• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kualitas tanah pada sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur(TPTJ) di areal kerja IUPHHK/HA PT. Sari Bumi Kusuma provinsi Kalimantan Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kualitas tanah pada sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur(TPTJ) di areal kerja IUPHHK/HA PT. Sari Bumi Kusuma provinsi Kalimantan Tengah"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

KUALITAS TANAH PADA SISTEM SILVIKULTUR TEBANG

PILIH TANAM JALUR (TPTJ) DI AREAL KERJA

IUPHHK

/

HA PT. SARI BUMI KUSUMA PROVINSI

KALIMANTAN TENGAH

ADYTIA PRADNYA MURTI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

KUALITAS TANAH PADA SISTEM SILVIKULTUR TEBANG

PILIH TANAM JALUR (TPTJ) DI AREAL KERJA

IUPHHK

/

HA PT. SARI BUMI KUSUMA PROVINSI

KALIMANTAN TENGAH

ADYTIA PRADNYA MURTI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kehutanan pada Departemen Silvikultur

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

ABSTRACT

ADYTIA PRADNYA MURTI. Soil Quality on area of Selective Cutting and Strip Planting System (TPTJ) in IUPHHK/HA PT. Sari Bumi Kusuma Central Borneo Province. (Under direction of Prijanto Pamoengkas)

Rapid forest exploitations can cause forest degradation, and eventually may cause the global climate change, because of that, the balance of the forest sustainability must be kept as well. The implementation of silviculture system called Selective Cutting and Strip Planting System is one of several forest harvesting method that consider the importance of forest sustainability. Practically, the system has never been tested to the last cycle. So, it is necessary to conduct some evaluation to the method to assure its sustainability. Estimation of soil quality is one of several ways to evaluate the effectiveness of silviculture implementation on a forest area, Since the soil is one of the major factor that influencing the growth of vegetations, then its quality can be used as an indication of conservation of forest productivity. In this research, the soil sampling was done in the forest area of PT. Sari Bumi Kusuma, on class of 1-9 years cultivation age, on May 22-31 2009. The sampling method being used is purposive sampling on the plot with size of 100 m x 100 m, selected purposively based on the same physical characteristic, in each class age on the intermediate block and planting strip to the depth of 0-20 cm and 20-40 cm. The sample is then analyzed with statistic method called ANOVA, to compare the mean value, and then the research data was scored based on Pamoengkas (2006). The result from scoring was then substituted into the formula developed by Pamoengkas (2006), and finally grouped into several categories developed by Pamoengkas (2006). The result of this research is the founding of two categories of soil quality value in the forest area of PT Sari Bumi Kusuma. One is Medium Category (1, 2, 4, 5, 8, and 9 years of cultivation age), and the other is Low Category (3, 6, and 7 years of cultivation age). Those differences might be due to unpredictable factors which have created non-uniform environment conditions of the research area, and those environment conditions have influenced the development of parameters which affecting the soil quality.

(4)

RINGKASAN

ADYTIA PRADNYA MURTI. Kualitas Tanah Pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) di Areal Kerja IUPHHK/HA Sari Bumi Kusuma Provinsi Kalimantan Tengah. (Dibawah bimbingan Dr.Ir. Prijanto Pamoengkas, MSc.F)

Pemanfaatan hutan secara berlebihan dapat menyebabkan terjadinya degradasi hutan yang dapat berdampak terhadap lingkungan secara global, oleh karena itu dalam kegiatan pemanfaatan hutan sangatlah perlu diperhatikan kelestarian dari hutan yang dikelola. Penerapan sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) merupakan salah satu cara memanfaatkan hutan dengan memperhatikan aspek kelestarian. Pada prakteknya sistem silvikultur TPTJ belum pernah teruji sampai daur terakhir, maka perlu diadakannya evaluasi terhadap penerapanya. Pendugaan Nilai Kualitas Tanah (NKT) merupakan salah satu cara mengevaluasi sistem silvikultur TPTJ, karena tanah berpengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan tanaman. Pangambilan sampel tanah dilakukan di areal kerja IUPHHK/HA PT. Sari Bumi Kusuma pada kelas umur 1-9 tahun pada tanggal 22-31 Mei 2009. Metode yang digunakan ialah purposive sampling di jalur antara dan jalur tanam pada kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm dalam plot berukuran 100 m x 100 m yang dipilih secara purposive berdasarkan kesamaan ciri fisik, kemudian data dianalisis dengan metode statistik ANOVA, untuk membandingkan nilai tengah, setelah itu data hasil penelitian di skoring berdasarkan pamoengkas (2006). Hasil dari skoring disubtitusikan dalam formula yang dikembangkan oleh Pamoengkas (2006), kemudian dikelompokkan menjadi beberapa kategori yang dikembangkan oleh Pamoengkas (2006). Hasil dari penelitian ini ialah adanya 2 kategori nilai kualitas tanah pada areal kerja IUPHHK/HA PT. Sari Bumi Kusuma, yaitu: kategori sedang (umur tanam 1, 2, 4, 5, 8, dan 9) dan kategori rendah (umur tanam 3, 6, dan 7), adanya perbedaan kategori tersebut dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang sulit diprediksi yang menyebabkan kondisi lingkungan dari plot penelitian yang tidak seragam, kondisi ini memberikan pengaruh terhadap parameter-parameter yang mempengaruhi nilai kualitas tanah.

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kualitas Tanah Pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) di Areal Kerja IUPHHK/HA PT. Sari Bumi Kusuma Provinsi Kalimantan Tengah adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2011

(6)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Kualitas Tanah Pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) di Areal Kerja IUPHHK/HA PT. Sari Bumi Kusuma Provinsi Kalimantan Tengah.

Nama Mahasiswa : Adytia Pradnya Murti

NIM : E44053855

Menyetujui : Dosen Pembimbing

Dr.Ir. Prijanto Pamoengkas, MSc.F NIP. 19631206 198903 1 004

Mengetahui :

Ketua Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB

Prof. Dr. Ir. Bambang Hero Saharjo, M.Agr NIP. 19641110 199002 1 001

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi dapat diselesaikan dengan baik serta memperoleh banyak manfaat dan ilmu pengetahuan yang sangat berharga bagi penulis selama menyelesaikan skripsi ini.Judul yang dipilih dalam

skripsi ini adalah “Kualitas Tanah Pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) di Areal Kerja IUPHHK/HA PT. Sari Bumi Kusuma Provinsi Kalimantan Tengah”. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Program Mayor Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Orang tua tercinta dan keluarga yang selalu memberikan doa, semangat, dukungan, dan kasih sayang tiada habisnya, Bapak Dr.Ir. Prijanto Pamoengkas, MSc.F yang telah memcurakan segala kesabaran, perhatian, waktu, tenaga, serta pikiran dalam memberikan arahan dan bimbingan serta masukan dalam skripsi ini sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan baik dan lancar.

Dalam penysunan skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa skrpsi ini masih banyak kekurangsn dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis akan selalu bersika terbuka dalam menerima kritik dan saran yang membangun dari semua pihak yang bersifat membangun ke arah yang lebih baik. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan bagi semua pihak yang membutuhkan literatur pada umumnya.

