• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penyederhaan Prosedur Perizinan Bagi Tenaga Kerja Asing Ditinjau Dari Hukum Ketenagakerjaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penyederhaan Prosedur Perizinan Bagi Tenaga Kerja Asing Ditinjau Dari Hukum Ketenagakerjaan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan globalisasi semakin mendorong terjadinya pergerakan aliran modal dan investasi ke berbagai penjuru dunia, terjadi pula migrasi penduduk atau pergerakan tenaga kerja antar negara. Pergerakan tenaga kerja tersebut berlangsung karena investasi yang dilakukan di negara lain pada umumnya membutuhkan pengawasan secara langsung oleh pemilik/investor. Sejalan dengan itu, demi menjaga kelangsungan usaha dan investasinya dan untuk menghindari terjadinya permasalahan hukum serta penggunaan TKA yang berlebihan, maka pemerintah harus cermat menentukan policy yang akan di ambil guna menjaga keseimbangan antara tenaga kerja asing dengan tenaga kerja dalam negeri.1

Globalisasi juga identik dengan proses liberalisasi ekonomi dunia, menjadikan dunia menjadi satu pasar yang bebas dalam melakukan transaksi jual dan beli. Globalisasi juga menghendaki bebasnya pergerakan tenaga kerja (pree personal movement) yang akan mengisi lapangan kerja melewati batas wilayah territorial negaranya.2 Keadaan yang demikian dapat disebut sebagai liberalisasi pasar kerja3

Agusmidah (buku II), Dilematika Hukum Ketenagakerjaan, Tinjauan Politik Hukum, (PT.Sofmedia, 2011), halaman 349.

3

(2)

Pembangunan nasional adalah semua kegiatan untuk tercapainya pembaharuan ke arah yang lebih baik, dan untuk menciptakan masyarakat adil dan makmur. Pada hakekatnya pembangunan nasional merupakan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya.4

Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional tersebut, tenaga kerja merupakan salah satu unsur penunjang yang mempunyai peran yang sangat penting bagi keberhasilan pembangunan. Dalam hal ini kebijaksanaan ketenagakerjaan dalam program pembangunan selalu diusahakan pada terciptanya kesempatan kerja sebanyak mungkin di berbagai bidang usaha yang diimbangi dengan peningkatan mutu dan peningkatan perlindungan terhadap tenaga kerja. Hal ini berlaku pada semua bidang kerja dan bersifat menyeluruh pada semua sektor.

Pembangunan nasional yang penuh tantangan dan persaingan global akan banyak diwarnai oleh persaingan kualitas sumber daya manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Sumber daya manusia berkualitas akan menentukan masa depan bangsa. Pengembangan sumber daya manusia muncul dan merupakan kebutuhan mendesak disemua sektor dan sub sektor pembangunan.

5

ditanggapi pemerintah dengan merevisi UU No. 13 Tahun 2003 yang didalam nya mengatur tentang tenaga kerja asing. (Agusmidah, Dilematika Hukum Ketenagakerjaan, Tinjauan Politik Hukum, (PT. Sofmedia, Jakarta, 2011), halaman 350.

4

Diakses pada 27 Oktober 2012 Pukul 16:00 Wib. 5Ibid

(3)

Pada sisi lain seperti yang dikemukakan Satjipto Rahardjo bahwa untuk menggambarkan masyarakat Indonesia tidak ada yang lebih bagus dan tepat selain dengan mengatakan bahwa masyarakat itu sedang berubah secara cepat dan cukup mendasar. Indonesia adalah masyarakat yang tengah mengalami transformasi struktural yaitu dari masyarakat yang berbasis pertanian ke basis industri. Perubahan tersebut mengalami akselerasi, yaitu sejak penggunaan teknologi yang semakin menjadi modus andalan untuk menyelesaikan permasalahan, sehingga mobilitas tenaga kerja tidak hanya perpindahan dari desa ke kota saja.6

Kebijakan dasar dalam hukum ketenagakerjaan adalah untuk melindungi pihak yang lemah, dalam hal ini adalah pekerja atau buruh dari kesewenang-wenangan majikan atau pengusaha yang dapat timbul dalam hubungan kerja dengan tujuan memberikan perlindungan hukum dan mewujudkan keadilan sosial.

