1
ANALISA PENGUJIAN PERFORMANSI MESIN
PENGERING GABAH DENGAN PENGADUK
BEROTARI KAPASITAS 11 KG
SKRIPSI
Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
TRISWANTO GINTING
NIM. 120421001
PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
10
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
karuniaNya serta nikmat kesehatan yang diberikanNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Sarjana ini dengan sebaik-baiknya dan dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya.
Tugas Sarjana ini merupakan salah satu syarat yang harus dilaksanakan
mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikan agar memperoleh gelar sarjana di
Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Adapun
Tugas Sarjana yang dipilih dengan judul “ANALISA PENGUJIAN MESIN PENGERING GABAH DENGAN PENGADUK BEROTARI KAPASITAS 11 KG”
Dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini penulis banyak mendapat
dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini dengan ketulusan hati
penulis ingin menghaturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua orang tua dan keluarga tercinta (Ayah) Rorogo Ginting, dan (Ibu) Rita
br Surbakti yang senantiasa memberikan kasih sayang, dukungan, motivasi
dan nasihat yang tak ternilai harganya. Serta kepada kakak saya yaitu
Desmawati br Ginting, Amd, Herlinda br Ginting yang telah banyak memberi
saya semangat.
2. Bapak Tulus Burhanuddin Sitorus, ST. MT, selaku Dosen Pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktunya membimbing, memotivasi, dan membantu
penulis dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini.
3. Bapak Suprianto, ST. MT, yang juga banyak membantu dalam memberikan
fasilitas alat penelitian dalam perancangan ini.
4. Bapak Prof.Dr.Ir. Bustami Syam, MSME (Dekan Fakultas Teknik USU),
beserta segenap staf dan jajarannya.
5. Bapak Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri, selaku Ketua Departemen Teknik
11
6. Bapak Ir. M. Syahril Gultom, MT, selaku Sekretaris Departemen TeknikMesi
n, Universitas Sumatera Utara.
7. Bapak/Ibu Staff Pengajar dan Pegawai di Departemen Teknik Mesin Fakultas
Teknik USU.
8. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Departemen Teknik Mesin, khususnya kepada
kawan-kawan seperjuangan Angkatan 2012 yang tidak dapat disebutkan satu
per satu yang telah banyak membantu dan memberi masukan yang berguna
demi kelengkapan Tugas Sarjana ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dalam penulisan
maupun penyajian Tugas Sarjana ini. Untuk itu penulis sangat mengharapkan
saran-saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Tugas
Sarjana ini dikemudian hari.
Akhir kata, dengan segala kerendahan hati penulis memanjatkan doa
kepada Tuhan Yang Maha Esa semoga Tugas Sarjana ini bermanfaat untuk kita
semua.
Medan, Pebruari 2015
Penulis
12 ABSTRAK
Saat musim panen gabah yang jatuh pada waktu musim hujan dimana sinar
matahari tidak setiap hari ada untuk menjemur gabah, petani sering mengalami
kerugian. Gabah yang basah pada saat dipanen akan bertahan kurang lebih 2 hari,
setelah itu akan rusak. Untuk mengatasi hal tersebut, dirancang mesin pengering
gabah sederhana yang menggunakan bahan yang sederhana dan ada disekitar kita.
Mesin ini sangat berguna pada waktu panen raya gabah yang bertepatan dengan
musin hujan. Mesin ini menggunakan reaktor pembakaran sebagai sumber
penghasil udara panas untuk mengeringkan gabah. Bentuk ruang/tempat gabah
adalah drum, memiliki lubang saluran masukan udara panas dari reaktor
pembakaran. pengujian pengeringan gabah yang dilakukan sebanyak 11 kg. Cara
kerja mesin yaitu gabah 11 kg disimpan dalam wadah, bahan bakar dimasukkan
kedalam Reaktor pembakaran berupa arang kayu dan cangkang kemiri lalu
dibakar hingga menjadi bara api, lalu udaradialirkan ke wadah pengering. Selama
9 jam pengeringan, gabah dengan berat 11 kg mengalami penyusutan berat
menjadi 9,3 kg. Setelah selesai pengeringan gabah dilakukan maka diketahui
efisiensi mesin pengering gabah dengan tambahan alat pengaduk berotari ialah
84,54%.
13 ABSTRACT
When the grain harvest season falls during the rainy season where sunlight is not
every day there for drying grain, farmers often suffered losses. Wet grain at the
time of harvest will last approximately two days, after which it will be damaged.
To overcome this, a simple grain dryers designed machine that uses simple
ingredients and is around kita.Mesin is very useful at the time of the grain harvest
season coincides with this hujan.Mesin using combustion reactor as a source of
hot air for drying gabah.Bentuk room / where grain is the drum, has holes input
channel hot air from the combustion reactor. Tests conducted grain drying as
much as 11 kg. The workings of the machine is 11 kg of grain stored in a
container, fuel was added to the combustion reactor in the form of charcoal and
pecan shells and burned to embers, then air is passed kewadah dryers. Over 9
hours of drying, grain weighing 11 kg weight shrank to 9.3 kg. After completion of
grain drying is done then known engine efficiency grain dryers with additional
14
DAFTAR ISI
HALAMAN
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR SIMBOL ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 3
1.3Tujuan Penelitian ... 4
1.4Manfaat Penelitian ... 4
1.5Sistematika Penulisan ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Kajian Pustaka ... 6
2.2 Proses pengeringan padi ... 8
2.3 Tipe mesin pengering buatan ... 11
a. Tipe batch dryer ... 11
b. Tipe deep bed ... 12
c. Sistem thin layer ... 13
15
e. Sistem tunnel dryer ... 15
f. Sistem drum dryer ... 17
2.4 Kadar air ... 18
2.5 Rendemen dan mutu giling beras ... 20
2.6 Cara kerja mesin pengering gabah ... 21
2.7 Peranan udara dalam proses pengeringan ... 24
2.8 Perpindahan panas ... 25
a. Perpindahan panas secara konduksi ... 25
b. Perpindahan panas secara konveksi ... 26
c. Perpindahan panas secara radiasi ... 27
2.9Sabuk dan puli ... 28
a. Transmisi sabuk- V ... 30
b. Puli ... 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 42
3.1 Tempat dan waktu pengujian ... 42
3.2Bagian – bagian mesin pengering gabah ... 45
a. Ruang bakar ... 45
b. Pipa saluran udara panas ke drum pengering gabah ... 46
c. Pengaduk gabah ... 47
d. Drum pengering ... 48
e. Rangka/dudukan drum pengering gabah ... 48
f. Tuas pemutar untuk pengaduk gabah ... 49
g. Tabung pengatur temperatur ... 49
h. Tutup saluran masuk dan saluran pembuangan gabah ... 50
3.3Alat Dan Bahan ... 50
a. Alat ... 50
1) Puli ... 50
2) Sabuk ( belt ) ... 51
3) Bantalan duduk (Bearing) ... 51
16
5) Plat aluminium ... 52
6) Timbangan... 53
7) Termokopel ... 53
8) Isolasi aluminium foil ... 54
9) Rockwoll ... 54
10)Kunci ring dan kunci T ... 55
11)Gergaji mesin ... 56
b. Bahan ... 56
1) Gabah ... 56
2) Arang ... 57
3) Cangkang kemiri ... 57
4) Minyak tanah ... 58
3.4Diagram penelitian ... 59
3.5Tahap pengujian mesin pengering gabah ... 60
BAB IV ANALISA DATA ... 62
4.1 Data hasil Pengujian ... 62
4.2 Menghitung laju pindahan panas ... 66
a. Pada alat pembakaran ... 66
b. Menghitung laju pindahan panas pada pipa ... 69
c. Pipa dari tabung temperatur ke drum pengering ... 72
4.3 Laju pengeringan ... 74
4.4 Grafik penyusutan berat gabah ... 75
a. Sebelum dimodifikasi ... 75
b. Setelah dimodifikasi ... 79
4.5 Grafik waktu pengeringan ... 81
4.6 Panas yang digunakan untuk menaikan suhu produk ... 82
4.7 Panas yang digunakan untuk menguapkan suhu produk ... 82
4.8 Besarnya energi untuk menguapkan suhu produk ... 83
4.9 Efisiensi Pengeringan ... 83
17
4.12 Harga jual mesin pengering gabah ... 86
4.13 Analisa titik impas ... 86
a. Biaya tetap (B.T) ... 86
b. Harga jual (H.J) ... 86
c. Biaya variable (B.V) ... 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 89
5.1 Kesimpulan ... 89
5.2 Saran ... 90
DAFTAR PUSTAKA ... 91
LAMPIRAN
18
Gambar 2.1 Padi... 6
Gambar2.2 tipe batch dryer ... 12
Gambar 2.3 Tipe deep bed ... 12
Gambar 2.4 Tipe thin layer ... 14
Gambar 2.5 Tipe continous drying... 15
Gambar 2.6 Tipe tunnel dryer ... 16
