• Tidak ada hasil yang ditemukan

Literature Review Penerapan Pembelajaran musik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Literature Review Penerapan Pembelajaran musik "

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

APRESIASI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Penerapan Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar Menggunakan Strategi Pembelajaran Kooperatif

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Apresiasi Bahasa Dan Sastra Indonesia

Oleh :

Dea Aprilia Choraya 1815163322

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

(2)

Literature Review : Penerapan Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar Menggunakan Strategi Pembelajaran Kooperatif

Abstrak :

Pada saat ini, sekolah dasar sudah menerapkan pembelajaran tematik khususnya setelah ditetapkannya Kurikulum 2013. Dalam pembelajaran tematik di kurikulum 2013 meliputi beberapa aspek, seperti aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Dengan adanya pembelajaran menggunakan strategi “cooperative learning” ini siswa dapat menerapkan secara maksimal pembelajaran dengan menerapkan sistem kerjasama yang berlansung, baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan keluarga. Keyword: Pembelajaran Tematik, Strategi Cooperative Learning. Model STAD, Model JIgsaw

Pendahuluan

Sekolah dasar sebagai lembaga pendidikan dasar dimaksudkan memberikan kemampuan dasar kepada anak didik berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang bermanfaat bagi dirinya sesuai tingkat perkembangan, dan mempersiapkan ke jenjang pendidikan selanjutnya (Suharjo, 2006). Pembelajaran terpadu di sekolah dasar membantu mengembangkan pemahaman siswa yang berakibat siswa menjadi lebih terlibat dalam pembelajaran (Slekar, et al, 2003).

(3)

tradisional telah mengevalusai metode belajar kelompok seperti STAD (Student Team Achievement Devision), Jigsaw dan lain-lain. Menurut Slavin (1995) “lebih dari 100 penelitian telah membandingkan hasil belajar /psiswa yang belajar dengan metode-metode itu dengan yang belajar dengan metode tradisional dalam periode paling sedikit 4 minggu”. Meskipun sudah banyak sekolah yang menerapkan pembelajaran tematik di sekolah dasar, namun siswa masih banyak yang belum mampu melaksanakan kerjasama dalam melakukan proses pembelajaran. Maka, adanya strategi pembelajaran kooperatif ini dimaksud agar siswa mampu melaksanakan kerjasama yang baik serta tidak individualisme.

Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam

mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran tentang suatu hal, salah satunya dalam membuat suatu tulisan (Wikipedia).

Sutirjo dan Mamik (2005), mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pendekatan tematik adalah suatu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Jadi, tematik merupakan gabungan dari beberapa matapelajaran yang terkait dalam satu tema tertentu, sehingga dapat memberi pemahaman siswa melalui pembelajaran yangn berlangsung nyata dan dapat memahami matapelajaran secara singkat.

(4)

Dengan adanya pembelajaran tematik, siswa diharapkan lebih fokus terhadap tema dalam pembelajaran tersebut. Dengan kata lain, setiap guru menyampaikan pembelajaran pada hari itu, siswa diharapkan untuk memusatkan perhatiannya ketika pembelajaran berlangsung. Selain itu, siswa juga mampu memahami dan mengembangkan kompetensi dari setiap matapelajaran dalam satu tema yang disampaikan oleh guru. Siswa juga dapat merasakan manfaat dalam proses pembelajaran karena pada proses itu matapelajaran lebih dikaitkan dengan pengalaman pribadi siswa, sehingga siswa akan mendapatkan pembeljaran yang bermakna dalam dirinya.

Pada penerapan pembelajaran tematik siswa akan menjadi lebih aktif, karena siswa terlibat langsung dalam kegiatan belajar, sehingga siswa dapat menemukan sendiri pengetahuan untuk dipahaminya. Dari pengalaman tersebut, siswa dapat menemukan

kembali konsep-konsep baru dan bisa juga mereka mampu mengaitkan konsep yang sudah ada dengan konsep yang baru. Seperti teori yang dikemukakan oleh Jean Piaget bahwa setiap pembelajaran harus bermakna dan berorientasi dpada kebutuhan dan perkembangan anak.

Prinsip-Prinsip Pembelajaran Tematik

Dalam proses penggalian tema-tema, perlu diperhatikan prinsip-prinsip

berikut ini:

1. Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan untuk memadukan mata pelajaran.

(5)

3. Tema harus disesuaikan

dengan tingkat

perkembangan siswa.

4. Tema yang dikembangkan harus mampu menunjukkan sebagian besar minat mahasiswa.

5. Tema yang dipilih hendaknya

mempertimbangkan

peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar.

6. Tema yang dipilih hendaknya

mempertimbangkan

kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat. 7. Tema yang dipilih

hendaknya juga

mempertimbangkan

ketersediaan sumber belajar.

