• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknologi Bersih Limbah B3 Tekstil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Teknologi Bersih Limbah B3 Tekstil"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

I.

PENDAHULUAN

I.1.

Latar Belakang

Pembangunan di Indonesia harus didasarkan pada konsep pembangunan berkelanjutan dan perlindungan lingkungan. Pembangunan yang merusak lingkungan bukanlah pembangunan, melainkan bencana yang tertunda. Untuk itu industri yang ada di Indonesia, termasuk industri tekstil haruslah menjalankan industrinya dengan tetap memperhatikan keseimbangan lingkungan. Pertumbuhan pembangunan seperti industri, transportasi, dll disamping memberikan dampak positif namun disisi lain akan memberikan dampak negatif.

Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia mengandalkan sektor industri dan salah satunya adalah industri tekstil. Dewasa ini tantangan dalam dunia industri maupun perdagangan sedemikian pesat, hal ini menuntut adanya strategi efektif dalam mengembangkan industri, sehingga dapat bersaing dengan negara-negara lain yang telah maju, terutama dalam hal industri tekstilnya. Seiring dengan itu, suatu konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) mutlak dilakukan. Sustainable Development merupakan strategi pembangunan terfokus pada pemenuhan kebutuhan saat ini tanpa mengesampingkan kebutuhan mendatang yang mana hal ini dikaitkan dengan kelestarian dan kesehatan lingkungan alam.

(2)

Alam memiliki kemampuan dalam menetralisir pencemaran yang terjadi apabila jumlahnya kecil, akan tetapi apabila dalam jumlah yang cukup besar akan menimbulkan dampak negatif terhadap alam karena dapat mengakibatkan terjadinya perubahan keseimbangan lingkungan sehingga limbah tersebut dikatakan telah mencemari lingkungan. Hal ini dapat dicegah dengan mengolah limbah yang dihasilkan industri sebelum dibuang ke badan air. Limbah yang dibuang ke sungai harus memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan, karena sungai merupakan salah satu sumber air bersih bagi masyarakat, sehingga diharapkan tidak tercemar dan bisa digunakan untuk keperluan lainnya.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta bertambahnya jumlah penduduk akan meningkatkan kebutuhan manusia sehingga memunculkan tempat yang menghasilkan limbah berbahaya bagi kehidupan manusia maupun makhluk hidup di sekitarnya. Kegiatan industri disamping bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan, ternyata juga menghasilkan limbah sebagai pencemar lingkungan

Awalnya strategi pengelolaan lingkungan mengacu pada pendekatan kapasitas daya dukung (carrying capacity approach). Konsep daya dukung ini kenyataannya sukar untuk diterapkan karena kendala permasalahan lingkungan yang timbul dan seringkali harus dilakukan upaya perbaikan kondisi lingkungan yang tercemar dan rusak. Konsep strategi pengelolaan lingkungan akhirnya berubah menjadi upaya pemecahan masalah pencemaran dengan cara mengolah limbah yang terbentuk (end of pipe treatment) dengan harapan kualitas lingkungan hidup bisa lebih ditingkatkan.

(3)

Produksi bersih adalah suatu pendekatan penanganan limbah yang bersifat preventif dan terpadu, sehingga dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan melalui pengurangan jumlah limbah yang dihasilkan. Pendekatan penanganan limbah ini dilakukan melalui penanganan siklus produksi dari penyediaan bahan baku sampai produk, dengan cara reduce, recycle, reuse dan recovery. Dari pendekatan ini akan diperoleh limbah dalam jumlah yang sedikit sehingga akan mengurangi dampak negatif bagi lingkungan. Selain memberikan manfaat bagi lingkungan produksi bersih ini juga dapat menghemat pengeluaran perusahaan karena adanya efisiensi produksi dan pengelolaan limbah.

I.2. Rumusan Masalah

Keberadaan limbah cair yang dihasilkan industri tekstil dinilai mengancam keberadaan lingkungan. Oleh karena itu, limbah yang dihasilkan perlu diadakan standardisasi dan / atau minimalisasi pengolahan limbah cair yang ramah terhadap lingkungan.

