• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORETIS 2.1. Sekilas Tentang Air 2.1.1. Penggolongan air - Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Distribusi Air Terhadap Kepuasan Pelanggan PDAM Tirtanadi Cabang Medan Kota

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KERANGKA TEORETIS 2.1. Sekilas Tentang Air 2.1.1. Penggolongan air - Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Distribusi Air Terhadap Kepuasan Pelanggan PDAM Tirtanadi Cabang Medan Kota"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KERANGKA TEORETIS

2.1.Sekilas Tentang Air 2.1.1. Penggolongan air

Menurut Peraturan Pemerintah No.20 tahun 1990, berdasarkan

peruntukannya, air digolongkan menjadi empat (Effendi, 2003) sebagai berikut :

1. Golongan A, air yang dapat diminum langsung, tanpa diolah terlebih dahulu.

2. Golongan B, air yang harus diolah terlebih dahulu sebelum diminum atau

merupakan bahan baku air minum, termasuk air PAM.

3. Golongan C, air yang digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.

4. Golongan D, air yang digunakan untuk pertanian, industri, usaha di perkotaan

dan PLTA.

2.1.2. Standar Baku Air Minum

Menurut Kusnaedi (2000), kualitas air yang digunakan sebagai air minum

sebaiknya memenuhi persyaratan secara fisik, kimia dan mikrobiologi.

Standarisasi kualitas air bertujuan untuk memelihara, melindungi dan

mempertinggi derajat kesehatan masyarakat, terutama dalam pengolahan air atau

kegiatan usaha mengolah dan mendistribusikan air minum untuk masyarakat

umum.

1. Persyaratan Fisik

(2)

a) Jernih atau tidak keruh. Air yang keruh disebabkan oleh adanya

butiran-butiran koloid dari bahan tanah liat.

b) Tidak berwarna. Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang

berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi

kesehatan.

c) Rasanya tawar. Air yang terasa manis, pahit atau asin menunjukkan bahwa

kualitas air tersebut tidak baik.

d) Tidak berbau. Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari

jarak jauh maupun dekat.

e) Temperatur normal. Air yang baik harus memiliki temperatur sama dengan

temperatur udara (20- C)

f) Tidak mengandung zat padatan. Air minum yang baik tidak boleh

mengandung zat padatan yang terapung didalam air.

2. Persyaratan Kimia

Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia seperti berikut:

a) Mempunyai pH netral. Derajat keasaman air minum harus netral, tidak

boleh bersifat asam maupun basa.

b) Tidak mengandung bahan kimia beracun. Air yang berkualitas baik tidak

mengandung bahan kimia beracun, seperti sianida sulfida, fenolik.

c) Tidak mengandung garam atau ion-ion logam. Air yang berkualitas baik

tidak mengandung garam atau ion logam, seperti Fe, Mg, Ca, K, Hg, Zn,

Mn, Cl, Cr, dll.

d) Kesadahan rendah. Tingginya kesadahan berhubungan dengan

(3)

e) Tidak mengandung bahan organik. Kandungan bahan organik dalam air

dapat terurai menjadi zat-zat berbahaya bagi kesehatan. Bahan-bahan

organik itu seperti N , S , dan N

3. Persyaratan Mikrobiologis

Persyaratan mikrobiologis yang harus dipenuhi oleh air adalah sebagai

berikut :

a) Tidak mengandung bakteri patogen, misalnya bakteri golongan coli,

salmonellatyphi, vibrio chlotera dll. Kuman-kuman tersebut mudah

tersebar melalui air.

b) Tidak mengandung bakteri non patogen, seperti acetinomyceles,

phytoplankton coliform, cladocera dll.

2.2.Perusahaan Daerah Air Minum

Perusahaan Daerah Air Minum adalah badan usaha yang dibentuk oleh

pemerintah daerah untuk mengembangkan perekonomian daerah untuk menambah

penghasilan daerah (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1999 : 1112). Menurut UU

No. 5 tahun 1962, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), merupakan suatu

kesatuan usaha milik pemerintah daerah yang memberikan jasa pelayanan dan

menyelanggarakan kemanfaatan umum di bidang air minum.

2.2.1.Standar Pelayanan Minimal PDAM

Standar pelayanan minimal PDAM Kota Medan ditetapkan oleh Gubernur

(4)

untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik. Adapun standar pelayanan

minimal PDAM yaitu :

a. Kuantitas Air, yaitu mengenai :

1)Tekanan air dipelanggan, kekuatan daya alir air yang diukur pada meter air

yang terpasang pada setiap pelanggan.

2)Durasi aliran adalah jumlah jam air mengalir pada periode tertentu.

Persyaratan teknisnya adalah tekanan air dipelanggan minimal 0,05 ATM

dan durasi aliran yang diterima oleh pelanggan sesuai dengan potensi

wilayah masing-masing.

b. Kualitas Air, yaitu berupa :

1)Kekeruhan adalah tingkat kejernihan air yang didistribusikan kepada

pelanggan setelah melalui proses pengolahan.

2)Sisa chlor adalah kandungan sisa chlor sebagai desinfektan (pembunuh

kuman) pada air yang diterima oleh pelanggan.

3)Echeria Coli adalah batas kandungan bakteri Echeria Coli didalanm air

yang diterima oleh pelanggan.

Persyaratan teknis yang diperlukan adalah :

1) Tingkat kekeruhan maksimum : 5 NTU

2) Kandungan sisa chlor : 0,01 – 0,1 ppm

3) Kandungan Echeria Coli : 0/100 ml

c. Pelayanan Sambung Baru yaitu berupa :

1)Pelayanan Sambungan Baru adalah pelayanan terhadap calon pelanggan

(5)

2)Sambungan standar adalah pemasangan sambungan rumah dengan jarak

maksimal 6 meter dari pipa distribusi ketitik pemasangan meter air.

3)Sambungan Non Standar adalah pemasangan sambungan rumah dengan

jarak maksimal lebih dari 6 meter.

d. Pelayanan Buka Kembali

Pelayanan buka kembali adalah pelayanan kepada pelanggan yang

dikarenakan suatu hal ditutup oleh PDAM baik atas permintaan pelanggan

maupun yang disebabkan karena tidak terpenuhinya kewajiban pelanggan

kepada PDAM.

e. Pelayanan Pengaduan

Yaitu Perusahaan Daerah Air Minum Kota Medan menyediakan pelayanan

pengaduan bagi pelanggan atau masyarakat yang memerlukannya sesuai

dengan kewenangannya.

1) Bentuk pengaduan baik lisan maupun tertulis.

2) Jenis pengaduan yaitu :

a. Non Teknik berupa : Data Langganan, Tarif, Data Meter,

Pemakaian, lain-lain.

b. Teknik berupa : Pipa Bocor (air mati, air kecil, air keruh), meter air

mati, segel meter (putus/tidak ada), lain-lain.

c. Pelanggan berupa : Status tutup air mengalir, meter air, sedot

pompa lain-lain.

f. Balik Nama dan Alamat

Adalah penggantian nama atau alamat penanggung jawab pelanggan. Hal ini

(6)

g. Penyesuaian Tarif

Yaitu permohonan dari pelanggan atau dari perusahaan untuk menyesuaikan

tarif dikarenakan adanya perubahan golongan pelanggan.

h. Permintaan Tutup Sementara

Permintaan tutup sementara adalah permohonan dari pelanggan untuk

menutup sambungan air minumnya karena suatu hal. Misalnya sudah

mempunyai sumur atau sumber mata air lainnya.

i. Tes Meter

Tes meter adalah pengetesan meter air yang diragukan akurasinya oleh

pelanggan. Misalnya hasil meteran dirumah tidak sama dengan yang ada

direkening maka harus adanya pengajuan kepihak perusahaan.