Hal demikian bisa dimengerti karena pertumbuhan industri lebih kuat berada diperkotaan dan semakin dirasakan penghasilan yang didapat lebih memadai sehingga lebih lanjut menunjukkan adanya tenaga kerja telah melintas antar negara. Banyak hal yang mempengaruhi terjadinya migrasi antar negara, namun faktor ekonomi tetap tampak dominan.

7

6

Satjipto Rahardjo, Pendayagunaan Sosiologi Hukum untuk Memahami Proses-proses dalam Konteks Pembangunan dan Globalisasi, (Jurnal Hukum, No. 7 Vol. 4 Tahun 1997), hal. 2.

7

Agusmidah (buku II), Dilematika Hukum Ketenagakerjaan, Tinjauan Politik Hukum, (PT. Sofmedia, Jakarta, 2011), halaman 1

(4)

itu pula maka dapat dilihat bahwa tujuan utama hukum ketenagakerjaan adalah agar dapat menidadakan ketimpangan hubungan antara keduanya.8

Hukum ketenagakerjaan merupakan bagian dalam Sosial-Ekonomi (labor law is one of socio-economic laws), hal tersebut mendorong perlunya campur tangan pemerintah (government intervention) yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan dan keadilan dimana terdapat pihak yang lemah dan pihak yang kuat.

9

Berdasarkan rumusan yang dikemukakan oleh UUK tersebut, maka dapat dipahami bahwa yang diatur dalam UUK adalah segala yang berkaitan dengan pekerja/buruh baik itu hal-hal yang ada sebelum masa kerja (pemagangan, pengumuman lowongan kerja, dll.) dan hal-hal lain yang menyangkut perlindungan kerja (upah, jaminan sosial, keselamatan kerja, pengawasan kerja, dll.) dan termasuk juga terhadap tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia serta hal-hal yang menyangkut kewajiban sesudah masa kerja (pesangon, pension, jaminan hari tua, dll.).

Menurut Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (selanjutnya disebut UUK), yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah “setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk

masyarakat”. Sedangkan tenaga kerja asing dalam pasal 1 ayat (13) diartikan sebagai “warga negara asing pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia”.

8Ibid,

halaman 2 9

(5)

Khusus bagi Tenaga Kerja Asing (selanjutnya disebut TKA) dewasa ini sudah menjadi suatu fenomena yang lumrah karena pada dasarnya juga telah ada sejak dimulainya industrialisasi dimuka bumi ini dan penggunaan TKA di Indonesia sendiri terus mengalami perkembangan dan perubahan sesuai zamannya mulai dari zaman colonial belanda sampai sekarang ini.10

Kondisi perekonomian yang kurang menarik di negaranya sendiri dan penghasilan yang cukup besar dan yang tampak lebih menarik di negara tujuan telah menjadi pemicu terjadinya mobilitas tenaga kerja secara internasional. Pendapatan yang meningkat di negara yang sedang berkembang memungkinkan penduduk di negara berkembang untuk pergi melintas batas negara, informasi yang sudah mendunia dan kemudahan transportasi juga berperan meningkatkan mobilitas tenaga kerja secara internasional.11

Dari dulu sampai sekarang masalah ketenagakerjaan pada dasarnya ada dua, yaitu masalah kesempatan kerja dan masalah kualitas tenaga kerja. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia yang tinggi mengakibatkan jumlah angkatan kerja setiap Tahunnya semakin meningkat, sedangkan kesempatan kerja yang tersedia belum dapat memenuhi kebutuhan kerja sesuai dengan jumlah pencari kerja yang ada. Hal ini mengakibatkan ketidakseimbangan antara besarnya jumlah penduduk yang membutuhkan pekerjaan dengan kesempatan kerja yang tersedia. Apalagi sekarang ini ditambah dengan banyaknya jumlah tenaga kerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja dari perusahaan tempatnya bekerja.

