• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesadaran Berarsitektur Landasan Bagi Ma

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kesadaran Berarsitektur Landasan Bagi Ma"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Kesadaran Berarsitektur;

Landasan Bagi Manusia Menghadirkan Arsit ekt ur

Oleh:

Andika Saputra S. T. , M. Sc

Pensyarah di Prodi Arsit ekt ur

Universit as Muhammadiyah Surakart a (UMS)

Email:

andikasapoet ra87@yahoo. com

(2)

Kesadaran Berarsit ekt ur;

Landasan Bagi Manusia Menghadirkan Arsit ekt ur

Oleh: Andika Saput ra, S. T. , M. Sc

A.Arsit ekt ur dan Kesadaran Manusia

Menempat kan arsit ekt ur sebagai bagian dari kebudayaan manusia yang pada hakikat nya adalah perwuj udan dari kebut uhan manusia unt uk mempert ahankan diri dan menj alani kehidupannya di dunia memberikan konsekuensi logis bahwa arsit ekt ur t idak dapat dilepaskan dari aspek manusia sebagai subyek pelaku kerj a-kreat if -budaya. Tersedia dua argument asi unt uk mendukung kebenaran pandangan ini yang merupakan asumsi dasar pendekat an Psiko-Kult ural Arsit ekt ur Islam. Pert ama, kehadiran arsit ekt ur mensyarat kan kehadiran manusia yang membut uhkan. Tanpa kehadiran manusia dan t anpa adanya kebut uhan manusia t erhadap arsit ekt ur, maka arsit ekt ur t idak akan hadir. Kedua, kebut uhan manusia t erhadap arsit ekt ur t idak secara ot omat is menj adikan arsit ekt ur hadir begit u saj a t anpa kerj a yang dil akukan manusia unt uk menghadirkan arsit ekt ur yang menj adi kebut uhannya.

Kelekat an yang sangat kuat ant ara manusia dan arsit ekt ur menj adikan pemahaman t erhadap f enomena arsit ekt ur haruslah didasari pemahaman t erhadap f enomena manusia sebagai agen-akt if kebudayaan yang memiliki kebut uhan t erhadap arsit ekt ur dan secara akt if berupaya memenuhi kebut uhannya. Manusia yang berkebut uhan dan bekerj a memenuhi kebut uhannya ialah manusia yang mengenali kebut uhan dan mengenali kerj a yang dilakukannya. Singkat nya, manusia yang berkesadaran. Tanpa kesadaran, manusia t idak akan dapat mempert ahankan diri dan menj alani kehidupannya di dunia karena ia t idak mengenali diri, hidup yang sedang dij al ani, kebut uhan dan t idak mampu melakukan kerj a unt uk memenuhi kebut uhan.

(3)

ket eknikan unt uk menghadirkan obj ek arsit ekt ur, t et api dengan melakukan kerj a pendidikan manusia karena kehadiran Arsit ekt ur Islam mensyarat kan t erlebih dahul u hadirnya manusia Muslim yang berkesadaran Isl am.

B. St rukt ur Kesadaran

Dengan penalaran yang saya gunakan dalam t ulisan ini unt uk memahami hubungan ant ara manusia dan arsit ekt ur haruslah dimulai dengan memahami kesadaran manusia yang membuahkan kebut uhan t erhadap arsit ekt ur dan mendorong dirinya melakukan kerj a menghadirkan arsit ekt ur. Kesadaran t erbent uk melalui pengenal an dan pengenalan mensyarat kan ilmu unt uk dapat mengenali, sement ara ilmu erat kait annya dengan kebenaran karena t uj uan ilmu ial ah mencapai kebenaran. Dengan demikian kesadaran memiliki kait hubungan dengan ilmu dan kebenaran. Ilust rasinya begini, seseorang menyadari dirinya hadir bukan karena pert ama ia merasa dirinya hadir, t et api karena ia yakin bahwa dirinya hadir. Keyakinan bahwa di rinya hadir menandakan ia t elah mencapai kebenaran sebagai buah dari pengenalan t erhadap kehadiran dirinya berdasarkan ilmu yang kemudian membent uk kesadarannya sebagai manusia.