2.2.2. Faktor-faktor Kepuasan Pelanggan Terhadap Kualitas Pelayanan PDAM

Kepuasan pelanggan merupakan hal utama yang perlu diperhatikan dalam

mempertahankan kualitas pelayanan sebuah perusahaan apalagi Perusahaan Milik

Negara seperti PDAM sebagai perusahaan pengelolaan air satu-satunya dinegara

Indonesia, maka terdapat faktor-faktor yang menunjang terwujudnya kualitas

pelayanan untuk mencapai kepuasan pelanggan.

Menurut Cravens (1996) ada beberapa faktor kepuasan pelanggan yaitu :

a. Sistem Pengiriman

Memindahkan produk dari produsen ke pelanggan atau pemakai akhir dalam

bisnis biasanya meliputi saluran distribusi dari para pemasok, pabrik dan para

(7)

sebagai unit yang terpadu dan terkoordinir, dimana semua anggotanya

mengerti dan menanggapi kebutuhan dan keinginan pelanggan. Contohnya

pada kasus PDAM tentang pengiriman air dari sumber air kerumah-rumah

pelanggan melaui pipa saluran yang terjamin kualitasnya.

b. Performa Produk / Jasa

Performa dan keunggulan suatu produk atau jasa. Contohnya performa produk

yang ada di PDAM adalah air dan tentang performa jasa yaitu kinerja

pengawai dalam melayani rekening air dan keluhan pelangggan.

c. Hubungan Harga – Nilai

Pelanggan menginginkan nilai yang ditawarkan merek sesuai dengan harga

yang diberikan, oleh karenanya terdapat hubungan yang menguntungkan

antara harga dan nilai. Merek dipromosikan oleh perusahaan sebagai suatu

nilai yang unik sesuai dengan harganya. Sebagai contoh PDAM menawarkan

harga Rp. 1.750.000 untuk harga awal sambungan baru, dengan harga itu

selanjutnya pelanggan akan mendapat pendistribusian air bersih setiap hari,

pelayanan pengaduan, pelayanan perbaikan dan lain sebagainya. Namun untuk

berlangganan dan memperoleh fasilitas tersebut secara rutin setiap bulan akan

dikenakan tarif sesuai dengan pemakaian.

d. Kinerja atau Prestasi Karyawan

Kinerja produk dan sistem pengiriman tergantung pada bagaimana semua

bagian organisasi bekerjasama dalam proses pemenuhan kepuasan pelanggan.

Setiap orang dalam organisasi mempengaruhi pelanggan, baik hal-hal yang

menyenangkan ataupun yang tidak menyenangkan. Misalnya untuk pegawai

(8)

mengadu tentang kebocoran air tidak menunda-nunda sampai air

terbuang-buang.

2.3.Produk

Secara garis besar barang dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut :

1. Barang Publik (public good). Barang yang dapat dikonsumsi tanpa mengurangi

tersedianya bagi orang lain atau ada tingkat rivalrous yang rendah sehingga

sulit menjauhkan konsumen.

2. Barang Privat (privat good). Barang yang hanya dapat dikonsumsi pada waktu

tertentu dan barang tersebut akan mengurangi ketersediannya bagi orang lain

disamping sangat mudah untuk memantau mengidentifikasikan biaya

konsumen.

Menurut Angipora (2000), produk diidefinisikan sebagai sesuatu yang dapat

ditawarkan ke dalam pasar untuk diperlihatkan, dimiliki, dipakai, atau dikonsumsi

sehingga dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Berdasarkan tingkat

pemakaian dan kekonkritannya, produk dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Barang tahan lama (durable goods)

Barang tahan lama adalah barang secara normal dapat dipakai berkali-kali

dalam jangka waktu relatif lama, misalnya: pakaian, komputer, kacamata.

2. Barang tidak tahan lama (non durable goods)

Barang tidak tahan lama adalah barang-barang yang secara normal hanya

dapat dipakai satu kali atau beberapa kali saja, artinya sekali barang itu

(9)

bahan ini antara lain, bahan baku, sabun, makanan sebagainya. Barang tahan

lama dan tidak tahan lama sebagai barang konkrit.

3. Jasa

Jasa adalah kegiatan, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual.

Jasa dimasukkan sebagai bahan yang tidak konkrit atau tidak kentara.

Misalnya jasa reparasi, jasa pendidikan, dll.

Sebenarnya pembedaan antara barang dengan jasa secara tegas sulit

dilakukan, karena sering pembelian suatu barang disertai jasa tertentu dan

sebaliknya pembelian suatu jasa sering disertai dengan pemakaian barang tertentu.

Menurut Kotler (1997), jasa adalah setiap tindakan atau perbuatan yang dapat

ditawarkan oaleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya bersifat

intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu.

Menurut Supranto dalam Ginting (2000), jasa adalah suatu kinerja penampilan,

tidak berwujud dan cepat hilang, lebih dapat dirasakan dari pada dimiliki, serta

pelanggan lebih dapat aktif dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut.

Penawaran suatu produk oleh suatu perusahaan dapat berupa barang murni,

jasa murni, atau perpaduan keduanya. Berdasarkan kriteria ini Fandi dalam

Ginting (2000) mengelompokkan produk yang ditawarkan perusahaan ke dalam

lima kategori, yaitu :

1. Produk fisik murni, produk fisik murni berdiri sendiri.

2. Produk fisik dengan jasa pendukung, produk fisik disertai jasa pendukung.

3. Hybrid, porsi barang dan jasa yang ditawarkan sama dalam sebuah

penawaran.

(10)

2.4. Kualitas Produk

Atribut kualitas produk dibentuk oleh expectation theory yang meliputi

harapan pelanggan yaitu: mutu/prestise, jaminan/tidak cacat produk,

kenyamanan, keamanan, dan kemudahan (Fornell, C, 1992).

Produk adalah suatu sifat yang kompleks baik dapat diraba, dirasa, tidak

diraba, warna, harga, prestise perusahaan dan pengecer, pelayanan perusahaan

dan pengecer yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan keinginan dan

kebutuhan (Basuswastha, 1993).

Berdasarkan tingkatan produk dapat dibagi menjadi lima tingkatan yaitu:

(Kotler, 1994)

1. Produk inti, yang menawarkan manfaat atau kegunaan utama yang

dibutuhkan pelanggan.

2. Produk generik, yang mencerminkan versi dasar (Fungsional) dari suatu

produk.

3. Produk yang diharapkan, yaitu sekumpulan atribut dan kondisi yang

diharapkan pelanggan pada saat membeli.

4. Produk tambahan, yaitu memberikan jasa dan manfaat tambahan sehingga

membedakan penawaran perusahaan dan penawaran perusahaan pesaing.

5. Produk potensial, yaitu segala tambahan dan transformasi pada produk yang

mungkin dilakukan dimasa yang akan datang.

2.5. Konsep Kualitas Pelayanan

Kualitas pelayanan mengacu pada penilaian konsumen terhadap inti dari

(11)

Atribut kualitas pelayanan di bentuk oleh 5 indikator yang meliputi pertanyaan

yang berhubungan dengan service quality dari pelayanan perusahaan yaitu :

wujud penampilan, kehandalan, daya tanggap, keyakinan, dan empati/kepedulian.

