• Tidak ada hasil yang ditemukan

E-MUSEUM SEBAGAI MEDIA MEMPERKENALKAN CAGAR BUDAYA DI KALANGAN MASYARAKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "E-MUSEUM SEBAGAI MEDIA MEMPERKENALKAN CAGAR BUDAYA DI KALANGAN MASYARAKAT"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL PENELITIAN VOL. 11

24

E-MUSEUM SEBAGAI MEDIA MEMPERKENALKAN CAGAR BUDAYA DI

KALANGAN MASYARAKAT

Oleh: Suraya & Muhammad Sholeh1

ABSTRACT

Basically the museum is a place of conservation, not only physically but in a system of moral values and norms. The purpose of conservation is to prevent people from forgetting their culture. An effort of providing museum learning system for the youth has to be done in order to conserve our cultural heritage. The system should be able to give information regarding museum’s collections. The information will attract visitors to come to the museum.

One effort named integral system integrates information from many museums in Yogyakarta into a portal website. The information is presented in text, picture as well as video format.

The system application is built with a web-based programming using CodeIgniter frame, and MySQL as the database. In this study, map feature utilizing Google Map API is used to present information in the form of particular museum location and other museums nearby.

Keywords: museum, integration, Yogyakarta

A. Pendahuluan

Museum pada mulanya muncul di Eropa, yaitu merupakan suatu ruang / tempat khusus untuk menyimpan barang – barang eksotik milik raja. Namun dalam perkembangan dunia selanjutnya, museum merupakan tempat bukan yang sekedar memamerkan tetapi berfungsi sebagai tempat mengumpulkan, melestarikan, merawat, dokumentasi, menyajikan dan mengkomunikasikan benda-benda alam dan budaya untuk kepentingan pengkajian, pembelajaran dan rekreasi. Peninggalan-peninggalan kebudayaan primitif yang dipamerkan di museum pada masa modern sekarang merupakan suatu media yang menginformasikan masa lampau kepada kita, terutama generasi muda sekarang yang tidak bersamaan hidup dengan generasi tua pada masa lampau. (Rumansara, 2013)

Perkembangan museum di Indonesia tidak lepas dari adanya masa kolonial. Sebelum kemerdekaan, tujuan pendirian museum yang berkenaan dengan kebudayaan adalah untuk mengenal kebudayaan rakyat jajahan. Sementara pendirian museum yang berkenaan dengan sains adalah untuk mengeksploitasi sumber-sumber kekayaan alam di negara jajahan. Barulah tujuan pendirian museum setelah kemerdekaan adalah untuk kepentingan pelestarian dan pengembangan warisan budaya. Perhatian pemerintah kepada museum mulai diberikan pada 1948 lewat Jawatan Kebudayaan dalam Kementerian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan. Perhatian yang lebih serius diberikan pada 1957 ketika dalam Jawatan Kebudayaan dibentuk Bagian Urusan Museum Pendirian dan pengembangan museum di Indonesia semakin meningkat dari masa sebelum kemerdekaan. Tujuan pendirian museum setelah kemerdekaan adalah untuk kepentingan pelestarian dan pengembangan warisan budaya dalam rangka persatuan dan peradaban bangsa, juga sebagai sarana pendidikan nonformal. Jumlah koleksi pada masa kolonial cukup besar, namun disajikan dengan konsep tata pameran di Eropa. Sementara jumlah koleksi setelah kemerdekaan memang masih terbatas, namun koleksi tersebut dipamerkan untuk kepentingan bangsa dalam rangka penanaman rasa kebangsaaan dan jati diri. (Aris Munandar, 2011)

Permasalahan yang dialami oleh museum adalah permasalahan klasik yang sebenarnya dialami pula oleh

sebagian besar museum di Indonesia. Museum milik negara pada umumnya, cenderung bersikap ‘pasif’ dengan

mengandalkan anggaran pemerintah yang tentu saja terbatas pada kewajiban terhadap perawatan dan penyimpanan koleksi berupa tinggalan materi yang memiliki nilai budaya atau identitas bangsa sesuai dengan UU no. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Sehingga memunculkan kesan membosankan bagi pengunjung, dan museum selalu tampak sepi pengunjung.

