SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
ALLEN ADAM RINALDY GUDONO 14808144026
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
JURUSAN MANAJEMEN - FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
MOTTO
“ Stay Hungry, Stay Foolish.” (Steve Jobs)
“Risk comes from not knowing what you’re doing.” (Warren Buffett)
PERSEMBAHAN
Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat Allah SWT, penelitian ini penulis persembahkan kepada:
1. Ibu dan Ayah saya (Alm.) yang sudah memberikan kasih sayang, bimbingan, dan dukungan kepada saya.
2. Adik- adik saya, Nadya, Erina, dan Shania yang saya sayangi.
3. Putri Pratiwi yang saya cintai dan yang selalu memberikan dukungan, doa, dan inspirasi untuk saya.
4. Keluarga besar Ibu dan Ayah yang memberikan dukungan untuk saya.
5. Teman-teman LA yang telah mewarnai kehidupan dan menjadi keluarga selama kuliah di UNY.
6. Reny, Dandy, Harfi, dan Billy yang telah berjuang bersama-sama sejak Januari 2018 untuk menyelesaikan skripsi.
7. Buje dan Adhi yang telah menyediakan kamar kos untuk dijadikan Skripsi Camp.
IMPLEMENTASI STRATEGI AKTIF DAN PASIF DALAM PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL SAHAM
(Studi pada Saham Perusahaan yang Tercatat dalam Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia
Periode Agustus 2015 – Juli 2017) Oleh:
ALLEN ADAM RINALDY GUDONO 14808144026
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menyeleksi saham-saham yang terdaftar dalam Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia periode Agustus 2015-Juli 2017 yang dapat dijadikan sebagai pembentuk portofolio optimal saham menggunakan strategi aktif dan strategi pasif. Selain itu, penelitian ini juga menghitung besarnya proporsi dana masing-masing saham yang masuk dalam kedua jenis strategi portofolio optimal dan juga menghitung besarnya return dan risiko portofolio yang menggunakan strategi aktif dan pasif. Metode yang digunakan dalam pembentukan portofolio optimal strategi aktif adalah single index model,
sementara metode yang digunakan dalam pembentukan portofolio optimal strategi pasif adalah indexing.
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh saham yang termasuk dalam indeks LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Agustus 2015- Juli 2017. Sampel penelitian ditentukan menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria saham terdaftar secara berturut-turut dalam index LQ-45 selama periode Agustus 2015- Juli 2017 dan memiliki return saham positif selama periode Agustus 2015-Juli 2017. Berdasarkan kriteria tersebut, diperoleh sampel penelitian sebanyak 26 saham.
Hasil penelitan ini adalah: (1)Terdapat delapan saham yang termasuk dalam portofolio optimal strategi aktif menurut single index model yaitu ADRO , PTBA, GGRM, TLKM, BBTN, PWON, UNTR, dan WSKT, sementara itu terdapat 26 saham yang termasuk dalam portofolio optimal strategi pasif indexing.
(2)Proporsi dana yang diinvestasikan pada masing-masing saham dalam portofolio optimal strategi aktif yaitu ADRO sebesar 27,13%, PTBA sebesar 8,37%, GGRM sebesar 13,62%, TLKM sebesar 21,31%, BBTN sebesar 13,64%, PWON sebesar 5,90%, UNTR sebesar 4,67% dan WSKT sebesar 5,37%, sementara untuk portofolio optimal strategi pasif, proporsi dana yang diinvestasikan sebesar 3,85% untuk masing-masing saham. (3)Portofolio optimal yang menggunakan strategi aktif memiliki return 3,33% dan risk 0,93% per bulan, sementara portofolio optimal yang menggunakan strategi pasif memiliki
return 1,66% dan risk 0,97% per bulan.
THE IMPLEMENTATION OF ACTIVE AND PASSIVE STRATEGIES IN CONSTRUCTION OF OPTIMAL STOCK PORTFOLIO (A Study on Stock of Companies that are Listed in Index LQ-45
in the Indonesia Stocks Exchange within Period of August 2015 – July 2017)
by:
ALLEN ADAM RINALDY GUDONO 14808144026
ABSTRACT
The purpose of this research was to select stocks listed in LQ-45 Index in Indonesia Stock Exchange within period of August 2015 – July 2017 that was able to construct optimal stock portfolio using both active and passive strategies. Moreover, this research also calculated the proportion of funds from each stock that categorized into both optimal portfolio strategy types and to calculates the amount of return and risk from each portfolio which used active and passive strategies. Single Index model method was used to form optimal portfolio in active strategy, while indexing method was used to form optimal portfolio in passive strategy.
Research design used in this research was descriptive quantitative, using all stocks listed in index LQ-45 in the Indonesia Stock Exchange within period August 2015 – July 2017 as the population. The research sample was determined by purposive sampling method with criteria of stock which successfully listed in the LQ-45 index during that period and also had positive stock return during August 2015 – July 2017. Based on these criteria, 26 stocks were obtained as research samples.
The results of this research were as follow: (1) there was 8 stocks included to optimal portfolio of active strategy according to single index model, which were ADRO, PTBA, GGRM, TLKM, BBTN, PWON, UNTR, and WSKT, meanwhile, there were 26 stocks included in the optimal sportfolio of passive indexing strategy; (2) the proportion of funds invested from each stock in optimal portfolio of active strategy was ADRO equal to 27.13%, PTBA 8.37%, GGRM 13.62%, TLKM 21.31%, BBTN 13.64%, PWON 5.90%, UNTR 4.67%, and WSKT 5.37%. While for the optimal portfolio of passive strategy, the proportion of funds invested was 3.85% from each stock; (3) the optimal portfolio which used the active strategy had 3.33% of return and 0.93% of risk each month, while optimal portfolio that used the passive strategy had 1.66% of return and 0.97% of risk each month.
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi yang berjudul “Implementasi Strategi Aktif dan Pasif dalam Pembentukan Portofolio Optimal Saham (Studi pasa Saham Perusahaan yang Tercatat dalam Indeks LQ-45 Periode Agustus 2015-Juli 2017) dengan lancar. Penulisan menyadari sepenuhnya, tanpa bimbingan dari berbagai pihak, Tugas Akhir Skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan dengan baik dan benar. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd., Rektor Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Dr. Sugiharsono, M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Yogyakarta.
3. Setyabudi Indartono, Ph.D., Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta sekaligus dosen pembimbing akademik yang telah memberikan dukungan selama perkuliahan.
4. Winarno, M.Si., Dosen Pembimbing sekaligus Sekretaris Penguji yang telah memberikan bimbingan, masukan, motivasi, serta ilmu kepada penulis dalam menyusun Tugas Akhir Skripsi ini dengan baik.
5. Naning Margasari, MBA., Dosen Narasumber sekaligus Penguji Utama yang telah memberikan saran, motivasi, dan masukan guna menyempurnakan penulisan skripsi ini.
7. Segenap Dosen Universitas Negeri Yogyakarta Fakultas Ekonomi Program
Studi Manajemen yang telah memberikan ilmu bermanfaat selama penulis
pmenimba ilmu.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan
dorongan serta bantuan selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pengerjaan Tugas Akhir Skripsi ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat
dibutuhkan guna menyempurnakan Tugas Akhir Skripsi ini. Akhirnya harapan
penulis mudah-mudahan apa yang terkandung di dalam penelitian ini berrmanfaat
bagi semua pihak.
