• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH MATA KULIAH SISTEM INFORMASI AKU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH MATA KULIAH SISTEM INFORMASI AKU"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH MATA KULIAH SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

“SISTEM AKUNTANSI PIUTANG”

KELOMPOK:

NAMA / NIM : 1. JOKO SUTIKNO / 2012.103.047 2. WAHYUDI SETYO WIDODO / 2012.103.009 JURUSAN : AKUNTANSI SEMESTER : 5 (lima)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) INSAN PEMBANGUNAN BITUNG – TANGERANG

2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah Mata Kuliah Sistem Informasi Akuntansi yang secara rinci membahas tentang Sistem Akuntansi Piutang.

Penyusunan makalah ini sebagai salah satu syarat untuk melengkapi nilai tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Akuntansi Semester 5 (lima) di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Insan Pembangunan – Bitung, Tangerang.

Makalah ini juga sebagai dasar Referensi bagi para pembaca pada umumnya mengenai Sistem Akuntansi Piutang. Didalam makalah ini terdapat penjelasan mengenai pengertian dari Piutang itu sendiri, kemudian Dokumen Sumber sebagai pencatatan piutang, Catatan Akuntansi dalan Sistem Akuntansi Piutang, Metode Pencatatan Piutang ke dalam buku pembantu piutang, dan Prosedur-prosedur yang terdapat dalam Sistem Akuntansi Piutang, serta Pendistribusiannya dalam penerapan penjualan pada Sistem Akuntansi Piutang.

Penyusunan makalah ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan kepada para pembaca pada umumnya, serta menumbuhkan sikap kritis terhadap hal-hal yang kiranya tidak dijelaskan di dalam makalah ini, oleh karena itu masukan ataupun saran mengenai makalah ini akan kami terima dengan senang hati, agar kami lebih bisa mengembangkan tentang apa yang sudah menjadi pokok bahasan, yaitu Sistem Akuntansi Piutang”.

(2)

BAB I LATAR BELAKANG

Kegiatan pokok perusahaan manufaktur terdiri dari: desain dan pengembangan produk pengolahan bahan baku menjadi produk jadi, dan penjualan produk jadi kepada pembeli.

Untuk menangani kegiatan pokok perusahaan umumnya dirancang sistem akuntansi yang terdiri dari :

1. Sistem akuntansi pokok 2. Sistem akuntansi piutang 3. Sistem akuntansi utang

4. Sistem akuntansi penggajian dan pengupahan 5. Sistem akuntansi biaya

6. Sistem akuntansi kas

7. Sistem akuntansi persediaan 8. Sistem akuntansi aktiva tetap

Dokumen sumber dan pendukung yang dipakai sebagai dasar pencatatan dalam pencatatan akuntansi merupakan keluaran berbagai sistem tersebut.

Masing-masing sistem tersebut terdiri dari jaringan-jaringan prosedur masing-masing pada setiap sistemnya.

Informasi merupakan data yang telah diolah sedemikian rupa, sehingga dapat dijadikan dasar bagi pengambilan keputusan. Informasi memegang peran yang sangat penting dalam suatu perusahaan untuk mengetahui kegiatan apa yang telah terjadi dengan perusahaannya, melakukan evaluasi apakah kegiatan yang dilakukan telah sesuai dengan apa yang telah direncanakan dan menjamin agar data tersebut dapat diolah secara efisien menjadi informasi yang akurat, dapat dipercaya dan tepat waktu maka dalam pengolahan data tersebut diperlukan suatu alat yang dinamakan sistem informasi.

Tujuan penyusunan sistem informasi akuntansi adalah sama dengan tujuan penyusunan sistem akuntansi antara lain :

a. Untuk menyediakan informasi bagi pengelola kegiatan usaha baru.

b. Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah ada, baik

mengenai mutu, Ketepatan penyajian maupun struktur informasi

c. Untuk memperbaiki pengendalian akuntansi & pengecekan intern, yaitu untuk

memperbaiki tingkat keandalan (realibility) informasi akuntansi dan untuk menyediakan catatan lengkap mengenai pertanggung jawaban dan perlindungan kekayaan perusahaan.

d. Untuk mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan catatan akuntansi.

