JURNAL NIARA VOL 9 NO 2 JANUARI 2017 8 CAPAIAN PELAYANAN KESEHATAN DASAR DI KOTA PEKANBARU
Trio Saputra
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas lancang Kuning ABSTRACT
Minimum service standards hereinafter abbreviated SPM is a provision of the type and quality of basic services that are obligatory area obtained every citizen is entitled to a minimum. Minimum Service Standards health sector Health hereinafter referred SPM is a benchmark performance of health services, held the Regency / City. Health decentralization in Indonesia has been implemented since 2001.
Basic health services Pekanbaru City can not be said to be good. Total availability of medical personnel and doctors are not proportional to the population. Distribution of medical personnel and doctors uneven per-districts in the city of Pekanbaru. Besides the availability of health centers, polyclinics and sub Per-districts are also uneven. Pekanbaru city has not had a referral hospital, although their Arifin Achmad.
Keywords: Health Basic, Achievement Service
ABSTRAK
Standar pelayanan minimal yang selanjutnya disingkat SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan selanjutnya disebut SPM Kesehatan adalah tolok ukur kinerja pelayanan kesehatan yang diselenggarakan Daerah Kabupaten/Kota. Desentralisasi kesehatan di Indonesia telah dilaksanakan sejak tahun 2001.
Pelayanan kesehatan dasar Kota Pekanbaru belum dapat dikatakan baik. Jumlah ketersediaan tenaga medis dan dokter tidak sebanding dengan jumlah penduduk. Distribusi tenaga medis dan dokter yang tidak merata per-kecamatan di Kota Pekanbaru. Selain itu ketersediaan Puskesmas, Poliklinik dan Pustu per- kecamatan juga tidak merata. Kota Pekanbaru belum memiliki rumah sakit rujukan, kendati adanya RSUD Arifin Achmad.
Kata Kunci : Kesehatan Dasar, Capaian Kesehatan A.PENDAHULUAN
Kesehatan adalah merupakan salah satu dari hak asasi manusia, seperti termasuk dalam UUD 1945. Dalam UUD 1945 juga dinyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Kesehatan sebagai hak asasi manusia, mengandung suatu kewajiban untuk menyehatkan yang sakit dan
berupaya mempertahankan yang sehat untuk tetap sehat. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Hal ini melandasi pemikiran bahwa sehat adalah investasi.
Kesehatan sebagai investasi sangat berkaitan dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI). Saat ini kualitas
JURNAL NIARA VOL 9 NO 2 JANUARI 2017 9 pertumbuhan pembangunan bangsa
Indonesia belum menggembirakan. Laporan UNDP 2005 menempatkan Indonesia berada pada urutan ke 110 dari 177 negara, di mana hanya satu tingkat di atas Uzbekistan dan dua tingkat di bawah Vietnam. Sebagai negara yang menganut sistem negara kesatuan (unitarisme), maka pembangunan kesehatan daerah merupakan satu sub sistem dari Pembangunan Kesehatan Nasional.
Standar pelayanan minimal yang selanjutnya disingkat SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan selanjutnya disebut SPM Kesehatan adalah tolok ukur kinerja pelayanan kesehatan yang diselenggarakan Daerah Kabupaten/Kota.
Desentralisasi kesehatan di Indonesia telah dilaksanakan sejak tahun 2001. Bentuk dari otonomi daerah dengan mewujudkan pemerintah yang demokratis, dan untuk mempercepat peningkatan layanan yang diberikan pemerintah daerah kepada masyarakat, pada kenyataannya masih belum berjalan sesuai dengan harapan. (Hasjimzum 2009) dalam penelitiannya mengatakan birokrasi belum optimal memberikan pelayanan yang sesuai dan tepat kepada masyarakat sehingga kualitas pelayanan publik masih
rendah, untuk memperoleh pelayanan yang sesuai oleh masyarakat pemerintah dalam mengambil kebijakan melalui partisipasi masyarakat yang merupakan dasar demokrasi.
