• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 - Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi suntik pada pasangan usia subur (PUS) di Kelurahan Losung Kecamatan Padangsidimpuan Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 - Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi suntik pada pasangan usia subur (PUS) di Kelurahan Losung Kecamatan Padangsidimpuan Selatan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

bangsa Indonesia yang maju, mandiri, sejahtera, berkeadilan, berdasarkan iman dan

takwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Sesuai tujuan yang tercantum dalam alinea

keempat Pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa hakikat pembangunan nasional

adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, menciptakan kesejahteraan umum,

melindungi seluruh tumpah darah Indonesia, dan membantu melaksanakan ketertiban

dunia dan perdamaian abadi.

Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang

bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,

sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara

sosial dan ekonomis (Depkes RI,2012).

Penduduk sebagai modal dasar dan faktor dominan pembangunan harus

menjadi titik sentral dalam pembangunan berkelanjutan karena jumlah penduduk

yang besar dengan kualitas rendah dan pertumbuhan yang cepat akan memperlambat

tercapainya kondisi yang ideal antara kuantitas dan kualitas penduduk dengan daya

dukung dan daya tampung lingkungan. Keberhasilan dalam mewujudkan

pertumbuhan penduduk yang seimbang dan mengembangkan kualitas penduduk serta

(2)

masyarakat untuk lebih maju, mandiri, dan dapat berdampingan dengan bangsa lain

dan dapat mempercepat terwujudnya pembangunan berkelanjutan (UU No. 52 tahun

2009)

Jumlah penduduk yang besar, penyebaran yang tidak merata, struktur umur

yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok

dalam bidang kependudukan. Pertumbuhan penduduk yang cepat mempersulit usaha

peningkatan kesejahteraan rakyat di bidang pangan, lapangan kerja, pendidikan,

kesehatan, perumahan dan lain-lain (BKKBN, 2003).

Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia terus meningkat dengan cepat.

Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2005 yang berjumlah 218,9 juta jiwa

meningkat dengan pesat menjadi 237,6 juta jiwa pada tahun 2010. LPP tahun 2000

sampai 2010 sebesar 1,49% atau naik dibandingkan dekade sebelumnya, 1990-2000

yang sebesar 1,45% (BPS,2011). Jumlah penduduk Indonesia diperkirakan akan

mencapai 1 miliar orang pada tahun 2100. Bahkan jumlah tersebut bisa meningkat

bila tidak dikendalikan (BKKBN).

Usaha untuk menekan laju pertumbuhan penduduk yakni melalui program

Keluarga Berencana (KB). Program Keluarga Berencana memiliki implikasi yang

tinggi terhadap pembangunan kesehatan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif karena

KB memiliki posisi yang strategis dalam upaya pengendalian laju pertumbuhan

penduduk melalui kelahiran dan pendewasaan usia perkawinan, maupun pembinaan

ketahanan dan peningkatan kesejahteraan keluarga (Suratun dkk, 2008).

Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya

(3)

tahun 2015. Keluarga berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju,

mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab,

harmonis dan bertaqwa. Dalam paradigma baru program Keluarga Berencana ini,

misinya sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi,

sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga.

Berdasarkan visi dan misi tersebut, program Keluarga Berencana Nasional

mempunyai konstribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk.

Konstribusi Program Keluarga Berencana Nasional tersebut dapat dilihat pada

pelaksanaan Program Making Pragnancy Safer (MPS) di Indonesia 2001-2010 adalah

bahwa setiap kehamilan harus merupakan kehamilan yang diinginkan. Untuk

mewujudkan pesan kunci tersebut, Keluarga Berencana merupakan upaya pelayanan

kesehatan preventif yang paling dasar dan utama (Saifuddin, 2006).

Layanan Keluarga Berencana seyogianya dipandang sebagai layanan

kesehatan reproduktif bagi wanita dalam konteks yang lebih luas. Seluruh tujuan

setiap program yang menangani masalah kesehatan reproduktif wanita harus dapat

memberikan kontribusi bagi peningkatan kesehatan dan kesejahteraan wanita.

Penyediaan ragam metode kontrasepsi yang sesuai bagi wanita dan pria merupakan

bagian integral dari program perawatan kesehatan reproduktif yang menyeluruh

(Brahm, 2007).

Program keluarga berencana merupakan usaha langsung yang bertujuan

mengurangi tingkat kelahiran melalui penggunaan alat kontrasepsi yang lestari.

Berhasil tidaknya pelaksanaan pogram keluarga berencana akan menentukan pula

(4)

Meskipun program KB dinyatakan cukup berhasil di Indonesia, namun dalam

pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan-hambatan. Dari hasil

penelitian diketahui alasan dikemukakan oleh wanita yang menggunakan kontrasepsi

. Alasan yang cukup menonjol adalah karena masalah kesehatan yang ditimbulkan

dari efek samping ber-KB, karena masalah agama dan sosial budaya juga karena

alasan yang berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi (BKKBN, 2010).

