• Tidak ada hasil yang ditemukan

Representasi Perempuan dalam Iklan Marin (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Representasi Perempuan dalam Iklan Marin (1)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Representasi Perempuan dalam Iklan Marina UV White

Makalah Ini Ditujukan sebagai Ujian Akhir Semester Mata Perempuan dan Keadilan Semester Genap Tahun Ajaran 2012/2013

Oleh

Prashasti Wilujeng Putri (1006693243)

Departemen Kriminologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam dunia yang sudah sangat berkembang seperti sekarang ini, media massa

merupakan hal yang sangat penting. Apalagi dengan masuk dan merebaknya media massa

digital, saluran komunikasi menjadi lebih lancar. Secara umum, terdapat empat fungsi media

massa. Yang pertama adalah menyebarkan informasi. Yang kedua adalah mendidik. Yang

ketiga adalah menghibur, dan yang keempat adalah melakukan kontrol sosial1. Salah satu

media massa yang dapat kita konsumsi setiap saat adalah iklan. Iklan merupakan hal yang

sangat akrab dengan kehidupan manusia. Apabila kita melihat ke media massa, seperti

televisi, radio, koran, majalah, ataupun internet, kita akan melihat banyak iklan yang

dipampang dan disuguhkan kepada masyarakat. Iklan merupakan representasi sosial budaya

masyarakat. Iklan merupakan manifestasi kebudayaan yang berwujudkan nilai-nilai yang

berlaku pada waktu tertentu. Representasi tersebut merujuk pada bagaimana seseorang, suatu

kelompok, gagasan, atau pendapat tertentu ditampilkan dalam pemberitaan.2

Di dalam suatu representasi, budaya dibentuk dan diproduksi. Iklan, yang adalah

suatu representasi, berusaha membuat konstruksi untuk membentuk dan memproduksi suatu

makna yang akan tersebar luas sejalan dengan menyebarnya iklan tersebut. Suatu konsep

disebarluaskan dan membentuk suatu konstruksi pemikiran masyarakat akan sesuatu. Hal itu

akan membuat masyarakat yang setiap harinya disuguhkan banyak iklan akan berpikiran akan

konsep yang sama yang disuguhkan di dalam iklan tersebut.

Salah satu iklan yang mengkonstruksi masyarakat tentang tubuh perempuan adalah

iklan body lotion Marina UV White. Di dalam iklan tersebut dikatakan bahwa perempuan

yang cantik adalah perempuan yang berkulit putih. Perempuan yang berkulit gelap dikatakan

tidak menarik dan bahkan disingkirkan. Dengan memakai body lotion Marina UV White,

kulit akan menjadi putih bersinar sehingga banyak yang mendambakan. Kemudian yang

menjadi soal adalah saat para perempuan yang berkulit gelap merasa tidak percaya diri

karena kulit mereka tidak putih bersinar seperti yang dikatakan di dalam iklan tersebut. Hal

tersebut mempengaruhi penonton televisi ataupun pembaca majalah sehingga masyarakat

akan berpikiran bahwa perempuan cantik adalah perempuan berkulit putih.

1 http://koransuararakyat.com/article/96438/peran-pers-sebagai-fungsi-kontrol-sosial.html (diakses: 4 Juni 2013,

pukul 20.03)

(3)

BAB II

KAJIAN LITERATUR DAN ANALISIS

II.1. KAJIAN LITERATUR

Gambar bergerak memainkan peranan yang sangat penting dalam membangun

konsepsi tentang hidup dan menransmisi pola perilaku. Dari situ, dapat kita lihat dan pahami

bahwa media massa mempunyai peran yang sangat penting dalam membentuk pola pikir dan

perilaku masyarakat3. Media massa banyak mempengaruhi masyarakat dalam bertindak.

Dengan mudahnya media mempengaruhi masyarakat dengan kontruksi-kontruksi yang

dibangun yang kemudian tertanam dalam diri masyarakat. Dengan adanya kontruksi yang

tertanam di dalam diri masyarakat itu, media mampu mendikte masyarakat sesuai apa yang ia

mau sehingga masyarakat bisa berlaku sesuai dengan kontruksi media tersebut.