1

(2)

Pada dasarnya museum merupakan tempat pelestarian, bukan hanya secara fisik, tetapi dalam sistem nilai dan norma. Tujuan pelestarian adalah agar masyarakat tidak melupakan kekayaan budaya atau tidak mengenal lagi akan kebudayaan mereka. Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah memberikan pembelajaran tentang museum kepada generasi muda. Upaya yang dapat ditempuh adalah membangun system informasi museum yang dapat memberikan gambaran dan isi dari museum. Dengan adanya informasi ini, tentunya akan didapat gambaran apa isi dari museum sehingga diharapkan akan mendorong untuk melakukan kunjungan ke museum.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

a. Menciptakan suatu sistem informasi yang menginformasikan museum di Yogyakarta yang dapat diakses di mana saja dan kapan saja;

b. Menyajikan informasi lokasi museum dengan teks dan gambar, sehingga pengguna mendapatkan gambaran dari suatu lokasi museum.

C. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian E-Museum mempunyai berbagai manfaat yaitu sebagai berikut: (1) Mengumpulkan dan pengamanan warisan alam dan budaya, (2) Dokumentasi dan penelitian ilmiah, (3) Konservasi dan preparasi, (4) Penyebaran dan pemerataan ilmu untuk umum, (5) Pengenalan dan penghayatan kesenian, (6) Pengenalan kebudayaan antar daerah dan bangsa, (7) Visualisasi warisan alam dan budaya, (8) Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia, (9) Pembangkit rasa bertakwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam melaksanakan penelitian ini menggunakan beberapa referensi yang berhubungan dengan obyek penelitian terutama dari penelitian-penelitian atau makalah dalam jurnal, diantaranya :

1. (Patias, 2008), dalam paper ini penulis menuangkan gagasan dan mengimplementasikan, bagaimana membuat virtual dari suatu museum. Kelebihan system tentunya gambaran dari museum dapat divisualkan sedangkan kelemahannya adalah system dikemas dalam bentuk CD sehingga pendistribusian nya mengalami kendala, kecuali kalau CD ini menjadi souvenir dan tidak disajikan berbasis website.

2. (Michael, 2010) dalam paper berjudul Comparative study of interactive systems in a Museum., penulis menawarkan penggunaan TIK, khususnya multimedia untuk memberikan gambaran museum secara virtual. 3. (Satrya, 2012), dalam makalah yang ditulis di jurnal ilmiah Pariwisata, STP Trisakti Jakarta lebih banyak

menulis bagaimana strategi untuk meningkatkan kunjungan ke museum. Strategi tersebut diantaranya mengoptimalkan peran Corporate Social Responsibility (CSR) dari suatu perusahaan dalam mendukung program-program dari suatu museum. Pendekatan yang dilakukan dalam makalah ini lebih cenderung menggugah aspek sosial dari suatu perusahaan tetapi tidak mengulas penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam meningkatkan peranan museum.

1. Pengertian dan Sejarah Museum

Museum merupakan sarana untuk mengembangkan budaya dan peradaban manusia. Dengan kata lain, museum tidak hanya bergerak di sektor budaya, melainkan dapat bergerak di sektor ekonomi, politik, sosial, dll. Di samping itu, museum merupakan wahana yang memiliki peranan strategis terhadap penguatan identitas masyarakat termasuk masyarakat sekitarnya. Para ahli kebudayaan meletakkan museum sebagai bagian dari pranata sosial dan sebagai wahana untuk memberikan gambaran dan mendidik perkembangan alam dan budaya manusia kepada komunitas dan publik.

Dalam era pembangunan teknologi yang cepat berkembang dewasa ini, peranan museum sangat diharapkan untuk mengumpulkan, merawat, dan mengkomunikasikan berdasarkan penelitian dari benda-benda yang merupakan bukti konkret dari proses pengembangan kebudayaan. Di museum, masyarakat dapat memperoleh tempat berekreasi sambil mendapatkan informasi mengenai ilmu dan kejadian-kejadian yang terdapat dalam kehidupan manusia dan lingkungan.