Bogor, Januari 2011

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 21 Mei 1987 sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Ir. Wisnu Murti dan Budy Setiastuty Ss. Penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 47 Jakarta pada tahun 2005. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB), kemudian pada tahun 2006 penulis diterima di program Mayor Silvikultur, Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di sejumlah organisasi kemahasiswaan UKF (Uni Konservasi Fauna) sebagai Staf Informasi dan Komunikasi tahun 2006/2007, Ketua Divisi Konservasi Fauna Perairan 2007/2008 dan TGC (Tree Grower Community) sebagai Staf Divisi Ekologi Hutan tahun 2006/2007. Penulis juga pernah melakukan kegiatan Praktek Pengenalan Ekositem Hutan (PPEH) di KPH Indramayu, dan KPH Lingarjati, Praktek Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) serta kegiatan Praktek Kerja Profesi (PKP) di IUPHHK/HA Sari Bumi Kusuma Kalimantan Tengah. Selain itu penulis aktif menjadi asisten praktikum mata kuliah Dendrologi 2007/2008 dan Ekologi Hutan 2009/2010.

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, penulis dengan kerendahan hati ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua penulis (Wisnu dan Tuty), adik (Indira), dan segenap keluarga yang tiada henti memberikan doa dan dukungan kepada penulis. 2. Dr. Ir. Prijanto Pamoengkas, M.ScF.Trop yang telah dengan sabar dan

ikhlas memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelsaikan tugas akhir dan perkuliahan.

3. Dr. Ir. I Wayan Darmawan, M.Sc, Dra. Sri Rahaju, MS, dan Dr. Ir. Arzyana Sungkar, M.ScF sebagai dosen penguji yang memberikan kritik, saran, wawasan, dan ilmu dalam penulisan karya ilmiah, serta dalam bermayarakat sebagai seorang sarjana.

Para dosen dan staff Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB yang dengan ikhlas dan sabar membantu penulis dalam perkuliah maupun dalam pengerjaan tugas akhir.

4. PT. Sari Bumi Kusuma dan segenap karyawan (Pak Yudi Hendro, Pak Purnomo, Pak Saminto, Pak Supriyanto, Pak Mul, Pak Joko, Mas Mulyadi, Mas Priyo, Mas Joko, Mbah Suko, Team Litbang SBK, dan Mas Yopi-Mbak Novi) atas izin dan bantuannya dalam proses pengambilan data. 5. Rekan-rekan Silvikultur 42-The Cunname Community (Farah, Tofan,

Yogi, Ghina, Abi, Dedy, Kristian, Tomy, Yohana, Irfan, Devi, Mazum, Bowo, Rommy, Beny, Sambang, Agha, Chandra, Ajeng, Rifai, Dayat, Doddy, Asep, Ahmad, Fidri, Maretta, Tatik, Tami, Muzi, Bramas, dan teman-teman yang lain) teriman kasih atas kebersamaan yang kalian berikan selama ini, mohon maaf sebesar-besarnya bila ada perkataan maupun perbuatan yang kurang menyenangkan di hati, semoga Allah SWT mengampuni segala kesalahan kita dan meridhoi segala usaha kita. 6. Rekan-rekan di Fakultas Kehutanan (Syampadzi, Ridho, Bobi, Iwan, Eka,

(10)

Weda, Evi, Rofan, Cyntia, dan teman-teman yang tidak mungkin desebutkan satu-persatu) terima kasih atas dukungan, bantuan, dan doanya. 7. Rekan-rekan di pondok AA (Abdur, Aan, Luther, Bang Harun, Uda Rony, Yafet, dan Novel) terima kasih atas bantuan, dukungan, hiburan, dan kebersamannya.

8. Rekan-rekan di Uni Konservasi Fauna (Pakde, Bang Ucok, Mastika, Nanang, Echa, Bagus, Haska, Alex, Rama, Yasmin, Mbak Yuki, Purdiyanti, Pringgo, Denny, Fida, dan keluarga besar Uni konservasi Fauna yang lainnya) terima kasih atas ilmu, wawasan, dukungan, dan doanya.

9. Rekan-rekan di Naarboven Diving Club (Dini, Panji, Bang Bobby, Mas Fis, Eko, Eka, Mega, Alvin, dan Ima) terima kasih atas doa dan dukungannya.

10.Keluarga besar Pondok Joglo (Tegar, Ratika, Iqbal, Niko, Desthy, Hery, Bayu, Eko, Lusi, Oloan, Anet, Ester, Dimitry, Agung, Olive, Fachreza, Ghana, Fahmi, Syahrul, Rani, Adhi, Rika, Adrian, Pak Anis, Bi Uked dan Ibu Ucok) terima kasih atas kekeluargaan, doa, dan dukungannya.

11.Mas Daud, Irvan, dan Dede yang membantu penulis dalam pengolahan dan pengetahuan statistik.

(11)
(12)

3.6 Demografi ... 13

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Plot dan Waktu Penelitian ... 15

4.1.1 Lokasi ... 15

4.1.2 Waktu Penelitian ... 15

4.2 Bahan dan Alat ... 15

4.2.1 Bahan ... 15

4.2.2 Alat ... 15

4.3 Metode Pemilihan Plot ... 15

4.4 Metoda Pengumpulan Sampel... 16

4.5 Metoda Analisis Laboratorium... 17

4.6 Metode Analisi Statistik... 17

4.7 Metode Penentuan Kualitas Tanah ... 18

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAAN 5.1 Hasil ... 19

5.1.1 Sifat Fisik Tanah pada Areal TPTJ ... 19

5.1.2 Sifat Kimia Tanah pada Areal TPTJ ... 21

5.1.3 Sifat Biologi Tanah pada Areal TPTJ ... 23

5.1.4 Nilai KualitasTanah ... 25

5.2 Pembahasan ... 27

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 31

6.2 Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32

(13)

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Kelas Kelerengan Areal Kerja PT. Sari Bumi Kusuma ... 12

2. Kelas Ketinggian Areal Kerja PT. Sari Bumi Kusuma ... 12

3. Jumlah Penduduk Desa Dalam dan Sekitar Areal Kerja PT. Sari Bumi Kusuma Wilayah Kabupaten Seruyan dan Katingan ... 13

4. Jumlah Penduduk Desa di Luar Areal Kerja PT. Sari Bumi Kusuma Wilayah Kabupaten Melawi ... 14

5. Riwayat petak pengambilan sampel ... 16

6. Metode analisis laboratorium ... 17

7. Nilai batas ambang ... 18

8. Sifat fisik tanah pada areal TPTJ pada kedalaman tanah 0-20 cm dan 20-40 cm ... 19

9. Sifat kimia tanah pada areal TPTJ pada kedalaman tanah 0-20 cm dan 20-40 cm ... 21

10. Sifat biologi tanah pada areal TPTJ pada kedalaman tanah 0-20 cm dan 20-40 cm ... 23

11. Nilai batas ambang ... 25

12. Nilai kualitas tanah ... 25

(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Skema Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) ... 10

