• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERMODELAN RUANG BUDAYA PADA ACARA PENER (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERMODELAN RUANG BUDAYA PADA ACARA PENER (1)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PERMODELAN RUANG BUDAYA PADA ACARA PENERIMAAN

Autocad,Skethcup,3D Max dan lain-lain. Permodelan arsitektur tersebut memberikan sebuah gambaran terhadap kita bagaimana model sebenarnya atau bentuk dalam membuat suatu objek. Setiap menelaah suatu model memerlukan sebuah softwere yang menujukan prmodelan tersebut. Tulisan ini menganalisis proses terjadinya permodelan ruang budaya pada acara penerimaan tamu desa adat Wologai yang merupakan salah satu desa adat yang ada di Kabupaten Ende. Alat baca yang digunakan berlandaskan tahapan-tahapan pada acara penerimaan tamu hingga selsai acara tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prses terjadinya, bagaimana masyarakat Wologai menerima/menyambut tamu mulai dari proses awal hingga proses akhirnya.

Kata Kunci : Permodelan, Desa Adat Wologai, Acara Penerimaan Tamu

Pendahuluan

Permodelan merupakan proses untuk membuat model. Model adalah representasi dari sebuah bentuk nyata. Permodelan secara umum merupakan pengembangan dari sebuah model. Sebuah permodelan biasanya dibangun untuk mencapai tujuan tertentu. Sebuah permodelan merupakan gambaran bentuk nyata yang dimodelkan secara sederhana. Dilakukan sebuah modeling bertujuan untuk menganalisa dan memberi prediksi yang sangat mendekati kenyataan sebelum sebuah model diimplementasikan. Permodelan secara umum merupakan pengembangan dengan software computer.

Permodelan dalam arsitektur mengenal beberapa softwere yang digunakan seperti Autocad,Skethcup,3D Max dan lain-lain. Permodelan arsitektur tersebut memberikan sebuah gambaran terhadap kita bagaimana model sebenarnya atau bentuk dalam membuat suatu objek. Objek tersebut berupa objek dua dimensi maupun 3 dimensi.

1.1 Pengertian Ruang

Ruang dapat dipahami sebagai daerah territorial yang sangat personal karena sebuah ruang tercipta didasari oleh pengetahuan dan kebutuhan penghuni.Dalam wacana arsitektur tradisional ruang yang tercipta merupakan ekspresi dari pengetahuan masyarakat masa lalu dalam upaya hidup laras, menyatu dengan lingkungan alam,dan bahkan merupakan dialog antara manusia dengan alam. Alam tidak saja diaggap sebagai musuh yang harus ditaklukan tetapi alam sebagai dari kehidupan manusia itu, oleh karena itu cara-cara tradisional menciptakan sebuah ruang adalah belajar dari fenomena alam yang terjadi.

(2)

umumnya menjadi dasar dari kepercayaan yang terbentuk. Kepercayaan mengandung ajaran-ajaran serta petunjuk-petunjuk yang harus ditaati oleh masyarakat, hal ini diwujudkan dalam adat istiadat dan kemudian ditingkatkan menjadi aturan-aturan yang dipakai sebagai pedoman untuk membuat sebuah bangunan (ruang).

Bagan 1.Ruang Arsitektur Sumber :

Dengan berbekal adat istiadat dan aturan serta ditunjang oleh adanya kebutuhan berinteraksi dengan manusia lain, mereka berupaya menempatkan diri dan mengatur ruang dengan cara yang sangat berbeda di satu tempat dengan tempat lainnya (Tuan, 1977:3). Adat istiadat dan aturan menjadi satu hal yang penting dalam kehidupan masyarakat bisa disebut budaya. Beberapa analisis terhadap perbedaan budaya, seperti yang dinyatakan oleh ahli pengetahuan sosial Edward T. Hall, menghasilkan sintesis yang menyatakan bahwa: manusia dengan budaya yang berbeda memiliki pengertian dan membentuk ruang yang berbeda (Hall, 1966).

