa proses

pengolahan air limbah dapat menurunkan jumlah bakteri dengan baik.

Selanjutnya, pengolahan air limbah di IPAL Bojongsoang juga dapat menurunkan

(17)

VI. KESIMPULAN

Dari hasil praktek lapang yang dilakukan di IPAL Bojongsoang dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. IPAL Bojongsoang merupakan instalasi pengolahan air limbah terbesar di

Asia Tenggara dengan kapasitas :

 Debit rata-rata/hari : 80.835 m3/hari

 Debit maksimum : 243.000 m3/hari

 BOD influent : 360 mg/L

 Fecal Coli : 108 FC/100 ml

 Temperatur : 22,5oC

2. Proses pengolahan air limbah di IPAL Bojongsoang terdiri dari proses fisik

dan proses biologi. Pengolahan fisik dilakukan secara mekanis sedangkan

proses biologi dilakukan melalui proses anaerobic, fakultatif dan maturasi

3. Kualitas air yang dihasilkan setelah melalui proses maturasi memiliki BOD

sebesar 40 mg/L. Berdasarkan baku mutu yang tertuang dalam Peraturan

Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air, kualitas air yang dihasilkan ini belum layak

(18)

VII. DISKUSI

Pada proses pengolahan secara fisik, ada dua screen yakni bar screen dan

mecanical screen. Hal ini dilakukan karena air limbah yang akan diolah oleh

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) Bojongsoang mengandung berbagai

macam jenis sampah, seperti: organik maupun anorganik. Contoh sampah organik

antara lain: dedaunan, rerumputan dan lain-lain. Sedangkan sampah anorganik

meliputi: batu, pasir, kerikil, tanah, plastik dan lain-lain. Sehingga dibutuhkan

beberapa macam penyaringan untuk memisahkan sampah-sampah tersebut, antara

lain melalui:

- Saringan kasar (Bar screen), saringan ini dimaksudkan untuk menyaring

sampah dengan ukuran yang relatif besar yaitu lebih besar sama dengan 50mm

- Saringan halus (Mechanical screen), saringan ini dimaksudkan untuk

menyaring sampah dengan ukuran yang relatif besar yaitu lebih kecil daripada

50mm

Pompa yang digunakan pada IPAL Bojongsoang adalah screw pump. Hal

ini dilakukan karena dasar permukaan dari bak penampungan air limbah berada di

bawah dasar permukaan grit chamber, maka diperlukan screw pump untuk

memompa air dari bak penampungan ke grit chamber.

Selanjutnya pada proses pengolahan air limbah di tahap berikutnya

digunakan grift chamber karena air limbah yang masuk ke dalam grit chamber

masih mengandung lumpur dan partikel pasir, maka dibutuhkan penyaringan

untuk memisahkan lumpur dan pasir. Sehingga air yang dialirkan menuju bak

pengolahan secara anaerob diusahakan sebisa mungkin bebas dari pasir, untuk

menghindari terjadinya pendangkalan oleh pasir di kolam anaerob. Sedangkan

lumpur di dalam kolam anaerob berfungsi sebagai media perangkap bakteri

penghasil asam (bakteri non methanogenik) dan bakteri methan (Methanosarcina

bakteri, Methanospirillum hungaley).

Pada kolam anaerobik dilakukan pengerukan sediment. Di dalam

pengolahan air limbah khususnya untuk air limbah rumah tangga, kolam

anaerobik termasuk ke dalam tahap pengolahan limbah secara biologis. Kolam ini

berfungsi untuk menghilangkan koloid senyawa organik atau senyawa organik

(19)

Mikroorganisme yang digunakan umumnya terdiri dari 2 jenis bakteri, yaitu

bakteri penghasil asam (bakteri non methanogenik) dan bakteri methan

(Methanosarcina barkeri dan Methanospirillum hungaley). Bakteri akan

menguraikan zat-zat organik secara anaerobik menjadi hasil akhir CO2 dan CH4,

dan sebagai hasil samping akan terbentuk senyawa yang berbau, misalnya asam

organik dan H2S.

Kedalaman kolam ini berkisar antara 2,5–4 meter, yang mana di dalamnya terjadi tiga tahap proses, yaitu: 1) tahap hidrolisis, meliputi: penguraian protein,

penguraian poly sacharida dan penguraian lemak; 2) tahap acidogenik yang

merupakan proses pembentukan asam oleh bakteri melalui reaksi: 4C8H2O2NS +

8H2O  4CH3COOH + 4CO2 + 4NH3 + 4 H2S + 8H; dan 3) tahap methanogenik,

yaitu proses pembentukan gas methan oleh bakteri methanogenik melalui

reaksi: 4CH3COOH + 8H  5CH4 + 3CO2 + 2H2O. Proses yang terjadi dimulai

dengan, pengendapan zat padat ke dasar kolam membentuk lapisan lumpur

sehingga kadar SS paling tinggi, kemudian penguraian zat organik (penurunan

BOD sampai 60%), dan terakhir pembentukan gas hasil proses (H2S, NH3, CO2,

SO2 dan CH4).

