• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 Kajian Pustaka - Analisa Pengujian Mesin Pengering Gabah Dengan Pengaduk Berotari Kapasitas 11 Kg

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "2.1 Kajian Pustaka - Analisa Pengujian Mesin Pengering Gabah Dengan Pengaduk Berotari Kapasitas 11 Kg"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

2.1Kajian Pustaka

Berbicara tentang beras tentu kita akan teringat bagaimana cara meningkatkan

mutu/kualitas beras, ada banyak faktor dalam meningkatkan kualitas beras salah

satu faktor yang mendukung tahap pemberasan adalah penanganan pasca

pengeringan terhadap gabah yang dihasilkan sehingga dapat meningkatkan

produksi. Mulai dari padi seperti pada Gambar 2.1 yang dipanen menjadi gabah

yang akan selanjutnya dikeringkan untuk proses penggilingan.

Gambar 2.1: Padi

Pengeringan pada dasarnya adalah proses pemindahan/pengeluaran kandungan

air bahan hingga mencapai kandungan tertentu agar kecepatan kerusakan bahan

dapat diperlambat. Pengeringan dapat dilakukan dengan penjemuran yang

memanfaatkan sinar matahari atau dengan cara buatan. Pengeringan buatan di

samping untuk mengatasi pengaruh cuaca, kelembaban yang tinggi sepanjang

tahun juga dimaksudkan untuk meningkatkan mutu hasil pengeringan. Pada

proses pengeringan banyak faktor yang perlu diperhatikan, seperti iklim dan

bahan baku, yang akan mempengaruhi waktu dan perolehan pengeringan.

Berdasarkan prosesnya dikenal dua macam pengeringan yaitu pengeringan secara

(2)

Pengeringan alami, Pengeringan di tingkat petani Indonesia sebagian besar

dilakukan dengan sinar matahari dan hanya sebagian kecil petani yang melakukan

pengeringan dengan mesin pengering. Pengeringan dengan sinar matahari dapat

dilakukan dengan mudah terutama di daerah-daerah tropis seperti Indonesia.

Akan tetapi di Indonesia panen umumnya jatuh pada musim hujan sehingga

pengeringan menjadi masalah (Suparyono dan Setyono,1993). Menurut Taib

dkk, (1988), pengeringan alamiah memanfaatkan radiasi surya, suhu dan

kelembaban udara sekitar serta kecepatan angin untuk proses pengeringan.

Pengeringan dengan cara penjemuran ini mempunyai beberapa kelemahan antara

lain tergantung cuaca, sukar dikontrol, memerlukan tempat penjemuran yang luas,

mudah terkontaminasi dan memerlukan waktu yang lama.

Pengeringan dengan manual/alami dilakukan dengan penjemuran ketebalan

tumpukan 3-6 cm dan dilakukan pada siang hari, dilakukan pembalikan sekitar 2

jam agar gabah kering merata sampai dihasilkan kadar air 14%, saat cuaca dalam

keadaan tidak menentu hamparkan gabah dengan ketebalan 10 cm dalam ruangan

dan dilakukan pembalikan setiap hari, jika cuaca sudah cerah kembali lakukan

segera penjemuran lakukan penjemuran diatas lantai jemur yang terbuat dari

semen jika menggunakan alas penjemuran (plastik, tikar, terpal) pastikan tanah

dibawahnya tidak basah sehingga tidak terjadi kelembaban dibawahnya, lakukan

pengadukan secara rutin agar gabah kering merata dan tidak terjadi pembasahan

pada tempat- tempat tertentu. Penjemuran pada gabah kalau memungkinkan tidak

boleh ditunda diusahakan dalam 2 hari gabah dalam kondisi kering dan dapat

diperoleh beras dalam keadaan mutu yang baik.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengeringan gabah

secara manual:

a. Lokasi tidak boleh lebih rendah dan tanahnya padat agar tidak ada

genangan air.

b. Aman dari tikus dan saluran udaranya baik dan memiliki saluran

drainase yang baik.

(3)

menggunakan pelindung terpal anti air dari atap tumpukan, jarak

horizontal antara tumpukan adalah 1 meter dan jarak horizontal

antara tumpukan dengan atap adalah 1,5 meter, menggunakan alas

kayu, tidak ada tumpukan yang menempel pada dinding.

d. Pemeriksaan secara teratur.

Pengeringan buatan, Pengeringan dengan buatan dapat menggunakan

udara dipanaskan. Udara yang dipanaskan tersebut dialirkan ke bahan yang akan

dikeringkan.

Pengeringan dengan menggunakan alat mekanis ( pengeringan buatan )

memberikan beberapa keuntungan diantaranya:

a. tidak tergantung cuaca,

b. kapasitas pengeringan dapat dipilih sesuai dengan yang diperlukan,

c. tidak memerlukan tempat yang luas,

d. serta kondisi pengeringan dapat dikontrol.

Pengeringan mekanis ini memerlukan energi untuk memanaskan alat

pengering, Alat pengering buatan pada umumnya terdiri dari unit pemanas(heater)

serta alat-alat kontrol. Untuk alat pengering dengan unit pemanas, beberapa

macam sumber energi panas yang biasanya dipakai adalah gas, minyak bumi,

batubara atau elemen pemanas. Sumber energi panas pengeringan buatan dapat

diperoleh dari listrik, kayu, arang, minyak bumi dan gas.