Gambar 2.7 Tipe drum dryer ... 17
Gambar 2.8 Moisture Tester ... 19
Gambar 2.9. Prinsip kerja mesin pengering gabah ... 21
Gambar 2.10Perpindahan panas secara konduksi ... 25
Gambar 2.11Perpindahan panas secara konveksi ... 27
Gambar 2.12Perpindahan panas secara radiasi ... 27
Gambar 2.13: Berbagai macam sabuk transmisi daya ... 28
Gambar 2.14 : Konstruksi sabuk V ... 31
Gambar 2.15 : Ukuran penampang sabuk-V ... 31
Gambar 2.16 : Profil alur sabuk-V ... 32
Gambar 2.17: Perhitungan panjang keliling sabuk ... 37
Gambar 2.18 : Konstruksi puli ... 38
Gambar 2.19 : Sudut kontak... 41
Gambar 3.1 : Mesin pengering gabah ... 43
Gambar 3.2 : Penampang mesin pengering gabah ... 44
Gambar 3.3 : Reaktor ... 45
Gambar 3.4 : Pembuatan pipa saluran udara panas... 46
Gambar 3.5 : Pembuatan pengaduk gabah ... 47
Gambar 3.6 : Pembuatan drum pengering... 48
Gambar 3.7 : rangka/dudukan drum pengering gabah ... 48
Gambar 3.8 : Tuas pemutar ... 49
Gambar 3.9 : Tabung pengatur temperatur ... 49
Gambar 3.10 : Tutup saluran masuk dan keluar drum pengering ... 50
Gambar 3.11 : Puli ... 50
Gambar 3.12 : Sabuk ( belt ) ... 51
19
Gambar 3.14 : Bautdan mur ... 52
Gambar 3.15 : Plat aluminium ... 52
Gambar 3.16: Timbangan... 53
Gambar 3.17: Termokopel ... 53
Gambar 3.18: Isolasi aluminium foil ... 54
Gambar 3.19:Rockwoll ... 54
Gambar 3.20 : Kunci ring dan kunci T ... 55
Gambar 3.21 : Gergaji besi ... 56
Gambar 3.22 : Gabah ... 56
Gambar 3.23 : Arang ... 57
Gambar 3.24 : Cangkang kemiri ... 57
Gambar 3.25 : Minyak tanah ... 58
Gambar 4.1: Gabah yang belum dikeringkan ... 64
Gambar 4.2 : Gabah yang telah dikeringkan ... 64
Gambar 4.3: Reaktor ... 66
Gambar 4.4 Penampang Pipa dari mesin ke tabung temperatur ... 69
Gambar 4.5 Penampang pipa tabung temperatur kedrum pengering ... 72
Gambar 4.6 Grafik penyusutan berat gabah sebelum dimodifikasi ... 78
Gambar 4.7: Grafik penyusutan berat gabah setelah dimodifikasi ... 80
Gambar 4.8 : Grafik waktu pengeringan ... 81
Gambar 4.9: Grafik penjualan gabah ... 88
20
Tabel 2.1 Spesifikasi Mutu Beras Giling Pengadaan Dalam Negeri ... 18
Tabel 2.2 Faktor koreksi ... 32
Tabel 2.3 Sabuk-V standar ... 34
Tabel 2.4 Panjang sabuk –V standar ... 35
Tabel 2.5 Panjang sabuk-V sempit... 36
Tabel 2.6 Ukuran puli V ... 39
Tabel 2.7 Diameter minimum puli ... 40
Tabel 4.1 Pengujian pengeringan gabah 11 kg ... 62
Tabel 4.2 Mencari nilai h1 untuk qr1 ... 67
Tabel 4.3 Mencari nilai h2 ... 67
Tabel 4.4 Mencari nilai h5 ... 68
Tabel 4.5 Mencari nilai h1 untuk qr2 ... 70
Tabel 4.6 Mencari nilai h4 ... 70
Tabel 4.7 Mencari nilai h1 untuk qr3 ... 72
Tabel 4.8 Mencari nilai h4 ... 73
Tabel 4.9Pengujian pengeringan gabah 10 kg ... 82
Tabel 4.10Pengujian pengeringan gabah 11 kg ... 83
Tabel 4.11 Daftar biaya pembelian bahan... 84
Tabel 4.12 Daftar biaya jasa pembuatan mesin ... 85
Tabel 4.13: Total Biaya Pembuatan ... 85
21
Simbol Arti Satuan
Cp Kalor spesifik tekanan tetap J/kg.K
QL Kalor laten J
Le Kapasitas kalor spesifik laten J/kg
m Massa zat kg
Qs Kalor sensibel J
∆T Beda temperatur K
∆x Panjang/tebal pelat m
h koefisien konveksi W(m2K)
A Luas penampang m2
k Koefisien konduksi W/m.K
t Interval waktu s
Tgl Temperatur gelas ukur K
Ts Temperatur permukaan adsorber K
Tb Temperatur bawah adsorber K
Tf Temperatur film K
TG Temperatur gelas ukur K
Qc Laju perpindahan panas konduksi W
Qh laju perpindahan panas konveksi W
Qr laju perpindahan panas radiasi W
P Tekanan Vakum cmHg
ε Efisiensi %
ρ Massa jenis kg/cm3
12 ABSTRAK
Saat musim panen gabah yang jatuh pada waktu musim hujan dimana sinar
matahari tidak setiap hari ada untuk menjemur gabah, petani sering mengalami
kerugian. Gabah yang basah pada saat dipanen akan bertahan kurang lebih 2 hari,
setelah itu akan rusak. Untuk mengatasi hal tersebut, dirancang mesin pengering
gabah sederhana yang menggunakan bahan yang sederhana dan ada disekitar kita.
Mesin ini sangat berguna pada waktu panen raya gabah yang bertepatan dengan
musin hujan. Mesin ini menggunakan reaktor pembakaran sebagai sumber
penghasil udara panas untuk mengeringkan gabah. Bentuk ruang/tempat gabah
adalah drum, memiliki lubang saluran masukan udara panas dari reaktor
pembakaran. pengujian pengeringan gabah yang dilakukan sebanyak 11 kg. Cara
kerja mesin yaitu gabah 11 kg disimpan dalam wadah, bahan bakar dimasukkan
kedalam Reaktor pembakaran berupa arang kayu dan cangkang kemiri lalu
dibakar hingga menjadi bara api, lalu udaradialirkan ke wadah pengering. Selama
9 jam pengeringan, gabah dengan berat 11 kg mengalami penyusutan berat
menjadi 9,3 kg. Setelah selesai pengeringan gabah dilakukan maka diketahui
efisiensi mesin pengering gabah dengan tambahan alat pengaduk berotari ialah
84,54%.
13 ABSTRACT
When the grain harvest season falls during the rainy season where sunlight is not
every day there for drying grain, farmers often suffered losses. Wet grain at the
time of harvest will last approximately two days, after which it will be damaged.
To overcome this, a simple grain dryers designed machine that uses simple
ingredients and is around kita.Mesin is very useful at the time of the grain harvest
season coincides with this hujan.Mesin using combustion reactor as a source of
hot air for drying gabah.Bentuk room / where grain is the drum, has holes input
channel hot air from the combustion reactor. Tests conducted grain drying as
much as 11 kg. The workings of the machine is 11 kg of grain stored in a
container, fuel was added to the combustion reactor in the form of charcoal and
pecan shells and burned to embers, then air is passed kewadah dryers. Over 9
hours of drying, grain weighing 11 kg weight shrank to 9.3 kg. After completion of
grain drying is done then known engine efficiency grain dryers with additional
22 1.1latar Belakang
Gabah dikenal dengan nama latin ORYZA SATIVA adalah famili dari
rumput rumputan (GRAMINEAE) merupakan salah satu bahan makanan dari biji
bijian tertua didunia yang dikonsumsi sebagian besar manusia didunia termasuk
di Indonesia, salah satu masalah dalam rantai produksi gabah adalah proses
pengeringan gabah dari hasil panen yang dikenal dengan “Gabah Kering Sawah”
, kadar air yang terkandung didalamnya dalam kisaran 20-25% (tergantung dari
tingkat kemasakan buah waktu panen, cuaca waktu panen dll), dan karena habitat
tanaman gabah yang dalam pertumbuhannya memerlukan banyak air maka
kebanyakan panen raya gabah jatuh dalam musim penghujan, (Slamet sulaiman, 1996).
Sasaran ideal pembangunan sektor pertanian saat ini adalah terwujudnya
sistem pertanian yang berkelanjutan ( sustainable agriculture ). Sasaran yang saat
ini sering didengungkan adalah terwujudnya sistem pertanian berbasis agribisnis
dan agroindustri. Berbagai bentuk ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang
mendasar dan ekspansif menerobos semua kegiatan pertanian. Strategi dan
kebijaksanaanpengembangan pertanian terus dikembangkan dari berbagai bidang
ilmu, seperti sisteminformasi, perencanaan dan manajemen, penerapan teknologi,
peranan penanaman modal, serta problema lingkungan yang mungkin
terjadi.Pembangunan pertanian merupakan satu bagian integral dari
pembangunan nasional. Dalam rangka pembangunan nasional itu, tujuan
pembangunan pertanian itu untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
petani dan nelayan khususnya serta masyarakat pertanian pada umumnya melalui
peningkatan produksi pertanian baikkualitas maupun kuantitasnya (Oka dan
Bahagiawati, 1991). Produksi padi di Indonesia sangat fluktuatif. Ketajaman
fluktuasi akan berdampak luas terhadap sistem tatanan negara yang sebagian
besar rakyatnya memilih padi sebagaimakanan pokok. Padi juga bersifat politis
karena cukup padi berarti cukup pangan. Dalam negara yang cukup pangan
23
Permasalahan bila padi tidak segera dikeringkan ialah :
1. Secara teknis apabila gabah tidak segera dikeringkan akan terjadi
kerusakan pada butir beras yang akan dihasilkan , ditandai dengan warna
beras yang tidak bisa putih (ada flex coklat yang dalam istilah pedesaan
disebut beras ngecap , karena ada warna seperti kecap).