(Zeitham et al, 1996)

Instrumen SERVQUAL untuk mengukur kualitas pelayanan yang di dapat

pada kondisi dimana ada batasan antara keinginan konsumen dan penilaian aktual

dari bentuk layanan, menurut Rangkuti (2003), ada 10 kriteria umum atau standar

yang menentukan kualitas suatu jasa, yaitu:

1. Reliability (keandalan)

2. Responsiveness (ketanggapan)

3. Competence (kemampuan)

4. Access (mudah diperoleh)

5. Courtesy (keramahan)

6. Communication (komunikasi)

7. Credibility (dapat dipercaya)

8. Security (keamanan)

9. Understandin/ knowing the customer (memahami pelanggan)

10.Tangibles (bukti nyata kasat mata)

Kesepuluh dimensi tersebut dapat disederhanakan menjadi lima dimensi

(Rangkuti, 2003), yaitu :

1. Responsiveness (ketanggapan), yaitu kemampuan untuk membantu pelanggan

dan ketersediaan untuk melayani pelanggan dengan baik.

2. Reliability (keandalan), yaitu kemampuan untuk melakukan pelayanan sesuai

(12)

3. Empathy (empati), yaitu rasa peduli untuk memberikan perhatian secara

individual kepada pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan, serta mudah

untuk dihubungi.

4. Assurance (jaminan), yaitu pengetahuan, kesopanan petugas serta sifatnya

yang dapat dipercaya sehingga pelanggan terbebas dari resiko.

5. Tangibles (bukti langsung), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan karyawan

dan sarana komunikasi.

Sedangkan Garvin dalam Tjiptono dan Diana (2003) mengembangkan

delapan dimensi kualitas yaitu :

a. Kinerja (performance) yaitu mengenai karakteristik operasi pokok dari

produk inti. Misalnya bentuk dan kemasan yang bagus akan lebih menarik

pelanggan.

b. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yaitu karakteristik

sekunder atau pelengkap.

c. Kehandalan (reliability), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami

kerusakan atau gagal dipakai.

d. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications), yaitu

sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar

yang telah ditetapkan sebelumnya. Seperti halnya produk atau jasa yang

diterima pelanggan harus sesuai bentuk sampai jenisnya dengan

kesepakatan bersama.

e. Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut

dapat terus digunakan. Biasanya pelanggan akan merasa puas bila produk

(13)

f. Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah

direparasi, penanganan keluhan yang memuaskan.

g. Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indera. Misalnya kemasan

produk dengan warna-warna cerah, kondisi gedung dan lain sebagainya.

h. Kualitas yang dipersepsikan (Perceived quality), yaitu citra dan reputasi

produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya. Sebagai contoh

merek yang lebih dikenal masyarakat (Brand image) akan lebih dipercaya

dari pada merek yang masih baru dan belum dikenal.

Grobroos dalam Tjiptono (2004) ada tiga kriteria pokok untuk kualitas

pelayanan, yaitu outcome-related, process-related, dan image-related criteria.

Dan ketiga unsur tersebut masih dapat dijabarkan lagi dalam enam dimensi, yaitu :

a. Professionalism and skills

Kemampuan, pengetahuan, keterampilan pada penyedia jasa, karyawan,

sistem opersional, dan sumber daya fisik, dalam memecahkan masalah

pelanggan secara profesional.

b. Attitudes and Behavior

Pelanggan merasa bahwa perusahaan menaruh perhatian dan berusaha untuk

membantu dan memecahkan masalah pelanggan secara spontan dan senang

hati.

c. Accessibility and Flexibility

Penyediaan pelayanan oleh perusahaan yang dirancang dan dioperasionalkan

agar pelanggan mudah mengakses dengan mudah serta bersifat fleksibel dalam

(14)

d. Reliability and trustworthiness

Pelanggan bisa mempercayakan segala sesuatunya kepada penyedia jasa

beserta karyawan dan sistemnya.

e. Recovery

Proses pengambilan tindakan oleh perusahaan untuk mengendalikan situasi

dan mencari pendekatan yang tepat bila pelanggan ada masalah.

f. Reputation and Credibility

Keyakinan pelanggan bahwa operasi dari perusahaan dapat dipercaya dan

memberikan nilai atau imbalan yang sesuai dengan pengorbanannya.

Bila menurut Hutt dan Speh dalam Nasution (2004) Kualitas pelayanan

terdiri dari tiga dimensi atau komponen utama yang terdiri dari :

a. Technical Quality, yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas output

yang diterima oleh pelanggan. Bila diperinci lagi menjadi :

1) Search quality, yaitu kualitas yang dapat dievakuasi pelanggan sebelum

membeli, misalnya : harga dan barang.

2) Experience quality, yaitu kualitas yang hanya bisa dievaluasi pelanggan

setelah membeli atau mengkonsumsi jasa atau produk. Contohnya

ketapatan waktu, kecepatan pelayanan, dan kerapian hasil.

3) Credence quality, yaitu sesuatu yang sukar dievaluasi pelanggan,

meskipun telah mengkonsumsi suatu jasa.

b. Functional quality, yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas cara

penyampaian suatu jasa.

c. Corporate image, yaitu profit, reputasi, citra umum, dan daya tarik khusus

(15)

Roger (1995) mendefinisikan kualitas sebagai kecocokan penggunaan yang

artinya barang atau jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan pelanggan.

Menurut Crosby dalam Nasution (2004) kualitas adalah conformance to

requirement, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan, bila suatu

produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas yang telah

ditentukan dengan meliputi bahan baku, proses produksi, dan produk jadi.

Garvin dan Davis dalam Nasution (2004) menyatakan bahwa kualitas adalah

kondisi dinamis lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.

Pelayanan yaitu setiap kegiatan yang manfaatnya dapat diberikan dari satu

pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud (intangible) dan tidak

berakibat pemilikan sesuatu (kotler,1985).

Definisi dari pelayanan itu sendiri menurut Sugiarto (2002) adalah upaya

maksimal yang diberikan oleh petugas pelayanan dari sebuah perusahaan industri

untuk memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan sehingga tercapai kepuasan.

Cravens(1998) mengungkapkan pengertian pelayanan yaitu upaya dalam

memenuhi permohonan untuk menspesifiksikan produk-produk seperti data

kinerja, permohonan untuk rincian, pemrosesan pesanan pembelian, penyelidikan

status pesanan, dan layanan garansi.

Pelayanan sering disebut sebagai jasa yang diberikan oleh perusahaan,

artinya bahwa adanya suatu perbuatan yang dilaksanakan suatu pihak terhadap

pihak lain (Tunggal, 1996).

Menurut keputusan Men.PAN Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang

pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, kualitas pelayanan yaitu

(16)

harus dilaksanakan secara utuh oleh setiap instansi dan unit pelayan instansi

pemerintah sesuai dengan tugas dan fungsinya secara menyeluruh.

Penyempurnaan definisi pelayanan publik menurut KEP/25M.PAN/2/2004

yaitu segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan publik sehingga upaya

pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun dalam rangka pelaksaan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Menurut Helien (2004) pelayanan pelanggan adalah kegiatan yang

berorientasi kepada pelanggan yang terdiri dari elemen-elemen nyata berupa

faktor yang bisa diraba, didengar dan dirasakan seperti ukuran, berat, warna dan

sebagainya. Kemudian adanya elemen-elemen tidak nyata yaitu lebih sulit diukur

dan sering kali subyektif karena tergantung pada sikap-sikap yang bisa

dipengaruhi namun tidak diajarkan, sebagai contoh rasa nyaman, rileks, percaya

dan sebagainya.

Definisi dari Nasution (2004), kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan

yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk

memenuhi keinginan pelanggan.