Yogyakarta, 14 Maret 2018
Penulis,
Allen Adam Rinaldy Gudono
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iv
4. Capital Asset Pricing Model... 21
2. Harga Penutupan Saham yang Dijadikan Sampel Penelitian ... 65
3. Harga Penutupan Indeks LQ-45... 65
4. Suku Bunga Bank Indonesia ... 65
B. Pembahasan Hasil Penelitian... 66
1. Menghitung Return dan Risiko Masing-masing Sampel Penelitian .. 66
2. Pembentukan Portofolio Optimal Strategi Aktif... 76
3. Pembentukan Portofolio Optimal Strategi Pasif ... 85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 92
A. Kesimpulan... 92
1. Komposisi Portofolio Saham ... 92
B. Keterbatasan Penelitian ... 94
C. Saran ... 94
DAFTAR PUSTAKA ... 96
Tabel Halaman
1. Data Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian ... 64
2. Realized Return dan Expected Return Masing-masing Saham Periode Agustus 2015- Juli 2017... 68
3. Return Pasar dan Expected Return Pasar Agustus 2015-Juli 2017 ... 70
4. Beta dan Alpha Masing-masing Saham ... 73
5. Varian Kesalahan Residu, Varian Return Pasar dan Risiko Saham... 75
6. Excess Return to Beta Masing-masing Saham... 77
7. Ai dan Bi Masing-masing Saham ... 79
8. Perbandingan Nilai ERB dengan Nilai C... 81
9. Proporsi Dana Masing-masing Saham Portofolio Aktif ... 83
10. Return Portofolio Strategi Aktif Single Index Model... 84
11. Risiko Portofolio Strategi Aktif Single Index Model... 85
12. Proporsi Dana Masing-masing Saham Portofolio Pasif... 87
13. Return Portofolio Strategi Pasif Indexing... 88
14. Risiko Portofolio Strategi Pasif Indexing... 90
Gambar Halaman
1. Investasi Langsung dan Tidak Langsung ... 14
2. Capital Market Line... 26
3. Security Market Line... 27
4. Portofolio Efisien dan Tidak Efisien... 31
5. Kurva Portofolio Optimal ... 32
Lampiran Halaman 1. Daftar Saham yang Masuk dalam Penghitungan Indeks LQ-45
Periode Agustus 2015 – Juli 2017... 101
2. Daftar Saham yang Masuk dalam Indeks LQ-45 yang Dijadikan Sampel Penelitian... 102
3. Daftar Return dan Varian Return Saham Sampel Penelitian ... 103
4. Perhitungan Realized Return, Expected Return, Variance Return dan Standar Deviasi Masing-masing Saham... 104
5. Perhitungan Realized Return, Expected Return, Variance Return Pasar dan Standar Deviasi Pasar... 130
6. Data Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate) Periode Agustus 2015 – Juli 2017... 131
7. Perhitungan Kovarian Masing-masing Saham... 132
8. Perhitungan Beta dan Alpha Masing-masing Saham ... 158
9. Perhitungan Variance Error Residual Masing-masing Saham... 159
10. Perhitungan Excess Return to Beta Masing-masing Saham ... 160
11. Perhitungan Cut-Off-Rate Masing-masing Saham... 161
12. Perhitungan Proporsi Dana Masing-masing Saham Portofolio Single Index Model... 162
13. Perhitungan Return dan Risiko Portofolio Optimal Strategi Aktif Single Index Model... 163
14. Perhitungan Proporsi Dana Masing-masing Saham, Return dan Risiko Portofolio Optimal Strategi Pasif Indexing... 164
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pasar modal menjadi perhatian oleh hampir semua negara karena
dianggap memiliki peranan strategis bagi penguatan ketahanan ekonomi
sebuah negara dan juga menjadi salah satu alternatif berinvestasi. Pasar
modal menjadi perantara yang menghubungkan antara investor dan juga
pihak yang membutuhkan dana (emiten atau pihak yang menerbitkan
efek). Melalui pasar modal, investor dapat menanamkan modalnya dengan
harapan dapat memperoleh keuntungan (return), sementara perusahaan
(issuer) dapat menggunakan dana dari investor sebagai investasi tanpa
menunggu tersedianya dana operasional perusahaan.
Pasar modal di Indonesia telah berkembang dengan pesat dalam
beberapa tahun terakhir. Sejak krisis ekonomi global pada tahun 2008,
IHSG telah meningkat dari 1255 poin pada Januari 2009 dan mencapai
poin tertinggi dalam sejarah yaitu sekitar 6680 poin pada akhir Januari
2018 atau meningkat sekitar 432%. Hal tersebut menunjukkan adanya
kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Dengan
tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata Indonesia di atas 5% di lima tahun
terakhir, investor menganggap perkembangan ekonomi di negara
berkembang seperti Indonesia relatif lebih tinggi dibandingkan dengan di
negara maju. Perkembangan tersebut telah mendorong tumbuhnya jumlah
memberikan peluang bagi investor untuk mendapatkan dividen dan capital
gain.
Investor pada umumnya memiliki kecenderungan untuk lebih memilih
investasi yang menawarkan tingkat pengembalian (rate of return) yang tertinggi. Tingkat risiko yang terdapat pada sebuah investasi seringkali
diabaikan oleh investor yang lebih mementingkan return yang akan diperolehnya dari investasi tersebut. Padahal setiap investasi pasti
memiliki tingkat risiko yang berbeda-beda. Saham merupakan salah satu
instrumen investasi yang memiliki return dan juga risiko yang tinggi. Hal
tersebut mendorong investor untuk berhati-hati dalam memilih saham
yang akan dimasukkan ke dalam portofolio investasinya. Risiko dalam
investasi saham dapat diminimalkan dengan cara menanamkan modal ke
dalam beberapa perusahaan. Memiliki saham dari beberapa perusahaan
dapat mengurangi risiko portofolio jika harga saham salah satu perusahaan
tersebut memiliki performa yang buruk, karena performa portofolio secara
keseluruhan dapat ditopang oleh saham-saham perusahaan lainnya.
Terdapat lebih dari 500 perusahaan dari berbagai sektor dan industri
yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI). Banyaknya perusahaan
yang tercatat dalam pasar modal memberikan investor peluang untuk
memilih sendiri saham yang akan dimasukkan ke dalam portofolio
investasinya. Permasalahan yang akan dihadapi oleh investor adalah
bagaimana cara mengetahui saham mana yang akan mendatangkan return
prospek di masa depan, karena itu investor perlu melakukan analisis
portofolio sebelum menanamkan modalnya. Investor kini dimudahkan
dalam mengambil keputusan berinvestasi dengan adanya perkembangan
teknologi dan semakin terbukanya akses informasi. Hal ini juga menjadi
alasan tumbuhnya jumlah investor individual yang lebih memilih
porttofolio sahamnya sendiri tanpa bergantung pada manajer investasi
reksa dana.
Analisis portofolio sangat penting bagi kalangan investor institusional
maupun investor individual agar portofolio investasi yang dibentuk dapat
optimal. Menurut Tandelilin (2001) portofolio optimal merupakan
portofolio yang dipilih seseorang investor dari sekian banyak pilihan yang
ada pada kumpulan portofolio yang efisien. Untuk membentuk portofolio
yang optimal, investor harus menentukan portofolio yang efisien terlebih
dahulu. Portofolio efisien adalah portofolio yang menghasilkan tingkat
keuntungan tertentu dengan risiko terendah, atau risiko tertentu dengan
tingkat keuntungan tertinggi (Husnan, 1998).
Strategi analisis dan pemilihan saham yang akan digunakan oleh
investor juga ditentukan oleh sifat investor tersebut. Sifat investor pertama
adalah investor defensif (atau pasif) yang lebih mengutamakan
keterhindaran dari kesalahan serius atau kerugian besar, tujuannya adalah
terbebas dari kerja keras, gangguan, dan keharusan membuat keputusan
secara berulang-ulang. Sifat investor kedua adalah investor agresif (aktif
sekuritas yang baik dan lebih menjanjikan daripada rata-rata sekuritas lain.