Representasi dari sosialisasi gender merupakan hal yang sangat banyak terdapat di

dalam media massa, dalam hal ini iklan. Banyak industri, seperti masak-memasak, alat

kebersihan, fesyen, dan produk kecantikan melanggengkan sosialisasi gender ini kepada

masyarakat4. Sosialisasi peran gender ini baik secara sadar maupun tidak sadar telah

mengkonstruksi dan menginternalisasi misogini. Hal itu membuat adanya tekanan psikologis

di dalam diri masyarakat, terutama perempuan untuk dapat menyesuaikan peran mereka

sesuai dengan apa yang dikonstruksikan oleh sebuah iklan. Hal itu adalah perilaku seksisme

yang dilanggengkan budaya patriarki agar suatu stigma tetap melekat di dalam diri

perempuan5.

Dengan adanya stigma yang tetap melekat dalam diri perempuan, perempuan menjadi

tergantung dengan laki-laki. Perempuan merupakan manusia yang lemah, pasif, dan

membutuhkan laki-laki karena tidak bisa melindungi diri sendiri. Media mempunyai tendensi

kepada erotisitas dan sensasionalisasi perempuan dengan relasi yang tidak setara antara

perempuan dan laki-laki. Media memberikan impresi bahwa ”everything is under control”

dengan memberikan kategori-kategori pada konten media, seperti konten yang eksklusif

3 Ellen A. Wartella and Nancy Jennings. Children and Computers: New Technology. Old Concerns Source: The

Future of Children, Vol. 10, No. 2, Children and Computer Technology (Autumn -Winter, 2000), pp. 31-43 Published by: Princton University. Stable URL: http://www.jstor.org/stable/1602688 Accessed: 10/05/2011 02:13

4 Daniel Delis Hill.2002.Advertising to the American Women: 1900-1999.USA:Ohio State University Press 5Adams, T. M., & Fuller, D. B.. The Words Have Changed But the Ideology Remains the Same: Misogynistic

(4)

untuk laki-laki dan konten yang eksklusif untuk perempuan. Konten tersebut mengacu pada

konstruksi yang diberikan untuk gender tertentu agar konstruksi tersebut tetap melekat di

dalam pikiran masyarakat.6

Terdapat konstruksi yang tidak nyata akan kecantikan perempuan yang pasif di dalam

majalah-majalah perempuan. Perempuan yang ditampilkan adalah perempuan yang berkulit

putih dan masih muda. Pola dari stereotip gender yang ada di iklan di majalah sangat

konsisten untuk menuntut perempuan untuk menjadi “feminin” sesuai yang laki-laki

harapkan. Perempuan yang bertubuh tidak sesuai dengan apa yang media gambarkan akan

merasa bahwa kaki, lengan, bokong, dan pahanya tidak sempurna.7 Media berkuasa

mendefinisikan bagaimana perempuan dan femininitasnya.

II.2. Analisis

Iklan Marina UV White sangat berperan dalam mengkonsepkan pola pikir dan pola

perilaku masyarakat. Seperti kita ketahui, iklan berada di televisi, majalah, radio, dan internet

setiap hari sehingga masyarakat menerima asupan tersebut dengan terus-menerus. Oleh

karena itu, ada transmisi pemikiran dan konsepsi yang diterima masyarakat. Iklan

merepresentasikan soal “bagaimana itu cantik” kepada masayrakat sebagai sarana sosialisasi

peran gender. Tekanan psikologis yang dialami perempuan semakin hebat karena mereka

harus berkulit putih untuk menjadi cantik. Secara tidak sadar, masyarakat diberikan pola pikir

bahwa perempuan berkulit gelap itu tidak cantik.

“Perempuan adalah manusia yang lemah dan tergantung pada laki-laki.” Hal itu lah

yang disosialisasikan oleh media. Dalam kasus ini, iklan Marina UV White, yang

memperlihatkan bahwa perempuan itu harus berkulit putih untuk menjadi cantik, membuat

masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan, berpikir bahwa perempuan yang cantik adalah

yang berkulit putih. Masyarakat dikonstruksi oleh hal itu dan dengan sendirinya mereka

menginternalisasi hal itu ke dalam diri mereka sendiri. Perempuan pun berlaku sesuai dengan

konstruksi media untuk membeli produk Marina UV White untuk menjadi putih sehingga ia

dapat menjadi cantik. Dengan berkulit gelap, seorang perempuan digambarkan sebagai

perempuan yang disisihkan, sebagai perempuan yang tidak dipilih oleh laki-laki. Hal itu