Perusahaan baru memulai usahanya sangat memerlukan penyusunan sistem informasi akuntansi yang lengkap. Namun, adakalanya sistem informasi akuntansi yang sudah ada tidak dapat memenuhi kebutuhan manajemen, baik dalam hal mutu, ketepatan penyajian maupun struktur informasi yang terdapat dalam laporan. Dengan memperbaiki pengawasan akuntansi dan pengendalian intern, maka pertanggungjawaban terhadap penggunaan kekayaan organisasi dapat dilaksanakan dengan baik serta informasi yang dihasilkan oleh sistem tersebut dapat dipercaya kebenarannya.

Piutang merupakan suatu proses yang penting, yang dapat menunjukkan satu bagian yang besar dari harta likuid perusahaan.

(3)

tagihan yang hanya dapat diselesaikan dengan diterimanya uang di masa yang akan datang.

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dan Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui tentang tujuan dibuatnya Sistem Akuntansi Piutang berikut sebab-sebabnya. 2. Untuk mengetahui apa saja dokumen-dokumen sumber sabagai dasar pencatatan mutasi piutang,

dan apa saja catatan akuntansi yang digunakan dalam Sistem Akuntansi Piutang

3. Untuk mengetahui metode-metode apa saja yang digunakan dalam proses pencatatan piutang ke dalam buku pembantu piutang

4. Untuk Mengetahui Bagaimana Prosedur dalam Pernyataan Piutang

5. Untuk Mengetahui Bagaimana Pendistribusian Penjualan dengan adanya Sistem Akuntansi Piutang

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Sistem Akuntansi

3.1.1 Jenis-Jenis Sistem

Berdasarkan uraian dari Latar Belakang diatas, bahwa kegiatan pokok perusahaan manufaktur terdiri dari: desain dan pengembangan produk pengolahan bahan baku menjadi produk jadi, dan penjualan produk jadi kepada pembeli.

Untuk menangani kegiatan pokok perusahaan umumnya dirancang sistem akuntansi yang terdiri dari :

9. Sistem akuntansi pokok 10. Sistem akuntansi piutang 11. Sistem akuntansi utang

(4)

14. Sistem akuntansi kas

15. Sistem akuntansi persediaan 16. Sistem akuntansi aktiva tetap

Dokumen sumber adalah dokumen yang datanya dipakai sebagai sumber pencatatan kedalam catatan akuntansi (jurnal dan buku pembantu).dokumen pendukung adalah dokumen yang menguatkan data yang dicantumkan didalam dokumen sumber. Dokumen sumber dan pendukung yang dipakai sebagai dasar pencatatan dalam pencatatan akuntansi merupakan keluaran berbagai sistem berikut ini :

1. Sistem akuntansi pokok 2. Sistem akuntansi piutang 3. Sistem akuntansi utang

4. Sistem akuntansi penggajian dan pengupahan 5. Sistem akuntansi biaya

6. Sistem akuntansi kas

7. Sistem akuntansi persediaan 8. Sistem akuntansi aktiva tetap

Masing-masing sistem tersebut terdiri dari jaringan prosedur seperti di uraikan berikut ini.

1. Sistem akuntansi pokok

Sistem akuntansi di atas, sistem akuntansi pokok merupakan organisasi formulir, catatan, dan laporan. Sistem akuntansi dalam perusahaan manufaktur terdiri atas formulir atau dokumen (Business papers), jurnal, buku besar, buku pembantu, dan laporan.

Unsur-unsur sistem akuntansi ini dirancang oleh manajemen untuk menyajikan nformasi keuangan bagi kepentingan pengeloloa perusahaan dan pertanggungjawabannya kepada pihak luar perusahaan.