(Graham dan Zweig, 2003). Kedua jenis sifat investor inilah yang nantinya
akan menentukan strategi investasi apa yang akan dipilih. Strategi pasif
terkait dengan hipotesis pasar efisien dan investor percaya bahwa harga
saham saat ini merupakan estimasi terbaik atas nilai saham, oleh karena itu
tidak akan memilih dan menyeleksi saham dan secara pasif hanya
mengikuti pasar (indeks harga saham). Jika indeks naik berati gain, sebaliknya jika turun berati loss. Beberapa strategi pasif seperti strategi beli simpan dan strategi mengikuti indeks. Metode pembentukan
portofolio strategi pasif yang digunakan dalam penelitian ini adalah
mengikuti strategi indeks. Sebaliknya dalam strategi aktif investor akan
secara aktif memilih dan menyeleksi saham. Beberapa strategi aktif seperti
seleksi sekuritas, rotasi sektor dan momentum pasar (Khajar, 2011).
Jones (1996) menyatakan paling tidak ada dua strategi portofolio
pasif, yaitu buy and hold strategy dan index funds. Prince dan Bacon (2009) dalam penelitiannya juga menggunakan indeks sebagai alternatif
strategi pasif. Strategi buy and hold diterapkan investor dengan cara membeli saham, kemudian saham akan ditahan selama beberapa waktu
kemudian hingga investor dapat mencapai target investasinya. Sementara
dengan strategi mengikuti indeks, investor akan membentuk susunan
portofolionya sama persis dengan suatu indeks tertentu. Sebagai contoh,
dalam BEI terdapat beberapa indeks saham seperti Jakarta Islamic Index,
membeli saham-saham dari suatu indeks tertentu untuk kemudian
dimasukkan ke dalam portofolionya agar mirip atau sama persis. Dengan
memiliki portofolio yang sama dengan indeks, investor akan mengalami
keuntungan jika indeks mengalami kenaikan, sebaliknya investor akan
mengalami kerugian jika indeks mengalami penurunan. Strategi portofolio
pasif dalam penelitian ini akan mengikuti LQ-45.
Investor yang menerapkan strategi portofolio aktif menyeleksi saham
individual yang diidentifikasi menawarkan karakteristik return-risk terbaik. Analisis sekuritas fundamental dan analisis teknikal diterapkan
ketika investor menyeleksi saham. Analisis fundamental adalah metode
penilaian sekuritas dengan cara menghitung nilai intrinsik dari sebuah
saham. Investor yang menggunakan metode analisis fundamental akan
mempelajari kondisi keuangan sebuah perusahaan dan juga manajemen
perusahaan. Analisis teknikal adalah metode penilaian sekuritas dengan
mengamati statistik aktivitas pasar modal, seperti volume dan harga.
Dalam menerapkan analisis teknikal, investor tidak menghitung nilai
intrinsik sebuah perusahaan melainkan dengan mengamati chart saham untuk mengidentifikasi trend harga saham di masa mendatang. Strategi portofolio aktif dalam penelitian ini akan menggunakan Single Index Model.
Single Index Model merupakan salah satu teknik analisis portofolio optimal yang dilakukan oleh Elton dan Gruber (1995). Analisis atas
dengan Cut-off-ratenya (Ci) dari masing-masing saham. Saham yang
memiliki ERB lebih besar dari C
i dijadikan kandidat portofolio, sedang
sebaliknya yaitu Ci lebih besar dari ERB tidak diikutkan dalam
portofolio. Pemilihan saham dan penentuan portofolio optimal yang
dilakukannya didasari oleh pendahulunya Markowitz (1959) yang dimulai
dari data historis atas saham individual yang dijadikan input, dan dianalisis
untuk menjadikan keluaran yang menggambarkan kinerja setiap
portofolio, apakah tergolong portofolio optimal atau sebaliknya. Khajar
(2011) menyatakan Single Index Model dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah portofolio secara langsung. Expected return dan risiko portofolio dirumuskan kembali berdasarkan indeks pasar. Tidak
diperlukan lagi estimasi input sebagaimana model Markowitz, kita dapat
secara langsung mengestimasi expected return dan risk portfolio berdasarkan hubungan-hubungan yang ada pada Single Index Model.
Risiko merupakan sesuatu yang perlu diperhitungkan secara cermat
bagi investor. “Risiko dalam suatu investasi ditunjukkan oleh besar
kecilnya penyimpangan tingkat kembalian yang diharapkan (expected rate
of return) dengan tingkat kembalian yang dicapai secara riil (actual rate return)”(Halim, 2009). Risiko saham secara umum dibedakan menjadi dua, yaitu risiko sistematis (systematic risk) dan risiko tidak sistematis
(unsystematic risk). Risiko investasi yang dapat dihindari melalui
diversifikasi saham dengan membentuk portofolio optimal adalah risiko
(faktor-faktor makro yang dapat memengaruhi pasar secara keseluruhan seperti
keadaan ekonomi dan politik) (Brigham dan Daves, 2004).
Penelitian ini menggunakan indeks LQ-45 karena indeks tersebut
merepresentasikan 45 saham paling likuid di BEI. Indeks LQ-45
mencakup setidaknya 70% kapitalisasi pasar dan nilai transaksi di pasar
reguler. Kinerja saham LQ 45 dapat diketahui dari informasi laporan
keuangan yang dapat dilihat di website bursa efek Indonesia, sehingga investor dapat mengetahui kinerja saham-saham yang terdaftar ke dalam
LQ-45. Selain dari faktor kapitalisasi pasar dan juga likuiditas,
penyaringan saham yang masuk dalam indek LQ-45 juga dinilai dari
kondisi keuangan dan juga prospek pertumbuhan perusahaan tersebut di
masa datang. BEI secara reguler mengawasi performa dari saham-saham
yang masuk dalam indeks LQ-45. Pergantian saham akan dilaksanakan
setiap 6 bulan sekali, yaitu setiap bulan Februari dan bulan Agustus.
Hasil penelitian dari Dahlan, dkk. (2013) dengan judul “Penggunaan
Single Index Model dalam Analisis Portofolio untuk Meminimumkan Risiko bagi Investor Pasar Modal Studi Kasus pada Indeks LQ-45 di Bursa
Efek Jakarta periode 2010-2012” dari 24 saham terdapat 5 saham yang
memenuhi kriteria pembentukan portofolio optimal. Saham yang
memenuhi kriteria portofolio optimal beserta proporsi dana
masing-masing yaitu JSMR (29,1%), KLBF (28%), UNVR (20,4%), GGRM
(14,2%), dan INCO (8,36%). Penelitian selanjutnya dari Marlina (2015)
(Case Study on Banking Shares in the Indonesia Stock Exchange)” dari 30 saham perbankan terdapat 5 saham yang memenuhi kriteria pembentukan
portofolio optimal beserta proporsi dana masing-masing yaitu MAYA
(2,77%), MCOR (12,69%), BACA (12,85%), BBCA (70,04%), dan
SDRA (1,64%).
Penelitian mengenai strategi aktif dan pasif dalam pembentukan
portofolio optimal dilakukan Khajar (2012) dengan judul “Strategi Aktif
Pasif dalam Optimalisasi Portofolio Index LQ-45” periode Agustus 2009-
Januari 2010 yang menggunakan Single Index Model sebagai strategi aktif
dan Indeks LQ-45 sebagai strategi pasif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa portofolio yang menggunakan strategi aktif memiliki return 5,43%
dan risk 4,03%, sementara portofolio yang menggunakan strategi pasif memiliki return 2% dan risk 3,5%. Penelitian selanjutnya dari Bayhaki dan Idroes (2016) dengan judul “Analisis Pembentukan Portofolio
Optimal Strategi Aktif dan Pasif dalam Menentukan Expected Return pada
Sektor Konstruksi yang Terdaftar di Daftar Efek Syariah pada Tahun
2011-2015” yang menggunakan Single Index Model sebagai strategi aktif dan metode Indexing sebagai strategi pasif menunjukkan hasil bahwa portofolio strategi aktif memiliki return 3,64% dan risk 1,02%, sementara
portofolio strategi pasif memiliki return 3,4% dan risk 1,03%.
Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini bertujuan untuk
menyeleksi saham-saham yang terdaftar dalam Indeks LQ-45 di Bursa
sebagai pembentuk portofolio optimal saham menggunakan strategi aktif
dan strategi pasif. Selain itu, penelitian ini juga menghitung besarnya
proporsi dana masing-masing saham yang masuk dalam kedua jenis
strategi portofolio optimal dan juga menghitung besarnya return dan risiko
portofolio yang menggunakan strategi aktif dan pasif.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan
dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Banyaknya pilihan saham yang tersedia menyebabkan kesulitan bagi
investor yang akan membentuk portofolio saham.
2. Keterbatasan pengetahuan investor mengenai analisis pembentukan
portofolio saham optimal.
3. Pemilihan strategi portofolio saham yang kurang tepat, sehingga
berdampak terhadap return dan risiko yang diterima investor.
4. Hasil penelitian terdahulu mengenai optimalisasi portofolio saham
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan dan agar
penelitian tidak menyimpang dari tujuan penelitian, maka permasalahan
yang dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada penggunaan Single Index Model sebagai strategi portofolio aktif dan juga menggunakan indeks LQ-45 sebagai strategi portofolio pasif.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan pembahasan masalah tersebut
maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana komposisi portofolio saham indeks LQ-45 yang termasuk
dalam portofolio optimal strategi aktif dan strategi pasif?
2. Berapa besarnya proporsi dana yang harus diinvestasikan pada
masing- masing saham indeks LQ-45 yang termasuk dalam portofolio
optimal strategi aktif dan strategi pasif?
3. Berapa jumlah return dan risiko dari masing-masing portofolio saham
indeks LQ-45 yang menggunakan strategi aktif dan strategi pasif?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalahan tersebut maka
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui komposisi portofolio saham indeks LQ-45 yang
2. Untuk mengetahui besarnya proporsi dana yang harus diinvestasikan
pada masing- masing saham indeks LQ-45 yang termasuk dalam
portofolio optimal aktif dan pasif.
3. Untuk mengetahui jumlah return dan risiko dari masing-masing portofolio saham indeks LQ-45 yang menggunakan strategi aktif dan
strategi pasif.
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi Investor dan calon investor
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi investor
dan calon investor yang akan berinvestasi di pasar modal dan
melakukan diversifikasi portofolio serta membantu investor membuat
keputusan akan penggunaan strategi portofolio saham mana yang
terbaik.
2. Bagi Akademisi
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana pengembangan
wawasan mengenai implementasi strategi aktif dan pasif dalam
3. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan untuk perusahaan-
perusahaan yang tergabung dalam Indeks LQ-45 untuk meningkatkan
kinerjanya, sehingga akan selalu menjadi incaran investor dan calon
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Investasi
Pengertian investasi yang lebih luas membutuhkan kesempatan
produksi yang efisien untuk mengubah satu unit konsumsi yang ditunda
untuk dihasilkan menjadi lebih dari satu unit konsumsi mendatang.
Dengan demikian, investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan
konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien
selama periode waktu tertentu (Hartono, 2014). Selanjutnya Hartono
menjelaskan bahwa investasi ke dalam aktiva keuangan dapat berupa
investasi langsung dan investasi tidak langsung. Investasi langsung
dilakukan dengan membeli langsung aktiva keuangan dari suatu
perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara yang lain. Sebaliknya
investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli saham dari
perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva keuangan
Hartono (2014) menggambarkan investasi langsung dan tidak
langsung sebagai berikut:
Gambar 1. Investasi Langsung dan Tidak Langsung
Seorang investor harus dapat memperkirakan berapa keuntungan yang
diharapkan dan seberapa jauh kemungkinan hasil yang sebenarnya nanti
akan menyimpang dari hasil yang diharapkan. Investasi di pasar modal
memiliki sifat high risk high return, dimana investor berkemungkinan
mendapatkan return investasi yang tinggi namun di sisi lain ada
kemungkinan loss yang juga tidak kalah tinggi. Untuk meminimalisir
risiko, seorang investor harus melakukan diversifikasi portofolio saham
dan juga memahami proses investasi. Husnan (1996) berpendapat, bahwa
proses investasi menunjukan bagaimana pemodal seharusnya melakukan
investasi dalam sekuritas, yaitu memilih sekuritas apa yang akan dipilih,
seberapa banyak investasi tersebut dan kapan investasi tersebut akan
dilakukan.
Investor Perusahaan
investasi
Aktiva keuangan
Investasi langsung
Investasi langsung Investasi tidak
Untuk mengambil keputusan tersebut diperlukan langkah- langkah
sebagai berikut (Husnan, 1996):
a. Menentukan kebijakan investasi
Seorang pemodal perlu menentukan apa tujuan investasinya, dan
berapa banyak investasi tersebut akan dilakukan. Karena ada
hubungan positif antara risiko dan keuntungan investasi, maka
pemodal tidak dapat mengatakan bahwa tujuan investasinya adalah
untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.
b. Analisis sekuritas
Dalam tahap ini seorang investor harus melakukan analisis
terhadap individual (sekelompok) sekuritas. Ada dua filosofi dalam
melakukan analisis sekuritas. Pertama adalah mereka yang
berpendapat bahwa ada sekuritas yang mispriced (harganya salah,
mungkin terlalu tinggi, mungkin terlalu rendah), sedangkan yang
kedua adalah mereka yang berpendapat bahwa harga sekuritas adalah
wajar.
c. Pembentukan portofolio
Portofolio berarti sekumpulan investasi. Tahap ini menyangkut
identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa
proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas
tersebut, dan melakukan diversifikasi untuk mengurangi risiko yang
d. Melakukan revisi portofolio
Tahap ini merupakan pengulangan terhadap tiga tahap
sebelumnya, yakni apabila dirasa bahwa portofolio yang dimiliki
sekarang tidak lagi optimal, maka investor dapat melakukan
perubahan terhadap sekuritas-sekuritas yang membentuk portofolio
tersebut.
e. Evaluasi kinerja portofolio
Tahap ini investor melakukan penilaian terhadap kinerja
(performance) portofolio, baik dalam aspek tinkat keuntungan yang
diperoleh maupun risiko yang ditanggung.
2. Return
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat
berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasian yang
belum terjadi tetapi diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Return
realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Return
realisasi dihitung menggunakan data historis. Return ekspektasian
(expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh
investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang
sifatnya sudah terjadi, return ekspektasian sifatnya belum terjadi (Hartono,
2010). Return sendiri terdiri dari dua komponen: (1) yield yaitu
pendapatan atau arus kas yang diperoleh secara periodik, seperti bunga
…(2.1)
…(2.2) penurunan harga (perubahan harga asset) yang dapat memberikan
keuntungan pada investor.