Kesadaran penuh dicapai manusia melalui pengenalan secara bert ahap di mana pengenalan pada t ahap sebelumnya merupakan pij akan bagi manusia unt uk mencapai pengenalan t ahap sel anj ut nya. Pengenalan pert ama yang harus dicapai manusia adalah pengenalan t erhadap dirinya. “ Apa diriku ini dan siapakah diriku?” “ Apa hakikat diriku ini?” “ Darimana aku berasal ?” “ Bagaimana aku dapat hadir di sini?” “ Apakah aku dicipt akan?” “ Jika aku dicipt akan, siapakah Pencipt aku?” Deret an pert anyaan t ersebut dilont arkan manusia kepada dirinya sendiri yang bert uj uan unt uk mencapai kepast ian mengenai dirinya. Tanpa kepast ian mengenai dirinya, manusia t idak dapat melangkah pada t ahap pengenal an selanj ut nya karena sel uruh pengenalan selanj ut nya bersandarkan dan berasaskan pada pengenalan mengenai hakikat kediriannya sebagai manusia.

(4)

Akhir dari pengenalan t ahap ini adal ah manusia mengenali seluruh ada-ada yang diyakininya hadir, t ermasuk dirinya dan hubungan ant ara ada-ada t ersebut dengan dirinya. Set elah mencapai pengenalan t erhadap dirinya, manusia beranj ak pada pengenalan berikut nya berkait an dengan kehadiran dirinya di alam dunia. “ Unt uk apa aku hidup?” “ Unt uk apa aku hadir di sini di dunia?” “ Apa t uj uan kehadiranku?” adalah sederet an pert anyaan yang menunt ut segera dicari j awabannya karena manusia membut uhkan kepast ian akan arah, t uj uan dan alasan kehadirannya di dunia agar dapat menj alani kehidupannya dengan j elas dan bermakna. Pengenalan t uj uan hidup bersandarkan pada pengenalan t erhadap diri karena suat u t uj uan agar dapat dan memungkinkan unt uk dicapai oleh manusia haruslah berkesesuaian dengan dirinya. Manusia yang mengenali dirinya sebat as t ubuh yang bersif at f isikal, maka t uj uan hidup yang dikenalinya pun sebat as persoal an mat eri-f isik yang mampu dicapai ol eh dirinya yang hanya t ubuh. Pengenalan t erhadap dirinya yang hanya t ubuh menj adi penghalang bagi manusia unt uk mengenali dan mencapai t uj uan hidup yang bersif at t ransenden dan mel ampaui f isik-mat eri.

Selanj ut nya, set elah mencapai kesadaran t erhadap t uj uan hidupnya, manusia memasuki pengenalan t erhadap kehidupannya. “ Apa saj a kebut uhanku unt uk dapat hidup dan mempert ahankan hidup?” “ Mengapa aku membut uhkan hal t ersebut ?” “ Jika kebut uhan it u t idak t erpenuhi, apa akibat nya bagiku?” ialah sederet pert anyaan unt uk memberi manusia kepast ian mengenai apa yang harus dil akukannya unt uk mempert ahankan hidup dan kehidupannya di dunia. Pengenalan manusia t erhadap kebut uhan hidupnya didasarkan pengenalan t erhadap diri dan pengenalan t erhadap t uj uan hidup. Yang pert ama, pengenalan t erhadap kebut uhan hidup t erkait erat dengan pengenalan manusia t erhadap dirinya karena pada hakikat nya kebut uhan merupakan mekanisme diri manusia unt uk mempert ahankan hidup. Manusia yang mengenali dirinya sebat as t ubuh, maka kebut uhannya sepanj ang hidup di dunia hanya seput ar persoalan t ubuh unt uk mempert ahankan kehidupan bagi t ubuhnya. Sement ara manusia yang mengenali dirinya ialah j iwa dan t ubuh, maka kebut uhan hidupnya t erdiri dari kebut uhan bagi j iwa dan kebut uhan bagi t ubuh di mana pemenuhan t erhadap kebut uhan j iwa merupakan priorit as karena merupakan hakikat dirinya sebagai manusia.