Berbagai definisi telah diuraikan diatas bisa ditarik kesimpulan pengertian

dari kualitas pelayanan yaitu segala bentuk penyelenggaraan pelayanan secara

maksimal yang diberikan perusahaan dengan segala keunggulan dalam rangka

memenuhi kebutuhan pelanggan demi memenuhi harapan pelanggan.

2.5.1. Dimensi Kualitas

Kualitas adalah suatu yang kompleks, karena setiap orang akan

(17)

kualitatif. Pendapat Garvin mengenai dimensi kualitas seperti dikutip oleh

Schonberger dan Knod (1994) dan menurut Sukanto Reksohadiprodjo (1997)

yaitu :

a. Kemampuan, merupakan karakteristik primer operasi.

b. Keistimewaan, mempunyai kelebihan.

c. Kehandalan, kesuksesan dalam operasi dalam waktu tertentu.

d. Keawetan, masa pemakaian yang lama, ekonomis dan mudah secara tehnik.

e. Kemampuan servis, cepat, menyenangkan, berkemampuan dan mudah untuk

direparasi.

f. Estetika, dapat diterima oleh perasaan.

g. Kualitas yang ditangkap, evaluasi secara tidak langsung terhadap kualitas

(reputasi dsb).

Dalam konteks kualitas produk (barang dan jasa) dan kepuasan, telah

tercapai konsensus bahwa harapan pelanggan memiliki peranan yang besar

sebagai standar perbandingan dalam evaluasi kualitas maupun kepuasan.

Menurut Olson dan Dover (dalam Zeithaml et al,1993) harapan pelanggan

merupakan keyakinan pelanggan sebelum mencoba atau membeli suatu produk,

yang dijadikan standar atau acuan dalam menilai kinerja produk tersebut.

Kualitas dalam kinerja produk meliputi sbb :

1. Daya tarik tampilan fisik produk.

2. Prestise atau mutu produk.

3. Zero defect (minimalkan cacat produk).

4. Kemudahan produk.

(18)

6. Keamanan produk.

Konsep kualitas bersifat relatif, yaitu tergantung pada perspektif yang

digunakan untuk menentukan ciri-ciri dan spesifikasi. Pada dasarnya tiga

orientasi kualitas yang seharusnya konsisten satu sama lainnya: (1) persepsi

konsumen, (2) produk, (3) proses.

2.5.2. Dimensi Kualitas Pelayanan

Sunarto (2003) mengidentifikasikan tujuh dimensi dasar dari kualitas yaitu:

a. Kinerja

Yaitu tingkat absolut kinerja barang atau jasa pada atribut kunci yang

diidentifikasi para pelanggan.

b. Interaksi Pegawai

Yaitu seperti keramahan, sikap hormat, dan empati ditunjukan oleh

masyarakat yang memberikan jasa atau barang.

c. Reliabilitas

Yaitu konsistensi kinerja barang, jasa dan toko.

d. Daya tahan

Rentan kehidupan produk dan kekuatan umum.

e. Ketepatan Waktu dan Kenyamanan

Yaitu seberapa cepat produk diserahkan atau diperbaiki, seberapa cepat

produk informasi atau jasa diberikan.

f. Estetika

Yaitu lebih pada penampilan fisik barang atau toko dan daya tarik

(19)

g. Kesadaran akan merek

Yaitu dampak positif atau negatif tambahan atas kualitas yang tampak,

yang mengenal merek atau nama toko atas evalusi pelanggan.

2.5.3. Dimensi Kualitas Produk

Menurut Kotler (1997), pembeda utama produk adalah sebagai berikut :

1. Feature, keistimewaan suatu produk yang di tawarkan.

2. Performance quality, mengacu pada karakteristik dasar produk saat

beroperasi.

3. Conformance quality, tingkat dimana semua unit yang diproduksi

indentik dan memenuhi spesifikasi sasaran yang dijanjikan.

4. Durability, suatu ukuran usia operasi produk yang sangat diharapkan

dalam kondisi normal.

5. Reliability, ukuran kemungkinan suatu produk tidak akan rusak atau

gagal dalam suatu periode waktu tertentu.

6. Repairbility, ukuran kemudahan memperbaiki suatu produk yang rusak

atau gagal.

7. Style, menggambarkan penampilan dan peerasaan produk itu bagi

pembeli.

8. Design, totalitas dari keistimewaan yang mempengaruh cara penampilan

(20)

2.6. Konsep Kepuasan Pelanggan

Peluang usaha di Indonesia saat ini semakin menjamur, sehingga banyak

perusahaan baik milik Negara maupun dari swasta berupaya meraih keuntungan

sebesar-besarnya dengan merangkul berbagai kalangan masyarakat. Dalam rangka

menciptakan iklim pelanggan yang loyal pada suatu produk atau jasa yang

dihasilkan sebuah perusahaan harus adanya usaha untuk melahirkan kepuasaan

pelanggan. Selanjutnya akan dijelaskan berbagai hal yang menyangkut kepuasan

pelanggan.

Menurut Engel (1994) Kepuasan adalah evaluasi paska konsumsi untuk

memilih beberapa alternatif dalam rangka memenuhi harapan. Kotler (2002)

menyatakan bahwa perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah

membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja atau hasil dari

usaha produk dan harapan-harapannya. Menurut Suprapto (2001) istilah kepuasan

pelanggan merupakan label yang digunakan oleh pelanggan untuk meringkas

suatu himpunan aksi atau tindakan yang terlihat, terkait dengan produk atau jasa.

Contohnya bila seorang pelanggan tersenyum saat melihat produk atau jasa yang

sedang dipromosikan maka seseorang itu telah merasakan kepuasan pada produk

atau jasa yang dilihat.

Dipertegas oleh Kotler (2004) yang menyatakan bahwa kepuasan pelanggan

yaitu tingkatan dimana anggapan kinerja (perceived performance) produk akan

sesuai dengan harapan seorang pelanggan. Bila kinerja produk jauh lebih rendah

dibandingkan harapan pelanggan, pembelinya tidak puas. Sebaliknya bila kinerja

sesuai dengan harapan atau melebihi harapan, pembelinya merasa puas atau

(21)

mengartikan kepuasan pelanggan sebagai “Perbedaan antara harapan dan kinerja

atau hasil yang diharapkan”, maksudnya bahwa kepuasan pelanggan tercipta jika

pelanggan merasakan output atau hasil pekerjaan sesuai dengan harapan, atau

bahkan melebihi harapan pelanggan.

Kepuasan pelanggan adalah rangkuman kondisi psikologis yang dihasilkan

ketika emosi yang mengelilingi harapan yang tidak cocok dilipat gandakan oleh

perusahaan-perusahaan yang terbentuk dalam pelanggan tentang pengalaman

pengkonsumsian (Oliver dalam Peter dan Olson, 1996)

Definisi kepuasan pelanggan juga dipaparkan oleh Tse dan Wilson (dalam

Nasution 2004) bahwa kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan adalah respon

pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian atau diskonfirmasi yang dirasakan

antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah

pemakaian. Artinya bahwa pelanggan akan merasa puas bila hasilnya sesuai

dengan yang diharapkan dan sebaliknya pelanggan akan merasa tidak puas bila

hasilnya tidak sesuai dengan harapan, sebagai contoh seorang pelanggan puas

dengan kinerja sebuah bank maka pelanggan tersebut akan terus menabung maka

sebaliknya bila tidak puas maka akan menutup rekening di bank tersebut dan

pindah ke bank yang lain. Sesuai dengan pendapat Kuswadi (2004) kepuasan

pelanggan yaitu perbedaan antara harapan pelanggan dan persepsi pelanggan

terhadap apa yang diberikan perusahaan.