Penjumlahan yield dan capital gain disebut sebagai return total dalam
suatu investasi. Rumus return total dalam dilakukan dengan cara:
Ri = Pt −Pt−1+Dt
Pt
−1
Keterangan:
Ri = return saham
Pt = harga saham pada saat t
Pt
−1 = harga saham saat t-1
Dt = dividen kas pada akhir periode
Return realisasi portofolio (portofolio realized return) merupakan
rata-rata tertimbang dari return realisasi masing-masing sekuritas tunggal
di dalam portofolio tersebut. Secara matematis, return realisasi portofolio
dapat ditulis sebagai berikut (Hartono, 2013):
Rp = (Wi⋅Ri) i=1
n
∑
Selanjutnya Hartono juga menjelaskan bahwa return ekspektasi
…(2.3) return- return ekspektasi masing-masing sekuritas tunggal di dalam
portofolio. Return ekspektasi portofolio dapat dinyatakan secara
matematis sebagai berikut :
E(Rp)= (wi⋅ i=1 n
∑
E(Ri))Keterangan:
E(Rp) = return ekspektasi dari portofolio
wi = proporsi dari sekuritas i terhadap seluruh sekuritas di
portofolio
E(Ri) = return ekspektasi dari sekuritas i
n = jumlah dari sekuritas tunggal
3. Risiko
Risiko adalah kerugian yang dihadapi oleh para investor (Fabozzi,
1995). Risiko merupakan kemungkinan terjadinya peristiwa yang tidak
menguntungkan (Brigham dan Weston, 1990). Risiko juga didefinisikan
sebagai kemungkinan penyimpangan atau variabilitas actual return suatu
Menurut Gitman (2003), secara garis besar terdapat dua macam resiko
yang dihadapi oleh perusahaan yaitu:
a. Business Risk, yaitu kemungkinan sebuah perusahaan tidak dapat
membayar biaya operasionalnya. Tingkat risiko ini dipengaruhi oleh
stabilitas pendapatan perusahaan dan struktur biaya operasionalnya.
b. Financial Risk, yaitu kemungkinan perusahaan tidak dapat memenuhi
kewajiban keuangannya. Tingkat risiko ini dipengaruhi oleh perkiraan
arus kas yang akan diterima oleh perusahaan dan kewajiban
pembiayaan keuangan yang bersifat tetap.
Sedangkan sumber risiko yang dapat mempengaruhi besarnya risiko
investasi antara lain (Gitman, 2003):
a. Risiko tingkat bunga
Risiko yang disebabkan perubahan tingkat suku bunga terutama jika
terjadi kenaikan. Interest rate risk mempengaruhi obligasi secara
langsung dibandingkan common stock.
b. Risiko inflasi
Faktor yang memengaruhi semua sekuritas adalah risiko daya beli
atau berkurangnya kemampuan membeli investasi.
c. Risiko bisnis
Risiko yang ada ketika melakukan suatu usaha/bisnis dalam industri
d. Risiko finansial
Risiko ini berhubungan dengan penggunaan utang oleh perusahaan.
Besarnya proporsi aset oleh pembiayaan hutang dan besarnya
variabilitas return adalah sama.
e. Risiko manajemen
Risiko yang muncul karena kesalahan atau kekeliruan dalam
pengelolaan.
f. Risiko likuiditas
Risiko likuiditas ini berhubungan dengan pasar sekunder dalam
perdagangan sekuritas. Suatu investasi yang dapat dibeli atau dijual
secara cepat dan tanpa harga yang signifikan biasanya bersifat likuid,
semakin tidak menentunya elemen waktu dan konsesi (kelonggaran)
harga, semakin besar liquidity risk- nya.
g. Risiko nilai tukar
Risiko yang disebabkan oleh fluktuasi mata uang.
h. Risiko negara (disebut juga country risk)
Dengan banyaknya investor yang berinvestasi secara internasional,
baik secara langsung ataupun tidak langsung, stabilitas dan
kelangsungan hidup ekonomi suatu negara perlu dipertimbangkan.
Risiko dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu risiko sistematis dan
risiko tidak sistematis. Risiko sistematis merupakan risiko yang tidak
dapat didiversifikasi, karena risiko ini dipengaruhi oleh keadaan pasar.
dengan diversifikasi, karena risiko ini berasal dari masing-masing
perusahaan (Halim, 2015). Risiko diukur berdasarkan penyebaran di
sekitar rata-rata atau biasa disebut dengan standar deviasi (deviation
standard), mengukur penyimpangan nilai-nilai actual return dengan nilai
mean atau expected return. Risiko dari realized return diukur
menggunakan standar deviasi, sedangkan risiko dari expected return
diukur dengan variance.
4. Capital Asset Pricing Model
Capital Asset Pricing Model (CAPM) pertama kali diperkenalkan oleh
Sharpe, Lintner, dan Mossin pada pertengahan tahun 1960-an. Melakukan
estimasi atau perkiraan terhadap besarnya return sekuritas merupakan hal
yang harus dilakukan oleh para investor. Investor harus mengetahui
hubungan antara besarnya return dengan risiko yang terdapat pada
sekuritas. Model estimasi yang tepat digunakan yaitu dengan Capital Asset
Pricing Model (CAPM). CAPM bertujuan untuk menentukan besarnya
tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dari investasi
yang berisiko. Selain itu, CAPM dapat membantu investor dalam
menghitung risiko yang tidak dapat didiversifikasi dalam suatu portofolio
dan membandingkan dengan tingkat pengembalian (return).
CAPM adalah model yang menghubungkan tingkat return harapan
dari suatu aset berisiko dengan risiko dari aset tersebut pada kondisi pasar
yang seimbang (Tandelilin, 2010). Hartono (2016) juga mengemukakan
harga-harga aktiva dalam keadaan ekuilibrium. Berdasarkan definisi para ahli di
atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa CAPM adalah suatu model
untuk mengestimasi return yang diperoleh terhadap sekuritas yang berisiko yang hanya dapat digunakan untuk jangka waktu pendek dan
dalam kondisi perekonomian yang stabil.
a. Fungsi Utama Capital Asset Pricing Model (CAPM) Fungsi utama dari CAPM menurut Zubir (2011) yaitu :
1) Sebagai tolak ukur (benchmark) dalam mengevaluasi tingkat pengembalian (rate of return) suatu investasi.
2) Membantu dalam menduga atau memprediksi expected return
suatu aset yang tidak atau belum diperdagangkan di pasar.
b. Asumsi yang Digunakan dalam CAPM
Asumsi merupakan salah satu cara untuk menyederhanakan suatu hal
yang kompleks. Asumsi-asumsi tiap orang berbeda tergantung cara
pandang seseorang terhadap suatu hal. Asumsi dasar dari metode
CAPM adalah sifat dari masa depan sama dengan masa lalu dan hanya
dapat digunakan dalam kondisi perekonomian yang stabil.
Asumsi-asumsi yang digunakan pada model CAPM menurut Hartono (2009)
yaitu :
1) Semua investor mempunyai cakrawala waktu satu periode yang
sama, investor memaksimumkan kekayaan dengan
2) Semua investor melakukan pengambilan keputusan investasi berdasarkan pertimbangan antara nilai return ekspektasi dan standar deviasi return dari portofolionya.
3) Semua investor mempunyai harapan yang seragam (homogeneus expectation) terhadap faktor-faktor input yang digunakan untuk keputusan portofolio. Faktor-faktor input yang digunakan adalah return ekspektasi (expected return), varian dari return dan kovarian antara return sekuritas.
4) Semua investor dapat meminjamkan sejumlah dananya (lending) atau meminjam (borrowing) sejumlah dana dengan jumlah yang tidak terbatas pada tingkat suku bunga bebas risiko.
5) Penjualan pendek (short sale) diizinkan.
6) Semua aktiva dapat dipecah-pecah menjadi bagian yang lebih kecil dengan tidak terbatas. Ini berarti bahwa dengan nilai terkecil pun investor dapat melakukan investasi dengan harga yang berlaku.
7) Semua aktiva dapat dipasarkan secara likuid sempurna.
8) Tidak ada biaya transaksi. Penjualan atau pembelian aktiva tidak dikenai biaya transaksi.
9) Tidak terjadi inflasi.
…(2.4) 11)Investor adalah penerima harga (price-takers). Investor individual tidak dapat mempengaruhi harga dari suatu aktiva dengan kegiatan membeli atau menjual aktiva tersebut.
12)Pasar modal dalam kondisi ekuilibrium.
13)Membantu dalam menduga atau memprediksi expected return suatu aset yang tidak atau belum diperdagangkan di pasar.