(3)

JURNAL PENELITIAN VOL. 11

26

Benda-benda koleksi yang dipamerkan harus dirancang sedemikian rupa termasuk menunjukkan adanya isu-isu masa kini yang berjalan dengan fakta sejarah. Kegiatan yang dilakukan di museum tidak sekedar melihat benda koleksi yang indah, tetapi bagaimana agar yang datang ke museum pulang tetapi ingin kembali datang ke museum karena museum dianggap mempunyai daya tarik tersendiri. Ada yang mem buat saya cukup bangga saat ini, sudah cukup banyak pengelola museum yang membolehkan museumnya digunakan untuk acara-acara kegiatan kemasyarakatan, melakukan seminar untuk mengasah intelektual, dan yang terpenting museum tidak digunakan untuk sebagian kecil orang saja. (Khoirnafiya, 2012)

2. Fungsi Museum

Kata “Museum” berasal dari kata Muze, oleh orang Yunani Klasik diartikan sebagai kumpulan sembilan Dewi, perlambang ilmu kesenian. Kesenian itu sendiri merupakan budaya manusia bersifat universal, selain beberapa sistem yang ada yakni: religi, teknologi, organisasi kemasyarakatan, bahasa, pengetahuan dan mata pencaharian. Kesemuanya itu , juga merupakan materi koleksi museum secara umum. (Antara, 2013)

Sebagai lembaga ilmiah, tentu Museum mempunyai berbagai fungsi. Berdasarkan kebijaksanaan pengembangan permuseuman Indonesia berpegang pada rumusan ICOM (International Council Of Museum) (ICOM, 2013). Museum mempunyai sembilan fungsi, yakni (1) Mengumpulkan dan pengamanan warisan alam dan budaya, (2) Dokumentasi dan penelitian ilmiah, (3) Konservasi dan preparasi, (4) Penyebaran dan pemerataan ilmu untuk umum, (5) Pengenalan dan penghayatan kesenian, (6) Pengenalan kebudayaan antardaerah dan bangsa, (7) Visualisasi warisan alam dan budaya, (8) Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia, (9) Pembangkit rasa bertakwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Museum dinilai masih kurang maksimal. Masih banyak yang perlu dibenahi oleh museum. Antara lain aspek fisik seperti storage, keamanan museum, dan fasilitas public serta aspek non fisik yang meliputi kualitas SDM dan Manajemen Museum. Disamping kedua komponen tersebut terdapat hal lain yang harus diperhatikan juga oleh museum dan tidak kalah pentingnya dengan kedua hal tersebut. hal itu adalah masalah publikasi dari museum itu sendiri. Hampir sebagian besar museum di Indonesia masih belum memiliki sarana publikasi yang luas dan menarik. Padahal dari publikasi yang menarik dapat menarik pula minat dari masyarakat itu sendiri untuk mengunjungi museum. Seharusnya pihak museum dapat memanfaatkan sarana komunikasi massa seperti televisi, radio, surat kabar, dan internet sebagai saranan promosi yang strategis untuk mempublikasikan museum pada masyarakat luas. (Sukma, 2013)

E. Hasil Penelitian

1. Hasil Perancangan Basis Data

a.

Tabel Museum

Tabel 1 merupakan tabel museum yang berisi data-data museum.

Tabel 1.

Struktur tabel Museum

(4)

Tabel 2. Struktur tabel Tabel artikel

Tabel 3 merupakan tabel home slide, yaitu tabel yang berisi data-data yang nantinya akan

di tampilkan pada slide pada halaman pengunjung.

Tabel 3. Struktur tabel Tabel home slide

Nama Field

Type

Tabel 4 merupakan tabel menu_admin yang berisi daftar menu yang dimiliki oleh admin.

Tabel 4. Struktur tabel Menu_admin

Tabel 5 merupakan tabel users yang berisi data-data user admin.

Tabel 5. Struktur tabel Tabel users

Nama Field

Type

Tabel 6. Struktur tabel Tabel artikel

Nama Field

Type

Id_artikel*

Int

(5)

JURNAL PENELITIAN VOL. 11

28

Id_user**

int

Id_museum**

int

url

Varchar(100)

Image

Varchar(100)

Tanggal

Date

Isi

Text

Hit

int

g. Tampilan Aplikasi

1) Halaman Login

Halaman Login adalah halaman yang digunakan oleh administrator untuk masuk dalam sistem untuk mengolah data agar dapat ditampilkan kepada masyarakat. Untuk dapat masuk ke halaman tersebut terlebih dahulu harus memasukkan nama dan password. Berikut ini tampilan login admin.

