• Tidak ada hasil yang ditemukan

Representasi Kebertubuhan Perempuan dala doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Representasi Kebertubuhan Perempuan dala doc"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Representasi Kebertubuhan Perempuan dalam Lirik Lagu Harley Davidson karya Serge Gainsbourg

Novia Riani Putri

Program Studi Prancis, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia novia.riani.putri@gmail.com

Airin Miranda

Program Studi Prancis, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia airin_pane@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan representasi kebertubuhan sekaligus kebebasan seksual perempuan yang terdapat pada lirik lagu Harley Davidson karya Serge Gainsbourg. Teori mitos milik Roland Barthes akan digunakan untuk menganalisis makna denotatif dan konotatif pada lirik lagu. Selain itu, konteks sejarah pada lagu juga akan dikaitkan dalam penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebertubuhan perempuan direpresentasikan sebagai subjek yang dominan terhadap laki-laki terutama dalam hal seksual. Hal tersebut juga menandakan bahwa lagu Harley Davidson adalah lagu yang berusaha untuk memaparkan pergeseran peran perempuan dalam kehidupan di masyarakat. Kata kunci: Representasi, Perempuan, Lirik Lagu, Harley Davidson, Serge Gainsbourg Pendahuluan

(2)

perempuan terutama dalam hal seksual. Hal tersebut juga menjadi pemicu munculnya masa transformasi sosial dan seksualitas pada masyarakat Prancis yang terjadi pada tahun 1960-an, sebuah masa yang sering disebut sebagai Revolusi Seksual (Briggs, 2012).

Secara umum, Revolusi Seksual, adalah sebuah masa transformasi seksualitas serta pandangan masyarakat terhadapnya. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya media populer di Prancis yang menyimbolkan kebudayaan anak muda secara seksual seperti pada film-film Brigitte Bardot dan novel dari Françoise Sagan (Briggs, 2012) yang muncul pada masa tersebut. Meskipun media-media pop tersebut menjadi terkenal, seks dan seksualitas masih dianggap tabu dalam lingkungan sosial di Prancis. Seks setelah menikah masih dianggap sebagai norma sosial dan perilaku yang ideal. Selain itu, tokoh enfant terrible (perempuan nakal) yang seduktif pada film dan karya sastra seperti novel dianggap sebagai arketipe atau model dasar akan bahaya yang ditimbulkan oleh kaum muda Prancis pada hal seks dan seksualitas. Namun, media populer bertemakan seks dan seksualitas terus berkembang di Prancis seiring dengan masuknya musik rock and roll dari Amerika Serikat mulai akhir 1950-an. Musik rock and roll menjadi wadah populer yang sangat berpotensi bagi masyarakat muda, baik laki-laki dan perempuan, Prancis untuk memisahkan diri dan memberontak dari norma-norma yang terdapat di Prancis, termasuk perihal seks dan seksualitas.

Perkembangan musik rock and roll begitu pesat di Prancis karena pemuda Prancis banyak yang menjadi pemain sekaligus konsumen salah satu genre musik populer tersebut. Bahkan pemuda Prancis menjadi suatu blok ekonomi dengan menjadi konsumen sebanyak empat juta jiwa pada tahun 1960-an (Sohn, 2001). Dalam hal konsumsi, perempuan muda Prancis menjadi pangsa konsumen yang besar dengan berbagai macam publikasi dan media populer yang ditujukan pada perempuan muda tahun 1960-an. Hal tersebut membuat banyak lagu yang dirilis pada tahun 1960-an yang ditujukan untuk perempuan muda Prancis sebagai media ekspresi seksual perempuan sekaligus perjuangan seksual bagi perempuan Prancis dan masyarakat muda Prancis secara keseluruhan.

(3)

adalah representasi logis dari perasaan, sebuah bentuk simbolis (Langer, 1942). Segala bentuk representasi baik secara sosial, politik, kultural, nasional, maupun individual adalah tanda, karena tanda dapat menyimbolkan sesuatu yang lain. (Berger, 1989). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa lagu adalah tanda.