2. Menyebabkan harga jual yang rendah/jatuh bahkan tempo tempo agak sulit
untuk menjualnya sehingga sangat merugikan petani.
3. Dengan kadar air 20-25% gabah tidak mempunyai ketahanan untuk
disimpan,(Slamet sulaiman, 1996)
Pengeringan gabah yang dilakukan oleh petani selama ini ialah pengeringan
yang dilakukan dengan bantuan sinar matahari, hal ini sangat dipengaruhi oleh
faktor cuaca bila saat musim penghujan maka para petani tidak bisa mengeringkan
gabah dengan bantuan sinar matahari, sehingga proses pengeringan akan semakin
lama dan menurunkan kualitas dari gabah yang telah dipanen. Faktor dari
lingkungan sekitar ialah tikus dan hewan pemakan gabah lainnya karena gabah
ditebarkan dilapangan terbuka, sehingga merugikan bagi petani.
Gabah dengan kadar air tinggi jika diproses menjadi beras dapat
menyebabkan beras yang dihasilkan rusak, busuk, berjamur dan berubah warna.
Sedangkan gabah dengan kandungan air rendah jika ditangani akan menghasilkan
banyak beras patah atau menir. Oleh karena itu, untuk mengurangi kehilangan
pasca panen maka gabah yang akan diproses harus segera dikeringkan hingga
mencapai kadar air 13-14%.
Pengeringan adalah suatu metode untukmengeluarkan atau menghilangkan
sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air menggunakan energi
panas. Nilai akhir kandungan air yang dapat diterima pada suatu bahan
berbeda-beda tergantung pada tujuan pengeringan tersebut, seperti untuk mempersiapkan
bahan ke keadaan yang diperlukan pada penanganan pengolahan selanjutnya, serta
membawa bahan ke keadaan yang lebih aman untuk penyimpanan.
Proses pengeringan gabah dapat dilakukan dengan pengering buatan dan
pengering alami/penjemuran. Energi untuk pengering buatan dapat berupa bahan
bakar biomassa dan bahan bakar minyak (BBM). Penggunaan pengering buatan
24
penjemuran gabah pada umumnya membutuhkan waktu tiga hari, namun waktu
yang dibutuhkan dapat mencapai satu minggu jika curah hujan tinggi. Untuk
penjemuran gabah memerlukan waktu hingga 54 jam untuk mencapai kadar air
14,12% sehingga perlu dilakukan alternatif pengeringan gabahuntuk
mempersingkat waktu pengeringan.
Maka dibuatlah “Mesin Gasifikasi Sebagai Sumber Penghasil Panas Untuk
Mengeringkan Gabah Tanpa Blower” oleh mahasiswa Teknik Mesin Sumatera
Utara. Pada mesin pengering tersebut dikeringkan dengan wadah statis sehingga
proses pengeringan dan penurunan kadar air sangat lama membutuhkan waktu 9
hari. Dan konsumsi bahan bakar untuk menghasilkan panas juga bertambah hal ini
menyebabkan biaya operasional mesin tersebut juga akan bertambah.
Berawal dari kendala dan permasalahan yang dialami saat pengoperasian
mesin gasifikasi sebagai sumber penghasil panas untuk mengeringkan gabah tanpa
blower maka timbul ide dan gagasan dari penulis untuk memodifikasi mesin
pengering tersebut “ mesin pengering gabah dengan pengaduk berotari kapasitas
11 kg”, berfungsi untuk membolak-balikkan (mengaduk) gabah agar mempercepat
proses penurunan kadar air.
1.2Rumusan Masalah
Luasnya pembahasan mengenai mesin pengering gabah dengan pengaduk
berotari maka pada penelitian ini pembahasan dibatasi :
a. Komponen-komponen utama mesin pengering gabah.
b. Prinsip kerja mesin pengering gabah.
c. Waktu yang dibutuhkan untuk proses pengeringan.
d. Jumlah bahan bakar untuk proses pengeringan.
e. Jumlah penurunan/pengurangan kadar air pada gabah.
f. Berapa temperatur pada saat pengeringan.
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan mesin pengering gabah ini adalah untuk membantu menghemat
waktu proses pengeringan, selain itu meliputi:
25
b. Mengetahui prinsip kerja mesin pengering gabah.
c. Mengetahui efisiensi mesin pengering gabah dengan tambahan alat
pengaduk.
1.4Manfaat Penelitian
Laporan skripsi dari mesin pengering gabah ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi:
a. Penulis sendiri untuk menambah pengetahuan dan dapat
mengembangkan ilmu yang diperoleh baik secara teori maupun secara
praktek;
b. Kepada masyarakat dan kelompok tani agar dapat bermanfaat dan
mempermudah dalam pengeringan gabah dengan hasil yang lebih baik;
1.5 Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini digunakan beberapa sistematika penulisan antara
lain:
a. BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan yang membahas mengenai latar belakang dari judul skripsi,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan sistematika
penulisan.
b. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka yang membahas mengenai dasar-dasar teori yang
berhubungan dengan penulisan skripsi dan digunakan sebagai landasan
dalam memecahkan masalah. Dasar teori diperoleh dari berbagai sumber
dan literatur, diantaranya: buku-buku literatur, jurnal, e-book dan website.
c. BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi yang membahas mengenai metode yang akan digunakan untuk
menyelesaian penulisan skripsi. Pada bab ini dibahas mengenai
26
menyelesaikan permasalahan dari topik yang diangkat dan beberapa aspek
yang menunjang metode penelitian.
d. BAB IV ANALISA DATA
Analisa data dan pembahasan.
e. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
27 2.1Kajian Pustaka
Berbicara tentang beras tentu kita akan teringat bagaimana cara meningkatkan
mutu/kualitas beras, ada banyak faktor dalam meningkatkan kualitas beras salah
satu faktor yang mendukung tahap pemberasan adalah penanganan pasca
pengeringan terhadap gabah yang dihasilkan sehingga dapat meningkatkan
produksi. Mulai dari padi seperti pada Gambar 2.1 yang dipanen menjadi gabah
yang akan selanjutnya dikeringkan untuk proses penggilingan.
Gambar 2.1: Padi
Pengeringan pada dasarnya adalah proses pemindahan/pengeluaran kandungan
air bahan hingga mencapai kandungan tertentu agar kecepatan kerusakan bahan
dapat diperlambat. Pengeringan dapat dilakukan dengan penjemuran yang
memanfaatkan sinar matahari atau dengan cara buatan. Pengeringan buatan di
samping untuk mengatasi pengaruh cuaca, kelembaban yang tinggi sepanjang
tahun juga dimaksudkan untuk meningkatkan mutu hasil pengeringan. Pada
proses pengeringan banyak faktor yang perlu diperhatikan, seperti iklim dan
bahan baku, yang akan mempengaruhi waktu dan perolehan pengeringan.
Berdasarkan prosesnya dikenal dua macam pengeringan yaitu pengeringan secara
28
Pengeringan alami, Pengeringan di tingkat petani Indonesia sebagian besar
dilakukan dengan sinar matahari dan hanya sebagian kecil petani yang melakukan
pengeringan dengan mesin pengering. Pengeringan dengan sinar matahari dapat
dilakukan dengan mudah terutama di daerah-daerah tropis seperti Indonesia.
Akan tetapi di Indonesia panen umumnya jatuh pada musim hujan sehingga
pengeringan menjadi masalah (Suparyono dan Setyono,1993). Menurut Taib
dkk, (1988), pengeringan alamiah memanfaatkan radiasi surya, suhu dan
kelembaban udara sekitar serta kecepatan angin untuk proses pengeringan.
Pengeringan dengan cara penjemuran ini mempunyai beberapa kelemahan antara
lain tergantung cuaca, sukar dikontrol, memerlukan tempat penjemuran yang luas,
mudah terkontaminasi dan memerlukan waktu yang lama.