2. Peta administrasi dan areal kerja PT. Sari Bumi Kusuma Kalimantan Tengah ... 11

3. Skema pengambilan sampel tanah pada plot sistem silvukltur TPTJ ... 17

4. Kondisi Stabilitas Agregat (a) dan Bobot isi (b) ... 20

5. Kondisi N-Total (a) dan C-Organik (b) ... 22

6. Kondisi C-Biomassa Mic ... 24

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1. Plot-plot pengambilan sampel pada plot penelitian ... 35 2. Hasil analisis laboratorium sifat fisik tanah Stabilitas Agregat

pada umur tanam 1-9 tahun ... 36 3. Hasil analisis laboratorium sifat Biologi tanah C-Biomassa Mic

pada umur tanam 1-9 tahun ... 37 4. Hasil analisis laboratorium sifat kimia tanah C-Organik dan N-Total

umur tanam 1-9 tahun ... 38 5. Tally sheet kondisi plot penelitian ... 39 6. Hasil analisis uji ANOVA dan uji Duncan dengan menggunakan

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Salah satu fungsi hutan ialah menjaga kesimbangan lingkungan, diantaranya ialah menjaga keseimbangan siklus hidrologi, penyuplai oksigen bagi mahluk hidup, serta sebagai perantara aliran energi matahari. Fenomena yang sering terjadi akhir-akhir ini ialah degradasi hutan yang disebabkan oleh pemanfaatan hutan secara berlebihan, hal tersebut disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk yang menyebabkan peningkatan kebutuhan yang bersumber dari hutan. Jika fenomena ini terus berlangsung, maka dapat menyebabkan perubahan lingkungan yang berdampak secara global, oleh karena itu manusia perlu menjaga kelestarian hutan agar keseimbangan dari fungsi-fungsi hutan tersebut dapat berjalan dengan semestinya.

(17)

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kualitas tanah pada berbagai kelas umur tanam sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) di areal kerja IUPHHK/HA PT. Sari Bumi Kusuma.

1.3 Manfaat

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sifat Fisik Tanah 2.1.1 Tekstur Tanah

Tekstur tanah sangat menentukan reaksi-reaksi yang terjadi dalam tanah, karena ukuran partikel tanah menentukan luas permukaan tanah, fraksi seperti pasir dan debu mempunyai aktivitas permukaan rendah, sehingga secara fisik dan kimia dapat dikatakan tidak aktif, sedangkan fraksi liat merupakan fraksi yang terpenting karena mempunyai luas permukaan yang tinggi (Foth 1988). Fraksi liat dapat meningkatkan kapasitas pertukaran kation. Selain itu koloid liat merupakan agen pengikat (cementing agent) yang penting dalam agregasi tanah (Soepardi 1983). Perbedaan tekstur dan struktur tanah adalah tekstur merupakan ukuran butir-butir tanah sedangkan struktur adalah kumpulan butir-butir tanah disebabkan terikatnya butir-butir pasir, liat dan debu oleh bahan organik, oksida besi dan lain-lain.

Arsyad (2000) mengemukakan bahwa struktur tanah yang penting dalam mempengaruhi infiltrasi adalah ukuran pori dan kemantapan pori. Pori-pori yang mempunyai diameter besar (0.06 mm atau lebih) memungkinkan air keluar dengan cepat sehingga tanah beraerasi baik, pori-pori tersebut juga memungkinkan udara keluar dari tanah sehingga air dapat masuk. Tanah yang bertekstur kasar mempunyai luas permukaan yang kecil sehingga sulit menyerap dan menahan air atau unsur hara. Tanah-tanah yang bertekstur liat mempunyai luas permukaan yang besar sehingga kemampuan menahan dan menyimpan air dan unsur hara tinggi (Hardjowigeno 2003).

2.1.2 Kerapatan Limbak (Bulk Density)

(19)

suatu petunjuk tidak langsung kepadatan tanah, udara, air, dan penerobosan akar tumbuhan kedalam tubuh tanah. Keadaan tanah yang padat dapat mengganggu pertumbuhan tanaman karena akar memerlukan ruang untuk berkembang dengan baik (Baver et al. 1987 dalam Purwowidodo 2005).

Besaran bobot isi tanah dapat bervariasi dari waktu ke waktu atau dari lapisan ke lapisan sesuai dengan perubahan ruang pori atau struktur tanah. Keragaman itu menunjukkan derajat kepadatan tanah (Foth 1988), karena adanya ruang pori maka berat tanah akan berkurang dari berat tanah setiap satuan bertambah menyebabkan meningkatnya bobot isi tanah. Tanah dengan bobot yang besar akan sulit meneruskan air atau sulit ditembus akar tanaman, begitu pula sebaliknya tanah dengan bobot isi rendah akan menyebkan akar tanaman lebih rnudah berkembang (Hardjowigeno 2003).

2.1.3 Ruang Pori dan Porositas Tanah

(20)

tenaga tekanan atau isapan setara dengan 15 atmosfir atau pF 4.2 (Hardjowigeno 1993).

Pori berguna bagi tanaman yaitu pori yang berdiameter diatas 0.2 mikron, yang terdiri dari: 1. pori pemegang air yang memiliki ukuran diameter 0.2-8.6 mikron (pF 4.2-pF 2.54), 2. pori drainase lambat yang memiliki ukuran diameter 8.6-28.6 mikron (pF 2.54-pF 2.0), dan 3. pori drainase cepat yang memiliki ukuran diameter diatas 28.8 mikron (pF 2.0). Air yang terdapat dalam pori pemegang air disebut air tersedia. Umumnya antara titik layu (pF 4.2) dan kapasitas lapang (pF 2.54) (Hardjowigeno 1993). Pori drainase cepat atau disebut pori aerasi, merupakan pori yang penting dalam hubungannya dengan pernafasan akar tanaman. Oleh karena itu pori ini hendaknya dijaga agar selalu terisi udara. Bila pori aerasi diatas 10 % volume, tanaman akan mendapat aerasi cukup, kecuali pada tanah dengan permukaan air tanah dangkal (Kohnke 1968 dalam Musthofa 2007).

2.1.4 Stabilitas Agregat

Agregat tanah adalah kelompok partikel tanah yang terikat satu sama lain, dimana ikatan dari kelompok tersebut lebih kuat dari pada partikel yang berdekatan. Agregat tanah disatukan oleh materi organik hasil dekomposisi dari mikroorganisme tanah dan hifa-hifa dari jamur yang terdapat dalam tanah. Pembentukan agregat tanah berawal dari gumpalan-gumpalan agregat kecil yang kemudian akan membentuk agregat-agregat yang lebih besar. Pada lapisan atas umumnya agregat tanah berupa butiran-butiran dan gumpalan-gumpalan yang lebih mudah terdegradasi dari pada agregat yang lebih besar (USDA 2005). Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan agregat ialah: tekstur, bahan organik, kation-kation pada kompleks jerapan, kelembaban, faktor biotik, dan pengelolaan tanah (Soepardi 1983)

2.1.5 Permebialitas

(21)

tanah bertekstur kasar. Nilai permeabilitas suatu solum tanah ditentukan oleh suatu lapisan tanah yang mempunyai nilai permeabilitas terkecil (Hardjowigeno 2003).