1.2 Pengertian Budaya

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsure yang rumit, termasuk system agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, bangunan dan karya seni.

Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga yaitu:

1. Gagasan (ideal)

Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai,norma-norma peraturan dan sebagainya yang sifatnya abstrak tidak dapat draba atau disentuh.

2. Aktivitas (tindakan)

Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan system social.

3. Artefak (karya)

(3)

1.3 Ruang Budaya

Pada kebudayaan tradisional, dihadapkan pada latar belakangg pengaturan yang bersifat ritual, yang dasarnya bertujuan sebagai pengaturan tatanan sevara harmoni. Elemen dasar pendekatan dan pemahaman terhadap pola penggunaan ruang menurut rapoport (1997:278-279) yaitu sebagai berikut :

1) Kegiatan Manusia, ruang kegiatan manusia (home range) merupakan batas-batas umum terdiri dari beberapa setting atau lokasi, serta jaringan penghubung antar lokasi mempunyai radius home range tertentu yang dapat diklasifikasikan menjadi home range harian, mingguan dan bulanan

2) Area inti (core inti), merupakan area ruang kegiatan manusia yang paling sering dipakai, dipahami dan langsung dikontrol oleh penduduk.

3) Teritori, merupakan area yang erta kaitannya dengan privacy dan personel space sama dengan personal space. Teritorialitas adalah juga perwujudan ego yang tidak ingin diganggu, dengan kata lain merupakan perwujudan privasi

4) Area terkontrol merupakan suatu area yang dikuasai dan dikontrol secara temporer oleh sekelompok kota.

5) Personal Distance/Space (ruang personal), merupakan suatu jarak atau area dengan intervensi oleh orang lain akan terasa mengganggu, berbeda dengan keempat elemen diatas yang cenedrung fisikal batasnya, personal distance biasanya tidak mempunyai kenampakan fisik yang jelas.

Metode

Metode yag digunakan alam permodelan ruang budaya pada acara penerimaan tamu desa adat Wologai menggunakan metode analisis deskriptif yaitu meihat pergerakan pada saat acara penerimaan tamu hingga melakukan upacara adat di lokasi rumah adat Wologai.

(4)

Bagan2 .Skema Penelitian Sumber : Hasil Analisis

Pembahasan

Gambaran Umum

Wologai, sebuah kampung kuno yang berada di Desa Wologai Tengah Kecamatan Detusoko Kabupaten Ende Provinsi Nusa Tenggara Timur Secara geografis Desa Wologai Tengah terletak pada ketinggian 1045 dpl dengan curah hujan 3219 mm dan suhu rata-rata 35 C dengan luas wilayah administrasi desa kurang lebih 7,27 km2 dan terdiri dari 4 dusun, yaitu Dusun Wologai, Faunaka, Resetlemen dan Pasado’o. Desa Wologai Tengah memiliki jumlah penduduk 927 jiwa dengan kepadatan penduduk 128km2 yang terdiri dari 437 jiwa laki-laki dan perempuan 490 perempuan (BPS Kabupaten Ende,2014). Untuk mencapai desa adat Wologai dibutuhkan waktu 1,5 jam perjalanan dari Kota Ende dengan menggunakan bis angkutan umum atau sepeda motor.

Gambar 1.Kondisi fisik Desa Adat Wologai Sumber : http://yuknyasardiflores.blogspot.com/

(5)

Gambar 2.Letak Geografis

Sumber : Bappeda Kab.Ende & google Earth

Desa Adat Wologai tengah merupakan desa adat yang masih memegang teguh adat istiadatnya, Di desa ini masih banyak kita jumpai seremonial-seremonial adat yang dilaksanakan masyarakat setempat. Biasanya acara tersebut dilakukan pada bulan April sampai dengan bulan September. Biasanya dalam perlaksaan upacara adat ada pantangan-pantangan yang tidak boleh diikuti atau dilanggar oleh masyarakat setempat. Salah satu upacara yang sering dilakukan adalah upacara penyambutan tamu. Cara ini dilakukan apabila ada pengunjung yang datang ingin berkinjung ke Desa Adat Wologai. Dalam penyambutan tamu ada tata cara yang harus dilakukan oleh pengunjung mulai awal hingga akhir.