10

Agusmidah (buku I), Dinamika Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. (Medan, USU Press, 2010), halaman 103

11

(6)

Adanya masalah kekurangan kesempatan kerja ini membuat banyak terjadi pengangguran di Indonesia.12

Di lain pihak ditinjau dari segi mutu tenaga kerjanya, tenaga kerja Indonesia dapat dikatakan belum mempunyai keunggulan kompetitif jika dibandingkan dengan negara-negara maju di dunia. Keunggulan kompetitif yang dimaksud di sini adalah keunggulan dalam hal penguasaan teknologi. Padahal di tengah kemajuan dunia yang sangat pesat sekarang ini tenaga kerja dituntut lebih menguasai teknologi. Dengan adanya masalah seperti ini membuat bangsa Indonesia kadang-kadang masih belum dapat memenuhi sendiri kebutuhan tenaga kerja yang menguasai teknologi, padahal ditinjau dari segi kuantitas, Indonesia mempunyai banyak tenaga kerja.

Secara tidak langsung penggunaan TKA dalam konteks ini juga akan menambah tinggi tingkat persaingan memperoleh kerja dan menjadikan masalah pengangguran di negara ini akan menjadi semakin kompleks.

13

Pada dasarnya jumlah angkatan kerja yang ada pada suatu negara dapat menjadi modal dasar pembangunan yang efektif jika dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang produktif. Namun, sehubungan dengan banyaknya tenaga kerja Indonesia yang tidak atau kurang memiliki keahlian, keterampilan dan kemampuan menguasai teknologi, maka banyak perusahaan di Indonesia terpaksa menggunakan TKA yang banyak dipekerjakan dalam bidang teknik, pengelolaan bahan-bahan tambang, elektronika, dan manajemen.14

12

Opcit.

(7)

Selain karena kekurangmampuan dalam menyediakan tenaga kerja yang berkualitas, faktor lain yang menyebabkan perusahaan-perusahaan Indonesia mempekerjakan TKA antara lain meningkatnya hubungan ekonomi dengan negara-negara lain dan adanya kepercayaan dari pemilik modal asing untuk mengembangkan usahanya di Indonesia. Biasanya para pemilik modal asing ini selain menanamkan modalnya juga menyertakan tenaga kerjanya.15

Dalam hal ini bagi tenaga kerja asli Indonesia seharusnya mampu memanfaatkan kedatangan TKA itu untuk menimba ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan mengalihkan teknologi yang mereka kuasai, sehingga dalam jangka panjang ketergantungan terhadap penggunaan TKA sedikit demi sedikit dapat dikurangi dan akhirnya Indonesia mampu mencukupi kebutuhan tenaga kerja yang berkualitas dari dalam negeri.16

Dalam kaitannya dengan penggunaan TKA di Indonesia, pada tahun 1958 Pemerintah menyatakan berlakunya Undang-undang Nomor 3 Tahun 1958 tentang penempatan TKA yang diundangkan dalam Lembaran Negara Nomor 8 Tahun 1958. Undang-undang ini menentukan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh TKA yang bekerja di Indonesia, antara lain, prosedur perizinan penggunaan TKA, pengawasan TKA yang bekerja di Indonesia, kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi oleh pengusaha yang mempekerjakan TKA di Indonesia, dan sebagainya.17

15Ibid.

16 Ibid. 17Ibid.

(8)

memberikan manfaat yang maksimal bagi tenaga kerja Indonesia. Akan tetapi selanjutnya UU ini dicabut, dan pengaturan mengenai TKA di pertegas dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dengan berbagai peraturan pelaksananya baik Kepres, Perpres maupun Kepmen.