Sebuah tanda menyampaikan suatu informasi serta mampu menggantikan sesuatu yang lain. Sebuah tanda memiliki berbagai tingkat pemaknaan menurut kebudayaan negaranya. Keberagaman pemaknaan pada tanda diteliti melalui semiotik. Semiotik adalah ilmu tanda-tanda. Tanda yang terdapat dalam lirik lagu akan dianalisis melalui teori mitos milik Roland Barthes dari bukunya yang berjudul Mythologies (1957). Mitos adalah sistem semiologi yang membahas tanda (ilmu tanda) yang di dalamnya terdapat petanda (signifié) yang dapat memiliki berbagai penanda (signifiant). Semua hal dapat dikatakan sebagai objek mitos, karena alam semesta memiliki sifat sugestif. Akan tetapi, tidak ada objek mitos yang kekal karena sejarah manusia lah yang menentukan muncul dan hilangnya objek mitos.

Signifiant merupakan bunyi yang bermakna (akustik) sementara signifié merupakan gambaran mental atau konsep. Selain itu ada pula yang disebut sebagai tanda (signe) yang merupakan hasil manifestasi dari signifié dan signifiant yang dapat berupa bahasa, foto, lukisan, ritual maupun benda. Ketiganya saling terkait dan harus selalu ada.

Dalam semiologi terdapat dua tingkat, yaitu tingkat linguistik (langue) dan mitos (meta-langue). Tingkat mitos lebih tinggi dan lebih kompleks daripada tingkat linguistik. Tingkat linguistik dan mitos memiliki perbedaan pada jenis bahasa yang digunakan. Dalam tingkat linguistik, bahasa yang digunakan hanya sebatas langue karena memiliki arti yang tetap dengan acuan yang pasti. Sementara, dalam sistem mitos (meta-langue) terdapat dua jenis bahasa yakni sistem linguistik (langue) dan mitos (meta-langue).

(4)

disesuaikan dengan konteks, oleh karena itu dianggap lebih kompleks dan disebut sebagai forme bukan sebuah arti.

Dalam meta-langue, signifié disebut sebagai konsep, konsep ini tidak bersifat kompleks. Gabungan bentuk dan konsep ini yang menjadi signe. Hal ini menjadi cara P2 memaknai mitos dan bagaimana mitos tersebut nantinya dianalisis untuk mendapatkan pesan yang ingin disampaikan.

Lagu terutama lagu-lagu populer menjadi alat yang kerap digunakan untuk menggambarkan kondisi masyarakat di Prancis pada masa revolusi seksual, salah satunya penggambaran kondisi seksual. Penggambaran yang diperlihatkan oleh lagu digambarkan melalui tanda, bukan hal yang sebenarnya. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kecaman masyarakat karena istilah-istilah maupun penggambaran seksual secara eksplisit masih dianggap tabu. Salah satu pencipta lagu yang kerap menciptakan lagu dengan tanda-tanda implisit pada zaman tersebut adalah Serge Gainsbourg. Gainsbourg diakui sebagai pencipta lagu yang kental dengan unsur seksual serta isu-isu sosial yang berkembang di Prancis pada masanya. Seperti salah satunya lagu Harley Davidson yang dirilis pertama kali pada tahun 1967. Lagu yang dinyanyikan oleh Brigitte Bardot ini mengisahkan seorang perempuan yang tidak peduli dengan apapun dan bersenang-senang saat ia berada di atas Harley-Davidson. Penggunaan Harley-Davidson sebagai objek utama dalam lagu memperlihatkan adanya suatu makna lain yang terdapat pada tanda tersebut. Makna lain yang terdapat pada lagu diduga merupakan penggambaran unsur seksual dan isu sosial pada tahun 1967, yaitu pada saat revolusi seksual atau transformasi masyarakat Prancis secara sosial maupun seksual.

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, artikel ini akan memaparkan bagaimana kebebasan seksual direpresentasikan melalui lirik lagu pada lagu Harley Davidson melalui teori mitos milik Roland Barthes. Oleh karena itu, pada artikel ini penulis akan melakukan metode deskriptif analitik dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusun dengan analisis. Analisis yang didapatkan tidak hanya menguraikan, tetapi juga memberi pemahaman dan penjelasan secukupnya. (Ratna, 2007).