I.3. Tujuan

1. Mengetahui pengertian dan karakteristik dari limbah tekstil.

2. Mengurangi permasalahan lingkungan yang timbul akibat proses industri tekstil.

3. Memberikan informasi mengenai konsep teknologi bersih dan pengolahan limbah industri tekstil.

I.4. Metode Penulisan

(4)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Teknologi Bersih

Produksi bersih adalah suatu pendekatan penanganan limbah yang bersifat preventif dan terpadu, sehingga dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan melalui pengurangan jumlah limbah yang dihasilkan. Pendekatan penanganan limbah ini dilakukan melalui penanganan siklus produksi dari penyediaan bahan baku sampai produk, dengan cara reduce, recycle, reuse dan recovery. Dari pendekatan ini akan diperoleh limbah dalam jumlah yang sedikit sehingga akan mengurangi dampak negatif bagi lingkungan. Selain memberikan manfaat bagi lingkungan produksi bersih ini juga dapat menghemat pengeluaran perusahaan karena adanya efisiensi produksi dan pengelolaan limbah.

Ada beberapa alasan yang mendasari kenapa teknologi bersih perlu dilakukan, produksi bersih diperlukan sebagai cara untuk

1. Mengharmonisasikan upaya perlindungan lingkungan dengan kegiatan pembangunan atau pertumbuhan ekonomi.

2. Mencegah terjadinya pencemaran lingkungan,.

3. Memelihara dan memperkuat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.

4. Mendukung prinsip environmental equality.

5. Mencegah atau memperlambat terjadinya proses degradasi lingkungan,dan pemanfaatan sumber daya alam melalui penerapan daur ulang limbah dan memperkuat daya saing produk dipasar internasional.

(5)

1. Pengurangan biaya operasi, pengolahan dan pembuangan limbah. 2. Peningkatan mutu produk.

3. Penghematan bahan baku. 4. Peningkatan keselamatan kerja.

5. Perbaikan kesehatan umum dan lingkungan hidup.

6. Penilaian konsumen yang positif. Pengurangan biaya penanganan limbah.

II.2. Pengolahan Bahan Berbahaya Beracun (B3)

Kegiatan pembangunan bertujuan meningkatkan kesejahteraan hidup rakyat yang dilaksanakan melalui rencana pembangunan jangka panjang yang bertumpu pada pembangunan di bidang industri. Pembangunan di bidang industri tersebut di satu pihak akan menghasilkan barang yang bermanfaat bagi kesejahteraan hiddup rakyat, dan di lain pihak industri itu juga akan menghasilkan limbah. Di antara limbah yang dihasilkan oleh kegiatan industri tersebut terdapat limbah bahan berbahaya beracun (limbah B3).

Untuk mengidentifikasi limbah sebagai limbah B3 diperlukan uji karakteristik dan uji toksikologi atas limbah tersebut. Pengujian ini meliputi karakterisasi limbah atas sifat-sifat mudah meledak dan atau mudah terbakar dan atau bersifat reaktif, dan atau beracun dan atau menyebabkan infeksi, dan atau bersifat korosif. Sedangkan uji toksikologi digunakan untuk mengetahui nilai akut dan atau kronik limbah.

Penentuan sifat akut limbah dilakukan dengan uji hayati untuk mengetahui hubungan dosis-respon antara limbah dengan kematian hewan uji untuk menetapkan nilai LD50. Sedangkan sifat kronis limbah B3 ditentukan hewan dengan cara mengevaluasi sifat zat pencemar yang terdapat dalam limbah dengan menggunakan metodologi tertentu. Apabila suatu limbah tidak lolos uji karakteristik limbah B3, lolos uji LD50, dan tidak bersifat kronis maka limbah tersebut bukan limbah B3, namun pengelolaannya harus memenuhi ketentuan.

(6)

setiap kegiatan industri dapat meminimalkan limbah B3 yang dihasilkan dan mencegah masuknya limbah B3 dari luar Wilayah Indonesia.