(5)

secara psikologis dan t idak dapat mendorong manusia unt uk melakukan kerj a. Sebagai misal manusia yang memiliki t uj uan hidup memiliki kekayaan mat eri t erbanyak di ant ara manusia lainnya, maka menj adi bermakna bagi dirinya segala kebut uhan hidup berkait an dengan penambahan angka nominal kepemilikan hart a. Sebaliknya menj adi t idak bermakna bagi dirinya kebut uhan bersedekah kepada f aqir miskin yang secara zhahir merugikan dirinya karena mengakibat kan berkur angnya angka nominal hart a yang dimiliki. Sisi kedua, t uj uan hidup selalu berart i suat u t empat at au suat u kondisi yang berada ‘ di sana’ yang menj adikan t uj uan hidup selal u menunt ut gerak manusia unt uk mendekat dan mencapainya. Kebut uhan hidup t idak lain ialah j alan yang dimiliki manusia unt uk mencapai t uj uan hidup yang t erlet ak ‘ di sana’ . Dengan begit u pengenalan yang benar t erhadap kebut uhan hidup menj adi pent ing bagi manusia, bukan saj a unt uk mempert ahankan hidup dan kehidupannya di dunia, t et api j uga unt uk mencapai t uj uan hidupnya. Sebaliknya, salah mengenali kebut uhan hidup mengakibat kan diri manusia t idak mampu mempert ahankan kehadirannya di dunia dan mengakibat kan dirinya t idak mampu mencapai t uj uan hidup. Pernyat aan ini dapat dij elaskan secara psikol ogis bahwa seseorang yang berhasil memenuhi kebut uhan hidup merasakan dirinya semakin dekat at au t elah mencapai t uj uan hidupnya. Sebaliknya, kegagalan memenuhi kebut uhan hidup dirasakan oleh manusia sebagai kegagalan mencapai t uj uan hidup yang menyebabkan dirinya merasa kehidupan yang t engah dij alaninya t idak l agi bermakna bahkan menunt ut unt uk diakhiri. Kebut uhan hidup menunt ut unt uk dipenuhi karena berkait an dengan kehadiran dan pemert ahanan diri manusia di dunia. Set elah mengenal i kebut uhan hidupnya, manusia memasuki t ahap pengenalan t erhadap cara yang harus dilakukan unt uk memenuhi kebut uhannya. “ Bagaimana caraku memenuhi kebut uhanku?” “ Apa yang aku mil iki unt uk memenuhi kebut uhan hidupku?” “ Apa yang pat ut aku lakukan dan t idak pat ut aku lakukan unt uk memenuhi kebut uhan it u?” merupakan rangkaian pert anyaan yang t idak sekebar berdimensi t eknis-prakt is menyoal bagaimana caraku memenuhi kebut uhan, t et api lebih ut amanya berdimensi f ilosof is-met odologis menyoal cara sepert i apa yang seharusnya aku lakukan unt uk memenuhi kebut uhan hidup. Pada t ahap pengenalan inilah manusia memasuki medan et ika karena cara-cara yang dilakukannya unt uk memenuhi kebut uhan hidup t idak saj a menyoal dirinya sendiri, t et api selal u bersinggungan dengan ada-ada lain di sekit arnya, t ermasuk keberadaan manusia lainnya.

(6)

digunakan oleh manusia unt uk memenuhi kebut uhan hidupnya mel iput i pot ensi int ernal dan pot ensi ekst ernal yang bersandarkan pada pengenalan manusia t erhadap dirinya. Pot ensi int ernal merupakan saluran epist emologis yang inheren t erdapat di dalam diri manusia yang dikenal i dan diakuinya sebagai bagian dari dirinya. Sedangkan pot ensi ekst ernal merupakan seluruh ent it as di l uar diri manusia yang dikenali dan diakui keberadaannya berdasarkan pengenalan manusia t erhadap pot ensi int ernal dirinya. Manusia yang hanya mengenali panca indera sebagai saluran epist emologis merupakan dasar bagi dirinya unt uk mengakui bahwa di luar dirinya hanya t erdapat ent it as f isik yang mampu diserap panca indera. Ent it as yang t idak dapat diserap panca indera diyakininya t idak hadir at au t idak ada, sehingga t idak dapat dimanf aat kan olehnya unt uk memenuhi kebut uhan hidup.