Tanah dengan struktur mantap adalah tanah yang memiliki permeabilitas dan drainase yang sempurna, serta tidak mudah didespersikan oleh air hujan. Permeabilitas tanah dapat menghilangkan daya air untuk mengerosi tanah, sedangkan drainase mempengaruhi baik buruknya pertukaran udara. Faktor tersebut selanjutnya akan mempengaruhi kegiatan mikroorganisme dan perakaran dalam tanah (Syarief 1985 dalam Musthofa 2007). Syarief (1985) dalam Musthofa (2007) juga mengatakan bahwa aliran permukaan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu: kapasitas infiltrasi dan permeabilitas dari lapisan tanah. Apabila kapasitas infiltrasi dan permeabilitas besar dan mempunyai lapisan kedap yang dalam, maka aliran permukaannya rendah. Sedangkan pada tanah yang bertekstur halus penyerapan air akan semakin lambat dan aliran permukaannya tinggi.

2.2 Sifat Kimia Tanah 2.2.1 C-Organik

Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya pertanian. Hal ini dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan kesubunan kimia, fisika maupun biologi tanah. Penetapan kandungan bahan onganik dilakukan berdasarkan jumlah C-Organik (Anonim 1991 dalam Arianto 2008).

(22)

tanah yang dapat merusak agregat tanah dan menyebabkan terjadinya pemadatan tanah (Anonim 1991 dalam Arianto 2008)

2.2.2 N-Total

Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1.5 % bobot tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein (Hanafiah 2005). Menurut Hardjowigeno (2003) Nitrogen dalam tanah berasal dari : bahan organik tanah (hamus dan bahan organik kasar), pengikatan oleh mikroorganisme dari udara, pupuk, dan air hujan. N yang berasal dari atmosfer sebagai sumber primer dan yang Iainnya berasal dari aktifitas di dalam tanah sebagai sumber sekunder. Fiksasi N secara simbiotik khususnya terdapat pada tanaman jenis

leguminoseae dengan bakteri pengikat N. Bahan organik juga membebaskan N dan senyawa lainnya setelah mengalami proses dekomposisi oleh aktifitas jasad renik tanah. Hilangnya N dari tanah disebabkan karena digunakan oleh tanaman atau mikroorganisme.

(23)

2.3 Sifat Biologi Tanah

2.3.1 Total Mikroorganisme Tanah

Tanah dihuni oleh bermacam-macam mikroorganisme. Jumlah tiap grup mikroorganisme sangat bervariasi, ada yang terdiri dari beberapa individu, akan tetapi ada pula yang jumlahnya mencapai jutaan per gram tanah. Mokroorganisme tanah itu sendirilah yang bertanggung jawab atas pelapukan bahan organik dan pendauran unsur hara. Dengan demikian mereka mempunyai pengaruh terhadap sifat fisik dan kimia tanah (Anas 1989).

Selanjutnya Anas (1989), menyatakan bahwa jumlah total mikroorganisme yang terdapat di dalam tanah digunakan sebagai indeks kesuburan tanah (fertility index), tanpa mempertimbangkan hal-hal lain. Tanah yang subur mengandung sejumlah mikroorganisme dengan populasi yang tinggi ini menggambarkan adanya suplai makanan atau energi yang cukup, ditambah lagi dengan temperatur yang sesuai, ketersediaan air yang cukup, kondisi ekologi lain yang mendukung perkembangan mikroorganisme pada tanah tersebut. Jumlah mikroorganisme sangat berguna dalam menentukan tempat organisme dalam hubungannya dengan sistem perakaran, sisa bahan organik dan kedalaman profil tanah. Data ini juga berguna dalam membandingkan keragaman Iklim dan pengelolaan tanah terhadap aktffltas organisme di dalam tanah (Anas 1989).

2.3.2 Total Respirasi Tanah

(24)

bahan organik, transformasi N atau P, hasil antara, pH, dan rata-rata jumlah mikroorganisme.

2.4 Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ)

Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) adalah sistem silvikultur yang dirancang sebagai alternatif dari sistem tebang habis yang digunakan untuk pembangunan hutan tanaman industri (HTI), dimana pada sistem TPTJ terdapat area hutan alam yang disisakan diantara jalur-jalur tanamnya. Penerapan sistem silvikultur TPTJ dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas hutan dengan cara membangun hutan tanaman yang produktif. Kegiatan pembinaan hutan dalam sistem silvikultur TPTJ meliputi pengadaan bibit, penanaman, pemeliharaan, dan perlindungan yang dilakukan secara berkesinambungan (Suparna dan Purnomo 2004).

Selanjutnya Suparna dan Purnomo (2004) menyatakan bahwa melalui penerapan sistem TPTJ ada beberapa hal penting yang dapat dicapai, yaitu:

1. Peningkatan produktivitas dalam pengertian bahwa dengan penurunan

batas diameter tebang ≥ 40 cm maka produksi kayu per hektar yang

diperoleh akan lebih besar. Melalui sistem TPTJ, areal bekas tebangan TPTI dapat dibudidayakan tanpa harus menunggu 35 tahun, sehingga untuk tebangan berikutnya dapat diperoleh tanaman dari dalam jalur maupun tanaman dalam jalur antara.

2. Penurunan limit diameter tebangan mengasilkan ruang tumbuh yang memungkinkan untuk penanaman jenis meranti di dalam jalur.

3. Melalui penanaman dalam jalur, kegiatan pemerikasaan tanaman di lapangan akan lebih efisien, murah, dan mudah.

4. Meningkatnya penyerapan tenaga kerja dalam lingkungan sekitar hutan melalui program penanaman dan pemeliharaan yang dilakukan secara intensif.

(25)

6. Menggunakan bibit dari jenis terpilih sehingga produktivitasnya meningkat.

7. Keanekaragaman hayati tetap terjaga dengan adanya jalur antara.

Sistem silvikultur TPTJ didefinisikan sebagai sistem silvikultur hutan alam yang mengharuskan adanya penanaman pada hutan pasca penebangan secara jalur, yaitu 25 meter antar jalur dan jarak tanam 5 meter dalam jalur serta jalur tanam dibuat selebar 3 meter yang merupakan jalur bebas naungan dan harus bersih dari pohon-pohon yang menaungi dan pada jalur tidak boleh dilewati alat berat, kecuali pada pinggir jalur sebelum adanya tanaman, sedangkan jalur antara selebar 22 meter yang merupakan tegakan alam. Tanpa memperhatikan cukup tidaknya anakan alam yang tersedia dalam tegakan tinggal, sebanyak 80 anakan pohon dari suku Dipterocarpaceae harus ditanam per hektar untuk menjamin kelestarian produksi pada rotasi berikutnya. Pada sistem silvikultur TPTJ pohon-pohon yang ditebang adalah pohon-pohon-pohon komersil yang berdiameter ≥ 40 cm ke atas (Suparna dan Purnomo 2004). Gambar 1 berikut menjelaskan skema sistem silvikultur TPTJ.

(26)

BAB III

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3.1 Luas Areal IUPHHK dan Letak Geografis

1. Berdasarkan letak geografis, areal PT. Sari Bumi Kusuma Blok S. Seruyan dan Katingan terletak pada posisi 00o36’-01o10’ Lintang Selatan dan 111o

-39’-112o25’ Bujur Timur (Gambar 2).