(Larasati 2008) Pemberian ruang partisipasi kepada warga masyarakat untuk ikut serta menetapkan dan perumusan kebijakan penyelenggaraan pelayanan publik, akan mengakomodasi berbagai tuntutan warga masyarakat, yang dengan demikian juga sejalan dengan perkembangan kehidupan demokrasi yang berkembang di dalam kehidupan masyarakat, yang pada gilirannya akan memungkinkan terbangunnya komitmen yang terkonstruksi dalam hubungan hukum antara penyelenggara pelayanan yang kian responsif dan warga masyarakat yang kian bersikap partisiatif.
Selanjutnya (Budhiarto, Suryono, and Makmur 2013)menyebutkan pendekatan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang menempatkan pengguna layanan sebagai pusat pelayanan. Artinya kebutuhan dan kepentingan pengguna layanan harus menjadi pertimbangan utama dalam keseluruhan proses penyelenggaraan pelayanan publik, Penerapan strategi Citizen Charter atau dalam istilah lainnya DGDODK ³.RQWUDN 3HOD\DQDQ´
Pelayanan kesehatan melalui standar pelayanan minimal kesehatan yang
JURNAL NIARA VOL 9 NO 2 JANUARI 2017 10 menjadi tolak ukur kinerja kesehatan,
Pertanyaannya adalah: apakah kebijakan ini telah meningkatkan status kesehatan masyarakat? Apakah telah mampu meningkatkan kapasitas lembaga di sektor kesehatan dan peningkatan perhatian pemerintah daerah di sektor kesehatan. 1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian LQL \DLWX ³ 6HMDXK PDQD capaian pelayanan kesehatan dasar di Kota 3HNDQEDUX"´
B. KAJIAN PUSTAKA
Konsep dasar dalam manajemen kesehatan 1. Pengertian manajemen
a. Manajemen adalah pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan dengan menggunakan orang lain (Robert D. Terry)
b. Manajemen adalah proses dimana pelaksanaan dari suatu tujuan diselenggarakan dan diawasi (Encyclopaedia of sosial sciences)
c. Manajemen membuat tujuan tercapai melalui kegiatan-kegiatan orang lain dan fungsi-fungsinya dapat dipecahkan sekurang-kurangnya 2 tanggung jawab
utama (perencanaan dan pengawasan)
d. Manajemen adalah suatu proses yang dilakukan oleh satu orang
/lebih untuk
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan orang lain guna mencapai hasil (tujuan) yang tidak dapat dicapai oleh hanya satu orang saja. (Evancevich) Dari batasan-batasan tersebut di atas dapat diambil suatu kesimpulan umum EDKZD ³ Manajemen adalah suatu kegiatan untuk mengatur orang lain guna mencapai suatu tujuan atau menyelesaikan
SHNHUMDDQ ´Apabila batasan ini diterapkan dalam bidang kesehatan masyarakat dapat dikatakan sebagai berikut :
³ Manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk mengatur para petugas kesehatan dan nonpetugas kesehatan guna meningkatkan kesehatan masyarakat melalui
SURJUDP NHVHKDWDQ ´ Dengan kata lain manajemen kesehatan masyarakat adalah penerapan manajemen umum dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat sehingga yang menjadi objek dan sasaran manajemen adalah sistem pelayanan kesehatan masyarakat (S 2003).
JURNAL NIARA VOL 9 NO 2 JANUARI 2017 11 Fungsi Manajemen perbandingan beberapa fungsi manajemen menurut 4 pakar
manajemen ilmiah
Tokoh Fungsi manajemen
George Terry Planning, Organizing, Actuating, Controlling
L. Gullick Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting, Budgetting
H. Fayol Planning, Organizing, Commanding, Coordinating, Controlling
.RRQ]W 2¶ 'RQQHO Planning, Organizing, Staffing, Directing, Controlling Planning (perencanaan) adalah
sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi sampai dengan menetapkan alternative kegiatan untuk pencapaiannya.
Organizing (pengorganisasian) adalah rangkaian kegiatan menajemen untuk menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi.
Actuating (directing, commanding, motivating, staffing, coordinating) atau fungsi penggerakan pelaksanaan adalah proses bimbingan kepada staff agar mereka mampu bekerja secara optimal menjalankan tugas-tugas pokoknya sesuai dengan ketrampilan yang telah dimiliki, dan dukungan sumber daya yang tersedia.