Pengeringan dengan manual/alami dilakukan dengan penjemuran ketebalan
tumpukan 3-6 cm dan dilakukan pada siang hari, dilakukan pembalikan sekitar 2
jam agar gabah kering merata sampai dihasilkan kadar air 14%, saat cuaca dalam
keadaan tidak menentu hamparkan gabah dengan ketebalan 10 cm dalam ruangan
dan dilakukan pembalikan setiap hari, jika cuaca sudah cerah kembali lakukan
segera penjemuran lakukan penjemuran diatas lantai jemur yang terbuat dari
semen jika menggunakan alas penjemuran (plastik, tikar, terpal) pastikan tanah
dibawahnya tidak basah sehingga tidak terjadi kelembaban dibawahnya, lakukan
pengadukan secara rutin agar gabah kering merata dan tidak terjadi pembasahan
pada tempat- tempat tertentu. Penjemuran pada gabah kalau memungkinkan tidak
boleh ditunda diusahakan dalam 2 hari gabah dalam kondisi kering dan dapat
diperoleh beras dalam keadaan mutu yang baik.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengeringan gabah
secara manual:
a. Lokasi tidak boleh lebih rendah dan tanahnya padat agar tidak ada
genangan air.
b. Aman dari tikus dan saluran udaranya baik dan memiliki saluran
drainase yang baik.
c. Pada saat penumpukan pada karung, tinggi tumpukan karung goni
29
menggunakan pelindung terpal anti air dari atap tumpukan, jarak
horizontal antara tumpukan adalah 1 meter dan jarak horizontal
antara tumpukan dengan atap adalah 1,5 meter, menggunakan alas
kayu, tidak ada tumpukan yang menempel pada dinding.
d. Pemeriksaan secara teratur.
Pengeringan buatan, Pengeringan dengan buatan dapat menggunakan
udara dipanaskan. Udara yang dipanaskan tersebut dialirkan ke bahan yang akan
dikeringkan.
Pengeringan dengan menggunakan alat mekanis ( pengeringan buatan )
memberikan beberapa keuntungan diantaranya:
a. tidak tergantung cuaca,
b. kapasitas pengeringan dapat dipilih sesuai dengan yang diperlukan,
c. tidak memerlukan tempat yang luas,
d. serta kondisi pengeringan dapat dikontrol.
Pengeringan mekanis ini memerlukan energi untuk memanaskan alat
pengering, Alat pengering buatan pada umumnya terdiri dari unit pemanas(heater)
serta alat-alat kontrol. Untuk alat pengering dengan unit pemanas, beberapa
macam sumber energi panas yang biasanya dipakai adalah gas, minyak bumi,
batubara atau elemen pemanas. Sumber energi panas pengeringan buatan dapat
diperoleh dari listrik, kayu, arang, minyak bumi dan gas.
2.2Proses pengeringan padi
Di dalam biji-bijian terdapat air bebas dan air terikat. Air bebas terdapat di
bagian permukaan biji-bijian, di antara sel-sel dan dalam pori-pori, air ini mudah
teruapkan padapengeringan. Air terikat yaitu air yang berikatan dengan protein,
selulosa, zat tepung, pektin, dan sebagai zat-zat yang terkandung dalam gabah,
air terikat memang sulit untuk dihilangkan, memerlukan beberapa perlakuan dan
ketekunan seperti halnya terhadap beberapa faktor-faktor yang berpengaruh dalam
pengeringan, antara lain temperatur, kelembaban, dengan ketekunan yaitu
30
Air yang di angkut dari biji berlangsung dengan proses penguapan. Perubahan
air menjadi uap air terjadi di permukaan biji. Untuk itu uap harus didifusikan
terlebih dahulu ke permukaan lalu diuapkan. Energi panas harus cukup untuk
menguapkan air dan juga untuk mendifusikan air. Panas tersebut dapat
dipancarkan ke biji-bijian baik dengan cara konveksi, radiasi, maupun secara
konduksi. Panas yang dipancarkan ke dalam biji-bijian akan melalui tiap biji
secara individu. Setelah menerima panas, maka penguapan pun terjadi dari
permukaan sampai ke bagian dalam biji. Pengeringan merupakan langkah penting
dalam penggilingan beras. Pada dasarnya dengan pengeringan bahan akan
menjadi tidak mudah rusak, menghentikan kegiatan mikro-organisme tertentu dan
memudahkan pengolahan lebih lanjut. Pengeringan juga dimaksudkan untuk
mendapatkan bahan dengan volume yang lebih kecil, sehingga dapat lebih mudah
diangkut dan biaya lebih.
Keuntungan dan kerugian penjemuran dibandingkan dengan pengeringan buatan
adalah sebagai berikut:
a. Penjemuran sangat tergantung pada cuaca, sehingga kontinuitas
pengeringan tidak teratur, misalnya kalau turun hujan terpaksa
pengeringan dihentikan.Demikian pula suhu, kelembaban udara dan
kecepatan udara tidak dapat diatur, sehingga kecepatan pengeringan tidak
seragam.
b. Mutu gabah kering hasil penjemuran umumnya lebih rendah daripada
hasil pengeringan menggunakan alat. Hal ini disebabkan karena waktu
pengeringan yang lama, keadaan pengeringan dan tidak dapat dijaga dan
diawasi sehingga kemungkinan-kemungkinan terjadinya kerusakan selama
penjemuran sangat besar.
c. Keuntungan proses penjemuran adalah biayanya rendah karena
memerlukan biaya dan alat-alat yang lebih murah.
Saat proses pengeringan terjadi, perpindahan massa dari bahan ke udara dalam
bentuk uap air berlangsung atau terjadi pengeringan pada permukaan bahan.
Setelah itu tekanan uap air pada permukaan bahan akan menurun. Setelah
31
air secara difusi dari bahan kepermukaannya dan seterusnya proses penguapan
bahan diulang lagi. Akhirnya setelah air bahan berkurang, tekanan uap air bahan
akan menurun sampai terjadi keseimbangan dengan udara di sekitarnya. Dengan
pengeringan diharapkan kadar air gabah mula-mula sekitar 30% akan turun
sedemikian hingga mencapai kadar air se kitar 12-16%. Pada kadar air 12-16%,
gabah telah cukup siap untuk pengolahan lebih lanjut (penggilingan) ataupun
telah cukup amandalam penyimpanan. Beberapa kendala yang berpengaruh dalam
pengeringan ialah suhu dan kelembaban udara lingkungan, kecepatan aliran udara
pengering, besarnya persentase kandungan air yang ingin dijangkau, power
pengering, efisiensi mesin pengering, dan kapasitas pengeringnya. Kendala
tersebut dapat ditanggulangi sehingga proses pengeringan dapat dilakukan secara
terus menerus tanpa berhenti. Untuk menanggulangi kendala tersebut digunakan
peralatan pengeringan buatan. Energi untuk proses pengeringan dapat diperoleh
dari proses pembakaran, minyak, gas ataupun biomassa. Tetapi penggunaan
sumber-sumber energi dapat menyebabkan biaya produksi menjadi meningkat.
Pengeringan buatan adalah pengeringan dengan menggunakan alat pengering,
dimana suhu, kelembaban udara, kecepatan pengaliran udara dan waktu
pengeringan dapat diatur dan diawasi. Pengeringan buatan dapat dibagi menjadi
dua kelompok yaitu pengeringan (adiabatik) dan pengeringan (isothermik).
Pengeringan adiabatik adalah pengeringan dimana panas dibawa ke alat pengering. Udara panas ini akan memberikan panas pada bahan yang akan
dikeringkan dan mengangkut uap air yang dikeluarkan oleh bahan.
Pengeringan isothermik adalah pengeringan dimana bahan yang akan dikeringkan berhubungan langsung dengan lembaran (plat) logam yang panas.
Hingga sekarang ini peralatan pengeringan buatan sudah banyak
berkembang dengan berbagai tipe. Pada tiap tipe berbeda konstruksinya namun
prinsipnya sama yaitu untuk mengurangi kadar air bahan.
32
a. Pengeringan tumpukan (batch drying), di mana bahan masuk ke dalam alat
pengering sampai pada pengeluaran hasil pengeringan, kemudian
dimasukkan gabah berikutnya.
b. Pengeringan kontinu atau berkesinambungan ( continous drying ), dimana
pemasukan dan pengeluaran bahan berjalan menerus.
2.3 Tipe mesin pengering buatan
Ada beberapa tipe mesin pengering buatan dimana diantaranya adalah sebagai
berikut:
a. Tipe batch dryer
Alat pengering tipe batch dryer terdiri dari beberapa komponen, yaitu :
1) Bak pengering yang lantainya berlubang-lubang serta memisahkan bak
pengering dengan ruang tempat penyebaran udara panas (plenum
chamber).
2) Kipas digunakan untuk mendorong udara pengering dari sumbernya ke
“plenum chamber” dan melewati tumpukan bahan di atasnya.
3) Unit pemanas, digunakan untuk memanaskan udara pengering agar
kelembaban udara pengering tersebut menjadi turun, sedangkan suhunya
naik.
Seperti gambar dibawah Gambar 2.2, dimana pada alat pengering tipe batch
dryer, udara pengering bergerak dari bawah ke atas melalui bahan dan
melepaskan sebagian panasnya untuk menghasilkan proses penguapan. Dengan
demikian udara pengering makin ke atas semakin turun suhunya. Berdasarkan
tebal tumpukan bahan, tipe batch dryer digolongkan atas dua jenis yaitu “Deep
Bed” dan “Thin Layer”.Deep Bed cocok digunakan untuk penyimpanan bahan
33
Gambar 2.2 : tipe batch dryer(AVA company, 1989)
b. Tipe deep bed
Pengeringan sistem Deep Bed tumpukan bahan cukup tebal dan wadah
pengeringan mempunyai dasar lantai yang mempunyai lubang-lubang atau kawat
anyaman sehingga udara panas dapat mengalir melalui bahan. Besar kecilnya
ukuran lubang wadah ditentukan berdasarkan bahan yang dikeringkan.