Makna Denotatif dan Konotatif pada Lirik Lagu Harley Davidson

(5)

harga yang di atas rata-rata dalam kendaraan beroda dua, ukurannya yang besar, struktur motor yang kokoh, serta suara motor yang berdebam ketika dinyalakan. Sebelum dijual untuk khalayak umum, motor Harley digunakan untuk keperluan militer Amerika Serikat pada PD-1 dan 2. Berdasarkan deskripsi tersebut, motor Harley-Davidson jelas memiliki pangsa pembeli kaum laki-laki. Namun, lagu ciptaan Serge Gainsbourg ini dinyanyikan oleh seorang penyanyi perempuan, Brigitte Bardot, seorang simbol seks di dunia hiburan Prancis. Dalam lagu ini, Brigitte Bardot seakan mengagungkan kebahagiaannya secara individu ketika menaiki Harley-Davidson yang merupakan sebuah kendaraan yang erat dengan citra maskulin. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa terdapat pergeseran fungsi Harley-Davidson yang pada umumnya memiliki citra maskulin dalam lagu Harley Davidson.

Bait 1

Je n'ai besoin de personne (Aku tidak butuh siapa pun) En Harley Davidson (saat di atas Harley Davidson)

Je n'reconnais plus personne (Aku tidak lagi mengenali siapa pun) En Harley Davidson (saat di atas Harley Davidson)

J'appuie sur le starter (Kunyalakan starter)

Et voici que je quitte la terre (dan pada saat itu aku keluar dari bumi) J'irai peut-être au Paradis (Mungkin aku akan pergi ke surga) Mais dans un train d'enfer (Tetapi dalam kereta kecepatan tinggi)

(6)

Bait 2

Je n'ai besoin de personne (Aku tidak butuh siapa pun) En Harley Davidson (saat di atas Harley Davidson)

Je n'reconnais plus personne (Aku tidak lagi mengenali siapa pun) En Harley Davidson (saat di atas Harley Davidson)

Et si je meurs demain (Jika aku meninggal esok) C'est que tel était mon destin (Itulah takdirku)

Je tiens bien moins à la vie (Aku lebih menghargai mesin dahsyatku) Qu'à mon terrible engin (daripada kehidupanku)

Pada bait kedua, kalimat yang dikandung dalam bait, jika dikelompokkan terdapat kalimat: Je n'ai besoin de personne en Harley Davidson; Je n'reconnais plus personne en Harley Davidson; Et si je meurs demain c'est que tel était mon destin; Je tiens bien moins à la vie qu'à mon terrible engin. Pengulangan "Je n'ai besoin de personne en Harley Davidson, Je n'reconnais plus personne en Harley Davidson" mengukuhkan ketidakpedulian tokoh aku akan orang lain atau masyarakat di sekitarnya. Selain itu, kalimat "Et si je meurs demain c'est que tel était mon destin" semakin memperlihatkan ketidakpedulian akan pilihan tokoh aku yang lebih memilih motor yang dikendarai daripada kehidupannya sendiri. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa mengendarai atau mendominasi laki-laki merupakan suatu kepuasan yang bahkan tidak dapat dihentikan oleh kematian. Selanjutnya, lirik "Je tiens bien moins à la vie qu'à mon terrible engin" memperlihatkan bahwa tokoh aku menganggap laki-laki, yang ia dominasi, sebagai sebuah engin (mesin) atau sebuah objek. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tokoh aku atau perempuan merupakan sebuah subjek yang memiliki suatu dominasi sehingga membuat oposisi binernya, yaitu laki-laki menjadi pihak yang didominasi dan menjadi objek.

Bait 3

Je n'ai besoin de personne (Aku tidak butuh siapa pun) En Harley Davidson (saat di atas Harley Davidson)

Je n'reconnais plus personne (Aku tidak lagi mengenali siapa pun) En Harley Davidson (saat di atas Harley Davidson)

Quand je sens en chemin (Ketika aku memiliki hasrat berkelana) Les trépidations de ma machine (getaran mesinku)

Il me monte des désirs (membuatku berhasrat)

Dans le creux de mes reins (di rongga antara kedua pinggulku)

(7)