Menurut Amir (2005) kepuasan pelanggan adalah sejauh mana manfaat

sebuah produk dirasakan (perceived) sesuai dengan apa yang diharapkan

pelanggan. Kemudian secara sederhana kepuasan pelanggan adalah sebuah produk

(22)

pelanggan merasa puas (Gerson, 2002), contohnya seorang pelanggan akan selalu

membeli di toko A karena memenuhi semua kebutuhan atau harapannya.

Dari berbagai pendapat yang dipaparkan para ahli dapat disimpulkan

definisi kepuasan pelanggan adalah respon dari perilaku yang ditunjukkan oleh

pelanggan dengan membandingkan antara kinerja atau hasil yang dirasakan

dengan harapan. Apabila hasil yang dirasakan dibawah harapan, maka pelanggan

akan kecewa, karena kurang puas bahkan tidak puas, namun sebaliknya bila

sesuai dengan harapan, pelanggan akan puas dan bila kinerja melebihi harapan

pelanggan akan sangat puas.

Rangkuti (2003) mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai respon

pelanggan terhadap ketidaksesuaian antara tingkat kepentingan sebelumya dan

kinerja aktual yang dirasakannya setelah pemakaian. Salah satu faktor yang

menentukan kepuasan pelanggan adalah persepsi pelanggan mengenai kualitas

jasa yang berfokus pada lima dimensi jasa, yaitu responsiveness, reliability,

Empathy, assurance dan tangible. Kepuasan pelanggan, selain dipengaruhi oleh

persepsi kualitas jasa, juga ditentukan oleh kualitas poduk, harga dan faktor-faktor

yang bersifat pribadi serta yang bersifat situasi sesaat.

Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari

perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan

harapan-harapannya. Jika kinerja berada dibawah harapan, pelanggan tidak puas,

jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan puas dan jika kinerja melebihi harapan,

(23)

Menurut Sumarwan (2003), ketika konsumen membeli suatu produk, maka

ia memiliki harapan tentang bagaimana produk tersebut berfungsi (product

performance). Produk akan mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Produk berfungsi lebih baik dari yang diharapkan, ini lah yang disebut

diskonfirmasi positif (positive confirmation). Jika ini terjadi maka konsumen

akan merasa puas.

b. Produk berfungsi seperti yang diharapkan, inilah yang disebut konfirmasi

sederhana (simple confirmation). Produk tersebut tidak memberikan rasa puas,

tetapi tidak mengecewakan konsumen. Konsumen akan memiliki perasaan

netral.

c. Produk berfungsi lebih buruk dari yang diharapkan, inilah yang disebut

diskonfirmasi negatif (negative confirmation). Produk yang berfungsi, tidak

sesuai dengan harapan konsumen akan menyebabkan kekecewaan sehingga

konsumen tidak puas.

Untuk mengetahui tingkat kepuasan diperlukan adanya tolok ukur apakah

bersifat kualitatif atau kuantitatif. Untuk kepuasan pelanggan, tolok ukur yang

mendekati adalah bilamana tercapai keseimbangan dari apa yang diharapkan

dengan apa yang dirasakan, misal dalam hal mengkonsumsi barang atau jasa.

Bilamana barang atau jasa yang dikonsumsi oleh pelanggan itu telah dirasakan

melebihi harapan maka mereka dimungkinkan merasa puas.Untuk menilai suatu

yang dirasakan, ukuran kualitas merupakan salah satu kriteria yang dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan. Pada dasarnya bahwa kepuasan itu

meliputi 3 hal antar lain : Kualitas yang dirasakan, nilai yang dirasakan, dan

(24)

Pada dasarnya kepuasan itu meliputi 3 hal antara lain :

 Kualitas yang dirasakan.

 Nilai yang dirasakan.

 Harapan pelanggan.

Nilai yang dirasakan atas produk/jasa yang dikonsumsi itu terkait dengan

harapan yang melekat pada diri pelanggan.

Customer Customer complain loyality

Gambar : 2.1. The American Customer Statisfaction Index (ACSI) Model

Nilai yang dirasakan atas kualitas produk/jasa yang dikonsumsi itu terkait

dengan harapan yang melekat pada diri pelanggan. Nilai tersebut meliputi nilai

produk, nilai pelayanan, nilai karyawan, dan nilai citra (Woodruf, 1997). Untuk

memberikan yang terbaik pada pelanggan perlu memahami apa yang terkandung

dalam benak pelanggan termasuk perilakunya. Pemahaman lebih jauh tentang

perlunya mengetahui antara lain : target pelanggan, persepsi pelanggan, Percieved

quality

Customer expectation

Percieved value

(25)

bagaimana pelanggan menilai, hubungan pelanggan dengan karyawan, tindak

kepuasan, dan belajar memahami persepsi serta opini pelanggan.

Selain kepuasan konsumen, kepribadaian atau sikap konsumen biasanya

memainkan peranan utama dalam membentuk prilaku dalam memutuskan apa

yang akan dibeli, atau pelaku bisnis jasa mana untuk di jadikan langganan.

Konsumen secara khas memilih pelaku bisnis jasa yang dievaluasi secara saling

mengutungkan (James F.Engel et al,1992)

Faktor self perceived service role : adalah persepsi pelanggan tentang

tingkat derajat keterlibatannya dalam mempengaruhi jasa yang diterimanya. Bila

konsumen terlibat dalam proses penyampaian dan jasa yang terjadi ternyata tidak

begitu baik, maka pelanggan tidak bisa menimpahkan kesalahan sepenuhnya

kepada pihak penyedia jasa. (Zeitham Valerie A,et al, 1993).

Efek utama dari peningkatkan kepuasan seharusnya mengurangi keluhan

pelanggan dan meningkatkan loyalitas pelanggan. Kepuasan juga dipengaruhi

oleh beberapa faktor seperti kualitas produk, kualitas pelayanan, faktor emosi,

harga dan biaya (Zeitham, Parasuraman, Berry 1990) .

Pada prinsipnya, strategi kepuasan pelanggan, menyebabkan para pesaing

harus berusaha keras dan memerlukan biaya tinggi dalam usaha merebut

pelanggan suatu perusahaan. Satu hal yang perlu diperhatikan disini adalah

bahwa kepuasan pelangaan merupakan strategi jangka panjang yang

membutuhkan komitmen, baik menyangkut sumber dana maupun sumber daya

manusia (Schnaars, 1991).

Agar relationship marketing dapat dimplementasikan, perlu dibentuk

(26)

dianggap perlu dibina hubungan jangka panjang dengan mereka. Data base tidak

hanya berisi nama pelanggan tetapi mencakup hal-hal penting lainnya. Misalnya

frekuensi dan jumlah pembelian, preferensi, saat pembelian dan lain sebagainya.

Informasi ini memungkinkan perusahaan untuk merancang untuk produk khusus

yang disesuaikan kebutuhan dan keinginan pelanggan tertentu. Supaya bisa

memberikan hasil yang efektif, hubungan yang baik tidak hanya dibina dengan

pelanggan akhir, tetapi juga dengan pemasok (perantara), bahkan dengan

perusahaan pesaing.

2.6.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan Terhadap Kualitas Pelayanan

Kepuasan pelanggan harus disertai dengan pemantauan terhadap kebutuhan

dan keinginan yang bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Seperti yang diungkap

oleh Cravens (1996) ada beberapa faktor kepuasan pelanggan yaitu:

1. Sistem pengiriman

Memindahkan produk dari produsen ke pelanggan atau pemakai akhir dalam

bisnis biasanya meliputi saluran distribusi dari para pemasok, pabrikan dan

para perantara. Untuk dapat memuaskan pelanggan, jaringan harus berfungsi

sebagai unit yang terpadu dan terkoordinir, dimana semua anggotanya

mengerti dan menanggapi kebutuhan dan keinginan pelanggan.