Kedua, pot ensi yang dimiliki manusia berkait an dengan persoalan ‘ bagaimana’ yang merupakan kerj a konkret manusia memenuhi kebut uhan hidupnya. Cara-cara yang memungkinkan dilakukan manusia berdasarkan pada saluran epist emologis yang diakuinya sah karena cara ialah t eknik yang merupakan t urunan dari saluran epist emologis unt uk berhubungan dengan realit as f isik, dalam kont eks bahasan ini ialah unt uk memanf aat kan at au mengolah pot ensi ekst ernal yang t erdapat di sekelil ing diri manusia sebagai upaya memenuhi kebut uhan hidupnya. Tidak sembarang cara dapat dilakukan oleh manusia unt uk memenuhi kebt uhannya karena upaya pemenuhan kebut uhan hidup selain bersandarkan pada pengenalan t erhadap diri j uga bersandarkan pada pengenalan t erhadap t uj uan hidup dikarenakan upaya pemenuhan kebut uhan hidup t idak saj a unt uk mempert ahankan kehidupan, t et api j uga merupakan gerak manusia mendekat i dan mencapai t uj uan hidupnya. Tuj uan hidup menyediakan bat as-bat as bagi kerj a yang dilakukan manusia berkait an dengan cara apa yang boleh dilakukan dan t idak boleh dilakukannya. Dengan begit u suat u cara dinyat akan benar j i ka dapat memenuhi kebut uhan sekaligus berkesesuaian dengan t uj uan hidup dan sebal iknya, suat u cara dinyat akan salah karena t idak sesuai dengan t uj uan hidup walaupun dapat digunakannya unt uk memenuhi kebut uhan hidup.

(7)

j awaban at as set iap pert anyaan pengenalan yang disediakan oleh sist em keyakinan yang dianut . Set iap pert anyaan pengenalan yang dilont arkan dan dihadapi manusia bersif at alamiah yang dit anamkan Allah di dalam diri semua manusia t anpa t erkecuali, sedangkan sist em keyakinan yang dianut manusia meliput i agama, sist em f il saf at , ideol ogi dan sej enisnya sebagai sumber j awaban at as pernyat aan pengenalan merupakan pilihan manusia sebagai makhl uk yang memilik kebebasan.

Gambar 1: Tahapan pengenalan manusia mencapai kesadaran penuh Sumber: Analisa, 2017

(8)

lainnya. Manusia t idak dapat meyakini benar lebih dari sat u sist em keyakinan at au seluruh sist em keyakinan karena alih-alih memberikan dirinya kepast ian dan kej elasan, j ust ru menyebabkan kebingungan, ket idakj elasan dan ket idakpast ian bagi dirinya.

Selain it u di ant ara keberagaman sist em keyakinan yang dit emui manusia dalam kehidupan kesehariannya, j ust ru t idak menj adikannya semakin merasa yakin bahwa sel uruhnya adalah benar, sehingga mendorong dirinya unt uk memilih salah sat u di ant ara sekian banyak sist em keyakinan yang t ersedia. Memilih merupakan upaya mengerahkan seluruh daya pot ensi yang dimil iki manusia karenanya j ika seluruh sist em keyakinan adalah benar maka manusia t idaklah perlu memil ih, dalam art ian dirinya dapat dengan mudah bergant i dan berpindah sist em keyakinan kapanpun diinginkannya, t et api secara f akt ual hal t ersebut bert ent angan dengan kondisi eksist ensial manusia yang menandakan secara subj ekt if manusia hanya mampu menerima kebenaran t unggal dengan meyakini benar sat u sist em keyakinan dan menolak sist em keyaki nan lain unt uk dinyat akan sebagai benar. Pert anyaan selanj ut nya yang dapat diaj ukan adalah apa yang menj adi t imbangan obj ekt if bahwa suat u sist em keyakinan adalah benar at au salah? Banyak manusia pada hari ini akan set uj u j ika Komunisme adalah sal ah. Timbangan yang digunakan unt uk memut uskan bahwa Komunisme adalah sist em keyakinan yang sal ah dan begit u pula dengan banyak sist em keyakinan l ainya ialah sist em keyakinan yang didalamnya inheren t erdapat kebenaran. Dengan demikian t imbangan kebenaran unt uk menil ai sist em keyakinan haruslah memenuhi t iga syarat . Pert ama, sist em keyaki nan hanya dapat dit imbang dan dinilai oleh sesama sist em keyakinan karena yang dinil ai maupun yang menilai harus berada dalam kat egori yang sama. Kedua, kebenaran yang t ermuat di dalam t imbangan bukanlah hasil konst ruksi manusia at au rekayasa subj ekt if manusia yang mengharuskannya memiliki kebenaran yang bersif at adi-manusia dan mut lak-benar. Ket iga, agar dapat berkedudukan sebagai t imbangan bagi sist em keyakinan lainnya, maka sist em keyakinan harus selal u dalam bent uk ot ent iknya dalam art ian t idak mengalami perubahan maupun perkembangan sert a berlaku di set iap ruang dan zaman.