Metode CAPM mengasumsikan bahwa semua investor mempunyai harapan umum yang sama. Metode CAPM merupakan model keseimbangan yang menggambarkan hubungan risiko dan return secara lebih sederhana, karena menggunakan variabel beta untuk menggambarkan risiko, dalam keadaan ekuilibirium hasil return yang disyaratkan (required return) oleh investor untuk suatu saham akan dipengaruhi oleh saham tersebut. Ekuilibirium pasar yaitu kondisi pasar pada saat harga-harga aktiva berada di tingkat yang tidak memberikan insentif lagi untuk melakukan perdagangan spekulatif (Hartono, 2016). Return harapan dari suatu sekuritas dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
E
(R
i)
=
R
f+
β
i(
E
(R
m)
−
R
f)
(Hartono, 2016)
Keterangan :
E(Ri) = expected return saham i
E(Rm) = expected return pasar βi = koefisien beta sekuritas
c. Hubungan Risiko dan Return dalam Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Hubungan antara besarnya risiko serta return yang diperoleh dengan metode CAPM dapat dilihat dari garis pasar modal (GPM) atau
Market Capital Line (CML) dan juga garis pasar sekuritas (GPS) atau
Security Market Line (SML). Keadaan equilibrium pasar yang berhubungan dengan return ekspektasi dan risiko dapat digambarkan oleh Capital Market Line (CML), sedangkan untuk sekuritas individual hubungan antara return ekspektasi dan risiko dapat digambarkan oleh Security Market Line (SML)
1) Capital Market Line (CML)
Garis pasar modal adalah garis yang menunjukan semua
kemungkinan kombinasi portofolio efisien yang terdiri dari
aktiva- aktiva berisiko dan aktiva bebas risiko” (Hartono, 2016).
Gambar 2. Capital Market Line
(Hartono, 2016)
Keterangan:
E(Rp)= expected return portofolio
E(R
m)= expected return pasar
Rf = risk free rate
σm = risiko pasar
σp = risiko portofolio dari return portofolio yang berada dalam
GPM
2) Security Market Line (SML)
Garis pasar sekuritas adalah garis yang menunjukan trade-off
antara risiko dan return ekspektasian untuk sekuritas individual
(Hartono, 2016). Garis Pasar Sekuritas atau Security Market Line
(SML) merupakan penggambaran secara grafis dari model
Rf Risiko portofolio pasar
E(Rm)
E(Rp) Garis
Pasar Modal
σ
m σpGambar 3. Security Market Line
(Hartono, 2016) Keterangan:
E(Ri)= expected return sekuritas i
E(Rm)= expected return pasar Rf = risk free rate
β = risiko sekuritas portfolio
d. Pengelompokan Saham Efisien dan Keputusan Investasi Saham
Berdasarkan Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Pengelompokan saham yang efisien harus menjadi prioritas utama dalam keputusan investasi yang dilakukan karena hanya saham- saham efisien saja yang dapat dibeli. Hal tersebut dapat terjadi karena saham-saham efisien menawarkan return lebih besar dari pada expected return. Kelompok saham yang efisien jika dilihat pada Security Market Line (SML) maka terlihat bahwa saham yang efisien terdapat digaris Security Market Line (SML). Menurut Tandelilin
E
(
R
i)
E
(
R
m)
R
fβ
SML(2010) saham yang efisien adalah saham-saham dengan tingkat
pengembalian individu lebih besar dari tingkat pengembalian yang
diharapkan [Ri>E(Ri)]. Fahmi dan Yovi (2009), membagi keputusan
investasi terhadap saham yang efisien maupun tidak efisien menjadi:
1) Efisien atau good
Keputusan yang diambil oleh investor adalah mengambil atau
membeli saham. Keadaan ini menunjukkan bahwa tingkat
pengembalian individu (Ri) lebih besar daripada tingkat
pengembalian yang diharapkan [E(Ri)], dengan kata lain harga
saham mengalami underpriced atau undervalue. Undervalue
adalah suatu kondisi di mana harga sekuritas tersebut lebih rendah
dari harga sekuritas pasar atau harga wajar. Pada saat harga turun,
investor akan membeli, kemudian pada saat harga naik investor
akan menjualnya kembali.
2) Tidak Efisien atau Not Good
Keputusan yang diambil oleh investor adalah menjual saham
sebelum harga saham turun. Keadaaan ini menunjukkan bahwa
tingkat pengembalian individu (Ri) lebih kecil daripada tingkat
pengembalian yang diharapkan [E(Ri)], dengan kata lain harga
saham mengalami overpriced atau overvalue. Overvalue adalah
suatu kondisi dimana harga sekuritas tersebut lebih tinggi dari
5. Portofolio
Menurut Hartono (2014), portofolio adalah suatu kumpulan aktiva
keuangan dalam suatu unit yang dipegang atau dibuat oleh seorang
investor, perusahaan institusi, atau institusi keuangan. Portofolio dibentuk
dari berbagai kombinasi aktiva berisiko dan aktiva tidak berisiko yang
terdapat di pasar modal. Kombinasi tersebut dapat mencapai jumlah yang
tidak terbatas, karena itu terdapat kemungkinan portofolio mana yang akan
dipilih oleh investor. Investor yang berpikir secara rasional akan memilih
portofolio yang optimal. “Portofolio optimal dapat ditentukan dengan
menggunakan model Markowitz atau dengan model indeks tunggal. Untuk
menentukan portofolio yang optimal dengan model-model ini yang
pertama kali dibutuhkan adalah portofolio yang efisien” (Hartono, 2010).
a. Portofolio Efisien
Portofolio efisien (efficient portfolio) dapat didefinisikan sebagai
“Portofolio yang memberikan return ekspektasian terbesar dengan risiko
yang tertentu atau memberikan risiko yang terkecil dengan return
ekspektasian tertentu” (Hartono, 2010). Secara rasional investor akan
memilih portofolio efisien karena portofolio efisien adalah portofolio yang
dibentuk dari optimalisasi satu dari dua dimensi yaitu, return ekspektasian
dan risiko portofolio. Berdasarkan definisi di atas, portofolio efisien
merupakan portofolio yang mampu memberikan return yang lebih tinggi
pada tingkat risiko yang sama atau mampu memberikan return yang sama
Sharpe, Alexander dan Bailey (2000) mengatakan kunci mengapa
investor hanya perlu melihat portofolio terletak dalam teorema efficient set
yang menyatakan investor akan memilih portofolio yang optimal dari
sejumlah portofolio yang: (1) menawarkan ekspektasi return maksimum
untuk berbagai tingkat risiko; (2) menawarkan risiko yang minimum untuk
berbagai tingkat ekspektasi return. Sejumlah portofolio yang memenuhi
dua kondisi ini disebut efficient set atau efficient frontier. Portofolio yang
efisien adalah portofolio yang memberikan return ekspektasi terbesar
dengan risiko tertentu, atau memberikan risiko yang terkecil dengan return
ekspektasi tertentu. Portofolio yang efisien dapat ditentukan dengan
memilih tingkat return ekspektasi tertentu dan kemudian meminimumkan
risikonya atau menentukan tingkat risiko yang tertentu dan kemudian
memaksimumkan return ekspektasinya (Tandelilin, 2001).
Investor dapat memilih kombinasi dari aktiva-aktiva untuk
membentuk portofolionya. Seluruh set yang memberikan kemungkinan
portofolio yang dapat dibentuk dari kombinasi aktiva-aktiva yang tersedia
disebut dengan opportunity set atau attainable set. Semua titik di
attainable set menyediakan semua kemungkinan portofolio baik yang
efisien maupun yang tidak efisien yang dapat dipilih oleh investor.