2.2Proses pengeringan padi

Di dalam biji-bijian terdapat air bebas dan air terikat. Air bebas terdapat di

bagian permukaan biji-bijian, di antara sel-sel dan dalam pori-pori, air ini mudah

teruapkan padapengeringan. Air terikat yaitu air yang berikatan dengan protein,

selulosa, zat tepung, pektin, dan sebagai zat-zat yang terkandung dalam gabah,

air terikat memang sulit untuk dihilangkan, memerlukan beberapa perlakuan dan

ketekunan seperti halnya terhadap beberapa faktor-faktor yang berpengaruh dalam

pengeringan, antara lain temperatur, kelembaban, dengan ketekunan yaitu

(4)

Air yang di angkut dari biji berlangsung dengan proses penguapan. Perubahan

air menjadi uap air terjadi di permukaan biji. Untuk itu uap harus didifusikan

terlebih dahulu ke permukaan lalu diuapkan. Energi panas harus cukup untuk

menguapkan air dan juga untuk mendifusikan air. Panas tersebut dapat

dipancarkan ke biji-bijian baik dengan cara konveksi, radiasi, maupun secara

konduksi. Panas yang dipancarkan ke dalam biji-bijian akan melalui tiap biji

secara individu. Setelah menerima panas, maka penguapan pun terjadi dari

permukaan sampai ke bagian dalam biji. Pengeringan merupakan langkah penting

dalam penggilingan beras. Pada dasarnya dengan pengeringan bahan akan

menjadi tidak mudah rusak, menghentikan kegiatan mikro-organisme tertentu dan

memudahkan pengolahan lebih lanjut. Pengeringan juga dimaksudkan untuk

mendapatkan bahan dengan volume yang lebih kecil, sehingga dapat lebih mudah

diangkut dan biaya lebih.

Keuntungan dan kerugian penjemuran dibandingkan dengan pengeringan buatan

adalah sebagai berikut:

a. Penjemuran sangat tergantung pada cuaca, sehingga kontinuitas

pengeringan tidak teratur, misalnya kalau turun hujan terpaksa

pengeringan dihentikan.Demikian pula suhu, kelembaban udara dan

kecepatan udara tidak dapat diatur, sehingga kecepatan pengeringan tidak

seragam.

b. Mutu gabah kering hasil penjemuran umumnya lebih rendah daripada

hasil pengeringan menggunakan alat. Hal ini disebabkan karena waktu

pengeringan yang lama, keadaan pengeringan dan tidak dapat dijaga dan

diawasi sehingga kemungkinan-kemungkinan terjadinya kerusakan selama

penjemuran sangat besar.

c. Keuntungan proses penjemuran adalah biayanya rendah karena

memerlukan biaya dan alat-alat yang lebih murah.

Saat proses pengeringan terjadi, perpindahan massa dari bahan ke udara dalam

bentuk uap air berlangsung atau terjadi pengeringan pada permukaan bahan.

(5)

air secara difusi dari bahan kepermukaannya dan seterusnya proses penguapan

bahan diulang lagi. Akhirnya setelah air bahan berkurang, tekanan uap air bahan

akan menurun sampai terjadi keseimbangan dengan udara di sekitarnya. Dengan

pengeringan diharapkan kadar air gabah mula-mula sekitar 30% akan turun

sedemikian hingga mencapai kadar air se kitar 12-16%. Pada kadar air 12-16%,

gabah telah cukup siap untuk pengolahan lebih lanjut (penggilingan) ataupun

telah cukup amandalam penyimpanan. Beberapa kendala yang berpengaruh dalam

pengeringan ialah suhu dan kelembaban udara lingkungan, kecepatan aliran udara

pengering, besarnya persentase kandungan air yang ingin dijangkau, power

pengering, efisiensi mesin pengering, dan kapasitas pengeringnya. Kendala

tersebut dapat ditanggulangi sehingga proses pengeringan dapat dilakukan secara

terus menerus tanpa berhenti. Untuk menanggulangi kendala tersebut digunakan

peralatan pengeringan buatan. Energi untuk proses pengeringan dapat diperoleh

dari proses pembakaran, minyak, gas ataupun biomassa. Tetapi penggunaan

sumber-sumber energi dapat menyebabkan biaya produksi menjadi meningkat.

Pengeringan buatan adalah pengeringan dengan menggunakan alat pengering,

dimana suhu, kelembaban udara, kecepatan pengaliran udara dan waktu

pengeringan dapat diatur dan diawasi. Pengeringan buatan dapat dibagi menjadi

dua kelompok yaitu pengeringan (adiabatik) dan pengeringan (isothermik).

Pengeringan adiabatik adalah pengeringan dimana panas dibawa ke alat pengering. Udara panas ini akan memberikan panas pada bahan yang akan

dikeringkan dan mengangkut uap air yang dikeluarkan oleh bahan.

Pengeringan isothermik adalah pengeringan dimana bahan yang akan dikeringkan berhubungan langsung dengan lembaran (plat) logam yang panas.

Hingga sekarang ini peralatan pengeringan buatan sudah banyak

berkembang dengan berbagai tipe. Pada tiap tipe berbeda konstruksinya namun

prinsipnya sama yaitu untuk mengurangi kadar air bahan.

(6)

a. Pengeringan tumpukan (batch drying), di mana bahan masuk ke dalam alat

pengering sampai pada pengeluaran hasil pengeringan, kemudian

dimasukkan gabah berikutnya.

b. Pengeringan kontinu atau berkesinambungan ( continous drying ), dimana

pemasukan dan pengeluaran bahan berjalan menerus.

2.3 Tipe mesin pengering buatan

Ada beberapa tipe mesin pengering buatan dimana diantaranya adalah sebagai

berikut:

a. Tipe batch dryer

Alat pengering tipe batch dryer terdiri dari beberapa komponen, yaitu :

1) Bak pengering yang lantainya berlubang-lubang serta memisahkan bak

pengering dengan ruang tempat penyebaran udara panas (plenum

chamber).