Pemerintah Indonesia dalam pengawasan perpindahan lintas batas limbah B3 telah meratifikasi Konvensi Basel pada tanggal 12 Juli 1993 dengan Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1993. Untuk menghilangkan atau mengurangi resiko yang dapat ditimbulkan dari limbah B3 yang dihasilkan maka limbah B3 yang telah dihasilkan perlu dikelola secara khusus. Pengelolaan limbah B3 merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mencakup penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, dan pengangkutan, dan pengolahan limbah B3 termasuk penimbunan hasil pengolahan tersebut.

II.3. Tekstil

Tekstil adalah bahan yang berasal dari serat yang diolah menjadi benang atau kain sebagai bahan untuk pembuatan busana dan berbagai produk kerajinan lainnya. Dari pengertian tekstil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa bahan atau produk tekstil meliputi produk serat, benang, kain, pakaian dan berbagai jenis benda yang terbuat dari serat. Pada umumnya bahan tekstil dikelompokkan menurut jenisnya sebagai berikut:

1. Berdasarkan jenis produk atau bentuknya: serat staple, serat filamen, benang, kain, produk jadi (pakaian atau produk kerajinan dll)

2. Berdasarkan jenis bahannya: serat alam, serat sintetis, serat campuran 3. Berdasarkan jenis warna atau motifnya: putih, berwarna, bermotif atau

bergambar

4. Berdasarkan jenis kontruksinya: tenun, rajut, renda, kempa. benang tunggal, benang gintir

(7)

Karakteristik dan sifat bahan tekstil sangat ditentukan oleh karakteristik dan sifat serat penyusunnya. Disamping itu sifat-sifat bahan tekstil juga dipengaruhi oleh proses pengolahannya seperti dari serat dipintal menjadi benang, dari benang ditenun menjadi kain kemudian dilakukan proses penyempurnaan hingga menjadi produk jadi. Oleh karena itu untuk memahami lebih jauh tentang bahan tekstil diperlukan pengetahuan tentang karakteristik dan sifat berbagai jenis serat dan teknik pengolahannya menjadi bahan tekstil.

Untuk lebih jelasnya proses pengolahan mekanik dan kimia dari serat menjadi produk tekstil dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Pengolahan Mekanik dan Kimia Dari Serat Menjadi Produk Tekstil

Proses Produksi

Teknologi

Hasil

Mekanik Kimia

Serat Alam Pertanian (kapas, yute,linen)

(8)

Kain tenun/rajut Mesin Penganjian

Kain non woven Mesin kempa (mesin pres) Box, Jet dyeing dll ),

Teknologi zat heat setting, anti air, anti susut

(9)

hanya ditujukan untuk memperbaiki, meningkatkan, menambah dan mengoptimalkan sifat dasar serat tersebut sehingga menjadi bahan tekstil berkualitas sesuai tujuan pemakaiannya.

Tidak semua jenis serat dapat diproses menjadi produk tekstil. Untuk dapat diolah menjadi produk tekstil maka serat harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1. Perbandingan panjang dan lebar yang besar

2. Kekuatan yang cukup

3. Fleksibilitas tinggi

4. Kemampuan Mulur dan elastis

5. Cukup keriting agar memiliki daya kohesi antar serat

6. Memiliki daya serap terhadap air

7. Tahan terhadap sinar dan panas

8. Tidak rusak dalam pencucian

9. Tersedia dalam jumlah besar

10. Tahan terhadap zat kimia tertentu

II.4. Industri Tekstil

(10)

disebabkan dari proses penyempurnaan tekstil yang memang selalu menggunakan air sebagai bahan pembantu utama dalam setiap tahapan prosesnya.

Pada dasarnya tekstil terbagi menjadi tiga kelompok yaitu katun, wol dan sintesis yang pengerjaan dan proses pewarnaanya berbeda-beda. Disamping itu dari masing-masing kelompok dapat diproses dengan berbagai cara dengan menggunakan bahan kimia yang berbeda-beda pula terutama pada proses pewarnaanya. Oleh karena itu limbahnya juga berlainan sehingga mempersulit proses pengolahannya. Potensi pencemaran air buangan industri tekstil sangat bervarisai tergantung pada proses dan kapasitas produksi serta kondisi lingkungan tempat pembuangan, sehingga akibat pencemarannya juga berbeda-beda.