Pengeringan dilakukan dengan suhu yang rendah dan waktu yang lama,agar
[image:35.595.225.394.471.639.2]kerusakan pada bahan dapat dihindari. Contoh deep bed dapat kita lihat pada
gambar Gambar 2.3.
Gambar 2.3 : Tipe deep bed(Taib dkk, 1988)
Keterangan :
34
B. Plenum Chamber
C. Biji kering
D. Bidang pengeringan
E. Biji basah
F. Udara dan uap air keluar
c. Sistem thin layer
Prinsip kerja mesin pengering ini hampir sama dengan deep bed. Pada
jenis ini pengeringan lebih luas dan ketebalan bahan dikurangi.Pergerakan
bidang pengeringan tidak begitu nyata karena pengeringan ini berlangsung
serentak dan merata di seluruh bagian bahan. keuntungan alat pengering jenis
ini antara lain, laju pengeringan lebih cepat, kemungkinan terjadiover drying
lebih kecil, tekanan udara pengering yang rendah dapat melalui lapisan bahan
yang dikeringkan. Bijian yang dikeringkan didorong oleh udara pengering
yang diteruskan ke lantai berpori atau sistem aliran udara yang diteruskan dari
sebelah bawah Bin. Zona pengeringan berkembang dari batas lantai dan
kemudian terus bergerak ke bawah bijian hingga menyentuh lapisan
permukaan (dapat dilihat pada gambar 2.4). Selanjutnya dikemukakan bahwa
pengeringan yang dilakukan denganmenggunakan alat mekanis (pengeringan
buatan) akan mendapatkan hasil yang baik bila kondisi pengeringan
ditentukan dengan tepat selama pengeringan dikontrol dengan baik.
Pengeringan dengan sistem sinambung dilakukan dengan menggunakan alat
35
Gambar 2.4 : Tipe thin layer(Kartasapoetra, 1994)
d. Tipe continous drying
Pada jenis ini bahan secara terus menerus dialirkan ke dalam silinder
pengeringan sehingga mencapai ketebalan ± 60 cm dan tempatnya terletak di
pusar “conditioning” bijian atau pusat penimbunan bijian. Biji basah
memasuki puncak dari pengeringan, kemudian aliran bijian tersebut dialirkan
ke bagian yang adanya pemanasan udara dan kebagian yang tanpa adanya
pemanasan udara, kemudian pengeringan dihentikan dan setelah itu dilakukan
pendinginan. Laju aliran bijian dapat diatur bervariasi dengan alat
perlengkapan pengatur laju aliran, hal ini disesuaikan menurut jumlah kadar
air bahan yang akan dipindahkan. Arah aliran udara berhubungan dengan arah
aliran bahan bijian misalnya aliran udara melintasi bahan (cross flow), aliran
udara berlawanan dengan arah aliran bahan (counter flow) atau arah aliran
udara bersamaan dengan arah aliran bahan (concurrent flow). Beberapa
continous dryer mempunyai struktur agak rendah, tempat tumpukan bijian
mendatar (horizontal), bentuk lantai timbunan berpori dengan tujuan udara
akan sampai ke bahan dengan tujuan udara akan sampai ke bahan dengan
membentuk sudut. Fluidisasi (pengaliran) udara ke bahan terjadi terus
menerus guna memindahkan uap air hingga sampai pengeringan terhenti.
36 e. Sistem tunnel dryer
Alat ini digunakan untuk pengeringan bahan yang berbentuk/ukurannya
seragam. Biasanya bahan yang dikeringkan berbentuk butiran, sayatan/irisan
dan bentuk padatan lainnya. Selanjutnya dikemukakan bahwa bahan yang
akan dikeringkan ditebarkandengan lapisan tertentu di atas baki atau anyaman
kayu ataupun lempengan logam. Baki ini ditumpuk di atas sebuah
rak/lori/truk. Jarak dibuat sedemikian rupa sehingga udarapanas dapat
melewati tiap baki, sehingga pengeringan dapat seragam, sedangkan
bagianatas lori harus terbuka agar uap air dapat keluar. Alat pengering
terowongan (tunnel) yang arah aliran udaranya searah dengan arah
pergerakan bahan dapat dilihat pada gambar Gambar 2.6.
Lori yang telah dimuati dengan bahan basah dimasukkan satu persatu ke
dalamlorong (tunnel) dengan interval waktu yang sesuai untuk pengeringan
bahan,terowongan ini merupakan ruangan yang panjang dan dialiri dengan
udara panas.Rak/lori digerakkan dengan belt (sabuk) secara perlahan,
pergerakkannya bisa searahdengan aliran udara atau berlawanan dengan arah
aliran udara, panjang terowongan bisabervariasi dan dapat mencapai 27 meter
dengan penampang berbentuk segi empat denganukuran 2 x 2 meter. Udara
digerakkan dengan blower dan bergerak secara mendatardengan kecepatan
sampai 400 meter/menit.
Salah satu jenis dari “tunnel dryer”adalah yang arah pergerakan raknya searah
dengan arah aliran udara dalam alat. Sifat alat ini adalah :
a. Kecepatan penguapan yang paling tinggi didapat pada awal
terowongan.
b. Ketika bahan bergerak di dalam terowongan, maka bahan tersebut
bersentuhan dengan udara yang bersuhu lebih dingin. Kecepatan
37
Gambar 2.6 : Tipe tunnel dryer(Kartasapoetra, 1994)
Keterangan :
A. Pemasukan udara segar
B. Kipas (Blower)
C. Pemanas (heater)
D. Tempat masuk bahan basah.
E. Rak/lori/truk
F. Tempat keluar udara
G. Tempat keluar bahan kering
f. Sistem drum dryer
Alat ini biasa digunakan untuk mengeringkan bahan yang berbentuk
larutan, bubur maupun pasta. Bagian utama dari alat ini adalah silinder logam
yang berputar, dan bagian dalamnya berlubang. Sebagai media pemanas
digunakan cairan atau uap air kemudian dialirkan ke bagian dalam silinder,
pemanasan berlangsung secara konduksi. Alat jenis ini ada yang
menggunakan satu buah silinder dan ada pula yang menggunakan dua buah
silinder. Bahan basah diisikan dengan cara menyemprotkannya secara
38
dengan jalan mengalirkan bahan basah ke bagian bawah silinder, kemudian
waktu silinder berputar, bahan basah tersebut akan ikut terbawa pada
permukaan luar silinder. Bahan basah yang akan dikeringkan dimasukkan ke
dalam alat melalui pipa dan dialirkan pada drum yang berputar. Dinding drum
yang panas akan menguapkan air bahan sehingga bahan menjadi kering
menurut yang dikehendaki. Uap panas keluar dari alat melalui saluran sebelah
atas. Sedangkan bahan yang telah kering dilepaskan dari drum dengan
menggunakan pisau kikis yang diatur jaraknya terhadap drum. Kemudian
bahan kering ini akan mengalir ke bawah dan ditampung dengan
menggunakan wadah yang telah disediakan, seperti pada gambar 2.7.
Gambar 2.7 : Tipe drum dryer(Kartasapoetra, 1994)
Keterangan :
A. Pengeluaran uap
B. Pemasukan larutan
C. Drum yang dipanaskan dengan uap
D. Pisau kikis
Mutu beras dapat kita lihat pada tabel spesifikasi yaitu sebagai berikut:
39 2.4Kadar air
Kadar air merupakan salah satu faktor yang menyebabkan petani tidak
dapat menikmati harga pasar. Demikian juga mutu hasil pengeringan pada musim
penghujan lebih rendah dari musim kemarau. Untuk mengatasi hal ini dilakukan
pengeringan yang dapat dikendalikan, baik yang menggunakan bahan bakar
minyak maupun sumber-sumber lainnya, selain mengatasi masalah pengeringan
alat pengering juga hendaknya meningkatkan mutu daripada hasil pengeringan.
Kandungan air pada butir beras dalam seluruh tingkat mutu beras adalah
14%. Penetapan kadar air ini dapat dilakukan dengan metode oven maupun
dengan alat pengukur kadar air elektronik yang telah dikalibrasi lebih dahulu.
Kadar air dinyatakan dalam satuan persen dari beras basah. Kadar air
merupakan faktor utama yang menyebabkan penurunan mutu beras selama
penggilingan, (Damardjati dan Purwani, 1991).