2) Kipas digunakan untuk mendorong udara pengering dari sumbernya ke

plenum chamber” dan melewati tumpukan bahan di atasnya.

3) Unit pemanas, digunakan untuk memanaskan udara pengering agar

kelembaban udara pengering tersebut menjadi turun, sedangkan suhunya

naik.

Seperti gambar dibawah Gambar 2.2, dimana pada alat pengering tipe batch

dryer, udara pengering bergerak dari bawah ke atas melalui bahan dan

melepaskan sebagian panasnya untuk menghasilkan proses penguapan. Dengan

demikian udara pengering makin ke atas semakin turun suhunya. Berdasarkan

tebal tumpukan bahan, tipe batch dryer digolongkan atas dua jenis yaitu “Deep

Bed” dan “Thin Layer”.Deep Bed cocok digunakan untuk penyimpanan bahan

(7)

Gambar 2.2 : tipe batch dryer(AVA company, 1989)

b. Tipe deep bed

Pengeringan sistem Deep Bed tumpukan bahan cukup tebal dan wadah

pengeringan mempunyai dasar lantai yang mempunyai lubang-lubang atau kawat

anyaman sehingga udara panas dapat mengalir melalui bahan. Besar kecilnya

ukuran lubang wadah ditentukan berdasarkan bahan yang dikeringkan.

Pengeringan dilakukan dengan suhu yang rendah dan waktu yang lama,agar

kerusakan pada bahan dapat dihindari. Contoh deep bed dapat kita lihat pada

gambar Gambar 2.3.

Gambar 2.3 : Tipe deep bed(Taib dkk, 1988)

Keterangan :

(8)

B. Plenum Chamber

C. Biji kering

D. Bidang pengeringan

E. Biji basah

F. Udara dan uap air keluar

c. Sistem thin layer

Prinsip kerja mesin pengering ini hampir sama dengan deep bed. Pada

jenis ini pengeringan lebih luas dan ketebalan bahan dikurangi.Pergerakan

bidang pengeringan tidak begitu nyata karena pengeringan ini berlangsung

serentak dan merata di seluruh bagian bahan. keuntungan alat pengering jenis

ini antara lain, laju pengeringan lebih cepat, kemungkinan terjadiover drying

lebih kecil, tekanan udara pengering yang rendah dapat melalui lapisan bahan

yang dikeringkan. Bijian yang dikeringkan didorong oleh udara pengering

yang diteruskan ke lantai berpori atau sistem aliran udara yang diteruskan dari

sebelah bawah Bin. Zona pengeringan berkembang dari batas lantai dan

kemudian terus bergerak ke bawah bijian hingga menyentuh lapisan

permukaan (dapat dilihat pada gambar 2.4). Selanjutnya dikemukakan bahwa

pengeringan yang dilakukan denganmenggunakan alat mekanis (pengeringan

buatan) akan mendapatkan hasil yang baik bila kondisi pengeringan

ditentukan dengan tepat selama pengeringan dikontrol dengan baik.

Pengeringan dengan sistem sinambung dilakukan dengan menggunakan alat

(9)

Gambar 2.4 : Tipe thin layer(Kartasapoetra, 1994)

d. Tipe continous drying

Pada jenis ini bahan secara terus menerus dialirkan ke dalam silinder

pengeringan sehingga mencapai ketebalan ± 60 cm dan tempatnya terletak di

pusar “conditioning” bijian atau pusat penimbunan bijian. Biji basah

memasuki puncak dari pengeringan, kemudian aliran bijian tersebut dialirkan

ke bagian yang adanya pemanasan udara dan kebagian yang tanpa adanya

pemanasan udara, kemudian pengeringan dihentikan dan setelah itu dilakukan

pendinginan. Laju aliran bijian dapat diatur bervariasi dengan alat

perlengkapan pengatur laju aliran, hal ini disesuaikan menurut jumlah kadar

air bahan yang akan dipindahkan. Arah aliran udara berhubungan dengan arah

aliran bahan bijian misalnya aliran udara melintasi bahan (cross flow), aliran

udara berlawanan dengan arah aliran bahan (counter flow) atau arah aliran

udara bersamaan dengan arah aliran bahan (concurrent flow). Beberapa

continous dryer mempunyai struktur agak rendah, tempat tumpukan bijian

mendatar (horizontal), bentuk lantai timbunan berpori dengan tujuan udara

akan sampai ke bahan dengan tujuan udara akan sampai ke bahan dengan

membentuk sudut. Fluidisasi (pengaliran) udara ke bahan terjadi terus

menerus guna memindahkan uap air hingga sampai pengeringan terhenti.

(10)

e. Sistem tunnel dryer

Alat ini digunakan untuk pengeringan bahan yang berbentuk/ukurannya

seragam. Biasanya bahan yang dikeringkan berbentuk butiran, sayatan/irisan

dan bentuk padatan lainnya. Selanjutnya dikemukakan bahwa bahan yang

akan dikeringkan ditebarkandengan lapisan tertentu di atas baki atau anyaman

kayu ataupun lempengan logam. Baki ini ditumpuk di atas sebuah

rak/lori/truk. Jarak dibuat sedemikian rupa sehingga udarapanas dapat

melewati tiap baki, sehingga pengeringan dapat seragam, sedangkan

bagianatas lori harus terbuka agar uap air dapat keluar. Alat pengering

terowongan (tunnel) yang arah aliran udaranya searah dengan arah

pergerakan bahan dapat dilihat pada gambar Gambar 2.6.