Dalam proses pelaksanaan pembelajaran tematik perlu diperhatikan

prinsip-prinsip seperti berikut: 1. Guru hendaknya tidak

bersikap otoriter yang

mendominasi aktivitas dalam proses pembelajaran. 2. Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerjasama kelompok.

3. Guru perlu bersikap akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam perencanaan pembelajaran. Dalam proses penilaian tematik perlu diperhatikan prinsip-prinsip seperti

Berikut:

1. Memberi kempatan kepada siswa untuk melakukakn penilaian diri disamping bentuk penilaian lainnya. 2. Guru perlu mengajak para

siswa untuk menilai perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan

3.

(6)

Metode Pembelajaran Gotong Royong (Cooperative Learning) dapat didefinisikan sebagai suatu sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur (Lie, 2002. h.17). Struktur tersebut mencakup lima unsur pokok, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan evaluasi proses kelompok (Johnson dan Johnson, 1994 dikutip Abdurrahman, 1999. h.121).

Tujuan diterapkannya

pembelajaran kooperatif ini agar siswa dapat membantu temannya dalam situasi apapun, tidak bekerja sendiri melainkan kerjasama disetiap kegiatan belajarnya. Hal ini berpengaruh pada tujuan diadakannya pembelajaran tematik yang melibatkan seluruh siswa bekerja aktif dalam kegiatan belajarnya.

Di sisi lain, pembelajaran kooperatif mendorong siswa untuk bekerja dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama (Johnson, Johnson & Smith, 2006).

(7)

kelas. Namun, guru juga tidak boleh untuk membeda-bedakan siswanya, dengan kata lain kelompok siswa harus bersifat heterogen agar dapat mencapai tujuan pembelajaran.Pendidikan harus menekankan rekayasa teknik pembuatan rancangan proses ( cunningham & amp; hester , ; katehi 2007 , pearson & amp; feder , 2009 ) .Seorang insinyur teknik pembuatan rancangan mengacu pada pendekatan untuk mengenali dan pemecahan masalah , yang ( 1 ) sangat secara berulang; ( 2 ) terbuka untuk ide itu masalah mungkin telah banyak mungkin solusi; ( 3 ) ilmiah konteks yang berarti untuk belajar , konsep matematika dan teknologi; dan ( 4 ) stimulus untuk system berpikir , pemodelan , dan analisis ( katehi et al . , 2009 , p. 151 ). Didalam strategi pembelajaran kooperatif ini ada beberapa model yang menjadi bagian dari pembelajaran kooperatif tersebut. Hal ini tergantung pada guru yang

mengajar, sebagaimana ia mampu menemukan ide dan memiliki inovasi dalam kegiatan belajarnya. Siswa yang sudah antuias dalam belajar akan menuju dalam berfikir aktif, dapat mencoba segala sesuatu yang ia temui, serta selalu mencari tau tentang masalah-masalah yang ia hadapi selama kegiatan belajarnya. Melalui model cooperative learning, siswa bukan hanya belajar dan menerima apa yang disajikan oleh guru dalam proses belajar mengajar, melainkan 16 bisa juga belajar dari siswa lainnya, dan sekaligus mempunyai kesempatan untuk membelajarkan siswa yang lain. Proses pembelajaran dengan model cooperative learning ini mampu merangsang dan menggugah potensi siswa secara optimal dalam suasana belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 2 sampai 6 orang siswa

(8)

kooperatif paling sederhana dibandingkan model pembelajaran lain. STAD merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Robert E. Slavin dan kawan-kawannya di Universitas John Hopkins. Belajar menyediakan koperasi platform untuk orang-orang interaksi.Banyak studi yang menyelidiki belajar dan mirip interaktif koperasi pendekatan untuk belajar telah umumnya ditemukan kognitif dan manfaat afektif s. (For a meta-analysis of such studies, see Lou, Abrami, and d’Apollonia, 2001.) Pada bentuk STAD ini memungkinkan bahwa adanya komunikasi dan interaksi antar siswa yang berlangsung selama kegiatan belajar dengan tujuan agar siswa saling termotivasi dalam belajar, sehingga tidak ada kesenjangan dalam belajar.

Slavin (2010:143-146) menjelaskan lima sintaks dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sintaks teresbut meliputi:

(1) presentasi kelas, guru menyajikan materi secara klasikal; (2) tim, guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok secara heterogen dan setiap kelompok diberi tugas untuk dikerjakan secara bersama-sama; (3) kuis, guru memberikan kuis untuk dikerjakan siswa secara individual, hasil dari kuis tersebut akan menentukan skor yang diperoleh kelompok; (4) skor perkembangan individu, guru menghitung skor perolehan individu siswa dengan membandingkan skor awal dan skor akhir; (5) rekognisi tim, guru menjumlahkan skor kelompok dari skor individu siswa dan memberikan penghargaan kepada kelompok sesuai skor yang diperoleh.