Menghitung penurunan kadar air gabah:
Kadar air (%) = Massa gabah setelah pengeringan
40
Penentuan kadar air beras dilakukan dengan cara:
a. Metode oven
1) Atur suhu oven 130C
2) Timbang 5-10 gr contoh, masukkan kedalam oven
3) Tentukan berat akhir setelah pemanasan 16 jam
4) Hitung kadar air
b. Menggunakan alat Moisture Tester
Gambar 2.8 : Moisture Tester(cina-ogpe.com 2008)
2.5Rendemen dan mutu giling beras
Dalam penetapan mutu gabah, rendemen giling juga digunakan sebagai salah
satu kriteria mutu. Pengertian rendemen giling disini adalah : mencakup rendemen
beras kepala dan rendemen total beras giling. Mutu giling beras merupakan
kriteria utama dalam penetapan mutu gabah karena mempunyai nilai ekonomi
yang tinggi, yaitu menentukan besarnya beras yang dihasilkan.
Mutu giling mencakup berbagai kriteria, yaitu : rendemen beras giling
(BG), rendemen beras kepala (BK), persentase beras pecah (BP) dan derajat
41
penanganan pasca panen mempengaruhi mutu rendemen giling, dan sangat
mempengaruhi mutu rendemen beras kepala maupun beras.
Tingkat kematangan biji berpengaruh langsung terhadap rendemen dan
mutu beras serta susut hasil gabah. Pemanenan satu minggu sebelum matang akan
mengalami penyusutan sekitar 13%, sedang bila terlalu lewat matang penyusutan
sekitar 12%. Di samping itu beras yang dipanen sebelum matang mengandung
banyak gabah hampa, gabah hijau dan butir kapur, sedangkan bila dipanen lewat
matang menjadi mudah rontok dan pecah. Disamping dipengaruhi oleh umur
panen dipengaruhi pula cara panen. Panen dengan sabit dan dirontok dengan
mesin perontok menghasilkan rendemen lebih rendah dan persentase BP yang
lebih tinggi.
semakin tinggi kandungan air biji maka persentase beras pecah yang akan
dihasilkan akan semakin tinggi pula. Persentase beras giling dipengaruhi oleh
kadar air beras yang digiling. Kadar air yang terlalu tinggi atau yang terlalu
rendah dapat menyebabkan beras menjadi hancur (tepung). Rendemen merupakan
salah satu faktor yang penting. Rendemen dikatakan baik apabila dari gabah
diperoleh minimum 70% beras giling, terdiri dari 50% beras kepala dan 20%
beras pecah.
Pada skripsi ini penulis membuat mesin pengering padi dengan bahan
bakar biomassa yaitu dengan menggunakan arang dan cangkang kemiri, tanpa
menggunakan bantuan listrik karena akan menambah biaya operasional,
melainkan dengan tenaga manusia. Mesin pengering padi tersebut sangat effesien
bila digunakan ditengah persawahan yang belum terjangkau oleh arus listrik atau
belum tersedia arus listrik, mesin tersebut berkapasitas 11 kg.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini, akan dijelaskan cara
42
Gambar 2.9 : Prinsip kerja mesin pengering gabah
2.6Cara kerja mesin pengering gabah
Untuk menghasilkan panas buatan mengeringkan gabah digunakan arang
dan cangkang kemiri sebagai bahan bakar utama, arang dan cangkang kemiri
dimasukkan kedalam ruang pembakaran secukupnya untuk memudahkan dalam
pembakaran awal, membutuhkan waktu yang cukup lama agar arang dan
cangkang kemiri menjadi bara ± 3 jam, tergantung bahan bakar tambahan yang
digunakan seperti minyak tanah untuk mempercepat proses penyalaan api. Arang
dan cangkang kemiri yang telah menjadi bara sangat membantu untuk proses
pembakaran bahan bakar selanjutnya, tambahkan lagi bahan bakar agar saat
proses pengeringan tidak lagi dilakukan pemasukan bahan bakar tambahan karena
sangat mempengaruhi temperatur diruang pembakaran dan temperatur yang akan
tersalur ke dalam drum pengering. Saat arang dan cangkang kemiri telah menjadi
bara didalam ruang bakar masukkan gabah kedalam drum pengering melalui
saluran masuk gabah pada drum pengering, pada mesin pengering padi ini
kapasitas gabah yang akan dikeringkan yaitu sebanyak 11 kg. Drum pengering
yang berisi gabah basah ( belum ada mengalami proses pengeringan) ditutup dan
43
Sehingga panas diruang bakar akan keluar menuju saluran pipa memenuhi tabung
pengatur temperatur dan tersalur kedalam drum pengering. Pada proses ini lah
terjadi proses pengeringan dimana panas akan berpindah pada gabah diharapkan
kadar air pada gabah dapat terangkat dan menjadi uap. Sehingga uap gabah hilang
oleh panas yang ada didalam drum pengering. Untuk membantu proses
pengeringan gabah yang lebih merata perlu dilakukan proses pembalikan atau
pengadukan gabah, pada mesin pengering padi tersebut terdapat pengaduk yang
digerakkan secara manual dimana terdapat tuas pemutar pengaduk gabah, tuas
diputar berlawanan arah jarum jam hal ini dilakukan agar gabah teraduk dan
terbuang kearah atas sehingga tidak menyebabkan pemadatan pada bagian ruang
bawah drum pengering. Pengadukan dilakukan sesering mungkin tapi untuk
pengujian tersebut pengadukan dilakukan setiap 15 menit sekali dalam waktu 1
jam. Setelah padi didalam drum cukup lama atau ± 6 jam maka proses
pengeringan dapat dihentikan. Buka tutup saluran keluar gabah untuk
mengeluarkan gabah didalam drum pengering sediakan wadah atau alas untuk
menampung gabah kering, untuk membantu proses pengeluaran gabah dari drum
pengering putar lah tuas penggerak pengaduk. Bila kadar air gabah sudah 14%
maka gabah sudah memenuhi standarisasi dan dapat dilanjutkan keproses
selanjutnya yaitu penggilingan.
Keunggulan mesin pengering padi yang telah dibuat:
a. Teknologi alat/mesin tepat guna
b. Bahan bakar bisa arang, kayu bakar, batok kelapa dan cangkang kemiri
c. Mudah pengoperasiaanya
d. Tenaga kerja sedikit, maksimal 2 orang
e. Ongkos pengeringan gabah lebih murah dari tipe-tipe yang ada dipasaran
f. Tidak membutuhkan arus listrik
g. Kehilangan gabah atau kerusakan gabah sangat rendah sewaktu dalam
44
h. Lahan penempatan alat tidak luas 1 x 3 meter
i. Daya pakai alat relatif cukup lama
j. Sangat cocok dioperasionalkan pada kelompok tani dipedesaaan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan adalah sebagai berikut
a. Luas permukaan
Makin luas permukaan bahan makin cepat bahan menjadi kering, air
menguap melalui permukaan bahan.
b. Perbedaan suhu dan udara sekitar
Semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan
gabah semakin cepat pemindahan panas kedalam gabah dan makin cepat
pula penghilangan kadar air dari gabah. Jadi dengan semakin tingginya
suhu pengeringan maka proses pengeringan akan semakin cepat.
c. Kecepatan aliran udara
Semakin tinggi kecepatan udara, semakin banyak pula penghilangan uap
air dari permukaan bahan. Apabila aliran udara disekitar tempat
pengeringan berjalan dengan baik proses pengeringan akan semakin cepat
yaitu semakin mudah air teruapkan.
d. Tekanan udara
Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara untuk
mengangkut air selama pengeringan, karena dengan semakin kecilnya
tekanan berarti kerapatan udara makin berkurang.
e. Kelembapan udara
Semakin lembab udara maka akan semakin lama bahan kering sebaliknya
semakin kering udara semakin cepat pengeringan.
45
Udara dapat dibedakan dalam 2 macam yaitu udara kering atau udara
tanpa kandungan uap didalamnya dan udara basah yaitu udara dengan kandungan
uap air yang tinggi. Udara merupakan campuran dari beberapa gas dengan
perbandingan yang kira-kira tetap, misalnya H2O, O2, N2, CO2 yang kadang
kadang mengandung senyawa berbentuk gas (pencemar).
Gas murni dapat dibagi menurut jumlahnya didalam udara, yaitu:
a. Gas yang jumlahnya tetap diudara misalnya N2, O2 dan gas gas mulia
yaitu Ne, Ar, He, dan Xe.
b. Gas yang jumlahnya tidak tetap diudara yaitu CO2 dan H2O.
c. Gaspengotor misalnya NH3 dan H2S yang berasal dari hasil pemecahan
zat-zat organik atau CO yang berasal dari hasil pembakaran yang tidak
sempurna dipertambangan minyak bumi.
Jumlah gas mulia di udara sangat sedikit sehingga didalam perhitungan
biasanya diabaikan. Komposisi udara kering terdiri dari 76,8 % N2, 32,2 % O2 dan
CO2 sebanyak 0,03 % berdasarkan volume.Tekanan H2O didalam udara, atau
besarnya tekanan atmosfer setelah dikurangi dengan tekanan udara kering disebut
tekanan uap. Tekanan uap jenuh adalah tekanan tertinggi yang dapat dicapai oleh
suatu ruangan pada suhu tertentu.
2.8Perpindahan panas
Perpindahan panasialah ilmu yang meramalkan perpindahan energi yang
terjadi karena adanya perbedaan suhu diantara benda atau material.