Lori yang telah dimuati dengan bahan basah dimasukkan satu persatu ke

dalamlorong (tunnel) dengan interval waktu yang sesuai untuk pengeringan

bahan,terowongan ini merupakan ruangan yang panjang dan dialiri dengan

udara panas.Rak/lori digerakkan dengan belt (sabuk) secara perlahan,

pergerakkannya bisa searahdengan aliran udara atau berlawanan dengan arah

aliran udara, panjang terowongan bisabervariasi dan dapat mencapai 27 meter

dengan penampang berbentuk segi empat denganukuran 2 x 2 meter. Udara

digerakkan dengan blower dan bergerak secara mendatardengan kecepatan

sampai 400 meter/menit.

Salah satu jenis dari “tunnel dryer”adalah yang arah pergerakan raknya searah

dengan arah aliran udara dalam alat. Sifat alat ini adalah :

a. Kecepatan penguapan yang paling tinggi didapat pada awal

terowongan.

b. Ketika bahan bergerak di dalam terowongan, maka bahan tersebut

bersentuhan dengan udara yang bersuhu lebih dingin. Kecepatan

(11)

Gambar 2.6 : Tipe tunnel dryer(Kartasapoetra, 1994)

Keterangan :

A. Pemasukan udara segar

B. Kipas (Blower)

C. Pemanas (heater)

D. Tempat masuk bahan basah.

E. Rak/lori/truk

F. Tempat keluar udara

G. Tempat keluar bahan kering

f. Sistem drum dryer

Alat ini biasa digunakan untuk mengeringkan bahan yang berbentuk

larutan, bubur maupun pasta. Bagian utama dari alat ini adalah silinder logam

yang berputar, dan bagian dalamnya berlubang. Sebagai media pemanas

digunakan cairan atau uap air kemudian dialirkan ke bagian dalam silinder,

pemanasan berlangsung secara konduksi. Alat jenis ini ada yang

menggunakan satu buah silinder dan ada pula yang menggunakan dua buah

silinder. Bahan basah diisikan dengan cara menyemprotkannya secara

(12)

dengan jalan mengalirkan bahan basah ke bagian bawah silinder, kemudian

waktu silinder berputar, bahan basah tersebut akan ikut terbawa pada

permukaan luar silinder. Bahan basah yang akan dikeringkan dimasukkan ke

dalam alat melalui pipa dan dialirkan pada drum yang berputar. Dinding drum

yang panas akan menguapkan air bahan sehingga bahan menjadi kering

menurut yang dikehendaki. Uap panas keluar dari alat melalui saluran sebelah

atas. Sedangkan bahan yang telah kering dilepaskan dari drum dengan

menggunakan pisau kikis yang diatur jaraknya terhadap drum. Kemudian

bahan kering ini akan mengalir ke bawah dan ditampung dengan

menggunakan wadah yang telah disediakan, seperti pada gambar 2.7.

Gambar 2.7 : Tipe drum dryer(Kartasapoetra, 1994)

Keterangan :

A. Pengeluaran uap

B. Pemasukan larutan

C. Drum yang dipanaskan dengan uap

D. Pisau kikis

Mutu beras dapat kita lihat pada tabel spesifikasi yaitu sebagai berikut:

(13)

2.4Kadar air

Kadar air merupakan salah satu faktor yang menyebabkan petani tidak

dapat menikmati harga pasar. Demikian juga mutu hasil pengeringan pada musim

penghujan lebih rendah dari musim kemarau. Untuk mengatasi hal ini dilakukan

pengeringan yang dapat dikendalikan, baik yang menggunakan bahan bakar

minyak maupun sumber-sumber lainnya, selain mengatasi masalah pengeringan

alat pengering juga hendaknya meningkatkan mutu daripada hasil pengeringan.

Kandungan air pada butir beras dalam seluruh tingkat mutu beras adalah

14%. Penetapan kadar air ini dapat dilakukan dengan metode oven maupun

dengan alat pengukur kadar air elektronik yang telah dikalibrasi lebih dahulu.

Kadar air dinyatakan dalam satuan persen dari beras basah. Kadar air

merupakan faktor utama yang menyebabkan penurunan mutu beras selama

penggilingan, (Damardjati dan Purwani, 1991).

Menghitung penurunan kadar air gabah:

Kadar air (%) = Massa gabah setelah pengeringan

(14)

Penentuan kadar air beras dilakukan dengan cara:

a. Metode oven

1) Atur suhu oven 130C

2) Timbang 5-10 gr contoh, masukkan kedalam oven

3) Tentukan berat akhir setelah pemanasan 16 jam

4) Hitung kadar air

b. Menggunakan alat Moisture Tester

Gambar 2.8 : Moisture Tester(cina-ogpe.com 2008)

2.5Rendemen dan mutu giling beras

Dalam penetapan mutu gabah, rendemen giling juga digunakan sebagai salah

satu kriteria mutu. Pengertian rendemen giling disini adalah : mencakup rendemen

beras kepala dan rendemen total beras giling. Mutu giling beras merupakan

kriteria utama dalam penetapan mutu gabah karena mempunyai nilai ekonomi

yang tinggi, yaitu menentukan besarnya beras yang dihasilkan.

Mutu giling mencakup berbagai kriteria, yaitu : rendemen beras giling

(15)

penanganan pasca panen mempengaruhi mutu rendemen giling, dan sangat

mempengaruhi mutu rendemen beras kepala maupun beras.