Strategi dalam pelayanan kontrasepsi yang dikembangkan selama ini selalu

mengarah kepada pemakaian Metode Kontrasepsi yang Efektif Terpilih atau disebut juga

MKET yang terdiri dari Intra Uterine Device (IUD), Suntik, Susuk dan Kontrasepsi

Mantap atau Kontap (BPS, 2005).

Berdasarkan data dari SDKI 2012, angka pemakaian kontrasepsi (contraceptive

prevalence rate atau CPR) mengalami peningkatan dari 57,4% pada tahun 1997 menjadi 60,3% pada tahun 2003. Pada tahun 2007 angka CPR sebesar 61,4% dan

pada tahun 2012 meningkat menjadi 61,9% . Sementara angka TFR (Total Fertility

Rate) relatif stagnan di angka 2,6 dari tahun 2003 sampai 2012. Pola pemakaian

kontrasepsi yang paling banyak adalah dengan metode suntik yang mencapai 48,47% .

Persentase pemakaian metode IUD (11,28%) , Pil (25,81%) , MOW (3,49%) ,

Kondom (2,96%) , Implan (8,82%).

Secara nasional pelayanan KB pada bulan Januari 2013 adalah sebanyak

657.724 peserta. Apabila dilihat per mix kontrasepsi maka persentasenya adalah

sebagai berikut : 52.543 peserta IUD (7,99%), 8.415 peserta MOW (1,28%), 50.042

(5)

(26,22%), 1.019 peserta MOP (0,15%) dan 39.089 peserta kondom (5,94%) (BKKBN,

2013).

Pada bulan Februari 2013 terjadi peningkatan pelayanan KB, pelayanan KB

menjadi sebanyak 663.254 peserta. Apabila dilihat per mix kontrasepsi maka

persentasenya adalah sebagai berikut : 52.321 peserta IUD (7,89%), 9.870 peserta

MOW (1,49%), 49.577 peserta implant (7,47% ), 334.217 peserta suntikan (50,39%),

176.516 peserta pil (26,61%), 1.691 peserta MOP (0,25%) dan 39.062 peserta

kondom (5,89%) (BKKBN, 2013)

Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2007, jumlah

penduduk Sumatera Utara terdiri dari 12.911.511 jiwa. Jumlah PUS terdiri dari

1.863.147 jiwa. Dari seluruh akseptor KB aktif 1.107.634 orang dengan proporsi

59,45%, yang menggunakan suntik 399.256 orang dengan proporsi 36,04%,

Sedangkan akseptor KB baru terdiri dari 220.892 orang dengan proporsi 11,86%,

yang menggunakan suntik 82.068 orang dengan proporsi 37,15% yang tidak

menggunakan KB suntik 138.824 dengan proporsi 62.85%.

Pada tahun 2008 jumlah PUS Sumatera Utara 2.046.122 orang, Dari seluruh

akseptor KB aktif terdiri dari 1.350.724 orang dengan proporsi 66,01%, penggunaan

KB suntik 448.783 orang dengan proporsi 33,96%. Sedangkan akseptor KB baru

345.271 orang dengan proporsi 16,87% dan yang menggunakan suntik 137.127 orang

dengan proporsi 42,32%. Dari tahun 2007 sampai 2008 terjadi peningkatan

penggunan alat kontrasepsi suntik di Sumatera Utara.

Pada tahun 2011 jumlah PUS Sumatera Utara sebanyak 2.204.567 orang. Dari

(6)

penggunaan KB Suntik 496 .712 orang dengan proporsi 32,9%. Sedangkan akseptor

KB baru 406.638 orang dengan proporsi 18,44% dan yang menggunakan KB suntik

137.499 orang dengan proporsi 33,81%.

Jumlah penduduk Kota Padangsidimpuan pada tahun 2010 sebanyak 191.531

jiwa dengan jumlah PUS 27.214 orang. Peserta KB aktif sebanyak 19.282. Pengguna

KB spiral sebanyak 1.575 orang (8,16%), Pil 5.344 orang (27,7%), Kondom 1.545

orang (8,01%), Suntik 8.113 orang (42,07%), Implan 1.568 orang (8,13%), MOW

1.137 orang (5,89%).

Data yang diperoleh dari BKKBN Kota Padangsidimpuan, jumlah penduduk

di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan pada tahun 2012 adalah 75.049 jiwa dengan

jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 9168 orang. Jumlah peserta KB aktif

6424 orang (70,07%). Jenis kontrasepsi yang digunakan antara lain IUD (9,38%),

MOW (6,24%), Implan (9,8%), Suntik (36,41%), Pil (29,96%), dan Kondom (8,2%).

Kelurahan Losung merupakan salah satu kelurahan dari 12 kelurahan yang

berada dalam wilayah kecamatan Padangsidimpuan Selatan. Jumlah penduduk di

Kelurahan Losung 4701 orang, yang terdiri dari 1202 KK. Data dari Puskesmas

Padangmatinggi bahwa jumlah PUS berjumlah 747 orang dan jumlah peserta KB

aktif 195 orang. Persentase jumlah pemakai kontrasepsi IUD 8,9%, MOW 3,3%,

Implan 14,17%, Suntik 36,58%, Pil 28,27%, dan Kondom 8,78 %.