2. Luas areal: berdasarkan SK Menhut No. 201/Kpts-II/1998 tanggal 27 Februari 1998, luas areal kerja total PT. Sari Bumi Kusuma Blok S. Seruyan dan Katingan adalah 146.700 ha.

3. Luas efektif: luas efektif areal PT Sari Bumi Kusuma Blok S. Seruyan dan Katingan berdasarkan pada RKPH adalah 124.983 ha

4. Penataan ruang areal kerja: luas total kawasan produksi efektif adalah 124.983 ha, kawasan lindung adalah 9.407 ha, dan areal tidak efektif 13.210 ha.

(27)

3.2 Tutupan Lahan

Tutupan lahan berdasarkan penafsiran citra Landsat Tahun 2007 terdiri dari areal berhutan primer 4.507 ha, berhutan bekas tebangan 110.002 ha, belukar tua 25.389 ha, belukar muda 5.674 ha dan areal tertutup awan 2.028 ha.

3.3 Konfigurasi Lahan

1. Lereng: luas masing-masing kelas lerengan di areal PT. Sari Bumi Kusuma Blok Seruyan hasil analisis peta kontur yang diperoleh dari citra Alos Palsar tertera pada tabel 1.

Tabel 1 Kelas Kelerengan Areal Kerja PT. Sari Bumi Kusuma

No Kelas kelerengan Luas (ha) Kusuma Blok Seruyan hasil analisis peta contur yang diperoleh dari citra Alos Palsar dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 Kelas Ketinggian Areal Kerja PT. Sari Bumi Kusuma

No Ketinggian (mdpl) Luas (ha)

(28)

jam. Selanjutnya dari logpond ke Base Camp km 35 ditempuh selama 45 menit menggunakan kendaraan melalui jalan darat.

3.5 Hidrologi

Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson, areal PT. Sari Bumi Kusuma Blok Seruyan tergolong beriklim tipe A dengan curah hujan rata-rata 282.33 mm/bln dan rata-rata hari hujan 12.08 hari. Suhu rata-rata bulanan masing-masing berkisar antara 22-28 oC pada malam hari dan 30-33 oC pada siang hari. Bulan kering adalah bulan Juni sampai September. Kelembaban nisbi di areal kerja IUPHHK berkisar antara 85-95 %. Kelembaban nisbi terkecil terjadi pada bulan September dan terbesar pada bulan Juli dan Desember. Kecepatan dan arah angin di wilayah kerja PT. Sari Bumi Kusuma berkisar antara 7-9 knot dengan kecepatan angian terbesar terjadi pada bulan Agustus dan Desember. Dalam areal terdapat dua daerah aliran sungai yang cukup besar yaitu Das Katingan dan Das Seruyan.

3.6 Demografi

Areal PT. Sari Bumi Kusuma Blok Seruyan termasuk ke dalam Kabupaten Katingan dan Kabupaten Seruyan. Dalam areal PT. Sari Bumi Kusuma terdapat 7 desa dan 2 desa disekitar yang masuk wilayah Kabupaten Katingan Dan Seruyan Propinsi Kalimantan Tengah yang dilakukan pembinaan secara kontinyu dengan kondisi sebagai kependudukan seperti pada tabel 3.

(29)

Selain itu ada beberapa desa di luar kawasan yang masuk ke dalam wilayah Kabupaten Melawi Propinsi Kalimantan Barat yang berada disekitar areal terutama sepanjang jalan masuk areal. adapun kondisi kependudukan desa-desa tersebut adalah seperti pada tabel 4.

Tabel 4 Jumlah Penduduk Desa di Luar Areal Kerja PT. Sari Bumi Kusuma Wilayah Kabupaten Melawi

No Desa Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Sungkup 128 274 402

2 Ancana 24 27 51

3 Belaban Ella 290 272 562

4 Ng. Siyai 157 149 306

5 Ng. Apat 98 89 187

6 Landau mumbung 140 156 296

(30)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.1.1 Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di areal sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) IUPHHK/HA PT. Sari Bumi Kusuma unit S.Seruyan, Kalimantan Tengah, pada kelas umur 1-9 tahun (Lampiran 1).

4.1.2 Waktu Penelitian

Waktu Pengambilan sampel dimulai dari tanggal 22 Mei sampai dengan tanggal 31 Mei 2009. Analisis sampel tanah dimulai dari tanggal 25 Juni sampai dengan tanggal 25 Juli 2009 di laboratorium fisik tanah, kimia tanah, dan biologi tanah Departemen Ilmu Tanah dan Manajemen Sumber Daya Lahan Fakultas Pertaniana Institut Pertanian Bogor.

4.2 Bahan dan Alat 4.2.1 Alat

Alat yang digunakan untuk penelitian ini ialah: Alat tulis, kantong plastik berukuran 1 Kg, kertas label, ring sampel tanah, lakban, cool box, kamera, cangkul, timbangan digital, komputer, cuter, dan gunting.

4.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini ialah 250 gr sampel tanah terganggu sebanyak 36 sampel dan 36 sampel tanah utuh.

4.3 Metode Pemilihan Plot

(31)

Tabel 5 Riwayat plot pengambilan sampel

(32)

Gambar 3 Skema pengambilan sampel tanah pada plot sistem silvukltur TPTJ Keterangan : Titik pengambilan sampel tanah.

4.5 Metode Analisis Laboratorium

Pada penelitian ini parameter yang diamati ialah Bobot Isi dan Stabilitas Agregat untuk sifat fisik tanah, Organik dan N-Total untuk sifat kimia, dan C-Biomassa Mic untuk sifat biologi tanah. Metode-metode yang digunakan untuk analisis sampel tanah di laboratorium disajikan pada Tabel 6 sebagai berukut. Tabel 6 Metode analisis laboratorium

Sifat Tanah Parameter Metoda Analisis

Sifat Fisik Bobot Isi Ring soil sample

Stabilitas Agregat Wet sieving

Sifat Kimia C-Organik Hitungan

N-Total Kjedahl

(33)

4.6 Metode Analisis Statistik

Metode statistik yang digunakan ialah ANOVA dengan tujuan untuk membandingakan nilai tengah (rata-rata). Apabila hasil dari uji ANOVA berbeda nyata maka pengujian dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf 5 %.

4.7 Metoda Penentuan Nilai Kualitas Tanah

Untuk menentukan Nilai Kualitas Tanah hasil analisis laboratorium dari masing-masing parameter diskoring berdasarkan Pamoengkas (2006) (Lampiran 7), kemudian hasil skoring tersebut disubtitusikan kedalam formula Nilai Kualitas Tanah yang disajikan sebagai berikut.

Hasil dari formula tersebut kemudian dikelompokan dalam kategori-kategori yang ditentukan berdasarkan pada nilai batas ambang (Pamoengkas 2006) yang disajikan pada Tabel 7 sebagai berikut.