Tingkat kematangan biji berpengaruh langsung terhadap rendemen dan

mutu beras serta susut hasil gabah. Pemanenan satu minggu sebelum matang akan

mengalami penyusutan sekitar 13%, sedang bila terlalu lewat matang penyusutan

sekitar 12%. Di samping itu beras yang dipanen sebelum matang mengandung

banyak gabah hampa, gabah hijau dan butir kapur, sedangkan bila dipanen lewat

matang menjadi mudah rontok dan pecah. Disamping dipengaruhi oleh umur

panen dipengaruhi pula cara panen. Panen dengan sabit dan dirontok dengan

mesin perontok menghasilkan rendemen lebih rendah dan persentase BP yang

lebih tinggi.

semakin tinggi kandungan air biji maka persentase beras pecah yang akan

dihasilkan akan semakin tinggi pula. Persentase beras giling dipengaruhi oleh

kadar air beras yang digiling. Kadar air yang terlalu tinggi atau yang terlalu

rendah dapat menyebabkan beras menjadi hancur (tepung). Rendemen merupakan

salah satu faktor yang penting. Rendemen dikatakan baik apabila dari gabah

diperoleh minimum 70% beras giling, terdiri dari 50% beras kepala dan 20%

beras pecah.

Pada skripsi ini penulis membuat mesin pengering padi dengan bahan

bakar biomassa yaitu dengan menggunakan arang dan cangkang kemiri, tanpa

menggunakan bantuan listrik karena akan menambah biaya operasional,

melainkan dengan tenaga manusia. Mesin pengering padi tersebut sangat effesien

bila digunakan ditengah persawahan yang belum terjangkau oleh arus listrik atau

belum tersedia arus listrik, mesin tersebut berkapasitas 11 kg.

Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini, akan dijelaskan cara

(16)

Gambar 2.9 : Prinsip kerja mesin pengering gabah

2.6Cara kerja mesin pengering gabah

Untuk menghasilkan panas buatan mengeringkan gabah digunakan arang

dan cangkang kemiri sebagai bahan bakar utama, arang dan cangkang kemiri

dimasukkan kedalam ruang pembakaran secukupnya untuk memudahkan dalam

pembakaran awal, membutuhkan waktu yang cukup lama agar arang dan

cangkang kemiri menjadi bara ± 3 jam, tergantung bahan bakar tambahan yang

digunakan seperti minyak tanah untuk mempercepat proses penyalaan api. Arang

dan cangkang kemiri yang telah menjadi bara sangat membantu untuk proses

pembakaran bahan bakar selanjutnya, tambahkan lagi bahan bakar agar saat

proses pengeringan tidak lagi dilakukan pemasukan bahan bakar tambahan karena

sangat mempengaruhi temperatur diruang pembakaran dan temperatur yang akan

tersalur ke dalam drum pengering. Saat arang dan cangkang kemiri telah menjadi

bara didalam ruang bakar masukkan gabah kedalam drum pengering melalui

saluran masuk gabah pada drum pengering, pada mesin pengering padi ini

kapasitas gabah yang akan dikeringkan yaitu sebanyak 11 kg. Drum pengering

(17)

Sehingga panas diruang bakar akan keluar menuju saluran pipa memenuhi tabung

pengatur temperatur dan tersalur kedalam drum pengering. Pada proses ini lah

terjadi proses pengeringan dimana panas akan berpindah pada gabah diharapkan

kadar air pada gabah dapat terangkat dan menjadi uap. Sehingga uap gabah hilang

oleh panas yang ada didalam drum pengering. Untuk membantu proses

pengeringan gabah yang lebih merata perlu dilakukan proses pembalikan atau

pengadukan gabah, pada mesin pengering padi tersebut terdapat pengaduk yang

digerakkan secara manual dimana terdapat tuas pemutar pengaduk gabah, tuas

diputar berlawanan arah jarum jam hal ini dilakukan agar gabah teraduk dan

terbuang kearah atas sehingga tidak menyebabkan pemadatan pada bagian ruang

bawah drum pengering. Pengadukan dilakukan sesering mungkin tapi untuk

pengujian tersebut pengadukan dilakukan setiap 15 menit sekali dalam waktu 1

jam. Setelah padi didalam drum cukup lama atau ± 6 jam maka proses

pengeringan dapat dihentikan. Buka tutup saluran keluar gabah untuk

mengeluarkan gabah didalam drum pengering sediakan wadah atau alas untuk

menampung gabah kering, untuk membantu proses pengeluaran gabah dari drum

pengering putar lah tuas penggerak pengaduk. Bila kadar air gabah sudah 14%

maka gabah sudah memenuhi standarisasi dan dapat dilanjutkan keproses

selanjutnya yaitu penggilingan.

Keunggulan mesin pengering padi yang telah dibuat:

a. Teknologi alat/mesin tepat guna

b. Bahan bakar bisa arang, kayu bakar, batok kelapa dan cangkang kemiri

c. Mudah pengoperasiaanya

d. Tenaga kerja sedikit, maksimal 2 orang

e. Ongkos pengeringan gabah lebih murah dari tipe-tipe yang ada dipasaran

f. Tidak membutuhkan arus listrik

g. Kehilangan gabah atau kerusakan gabah sangat rendah sewaktu dalam

(18)

h. Lahan penempatan alat tidak luas 1 x 3 meter

i. Daya pakai alat relatif cukup lama

j. Sangat cocok dioperasionalkan pada kelompok tani dipedesaaan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan adalah sebagai berikut

a. Luas permukaan

Makin luas permukaan bahan makin cepat bahan menjadi kering, air

menguap melalui permukaan bahan.

b. Perbedaan suhu dan udara sekitar

Semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan

gabah semakin cepat pemindahan panas kedalam gabah dan makin cepat

pula penghilangan kadar air dari gabah. Jadi dengan semakin tingginya

suhu pengeringan maka proses pengeringan akan semakin cepat.