Dalam proses industri tekstil, limbah pasti akan dihasilkan. Selain itu proses industri tekstil membawa dampak, yakni adanya limbah cair yang berasal dari proses industri itu sendiri. Limbah cair menimbulkan polusi air yang menyebabkan ekosistem diperairan menjadi tidak seimbang. Tujuan pengelolaan limbah adalah untuk meminimalkan limbah yang dihasilkan agar tidak mencemari air serta menurunkan kadar bahan pencemar yang terkandung didalamnya hingga limbah cair memenuhi syarat untuk dapat dibuang. Memanfaatkan kembali sisa-sisa limbah padat dan cair yakni seperti sisa minyak dan sisa kain juga dapat dilakukan agar tidak menambah penghasilan sampah.

(11)

No Parameter

Total 0,5 0,05 0,004 0,005 0,012 0,009 0,008 0,01 0,003

6 Khrom

Total 1,0 0,10 - - - 0,02 0,006

7 Amoniak

Total 8,0 0,80 0,056 0,08 0,192 0,144 0,12 0,16 0,048

8 Sulfida 0,3 0,03 0,002 0,003 0,007 0,0054 0,005 0,006 0,002

9

Minyak dan Lemak

3,0 0,30 0,021 0,03 0,07 0,0054 0,045 0,06 0,018

10 pH 6,0-9,0

(12)

konsentrasi yang telah ditetapkan atau dengan kata lain memenuhi persyaratan.

Sumber : Perda Propinsi Jawa Tengah NO.10 Th 2004 BMAL

III.

PEMBAHASAN

III.1. Tahapan Pembuatan Tekstil

Pembuatan tekstil melakukan serangkaian proses, seperti proses pengkanjian, proses penghilangan kanji, pemasakan, merserisasi, penggelantangan, pewarnaan, pencetakan, pencucian dan tahap akhir. Penjelasannya yakni sebagai berikut :

III.1.1.Pengkajian (Singeing)

Serat kapas dibersihkan sebelum disatukan menjadi benang. Pemintalan mengubah serat menjadi benang. Sebelum proses penenunan atau perajutan, benang buatan maupun kapas dikanji agar serat menjadi kuat dan kaku. Zat kanji yang lazim digunakan adalah pati, perekat gelati, getah, PVA (polivinil alkohol) dan CMC (karboksimetil selulosa).

III.1.2.Penghilangan Kanji (Desizing)

Penenunan, perajutan, pengikatan dan laminasi merupakan proses kering. Sesudah penenunan, serat dihilangkan kanjinya pada kapas dapat memakai enzim.

III.1.3.Pemasakan (Scouring)

Seiring pada waktu yang sama dengan pengkajian, digunakan pengikisan (pemasakan) dengan larutan alkali panas untuk menghilangkan kotoran dari kain kapas.

(13)

Merserisasi merupakan proses penyempurnaan pada benang atau kain kapas dalam larutan natrium hidroksida pekat disertai tegangan dibawah suhu kamar, bertujuan untuk meningkatkan kilau, daya serap dan kekuatan. Kapas juga dapat dimerserisasi dengan perendaman dalam natrium hidroksida, dilanjutkan pembilasan dengan air atau asam untuk meningkatkan kekuatannya.

III.1.5.Penggelantangan (Bleaching)

Penggelantangan dengan natrium hipoklorit, perioksida, atau asam perasetat dan asam karbonat akan memutihkan kain yang dipersiapkan untuk pewarnaan. Kapas memerlukan penggelantangan yang lebih ekstensif daripada kain buatan (seperti pendidihan dengan soda abu dan peroksida).

III.1.6.Pewarnaan (Colouring)

Pewarnaan serat, benang dan kain dapat dilakukan dalam tong atau dengan memakai proses kontinyu, tetapi kebanyakan pewarnaan tekstil sudah ditenun. Di Indonesia denim biru (kapas) dicat dengan zat warna. Kain dibilas diantara kegiatan pemberian warna.