(9)

t ersebut sebagai sumber j awaban bagi set iap pert anyaan pengenalan yang dihadapinya, maka akan t erbent uk kesadaran yang benar di dalam dirinya. Sebaliknya j ika manusia t idak mengakui kebenarannya karena memilih si st em keyakinan lain disebabkan pewarisan dari kedua orangt ua, t unt ut an lingkungan dan l ain sebagainya, padahal di dalam diri set iap manusia t el ah Allah berikan akal yang berguna baginya unt uk mengenali dan memilih kebenaran, maka akan t erbent uk kesadaran yang salah dal am dirinya yang menj adikannya t idak mengenali diri, t uj uan hidup, kebut uhan dan cara-cara memenuhi kebut uhan dengan benar sebagaimana Allah menet apkan dan menghendakinya bagi sel uruh manusia.

C.Kesadaran Berarsit ekt ur

Lalu apa dan sepert i apa hubungan kesadaran manusia dengan arsit ekt ur? Kesadaran yang dimiliki manusia memuat kesadaran berarsit ekt ur j ika dirinya memiliki kebut uhan t erhadap arsit ekt ur. Jika yang t erj adi sebal iknya, maka dalam kesadaran dirinya sebagai individu maupun komunal t idak memuat kesadaran berarsit ekt ur yang menj adikannya t idak memil iki khazanah arsit ekt ur dalam wuj ud gagasan, perilaku maupun art ef ak. Namun kondisi ini t idaklah mungkin karena arsit ekt ur sebagai bagian dari kebudayaan pada hakikat nya merupakan kebut uhan manusia unt uk mempert ahankan hidup dan menj alani kehidupannya di dunia, sehingga set iap manusia secara individu maupun komunal past il ah memiliki kesadaran berarsit ekt ur. Hanya saj a sej auh mana kesadaran berarsit ekt ur yang dimilikinya t ergant ung pada kemampuan sist em keyakinan yang dianut unt uk menyediakan j awaban at as set iap pert anyaan pengenalan arsit ekt ur yang dihadapi manusia.

Pada t ahap pert ama pembent ukan kesadaran berarsit ekt ur berpij ak pada pengenal an manusia t erhadap dirinya. Pada t ahap ini secara simult an manusia menghadapi pert anyaan “ Apakah diriku membut uhkan arsit ekt ur?” “ Apa t uj uan arsit ekt ur bagiku?” “ Arsit ekt ur sepert i apa yang aku but uhkan?” . Dengan mengenali dirinya manusia akan mengenal i arsit ekt ur sebagai kebut uhan baginya unt uk menj alani kehidupannya di dunia. Set elah menget ahui bahwa arsit ekt ur merupakan kebut uhan, dengan berpij ak pada pengenal an yang sama manusia akan mengenali wuj ud arsit ekt ur yang dibut uhkannya. Jawaban at as kedua pert anyaan t ersebut menj adi landasan bagi perumusan wuj ud-gagasan arsit ekt ur yang hendak dihadirkan manusia. Tanpa kesadaran t ahap ini manusia t idak akan memiliki khazanah arsit ekt ur yang khas karena wuj ud-gagasan berakar paling dalam dan t erikat paling kuat dengan kesadaran manusia di ant ara wuj ud arsit ekt ur lainnya.