2. Sistem akuntansi piutang (Account receivable system)

Sistem akuntansi piutang dirancang untuk mencatat transaksi terjadinya piutang dan berkurangnya piutang. Terjadinya piutang berasal dari transaksi penjualan kredit dan berkurangnya piutang berasal dari transaksi retur penjualan dan penerimaan kas dari piutang. Transaksi berkurangnya piutang yang timbul dari transaksi penerimaan kas dari piutang dikelompokan dalam sistem akuntansi kas. Kegiatan penjualan kredit dimulai dengan diterimanya order darin pelanggan, kemudian dilanjutkan dengan permintaan persetujuan pemberian kredit, pengiriman barang, penagihan, pencatatan piutang dan terjadi piutang terdiri dari jaringan prosedur berikut ini : a. Prosedur order penjualan

b. Prosedur persetujuan kredit c. Prosedur pengiriman barang d. Prosedur penagihan

e. Prosedur pencatatan bertambahnya piutang f. Prosedur distribusi penjualan

Kegiatan retur penjualan dimulai dengan diterimanya dengan pengambilan barang dari pelanggan, kemudian dilanjutkan dengan permintaan persetujuan retur penjualan, penerimaan barang, prncatatan berkurangnya piutang, dan berahir dengan distribusi penjualan. Oleh karena itu sistem akuntansi untuk mencatat berkurangnya piutang terdiri dari jaringan prosedur berikut ini :

(5)

d. Prosedur pencatatan retur penjualan

e. Prosedur pencatatan berkurangnya piutang f. Prosedur distribusi penjualan

3. Sistem akuntansi utang (Account payable system)

Sistem akuntansi utang dirancang untuk mencatat transaksi terjadinya utang dan berkurangnya utang. Terjadinya utang berasal dari transaksi pembelian kredit dan berkurangnya utang berasal dari transaksi retur pembelian dan pelunasan utang. Transaksi pelunasan utang dikelompokan kedalam sistem akuntansi kas. Kegiatan pembelian kredit di mulai dengan diajukannya permintaan pembelian barang ke fungsi pembelian, kemudian dilanjutkan dengan permintaan penawaran harga dan pemilihan pemasok, pengiriman order pembelian kepada pemasok ter[ilih, pencatatan utang yang timbul dari transaksi pembelian dan berahir dengan distribusi pembelian. Oleh karena itu sistem akuntansi untuk mencatat terjadinya utang dari transaksi pembelian terdiri dari jaringan prosedur berikut ini :

a. Prosedur permintaan pembelian

b. Prosedur permintaan penawaran harga dan pemilihan pemasok c. Prosedur order pembelian

d. Prosedur penerimaan barang

e. Prosedur pencatatan bertambahnya utang f. Prosedur distribusi pembelian

Kegiatan retur pembelian dimulai dengan pembuatan memo debit oleh fungsi pembelian, kemudian dilanjutkan dengan pengiriman barang kepada pemasok, pencatatan berkurangnya utang karena transaksi retur pembelian dan berahir dengan distribusi pembelian. Oleh karena itu sistem akuntansi untuk mencatat berkurangnya utang karena retur pembelian terdiri dari jarigan prosedur berikut ini : a. Prosedur pembuatan memo debit

b. Prosedur pengiriman bararang

c. Prosedur pencatatan berkurangnya utang d. Prosedur distribusi pembelian

4. Sistem Akuntasi Penggajian dan Pengupahan

Sistem akuntansi penggajian dan pengupahan dirancang untuk menangani transaksi perhitungan gaji dan upah karyawan dan pembayarannya. Sistem ini terdiri dari jaringan prosedur berikut ini :

a. Prosedur pencatatan waktu hadir dan kerja b. Prosedur pembuatan dftar gaji dan upah c. Prosedur pembayaran gaji dan upah d. Prosedur distribusi biaya gaji dan upah 5. Sistem akuntansi biaya

Sistem akuntansi biaya dirancang untuk menangani pengendalian produk dan biaya. Sistem ini terdiri dari jaringan prosedur berikut ini :

a. Prosedur order produksi

b. Prosedur pengumpulan biaya produksi dan non produksi 6. Sistem akuntansi kas

Sistem akuntasi kas dirancang untuk menangani transaksi penerimaan dan pengeluaran kas. Sistem ini terdiri dari jaringan prosedur berikut ini :

a. Prosedur penerimaan kas b. Prosedur pengeluaran kas c. Prosedur dana kas kecil