Selanjutnya, selain pada model STAD, pemebelajarn kooperatif juga memiliki model ;lain, seperti jigsaw. Menurut Rusman (2012) pada dasarnya dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini guru membagi satuan informasi

(9)

komponenkomponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa kedalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggung jawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri atas dua atau tiga orang. Pada model jigsaw ini, yang diharapkan dari siswa ialah, iswa mampu bertanggungjawab terhadap tugasnya atau materi yang harus dikuasai, siswa juga dapat berfikir lebih kritis lagi tentang masalah yangakan diselesaikannya, dalam setiap anggota, siswa yang ditunjuk sebagai ketua kelompok dapat bijaksana dalam memabagi tugas kepada teman sekelompoknya, namun tetap saling tolong-menolong.

Adapun langkah-langkah model pembelajaran JIGSAW menurut Sugiono (2008: 43) meliputi; a) kelas dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari empat sampai lima siswa dengan karakteristik siswa yang heterogen, b) meteri pembelajaran disajikan dalam bentuk teks/uraian, dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut, c) para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian materi yang sama. Kemudian berkumpul dan mendiskusikan dalam kelompok ahli, d) kemudian para siswa dalam kelompok ahli kembali ke kelompok semula untuk menularkan materi yang dipelajari dalam kelompok ahli, dan e) setelah diskusi dalam kelompok asal mula, siswa dievaluasi secara individu

(10)

a. Siswa tidak sepenuhnya tergantung pada guru

b. Peserta didik berpeluang mengungkapkan

pendapatnya secara verbal dan menguji serta membandingkannya dengan pendapat orang lain dalam kelompoknya dan pendapat dari kelompok lain.

c. Peserta didik terlatih untuk tanggap kepada orang lain

dengan menyadari

keterbatasan dirinya serta

menerima segala

perbedaan.

d. Peserta didik terbiasa untuk bertanggung jawab atas tugas yang diberikan kepadanya.

e. Peserta didik dapat meningkatkan kemampuan menggunakan informasi dan yang membuat abstrak menjadi nyata.

f. Peserta didik akan termotivasi lewat aktivitas berinteraksi dengan orang

lain sehingga

menumbuhkan inovasi serta terangsang untuk berfikir dan memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan.

g. Peserta didik dapat menguji ide dan pemahaman sendiri

serta mampu

menerjemahkan umpan balik dengan cekatan.

Namun, selain memiliki keunggulan jigsaw juga memiliki kelemahan, seperti :

a. Model ini hanya unggul pada siswa yang pandai saja

b. Adanya perselisihan yang membuat perpecahan kelompok karena ingin mempertahankan pendapat c. Keberhasilan metode ini

hanya dapat dilihat pada keberhasilan memimpin kelompok atau pada diri sendiri saja.

(11)

mendesain sebaik mungkin model-model yang akan diterapkan dikelas. Guru juga harus mampu memberi pegaruh positif terhadap siswanya untuk menjalankan kegiatan belajar agar dapat mencapai tujuan dan menjadi pembelajaran yang bermakna.

Simpulan

aktivitas belajar siswa terdiri dari aktivitas fisik dan aktivitas mental yang saling berkaitan. Aktivitas fisik merupakan aktivitas yang mudah diamati, sedangkan aktivitas mental merupakan aktivitas internal yang tidak mudah diamati. Aktivitas fisik dan mental saling berkaitan. Sebagai contoh

ketika siswa hendak

mengemukakan pendapatnya, maka siswa tersebut akan berpikir alasan-alasan yang dapat memperkuat pendapatnya. Aktivitas siswa dalam mengemukakan pendapat tersebut dapat berjalan dengan lancar apabila terjadi sinkronisasi antara aktivitas fisik dan aktivitas mental.

(12)

materi pelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik usia siswa. Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, pada jenjang Sekolah Dasar (SD) seluruhnya menggunakan pembelajaran tematik. Namun pada kenyataannya masih belum banyak sekolah yang menerapkan pembelajaran tematik tersebut. Meskipun ada tetapi belum efektif dalam pelaksanaannya. Kurangnya kerjasama dalam belajar juga menjadi hambatan dalam mewujudkan pembelajaran yang bermakna dalam penerapan pembelajarn tematik ini. Masih seringkali guru hanya melihat dari satu sisi siswa nya saja, sedangkan siswa yang berada didalam kelas termasuk heterogen. Hal iniyang menjadi tanggung jawab guru dalam mendidik anak-anak bangsa agar memiliki jiwa kepedulian yang tinggi terhadap sesamanya.