désirs dans le creux de mes reins. Pengulangan "Je n'ai besoin de personne en Harley Davidson, Je n'reconnais plus personne en Harley Davidson" untuk ke-3 kalinya dalam keseluruhan lirik menandakan ada sesuatu yang spesial dari Harley-Davidson atau laki-laki pada lagu ini. Sesuatu yang khas tersebut diperjelas di kalimat selanjutnya, yaitu "Les trépidations de ma machine, Il me monte des désirs, Dans le creux de mes reins" yang memberi informasi bahwa setiap tokoh aku memiliki hasrat untuk berkelana atau berpetualang, Harley-Davidson akan membuatnya berhasrat di bagian selangkangan atau pada kemaluannya. Frase Les trépidations menurut Le Robert micro poche (2013) memiliki makna "être agité de petites secousses fréquentes, d'oscillations rapides" (kocokan yang terjadi akibat getaran kecil yang sering diproduksi, secara repetitif dan cepat). La trépidations de ma machine atau getaran dari Harley-Davidson merepresentasikan sesuatu, memberi kocokan secara sering, repetitif, dan cepat, serta membuat seseorang berhasrat di bagian selangkangan atau dapat dikatakan sebagai interaksi seksual antara perempuan dan laki-laki. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lirik tersebut menggambarkan perempuan yang hasrat seksualnya terpenuhi dengan inisiatifnya sendiri sekaligus menggambarkan kebertubuhan perempuan. Perempuan tidak dilihat sebagai objek, melainkan suatu makhluk yang bertubuh, penuh vitalitas, dan mobilitas atau dapat dikatakan sebagai manusia yang menyeluruh (Montaigne dikutip dalam Sutrisno & Putranto, 2007). Hal tersebut memberi indikasi bahwa Harley-Davidson atau laki-laki adalah objek yang dapat memuaskan hasrat seksual tokoh aku sekaligus memperjelas alasan kebahagiaan berlipat dan ketidakpedulian yang dilakukan tokoh aku dari bait-bait sebelumnya. Dalam lirik juga diperlihatkan bahwa perempuan mengontrol kebahagiaannya, tidak lagi seperti sebelumnya. Selain itu, lirik lagu juga memberi pesan bahwa seksualitas juga milik perempuan. Tubuh perempuan bukan lagi mesin pembuat bayi, melainkan sumber kebahagiaan/kesenangan seksual perempuan.

Bait 4

Je n'ai besoin de personne (Aku tidak butuh siapa pun) En Harley Davidson (saat di atas Harley Davidson)

Je n'reconnais plus personne (Aku tidak lagi mengenali siapa pun) En Harley Davidson (saat di atas Harley Davidson)

Je vais à plus de cent (Aku melakukannya lebih dari seratus kali) Et je me sens à feu et à sang (Aku merasa bersemangat)

Que m'importe de mourir (Bahkan aku tidak peduli jika aku mati) Les cheveux dans le vent (sementara rambutku melayang bersama angin)

(8)

Je vais à plus de cent; Et je me sens à feu et à sang que m'importe de mourir; Les cheveux dans le vent. Pengulangan "Je n'ai besoin de personne en Harley Davidson, Je n'reconnais plus personne en Harley Davidson" untuk ke-4 kalinya dalam keseluruhan lirik sekaligus memperlihatkan bahwa kalimat tersebut adalah pesan inti dari lirik lagu, yaitu kesenangan berlipat dan kepuasan pribadi ketika mengendarai Harley-Davidson atau mendominasi laki-laki terutama secara seksual. Kesenangan berlipat tersebut diperkuat pada larik "Je vais à plus de cent" yang memperlihatkan jumlah perjalanan tokoh aku mengendarai Harley-Davidson dengan angka persis, yaitu seratus. Penghargaan atas Harley-Harley-Davidson, yang lebih penting dari kehidupan tokoh aku, kembali diperlihatkan pada kalimat "Et je me sens à feu et à sang que m'importe de mourir".

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Harley-Davidson melambangkan laki-laki sebagai objek seksual yang memberikan kenikmatan hakiki sehingga tokoh aku lebih memilih untuk mati daripada kehilangan Harley-Davidson atau laki-laki sebagai objek seksual miliknya.

Lagu Harley Davidson sebagai representasi kebertubuhan perempuan

Pada lirik lagu, kata Harley Davidson diulang sebanyak 8 kali. Seperti yang telah dipaparkan pada pembahasan sebelumnya, Harley-Davidson adalah merk motor Amerika Serikat yang terkenal dengan ukurannya yang besar, struktur motor yang kokoh, serta suara motor yang unik ketika dinyalakan. Logo Harley-Davidson terdiri atas burung elang dengan tulisan An American Legend (Legenda Amerika) (Dunleavy, 2014). Harley-Davidson adalah sinonim dari Amerika. Dengan ciri-ciri tersebut, Harley Davidson kerap dilambangkan sebagai patriotisme serta simbol kebebasan personal bagi setiap individu atau dapat pula dikatakan sebagai simbol hasrat akan kebebasan tak terbatas. Selain itu, Harley Davidson juga kerap dikaitkan sebagai lambang perlawanan dan petualangan dengan berbagai citra yang dibentuk oleh media (Szymkowska-Bartyzel, 2014).