(10)

manusia menghadapi pert anyaan “ Apa t uj uanku berarsit ekt ur?” . Jawaban at as pert anyaan t ersebut merupakan mot if dan dorongan bagi manusia unt uk menghadirkan arsit ekt urnya dalam wuj ud-art ef ak berlandaskan wuj ud-gagasan yang t elah dirumuskannya. Tanpa memiliki kesadaran t ahap ini, arsit ekt ur dan upaya menghadirkannya menj adi t idak bermakna bagi manusia karena t idak berkait an dengan t uj uan hidup yang hendak dicapainya. Akibat nya wuj ud-gagasan t idak akan t ereal isasi dalam wuj ud-art ef ak dan seiring wakt u wuj ud-gagasan akan hilang secara perl ahan dari alam ment al manusia perumusnya. Sampai pada t ahap kesadaran ini, arsit ekt ur t idak saj a bert uj uan f ungsional bagi manusia penghadirnya berkait an dengan pewadahan dirinya di dalam ruang binaan sebagaimana dipahami dalam kesadaran t ahap pert ama, t et api j uga bert uj uan eksist ensial menghant arkan manusia semakin dekat dengan t uj uan hidupnya sebagaimana dit unj ukkan dalam kesadaran t ahap kedua.

(11)

Gambar 2: Kesadaran berarsit ekt ur sebagai dasar dalam menghadirkan arsit ekt ur Sumber: Analisa, 2017

Sebagaimana pembent ukan kesadaran, manusia dikat akan memiliki kesadaran berarsit ekt ur secara penuh j ika t elah melalui seluruh t ahapan pengenalan arsit ekt ur, sehingga t erbent uk st rukt ur kesadaran berarsit ekt ur di dalam dirinya. Kesadaran berarsit ekt ur yang t erbent uk berart i dua hal bagi manusia t erkait upayanya menghadirkan arsit ekt ur. Pert ama, sebelum mengenali arsit ekt ur yang dibut uhkan dan menet apkan upaya-upaya unt uk melakukan kerj a-kreat if -budaya menghadirkan arsit ekt urnya, t erlebih dahulu manusia harus mengenali dirinya, t uj uan hidupnya dan kebut uhan hidupnya. Kedua, arsit ekt ur dikat akan benar j ika memenuhi empat syarat yakni, (1) dibut uhkan oleh manusia penghadirnya; (2) mampu mewadahi diri manusia penghadirnya sebagaimana kesadaran yang dimil ikinya berkait an dengan diri dan hakikat kediriannya; (3) selaras dengan t uj uan hidup sehingga mampu membawa manusia penghadirnya semakin dekat dengan t uj uan hidupnya; dan (4) cara-cara menghadirkan arsit ekt urnya menggunakan seluruh pot ensi yang dimiliki dan berkesesuaian dengan t uj uan hidup.

(12)

penisbat an arsit ekt ur kepada suat u sist em keyakinan karena manusia membut uhkannya unt uk membent uk kesadaran dirinya, t ermasuk kesadarannya dalam berarsit ekt ur dengan syarat sist em keyakinan yang dimaksud menyediakan j awaban unt uk set iap pert anyaan pengenalan yang membent uk kesadaran manusianya dalam berarsit ekt ur. At as dasar pandangan ini perist ilahan yang menisbat kan arsit ekt ur kepada suat u sist em keyakinan t ert ent u harus dipahami sebagai arsit ekt ur yang kehadirannya didasarkan dan berakar pada kesadaran manusia penganut sist em keyakinan t ersebut . Dengan penalaran yang sama Arsit ekt ur Islam dapat dipahami sebagai arsit ekt ur yang kehadirannya didasari kesadaran manusia Muslim yang dibent uk oleh sist em keyakinan Islam.

Manusia yang t elah mencapai kesadaran berarsit ekt ur secara penuh dapat menghadirkan arsit ekt urnya secara mandiri dal am art i t idak membut uhkan j awaban dan arahan dari manusia yang memiliki kesadaran berbeda dengannya mengenai kebut uhannya dalam arsit ekt ur, t uj uannya menghadirkan arsit ekt ur dan cara-cara yang pat ut dilakukannya unt uk menghadirkan arsit ekt ur, walaupun perl u dicat at pelibat an manusia lain sebagai individu personal maupun komunit as dalam kerj a-kreat if -budaya menghadirkan arsit ekt ur dalam perwuj udan art ef aknya adal ah sebuah keniscayaan yang pada kondisi t ert ent u t idak dapat dihindari bahkan harus dilakukan karena komunit as manusia t idak dapat menut up apalagi mengisolasi diri dari keberadaan komunit as lainnya sebab saling membut uhkan t erkait persoalan-persoalan yang diset uj ui ol eh sist em keyakinan masing-masing dan t elah disepakat i bersama. Semisal kondisi di mana komunit as umat Islam t idak seorang pun memiliki keahlian di bidang rancang bangun yang mengharuskannya melibat kan komunit as lain unt uk menghadirkan art ef ak arsit ekt ur mil iknya.