Controlling (monitoring) atau pengawasan dan pengendalian (wasdal) adalah proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi jika terjadi penyimpangan.
Sumber kegiatan sektor kesehatan
1. Pemerintah, yaitu APBN yang disalurkan ke daerah dalam bentuk Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus. Dengan diberlakukannya otonomi daerah, porsi dana sektor kesehatan yang bersumber dari APBN menurun. Pemerintah pusat juga masih tetap membantu pelaksanaan program kesehatan di daerah melalui bantuan dana dekonsentrasi khususnya untuk pemberantasan penyakit menular.
2. APBD yang bersumber dari PAD (pendapatan asli daerah) baik yang bersumber dari pajak, atau penghasilan Badan Usaha Milik Pemda. Mobilisasi dana kesehatan juga bisa bersumber dari masyarakat dalam bentuk asuransi kesehatan, investasi pembangunan sarana pelayanan kesehatan oleh pihak swasta dan biaya langsung yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk perawatan kesehatan. Dana pembangunan kesehatan yang diserap oleh berbagai sektor harus
JURNAL NIARA VOL 9 NO 2 JANUARI 2017 12 dibedakan dengan dana sektor
kesehatan yang diserap oleh Dinas kesehatan.
3. Bantuan luar negeri, dapat dalam bentuk hibah (grant) atau pinjaman (loan) untuk investasi atau pengembangan pelayanan kesehatan.
Asuransi kesehatan
Pembiayaan kesehatan yang bersumber dari asuransi kesehatan merupakan salah satu cara yang terbaik untuk mengantisipasi mahalnya biaya pelayanan kesehatan. Alasannya antara lain :
1. Pemerintah dapat mendiversifikasi sumber-sumber pendapatan dari sektor kesehatan.
2. Meningkatkan efisiensi dengan cara memberikan peran kepada masyarakat dalam pembiayaan pelayanan kesehatan.
3. Memeratakan beban biaya kesehatan menurut waktu dan populasi yang lebih luas sehingga dapat mengurangi resiko secara individu.
Asuransi kesehatan adalah suatu mekanisme pengalihan resiko (sakit) dari resiko perorangan menjadi resiko kelompok. Dengan cara mengalihkan resiko individu menjadi resiko kelompok, beban ekonomi yang harus dipikul oleh masing-masing peserta
asuransi akan lebih ringan tetapi mengandung kepastian karena memperoleh jaminan.
Unsur-unsur asuransi kesehatan : 1. Ada perjanjian
2. Ada pemberian perlindungan 3. Ada pembayaran premi oleh
masyarakat
Jenis asuransi kesehatan yang berkembang di Indonesia
1. Asuransi kesehatan sosial (Sosial Health Insurance)
Contoh : PT Askes untuk PNS dan penerima pensiun dan PT Jamsostek untuk tenaga kerja swasta.
2. Asuransi kesehatan komersial perorangan (Private Voluntary Health Insurance)
Contoh : Lippo Life, BNI Life, Tugu Mandiri, Takaful, dll.
3. Asuransi kesehatan komersial kelompok (Regulated Private Health Insurance)
Contoh : produk Asuransi Kesehatan Sukarela oleh PT Askes.
C. PEMBAHASAN
Di era globalisasi tahun 2020 mendatang, kesehatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggotanya, termasuk
JURNAL NIARA VOL 9 NO 2 JANUARI 2017 13 bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi
hal tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2015 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi tingginya. Kesehatan memegang posisi sentral, karena tanpa kesehatan tidak mungkin seseorang dapat meningkatkan produktifitas. Dalam menghadapi era
globalisasi saat ini, dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga dapat bersaing dan dapat meningkatkan tingkat produktifitas dan efisiensi.
Peningkatan produktifitas melalui kebutuhan dasar kesehatan tidak secara otomatis diterjemahkan ke dalam demand atau permintaan pelayanan kesehatan. Kebutuhan kesehatan juga ditentukan oleh pola penyakit yang diderita oleh masing-masing individu. Permintaan pelayanan kesehatan yang ditentukan oleh diagnosa klinik sangat dipengaruhi pula oleh tenaga kesehatan yang profesional (Massie 2013)
a. Rasio Posyandu per Satuan Balita.