III.1.7.Pencetakan

Pencetakan memberikan warna dengan pola tertentu pada kain diatas rol atau kasa. Zat warna dapat digolongkan menurut sumber diperolehnya yaitu zat warna alam dan zat warna sintetik. Zat warna digolongkan berdasarkan pemakaiannya, misalnya zat warna yang langsung dapat mewarnai serat disebut zat warna Substantif, dan zat warna yang memerlukan zat-zat pembantu agar dapat mewarnai serat disebut zat Reaktif. Kemudian zat warna juga dibagi menjadi dua bagian menurut warna yang ditimbulkan, yakni zat warna monogenetik apabila hanya memberikan satu warna dan zat warna poligenetik apabila memberikan beberapa warna.

Penggolongan zat warna yang lebih umum dikenal adalah berdasarkan konstitusi (struktur molekul) dan berdasarkan aplikasi (cara pewarnaannya) pada bahan, misalnya didalam pencelupan dan pencapan bahan tekstil, kulit, kertas dan bahan-bahan lain.

(14)

Pencucian merupakan proses pembersihan bahan tekstil dengan air, larutan sabun atau deterjen untuk membersihkan bahan tekstil setelah melewati beberapa proses.

III.1.9.

Finishing

Proses akhir yang meliputi seluruh proses memasukkan atau melapiskan bahan-bahan tertentu pada tekstil sehingga diperoleh kualitas tertentu. Proses ini dapat berupa proses kering maupun basah.

III.2. Kuantitas dan Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil

Proses industri tekstil dikarakterisasi tidak hanya dari kuantitas effluennya yang besar, tetapi juga zat kimia yang digunakan untuk berbagai proses operasinya. Setiap tahapan yang panjang dari proses basah membutuhkan input air, bahan kimia, dan energi sehingga menimbulkan limbah pada setiap tahapan tersebut. Fitur lain dari industri ini, yang merupakan tulang belakang dari mode garmen (fashion), menuntut adanya kombinasi tipe, pola, dan warna serat sehingga menghasilkan fluktuasi signifikan pada volume timbulan dan beban limbah.

Proses operasi tekstil menimbulkan banyak limbah, termasuk limbah cair, gas, dan padat, bahkan beberapa limbah dapat dikategorikan sebagai limbah berbahaya. Limbah yang ditimbulkan tergantung dari tipe fasilitas tekstil, proses, dan teknologi yang dioperasikan, serta tipe serat dan zat kimia yang digunakan.

(15)

Industri tekstil menggunakan volume yang besar melalui operasinya, dari pencucian serat hingga pemutihan (bleaching), pewarnaan, dan pencucian produk jadi. Pada umumnya, dibutuhkan 200 L air untuk memproduksi barang jadi tekstil sebesar 1 kg. Air yang dikonsumsi setiap kategori serat ditunjukkan pada Tabel II:

Tabel II. Konsumsi Air Rata-rata untuk Setiap Tipe Serat

Tipe serat (Sub-kategori Processing) MinimumKonsumsi air (mMedian3/ton material serat)Maksimum

Wol 111 285 659

Woven 5 114 508

Knit 20 84 377

Karpet 8,3 47 163

Stock/yarn 3,3 100 558

Nonwoven 2,5 40 83

Felted fabric finishing 33 213 933

Sumber: Moussa, 2008 hanya sedikit volume yang dapat terkurangi (Hendrickx dan Boardman, 1995).

Volume limbah yang besar tersebut menjadi sebuah masalah di industri tekstil. Limbah ini tidak memiliki beban yang terlalu berat pada sistem pengolahan. Volume limbah yang besar ini dapat direduksi melalui sistem reuse dan recycle, modifikasi proses, dan pengubahan peralatan.

III.2.2.Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil

Karakteristik air limbah dapat dibagi menjadi tiga yaitu: 1. Karakteristik Fisika

A. Total Solid (TS)

(16)

B. Total Suspended Solid (TSS)

Merupakan jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang ada didalam air limbah setelah mengalami penyaringan dengan membran berukuran 0,45 mikron.