6

Karen Ross dan Carolyn M. Byerly.2004.Women and Media: International Perspectives.USA:Blackwell Publishing

7

(5)

merupakan tekanan sosial yang membuat masyarakat seakan menuntut bahwa perempuan itu

harus berkulit putih untuk menjadi cantik sehingga para perempuan pun seakan harus berkulit

putih demi diterimanya ia di dalam masyarakat. Seperti kata Adams dan Fuller, hal itu adalah

perilaku seksisme yang dilanggengkan budaya patriarki agar perempuan tetap berkulit putih

sesuai dengan apa yang laki-laki inginkan.

Dalam iklan Marina UV White, perempuan digambarkan sebagai pihak yang dipilih

oleh laki-laki sehingga perempuan harus berkulit putih. Dengan begitu, iklan Marina UV

White membuat stigma bahwa perempuan tergantung dengan laki-laki tetap melekat di dalam

diri perempuan. Iklan Marina UV White menekankan secara tidak langsung bahwa agar

perempuan dapat dipilih dan dihargai laki-laki, perempuan harus berkulit putih. Dengan

begitu, perempuan dapat dikontrol untuk mempunyai kulit jenis dan warna tertentu.

Konten iklan Marina UV White ini adalah iklan yang eksklusif iuntuk perempuan.

Terdapat konstruksi gender yang sangat jelas di dalamnya dan iklan ini berusaha untuk

membuat konstruksi tersebut tetap melekat di dalam pikiran masyarakat. Seperti yang dapat

kita lihat, di iklan Lomba Paket Cantik Marina terdapat kata-kata, “...datang dan tunjukkan

kulit cantikmu di Marina UV White Hunt.” Selain itu, ada lagi di iklan yang lain bertuliskan,

“...mencerahkan warna kulit sehingga lebih putih merata, membantu menghambat proses

penggelapan kulit, dan anti kusam.” Di lain iklan, ada perempuan berkulit gelap yang iri dengan temannya yang berkulit putih. Hal itu menunjukkan bahwa perempuan cantik adalah

perempuan berkulit putih sehingga membuat perempuan yang berkulit gelap tidak percaya

diri.

Perempuan harus menjadi “seperti perempuan” yang digambarkan oleh iklan tersebut. Perempuan yang digambarkan adalah perempuan yang berkulit putih, masih muda, dan

kebanyakan bertubuh kurus dan tinggi. Perempuan “harus menjadi feminin” sesuai yang

diharapkan oleh kaum patriarkis sehingga perempuan yang tidak seperti yang diharapkan

tersebut merasa tidak seperti perempuan. Iklan Marina UV White kemudian secara halus

memaksa perempuan Indonesia untuk menggunakan body lotion itu untuk menjawab

permasalahan perempuan yang berkulit gelap agar kulitnya menjadi cerah. Dengan berkulit

cerah, perempuan menjadi senang karena warna itu lah yang ada di pikiran masyarakat

bagaimana perempuan cantik itu. Hal itu menunjukkan bahwa media merupakan sarana kaum

patriarkis untuk melanggengkan pemikiran tentang definisi perempuan seperti apa yang

(6)

BAB III

KESIMPULAN

Budaya patriarki melanggengkan pencitraan perempuan melalui banyak sarana,

seperti misalnya media massa iklan. Iklan yang akrab sekali dengan kehidupan manusia dapat

dengan mudah menginternalisasi nilai-nilai tertentu yang disuguhkan iklan tersebut ke dalam

diri masyarakat. Dikatakan bahwa iklan adalah representasi sosial dan budaya masyarakat.

Penampilan perempuan di dalam iklan digambarkan sebagai perempuan yang berkulit putih.

Hal itu membuat pemikiran bahwa perempuan yang berkulit gelap bukanlah perempuan yang

cantik, terlebih ia bukan lah perempuan yang sebenarnya.