Tabel 3.1
Jumlah Posyandu dan Balita Kota Pekanbaru Tahun 2007 s.d 2011
No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011
1 Jumlah Posyandu 573 584 584 598 602
2 Jumlah Balita 103.372 112.083 111.860 107.963 111.725
3 Rasio 5,54 5,21 5,22 5,54 5,39
Sumber : Dinas Kesehatan Pekanbaru, 20012
Rasio Posyandu per-Satuan Balita merupakan jumlah Posyandu untuk setiap 1000 orang balita. Tabel 3.1 menunjukkan bahwa rasio jumlah Posyandu Per 1000 orang balita pada periode 2007-2011 adalah 5 buah. Jumlah posyandu selalu bertambah dari 573 buah pada tahun 2007
menjadi 602 buah pada tahu 2011. Penambahan jumlah Posyandu dimaksudkan untuk mengantisipasi pertambahan jumlah bayi dari tahun ke tahun, dan ini cukup efektif sehingga persentase jumlah Posyandu dapat dipertahankan diatas 5 per-1000 balita.
JURNAL NIARA VOL 9 NO 2 JANUARI 2017 14 Tabel 3.2
Jumlah Posyandu dan Balita Menurut Kecamatan Tahun 2011 Kota Pekanbaru No Kecamatan Jumlah Posyandu Jumlah Balita Rasio
1 Bukit Raya 57 11.439 4,98 2 Marpoyan Damai 72 15.643 4,60 3 Tampan 67 21.113 3,17 4 Sukajadi 54 5.871 9,20 5 Pekanbaru Kota 34 3.119 10,90 6 Sail 24 2.668 9,00 7 Lima Puluh 30 5.144 5,83 8 Tenayan Raya 82 15.326 5,35 9 Senapelan 40 4.534 8,82 10 Rumbai Pesisir 64 8.051 7,95 12 Rumbai 42 8.042 5,22 13 Payung Sekaki 36 10.775 3,34 14 Pekanbaru 602 111.725 5,39
Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012
b. Rasio Puskesmas, Poliklinik dan Pustu per-Satuan Penduduk Tabel 3.3
Jumlah Puskesmas, Poliklinik dan Pustu Tahun 2007 s.d 2011 Kota Pekanbaru
No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011 1 Jumlah Puskesmas 17 19 19 19 19 2 Jumlah Poliklinik 216 225 245 254 254 3 Jumlah Pustu 34 32 32 33 33 4 Jumlah Penduduk 771.429 799.213 802.788 897.768 902.464 5 Rasio Puskesmas persatuan penduduk 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 6 Rasio Poliklinik Persatuan Penduduk 0,28 0,28 0,30 0,28 0,28
7 Rasio Pustu persatuan penduduk
0,04 0,04 0,04 0,04 0,04
Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012
Tabel 3.4
Jumlah Posyandu dan Balita Menurut Kecamatn Tahun 2011 Kota Pekanbaru No Kecamatan Jumlah
Penduduk
Puskesmas Poliklinik Pustu
Jumlah Rasio Jumlah Rasio Jumlah Rasio 1 Bukit Raya 92.395 1 0,01 47 0,50 3 0,03 2 Marpoyan Damai 126.355 2 0,02 26 0,21 4 0,03
JURNAL NIARA VOL 9 NO 2 JANUARI 2017 15 3 Tampan 170.543 3 0,02 35 0,21 2 0,01 4 Sukajadi 47.420 2 0,04 21 0,44 1 0,02 5 Pekanbaru Kota 25.193 1 0,04 16 0,64 1 0,04 6 Sail 21.550 1 0,05 5 0,23 2 0,09 7 Lima Puluh 41.549 1 0,02 9 0,22 4 0,10 8 Tenayan Raya 123.799 2 0,02 30 0,24 5 0,04 9 Senapelan 36.625 1 0,03 9 0,25 2 0,05 10 Rumbai Pesisir 65.036 2 0,03 17 0,26 5 0,08 11 Rumbai 64.961 3 0,05 7 0,11 2 0,03 12 Payung Sekaki 87.038 1 0,01 32 0,37 2 0,02 13 Pekanbaru 902.464 19 0,02 254 0,28 33 0,04 Sumber: Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, 2012
Rasio puskesmas, poliklinik dan pustu persatuan penduduk adalah ketersediaan puskesmas, poliklinik dan pustu untuk setiap 1000 orang penduduk. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rasio puskesmas, poliklinik dan pustu terhadap 1000 penduduk cenderung tetap, yaitu berturut-turut 0,02; 0,28 dan 0,04. Namun dengan bertambahnya penduduk setiap tahunnya, maka perlu menambah jumlah puskesmas, poliklinik dan pustu, paling tidak untuk mempertahankan rasio ketersediaannya persatuan penduduk. Tabel 3.3 menunjkkan bahwa distribusi setiap kecamatan pada 2011 masih belum merata. Rasio ketersediaan poliklinik di kecamatan di Pekanbaru Kota memiliki Rasio yang tinggi, sebesar 0,64 sedangkan kecamatn Rumbai hanya 0,11.