Tabel 7 Nilai batas ambang

Kelompok nilai Kategori

8-10 Sangat baik

6-7,9 Baik

4-5,9 Sedang

2-3,9 Rendah

0-1,9 Sangat rendah

Sumber: Pamoengkas (2006)

(34)

BAB V

Tabel 8 Sifat fisik tanah pada areal TPTJ pada kedalaman tanah 0-20 cm dan 20-40 cm

Ket: Nilai yang diikuti huruf a pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf pengujian 0.05

T1 = petak dengan tanaman umur 1 tahun T6 = petak dengan tanaman umur 6 tahun T2 = petak dengan tanaman umur 2 tahun T7 = petak dengan tanaman umur 7 tahun T3 = petak dengan tanaman umur 3 tahun T8 = petak dengan tanaman umur 8 tahun T4 = petak dengan tanaman umur 4 tahun T9 = petak dengan tanaman umur 9 tahun T5 = petak dengan tanaman umur 5 tahun

*) Sumber Pamoengkas (2006)

(35)

0

1 = petak dengan tanaman umur 1 tahun 6 = petak dengan tanaman umur 6 tahun 2 = petak dengan tanaman umur 2 tahun 7 = petak dengan tanaman umur 7 tahun 3 = petak dengan tanaman umur 3 tahun 8 = petak dengan tanaman umur 8 tahun 4 = petak dengan tanaman umur 4 tahun 9 = petak dengan tanaman umur 9 tahun 5 = petak dengan tanaman umur 5 tahun

(36)

5.1.2 Sifat Kimia Tanah pada Areal TPTJ

Ket: Nilai yang diikuti huruf a pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf pengujian 0.05

T1 = petak dengan tanaman umur 1 tahun T6 = petak dengan tanaman umur 6 tahun T2 = petak dengan tanaman umur 2 tahun T7 = petak dengan tanaman umur 7 tahun T3 = petak dengan tanaman umur 3 tahun T8 = petak dengan tanaman umur 8 tahun T4 = petak dengan tanaman umur 4 tahun T9 = petak dengan tanaman umur 9 tahun T5 = petak dengan tanaman umur 5 tahun

(37)

(a)

(b)

Keterangan :

1 = petak dengan tanaman umur 1 tahun 6 = petak dengan tanaman umur 6 tahun 2 = petak dengan tanaman umur 2 tahun 7 = petak dengan tanaman umur 7 tahun 3 = petak dengan tanaman umur 3 tahun 8 = petak dengan tanaman umur 8 tahun 4 = petak dengan tanaman umur 4 tahun 9 = petak dengan tanaman umur 9 tahun 5 = petak dengan tanaman umur 5 tahun

(38)

5.1.3 Sifat Biologi Tanah pada Areal TPTJ

Hasil analisa sifat biologi tanah pada areal TPTJ tahun tanam 1-9 tahun disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Sifat biologi tanah pada areal TPTJ pada kedalaman tanah 0-20 cm dan 20-40 cm

Ket: Nilai yang diikuti huruf a pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf pengujian 0.05

T1 = petak dengan tanaman umur 1 tahun T6 = petak dengan tanaman umur 6 tahun T2 = petak dengan tanaman umur 2 tahun T7 = petak dengan tanaman umur 7 tahun T3 = petak dengan tanaman umur 3 tahun T8 = petak dengan tanaman umur 8 tahun T4 = petak dengan tanaman umur 4 tahun T9 = petak dengan tanaman umur 9 tahun T5 = petak dengan tanaman umur 5 tahun

(39)

Keterangan :

1 = petak dengan tanaman umur 1 tahun 6 = petak dengan tanaman umur 6 tahun 2 = petak dengan tanaman umur 2 tahun 7 = petak dengan tanaman umur 7 tahun 3 = petak dengan tanaman umur 3 tahun 8 = petak dengan tanaman umur 8 tahun 4 = petak dengan tanaman umur 4 tahun 9 = petak dengan tanaman umur 9 tahun 5 = petak dengan tanaman umur 5 tahun

(40)

5.1.4 Nilai Kualitas Tanah

Penentuan Nilai/index kualitas tanah pada areal TPTJ umur tanam 1-9 tahun mengunakan persamaan yang dikembangkan oleh Pamoengkas (2006) sebagai berikut: Nilai Kualitas Tanah = 0.075.Nilai skor Bobot isi + 0.121.Nilai skor Stabilitas Agregat + 0.268.Nilai skor C-Organik + 0.234.Nilai skor N-Total + 0.362.Nilai skor C-Biomassa Mic. Kemudian kategori nilai kualitas tanah ditentukan berdasarkan pada nilai batas ambang (Pamoengkas 2006) yang disajikan pada Tabel 11.

Hasil perhitungan nilai kualitas tanah dan pengelompokkan kategorinya disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12 Nilai kualitas tanah dan pengelompokkan kategori

No Umur Nilai kualitas tanah (0-20 cm) Kategori

1 1 Tahun 5,039 Sedang

(41)
(42)

5.2 Pembahasan

Menurut data hasil penelitian Indeks Stabilitas Agregat pada plot penelitian secara keseluruhan tergolong dalam kategori rendah (67.44-74.72 %), hasil tersebut diduga disebabkan oleh bentuk kontur yang bergelombang, curah hujan yang tinggi, serta perubahan vegetasi yang disebabkan oleh pengelolaan hutan, ketiga hal tersebut dapat mempengaruhi Stabilitas Agregat (Lynch dan Bragg 1985), kemudian didukung oleh jenis tanah pada plot penelitian, yaitu: podsolik merah kuning (Pamoengkas 2006). Tanah podsolik merah kuning merupakan jenis tanah yg memiliki aktifitas lempung yang rendah dan kemampuan memegang air yang rendah (Notohadiprawiro 2006), sehingga bila dihubungkan dengan tiga faktor lainya dapat menyebabkan peningkatan proses pencucian dan aliran permukaan (run off), hal tersebut dapat menyebabkan fenomena yang berdampak terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Stabilitas Agregat, seperti: kehilangan lapisan atas (lapisan organik) yang berfungsi sebagai perekat lebih cepat, serta liat (inorganik) yang juga berfungsi sebagai perekat, perubahan susunan tekstur, serta pemadatan tanah yang menyebabkan penyempitan pori tanah, sehingga kapasitas tanah untuk menyerap air menjadi berkururang dan menyebabkan peningkatan aliran permukaan (Hardjowigeno 2003). Fenomena-fenomena tersebut menyebabkan kondisi tanah menjadi mudah berubah-ubah atau labil, sehingga berpengaruh terhadap perkembangan Stabilitas Agregat pada plot penelitian.

(43)

Perbedaan-perbedaan susunan tektur tanah pada plot penelitian dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang sama seperti yang mempengaruhi Indeks Stabilitas Agregat, akan tetapi data hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan Bobot Isi, hal tersebut menunjukan bahwa dengan kondisi seperti pada plot penelitian pengelolaan hutan dengan sistem silvikultur TPTJ dapat meningkatkan sifat fisik tanah Bobot Isi setelah pemanenan hutan.