Berdasarkan data jumlah pemakai alat kontrasepsi di atas, jenis kontrasepsi

suntik lebih banyak digunakan dibandingkan jenis kontrasepsi lainnya. Metode

(7)

Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi yang mengandung hormon

estrogen dan atau progesteron yang diberikan kepada peserta KB untuk mencegah

terjadinya kehamilan (BKKBN, 2007). Komponen estrogen dapat memberikan efek

pertambahan berat badan akibat restensi cairan, sedangkan komponen progestin

memberikan efek pada nafsu makan dan berat badan yang bertambah besar. Selain

kedua hal tersebut, pemakaian kontrasepsi hormonal juga dapat mengganggu

kelancaran haid (Hartanto, 2007).

Setiap metode kontrasepsi memiliki keunggulan dan kelemahan. Tidak ada

satupun metode yang sesuai untuk semua pemakai, dan sebagian metode seyogianya

tidak digunakan oleh kelompok tertentu karena adanya kontra indikasi.

Menurut Green dan Kreuter (2005), determinan prilaku atau tindakan

seseorang dipengaruhi oleh 3 faktor, yakni faktor predisposisi (pengetahuan, sikap,

nilai, kepercayaan, budaya, nilai dan sebagainya), faktor pendukung (tersedia atau

tidaknya fasilitas kesehatan), faktor pendorong (sikap, prilaku, keahlian dan

dukungan petugas).

Syamsiah (2002) mengatakan bahwa faktor sosial budaya adalah semua faktor

yang ada di masyarakat yang mempengaruhi penerimaan suatu jenis alat kontrasepsi

antara lain : sosio-ekonomi, demografi, psiko-sosial, agama dan pengetahuan.

Oleh sebab itu perlu diadakan pengkajian lebih lanjut mengenai faktor yang

melatarbelakangi pemilihan metode kontrasepsi suntik pada pasangan usia subur

(8)

1.2 Permasalahan

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah faktor predisposisi

(pengetahuan dan sikap), faktor enabling (sarana dan prasarana), faktor reinforcing

(peran petugas kesehatan dan dukungan pasangan) berpengaruh dalam pemilihan

metode kontrasepsi suntik pada pasangan usia subur (PUS) di Kelurahan Losung

Kecamatan Padangsidimpuan Selatan.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 `Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode

kontrasepsi suntik pada pasangan usia subur (PUS) di Kelurahan Losung Kecamatan

Padangsidimpuan Selatan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan faktor predisposisi (pengetahuan dan sikap)

dalam pemilihan metode kontrasepsi suntik pada PUS.

2. Untuk mengetahui hubungan faktor enabling (sarana dan prasarana) dalam pemilihan metode kontrasepsi suntik pada PUS.

3. Untuk mengetahui hubungan faktor reinforcing (peran petugas kesehatan, dan dukungan pasangan) dalam pemilihan metode kontrasepsi suntik pada

PUS.

1.4 Manfaat Penelitian

(9)

1. Memberikan masukan bagi Pemerintah Kota Padangsidimpuan dalam

membuat kebijakan yang berkaitan dengan pelayanan Keluarga Berencana

dan penggunaan alat kontrasepsi.

2. Penelitian ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan dan

pengembangan pengetahuan tentang faktor yang berpengaruh dalam

pemilihan alat kontrasepsi suntik pada pasangan usia subur (PUS).

3. Untuk meningkatkan motivasi kepada masyarakat dalam upaya

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini berawal dari rendahnya Keterampilan berhitung siswa mata pelajaran matematika di SDI Sabilil Falah Sukodono Sidoarjo. Proses pembelajaran yang kurang

proses peradilan pidana adalah keterangan saksi dan/atau korban yang.. mendengar, melihat, atau mengalami sendiri terjadinya suatu

Optimasi jadwal pember- sihan bertujuan untuk menentukan berapa banyak pembersihan pada setiap penukar panas dalam periode yang ditinjau, yang dipengaruhi oleh biaya

Mujamm a’ al - Malik Fahd Lit}aba>’at al -Mushaf al-Syari>f yang kini beredar merupakan turunan dari mushaf - mushaf sebelumnya, dengan berbagai perbaikan..

Pengaruh Lama Pengeringan dan Konsentrasi Maltodekstrin Terhadap Karakteristik Fisik Kimia dan Organoleptik Minuman Instan Daun Mengkudu (Morinda citrifolia

A feature of this pattern, that the proportion of embolized large tracheary elements is greater than that of small elements, is even more pronounced in the leaves, where both the

Skripsi tersebut telah melalui proses uji plagiarism dan telah terbukti: terindikasi/tidak terindikasi dari plagiarism.

Dalam penelitian ini peneliti juga berperan sebagai pengamat partisipatif atau pengamat berperan serta agar peneliti dapat mengamati subyek secara langsung sehingga