DAFTAR PUSTAKA

Trianto, 2007. Model pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktik, Jakarta: Prestasi Pustaka,

Sutirjo & Sri Istuti Mamik,2004. Tematik: Pembelajaran Tematik, Malang: Bayumedia.

Widyaningrum Retno, Model Pembelajaran Tematik Di SD/MI, Ponorogo, 2010

(13)

Pembelajaran Tematik Di Sekolah Dasar, Jurnal Inspirasi Pendidikan Universitas Kanjuruhan Malang Slekar, T. S., Lachance, A., Klein, B. S., & Klein, K. W. (2003). The environmental thematic methods block: A model for technology immersion. Contemporary Issues in Technology and Teacher Education, 3(2), 128-145.

Hermawan, A.H., dan Novi Resmini. 2009. Pembelajaran Terpadu Tematik. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI.

Hilda, Karli. 2018. Penerapan Pembelajaran Tematik SD di Indonesia. Tanggal akses 12 April

ejournal.upi.edu/index.php/eduhum aniora/article/view/2752/1792 Nur M. Nilwati, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Tema Lingkungan di Kelas 1 SD Negeri 10 Tolitoli,

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN 2354-614X

Jonhson, D. W. & Jonhson, R. T. (1994). Learning Together Cooperative, Competitive and Individualistic Learning. Fourth 4th Edition. Allyn and Bacon, Boston.

International Electronic Journal of Elementary Education, 2015, 8(1), 133-146

Anita Lie. (2002). Cooperative Learning. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana.

Farrell, S. C. Thomas Practicing What We Preach: Teacher Reflection Groups on Cooperative Learning, February 2016 – Volume19, Number4

Susanti Yustin, Wahjoedin, Utayas Sugeng, Aktivitas Belajar Tematik Siswa Kelas V SD Melalui Model Pembelajaran Kooperatif

(14)

Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Artikel disajikan dalam Prosiding Seminar Pendidikan Dasar

Nur, Muhammad. (2006). Pembelajaran Kooperatif. Jawa Timur: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Lembaga Penjamin Mutu.

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana

Slavin, Robert E. (1995). Cooperative Learning. Theory, Research, and Practice: Second Edition. Boston: Allyn and Bacon. Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Agus Suprijono. 2010. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Jacobs, G. M. (2017). Cooperative learning with one student? Yes. IASCE Newsletter, 36(1), 11-13.

Luo Yi.2015. International Electronic Journal of Elementary Education, Design Fixation and Cooperative Learning in Elementary Engineering Design Project: A Case Study

Deni Safitri, Erlisnawati, Munjiatun, jurnal Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatan Hasi Belajar Kompertensi Pengetahuan Siswa Kelas VA SDN 034 Kuang Rejo Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Riau, Pekanbaru.

(15)

Rusman. (2012). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sihotang Mulyani, Jurnal Model Pembelajaran Jigsaw Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Susilofi.(2010). Model Pembelajaran Kooperatif. http://www.Susilofi.wordpress.com/

2010/09/28/model-pembelajarankooperatif. diakses

tanggal 01-Februari 2011

Mazjun. (2009) Tujuan model pembelajaran Kooperative http://www.mazjun.student.fkip.uns .ac.id/2009/10/16/modelpembelajar ank ooperatif diakses tanggal 28 Januari 2011.

Shoimin, A. 2016. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Slavin, R. E.2010. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Amri, Sofan S.pd. 2013. Pengembangan&model

Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Surabaya : Prestasi Pustaka Publisher.

Referensi

Dokumen terkait

Lingkungan pemukiman secara khusus adalah rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Pertumbuhan penduduk yang tidak diikuti pertambahan luas

The content that will be displayed on the Online Admission System includes profile information, registration announcement, online registration, the list of examinees,

Adapun UKM Sanora yang memproduksi unthuk yuyu juga mengalami kendala proses produksi yang masih menggunakan alat yang sederhana seperti pemarutan kelapa, penggilingan

Seperti pada frekuensi kejadian kondisi kriteria kombinasi pembebanan, hasil dari semua perhitungan perkiraan frekuensi bernilai sama, maka tabel 3.4 dapat dianggap

Besarnya pengaruh kualitas pelayanan secara tidak langsung terhadap keputusan menggunakan jasa leasing ACC cabang Balikpapan yang dimediasi oleh kepuasan konsumen

Namun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat leverage maka nilai perusahaan akan semakin menurun dilihat dari koefisien regresi yang

Hasil penelitian ini menunjukan : pertama, bahwa praktik yang digunakan oleh Mitra Tani Organik ialah praktik ijarah namun dalam hal ini praktik yang digunakan Mitra

Dalam melakukan in depth interview, penulis melakukan interview langsung baik kepada aparat yang bertanggung jawab melaksanakan pelayanan di Perizinan Penanaman Modal dan