c. Rasio Rumah Sakit per-satuan Penduduk
Rasio rumah sakit per-satuan penduduk adalah ketersediaan rumah sakit setiap 1000 orang penduduk. Jumlah rumah sakit dan rasio ketersediaannya per 1000 penduduk di Kota Pekanbaru dari Tahun 2007 sampai 2011 dapat dilihat pada tabel 3.4. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah rumah sakit di Kota Pekanbaru setiap tahunya bertambah ( dari 14 unit pada tahun 2007 menjadi 22 unit pada tahun 2011 ).penambahan jumlah rumah sakit ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, sehingga rasio rumah sakit terhadap 1000 orang penduduk selalu tetap, yaitu sebesar 0,02 pada tahun 2007 sampai dengan 2011
JURNAL NIARA VOL 9 NO 2 JANUARI 2017 16 Tabel 3.5
Jumlah Rumah Sakit per- Satuan Penduduk Tahun 2007 s.d 2011 Kota Pekanbaru No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011 1 Jumlah Rumah Sakit 14 16 18 21 22 2 Jumlah Penduduk 771.429 799.213 802.788 897.768 902.464 3 Rasio 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
Dinas: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012 Tabel 3.6
Jumlah Rumah Sakit per-Satuan Penduduk Tahun 2011 Menurut Kecamatan- Kota Pekanbaru
No Kecamatan Jumlah Rumah Sakit Jumlah Penduduk Rasio
1 Bukit Raya 1 92.395 0,01 2 Marpoyan Damai 6 126.355 0,05 3 Tampan 1 170.543 0,006 4 Sukajadi 4 47.420 0,08 5 Pekanbaru Kota 3 25.193 0,12 6 Sail 4 21.550 0,19 7 Lima Puluh 0 41.549 0 8 Tenayan Raya 0 123.799 0 9 Senapelan 1 36.625 0,03 10 Rumbai Pesisir 0 65.036 0 12 Rumbai 0 64.961 0 13 Payung Sekaki 2 87.038 0,02 14 Pekanbaru 22 902.464 0,02
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, 2012 d. Rasio Dokter per-Satuan Penduduk
Rasio dokter per-satuan penduduk menunjukkan jumlah ketersedian dokter untuk setiap 1000 orang penduduk. Tabel 3.7 menunjukkan jumlah dokter dengan rasio ketersediaannya per-1000 penduduk di Kota Pekan baru dari Tahun 2007 sampai 2011. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah dokter dan rasio dokter dari tahu ke tahun meningkat. Pada
tahun 2007, jumlah dokter di Kota Pekanbaru sebanyak 570 orang, meningkat dari 0,7 pada tahun 2007 menjadi 1,1 pada tahun 2011. Artinya pada tahun 2011 terdapat lebih dari dari 1 orang dokter untuk 1000 orang penduduk.
Distribusi dokter perkecamatan di Pekanbaru pada tahun 2011 per-1000 penduduk tidak merata antar kecamatan. Misalnya di kecamatan Kota, dengan rasio
JURNAL NIARA VOL 9 NO 2 JANUARI 2017 17 sebesar 7,1, menunjukkan bahwa terdapat
lebih dari 7 orang dokter untuk setiap 1000 orang penduduk di Kecamatan Pekanbaru
Kota; sedangkan di Kecamatan Tenayan Raya, hanya ada sekitar 1 orang dokter untuk 10.000 orang.