C. Warna.

Pada dasarnya air bersih tidak berwarna, tetapi seiring dengan waktu dan menigkatnya kondisi anaerob, warna limbah berubah dari yang abu– abu menjadi kehitaman.

D. Kekeruhan

Kekeuhan disebabkan oleh zat padat tersuspensi, baik yang bersifat organik maupun anorganik.

E. Temperatur

Merupakan parameter yang sangat penting dikarenakan efeknya terhadap reaksi kimia, laju reaksi, kehidupan organisme air dan penggunaan air untuk berbagai aktivitas sehari – hari.

F. Bau

Disebabkan oleh udara yang dihasilkan pada proses dekomposisi materi atau penambahan substansi pada limbah. Pengendalian bau sangat penting karena terkait dengan masalah estetika.

2. Karakteristik Kimia

A. Biological Oxygen Demand (BOD)

Menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk menguraikan atau mengoksidasi bahanbahan buangan di dalam air.

(17)

Merupakan jumlah kebutuhan oksigen dalam air untuk proses reaksi secara kimia guna menguraikan unsur pencemar yang ada. COD dinyatakan dalam ppm (part per milion) atau ml O2/ liter.

C. Dissolved Oxygen (DO)

Disolved oxygen adalah kadar oksigen terlarut yang dibutuhkan untuk respirasi aerob mikroorganisme. DO di dalam air sangat tergantung pada temperatur dan salinitas.

D. Ammonia (NH3)

Ammonia adalah penyebab iritasi dan korosi, meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme dan mengganggu proses desinfeksi dengan chlor. Ammonia terdapat dalam larutan dan dapat berupa senyawa ion ammonium atau ammonia. tergantung pada pH larutan. E. Sulfida

Sulfat direduksi menjadi sulfida dalam sludge digester dan dapat mengganggu proses pengolahan limbah secara biologi jika konsentrasinya melebihi 200 mg/L. Gas H2S bersifat korosif terhadap pipa dan dapat merusak mesin.

F. Fenol

Fenol mudah masuk lewat kulit. Keracunan kronis menimbulkan gejala gastero intestinal, sulit menelan, dan hipersalivasi, kerusakan ginjal dan hati, serta dapat menimbulkan kematian.

G. Derajat keasaman (pH)

pH dapat mempengaruhi kehidupan biologi dalam air. Bila terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat mematikan kehidupan mikroorganisme. pH normal untuk kehidupan air adalah 6–8.

H. Logam Berat

(18)

3. Karakteristik Biologi

Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air terutama air yang dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih. Parameter yang biasa digunakan adalah banyaknya mikroorganisme yang terkandung dalam air limbah.

Karakteristik limbah cair dari setiap tahapan proses operasi tekstil akan berbeda. Limbah cair dari unit pencetakan dan pewarnaan biasanya banyak mengandung warna yang terdiri dari residu reaktif kimia dan pewarnaan dan membutuhkan pengolahan khusus sebelum dibuang ke lingkungan. Karakteristik dan kuantitas effluen dari industri tekstil akan berbeda antara industri tekstil satu dengan yang lainnya karena tergantung dari proses produksi yang dilakukan. Umumnya, limbah cair industri tekstil besifat alkalin (basa) dan memiliki BOD dengan rentang 700 hingga 2000 mg/L. Karakteristik limbah cair tekstil ditunjukkan pada Tabel III dengan per unit produksinya .