Acara Penerimaan Tamu

Pada penerimaan tamu, masayarakat Wologai melakukan seremonial adat berupa tarian dan nyayian daerah. Jumlah penari tersebut terdiri dari laki-laki dan perempuan yang memakai baju adat Ende-Lio (Lawo Lambu bagi wanita dan bagi laki-laki). Dalam proses penerimaan tamu masyarakat Wologai tidak memberikan tarif biaya masuk pada pengunjung. Tetapi bila ingin memberikan, para pengunjung bisa memberikan dengan seiklasnya tanpa ada unsur paksa dari masyarakat Wologai senidir.

Masyarakat Wologai merupakan masyarakat yang rama dan sopan terhadapt tamu-tamu yang datang. Walaupun desa adat ini berjarak sekitar 65 km2 dari pusat kota, tetapi masyarakat ini sudah bisa mengetahui informasi-informasi dari informan apabila ada tamu yang datang berkunjung ke desa mereka. Biasanya yang jadi memandu para tamu yaitu kepala desa setempat atau petuga yang diberi tugas untuk menjadi guide bagi pengunjung tersebut.

Permodelan ruang budaya pada acara penerimaan tamu

(6)

Gambar 3.Tahapan Awal Sumber : Hasil Analisis

Pada tahap awal para tamu yang berkunjung ke Desa Adat Wologai dipersilakan ke suatu ruang untuk memakai pakaian Adat Ende-Lio. Hal ini bermaksud menandakan para tamu yang berkunjung masuk dalam keluarga masyarakat Wologai. Selanjutnya para tamu yang sudah memakai pakaian adat tersebut diringi musik tradisional untuk dibawa ke lokasi kompleks rumah adat tersebut. Pada tahap selanjutnya, para tamu tersebut disambut oleh para penari berjumlah 4-6 yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.

Gambar 4.Tahapan Penyambutan Sumber : Hasil Analisis

Pada tahapan ini, para tamu tersebut disambut oleh para mosalaki didepan pintu masuk ke kampung adat ,dengan membaca seremonial-seremonial adat penyambutan tersebut. Kemudian para tamu tersebut diringi mengelilingi kampung adat tersebut yang didampingi mosalaki dan kemudian masuk ke salah satu rumah adat (sa,o ria) untuk melakukan sedikit ritual dalam rumah tersebut, sebelum melakukan upacara besar. Didalam Sa,o Ria tersebut tamu tersebut disuguhkan makan sirih pinang(katanya ritual adat yang harus dilaksanakan).

Para Penari

Tamu

Tubu Musu

Sa,o

2

Sa,o Ria

Pengunjun

(7)

Setalah melakukan acara didalam rumah adat (sa,o ria), para tamu tersebut keluar dan menuju ke suatu tempat yang letak di tengah-tengah perkampungan adat Wologai. Pelataran tersebut berupa ruang terbuka yang disusun dengan batu-batu bertingkat dan ditengah ada sebuah batu yang berbentuk lonjong (tubu Musu). Diarea tersebut biasanya masyarakat Wologai melakukan acara-acara adat.

Gambar 4.Posisi Kedha dan Tubu Musu Sumber : Arsitektur Unwira

Salah satu persyaratan disaat melakukan upacara adat,alas kaki diwajibkan dilepas yang bermaksud untuk menghormati para leluhur Wologai. Setelah itu para tamu tersebut dan para masyarakat menuju ke pelataran terbuka tersebut (Kajo Kanga), untuk melakukan seremonial adat. Kajo Kanga merupakan area lingkaran yang mengelilingi tubu musu, yang berupa susunan batu-batu.