Kumpulan dari portofolio yang efisien inilah yang disebut dengan efficient
set atau effisien frontier (Hartono, 2003). Fabozzi (1999) menggambarkan
Gambar 4. Portofolio Efisien dan Tidak Efisien
(Fabozzi, 1999)
Pada gambar di atas, garis I, II, dan III merupakan serangkaian portofolio yang mungkin dibentuk (attainable set). Portofolio efisien
terletak pada titik II hingga III, sedangkan titik I bukan merupakan
portofolio efisien karena dengan tingkat risiko yang sama, portofolio tersebut menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih rendah.
b. Portofolio Optimal
Portofolio optimal merupakan portofolio dengan kombinasi yang terbaik (Hartono, 2010). Portofolio optimal dapat ditentukan dengan
menggunakan model Markowitz atau menggunakan single index model
(model indeks tunggal) yang merupakan penyederhanaan dari model
Gambar 5. Kurva Portofolio Optimal
(Abdul Halim, 2003)
Pada gambar 2 tersebut, portofolio optimal investor A terletak pada titik X dengan tingkat kepuasan sebesar IC-A. Portofolio optimal investor A terletak pada titik X karena portofolio tersebut menawarkan ER (Expected Return) dan risiko yang sesuai dengan preferensi investor. Investor A dikatakan tidak rasional apabila memilih portofolio Y, karena portofolio tersebut memberikan ER lebih rendah dengan risiko yang sama, sehingga portofolio Y tidak terletak pada EF (Efficient Frontier). Selain itu, tingkat kepuasan yang diberikan oleh portofolio Y sebesar IC- A1 lebih rendah dari IC-A.
bersinggungan dengan efficient frontier pada titik W. Artinya, portofolio
optimal bagi investor tersebut terletak pada titik W, karena portofolio
tersebut menawarkan ER dan risiko yang sesuai dengan preferensinya.
6. Strategi Portofolio
Tandelilin (2010) berpendapat, bahwa dalam investasi portofolio
saham, berbagai strategi akan digunakan investor untuk memperoleh
kinerja yang sebanding atau melebihi kinerja pasar. Ada dua strategi yang
dapat dipilih investor dalam membentuk portofolio saham, yaitu strategi
portofolio aktif dan strategi portofolio pasif. Strategi portofolio aktif pada
dasarnya akan meliputi tindakan investor secara aktif dalam melakukan
pemilihan dan jual beli saham, mencari informasi, mengikuti waktu dan
pergerakan harga saham serta berbagai tindakan aktif lainnya untuk
menghasilkan abnormal return.
Dalam investasi portofolio saham dengan strategi aktif, berbagai cara
akan dilakukan investor untuk memperoleh return yang sebanding atau
melebihi return pasar. Tujuan strategi aktif adalah mencapai return
portofolio saham yang melebihi return portofolio saham dengan strategi
pasif. Ada tiga strategi yang biasa dipakai investor dalam menjalankan
strategi aktif portofolio (Tandelilin, 2010):
a. Pemilihan saham
Strategi ini merupakan strategi yang paling banyak digunakan dan
paling rasional. Dalam hal ini, investor secara aktif melakukan analisis
hubungan tingkat return-risiko yang terbaik dibanding alternatif
lainnya
b. Rotasi sektor
Strategi ini biasanya dilakukan oleh investor yang berinvestasi
pada saham-saham di dalam negeri saja, yakni dengan cara melakukan
investasi pada saham perusahaan yang bergerak pada sektor tertentu
untuk mengantisipasi perubahan siklis ekonomi dikemudian hari dan
juga melakukan modifikasi.
c. Momentum harga
Investor akan mencari momentum atau waktu yang tepat, pada saat
perubahan harga yang terjadi dapat memberikan keuntungan bagi
investor melalui tindakan menjual atau membeli saham.
Strategi pasif biasanya meliputi tindakan investor yang cenderung
pasif dalam berinvestasi pada saham dan hanya mendasarkan pergerakan
sahamnya pada pergerakan indeks pasar. Strategi yang dipakai dalam
strategi pasif portofolio saham meliputi strategi beli dan tahan (buy and
hold strategy) dan strategi mengikuti indeks (indexing strategy)
(Tandelilin, 2010).
a. Strategi beli dan simpan (buy and hold strategy)
Strategi ini pada dasarnya sama dengan strategi beli dan simpan dalam
portofolio obligasi. Dalam strategi ini investor membeli sejumlah
saham dan tetap memegangnya untuk beberapa waktu tertentu. Tujuan
tambahan lainnya yang terlalu tinggi. Dalam hal ini investor percaya
bahwa return yang akan diperoleh dari penerapan strategi ini tidak
akan jauh berbeda dengan investor yang secara strategi aktif membeli
dan menjual saham. Pada transaksi ini investor sangat
mempertimbangkan biaya transaksi dan biaya lainnya dalam
melakukan portofolio saham.
b. Strategi Mengikuti Indeks (Indexing Strategy)
Strategi mengikuti indeks ini dalam praktiknya dapat digambarkan
sebagai pembelian instrumen reksadana atau dana pensiun oleh
investor. Dengan membeli reksadana, investor berharap bahwa kinerja
investasinya pada kumpulan saham-saham dalam instrumen reksadana
sudah merupakan duplikasi dari kinerja indeks pasar. Dengan kata lain
investor berharap akan memperoleh return yang sebanding dengan
return pasar. Membeli reksadana juga akan menguntungkan bagi
investor karena biaya transaksi, biaya pencarian informasi, dan komisi
konsultasi analisis menjadi lebih rendah.
7. Model Indeks Tunggal
Bentuk strategi aktif yang paling tradisional sekaligus populer adalah
seleksi saham individual yang diidentifikasi menawarkan karakteristik
return-risk terbaik. Saham dipilih berdasarkan analisis sekuritas
fundamental dan analisis teknikal. Analisis teknikal adalah sebuah metode
untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harga
analisis teknikal adalah single index model. Model indeks tunggal atau
single index model merupakan salah satu metode yang digunakan untuk
menentukan portofolio optimal. Model ini merupakan bentuk
penyederhanaan dari model Markowitz. Single index model didasarkan
pada pengamatan bahwa harga dari suatu sekuritas berfluktuasi searah
dengan indeks harga pasar (Hartono, 2013).
Menurut Bawazier dan Sitanggang (1994), metode indeks tunggal
dapat digunakan dalam penentuan portofolio optimal dengan cara
membandingkan excess return to beta (ERB) dengan cut-off-rate (Ci).
Excess return to beta (ERB) merupakan kelebihan return saham atas
return aset bebas risiko (risk free rate) yang disebut dengan return
premium per unit risiko yang diukur dengan beta. Cut-off-rate (C
i)
merupakan hasil bagi varian pasar dan return premium terhadap variance
error saham dengan varian pasar pada sensitivitas saham individual
terhadap variance error saham.
Konsep penghitungan single index model didasarkan pada model
perhitungan Elton dan Gruber (1995) yaitu dengan cara menentukan
ranking (urutan) saham- saham yang memiliki ERB tertinggi ke ERB yang
lebih rendah. Pemeringkatan bertujuan untuk mengetahui kelebihan return
saham terhadap return bebas risiko per unit risiko. Saham-saham yang
mempunyai excess return to beta (ERB) sama dengan atau lebih besar dari
cut-off-point (C*) merupakan kandidat dalam pembentukan portofolio.
kandidat saham yang masuk dalam portofolio optimal. Investor akan
memilih saham-saham terpilih (ERB>C*) untuk disusun ke dalam
portofolio optimal. Selanjutnya investor menentukan proporsi dana yang
diinvestasikan dalam portofolio optimal dengan menghitung skala
tertimbang tiap sahamnya.