2. Performa produk atau jasa

Performa dan keunggulan suatu produk atau jasa sangatlah penting dalam

mempengaruhi kepuasan pelanggan, yang bisa disebut sebagai hal utama

(27)

3. Citra

Citra dan merek perusahaan yang baik merupakan keunggulan bersaing yang

mempengaruhi tingkat kepuasan pelanggan dari sudut positif. Terbentuknya

citra merek (brand image) dan nilai merek (brand equity) adalah pada saat

pelanggan memperoleh pengalaman yang menyenangkan dengan produk.

4. Hubungan harga-nilai

Pelanggan menginginkan nilai yang ditawarkan merek sesuai dengan harga

yang diberikan, oleh karenanya terdapat hubungan yang menguntungkan

antara harga dan nilai. Merek dipromosikan oleh perusahaan sebagai suatu

nilai yang unik sesuai dengan harganya. Dilain pihak, manajemen

memutuskan untuk bersaing atas dasar harga rendah diantara merek-merek

dimana para pembeli sudah menetapkan nilai yang seimbang.

5. Kinerja atau prestasi karyawan

Kineja produk dan sistem pengiriman tergantung pada bagaimana semua

bagian organisasi bekerjasama dalam proses pemenuhan kepuasan pelanggan.

Setiap orang dalam organisasi mempengaruhi pelanggan, baik hal-hal yang

menyenangkan ataupun yang tidak menyenangkan.

6. Persaingan

Kelemahan dan kekuatan para pesaing juga mempengaruhi kepuasan

pelanggan dan merupakan peluang untuk memperoleh keunggulan bersaing.

Pesaing yang spesifik menimbulkan dampak baik atau buruk dalam rangka

memenuhi keinginan segmentasi pasar. Mengetahui kesenjangan (gap) antara

keinginan pembeli dengan tawaran yang diberikan para pesaing merupakan

(28)

Menurut Lupiyoadi (2001) ada lima faktor utama yang perlu diperhatikan

dalam kaitannya dengan kepuasan pelanggan yaitu :

a. Kualitas Produk

Pelanggan akan puas bila hasil evaluasi mereka menunjukan bahwa

produk yang mereka pergunakan berkualitas.

b. Kualitas Pelayanan

Pelanggan akan merasa puas bila mendapatkan pelayanan yang baik atau

yang sesuai dengan harapan.

c. Emosional

Pelanggan akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan bahwa orang

lain akan kagum bila seseorang menggunakan produk yang bermerek dan

cenderung mempunyai kepuasan yang lebih tinggi. Kepuasan yang

diperoleh bukan karena kualitas dari produk tetapi nilai sosial yang

membuat pelanggan menjadi puas dengan merek tertentu.

d. Harga

Produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan harga

yang relatif murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada

pelanggannya.

e. Biaya

Pelanggan yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu

membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk atau jasa cenderung

puas terhadap produk atau jasa tersebut.

Menurut Wasiyati dan Hastono (2003) faktor-faktor kepuasan pelanggan

(29)

a. Desain tersebut mengirimkan “pesan” kepada pelanggan mengenai nilai

dasar organisasi, khususnya mengenai trade of antara cost dan pelanggan.

b. Desain dapat meningkatkan atau membatasi kemampuan organisasi untuk

tetap mempertahankan pelanggan agar senang selama dan setelah

penjualan. Suatu desain yang kuat, sukses meningkatkan kepercayaan

front line staff, sementara desain yang buruk membuat mereka bersikap

membela diri.

Kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor berikut :

(Kuswadi, 2004)

a. Mutu produk atau jasa

Yaitu mengenai mutu produk atau jasa yang lebih bermutu dilihat dari

fisiknya.

b. Mutu pelayanan

Berbagai jenis pelayanan akan selalu dikritik oleh pelanggan, tetapi bila

pelayanan memenuhi harapan pelanggan maka secara tidak langsung

pelayanan dikatakan bermutu. Contohnya pelayanan pengaduan pelanggan

yang segera diatasi atau diperbaiki bila ada yang rusak.

c. Harga

Harga adalah hal yang paling sensitif untuk memenuhi kebutuhan

pelanggan. Pelanggan akan cenderung memilih produk atau jasa yang

memberikan penawaran harga lebih rendah dari yang lain.

(30)

Maksudnya bahwa baik pendistribusian mupun penyerahan produk atau

jasa dari perusahaan bisa tepat waktu dan sesuai dengan perjanjian yang

telah disepakati.

e. Keamanan

Pelanggan akan merasa puas bila produk atau jasa yang digunakan ada

jaminan keamanannya yang tidak membahayakan pelanggan tersebut.

Kesimpulan dari beberapa pendapat ahli diatas, teori yang paling lengkap

untuk mengulas faktor-faktor kepuasan pelanggan adalah menurut Lupiyoadi

(2001) yaitu kualitas produk, kualitas pelayanan, emosional, harga dan biaya.

2.6.2. Indeks Kepuasan Pelanggan

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan perusahaan yang

termasuk didalam BUMN/BUMD sehingga berdasarkan prinsip pelayanan

sebagaimana telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara Nomor : KEP/25M.PAN/2/2004 untuk mengukur tingkat kepuasan

pelanggan perlu adanya indeks kepuasan pelanggan.

Indeks kepuasan adalah data dan informasi tentang tingkat kepuasan

pelanggan yang diperoleh dari hasil pengukuran kuantitatif dan kualitatif atas

pendapat pelanggan dalam memperoleh pelayanan publik dengan membandingkan

antara harapan dan kebutuhan. Kemudian indeks kepuasan pelanggan tersebut

dikembangkan menjadi 14 unsur yang relevan, valid dan reliabel sebagai unsur

minimal yang harus ada. Adapun pengukuran indeks kepuasan masyarakat adalah

(31)

a. Prosedur pelayanan adalah kemudahan tahapan-tahapan atau alur

pelayanan yang diberikan pada masyarakat dilihat dari kemudahan dalam

memberikan pelayanan.

b. Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administrasi yang

diperlukan untuk mendapatkan pelayanan seseuai dengan jenis

pelayanannya.

c. Kejelasan petugas pelayanan yaitu kepastian seorang petugas yang

memberikan pelayanan pada perusahaan tersebut seperti nama, jabatan

serta kewenangan dan tanggung jawab.

d. Kedisiplinan petugas pelayan yaitu petugas dalam memberikan pelayanan

bersungguh-sungguh terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

e. Tanggung jawab petugas pelayanan yaitu petugas dituntut untuk

bertanggung jawab dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan.

f. Kemampuan petugas pelayanan yaitu tingkat keahlian dan keterampilan

yang dimiliki petugas dalam memberikan atau menyelesaikan pelayanan

kepada masyarakat.

g. Kecepatan pelayanan yaitu pelayanan yang diberikan perusahaan

terselesaikan sesuai dengan target waktu yang telah ditentukan oleh unit

penyelenggara pelayanan.

h. Keadilan mendapatkan pelayanan yaitu dalam melaksanakan pelayanan

yang terbaik bagi pelanggan tidak membedakan golongan atau status

(32)

i. Kesopanan dan keramahan petugas yaitu sikap dan perilaku petugas dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta

saling menghargai dan menghormati.

j. Kewajaran biaya pelayanan yaitu menilai dari seberapa besar biaya yang

dikeluarkan oleh unit pelayanan sehingga bisa terjangkau masyarakat.

k. Kepastian biaya pelayanan yaitu terdapat kesesuaian dengan adanya

kepastian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah

ditetapkan.

l. Kepastian jadwal pelayanan yaitu kepastian pelaksanaan waktu pelayanan

sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

m. Kenyamanan lingkungan yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan

yang bersih, rapi dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman

kepada penerima pelayanan.

n. Keamanan pelayanan yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit

penyelenggaraan pelayanan ataupun sarana yang digunakan sehingga

masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan sehingga

resiko-resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.