(8)

Gambar 5.Posisi Kajo Kanga Sumber : Hasil analisis

Gambar 6.Kajo Kanga

Sumber : ludger-budayawologai.blogspot.com

Gambar 7.Proses Mosalaki Masuk Sumber : Hasil Analisis

Kajo Kanga

3

Sa,o Kedha

Pengunjun

(9)

Pada tahapan ini seorang mosalaki pu,u (pemimpin adat) masuk kedalam Sa,o Kedha. Sa,o Kedha merupakan salah satu rumah adat yang posisinya berada ditengah perkampungan, Rumah adat ini tanpa dinding dan dibiarkan terbuka.Sa,o Kedha ini berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan benda-benda yang berkaitan upacara adat seperti, gendang, kepala kerbau, dll. Bagi pengunjung dilarang masuk apabila sedang dilaksanakan sremonial adat, tetapi setelah selesai seremonial adat masyarakat atau pengunjung biasa masuk ke dalam sa,o kedha tersebut.Setelah sampai ke dalam Sa,o Kedha, mosalaki pu,u tersebut melakukan ritual-ritual adat didalam sa,o. tahapan selanjunya mosalaki keluar dari sa,o tersebut dan menuju ke area pelataran menunuju tubu busu ubtuk melakukan persembahan.

Gambar 8.Sa,o Kedha

Sumber : ludger-budayawologai.blogspot.com

Gambar 9.Proses Mosalaki Keluar Sumber : Hasil Analisis

4

Pengunjun

Mosalaki

(10)

Selanjutnya mosalaki pu,u tadi keluar dari sa,o kedha dan menuju ke tubu musu untuk melakukan persembahan kepada leluhur mereka. Tubu musau. Tubu musu merupakan sebuah batu lonjong yang ditancapkan ke tanah dan disekitarnya terdapat loda landa. Diarea ini masalki puu ini melakukan ritual-ritual yang menggunkan bahasa adat setempat untuk mempersembahkan hasil-hasil mereka kepada leluhur mereka.

Gambar 10.Tubu Musu

Sumber : ludger-budayawologai.blogspot.com

Setelah melakukan tahapan-tahapan dari awal hingga masuk ke arah puncah, dimana semua masyarakat Wologai berkumpul di area/pelatan terbuka (kajo kanga) untuk melakukan tarian-tarian. Tarian pertama yang dilakukan adalah tarian gawi (tandak). Tarian ini dipimpin oleh seseorang (sodha) untuk mengiringi masyarakat lain dan diringi oleh music tradisional setempat. Tarian ini biasanya formasinya berbentuk lingkaran dan mengelilingi tubu musu. Tarian ini merupakan upacara yang maknanya adalah kebersamaan karena tarian ini dilakukan secara beramai-ramai oleh masyarakat adat. Dalam melakukan upacara ini tidak ada perbedaan antara masyarakat dan pengunjung. Saat melakukan upacara tarian ini masyarakat dilarang melakukan aktivitas lain, jika melanggar diberi sansi. Biasanya acara tersebut dilakukan 1 bulan penuh tergantung upacara adat apa yang dilakukan oleh masyarakat dan bulan berapa upacara itu dilakukan. Pada masyarakat Wologai upacara-upacara adat dilakukan pada bulan April hingga bulan September.

Pengunjun

Mosalaki

Masyaraka

(11)

Gambar 10.Proses Tarian Adat Sumber : Hasil Analisis

Gambar 11.Tarian Gawi

Sumber : ludger-budayawologai.blogspot.com

Setelah melaksanakan tarian tersebut maka selesai sudah acara adat tersebut. Tetapi akan dilanjutkan pada hari esoknya. Dalam pelaksanaan seremonial adat biasanya dari pagi hingga malam, tanpa ada yang melakukan aktivitas didalam ataupun diluar desa adat Wologai tersebut. Setiap masyarakat wajib mengikuti dan patuhi aturan-aturan yang telah berlaku. Jika melanggar diberi sangsi yang dilakukan, dilihat dari jenis pelanggaran, pelanggaran kecil atau berat. Jika pelanggaran ringan akan ditegur dan bila pelanggaran berat dibayar dengan seekor babi atau kerbau.