Menyadari kenyataan sejauh ini Indonesia masih memerlukan investor asing, demikian juga dengan pengaruh globalisasi peradaban dimana Indonesia sebagai negara anggota World Trade Organization harus membuka kesempatan masuknya TKA. Untuk mengantisipasi hal tersebut diharapkan ada kelengkapan peraturan yang mengatur persyaratan TKA, serta pengamanan penggunaan TKA. Peraturan tersebut harus mengatur aspek-aspek dasar dan bentuk peraturan yang mengatur tidak hanya di tingkat Menteri, dengan tujuan penggunaan TKA secara selektif dengan tetap memprioritaskan TKI.

Oleh karenanya dalam mempekerjakan TKA, dilakukan melalui mekanisme dan prosedur yang sangat ketat, terutama dengan cara mewajibkan bagi perusaahan atau korporasi yang mempergunakan TKA bekerja di Indonesia dengan membuat Rencana Penggunaan TKA (RPTKA) sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Nomor PER.02/MEN/III/2008 Tentang Tata Cara Penggunaan TKA.18

Kehadiran pekerja asing pada era perdagangan bebas dan globalisasi industri ini adalah suatu kebutuhan serta tantangan yang tidak dapat dihindari karena Indonesia sampai sejauh ini masih membutuhkan tenaga-tenaga ahli asing dalam pengembangan sumber daya manusia diberbagai sektor ekonomi di

18

(9)

Indonesia. Pekerja asing yang bekerja di Indonesia terikat dan tunduk terhadap segala ketentuan ketenagakerjaan di Indonesia. Pemerintah juga memberlakukan ketentuan-ketentuan khusus bagi pekerja asing baik pada proses awal penggunaan TKA, penempatan TKA atau hak dan kewajiban tertentu yang berbeda dengan pekerja lokal.19

Kekhawatiran juga muncul dari kalangan pekerja/buruh terutama terhadap kualitas sumber daya pekerja yang berdampak pada kesempatan kerja, perlu disadari bahwa pendidikan pekerja Indonesia masih jauh dari keterampilan pendidikan TKA.20

Hal tersebut diatas secara tidak langsung mengisyaratkan bahwa kehadiran TKA juga merupakan tantangan tersendiri karena kehadiran mereka menjadikan peluang kerja menjadi semakin kompetitif. Diperlukan kerja keras serta kebijakan pemerintah yang dapat memberikan kesempatan bagi pekerja dalam negeri untuk dapat bersaing dengan pekerja asing di Indonesia.

Kekhawatiran tersebut lebih berfokus pada pilihan yang akan di ambil oleh pengusaha yang justru lebih memilih TKA dari pada pekerja lokal.

21

Dalam kaitannya dengan penempatan TKA ini, Penulis merasa tertarik untuk mengadakan suatu penelitian yang akan mengupas secara keseluruhan baik mengenai landasan hukum penempatan TKA tersebut sampai dengan upaya penyederhanaan proses perizinan bagi TKA di Indonesia. Keseluruhan penelitian ini hasilnya akan disusun dalam bentuk skripsi yang berjudul

Diakses pada 29 Oktober 2012 Pukul 14:08 Wib. 20

Agusmidah (Buku II), Opcit, halaman 151 21

(10)

Penyederhanaan Prosedur Perizinan Bagi TKA Ditinjau Dari Hukum

Ketenagakerjaan.

B. Perumusan Masalah

Permasalahan yang dirumuskan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah prosedur perizinan bagi TKA ?