Berdasarkan data kondisi Stabilitas Agregat dan Bobot Isi dapat dilihat bahwa faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap parameter tersebut, hal yang sama pun mempengaruhi parameter sifat kimia tanah C-Organik dan N-Total. Berdasarkan tabel penilaian kriteria sifat kimia tanah (Hardjowigeno 2003), hasil analisis kimia tanah pada seluruh plot penelitian menunjukan nilai C-Organik dan N-Total yang rendah, hal tersebut dapat disebabkan oleh adanya perbedaan komposisi penyusun dari bahan-bahan organik tersebut, didukung dengan kondisi kelerengan yang bergelombang, serta kondisi tajuk yang tidak kontinyu, sehingga menciptakan iklim mikro yang tidak seragam yang berpengaruh terhadap laju dekomposisi dari bahan-bahan organik tersebut. Perbedaan laju dekomposisi, curah hujan yang tinggi, kelerengan yang bergelombang, serta jenis tanah dengan sifat lempung yang beraktifitas rendah dan kemampuan memegang air rendah menyebabkan bahan organik tanah pada plot penelitian tidak terdistribusi secara merata dan mudah mengalami pencucian, sehingga menyebabkan jumlahnya menjadi sedikit dalam tanah (Notohadiprawiro 2006).

(44)

dan adanya perbedaan laju dekomposisi yang disebabkan oleh kondisi fisik dari plot pengambilan sampel. Pada plot penelitian umur tanam 1, 2, 4, 5, 8, dan 9 tahun menunjukkan nilai C-Biomassa Mic yang tinggi, hal tersebut dapat diasumsikan bahwa pada plot pengambilan sampel sedang terjadi pelapukan bahan-bahan organik yang masih segar. Gregorich dan Carter (1997) menyatakan ketika bahan organik yang masih segar jatuh menyentuh lantai hutan, maka bahan organik tersebut akan segara dirombak oleh mikroorganisme-mikroorganisme tanah, pada saat itu akan terjadi peningkatan aktifitas dan jumlah mikroorganisme tanah, hal tersebut disebabkan oleh kerena bahan-bahan organik yang segar banyak mengandung senyawa-senyawa yang mudah untuk didekomposisi, sehingga mikroorganisme tanah mendapatkan banyak energi dan senyawa-senyawa yang dapat mereka gunakan untuk berkembang biak. Pada plot penelitian terdapat juga C-Biomassa Mic dengan nilai yang rendah (umur taman 3, 6, dan 7 tahun), hal tersebut dapat disebabkan pada saat pengambilan sampel tanah di titik-titik pengamatan kondisi bahan organiknya sudah dalam keadaan tidak segar, sehingga mikroorganisme sulit mendapatkan energi, hal tersebut menyebabkan aktifitasnya menurun (Gregorich dan Carter 1997).

Kemungkinan lain yang dapat menjadi penyebab hasil pengamatan sifat biologi tanah pada plot penelitian bersifat fluktuatif ialah sifat dari mikroorganisme tanah tersebut. Sparling et al. (1986) dalam Gregorich dan Carter (1997) menyatakan aktifitas mikroorganisme dapat berubah sangat cepat. Aktifitas mikroorganisme pada saat lingkungan mereka kering dapat berbeda dengan pada saat lingkungan mereka basah atau dengan kata lain aktiftas mereka sebelum dan sesudah terjadi hujan dapat berbeda.

(45)
(46)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kualitas tanah pada areal Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) IUPHHK/HA PT. Sari Bumi Kusuma terbagi menjadi dua kategori nilai kualitas tanah yaitu kategori sedang dan rendah. Kelas umur tanaman pada areal Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) IUPHHK/HA PT. Sari Bumi Kusuma yang tergolong dalam kategori sedang yaitu kelas umur tanaman 1, 2, 4, 5, 8, dan 9 tahun, sedangkan yang tergolong dalam kategori rendah yaitu kelas umur tanaman 3, 6, dan 7 tahun.

6.2 Saran

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Anas I.1989. Petunjuk Laboratorium Biologi Tanah dalam Praktek. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Institut Pertanian Bogor.

Arianto CI. 2008. Perubahan Sifat Fisik, Kimia, dan Biologi Tanah pada Hutan Alam yang diubah Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit. [Skripsi]. Bogor: Fakultar Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Arsyad S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.

Foth HD. 1988. Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Ed: Hudoyono, S.A.B. Yokyakarta: Gadjah Mada Univesity press.

Gregorich EG, Carter MR. 1997. Soil Quality for crop production and decosystem health. Amsterdam: El Sevir.

Hanafiah KA. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Raja Grifindo Persada.

Hardjowigeno S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta: CV Akademika Pesindo.

. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta: CV Akademika Pesindo.

Lynch, J.M and E. Bragg. 1985. Microorganism and Soil Aggregate Stability. Advance in Soil Science, Vol 2. Springes Veslag. New York.

Musthofa A. 2007. Perubahan Sifat Fisik, Kimia, dan Biologi Tanah pada Hutan Alam yang diubah Menjadi Lahan Pertanian di kawasan Taman Nasional Gunung Lauser. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Notohadiprawira T. 2006. Ultisol, Fakta dan Implikasi Pertanianya.

Http://ugm.ac.id/files/notohadiprawiro/hDXa17zA/ilmutanah%20htn%20li

(48)

Pamoengkas P.2006. Kajian Aspek Vegetasi dan Kualitas Tanah Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Studi Kasusdi Areal HPH PT. Sari Bumi Kusuma, Kalimantan Tengah) [Disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertaniab Bogor.

Purwowidodo. 2005. Mengenal Tanah. Bogor: Laboratorium Pengaruh Hutan, jurusan Manajemen Hutan. Institut Pertanian Bogor.

Suparna N, S Purnomo. 2004. Pengalaman Membangun Hutan Tanaman Meranti di PT. Sari Bumi Kusuma, Kalteng. Jakarta: PT. Alas Kusuma.

Soepardi G.1983. Sifat dan Ciri Tanah (Edisi revisi). Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

(49)

(50)
(51)
(52)

Lampiran 4 Hasil analisis laboratorium sifat kimia tanah C-Organik dan N-Total umur tanam 1-9 tahun

No No petak umur petak Jalur antara / tanam kedalaman C-Organik N-Total

(53)
(54)
(55)
(56)
(57)

Lampiran 6 Hasil analisis uji ANOVA dan uji Duncan dengan menggunakan program SAS

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

perl 9 T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9

Number of Observations Read 18 Number of Observations Used 18

The SAS System 14:27 Sunday, March 21, 2010 17

The GLM Procedure

Dependent Variable: sat

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 8 299755.4353 37469.4294 0.55 0.7935

Error 9 612259.2236 68028.8026

Corrected Total 17 912014.6588

R-Square Coeff Var Root MSE sat Mean

0.328674 54.72768 260.8233 476.5839

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

perl 8 299755.4353 37469.4294 0.55 0.7935

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

(58)

The SAS System 14:27 Sunday, March 21, 2010 18

The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for sat

(59)

The SAS System 14:27 Sunday, March 21, 2010 16

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

perl 9 T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9

Number of Observations Read 18 Number of Observations Used 18

The SAS System 14:27 Sunday, March 21, 2010 17

The GLM Procedure

Dependent Variable: sat

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 8 299755.4353 37469.4294 0.55 0.7935

Error 9 612259.2236 68028.8026

Corrected Total 17 912014.6588

R-Square Coeff Var Root MSE sat Mean

0.328674 54.72768 260.8233 476.5839

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

perl 8 299755.4353 37469.4294 0.55 0.7935

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

(60)