8. Efficiency Market Hypothesis
Fama (1970) memberikan pengertian bahwa konsep pasar yang efisien
berarti harga saham yang sekarang mencerminkan segala informasi yang
ada. Hal ini berarti bahwa informasi baik dari informasi masa lalu,
sekarang dan ditambah oleh informasi dari perusahaan itu sendiri (insider
information). Efficient Market Hypothesis memiliki tiga asumsi, yaitu (Shleifer, 2000):
a. Investor diasumsikan akan berlaku rasional sehingga akan menilai
saham secara rasional.
b. Beberapa investor akan berlaku tidak rasional tetapi perilaku mereka
dalam melakukan transaki perdagangan bersifat acak (random)
sehingga pengaruhnya adalah saling menghilangkan dan tidak
mempengaruhi harga.
c. Investor arbiter yang berlaku rasional akan mengurangi pengaruhdari
perilaku investor yang tidak rasional pada harga di pasar modal.
Investor yang berlaku rasional akan menilai saham berdasarkan nilai
fundamental yaitu nilai sekarang (net present value) dari pengembalian
tingkat risiko saham tersebut. Ketika investor mengetahui adanya
informasi baru yang akan mempengaruhi nilai fundamental saham maka
mereka akan cepat bereaksi terhadap informasi tersebut dengan
melakukan bid pada harga tinggi ketika informasi bagus (good news) dan
melakukan bid pada harga rendah harga saham ketika informasi buruk
(bad news). Implikasinya adalah harga saham akan selalu mencerminkan
semua informasi yang tersedia secara cepat dan harga saham akan
bergerak ke level harga sesuai nilai fundamental yang baru sehingga bisa
dikatakan bahwa harga saham akan bergerak secara acak (random) dan
tidak bisa diprediksi.
a. Hipotesis Efisiensi Pasar Bentuk Lemah
Hipotesis ini menjelaskan bahwa harga saham telah mencerminkan
semua informasi masa lalu yang tersedia di pasar seperti data harga,
volume perdagangan, atau short interest. Data perdagangan masa lalu
tersebut telah tersedia di pasar dan tidak membutuhkan biaya untuk
mendapatkannya. Semua investor akan berusaha mengambil
keuntungan dengan cara membaca pola data dari data masa lalu jika
data masa lalu tersebut mengandung sinyal yang dapat dipercaya
mengenai hasil masa depan. Implikasinya adalah semua investor akan
mengeksploitasi sinyal tersebut sehingga sinyal tersebut akan
kehilangan nilainya dan akan segera tercermin dalam harga (Bodie
b. Hipotesis Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat
Hipotesis ini menyatakan bahwa semua informasi yang tersedia di
pasar termasuk informasi potensi pertumbuhan perusahaan harus telah
tercermin di dalam harga saham seperti data lini produk, kualitas
manajemen, komposisi laporan keuangan seperti neraca, paten,
proyeksi laba, dan perlakuan akuntansi. Jadi, ketika seluruh informasi
telah diketahui oleh para investor maka refleksinya sudah ada pada
harga saham (Bodie dkk., 2008).
c. Hipotesis Efisiensi Pasar Bentuk Kuat
Hipotesis ini menjelaskan bahwa harga saham telah mencerminkan
semua informasi yang relevan bagi perusahaan termasuk informasi
yang hanya tersediauntuk pihak internal perusahaan (insider) sehingga
walaupun pihak manajemen dan karyawan perusahaan mempunyai
akses untuk mengetahui informasi sebelum informasi tersebut tersedia
di pasar, hal itu tidak memungkinkan mereka untuk mengambil
keuntungan dengan melakukan perdagangan berdasarkan informasi
tersebut karena semua informasi tersebut akan langsung
9. LQ-45
LQ-45 merupakan indeks yang merepresentasikan 45 saham paling
likuid di BEI. Indeks LQ-45 mencakup setidaknya 70% kapitalisasi pasar
dan nilai transaksi di pasar reguler. Kinerja saham LQ 45 dapat diketahui
dari informasi laporan keuangan yang dapat dilihat di website bursa efek
Indonesia, sehingga investor dapat mengetahui kinerja saham-saham yang
terdaftar ke dalam LQ-45. Selain dari faktor kapitalisasi pasar dan juga
likuiditas, penyaringan saham yang masuk dalam indek LQ-45 juga dinilai
dari kondisi keuangan dan juga prospek pertumbuhan perusahaan tersebut
di masa datang. BEI secara reguler mengawasi performa dari
saham-saham yang masuk dalam indeks LQ-45. Indeks ini pertama kali dimulai
pada tanggal 13 Juli 1994 dengan nilai awal 100. Pergantian saham akan
dilaksanakan setiap 6 bulan sekali, yaitu setiap bulan Februari dan bulan
Agustus. Berikut merupakan beberapa faktor pertimbangan saham yang
akan dinilai sebelum masuk ke dalam indeks LQ-45:
a. Saham harus setidaknya tercatat dalam bursa saham selama tiga bulan
terakhir.
b. Performa saham yang akan dinilai dalam pasar reguler termasuk nilai
perdagangan, volume dan juga frekuensi perdagangan.
c. Jumlah hari perdagangan dalam pasar reguler.
B. Penelitian yang Relevan
1. Bayhaki dan Idroes (2016) dengan penelitian mengenai strategi aktif
dan pasif dalam pembentukan portofolio optimal dengan judul
“Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Strategi Aktif dan Pasif
dalam Menentukan Expected Return pada Sektor Konstruksi yang
Terdaftar di Daftar Efek Syariah pada Tahun 2011-2015” yang
menggunakan Single Index Model sebagai strategi aktif dan Model
Indeks sebagai strategi pasif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
portofolio yang menggunakan strategi aktif memiliki return 3,64%
dan risk 1,02%, sementara portofolio yang menggunakan strategi pasif
memiliki return 3,4% dan risk 1,03%.
2. Wahyuningsih (2015) dengan penelitian yang berjudul “Studi
Komparatif Kinerja Portofolio Berdasarkan Strategi Aktif dan Pasif
pada Saham LQ-45 di Bursa Efek Indonesia” periode Januari 2012-
Desember 2014 bertujuan membandingkan performa portofolio yang
menggunakan strategi aktif maupun strategi pasif. Strategi aktif dalam
penelitian ini menggunakan metode Moving Average periode 5 hari &
Moving Average periode 20 hari, sementara strategi pasif
menggunakan metode buy and hold strategy. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ketika pasar bullish, portofolio saham
berdasarkan strategi aktif yang menggunakan analisis teknikal
(moving average) mampu memberikan tingkat keuntungan sebesar
tahan (buy and hold strategy) mampu memberikan tingkat keuntungan
sebesar 744,36% selama periode penelitian
3. Marlina (2015) melakukan penelitian mengenai pembentukan
portofolio optimal dari saham perbankan yang terdaftar dalam Bursa
Efek Indonesia menggunakan metode Single Index Model. Hasil
penelitian menunjukkan terdapat 5 saham yang dapat digunakan
sebagai portofolio optimal yaitu MAYA, MCOR, BACA, BBCA dan
SDRA dengan proporsi dana sebesar 2,77% untuk MAYA, 12,69%
untuk MCOR, 12,85% untuk BACA, 70,04% untuk BBCA, dan
1,64% untuk SDRA
4. Dahlan, dkk (2013) dengan penelitian yang berjudul “Penggunaan
Single Index Model dalam Analisis Portofolio untuk Meminimumkan
Risiko bagi Investor di Pasar Modal” dengan menggunakan indeks
LQ-45 di BEI periode 2010-2012 bertujuan untuk mengetahui
saham-saham Indeks LQ-45 yang dapat dijadikan pembentuk portofolio
optimal dan berapa besarnya proporsi dana serta mengetahui besarnya
expected return dan risiko dari portofolio yang terbentuk. Single Index
Model dipilih dalam penelitian ini sebagai cara atau alat yang dipakai
untuk menentukan portofolio optimal. Hasil dari penelitian ini terpilih
5 saham dari LQ 45 yang menjadi pembentuk portofolio optimal,
yaitu JSMR (29,1%), KLBF (28%), UNVR (20,4%), GGRM (14,2%),
dan INCO (8,36%). Portofolio optimal berdasarkan Single Index