(J.P.HOLMAN, 1986)
Perpindahan panas diklarifikasikan menjadi
a. Perpindahan panas secara konduksi
b. Perpindahan panas secara konveksi
46 a. Perpindahan panas secara konduksi
Ialah perpindahan energi panas (kalor) tidak diikuti dengan zat perantaranya.
Misalnya memanskan batang besi diatas nyala api, apabila salah satu ujung besi
dipanaskan, kemudian ujung yang lain dipegang, maka semakin lama ujung yang
dipegang semakin panas hal ini menunjukkan bahwa kalor atau panas berpindah
dari ujung besi yang dipanaskan ke ujung besi yang dipegang.
Gambar 2.10 : Perpindahan panas secara konduksi (Bekti Widi Admaja, 2011)
Makapersamaannyadapatditulissebagaiberikut
qk = kA �−����� atau ��� =� �−�����
Dimana :
q = Laju perpindahan panas (w)
K = Konduktivitas termal (W/(m.k))
A = Luas penampang yang terletak pada aliran panas (m2)
47 b. Perpindahan panas secara konveksi
Ialah perpindahanpanasyang terjadiantarasuatupermukaan
padatdanfluidayangbergerakataumengaliryang
diakibatkanolehadanyaperbedaantemperatur
Perpindahan panas konveksidapatterjadidenganbeberapametode,
antaralain:
1) Konveksi paksa
Ialah jika aliran disebabkan oleh pengaruh atau dengan bantuan kipas atau
pompa maka metode ini dikenal sebagai konveksi paksa
2) Konveksi alami
Ialah apabila aliran ini disebabkan oleh perbedaan suhu pada aliran itu
sendiri , maka metode ini dikenal sebagai konveksi alami.
3) Konveksidenganperubahanfase
yaituprosesperpindahanpanaskonveksi
yangdisertaiberubahnyafasefluidasepertipadaprosespendidihan (boiling)
danpengembunan(kondensasi).
Gambar 2.11: Perpindahan panas secara konveksi (Anneahira, 2010)
Persamaanperpindahanpanas konveksi dapat dinyatakan sebgai berikut
48
qkonv =hA( Tw-T∞)
Dimana:
qkonv =Besarnya lajuperpindahanpanasknveksi(W)
h =Koefisienkonveksi(W/m2K)
A =Luaspermukaanperpindahanpanaskonveksi(m2)
c. Perpindahan panas secara radiasi
Ialah perpindahan panas tanpa memerlukan zat perantara. Pancaran kalor
hanya terjadi dalam gas atau ruang hampa, misalnya penghantaran panas matahari
kebumi melalui ruang hampa udara.
Gambar 2.12: Perpindahan panas secara radiasi (Bekti Widi Admaja, 2011)
Persamaanperpindahanpanas radiasi dapat dinyatakan sebgai berikut:
(J.P.HOLMAN, 1986)
q =ε1σA1(T14–T24)
Dimana :
Q =Lajuperpindahanpanasradiasi(W) ε =Emisivitaspermukaanmaterial
σ =KonstantaStefanBolztman(5.669x10-8W/m2k4)
Ts =Temperaturepermukaanbenda(K)
49 2.9Sabuk dan puli
Jarak yang jauh antara 2 buah poros sering tidak memungkinkan transmisi
langsung dengan roda gigi. Dalam hal demikian, cara transmisi putaran atau daya
yang lain dapat diterapkan, dimana sebuah sabuk luwes atau rantai dibelitkan
sekeliling puli atau sproket pada poros. Transmisi dengan elemen mesin yang
luwes dapat digolongkan atas transmisi sabuk, transmisi rantai, dan transmisi
kabel atau tali.
Gambar 2.13: Berbagai macam sabuk transmisi daya (sularso dan
kiyokatsu Suga, 2004)
A.
1) Sabuk-V standar (berlapis tunggal dan banyak). 2) Murah dan pasarannya luas.
3) Untuk mesin-mesin industri umum. Batas temperature sampai 60°C. B.
1) Sabuk-V unggul (berlapis tunggal dan banyak).
2) Tahan panas minyak, dan listrik statis. Kekuatan tinggi. 3) Untuk tugas berat dan jumlah sabuk sedikit.
4) Batas temperature sampai 90°C. C.
1) Sabuk-V penampang pendek
2) Tahan lenturan dan kecepatan tinggi
3) Untuk otomobil dan puli dengan diameter kecil. Batas temperature sampai 90°C.
50
1) Sabuk-V tugas ringan (tipe-L) 2) Tahan lenturan dan kecepatan tinggi
3) Untuk mesin-mesin pertanian. Puli penegang pada keliling luar sabuk dapat dipakai. Batas temperature sampai 60°C (untuk temperatur lebih dari 60°C lebih baik dipakai sabuk-V unggul).
E.
1) Sabuk-V sempit.
2) Dapat mentransmisikan daya besar.
3) Untuk mesin-mesin industri umum. Batas temperature sampai 90°C.
F.
1) Sabuk-V sudut lebar.
2) Untuk transmisi kecepatan tinggi dan daya besar dengan puli kecil dan sempit.
3) Untuk otomobil. Batas temperature sampai 80°C. G.
1) Sabuk-V putaran variabel
2) Tahan lenturan dan tekanan samping
3) Untuk penurun putaran variabel. Batas temperature sampai 90°C. H.
1) Sabuk gigi penampang pendek 2) Tahan lenturan dan kecepatan tinggi
3) Untuk otomobil besar. Batas temperature sampai 90°C. I.
1) Sabuk segi enam
2) Untuk menggerakkan poros banyak
3) Untuk mesin pertanian dan mesin industry. Batas temperature sampai 60°C.
J.
1) Sabuk bergigi (sabuk gilit)
2) Tidak siip. Dapat dipakai untuk penggerak sinkron
3) Untuk komputer, mesin perkakas, otomobil, dsb. Batas temperature sampai 80°C.
K.
1) Sabuk berusuk banyak
2) Dapat menghasilkan putaran dengan kecepatan sudut yang hamper tetap.
3) Untuk mesin perkakas, dsb. Batas temperature sampai 80°C. L.
1) Sabuk berlapis kulit dan nilon
2) Untuk transmisi putaran tinggi dan jarak poros tetap.
51
Sabuk yang kita gunakan pada mesin pengering padi tersebut adalah
sabuk-V, Sebagian besar transmisi sabuk menggunakan sabuk-V karena mudah
dalam penanganannya dan harganya pun murah. kecepatan sabuk direncanakan
untuk 10 samapai 20 m/s pada umumnya, maksimum sampai 25 m/s.
a. Transmisi sabuk- V
Sabuk-V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium.
Tenunan tetoron atau semacamnya dpergunakan sebagai inti sabuk untuk
membawa tarikan yang besar. Sabuk-V dibelitkan dikeliling alur puli yang
berbentuk V pula. Bagian sabuk yang membelit pada puli ini mengalami
lengkungan sehingga lebar bagian dalamnya bertambah besar. Gaya gesekan juga
akan bertambah karena pengaruh bentuk baji, yang akan menghasilkan transmisi
yang besar pada tegangan yang relatif rendah hal ini merupakan salah satu
keunggulan sabuk-V dibandingkan dengan sabuk rata. Pada gambar dibawah ini
dijelaskan konstruksi sabuk V.
Gambar 2.14 : Konstruksi sabuk V (sularso dan kiyokatsuSuga, 2004)
Keterangan gambar:
1. Terpal
2. Bagian penarik
3. Karet pembungkus
4. Bantal karet
52
Gambar 2.15 : Ukuran penampang sabuk-V (sularso dan kiyokatsuSuga, 2004)
Posisi sabuk dengan puli terlihat pada Gambar 2.17 yaitu persinggungan
atau sudut kontak sabuk dengan puli
Gambar 2.16 : Profil alur sabuk-V (sularso dan kiyokatsuSuga, 2004)
Daya rencana dihitung dengan mengalikan daya yang akan diteruskan
53
Tabel 2.2 Faktor koreksi(sularso dan kiyokatsuSuga, 2004)
Mesin yang digerakkan Penggerak
Momen puntir puncak 200%
Momen puntir puncak >200%
Motor arus bolak-balik (momen normal, sangkar
bajing, sinkron), motor arus searah (lilitan shunt)
Motor arus bolak-balik (momen tinggi, fasa tunggal, lilitan seri), motor arus searah (lilitan
kompon, lilitan seri), mesin torak, kopling tak
tetap.
Jumlah jam kerja tiap hari Jumlah jam kerja tiap hari
3-5 jam 8-10 jam 16-24 jam 3-5 jam 8-10 jam 16-24 jam Variabel beban sangat kecil Pengaduk zat cair, kipas angin, blower (sampai 7,5 kW) pompa sentrifugal, konveyor tugas ringan
1,0 1,1 1,2 1,2 1,3 1,4
Variabel beban kecil Konveyor sabuk (pasir, batubara), pengaduk, kipas angin (lebih dari 7,5 kW), mesin torak, peluncur, mesin perkakas, mesin percetakan,
1,2 1,3 1,4 1,4 1,5 1,6
Variabel beban sedang Konveyor (ember, sekrup), pompa
54 torak, kompresor, gilingan palu, pengocok, roots-blower, mesin tekstil, mesin kayu Variabel beban besar Penghancur, gilingan bola atau batang, pengangkat, mesin pabrik karet (rol, kalender)
1,5 1,6 1,7 1,8 1,9 2,0
Tranmisi sabuk-V hanya dapat menghubungkan poros poros yang sejajar
dengan arah putaran yang sama. Dibandingkan dengan transmisi roda gigi dan
rantai, sabuk-V bekerja lebih halus dan tak bersuara. Untuk mempertinggi daya
yang ditransmisikan, dapat dipakai beberapa sabuk-V yang dipasang sebelah
menyebelah.