c. Kecepatan aliran udara

Semakin tinggi kecepatan udara, semakin banyak pula penghilangan uap

air dari permukaan bahan. Apabila aliran udara disekitar tempat

pengeringan berjalan dengan baik proses pengeringan akan semakin cepat

yaitu semakin mudah air teruapkan.

d. Tekanan udara

Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara untuk

mengangkut air selama pengeringan, karena dengan semakin kecilnya

tekanan berarti kerapatan udara makin berkurang.

e. Kelembapan udara

Semakin lembab udara maka akan semakin lama bahan kering sebaliknya

(19)

Udara dapat dibedakan dalam 2 macam yaitu udara kering atau udara

tanpa kandungan uap didalamnya dan udara basah yaitu udara dengan kandungan

uap air yang tinggi. Udara merupakan campuran dari beberapa gas dengan

perbandingan yang kira-kira tetap, misalnya H2O, O2, N2, CO2 yang kadang

kadang mengandung senyawa berbentuk gas (pencemar).

Gas murni dapat dibagi menurut jumlahnya didalam udara, yaitu:

a. Gas yang jumlahnya tetap diudara misalnya N2, O2 dan gas gas mulia

yaitu Ne, Ar, He, dan Xe.

b. Gas yang jumlahnya tidak tetap diudara yaitu CO2 dan H2O.

c. Gaspengotor misalnya NH3 dan H2S yang berasal dari hasil pemecahan

zat-zat organik atau CO yang berasal dari hasil pembakaran yang tidak

sempurna dipertambangan minyak bumi.

Jumlah gas mulia di udara sangat sedikit sehingga didalam perhitungan

biasanya diabaikan. Komposisi udara kering terdiri dari 76,8 % N2, 32,2 % O2 dan

CO2 sebanyak 0,03 % berdasarkan volume.Tekanan H2O didalam udara, atau

besarnya tekanan atmosfer setelah dikurangi dengan tekanan udara kering disebut

tekanan uap. Tekanan uap jenuh adalah tekanan tertinggi yang dapat dicapai oleh

suatu ruangan pada suhu tertentu.

2.8Perpindahan panas

Perpindahan panasialah ilmu yang meramalkan perpindahan energi yang

terjadi karena adanya perbedaan suhu diantara benda atau material.

(J.P.HOLMAN, 1986)

Perpindahan panas diklarifikasikan menjadi

a. Perpindahan panas secara konduksi

b. Perpindahan panas secara konveksi

(20)

a. Perpindahan panas secara konduksi

Ialah perpindahan energi panas (kalor) tidak diikuti dengan zat perantaranya.

Misalnya memanskan batang besi diatas nyala api, apabila salah satu ujung besi

dipanaskan, kemudian ujung yang lain dipegang, maka semakin lama ujung yang

dipegang semakin panas hal ini menunjukkan bahwa kalor atau panas berpindah

dari ujung besi yang dipanaskan ke ujung besi yang dipegang.

Gambar 2.10 : Perpindahan panas secara konduksi (Bekti Widi Admaja, 2011)

Makapersamaannyadapatditulissebagaiberikut

qk = kA �−𝑝𝑝𝑑𝑑𝑝𝑝𝑥𝑥� atau 𝑞𝑞𝑞𝑞𝐴𝐴 =𝑞𝑞 �−𝑝𝑝𝑑𝑑𝑝𝑝𝑥𝑥

Dimana :

q = Laju perpindahan panas (w)

K = Konduktivitas termal (W/(m.k))

(21)

b. Perpindahan panas secara konveksi

Ialah perpindahanpanasyang terjadiantarasuatupermukaan

padatdanfluidayangbergerakataumengaliryang

diakibatkanolehadanyaperbedaantemperatur

Perpindahan panas konveksidapatterjadidenganbeberapametode,

antaralain:

1) Konveksi paksa

Ialah jika aliran disebabkan oleh pengaruh atau dengan bantuan kipas atau

pompa maka metode ini dikenal sebagai konveksi paksa

2) Konveksi alami

Ialah apabila aliran ini disebabkan oleh perbedaan suhu pada aliran itu

sendiri , maka metode ini dikenal sebagai konveksi alami.

3) Konveksidenganperubahanfase

yaituprosesperpindahanpanaskonveksi

yangdisertaiberubahnyafasefluidasepertipadaprosespendidihan (boiling)

danpengembunan(kondensasi).

Gambar 2.11: Perpindahan panas secara konveksi (Anneahira, 2010)

Persamaanperpindahanpanas konveksi dapat dinyatakan sebgai berikut

(22)

qkonv =hA( Tw-T∞)

Dimana:

qkonv =Besarnya lajuperpindahanpanasknveksi(W)

h =Koefisienkonveksi(W/m2K)

A =Luaspermukaanperpindahanpanaskonveksi(m2)

c. Perpindahan panas secara radiasi

Ialah perpindahan panas tanpa memerlukan zat perantara. Pancaran kalor

hanya terjadi dalam gas atau ruang hampa, misalnya penghantaran panas matahari

kebumi melalui ruang hampa udara.

Gambar 2.12: Perpindahan panas secara radiasi (Bekti Widi Admaja, 2011)

Persamaanperpindahanpanas radiasi dapat dinyatakan sebgai berikut:

(J.P.HOLMAN, 1986)

q =ε1σA1(T14–T24)

Dimana :

Q =Lajuperpindahanpanasradiasi(W)

ε =Emisivitaspermukaanmaterial

σ =KonstantaStefanBolztman(5.669x10-8W/m2k4)

(23)

2.9Sabuk dan puli

Jarak yang jauh antara 2 buah poros sering tidak memungkinkan transmisi

langsung dengan roda gigi. Dalam hal demikian, cara transmisi putaran atau daya

yang lain dapat diterapkan, dimana sebuah sabuk luwes atau rantai dibelitkan

sekeliling puli atau sproket pada poros. Transmisi dengan elemen mesin yang

luwes dapat digolongkan atas transmisi sabuk, transmisi rantai, dan transmisi

kabel atau tali.