2.7. Konsep Kepuasan dan Ketidakpuasan

Pada dasarnya pelanggan berhak menilai suatu perusahaan dalam

mengeluarkan output baik produk maupun jasa dalam memenuhi harapan

pelanggan atau sebaliknya membuat pelanggan merasa kesal. Harapan pelanggan

(33)

kepuasan, dan sebaliknya bila harapan pelanggan tidak terpenuhi maka pelanggan

akan merasa tidak puas sehingga bisa melakukan kritikan atau keluhan.

Sunarto (2003) menyatakan bahwa untuk memahami dan mempengaruhi

kepuasan atau ketidakpuasan menggunakan model Diskonfirmasi Ekspektasi.

Teori Diskonfirmasi Ekspektasi mendefinisikan kepuasan dan ketidakpuasan

sebagai evaluasi yang dilakukan pelanggan sebagai pengalaman yang setidaknya

sama baiknya dengan apa yang diharapkan. Sehingga ada tiga pendekatan

tambahan dalam rangka untuk menjelaskan pembentukan kepuasan atau

ketidakpuasan yaitu teori ekuitas, teori atribusi, dan perasaan afektif berdasarkan

pengalaman, selain itu ada pula kinerja aktual produk.

Sumarwan (2003) menerangkan teori kepuasan dan ketidakpuasan

pelanggan terbentuk dari model Diskonfirmasi Ekspektasi, yaitu menjelaskan

bahwa kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan merupakan dampak dari

perbandingan antara harapan pelanggan sebelum pembelian dengan sesungguhnya

yang diperoleh pelanggan dari produk atau jasa tersebut. Harapan pelanggan saat

membeli sebenarnya mempertimbangkan produk tersebut berfungsi (product

performance). Produk akan berfungsi sebagai berikut :

a. Produk dapat berfungsi lebih baik dari yang diharapkan, disebut diskonfirmasi

positif (positive disconfirmation). Bila hal ini terjadi maka pelanggan akan

merasa puas.

b. Produk dapat berfungsi seperti yang diharapkan, disebut konfirmasi sederhana

(simple confirmation). Produk tersebut tidak memberi rasa puas dan produk

tersebut tidak mengecewakan sehingga pelanggan akan memiliki perasaan

(34)

c. Produk dapat berfungsi lebih buruk dari yang diharapkan, disebut

diskonfirmasi negatif (negative disconfirmation). Bila hal ini terjadi maka

akan menyebabkan kekecewaan, sehingga pelanggan merasa tidak puas.

Model Diskonfirmasi Ekspektasi bisa digambarkan melalui bagan berikut :

Gambar 2.2. Model Diskonfirmasi harapan dari kepuasan dan ketidakpuasan

(Sumber : Mowen dan Minor dalam Sumarwan, 2003)

Dari gambar diagram diatas bisa dijelaskan, bahwa pelanggan akan

memiliki harapan mengenai produk itu berfungsi, harapan itu berupa standar

kualitas yang akan dibandingkan dengan fungsi atau kualitas produk yang

sesungguhnya dirasakan pelanggan. Kemudian dalam mengevaluasi kepuasan

ataupun tidak puas dari sebuah produk atau jasa, pelanggan akan menilai berbagai

(35)

Kesimpulan dari teori kepuasan dan ketidakpuasan mengenai model

Diskonfirmasi Ekspektasi menjelaskan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan

pelanggan merupakan perbandingan antara harapan mengenai merek yang

seharusnya berfungsi dengan evaluasi mengenai fungsi yang sesungguhnya,

sehingga pelanggan akan merasa puas, tidak puas atau dalam keadaan netral (tidak

merasa puas dan tidak merasa tidak puas) terhadap produk atau jasa dari

perusahaan.

2.8. Kualitas Kinerja Pelayanan dan Kepuasan Pelanggan

Rational Expectation Theory yang dikemukakan dalam penelitian Yi (1989)

menyatakan bahwa hubungan positip yang diharapkan antara kualitas kinerja

layanan dan kepuasan konsumen berada dalam satu garis.

Pernyataan ini telah banyak dinyatakan dalam beberapa studi seperti yang

dilakukan oleh Fornell (1992) dan Cronin & Taylor (1992).

Kinerja didefinisikan sebagai seberapa baik pemberi jasa menyajikan setiap

langkah dalam proses pelayanan (Alford, Sherrel, 1996) sehingga tujuan

kepuasan pelanggan bisa tercapai.

Kepuasan pelanggan itu dipengaruhi oleh harapan dan kualitas yang

dirasakan oleh produk/jasa yang dikonsumsi. Jika kinerja memenuhi harapan

pelanggan, maka pelanggan merasa puas, dan bila tidak maka pelanggan tidak

puas (Spreng, Machenzie, Olshassky, 1998).

Dalam mengevaluasi kepuasan pelanggaan terhadap pelayanan produk jasa

atau perusahaan tertentu, konsumen pada umumnya mengacu pada berbagai

(36)

pelanggan terhadap suatu produk antara lain kinerja (Performance), ciri-ciri atau

keistimewaan (Features), kehandalan (Reliability), kesesuaian spesifikasi

(Conformance to specification), daya tahan (Durability), Serviceability, Estetika,

dan kualitas yang di persepsikan (PerceivedQuality).

2.9. Kualitas Kinerja Pelayanan

Atribut kualitas kinerja pelayanan dibentuk oleh indikator pertanyaan yang

berhubungan dengan performance quality dari pelayanan perusahaan yaitu antara

lain : Standar kinerja pelayanan, penilaian kinerja pelayanan, dan distribusi

Kinerja didefinisikan sebagai seberapa baik pemberi jasa menyajikan setiap

langkah dalam proses pelayanan (Alford, Sharrel, 1996).

Pelayanan yang diharapkan pelanggan dibentuk dan didasarkan oleh

beberapa faktor diantaranya pengalaman berbelanja dimasa lampau opini teman

dan kerabat, serta informasi dan janji-janji perusahaan dan para pesaing (Kotler &

Amstrong, 1994 dalam Fandy Tjiptono, 1997).

Ada beberapa penyebab utama tidak terpenuhinya harapan pelanggan (lihat

gambar 2.2.). Jika kinerja memenuhi harapan pelanggan, maka pelanggan merasa

puas, dan bila tidak maka pelanggan tidak merasa puas (Spreng, Machenzie,

Olshassky, 1998)

Mowen (1995) Kualitas layanan didefinisikan sebagai evaluasi konsumen

tentang kesempurnaan kinerja (performance) layanan. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa tingkat kinerja layanan dapat diukur atau dilihat tingkat

kepentingannya berdasarkan atribut-atribut kunci yang sudah diidentifikasikan

(37)

mereka mengenai kualitas kinerja layanan yang telah dibentuk melalui tipe modul

atribut.

Gambar 2.3. Harapan pelanggan yang tidak terpenuhi.