2. Bagaimanakah pengawasan pemberian izin kerja bagi TKA ?

3. Bagaimana kebijakan hukum dalam penggunaan TKA terkait perkembangan Industrialisasi Nasional dan Internasional ?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan skripsi ini antara lain:

1. Menganalisa dan mengkaji ketentuan-ketentuan terkait dengan perizinan bagi TKA yang bekerja di indonesia.

2. Menganalisa dan mengkaji upaya-upaya yang dapat ditempuh untuk melindungi TKA termasuk juga upaya penyederhanaan prosedur perizinan bagi TKA ditinjau dari perspektif hukum ketenagakerjaan serta pengawasan dalam pemberian izin kerja bagi TKA.

3. Mengkaji dan menganalisa tentang kebijakan hukum dalam penggunaan TKA terkait perkembangan Industrialisasi Nasional dan Internasional.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

(11)

dan jaminan perizinan bagi TKA sehingga kemungkinan terjadinya permasalahan-permasalahan hukum menyangkut TKA dapat diminimalisasi.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfat untuk kepentingan penegakan hukum, sehingga dapat dijadikan masukan kepada aparatur pelaksana penegakan hukum dalam rangka melaksanakan tugas-tugas mulianya memperjuangkan keadilan dan mewujudkan tujuan hukum yang dicita-citakan.

E. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi mengenai Penyederhanaan Prosedur Perizinan Bagi TKA Ditinjau dari Hukum Ketenagakerjaan berdasarkan pemeriksaan arsip hasil-hasil penulisan skripsi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) belum pernah dilakukan, sedangkan penulisan skripsi yang berkaitan dengan ketenagakerjaan ada ditemukan penulis tetapi tidak secara khusus menyinggung tentang TKA. Penulisan skripsi tersebut juga mempunyai bahasan permasalahan yang berbeda dengan penulisan skripsi yang dilakukan oleh penulis.

(12)

F. Tinjauan Kepustakaan

1. Pengertian Ketenagakerjaan dan Tenaga Kerja

a. Ketenagakerjaan

Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan merumuskan istilah ketenagakerjaan sebagai segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa secara garis besarnya hal-hal yang diatur dalam UUK adalah segala hal yang berkaitan dengan buruh/pekerja, baik sebelum masa kerja, selama kerja, maupun sesudah masa kerja.

Abdul Khakim merumuskan hukum ketenagakerjaan berdasarkan unsur-unsur yang dimilikinya, yaitu:22

1. Serangkaian peraturan yang berbentuk tertulis dan tidak tertulis;

2. Mengatur tentang kejadian hubungan kerja antara pengusaha dan buruh; 3. Adanya orang yang bekerja pada dan dibawah orang lain dengan mendapat

upah sebagai balas jasa;

4. Mengatur tentang perlindungan pekerja atau buruh.

Dengan kata lain, menurutnya hukum ketenagakerjaan adalah peraturan hukum yang mengatur hubungan kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha/majikan dengan segala konsekuensinya.

b. Tenaga Kerja

Dalam kehidupan sehari-hari terdapat berbagai peristilahan mengenai tenaga kerja (manpower) seperti pekerja, buruh, karyawan atau pegawai. Namun

22

(13)

sesungguhnya maksud dari peristilahan tersebut adalah sama, yaitu orang yang bekerja pada orang lain dan mendapatkan imbalan atas pekerjaannya tersebut.23

Menurut Abdul Khakim, pengertian yang dirumuskan dalam UUK tersebut belum jelas menunjukkan status hubungan kerjanya. Selanjutnya, dalam Pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja dinyatakan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Pasal 1 ayat (1) UUK merumuskan Tenaga kerja sebagai setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

24

Menurut Payman Simanjuntak, tenaga kerja (manpower) adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melaksanakan kegiatan lain seperti bersekolah, dan mengurus rumah tangga. Pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja menurutnya ditentukan oleh umurnya.25

2. Pengertian TKA

TKA dalam pasal 1 ayat (13) diartikan sebagai warga negara asing pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia. Landasan hukum penempatan TKA di Indonesia diatur dalam UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Bab VIII Pasal 42 sampai dengan Pasal 49 yang mencabut

23

Darwan Prinst, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000), halaman 20.