(9)

seksual dan reproduksi laki-laki. Persamaan makna denotatif dari Harley-Davidson dan penis adalah fungsinya sebagai alat seksual sekaligus reproduksi yang memproduksi getaran dan memberikan sensasi tersendiri pada selangkangan perempuan ketika penis berinteraksi dengan vagina.

"Les trépidations de ma machine Il me monte des désirs Dans le creux de mes reins" BAIT 3 (Ketika aku memiliki hasrat berkelana) (getaran mesinku) (membuatku berhasrat) BAIT 3 Kebijakan pemerintah Prancis akan pelarangan kontrasepsi dan aborsi sejak tahun 1920 hingga pada saat lagu ini dirilis disertai dorongan untuk meningkatkan jumlah kelahiran penduduk, membuat perempuan tidak lagi memiliki kebebasan dalam hal seksual atau dapat dikatakan tidak lagi memiliki kebebasan akan tubuhnya. Dengan demikian, lagu Harley Davidson yang melambangkan penis atau laki-laki secara keseluruhan sebagai Harley-Davidson, berusaha untuk menggambarkan bahwa perempuan berhak akan tubuhnya sekaligus memiliki kebebasan dalam hal seksual dan dapat mendominasi kaum laki-laki

Pengulangan "Je n'ai besoin de personne en Harley Davidson, Je n'reconnais plus personne en Harley Davidson" di setiap bait pada lagu Harley Davidson merupakan gambaran akan dominasi perempuan dalam interaksi seksual dengan laki-laki. Tokoh aku, atau perempuan, bisa meraih kepuasan dan kebahagiaan seksual tanpa bergantung kepada orang lain. Ia meraih kebebasan seksualnya dengan usahanya sendiri sekaligus merangkul ketertubuhannya. Selain itu, digambarkan pula bahwa ia tidak lagi peduli dengan norma sosial yang berlaku. Ia tidak takut dengan penilaian orang lain.

(10)

Kesimpulan

Kebebasan seksual pada perempuan Prancis pasca Perang Dunia sampai saat lagu ini dirilis adalah hal yang langka dan jika didapatkan akan memberikan kebahagiaan yang tak terbatas. Hal tersebut disebabkan oleh kebijakan Pemerintah Prancis yang merugikan perempuan karena hanya menjadikan mereka sebagai mesin reproduksi hanya untuk uang dan demografi Prancis. Perempuan tidak mendapatkan kebebasan seksual yang ia mau, sekaligus kebebasan untuk merangkul ketertubuhannya secara utuh.

Oleh karena itu, banyak karya sastra atau karya populer yang memperjuangkan kebebasan bagi perempuan salah satunya pada lagu Harley Davidson karya Serge Gainsbourg yang dinyanyikan oleh Brigitte Bardot. Dalam lagu ini, Harley-Davidson melambangkan penis atau laki-laki secara keseluruhan yang pada umumnya menjadi pihak yang dominan pada oposisi binernya, yaitu perempuan. Akan tetapi, peran laki-laki yang dominan diputarbalikkan pada lagu dengan menjadikan perempuan sebagai sosok yang dominan, independen, dan tidak peduli pada penilaian orang lain atau norma sosial yang berlaku dengan menjadikan laki-laki sebagai objek seksual untuk memuaskan hasrat seksualnya. Hal tersebut memperlihatkan pergeseran nilai atau pergeseran peran perempuan dalam kehidupan di masyarakat.

Daftar Referensi

Aditya. (2010). Penggambaran rasisme dalam lagu Malik dan C'Facile karya Akli D. Depok: Universitas Indonesia. Skripsi.

Barthes, R. (1957). Mythologies. Paris: Éditions du Seuil.

Berger, A. (1989). Signs in Contemporary Culture. Salem: Sheffield.

Bourderionnet, O. (2005). La France en 33 tours: Vian, Brassens, Gainsbourg. Un regard sur la culture française contemporaine à travers la chanson. New Orleans: Tulane University. Disertasi.

Briggs, J. (2012). Sex and the Girl’s Single: French Popular Music and the Long Sexual Revolution of the 1960s. Journal of the History of Sexuality 21(3), 523-547. Texas: University of Texas Press.