Gambar 1. Tampilan dialog login

Tugas admin diantaranya memasukkan data museum, artikel, galery serta mengatur hak akses user lainnya.

2) Halaman tambah museum

Halaman ini digunakan admin untuk memasukkan data-data museum yang ada Tampilan untuk memasukkan data museum ada di gambar 2

Gambar 2. Menu tambah data Museum

3) Halaman Home

Merupakan halaman utama atau halaman pertama kali muncul ketika seseorang mengakses website portal museum Yogyakarta. Melalui halaman depan ini pengaksesan bisa dilakukan ke halaman lain melalui link-link yang ada. Tampilan depan akan menampilkan objek singkat dari lokasi wisata Gambar 3 merupakan tampilan utama dari sistem, untuk melihat informasi detail dari suatu lokasi wisata, pengguna dapat melakukan klik pada nama lokasi yang diinginkan.

Informasi yang ditampilkan dalam menu utama adalah :

(6)

3. Berita yang terkait dengan suatu museum

Gambar 3. Tampilan menu utama pengguna

4) Lokasi Museum

Di samping menginformasikan lokasi museum dalam bentuk teks dan gambar (gambar 4), aplikasi juga menampilkan peta dimana lokasi museum berada serta lokasi museum yang ada di daerah disekitar lokasi museum. Dengan adanya peta ini, tentunya informasi lebih menarik dan mempermudah pengunjung untuk menuju lokasi museum.

Gambar 4. Data museum yang dapat diakses

5) Link ke Museum tertentu

Agar mempermudah pengguna menuju lokasi museum, dalam penelitian ini, aplikasi yang dikembangkan dilengkapi dengan fasilitas untuk peta yang menggambarkan lokasi dari suatu museum serta lokasi museum lain yang terdekat (radius 3 km) . Gambar 5 dan gambar 6 menampilkan informasi dari suatu museum serta posisi museum dalam bentuk peta.

Li

nk

ke

Slide berisi gambar sejarah

(7)

JURNAL PENELITIAN VOL. 11

30

Gambar 5. Informasi suatu museum.

Gambar 6. Peta lokasi museum dan lokasi museum terdekat

6) Informasi Museum

Tampilan museum disajikan baik dalam bentuk teks, gambar maupun foto. Dengan adanya tampilan ini diharapkan pengunjung mempunyai gambaran isi dari suatu museum. Gambar 7 menampilkan informasi museum dalam bentuk foto.

(8)

F. Kesimpulan dan Rekomendasi

1. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan, uraian pada bab-bab sebelumnya dan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Dengan adanya portal museum ini dapat menampilkan informasi mengenai museum yang ada di kota Yogyakarta, sehingga dapat mempermudah pengunjung untuk mengetahui informasi sebelum melakukan kunjungan ke suatu museum;

2. Informasi disajikan secara interaktif dengan dilengkapi dengan data berupa teks, gambar serta peta lokasi;

3. Sistem informasi dibangun berbasis website, sehingga dapat diakses dimana saja dan kapan saja dengan menggunakan fasilitas internet.

2. Rekomendasi

Hasil akhir dari penelitian ini adalah website yang menginformasikan museum di kota Yogyakarta. Informasi yang ditampilkan berbasis peta, sehingga pengunjung dapat mengetahui tempat museum dengan informasi peta serta lokasi museum lain yang terdekat dari suatu lokasi museum

Pengembangan website berbasis GIS sangat diperlukan terutama bagi pengunjung museum yang tidak berasal dari Jogjakarta, website semacama ini bisa dikembangkan atau dikelola oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta.

Dalam website Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta, http://pariwisata.jogjakota.go.id/index/extra.arsip/2 (Gambar 8), informasi yang ditampilkan hanya berisi informasi teks sehingga bisa dikembangkan atau ditambah dengan informasi berbasis geografis.