(13)

Sebagai penut up dari t ulisan ini t ersisa sebuah pert anyaan, apakah dimungkinkan menghadirkan arsit ekt ur t anpa didasari kesadaran berarsit ekt ur? Jika dimungkinkan, bagaimana bent ukan arsit ekt urnya dan bagaimana pula kait hubungannya dengan diri manusia penghadirnya? Kondisi sebagaimana dimaksud dalam kedua pert anyaan t ersebut dialami oleh manusia yang t idak memiliki kesadaran penuh, baik secara individual maupun komunal. Ket iadaan kesadaran berarsit ekt ur di sat u sisi menyebabkannya t idak memiliki kemampuan unt uk menghadirkan arsit ekt urnya secara mandiri sement ara di sisi yang lain membent uk inf eriorit as diri di t engah capaian kemaj uan arsit ekt ur oleh komunit as manusia lainnya. Hal t ersebut menyebabkannya bergant ung kepada komunit as manusia lain yang bahkan berbeda sist em keyakinan dengannya dengan cara menyerap keseluruhan wuj ud arsit ekt ur yang dinilainya sebagai t olak ukur kemaj uan zaman dengan anggapan mekanisme t ersebut dapat memperbaiki kondisi kehidupan dan kebudayaan arsit ekt urnya sert a menj adikan komunit asnya mencapai t ingkat kemaj uan yang sama dengan komunit as pemilik arsit ekt ur yang diserapnya.

Adalah nal uri alamiah bagi manusia yang t idak mampu menghadirkan arsit ekt urnya secara mandiri unt uk menggant ungkan pengenalannya t erhadap kebut uhan arsit ekt ur dan pemenuhan kebut uhan arsit ekt urnya kepada manusia lain yang mampu melakukannya secara mandiri. Begit upula adalah naluri al amiah bagi manusia yang t engah mencapai puncak kebudayaan arsit ekt ur pada zamannya unt uk menyebarluaskan kemaj uan arsit ekt ur miliknya agar dit erima dan diserap oleh komunit as manusia selainnya unt uk mendapat kan pengakuan dan meraih dominasi kebudayaan. Pada t it ik t ert ent u, dorongan alamiah kedua belah pihak merupakan sebab t erj adinya hegemoni kebudayaan arsit ekt ur yang dilakukan oleh sekalangan manusia kepada mayorit as manusia lainnya, baik dengan cara-cara yang dapat dit erima dengan t erbuka maupun dengan cara-cara pemaksaan.

Dalam kondisi inf eriorit as, ket idakmandirian, dan ket idakmampuan menghadirkan arsit ekt urnya sendiri, manusia t anpa kepemilikan kesadaran berarsit ekt ur secara penuh t idak memil iki kemampuan unt uk memilah dan memilih arsit ekt ur yang diserapnya dari komunit as lain dan secara psikologis t idak mampu mendaku secara penuh arsit ekt ur yang diserapnya karena t idak berakar dalam kesadaran dan sist em keyakinan yang dianut nya. Persis demikianl ah kondisi umat Islam di berbagai belahan dunia di ant aranya Indonesia, Malaysia, Dubai, Irak sebagaimana dipaparkan oleh Ali A. Alawi dan di berbagai daerah lainnya, bahwa upaya menyerap Arsit ekt ur Modern milik Peradaban Barat oleh umat Islam alih-alih menghasil kan kemaj uan, j ust ru yang t erj adi ial ah pembarat an (west er ni zat i on)

(14)

Muslim. Penyebabnya t idak lain, sebagaimana dinyat akan Ali A. Alawi dalam bukunya yang berj udul The Crisis of Islamic Civilizat ion, penyerapan dan pembangunan Arsit ekt ur Barat Modern di Dunia Isl am dilakukan oleh umat Islam dalam kondisi t erput us dari spirit ualit as Islam yang merupakan sumber pembent uk kesadarannya sebagai manusia Musl im.