24

Abdul Khakim, Opcit, halaman 2. 25

(14)

ketentutan UU No. 3 Tahun 1998 Tentang Penempatan TKA di Indonesia. Dengan kata lain UUK ini menjadi acuan dasar dalam hal penempatan TKA di Indonesia pada saat ini ditambah lagi dengan berbagai peraturan pelaksananya.

3. Hubungan Kerja

a. Perjanjian Kerja

Dalam bahasa belanda perjanjian kerja disebut Arbeidsoverenkoms. Menurut pasal 1601 KUH Perdata, perjanjian kerja adalah:

Persetujuan dengan mana pihak yang satu, si buruh mengikatkan dirinya untuk dibawah perintahnya pihak yang lain, si majikan, untuk suatu waktu

tertentu melakukan pekerjaan dengan menerima upah”.

Berdasarkan rumusan yang dikemukakan dalam pasal 1601 KUH Perdata tersebut, dapat disimpulkan bahwa perjanjian kerja adalah:26

1) Perjanjian antara seorang pekerja (buruh) dengan majikan untuk melakukan suatu pekerjaan yang disepakati bersama. Jadi si pekerja sendiri yang harus melakukan pekerjaan tersebut, dan tidak dapat dialihkan kepada orang lain.

2) Dalam melakukan pekerjaan itu pekerja harus tunduk dan patuh kepada pengusaha/pemberi kerja. Jadi antara keduanya ada hubungan antara yang diperintah dan yang memerintah.

3) Sebagai imbalan atas pekerjaan yang dilakukan, pekerja berhak atas upah yang dibayarkan pengusaha/pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang melakukan pekerjaan.

26

(15)

b. Unsur-unsur dalam Perjanjian Kerja

Berpedoman pada rumusan pasal 1601 KUH Perdata yang dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan beberapa unsur yang terdapat dalam perjanjian kerja27

1) Ada Pekerjaan; , yaitu:

Secara umum undang-undang tidak mengatur secara detai mengenai pengertian pekerjaan, namun pada pokoknya yang dimaksud dengan pekerjaan adalah segala perbuatan yang harus dilakukan oleh pekerja yang menyangkut kepentingan majikansesuai dengan isi perjanjian. Hal ini merupakan pokok dari klausula buruh mengikatkan diri kepada majikan.28 Sifat pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja itu sangat pribadi karena bersangkutan dengan keterampilan/keahliannya, karena itu meurut hukum jika si pekerja meninggal dunia maka perjanjian kerja itu putus demi hukum.29

2) Ada Upah;

Upah dalam suatu pekerjaan merupakan bagian yang sangat penting. Upah menjadi tujuan utama dari pekerjaan yang dilakukan seseorang, bahkan karenanya sering muncul ungkapan no work, no pay. Pasal 1602 b KUH Perdata menyatakan;

27

Perlu kita pahami bersama bahwa mengenai syarat sah nya suatu perjanjian diatur dalam pasal 1320 KUH Perdata yang terdiri dari:

1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; 2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; 3) Suatu hal tertentu; dan

4) Suatu sebab yang halal. 28

Abdul Rahmat Budiono, Hukum Perburuhan di Indonesia, (Raja Grafindo Perada, Jakarta, 1999), Halaman 35.

29

(16)

‘Tidak ada upah dibayar untuk waktu buruh tidak melakukan pekerjaan

yang diperjanjikan”.

Menurut Darwan Prinst, upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada buruh atas prestasi berupa pekerjaan atau jasa yang telah dan akan dilakukan oleh pekerja (manpower) dan dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang.30

3) Dibawah Perintah; dan

Unsur yang paling khas dari perjanjian kerja adalah bahwa perjanjian yang dilakukan oleh pekerja tersebut berada dibawah perintah majikan, apabila tidak ada ketaatan kepada pemberi kerja maka tidak ada perjanjian kerja.31

4) Adanya waktu tertentu.