Gambar 8.

http://pariwisata.jogjakota.go.id/index/extra.arsip/2

Daftar Pustaka

Anonim. (2008). Here. Retrieved 8 25, 2013, from www.here.com: http://here.com/-7.8082266,110.3623643,15,0,0,normal.day

Anonim. (2013). Kebijakan Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman di Indonesia. Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman.

Aris Munandar, A. d. (2011). Sejarah Permuseuman di Indonesia. Direktorat Permuseuman, http://museumku.wordpress.com/2012/02/09/sejarah-permuseuman-indonesia-bagian-3/.

(9)

JURNAL PENELITIAN VOL. 11

32

Jogiyanto. (2001). Analisa dan Desain Sistem Informasi. Yogyakarta: Penerbit Andi. Kadir,Abdul (2013) Mudah Mempelajari Database MySql Yogyakarta : Penerbit Andi

Khoirnafiya, S. (2012, Januari 12). Peranan Museum Bagi Masyarakat Masa Kini. Retrieved April 2014, 17, from http://museumku.wordpress.com: http://museumku.wordpress.com/2012/01/16/peranan-museum-bagi-masyarakat-masa-kini/

Michael, D. a. (2010). Comparative study of interactive systems in a Museum. Proceedings of the Third international conference on Digital heritage ISBN 3-642-16872-8,978-3-642-16872-7,

http://portal.acm.org/citation.cfm?id=1939603.1939626.

Murdick, R. G. (1999). Sistem Informasi Untuk Manajemen Modern Edisi 3. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Patias, P. C. (2008). THE DEVELOPMENT OF AN E-MUSEUM FOR CONTEMPORARY ARTS. Proceedings of the 14th International Conference on Virtual Systems and Multimedia Project Papers,ISSN 0167-7055 , http://despinamichael.net/website/data/papers/VSMM2008_emuseum.pdf.

Rumansara, E. H. (2013). Peran Sanggar Seni Dalam Menunjang Kegiatan Bimbingan Edukatif Pada Pameran Benda Budaya Bimbingan Edukatif Pada Pameran Benda Budaya Koleksi Museum - Museum Di Papua.

JURNAL ANTROPOLOGI PAPUA ISSN: 1693-2099 , 79-87.

Satrya, D. G. (2012). Strategi Pengembangan Museum. Jurnal Imial pariwisata Volume 17 No 1, Maret 2012 ISSN 1411-1527 STP Trisaksi Jakarta , 15-28.

Sukma, G. S. (2013, Pebruari 11). Museum Di Indonesia, Menyongsong Program Gerakan Nasional Cinta Museum.

Gambar

Tabel  1. Struktur tabel  Museum
Gambar 1. Tampilan dialog login
gambar sejarah
Gambar 5. Informasi suatu museum.
+2

Referensi

Dokumen terkait

a. Rasio Posyandu per Satuan Balita. Penambahan jumlah Posyandu dimaksudkan untuk mengantisipasi pertambahan jumlah bayi dari tahun ke tahun, dan ini cukup efektif

Berdasar pada pernyataan di atas dapat dianalisis bahwa jika masing-masing majlis ataupun lembaga pengembangan dapat melakukan fungsinya dengan baik sebagai akibatnya adalah

memiliki budaya sekolah yang bersih, bebas asap rokok, bebas kekerasan, narkotika, dan rindang mempunyai andil keberhasilan menanamkan QLODL nilai karakter bangsa pada

Wanita yang bertabarruj atau pamer aurat dan menampakkan keindahan tubuh di depan kaum laki- laki lain, akan mengundang perhatian laki- laki hidung belang dan serigala berbulu

Penulisan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pengaruh Pemberian Ubi Ungu (Ipomoea Batatas L) Terhadap Kadar Malondialdehida Serum Pada Tikus Wistar Yang Diberi Minyak Goreng

Untuk aset keuangan yang dicatat pada tersedia untuk dijual, Perusahaan menilai setiap akhir periode laporan, apakah terdapat bukti obyektif bahwa investasi mengalami

vogelii masing-masing pada konsentrasi 0,62% dan 0,60% dapat mematikan 80% serangga uji sehingga kedua ekstrak tersebut dipandang berpotensi baik untuk digunakan

20 Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Baru, (Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2012), hal.. 21 Motivasi berkaitan erat dengan kebutuhan. Semakin besar