Gambar 2.13: Berbagai macam sabuk transmisi daya (sularso dan

kiyokatsu Suga, 2004)

A.

1) Sabuk-V standar (berlapis tunggal dan banyak). 2) Murah dan pasarannya luas.

3) Untuk mesin-mesin industri umum. Batas temperature sampai 60°C. B.

1) Sabuk-V unggul (berlapis tunggal dan banyak).

2) Tahan panas minyak, dan listrik statis. Kekuatan tinggi. 3) Untuk tugas berat dan jumlah sabuk sedikit.

4) Batas temperature sampai 90°C. C.

1) Sabuk-V penampang pendek

2) Tahan lenturan dan kecepatan tinggi

3) Untuk otomobil dan puli dengan diameter kecil. Batas temperature sampai 90°C.

(24)

1) Sabuk-V tugas ringan (tipe-L) 2) Tahan lenturan dan kecepatan tinggi

3) Untuk mesin-mesin pertanian. Puli penegang pada keliling luar sabuk dapat dipakai. Batas temperature sampai 60°C (untuk temperatur lebih dari 60°C lebih baik dipakai sabuk-V unggul).

E.

1) Sabuk-V sempit.

2) Dapat mentransmisikan daya besar.

3) Untuk mesin-mesin industri umum. Batas temperature sampai 90°C.

F.

1) Sabuk-V sudut lebar.

2) Untuk transmisi kecepatan tinggi dan daya besar dengan puli kecil dan sempit.

3) Untuk otomobil. Batas temperature sampai 80°C. G.

1) Sabuk-V putaran variabel

2) Tahan lenturan dan tekanan samping

3) Untuk penurun putaran variabel. Batas temperature sampai 90°C. H.

1) Sabuk gigi penampang pendek 2) Tahan lenturan dan kecepatan tinggi

3) Untuk otomobil besar. Batas temperature sampai 90°C. I.

1) Sabuk segi enam

2) Untuk menggerakkan poros banyak

3) Untuk mesin pertanian dan mesin industry. Batas temperature sampai 60°C.

J.

1) Sabuk bergigi (sabuk gilit)

2) Tidak siip. Dapat dipakai untuk penggerak sinkron

3) Untuk komputer, mesin perkakas, otomobil, dsb. Batas temperature sampai 80°C.

K.

1) Sabuk berusuk banyak

2) Dapat menghasilkan putaran dengan kecepatan sudut yang hamper tetap.

3) Untuk mesin perkakas, dsb. Batas temperature sampai 80°C. L.

(25)

Sabuk yang kita gunakan pada mesin pengering padi tersebut adalah

sabuk-V, Sebagian besar transmisi sabuk menggunakan sabuk-V karena mudah

dalam penanganannya dan harganya pun murah. kecepatan sabuk direncanakan

untuk 10 samapai 20 m/s pada umumnya, maksimum sampai 25 m/s.

a. Transmisi sabuk- V

Sabuk-V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium.

Tenunan tetoron atau semacamnya dpergunakan sebagai inti sabuk untuk

membawa tarikan yang besar. Sabuk-V dibelitkan dikeliling alur puli yang

berbentuk V pula. Bagian sabuk yang membelit pada puli ini mengalami

lengkungan sehingga lebar bagian dalamnya bertambah besar. Gaya gesekan juga

akan bertambah karena pengaruh bentuk baji, yang akan menghasilkan transmisi

yang besar pada tegangan yang relatif rendah hal ini merupakan salah satu

keunggulan sabuk-V dibandingkan dengan sabuk rata. Pada gambar dibawah ini

dijelaskan konstruksi sabuk V.

Gambar 2.14 : Konstruksi sabuk V (sularso dan kiyokatsuSuga, 2004)

Keterangan gambar:

1. Terpal

2. Bagian penarik

3. Karet pembungkus

4. Bantal karet

(26)

Gambar 2.15 : Ukuran penampang sabuk-V (sularso dan kiyokatsuSuga, 2004)

Posisi sabuk dengan puli terlihat pada Gambar 2.17 yaitu persinggungan

atau sudut kontak sabuk dengan puli

(27)

Tabel 2.2 Faktor koreksi(sularso dan kiyokatsuSuga, 2004)

Mesin yang digerakkan Penggerak

Momen puntir puncak 200%

Momen puntir puncak >200%

Motor arus bolak-balik (momen normal, sangkar

bajing, sinkron), motor arus searah (lilitan shunt)

Motor arus bolak-balik (momen tinggi, fasa tunggal, lilitan seri), motor arus searah (lilitan

kompon, lilitan seri), mesin torak, kopling tak

tetap.

Jumlah jam kerja tiap hari Jumlah jam kerja tiap hari

3-5 kipas angin,

blower (sampai 7,5 kW) pompa sentrifugal, konveyor tugas ringan

1,0 1,1 1,2 1,2 1,3 1,4 kipas angin

(lebih dari 7,5 kW), mesin torak,

(28)

torak, mesin kayu

Variabel pabrik karet

(rol, kalender)

1,5 1,6 1,7 1,8 1,9 2,0

Tranmisi sabuk-V hanya dapat menghubungkan poros poros yang sejajar

dengan arah putaran yang sama. Dibandingkan dengan transmisi roda gigi dan

rantai, sabuk-V bekerja lebih halus dan tak bersuara. Untuk mempertinggi daya

yang ditransmisikan, dapat dipakai beberapa sabuk-V yang dipasang sebelah

menyebelah.