Tabel III. Karakteristik Limbah Cair di Industri Tekstil

Proses dan Unit (U) Volume Limbah (m3/U) Wool processing (produksi: 1 ton

wol)

Stok unscoured rata-rata 544 314 196 Minyak 191

Stok scoured rata-rata 537 87 43 Cr 1,33

Proses spesifik Fenol 0,17

Scouring 17 227 153 Cr 1,33

Dyeing 25 27 Fenol 0,17

Washing 362 63

Carbonizing 138 2 44 Minyak 191

Bleaching 12,5 1,4 Cr 1,33

Fenol 0,17 Cotton processing (produksi: 1

ton cotton/kapas)

Compounded rata-rata 265 115 70

(19)

Yarn sizing 4,2 2,8

Desizing 22 58 30

Kiering 100 53 22

Bleaching 100 8 5

Mercerizing 35 8 2,5

Dyeing 50 60 25

Printing 14 54 12

Serat lain (produksi: 1 ton produk)

Rayon processing 42 30 55

Acetate processing 75 45 43

Nylon processing 125 45 30

Acrylic processing 210 125 87

Polyester processing 100 185 95

Sumber: World Bank ESH, 1998

III.3. Pengolahan Limbah Cair Tekstil

Dalam pengelolaan limbah cair untuk mendapatkan hasil yang efektif dan efisien perlu dilakukan langkah-langkah pengelolaan yang dilaksanakan secara terpadu dengan dimulai upaya minimisasi limbah (waste minimization), pengolahan limbah (waste treatment), dan pembuangan limbah (disposal ). Cara pengolahan limbah cair ada dua, yaitu :

III.3.1.Cara Kimia

Cara ini dilakukan dengan koagulasi menggunakan bahan kimia dan banyak digunakan. Koagulasi merupakan metode untuk menghilangkan bahan-bahan limbah dalam bentuk koloid dengan menambahkan koagulan. Dengan koagulasi, partikel-partikel koloid akan saling menarik dan menggumpal membentuk flok. Bahan kimia yang banyak digunakan adalah :

1. Ferosulfat

2. Kapur

(20)

4. PAC

5. Polielektrolit

Pada cara ini, koagulan digunakan untuk menggumpalkan bahan-bahan yang ada dalam air limbah menjadi flok yang mudah untuk dipisahkan yaitu dengan cara diendapkan, diapungkan dan disaring. Pada beberapa pabrik cara ini dilanjutkan dengan melewatkan air limbah melalui Zeolit (suatu batuan alam) dan arang aktif (karbon aktif). Lumpur yang dihasilkan pengolahan limbah secara kimia adalah sumber utama limbah pada pabrik tekstil.

Limbah lain yang mungkin perlu ditangani adalah sisa kain, sisa minyak dan lateks. Alternatif pemanfaatan sisa kain dapat digunakan sebagai bahan tas kain yang terdiri dari potongan kain-kain yang tidak terpakai, dapat juga digunakan sebagai isi bantal dan boneka sebagai pengganti dakron.

Lumpur dari pengolahan fisik atau kimia harus dihilangkan airnya dengan saringan platatau saringan sabuk (belt filter). Jika pewarna yang dipakai tidak mengandung krom atau logam lain, lumpur dapat ditebarkan diatas tanah. Lumpur yang mengandung logam harus disimpan ditempat yang aman, sampai ada suatu tempat pengolahan limbah berbahaya yang dikembangkan diIndonesia, dan yang ada pada saat ini adalah pengolahan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B-3) diCilengsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

III.3.2.Cara Biologi

(21)

Cara biologi yang banyak dilakukan adalah cara aerobik metode lumpur aktif. Dengan cara tersebut air limbah dengan lumpur aktif yang mengandung mikroba diaerasi untuk memasukkan oksigen, hingga terjadi dekomposisi sebagai berikut :

Cara lumpur aktif dapat menurunkan COD dan BOD hingga 30 – 70 %, tergantung pada karakateristik limbah cair yang diolah dan kondisi proses lumpur aktif yang dilakukan. Pengolahan limbah cair memerlukan biaya investasi dan biaya operasi yang tidak sedikit, oleh karena itu, pengolahan limbah cair harus :

1. Melakukan perencanaan yang tepat dan teliti.

2. Pelaksanaan pembangunan fasilitas Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) atau Unit Pengolahan Limbah (UPL) yang benar.

3. Pengoperasian IPAL dan UPL yang cermat.

Dalam perencanaan desain IPAL terhadap air limbah yang akan diolah sebaiknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Zat pencemar dalam air limbah industri teksil terdiri dari bahan organik dan anorganik yang mempunyai sifat terlarut atau terdispersi dalam air serta padatan kasar, seperti sisa serat dan benang.