Makna yang direpresentasikan oleh iklan akan tersebar luas sehingga ada konsep

pemikiran yang melekat erat di dalam kepala masyarakat. Hal itu merupakan manifestasi

nilai-nilai kaum patriarki untuk tetap melekatkan stigma bahwa perempuan itu harus berkulit

putih untuk dapat diakui di dalam masyarakat. Sebagai manusia yang butuh pengakuan dari

lingkungan sosialnya, kemudian banyak perempuan yang merasa tidak percaya diri dan tidak

dihargai apabila ia mempunyai kulit sawo matang, atau bahkan gelap. Marina UV White

kemudian muncul sebagai jawaban akan persoalan tersebut. Marina UV White menawarkan

kulit putih, sehat, dan cantik yang dapat membuat gembira setiap orang yang melihatnya.

Perempuan seakan hidup untuk orang lain sehingga harus membuat senang orang lain dengan

kulit putihnya. Sedangkan, perempuan yang berkulit gelap tidak dapat menyenangkan orang

lain karena ia berkulit gelap. Hal itu lah yang dikonstruksi oleh media massa iklan, khususnya

iklan Marina UV White ini.

Dalam mengonstruksi masyarakat tentang definisi perempuan, media dikuasai oleh

orang-orang patriarki yang membuat definisi perempuan. Kaum patriakis ingin mengontrol

perempuan dengan cara membuat kotak-kotak kategori perempuan yang dapat diterima di

dalam masyarakat. Apabila ada yang keluar dari kotak kategori tersebut, perempuan tersebut

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Adams, T. M., & Fuller, D. B.. The Words Have Changed But the Ideology Remains the

Same: Misogynistic Lyrics in Rap Music. Source: Journal of Black Studies, Vol. 36, No. 6 (Jul., 2006), pp. 938-957Published by: Sage Publications, Inc.Stable URL:

http://www.jstor.org/stable/40034353 .Accessed: 30/04/2013 04:45

Eriyanto.2001.Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS.

Hill, Daniel Delis.2002.Advertising to the American Women: 1900-1999.USA:Ohio State

University Press

Ross, Karen dan Carolyn M. Byerly.2004.Women and Media: International

Perspectives.USA:Blackwell Publishing

Ross, Karen dan Carolyn M. Byerly.2006.Women and Media: A Critical

Introduction.USA:Blackwell Publishing

Wartella, Ellen A. dan Nancy Jennings. Children and Computers: New Technology. Old

Concerns Source: The Future of Children, Vol. 10, No. 2, Children and Computer Technology (Autumn -Winter, 2000), pp. 31-43 Published by: Princton University.

(8)

LAMPIRAN

Gambar 1, sumber: http://ingetaku.com/video/tag/marina-uv

Gambar 2, sumber: http://www.inivindy.com/2013/05/nggak-takut-gosong-lagi_3.html

Gambar

Gambar 1, sumber: http://ingetaku.com/video/tag/marina-uv

Referensi

Dokumen terkait

pribadi atau Wajib Pajak badan tidak termasuk bentuk usaha tetap, menerima penghasilan dari usaha tidak termasuk penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan

Sebagai kata kunci agar dapat mengawasi pemanfaatan air dalam suatu sistem jaringan distribusi air adalah dengan pemasangan meter air pada semua pelanggan dan selalu menjaga

serta memberikan motivasi belajar kepada anak dengan menyampaikan apersepsi tentang kegiatan yang akan dilakukan, dan menyampaikan tujuan pembelajara; 3) Guru melakukan kegiatan

pembelajaran pair check dan peningkatan kemandirian belajar siswa. Berkenaan dengan bagaimana proses dari penerapan metode pembelajaran. pair check dalam meningkatkan

Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi tren penurunan tingkat ketercapaian tugas perkembangan karier mahasiswa FKIP UNILA. Semakin kompleknya tugas perkembangan karier,

Desa Muktiharjo mengalami perubahan penggunaan lahan paling banyak dari penggunaan lahan sawah irigasi atau pertanian lahan basah berubah menjadi permukiman, perubahan

 Menerbitkan Keputusan Sekretaris Jenderal selaku Atasan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Nomor 227 tahun 2015 tentang Daftar Informasi Yang Dikecualikan

Melalui apa yang diucapkannya, “al-lisan mizan al-insan” (lisan adalah ukuran seorang manusia), begitu ungkapan Ali bin Abi Thalib. Tubb dan sylvia Moss, Humman communication,