KESIMPULAN

Desa Adat Wologai suku Ende-Lio benar-benar mencerminkan social budaya masyarakatnya. Sehingga masyarakat maupun arsitektur yang diciptakan mempunyai landasan yang kuat dan khas. Kesadaran masyarakat Wologai yang sangat menghargai alam sebagai tempat mereka menyandarkan hidup patut menjadi tauladan bagi masyarakat luas, terutama yang mengaku sebagai masyarakat modern yang menganggap alam sebagai alat bagi pemenuhan kebutuhan hidupnya.

Desa Adat Wologai sangat mematuhi aturan-aturan adat tanpa melanggar apapun. Tahapan-tahapan mulai awal hingga akhir masyarakatnya sangat menghargai dan memtahuinya. Hal ini memberikan kepada kita bahwa setiap tahapan bila diikuti dengan baik akan memberikan sebuah ungkapan kita terhadap kondisi budaya kita. Karena budaya merupakan cerminan bagi kehidupan kita.

REFRENSI

Bismo S. Prinsip dasar Permodelan dan Model Sistematis.

(12)

Lake.CH Reginaldo (2014). Konsep Building Task Arsitektur Permukiman Vernakuler Wologai di Pulau Flores. Universitas Katolik Widya Mandira, Kupang,2014.

Messakh.J, Akulturasi yang Mengedepankan Lokalitas dalam membentuk Identitas Arsitektur Nusa Tenggara Timur. E-Journal, Vol 1 No 2, 2014

Solihin A.Hasibun Z. Permodelan Arsitektur Teknologi Berbasis Cloud untuk Institusi Perguruan Tinggi di Indonesia. Universitas Indonesia.

http://zulfikarmsi.wordpress.com/materi-kuliah-simulasi-dan-pemodelan-bab-i/

Gambar

Gambar 1.Kondisi fisik Desa Adat WologaiSumber : http://yuknyasardiflores.blogspot.com/
Gambar 2.Letak Geografis
Gambar 4.Tahapan Penyambutan
Gambar 4.Posisi Kedha dan Tubu MusuSumber : Arsitektur Unwira
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian Prasetyono & Kompyurini (2007) tentang analisis kinerja rumah sakit daerah dengan pendekatan balanced scorecard berdasarkan komitmen organisasi,

1) Simpulan harus konsisten dengan analisis permasalahan dan menjawab rumusan masalah dan tujuan pengamatan. 2) Saran disampaikan berupa kemungkinan, prediksi, transfer

(1) Setiap orang yang menjanjikan atau menawarkan atau memberikan kepada seorang Pejabat Publik Asing atau seorang Pejabat Organisasi Internasional Publik secara

Sebagai contoh, bahwa kerangka konseptual pelaporan keuangan yang menggunakan paradigma syari’ah merupakan hal yang sangat unik yang diperoleh dari hukum “Langit”,

Berau Coal telah memiliki dokumen Laporan Hasil Cruising 5 % pada areal yang akan dimanfaatkan kayunya dan lokasi sesuai dengan izin IPK yang dimiliki pada areal seluas 727 Ha

Indonesia OneSearch merupakan portal satu pintu pencarian untuk koleksi yang dimiliki oleh anggota Jejaring. Menggunakan Open Archive Initiative (OAI)/ Protocol for

Jika Polis masih aktif hingga akhir Tahun Polis ke-10, maka Penanggung akan mengembalikan Premi sebesar 100% dari Premi yang telah dibayarkan tanpa bunga, dikurangi dengan

Guru memberi tugas siswa untuk menceritakan secara singkat tentang cobaan Nabi Ayub a.s..