(11)

Gorys Keraf. (1991). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Hanley, D. L., Kerr, A. P., Waites, R. H. (1984). Contemporary France: Politics and Society Since 1945 (2 ed.). Abingdon: Routledge & Kegan Paul.

Hersch, L. (1927). La mortalité causée par la guerre mondiale. Metron: The International Review of Statistics, 7, 59–62,

Kreisel, C. S. (2008). Between war and revolution: French women and the sexual practices of everyday life, 1952-1967. New Jersey: Graduate School-New Brunswick Rutgers, The

State University of New Jersey.

Langer, S. (1942). Philoshophy in a New Key. New York: Mentor.

Matusitz, J. (2010). Semiotics of Music: Analysis of Cui Jian's “Nothing to My Name,” the Anthem for the Chinese Youths in the Post-Cultural Revolution Era. The Journal of Popular Culture, 43: 156–175.

Nyoman Kutha Ratna (2007). Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Simon, P. (1966). Le Contrôle des naissances, Histoire, Philosophie, Morale. Petite Bibliothèque Payot, vol. 91. Paris : Éditions Payot

Sutrisno, M., & Putranto, H. (2007). Teori-teori kebudayaan: Editor: Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto. Penerbit Kanisius.

Szymkowska-Bartyzel, J. (2014). Harley-davidson on polish roads: The mythical aspects of automotive fascination. Ad Americam, 15, 129-140,199. Diakses melalui http://search.proquest.com/docview/1639369794?accountid=25704.

Tinker, C. (2002). Serge Gainsbourg and le defi american. Modern & Contemporary France, 10:2, 187-196.

(12)

Lampiran

Harley Davidson

(Album, Brigitte Bardot Show 67 oleh Brigitte Bardot - 1967) Je n'ai besoin de personne

En Harley Davidson

Je n'reconnais plus personne En Harley Davidson

J'appuie sur le starter Et voici que je quitte la terre J'irai peut-être au Paradis Mais dans un train d'enfer

Je n'ai besoin de personne En Harley Davidson

Je ne reconnais plus personne En Harley Davidson

Et si je meurs demain

C'est que tel était mon destin Je tiens bien moins à la vie Qu'à mon terrible engin

Je n'ai besoin de personne En Harley Davidson

Je ne reconnais plus personne En Harley Davidson

Quand je sens en chemin Les trépidations de ma machine Il me monte des désirs

Dans le creux de mes reins

Je n'ai besoin de personne En Harley Davidson

Je ne reconnais plus personne En Harley Davidson

Je vais à plus de cent

(13)

Biografi Penulis

Novia Riani Putri lahir di Jakarta pada tanggal 29 November 1995. Meskipun lahir di Jakarta, penulis tumbuh besar dan tinggal di kota Depok. Di kota Depok pula, penulis mengenyam pendidikan SD, SMP, SMA, hingga pendidikan sarjana S1. Pada saat ini, penulis tercatat sebagai mahasiswa aktif semester 7 program sarjana strata satu pada Program Studi Prancis, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat.

Referensi

Dokumen terkait

Data yang di butuhkan dalam pembuatan system informasi demografi adalah data identitas penduduk dan wilayah, sedangkan data perhitungan index pembangunan manusia menurut

Ukur setiap panjang garis tengah yang tegak lurus pada tinggi buah manggis segar dari seluruh contoh uji dengan menggunakan alat pengukur diameter yang sesuai. Pisahkan sesuai

Kebanyakan responden guru yang dikajinya menyatakan bahawa mereka kurang bersedia untuk menggunakan perisian PPBK multimedia dalam pengajaran Komsas.. Selain itu, bebanan

Perancangan media promosi Semen White Mortar TR30 membutuhkan strategi komunikasi yang tepat seperti materi, cara penyampaian, serta efektifitas kepada khalayak

Laporan Landasan Konseptual Tugas Akhir mengenai Sekolah Fotografi di Denpasar ini merupakan sebuah awal pendalaman sebagai dasar dalam proses pengumpulan data dan merupakan

Kalau di negara Anda, atau di negara lain yang Anda ketahui, apa yang biasanya menjadi lam- bang status.. ―What do you know of status symbols in a country that

Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Kejahatan Mutilasi Menurut Pasal 340 disebutkan bahwa “Barang siapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa

Secara berangsur-angsur beralih dari pendanaan Pemerintah Pusat untuk infrastruktur daerah melalui Tugas Pembantuan menuju Dana Alokasi Khusus dan akhirnya menuju penerusan