Tabel 3.7
Jumlah Dokter per-Satuan Penduduk Tahun 2007 s.d 2011 Kota Pekanbaru No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011 1 Jumlah Dokter 570 680 695 979 979 2 Jumlah Penduduk 771. 429 799. 213 802. 788 897.768 902.464 3 Rasio 0,7 0,9 0,9 1,1 1,1
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, 2012 Tabel 3.8
Jumlah Dokter per-Satuan Penduduk Tahun 2011 Menurut Kecamatan ± Kota Pekanbaru
No Kecamatan Jumlah Tenaga Medis Jumlah Penduduk Rasio
1 Bukit Raya 99 92.395 5 2 Marpoyan Damai 68 126.355 1,1 3 Tampan 83 170.543 0,5 4 Sukajadi 151 47.420 0,5 5 Pekanbaru Kota 179 25.193 3,2 6 Sail 48 21.550 7,1 7 Lima Puluh 99 41.549 2,2 8 Tenayan Raya 14 123.799 2,4 9 Senapelan 93 36.625 0,1 10 Rumbai Pesisir 45 65.036 2,5 11 Rumbai 18 64.961 0,7 12 Payung Sekaki 82 87.038 0,3 13 Pekanbaru 979 902.464 1,1
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, 2012 a. Rasio Tenaga Medis per-Satuan
Penduduk
Rasio tenaga medis per-satuan penduduk adalah menunjukkan jumlah ketersediaan tenaga medis bagi setiap 1000 orang pendudduk. Tabel diatas menunjukkan bahwa baik jumlah maupun rasio ketersediaan tenaga medis di Kota
Pekanbaru terhadap 1000 orang penduduk dari tahun 2007 sampai tahun 2011 mengalami perubahan (fluktuatif), terutama sekali pada tahun 2010, jumlah tenaga medis yang tersedia hanya 1.215 orang (kurang dari separoh dari tahunsebelumnya). Sementara itu rasio ketersediaan tenaga medis per-1000
JURNAL NIARA VOL 9 NO 2 JANUARI 2017 18 penduduk cenderung naik dari tahun 2007
(2,9) sampai tahun 2011 (3,4), kecuali tahun 2010 yang turun cukup drastis sebesar 1,4.
Tabel 3.9 menunjukkan jumlah dan rasio ketersediaan tenaga medis pada Tahun 2011 pada setiap kecamatan di Kota Pekanbaru. Terlihat bahwa distribusi tenaga medis kurang merata untuk setiap Kecamatan. Dari tabel tersebut juga dapat terbaca bahwa pada 4 Kecamatan Tampan, Lima Puluh, Tenayan Raya Dan payung Sekaki)hanya ada kurang dari 2 orang tenaga medis untuk 1000 orang penduduk.sedangkakn pada 3 kecamatan Pekanbaru Kota, Sail dan Senapelan), tersedia tenaga medis sekitar 10 orang atau lebih. Untuk 5 Kecamatan lainnya Sukajadi, Rumbai, Rumbai Pesisir, Bukit Raya dan Marpoyan Damai), dengan rasio antara 2,4 sampai dengan 6,1 mengindikasikan bahwa tenaga medis yang tersedia pada tahun 2011 di kelima kecamtan tersebut berkisar antara 2 sampai 6 orang untuk setiap 1000 orang penduduknya.
b. Capaian Pelayanan Kesehatan Dasar Indikator kinerja pembangunan bidang kesehatan pemerintah Kota Pekanbaru dari tahun 2007 sampai tahun 2011 untuk pelayanan kesehatan ditunjukkan oleh capaian indikator seperti: ; Cakupan Komplikasi Kebidanan
yang ditangani; Cakupan Kelurahan UCI; Cakupan Balita Gizi Buruk yang mendapat Perawatan; Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD; Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat miskin; Cakupan Kunjungan Bayi; Cakupan Puskesmas dan Cakupan Pembantu Puskesmas.