Pada tabel 2.3 dan tabel 2.4 menunjukkan nomor-nomor nominal dari sabuk
[image:56.595.108.518.82.380.2]standar utama, dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 2.3 Sabuk-V standar(sularso dan kiyokatsuSuga, 2004)
Penampang A Penampang B
55 *23 *24 *25 *26 *27 *28 *29 *30 *31 *32 *33 *34 *35 *36 *37 *38 *39 *40 *41 *42 *43 *44 *45 *46 *47 *48 *49 *50 *51 *52 *53 *54 *55 *56 *57 *58 *59 *60 *61 *62 *63 *64 *75 *76 *77 *78 *79 *80 *81 *82 *83 *84 *85 *86 *87 *88 *89 *90 *91 *92 *93 *94 *95 *96 *97 *98 *99 *100 *101 *102 *103 *104 *105 *106 *107 *108 *109 *110 *111 *112 *113 *114 *115 *116 127 *128 129 *130 131 132 133 134 *135 136 137 138 139 *140 141 142 143 144 *145 146 147 148 149 *150 151 152 153 154 *155 156 157 158 159 *160 161 162 163 164 *165 166 167 168 *26 *27 *28 *29 *30 *31 *32 *33 *34 *35 *36 *37 *38 *39 *40 *41 *42 *43 *44 *45 *46 *47 *48 *49 *50 *51 *52 *53 *54 *55 *56 *57 *58 *59 *60 *61 *62 *63 *64 *65 *66 *67 *78 *79 *80 *81 *82 *83 *84 *85 *86 *87 *88 *89 *90 *91 *92 *93 *94 *95 *96 *97 *98 *99 *100 101 *102 103 104 *105 106 107 *108 109 *110 111 *112 113 114 *115 116 117 *118 119 *130 131 *132 133 134 *135 136 137 138 139 *140 141 *142 143 144 *145 146 147 *148 149 *150 151 152 153 154 *155 156 157 158 159 *160 161 162 163 164 *165 166 167 168 169 *170 171
56
(inch) (mm) (inch) (mm) (inch) (mm) (inch) (mm)
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 254 229 305 330 356 381 406 432 457 483 508 532 555 584 610 635 660 686 711 737 762 787 813 838 864 889 914 920 965 991 1016 1041 1067 1092 1119 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 1143 1168 1194 1219 1245 1270 1295 1321 1346 1372 1397 1422 1446 1471 1499 1524 1549 1575 1600 1626 1651 1676 1702 1727 1753 1778 1803 1829 1854 1880 1905 1930 1956 1981 2000 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 2032 2057 2083 2108 2134 2159 2184 2210 2235 2261 2286 2311 2337 2362 2388 2413 2438 2464 2489 2515 2540 2565 2591 2616 2642 2667 2692 2718 2743 2769 2794 2819 2845 2870 2896 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 2921 2946 2972 2997 3023 3048 3073 3099 3124 3150 3175 3200 3226 3251 3277 3302 3327 3355 3378 3404 3429 3454 3480 3505 3531 3556 3581 3607 3632 3658 3683 3708 3734 3759 3785
[image:58.595.146.514.86.632.2]Dalam tabel 2.5 diperlihatkan panjang keliling sabuk yaitu sebagai berikut
Tabel 2.5 Panjang sabuk-V sempit(sularso dan kiyokatsuSuga, 2004)
3V 5V
57 nominal sabuk keliling (mm) keliling pada jarak bagi sabuk (mm) nominal sabuk keliling (mm) keliling pada jarak bagi sabuk (mm)
3V 250 3V 265 3V 280
635 673 711 631 669 707
5V 500 5V 530 5V 560
1270 1346 1422 1262 1338 1414
3V 300 3V 315 3V 355
762 800 851 758 796 847
5V 600 5V 630 5V 670
1542 1600 1702 1516 1592 1694
3V 355 3V 375 3V 400
902 953 1016 898 949 1012
5V 710 5V 750 5V 800
1803 1905 2035 1795 1897 2024
3V 425 3V 450 3V 475
1080 1143 1207 1076 1139 1203
5V 850 5V 900 5V 950
2159 2286 3413 2151 2278 2405
3V 500 3V 530 3V 560
1270 1346 1422 1266 1342 1418
5V 1000 5V 1060 5V 1120
2540 2692 2845 2532 2684 2837
Untuk perhitungan keliling sabuk dapat dilihat pada gambar dibawah ini
Gambar 2.17: Perhitungan panjang keliling sabuk (sularso dan kiyokatsuSuga,
2004)
58
�
=
��
+
�
� ��
�+
�
��
+
�
�
�(
�
�−
�
�)
�Sumber:(sularso, kiyokatsu suga, Dasar perencanaan dan pemilihan elemen mesin
1991 )....hal 170
Dimana :
�
�=
diameter puli kecil ( mm )�
�=
diameter puli besar ( mm )�
=
jarak sumbu poros ( mm )b. Puli
Puli adalah sebuah mekanisme yang terdiri dari roda pada sebuah poros
atau batang yang memiliki alur diantara dua pinggiran disekelilingnya. Sebuah
tali, kabel, atau sabuk biasanya digunakan pada alur puli untuk memindahkan
daya. Puli digunakan untuk merubah gaya yang digunakan, meneruskan gerak
rotasi, atau memindahkan beban yang berat. Sitem puli dengan sabuk terdiri dari
dua atau lebih puli yang dihubungkan dengan menggunakan sabuk. Sistem ini
memingkinkan untuk memindahkan daya, torsi, dan kecepatan, bahkan jika puli
memiliki diameter yang berbeda dapat meringankan pekerjaan untuk
memindahkan beban yang berat.
Gambar 2.18 : Konstruksi puli (bbc bitezise 2014)
Puli pada umumnya dibuat dari bahan besi tuang dan ada juga dari baja
dengan bentuk yang bervariasi. Kekuatan puli dihitung berdasarkan kekuatan
59
a. Jika pemindah daya Dengan perbandingan transmisi tidak terlalu besar
bisa digunakan tanpa puli penegang
b. Jika transfer daya dengan perbandingan transmisi besar dan jarak poros
dekat, maka perlu dipasang puli penegang
a. Tipe puli
1.) Puli tetap
Puli tetap memiliki poros yang tetap, yang berarti porosnya diam
atau dipasang pada suatu tempat. Puli tetap digunakan untuk merubah arah
gaya pada tali atau sabuk.
2.) Puli bergerak
Puli yang bergerak memiliki poros yang bebas, yang berarti
porosnya bebas bergerak pada suatu titik tertentu. Puli digunakan untuk
melipat gandakan gaya.
3.) Puli gabungan
Puli gabungan adalah gabungan dari puli tetap dan puli bergerak.
Jenis puli ini terdiri dari minimal satu buah puli yang terpasang pada suatu
tempat dan puli satu lainnya dapat bergerak.
b. Ukuran puli V
Diameter nominal puli V dinyatakan sebagai diameter dp (mm) dari suatu
lingkaran dimana lebar alurnya didalam gambar 2.17 menjadi lo dalam tabel
2.6, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.6 Ukuran puli V(sularso dan kiyokatsuSuga, 2004) Penampang
sabuk-V
Diameter nominal (diameter lingkaran jarak
bagi do
60
A 71-100
101-125 126 atau lebih
34 36 38 11,95 12,12 12,30
9,2 4,5 8,0 15,0 10,0
B 125-160
161-200 201 atau lebih
34 36 38 15,86 16,07 16,29
12,5 5,5 9,5 19,0 12,5
C 200-250
251-315 316 atau lebih
34 36 38 21,18 21,45 21,72
16,9 7,0 12,0 25,5 17,0
D 355-450
451 atau lebih
36 38
30,77 31,14
24,6 9,5 15,5 37,0 24,0
E 500-630
631 atau lebih
36 38
36,95 37,45
28,7 12,7 19,3 44,5 29,0
*harga-harga dalam kolom W menyatakan ukuran standar
[image:62.595.91.517.84.341.2]c. Diameter minimum puli yang dianjurkan dan diizinkan
Tabel 2.7 Diameter minimum puli(sularso dan kiyokatsuSuga, 2004)
Penampang A B C D E
Diameter min. yang
diizinkan
65 115 175 300 450
Diameter min. yang dianjurkan
95 145 225 350 550
Tipe sabuk sempit 3V 5V 8V
61
Diameter minimum yang dianjurkan
100 224 360
d. Sudut kontak sabuk V dengan puli
Sudut kontak dari sabuk pada alur puli penggerak harus diusahakan
sebesar mungki