Disinilah perbedaan antara hubungan kerja dengan hubungan lainnya. Pasal 1603 b KUH Perdata menyebutkan bahwa:

“Buruh diwajibkan menaati peraturan-peraturan tentang hal melakukan

pekerjaan serta peraturan-peraturan yang ditujukan kepada perbaikan

tata tertib dalam perusahaan majikan, yang diberikan kepadanya oleh

atau atas nama majikan didalam batas-batas aturan undang-undang,…”.

Dalam melakukan perjanjian kerja harus disepakati mengenai jangka waktu berlakunya. Jangka waktu ini dalam perjanjian kerja dapat dibuat secara tegas, terutama untuk pekerja kontrak.32

30

Darwan Prinst, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000), halaman 47.

31

Abdul Rahmat Budiono, Hukum Perburuhan di Indonesia, (Raja Grafindo Perada, Jakarta, 1999), Halaman 37.

32

Lalu Husni, Opcit, Halaman 38.

(17)

bahwa hubungan kerja antara pekerja dengan majikan tidak serta merta berlaku secara abadi atau selama-lamanya.

G. Metode Penulisan

1. Jenis Penelitian

Penelitian dalam penulisan skripsi ini diarahkan kepada penelitian hukum normatif melalui pendekatan perundang-undangan dan studi lapangan. Penelitian jenis ini mengkonsepsikan hukum sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in books) atau hukum dikonsepsikan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berprilaku manusia yang dianggap pantas.33

2. Sumber Data

Sumber data penelitian pada umumnya dibedakan antara data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat (data primer) dan dari bahan-bahan pustaka (data sekunder). 34

1) Data Primer

Data Primer merupakan data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan, merupakan data penunjang yang berhubungan dengan penelitian.

2) Data sekunder

Data Sekunder terdiri dari bahan hukum primer; bahan hukum sekunder; dan bahan hukum tersier.35

33

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004), halaman 118.

34

Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009), halaman 12

35Ibid

(18)

a)Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, terdiri dari

1. Norma kaidah dasar yaitu Pembukaan Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945

2. Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan;

4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri;

5. Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1995 Tentang Penggunaan Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang (TKWNAP);

6. Peraturan Menteri Nomor PER.02/MEN/III/2008 Tentang Tata Cara Penggunaan TKA;

7. Permenakertrans No. 07/MEN/III/2006 juncto No. 15/MEN/2006 tentang Penyederhanaan Prosedur Penerbitan Ijin Mempekerjakan TKA;

8. Kepmenakertrans No. 20/Men/III/2004 tentang Tata Cara Memperoleh Ijin Mempekerjakan TKA;

9. Kepmenakertrans No. 21/Men/IV/2004 tentang Penggunaan TKA Sebagai Pemandu Nyanyi;

(19)

11.Kepmenakertrans No. 228/Men/2003 tentang Tata Cara Pengesahan Rencana Penggunaan TKA (RPTKA)

12.Peraturan Perundang-undangan lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

b)Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, diantaranya;

1. Buku-buku yang terkait dengan hukum; 2. Artikel di jurnal hukum;

3. Komentar-komentar atas putusan pengadilan; 4. Skripsi, Tesis dan Disertasi Hukum;

5. Karya dari kalangan praktisi hukum ataupun akademis yang ada hubungannya dengan peenelitian ini.

c)Bahan Hukum Tertier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, diantaranya;

1. Kamus hukum dan kamus bahasa Indonesia;

2. Majalah-majalah yang ada hubungannya dengan penelitian ini; 3. Surat kabar yang terkait dengan pembahasan dalam skripsi ini.