Kondisi yang sama sebagaimana dipaparkan Al i A. Alawi didapat i John Freely pada masa akhir kekuasaan Daulah Ut smani. Inf eriorit as sebab kekal ahan demi kekalahan mendorong pihak penguasa Ut smani menyerap begit u saj a capaian arsit ekt ur Barat sebagai pihak pemenang peperangan. Freely menggambarkan t umbuhnya arsit ekt ur bergaya Eropa di Ist anbul dal am wuj ud arsit ekt ur masj id yang menerapkan unsur arsit ekt ur gaya Barok dan Rokoko, hadirnya monumen j am dan air mancur menggeser kedudukan masj id sebagai landmark kot a dan t umbuhnya rumah perist irahat an mewah seiring bermukimnya masyarakat Barat di Ist anbul yang t idak membut uhkan wakt u lama unt uk dit iru kalangan umat Islam dari pihak penguasa maupun pemi lik ekonomi at as. Dalam kont eks Ut smani, inf eriorit as yang mempengaruhi kesadaran berarsit ekt ur umat Islam dapat dipahami melalui t esis yang diaj ukan oleh Ibnu Khal dun bahwasanya pihak yang kal ah akan cenderung mengikut i pihak pemenang unt uk menj adi semirip mungkin dengannya. Pihak yang kalah mulai merubah kesadaran dirinya sendiri unt uk digant ikan dengan kesadaran diri milik pihak pemenang dan mulai menanggal kan kebudayaannya sendiri unt uk digant ikannya dengan capaian kebudayaan pihak pemenang.

(15)

Tent u saj a pert anyaan yang kemudian harus diaj ukan adalah sepert i apa kesadaran manusia Muslim yang dibent uk oleh Wahyu dan sepert i apa ciri khas Arsit ekt ur Islam berdasarkan kesadaran Islam yang dimiliki manusia Musl im sebagai penghadirnya? Deret an pert anyaan ini memiliki urgensi unt uk dij awab, karena dengan t erj awabnya pert anyaan t ersebut akan dengan j elas dapat diket ahui dan dipahami perbedaan ant ara Arsit ekt ur Islam dengan arsit ekt ur selainnya sert a kedudukan Arsit ekt ur Islam di ant ara keberagaman arsit ekt ur yang berasaskan kesadaran dan sist em keyakinan selain Islam. Set elahnya langkah awal menghadirkan Arsit ekt ur Islam dapat dil akukan dengan melakukan kerj a-rekayasa-manusia mel alui pendidikan unt uk menghasilkan manusia Muslim yang berkesadaran Islam yang dilanj ut kan dengan kerj a-rekayasa-t eknologi unt uk menghadirkan obj ek Arsit ekt ur Islam secara f isik. Inilah langkah ikht iar yang seharusnya dilakukan, karena t anpa kesadaran berasit ekt ur yang bersumberkan dari Islam, t idak akan t erwuj ud Arsit ekt ur Islam!

Allahu a’ lam bishshawab.

Bert empat di Kart asura pada Raj ab 1438 Hij rah Nabi

Gambar

Gambar 1: Tahapan pengenalan manusia mencapai kesadaran penuh
Gambar 2: Kesadaran berarsitektur sebagai dasar dalam menghadirkan arsitektur

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2012 ..... viii

[r]

LDR ( Loan to Deposit Ratio ) digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana.

“Pengaruh Efikasi Diri dan Lingkungan Keluarga Terhadap Minat Berwirausaha Pada Mahasiswa Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sumatera Utara”. 1.2

contributes, primarily throught movement experiences, to the total growth.. and development of all children. Physical education is defined as education of and

V24 bul102 harga rata-rata bulan kesepuluh dua mingguan kedua discrete character. V25 bul111 harga rata-rata bulan kesebelas dua mingguan pertama

Berdasarkan Penetapan Pemenang oleh Kelompok Kerja (Pokja) Jasa Konstruksi pada Panitia Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah Lingkup Pemerintah Daerah Kabupaten Sabu Raijua Tahun

Demikian pengumuman ini untuk diketahui, atas perhatiannya diucapkan