Jika ketinggian sedimentasi lumpur di dalam kolam anaerobik sudah

mencapai 50 cm maka perlu dilakukan pengerukkan, hal ini penting karena jika

sedimentasi lumpur terlalu tinggi maka proses anaerobik tidak berlangsung secara

efisien dalam menguraikan senyawa organik atau senyawa organik terlarut (bahan

organik).

Pada kolam fakultatif maupun maturasi, kandungan logam beratnya makin

rendah dibanding di kolam anaerobik. Pada kolam fakultatif kandungan logam

beratnya lebih rendah daripada kolam anaerobik karena sebagian logam beratnya

telah diendapkan di dalam kolam anaerobik, sedangkan pada kolam maturasi

kandungan logam beratnya lebih rendah daripada di kolam anaerobik karena

sebagian logam berat telah diendapkan di dalam kolam anaerobik dan di kolam

(20)

Perbandingan hasil analisa kualitas air oleh IPAL Bojongsoang dan menurut Boyd

( 1988 ) dapat dilihat pada Tabel 3 berikut :

Tabel 3. Perbandingan kualitas air di IPAL dan menurut Boyd (1988)

PARAMETER UNIT ANALISA IPAL

Berdasar perbandingan terhadap parameter kualitas air yang baik untuk

kegiatan budidaya menurut Boyd (1988) maka dapat disimpulkan bahwa air

keluaran dari IPAL Bojongsoang masih tidak layak untuk kegiatan budidaya ikan.

Hal ini ditunjukkan pada nilai beberapa parameter yang berada di luar kisaran

batas kelayakan bagi usaha budidaya ikan, antara lain: nilai BOD, COD, Iron, dan

Chromium. Nilai BOD yang sangat tinggi (40 mg/l) berarti bahwa jumlah O2

yang dipakai oleh mikroorganisme baik plankton maupun bakteri sangat tinggi.

Demikian juga, COD yang sangat tinggi (50 mg/l) berarti bahwa banyak terdapat

bahan tercemar pada air keluaran dari IPAL. Sedangkan kadar Fe, Chromium

yang terkandung di air juga sangat tinggi hingga hampir 2-10 kali lipat.

Logam-logam tersebut merupakan jenis Logam-logam berat yang dikhawatirkan dapat

terakumulasi pada badan ikan dan akan berbahaya jika termakan oleh manusia.

Sementara untuk parameter pH, DO, mangan dan deterjen relatif masih berada

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2001. Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

Boyd, CE. 1988. Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Fourth Printing. Auburn University Agricultur Experiment Station, Alabama, USA. 359 p.

(22)

Gambar 1. Denah lokasi areal instalasi pengolahan air limbah Bojongsoang

(23)

Gambar 2. Proses Biologi Pengolahan Air Limbah di IPAL Bojongsoang

AN 1

F 1

F 2

AN 2

AN 3

INLET

M 1

M 2

Sungai Citarum

Facultatif

Gambar

Gambar 1.  Denah lokasi areal instalasi pengolahan air limbah Bojongsoang
Gambar 2.  Proses Biologi Pengolahan Air Limbah di IPAL Bojongsoang
Tabel 1.  Hasil Pengukuran kualitas air pada kolam  maturasi
Gambar 3.  Skema pengelolaan air limbah di IPAL Bojongsoang
+4

Referensi

Dokumen terkait

tengah thallus tertutup oleh ramuli yang berbentuk bulat dalam jumlah banyak, bentuk percabangan tidak beraturan, cabang baru akan muncul dari stipe , warna thallus

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketinggian air saling bergantung dengan konsentrasi pupuk fosfat dalam mempengaruhi persentase penutupan umur 7-21 hari setelah

Berdasarkan hasil pengukuran kinerja terhadap realisasi capaian indikator kinerja utama Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bantul Tahun 2020, disimpulkan bahwa

Protein AdhO36 yang merupakan OMP S.Typhi diduga mengalami perubahan ekspresi pada lingkungan dengan kadar glukosa yang berbeda sehingga turut mempengaruhi proses

Tiga puluh dua tahun (32) tahun kemudian, pada tanggal 30 Juni 2012, di Salatiga, kami lulusan Program Pendidikan Kompetensi Dasar Konselor Pastoral yang merupakan rintisan

Aplikasi resep menu makanan sehat berbasis multimedia ini dibangun dengan tujuan untuk menyediakan informasi tentang seputar makanan sehat baik resep makanan sehat, pengukuran

In this century, poets have benefited from this institution enormously, as witnessed by the mesmerizing artistry of Blok, the provocative antics of the Futurists,