Tabel 3.11 menunjukkan capaian pelayanan kesehatan dasar beserta pembandingannya ( Standar Pelayanan Minimum Nasional disertai dengan target waktu pencapaiannya). Terlihat bahwa sedikitnya ada 3 indikator (Cakupan Komplikasi Kebidanan yang ditangani; Cakupan Kelurahan UCI; Cakupan Balita Gizi Buruk yang mendapat Perawatan; Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD) yang telah melampaui SPM Nasional. Untuk 3 indikator ini diperlukan konsistensi, agar dapat mempertahankan prestasi ini. Sedangkan 2 indikator dengan porsentase yang masih rendah dan jauh dibawah SPM Nasional (Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD; Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat miskin), masih memerlukan usaha yang keras untuk mencapai nilai SPM. Untuk 3 indikator kinerja( Cakupan pertolongan persalian oleh tenaga medis yang memiliki kompentensi kebidanan, Cakupan Kelurahan UCI DAN Cakupan Kunjungan
JURNAL NIARA VOL 9 NO 2 JANUARI 2017 19 Bayi), diperlukan konsistensi untuk
mencapai dan memperthankan kinerjanya. Dua indikator lain (Cakupan Puskesmas dan Cakupan Pembantu Puskesmas) tidak memiliki indikator pembandingan (SPM),
namun menunjukkan angka persentase yang tinggi ( di atas 100% untuk Cakupan Puskesmas)
Tabel 3.9
Jumlah Tenaga Medis per-Satuan Penduduk Tahun 2007 s.d 2011 No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011 1 Jumlah Tenaga Medis 2.227 2.048 2.708 1.215 3.094 2 Jumlah Pendud uk 771,4 29 799.2 13 802.7 88 897.7 68 902.4 64 3 Rasio 2,9 2,6 3,4 1,4 3,4 Sumber: Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, 2012
Tabel 3.10
Jumlah Tenaga Medis per-Satuan Penduduk Tahun 2011 Menurut Kecamatan ±Kota Pekanbaru
No Kecamatan Jumlah Tenaga Medis Jumlah Penduduk Rasio
1 Bukit Raya 568 92.395 6,1 2 Marpoyan Damai 300 126.355 2,4 3 Tampan 250 170.543 1,5 4 Sukajadi 157 47.420 3,3 5 Pekanbaru Kota 250 25.193 9,9 6 Sail 257 21.550 11,9 7 Lima Puluh 75 41.549 1,8 8 Tenayan Raya 200 123.799 1,6 9 Senapelan 357 36.625 9,7 10 Rumbai Pesisir 330 65.036 5,1 12 Rumbai 225 64.961 3,5 13 Payung Sekaki 125 87.038 1,4 14 Pekanbaru 3094 902.464 3,4
JURNAL NIARA VOL 9 NO 2 JANUARI 2017 20 Tabel 3.11
Persentase Capaian Pelayanan Kesehatan Dasar Kota Pekanbaru Tahun 2007-2011 No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011 SPM 1 Cakupan Komplikasi kebidanan yang ditangani 31,16 49,07 100 100 100 80 (2015) 2 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki komentensi kebidanan 96,23 90,33 85,66 85,55 78,60 90 (2015) 3 Cakupan Kelurahan UCI 100 96,55 55 84,48 94,83 100 (20010) 4 Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan 100 100 100 100 100 100 (2010) 5 Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit TBC TBA 25,76 23,38 20,09 31,81 33,87 100 (2010) 6 Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin 100 100 100 100 100 100 (2010) 7 Cakupan Kunjungan Bayi 5 5 6,2 12 17,64 100 (2015)
JURNAL NIARA VOL 9 NO 2 JANUARI 2017 21 8 Cakupan Kunjungan Bayi 81,06 141,1 96,39 96,39 94,73 90 (2010) 9 Cakupan Puskesmas 141,7 158,3 158,3 158 167 10 Cakupan Pembantu Puskesmas 58,62 55,17 55,17 55,17 56,9
Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012
Indikator kinerja pembngunan bidang kesehatan dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain: rasio Posyandu per satuan balita; Rasio Puskesmas, Poliklinik, Pustu per satuan penduduk; Rasio Rumah Sakit per satuan Penduduk; Rasio Dokter per satuan Penduduk; Rasio Tenaga Medis per satuan Penduduk; Cakupan Komplikasi Kebidanan yang ditangani; Cakupan Kelurahan UCI; Cakupan Balita Gizi Buruk yang mendapat Perawatan; Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD; Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat miskin; Cakupan Kunjungan Bayi; Cakupan Puskesmas dan Cakupan Pembantu Puskesmas. Berikut ini capaian dari indikator kinerja utama pembangunan bidang kesehatan Kota Pekanbaru pada periode 2007-2011.