2. Jumlah air limbah (debit) yang harus diolah perhari, serta fluktuasi jumlah air limbah dalam 1 hari, 1 minggu, dan 1 bulan.

3. Jenis bahan yang terkandung dalam air limbah, yaitu bahan yang di lepas dari serat serta bahan kimia yang di bubuhkan dalam suatu proses, dan karakteristik (sifat) kimia dari setiap jenis bahan-bahan tersebut, misalnya sifat toksitasnya dan lain-lain.

(22)

Selanjutnya dalam menentukan atau menilai suatu desain Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) hendaknya diperhitungakan faktor-faktor berikut:

1. Jaminan kemampuan menghilangkan atau menurunkan bahan pencemar yang terkandung dalam air limbah.

2. Ketersediaan lahan.

3. Kemudahan pengoperasian.

4. Perimbangan biaya investasi dan biaya operasi.

(23)

IV.

PENUTUP

IV.1. Kesimpulan

1. Dewasa ini tantangan dalam dunia industri maupun perdagangan sedemikian pesat, hal ini menuntut adanya strategi efektif dalam mengembangkan industri.

2. Konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) mutlak dilakukan untuk menjaga kelestarian dan kesehatan lingkungan alam. 3. Tekstil adalah bahan yang berasal dari serat yang diolah menjadi benang

atau kain sebagai bahan untuk pembuatan busana dan berbagai produk kerajinan lainnya.

4. Karakteristik dan sifat bahan tekstil sangat ditentukan oleh karakteristik dan sifat serat penyusunnya.

5. Pembuatan tekstil melakukan serangkaian proses, seperti proses pengkanjian, proses penghilangan kanji, pemasakan, merserisasi, penggelantangan, pewarnaan, pencetakan, pencucian dan tahap akhir. 6. Cara pengolahan limbah cair ada dua cara yaitu pengolahan kimia dan

biologi.

IV.2. Saran

1. Industri tekstil haruslah menjalankan industrinya dengan tetap memperhatikan keseimbangan lingkungan.

2. Perlu diadakannya sebuah Instalasi Pengolahan Limbah pada setiap industri agar dapat meminimalisasi buangan yang diduga berpotensi mencemari lingkungan.

(24)

Gambar

Tabel 1. Pengolahan Mekanik dan Kimia Dari Serat Menjadi Produk Tekstil
Tabel II. Konsumsi Air Rata-rata untuk Setiap Tipe Serat
Tabel III. Karakteristik Limbah Cair di Industri Tekstil

Referensi

Dokumen terkait

Besarnya IGIP merupakan indikator dalam meyakinkan dan memvalidasi apakah model yang kita lakukan pada Modern Production Data Analysis sudah tepat. IGIP yang didapat pada dari

model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick , simbol (2) model pembelajaran lain (misal konvensional/ ceramah). kedua skala rasio untuk mengukur variabel terikatnya

Cara yang dilakukan dalam menghitung besar arus gangguan hubung singkat pada suatu komponen simetris dalam sistem gangguan adalah mengetahui terlebih dahulu

Dalam penentuan harga OSK terdapat fitur-fitur yang dapat mengakomodasi kepentingan perusahaan dan kepentingan karyawan seperti misalnya fitur vesting period

Karakteristik ikan karang Chaetodon trifasciatus memiliki warna pada bagian atas berwarna kebiruan dan bawahnya kekuningan, bagian pangkal sirip ekor kuning

Berdasarkan ketiga aspek di atas dapat disimpulkan bahwa LKPD berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk melatihkan Keterampilan Proses Sains pada

Guru yang mengambil kertas soalan hendaklah mengambil kertas soalan 10 minit lebih awal daripada jadual dan mengisi Borang Pengambilan Soalan9. Kertas jawapan pelajar

Kurniasih dan Restika (2015), serta Linda (2015) yang menyatakan bahwa inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap yieldobligasi.Namun hal sebaliknya diperoleh dari