The SAS System 14:27 Sunday, March 21, 2010 18

The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for sat

(61)

The SAS System 14:27 Sunday, March 21, 2010 28

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

perl 9 T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9

Number of Observations Read 18 Number of Observations Used 18

The SAS System 14:27 Sunday, March 21, 2010 29

The GLM Procedure

Dependent Variable: sat

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 8 252959.2522 31619.9065 0.54 0.8038

Error 9 530770.8587 58974.5399

Corrected Total 17 783730.1108

R-Square Coeff Var Root MSE sat Mean

0.322763 84.76737 242.8467 286.4861

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

perl 8 252959.2522 31619.9065 0.54 0.8038

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

(62)

The SAS System 14:27 Sunday, March 21, 2010 30

The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for sat

(63)

The SAS System 14:27 Sunday, March 21, 2010 31

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

perl 9 T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9

Number of Observations Read 18 Number of Observations Used 18

The SAS System 14:27 Sunday, March 21, 2010 32

The GLM Procedure

Dependent Variable: sat

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 8 252959.2522 31619.9065 0.54 0.8038

Error 9 530770.8587 58974.5399

Corrected Total 17 783730.1108

R-Square Coeff Var Root MSE sat Mean

0.322763 84.76737 242.8467 286.4861

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

perl 8 252959.2522 31619.9065 0.54 0.8038

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

(64)

The SAS System 14:27 Sunday, March 21, 2010 33

The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for sat

(65)

The SAS System 14:27 Sunday, March 21, 2010 34

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

perl 9 T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9

Number of Observations Read 18 Number of Observations Used 18

The SAS System 14:27 Sunday, March 21, 2010 35

The GLM Procedure

Dependent Variable: sat

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 8 0.47701111 0.05962639 0.99 0.4982

Error 9 0.54010000 0.06001111

Corrected Total 17 1.01711111

R-Square Coeff Var Root MSE sat Mean

0.468986 24.55172 0.244972 0.997778

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

perl 8 0.47701111 0.05962639 0.99 0.4982

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

(66)

The SAS System 14:27 Sunday, March 21, 2010 36

The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for sat

(67)

The SAS System 14:27 Sunday, March 21, 2010 37

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

perl 9 T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9

Number of Observations Read 18 Number of Observations Used 18

The SAS System 14:27 Sunday, March 21, 2010 38

The GLM Procedure

Dependent Variable: sat

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 8 0.00597778 0.00074722 0.45 0.8638

Error 9 0.01500000 0.00166667

Corrected Total 17 0.02097778

R-Square Coeff Var Root MSE sat Mean

0.284958 28.93098 0.040825 0.141111

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

perl 8 0.00597778 0.00074722 0.45 0.8638

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

(68)

The SAS System 14:27 Sunday, March 21, 2010 39

The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for sat

(69)

The SAS System 14:27 Sunday, March 21, 2010 43

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

perl 9 T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9

Number of Observations Read 18 Number of Observations Used 18

The SAS System 14:27 Sunday, March 21, 2010 44

The GLM Procedure

Dependent Variable: sat

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 8 0.00414444 0.00051806 1.07 0.4555

Error 9 0.00435000 0.00048333

Corrected Total 17 0.00849444

R-Square Coeff Var Root MSE sat Mean

0.487901 22.10766 0.021985 0.099444

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

perl 8 0.00414444 0.00051806 1.07 0.4555

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

(70)

The SAS System 14:27 Sunday, March 21, 2010 45

The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for sat

(71)

The SAS System 14:27 Sunday, March 21, 2010 1

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

perl 9 T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9

Number of Observations Read 18 Number of Observations Used 18

The SAS System 14:27 Sunday, March 21, 2010 2

The GLM Procedure

Dependent Variable: sat

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 8 124.2769111 15.5346139 0.31 0.9411

Error 9 444.7726500 49.4191833

Corrected Total 17 569.0495611

R-Square Coeff Var Root MSE sat Mean

0.218394 9.811033 7.029878 71.65278

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

perl 8 124.2769111 15.5346139 0.31 0.9411

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

(72)

The SAS System 14:27 Sunday, March 21, 2010 3

The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for sat

(73)

The SAS System 14:27 Sunday, March 21, 2010 4

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

perl 9 T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9

Number of Observations Read 18 Number of Observations Used 18

The SAS System 14:27 Sunday, March 21, 2010 5

The GLM Procedure

Dependent Variable: sat

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 8 37.2794444 4.6599306 0.16 0.9920

Error 9 265.5926000 29.5102889

Corrected Total 17 302.8720444

R-Square Coeff Var Root MSE sat Mean

0.123086 7.699376 5.432337 70.55556

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

perl 8 37.27944444 4.65993056 0.16 0.9920

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

(74)

The SAS System 14:27 Sunday, March 21, 2010 6

The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for sat

(75)
(76)

N-Total Skor

>0.75 10

0.67-0.74 9

0.60-0.66 8

0.53-0.59 7

0.46-0.55 6

0.39-0.45 5

0.32-0.38 4

0.25-0.31 3

0.18-0.24 2

0.11-0.17 1

<0.1 0

C-Biomassa Mic Skor

>491 10

458.2-490 9

425.8-458.9 8

394.4-425.7 7

361-393.3 6

328.6-360.9 5

296.2328.5 4

263.8-291.1 3

231.4-263.7 2

199-231.2 1

(77)

Gambar

Gambar 1  Skema sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ)
Gambar 2 Peta administrasi dan areal kerja PT. Sari Bumi Kusuma Kalimantan
Tabel 1  Kelas Kelerengan Areal Kerja PT. Sari Bumi Kusuma
Tabel 3  Jumlah Penduduk Desa Dalam dan Sekitar Areal Kerja PT. Sari Bumi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berbeda dengan turbin angin sumbu horizontal, untuk mendapatkan putaran yang efektif turbin harusdiarahkan pada posisi berlawanan dengan arah angin, ketika kondisi

Disarankan kepada guru jika menggunakan model pembelajaran direct instruction disertai power point interaktif agar lebih memperhatikan langkah- langkahnya sebagaimana

16 Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat jika soal akan digunakan untuk daerah lain atau nasional. 17 Pilihan jawaban tidak mengulang kata/frase yang

Dalam perkuliahan ini dibahas tentang penanganan dini tunanetra, pendidikan seks, ADL, aplikasi teori belajar bagi anak tunanetra, kurikulum, asesmen, sarana dan prasarana

Nilai satu lembar uang lima ribu rupiah setara dengan 4 lembar uang seribu rupiah dan .... keping uang dua

Para calon ahli psikologi dapat membuat diagnosis sebagai latihan untuk tugas2. Diagnosa mengenai

Hasil ini menunjukkan bahwa penerapan tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan kurang efektif dan kurang tepat sasaran, yang disebabkan terbatasnya pegawai dan informasi

Partisipasi masyarakat Desa Canggu dalam upaya menanggulangi tindakan Kriminal, pihak Kepolisian Polsek Kuta Utara yang berkoordinasi dengan pihak Bumper Canggu melakukan patrol