Menurut wali kota Pekanbaru mengatakan³ SDGDWQ\D EHEDQ OD\DQDQ
Puskesmas yang melebihi standar pelayanan itu sehingga penambahan dan
sudah diusulkan dalam RPJMD yang menjadi rujukan bagi peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat di kota bertuah itu pada tahun 2013. Berdasarkan evaluasi sepanjang 2012, kunjungan masyarakat tiap hari ke Puskesmas cukup tinggi sekaligus menggambarkan bahwa penduduk di kota itu memiliki kepedulian
\DQJ WLQJJL DWDV NHVHKDWDQ PHUHND´
Bersamaan dengan itu, katanya, diyakini pula bahwa tingkat pengetahuan kesehatan mereka juga rendah. Ia menyebutkan, di Kota Pekanbaru hanya tersedia sebanyak 20 unit Puskesmas yang tersebar pada 12 kecamatan di kota itu secara tidak merata. "Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di daerah itu dibantu oleh 20 unit puskesmas keliling," katanya akan tetapi kondisi sebagian besar kendaraan puskesmas keliling itu berada di atas 20 tahun dan sering rusak. Dampaknya, pelayanan kesehatan maksimal sulit direalisasikan, sehingga dibutuhkan dukungan masyarakat khususnya dunia usaha. Persoalan lainnya
JURNAL NIARA VOL 9 NO 2 JANUARI 2017 22 di bidang pelayanan kesehatan,
tambahnya, Kota Pekanbaru belum memiliki rumah sakit rujukan, kendati adanya RSUD Arifin Achmad. "Akan tetapi RSUD Arifin Achmad justru dinilai Menkes sebagai Puskesmas besar karena semuanya dilayani," katanya yang kini RSUD tersebut sudah ditingkatkan sebagai rumah sakit pendidikan.
D. KESIMPULAN
Pelayanan kesehatan dasar Kota Pekanbaru belum dapat dikatakan baik. Jumlah ketersediaan tenaga medis dan dokter tidak sebanding dengan jumlah penduduk. Distribusi tenaga medis dan dokter yang tidak merata per-kecamatan di Kota Pekanbaru. Selain itu ketersediaan Puskesmas, Poliklinik dan Pustu per- kecamatan juga tidak merata. Kota Pekanbaru belum memiliki rumah sakit rujukan, kendati adanya RSUD Arifin Achmad.
DAFTAR PUSTAKA
Budhiarto, Dimas Prihardito, Agus Suryono, And Mochammad Makmur. ³2XWSXW 3URJUDP /RYH Jamsostek Dalam Rangka Peningkatan Kualitas Pelayanan 3XEOLN ´ ±104.
+DVMLP]XP <XVQDQL ³0RGHO Demokrasi Dalam Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik ( Studi Otonomi Daerah Dalam Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Pasca 5HIRUPDVL ´ 9LLL ±57.
LarasaWL (QGDQJ ³5HIRUPDVL Pelayanan Publik ( Public Services 5HIRUP 'DQ 3DUWLVLSDVL 3XEOLN ´ Dialogue Jiakp 5 (2)(2):254±67. 0DVVLH 5R\ * $ ³6WXGL .DVXV 'L
Pulau Gangga Kecamatan Likupang Barat Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara ( Community +HDOWK 1HHGV ,Q 6PDOO ,VODQG× $ Case Study In Gangga Island West Likupang , North Minahasa District , 1RUWK 6XODZHVL 3URYLQFH ´ $SULO 6 1RWRDWPRGMR ³,OPX .HVHKDWDQ
Masyarakat Prinsip-3ULQVLS 'DVDU ´ Pp. 57±65 In Rineka Cipta.