Pada tabel 2.3 dan tabel 2.4 menunjukkan nomor-nomor nominal dari sabuk

standar utama, dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 2.3 Sabuk-V standar(sularso dan kiyokatsuSuga, 2004)

Penampang A Penampang B

(29)

*23

Tabel 2.4 Panjang sabuk –V standar(sularso dan kiyokatsuSuga, 2004)

(30)

(inch) (mm) (inch) (mm) (inch) (mm) (inch) (mm)

Dalam tabel 2.5 diperlihatkan panjang keliling sabuk yaitu sebagai berikut

(31)

nominal sabuk

keliling (mm)

keliling pada jarak bagi pada jarak bagi

Untuk perhitungan keliling sabuk dapat dilihat pada gambar dibawah ini

Gambar 2.17: Perhitungan panjang keliling sabuk (sularso dan kiyokatsuSuga,

2004)

(32)

𝑳𝑳

=

𝟐𝟐𝟐𝟐

+

𝝅𝝅

𝟐𝟐 �𝒅𝒅

𝒑𝒑

+

𝑫𝑫

𝒑𝒑

+

𝟏𝟏

𝟒𝟒

𝒄𝒄

(

𝑫𝑫

𝒑𝒑

𝒅𝒅

𝒑𝒑

)

𝟐𝟐

Sumber:(sularso, kiyokatsu suga, Dasar perencanaan dan pemilihan elemen mesin

1991 )....hal 170

Dimana :

𝑝𝑝

𝑝𝑝

=

diameter puli kecil ( mm )

𝐷𝐷

𝑝𝑝

=

diameter puli besar ( mm )

𝑐𝑐

=

jarak sumbu poros ( mm )

b. Puli

Puli adalah sebuah mekanisme yang terdiri dari roda pada sebuah poros

atau batang yang memiliki alur diantara dua pinggiran disekelilingnya. Sebuah

tali, kabel, atau sabuk biasanya digunakan pada alur puli untuk memindahkan

daya. Puli digunakan untuk merubah gaya yang digunakan, meneruskan gerak

rotasi, atau memindahkan beban yang berat. Sitem puli dengan sabuk terdiri dari

dua atau lebih puli yang dihubungkan dengan menggunakan sabuk. Sistem ini

memingkinkan untuk memindahkan daya, torsi, dan kecepatan, bahkan jika puli

memiliki diameter yang berbeda dapat meringankan pekerjaan untuk

memindahkan beban yang berat.

Gambar 2.18 : Konstruksi puli (bbc bitezise 2014)

Puli pada umumnya dibuat dari bahan besi tuang dan ada juga dari baja

(33)

a. Jika pemindah daya Dengan perbandingan transmisi tidak terlalu besar

bisa digunakan tanpa puli penegang

b. Jika transfer daya dengan perbandingan transmisi besar dan jarak poros

dekat, maka perlu dipasang puli penegang

a. Tipe puli

1.) Puli tetap

Puli tetap memiliki poros yang tetap, yang berarti porosnya diam

atau dipasang pada suatu tempat. Puli tetap digunakan untuk merubah arah

gaya pada tali atau sabuk.

2.) Puli bergerak

Puli yang bergerak memiliki poros yang bebas, yang berarti

porosnya bebas bergerak pada suatu titik tertentu. Puli digunakan untuk

melipat gandakan gaya.

3.) Puli gabungan

Puli gabungan adalah gabungan dari puli tetap dan puli bergerak.

Jenis puli ini terdiri dari minimal satu buah puli yang terpasang pada suatu

tempat dan puli satu lainnya dapat bergerak.

b. Ukuran puli V

Diameter nominal puli V dinyatakan sebagai diameter dp (mm) dari suatu

lingkaran dimana lebar alurnya didalam gambar 2.17 menjadi lo dalam tabel

2.6, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.6 Ukuran puli V(sularso dan kiyokatsuSuga, 2004) Penampang

sabuk-V

Diameter nominal (diameter lingkaran jarak

bagi do

(34)

A 71-100 101-125 126 atau lebih

34 201 atau lebih

34 316 atau lebih

34

451 atau lebih

36

631 atau lebih

36 38

36,95 37,45

28,7 12,7 19,3 44,5 29,0

*harga-harga dalam kolom W menyatakan ukuran standar

c. Diameter minimum puli yang dianjurkan dan diizinkan

Tabel 2.7 Diameter minimum puli(sularso dan kiyokatsuSuga, 2004)

(35)

Diameter minimum yang dianjurkan

100 224 360

d. Sudut kontak sabuk V dengan puli

Sudut kontak dari sabuk pada alur puli penggerak harus diusahakan

sebesar mungkin untuk memperbesar panjang kontak antara sabuk dan puli.

Gaya gesekan berkurang dengan mengecilnya sudut kontak sehingga

menimbulkan slip antara sabuk dan puli. Jika jarak poros adalah pendek

sedangkan perbandingan reduksinya besar, maka sudut kontak pada puli kecil

(puli penggerak) akan menjadi kecil. Dalam hal ini dapat digunakan sebuah

puli penegang untuk memperbesar sudut kontak tersebut.

Gambar

Gambar 2.1: Padi  (Untubogang,  2012)
Gambar 2.2 : tipe batch dryer(AVA company, 1989)
Gambar 2.5 : Tipe continous drying(AVA company, 1989)
Gambar 2.6 : Tipe tunnel dryer(Kartasapoetra, 1994)
+7

Referensi

Dokumen terkait