3. Pengumpulan Data

Pengambilan dan pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan (library research) atau studi dokumen yang meliputi bahan hukum primer, sekunder maupun tersier.36

36Ibid

,halaman 68

(20)

bahan-bahan yang utamanya berkaitan dengan ketenagakerjaan, termasuk juga bahan-bahan lainnya yang ada kaitannya dan dibahas dalam skripsi ini. Penulisan skripsi ini juga dilakukan dengan terjun langsung kelapangan (riset) pada perusahaan yang mempekerjakan TKA, khususnya yang berada di kota medan sebagai bahan penunjang yang melengkapi skripsi ini.

4. Analisis Data

Menurut Patton, analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.37 Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber.38

H. Sistematika Penulisan

Adapun yang menjadi sumber utama dalam penulisan skripsi ini adalah dari data sekunder dan dilengkapi dengan data primer dari riset yang dilakukan di lapangan. Analisis data dalam penelitian hukum menggunakan metode pendekatan kualitatif, karena tanpa menggunakan rumusan statistik, sedangkan penggunaan angka-angka hanya sebatas pada angka persentase sehingga diperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh mengenai masalah yang diteliti.

Sistematika penulisan skripsi ini secara keseluruhan terbagi dalam 4 (empat) bab dan terdiri dari beberapa sub bab yang menguraikan permasalahan

37

Patton membedakan proses analisis data dengan penafsiran, yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari pola hubungan antar dimensi-dimensi uraian. Lexy J. Moeleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1999), halaman 103.

38Ibid

(21)

dan pembahasan secara tersendiri dalam konteks yang saling berkaitan satu sama lain. Sistematika penulisan skripsi ini secara terperinci adalah sebagai berikut:

BAB I : Berisikan pendahuluan yang didalamnya memaparkan mengenai latar belakang penulisan skripsi, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, yang mengemukankan berbagai definisi, rumusan dan pengertian dari istilah yang terkait dengan judul untuk memberi batasan dan pembahasan mengenai istilah-istilah tersebut sebagai gambaran umum dari skripsi ini, metode penulisan dan terakhir dari bab ini diuraikan sistematika penulisan skripsi.

BAB II : Menguraikan tentang bagaimana prosedur perizinan bagi TKA yang akan bekerja di indonesia. Bab ini secara khusus menguraikan prosedur perizinan bagi TKA yang pernah berlaku di Indonesia dan perkembangannya, termasuk juga pengaturan hukumnya.

BAB III: Merupakan pembahasan mengenai pelaksanaan dan pengawasan pemberian izin bagi TKA.

BAB IV : Menguraikan tentang tentang kebijakan hukum dalam penggunaan TKA terkait perkembangan Industrialisasi Nasional dan Internasional.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan metode analisis sitiran dengan obyek penelitian daftar kepustakaan dari artikel dalam tiga jurnal kesehatan yang terbit tahun 2009, yaitu:

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui volume sedimen yang menjadi salah satu penyebab meluapnya saluran primer avour Sidokare, menghitung debit rancangan drainase

(sesuai format isian kualifikasi dalam dokumen pengadaan ini) √ 17. PENDUKUNG DOKUMEN KUALIFIKASI : √ 1) Hasil scan IUJK yang masih berlaku √ 2) Hasil scan NPWP dan PKP yang

2) Tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga menurut pikiran

Determinan Subjective Norms (Norma Subjektif) perilaku berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol merupakan kontribusi terbesar terhadap intensi berhenti mengkonsumsi

Tekanan-tekanan ini bersumber dari dua masalah utama yaitu pertama, pembangunan yang tanpa memperhatikan keseimbangan alam sehingga telah menimbulkan perubahan yang merusak, dan

Pemilihan rumah sakit terutama didasarkan pada ; ketersediaan kasus sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai; ketersediaan pembimbing klinik yang sesuai dengan standar

Metode inputing data yang optimal dengan menggunakan Program (IRMS) Dalam menentukan titik-titik koordinat suatu ruas jalan, dilihat pada track jalan hasil survey dengan