Sumber : Mudie, Peter & Angela Cottam (1993) dalam Fandy Tjiptono, 1998

2.9.1. Standar Kinerja

Oliver (1980) mengatakan dalam rangka untuk mengevaluasi kinerja

layanan, konsumen membutuhkan suatu norma mengenai layanan yang baik

sehingga layak untuk diterima. Oleh karena itu, konsumen sangat suka

menggunakan Standar kinerja (Standar performance) yang lain, Cronin dan

Taylor (1992) menyatakan bahwa perkiraan langsung pada kriteria kinerja

memberi ukuran yang lebih baik untuk model teoritis dari pada menggunakan

ukuran harapan . Cadotte, et al (1987) menyarankan dua norma berbeda yang

ideal digunakan untuk pertandingan. Pertama : Norma tipe kinerja, yaitu dari

jenis umum seperti yang sudah banyak ditawarkan atau paling populer. Kedua :

adalah bahwa norma rata-rata kinerja, dimana kepercayaan konsumen merupakan

(38)

tipe dari grup atau jenis yang sama dalam sebuah kategori produk atau dengan

kata lain disebut norma produk.

Standar kinerja dianggap memuaskan bila pernyataan menunjukan beberapa

bidang pokok tanggung jawab karyawan, memuat bagaimana sesuatu kegiatan

kerja akan dilakukan, dan mengarah pada mekanisme kuantitatif bagaimana

hasil-hasil kinerjanya akan diukur. Kinerja akan dapat diterima bila 90% dari desain

sistem umum disajikan kepada pemakai tepat waktunya dan pemakai menyetujui

desain tersebut.

2.9.2. Penilaian Kinerja

Penilaian harus mengenali prestasi serta membuat rencana untuk

meningkatkan kinerja. Penilaian kinerja harus memungkinkan pekerjaan dapat

diorganisasikan dengan baik serta memberikan kepuasan, pencapaian, dan

pemerkayaan jabatan yang lebih besar. Para pengawas dapat melakukan penilaian

tepat dengan mengkaji kinerja secara teratur, sistematik, dan konsisten.

Apabila seorang pengawas menduga bahwa kinerja yang baik atau buruk

bertumpu pada usaha yang dilakukan maka ia akan memberikan penilaian

terhadap kinerja tersebut sebagai lebih tinggi atau rendah dari apabila ia

menggunakan dugaannya bahwa kinerja tesebut dilakukan karena kemampuan

kerjannya (Knolton,dan Mitchel,1980 dalam Donald J.Campbell et al, 1998).

Kinerja didefinisikan sebagai seberapa baik pemberi jasa memberikan setiap

langkah dalam proses pelayanan (Alford, Sharrel, 1996). Meskipun unit kerja

kecil ternyata menghasilkan produk yang beragam dan melayani konsumen yang

(39)

lain pihak, usaha untuk meneliti semua potensi yang berkaitan dengan indikator

kinerja mungkin akan menghasilkan informasi yang justru terlalu berlebihan.

Beberapa riset menyatakan bahwa sebuah grup yang mengembangkan sebuah

“turunan” dari indikator kinerja sebesar 20 % untuk produk unit dan layanan

sebesar 80% untuk keberhasilan dari unit tersebut.

Target pelanggan sering ditujukan melalui kualitas diinginkan, harga

terjangkau, dan faktor lain yang berpengaruh pada pencapaian tujuan.

Sedangkan persepsi pelanggan mungkin tumbuh akibat dari pengalaman

mengkonsumsi atau menginformasi dari sesama pelanggan juga terhadap

penilaian pelanggan dalam interaksi produsen pelanggan (Woodruf, 1997).

2.9.3. Manfaat Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja dimanfaatkan manajemen untuk berbagai tujuan antara lain

(Mulyadi & Setyawan, 2000) yaitu :

1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efesien melalui pemotivasian

personel secara maksimum.

Dalam mengelola perusahaan, manajemen menetapkan sasaran yang akan

dicapai beserta langkah-langkah pencapaiannya dalam sebuah perencanaa.

Dalam pelaksanaan perencanaan, manajemen menetapkan pengendalian yang

efektif. Pelaksanaan rencana dapat ditempuh dengan tangan besi yang dapat

menjamin pencapaian sasaran organisasi secara efektif dan efesien namun

pencapaian ini akan disertai dengan rendahnya moral karyawan.

Kondisi moral karyawan yang demikian tidak akan terjadi apabila pengelolaaan

(40)

membangkitkan dorongan dalam diri karyawan untuk menggerakkan usahanya

dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan oleh organisasi.

2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan.

Penilaian kinerja akan menghasilkan data yang dapat digunakan sebagai dasar

pembuatan keputusan yang berkaitan dengan karyawan seperti promosi, mutasi

atau pemutusan hubungan kerja permanen. Data hasil evaluasi kinerja yang

diselenggarakan secara periodik akan sangat membantu memberikan informasi

penting dalam mempertimbangkan keputusan tersebut.

3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk

menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.

Organisasi memiliki suatu keinginan untuk mengembangkan karyawan selama

masa kerjanya agar karyawan selalu dapat menyesuaikan diri dengan perubahan

lingkungan bisnis yang terus mengalami perubahan dan perkembangan. Sulit

bagi perusahaan untuk mengadakan program pelatihan dan pengembangan bila

perusahaan tidak mengetahui kekuatan dan kelemahan karyawan yang

dimilikinya.

4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka

menilai mereka.

Dalam organisasi perusahaan, biasanya menajemen atas mendelegasikan

sebagian wewenangnya kepada manajemen dibawah mereka disertai dengan

alokasi sumber daya yang diperlukan dalam pelaksanakan wewenang tersebut.

Penggunaan wewenang dan konsumsi sumber daya dalam pelaksanaan

wewenang itu dipertanggungjawabkan dalam bentuk kinerja.

(41)

Penghargaan digolongkan dalam 2 kelompok yaitu :

1. Penghargaan intrinsik, berupa puas diri yang telah berhasil menyediakan

pekerjaannya dengan baik dan telah mencapai sasaran tersebut.

2. Penghargaan ekstrinsik, terdiri dari kompensasi yang biberikan kepada

karyawan, baik berupa kompensasi langsung, tidak langsung, maupun

Gambar

Gambar 2.2. Model Diskonfirmasi harapan dari kepuasan dan
Gambar  2.3. Harapan pelanggan yang tidak terpenuhi.

Referensi

Dokumen terkait

Latihan Snake Jump Agility Ladder drill adalah salah satu jenis latihan yang dapat meningkatkan kelincahan yang menggunakan tangga kelincahan dengan pergerakan kedua

Perilaku kawin diamati setiap hari ditandai dengan posisi mencit jantan menunggangi betinanya, berdasarkan hasil penelitian jumlah tunggangan mencit yang

dapat dilihat bahwa dari 9.065 rumah tangga yang ada di 11 kelurahan di Kecamatan Alak, 59,27 persennya (5.373 rumah tangga) merupakan rumah tangga miskin, dengan rincian

• Pengatur waktu harian dan mingguan tidak dapat disetel pada waktu yang sama.. • Mendukung penghematan energi dengan memungkinkan Anda menyetel hingga 6 pengatur waktu di

Budidaya udang tersebut memungkinkan adanya penyebaran infeksi Taura Syndrome Virus pada jenis udang lokal yang juga banyak dibudidayakan di Indonesia, salah

The experiment was arranged in a Split-Plot Randomized Complete Block Design with three replications, in which cropping systems (sorghum monoculture and

Pada hakikatnya Ketahanan Nasional adalah kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidupnya menuju kejayaan bangsa dan

Hasil penilaian pada elemen mitra kunci adalah kekuatan/kelemahan 4,00 (tinggi), peluang 3,80 (tinggi), dan ancaman 2,33 (rendah). Kekuatan mitra kunci dipengaruhi