(6)

Sistem akuntansi persediaan dirancang untuk menangani transaksi yang bersangkutan dengan mutasi persediaan yang disimpan di gudang. Sistem ini terdiri dari jaringan prosedur berikut ini :

a. Prosedur pencatatan harga pokok produk jadi

b. Prosedur pencatatan harga pokok produk yang dijual

c. Prosedur pencatatan harga pokok produk yang dikembalikan oleh pembeli d. Prosedur pencatatan harga pokok persediaan produk dalam proses

e. Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli

f. Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dikembalikan kepemasok g. Prosedur permintaan dan pengeluaran barang dagang

h. Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dikembalikan ke gudang. i. Prosedur penghitungan fisik persediaan.

8. Sistem Akuntansi Aktiva Tetap

Sistem akuntansi aktiva tetap dirancang untuk menangani transaksi yang bersangkutan dengan mutasi aktiva tetap. Sistem ini terdiri dari jaringan prosedur berikut ini :

a. Prosedur pengadaan aktiva tetap

b. Prosedur penghentian pemakaian aktiva tetap c. Prosedur depresiasi aktiva tetap

d. Prosedur penempatan aktiva tetap. 3.1.2 Pengertian Sistem Akuntansi

Pada dasarnya informasi merupakan data yang telah diolah sedemikian rupa, sehingga dapat dijadikan dasar bagi pengambilan keputusan. Informasi memegang peran yang sangat penting dalam suatu perusahaan untuk mengetahui kegiatan apa yang telah terjadi dengan perusahaannya, melakukan evaluasi apakah kegiatan yang dilakukan telah sesuai dengan apa yang telah direncanakan dan menjamin agar data tersebut dapat diolah secara efisien menjadi informasi yang akurat, dapat dipercaya dan tepat waktu maka dalam pengolahan data tersebut diperlukan suatu alat yang dinamakan sistem informasi.

Ada beberapa perbedaan sistem informasi yang diterapkan perusahaan. Salah satu sistem informasi yang sangat diperlukan bagi manajemen untuk mengolah data administrasi dan keuangan adalah sistem informasi akuntansi. Perbedaan tersebut sebenarnya hanya terletak pada penekanannya saja, namun pada dasarnya tetap mengandung pengertian yang sama.

Davis, dan kawan-kawan, mengatakan bahwa Accoun-ting information system encompass the process and procedures by which an organization’s financial information is received, registered, recorded, handled, processed, stored, and ultimately disfosed of.

Penjelasan di atas menekankan pada proses dan prosedur pengelolaan atas informasi keuangan organisasi mulai dari penerimaan sampai dengan informasi tersebut tidak berguna lagi bagi organisasi.

Sedangkan Robert G. Murdick menyatakan bahwa The accounting information system can be defined as the set of activities of the organization responsible for preparation of financial information and the information obtained from transaction data for the purpose of :(1)internal reporting to managers for use in planning and controlling current and future operations, and (2) external reporting to stockholders, government and other outside parties.

(7)

3.1.3 Tujuan Umum Pengembangan Sistem Akuntansi

Tujuan penyusunan sistem informasi akuntansi adalah sama dengan tujuan penyusunan sistem akuntansi antara lain :

a. Untuk menyediakan informasi bagi pengelola kegiatan usaha baru.

b. Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah ada, baik

mengenai mutu, ketepatan penyajian maupun struktur informasi.

c. Untuk memperbaiki pengendalian akuntansi & pengecekan intern, yaitu untuk

memperbaiki tingkat keandalan (realibility) informasi akuntansi dan untuk menyediakan catatan lengkap mengenai pertanggungjawaban dan perlindungan kekayaan perusahaan.

d. Untuk mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan catatan akuntansi.

Tujuan di atas dapat dijelaskan bahwa biasanya perusahaan baru memulai usahanya sangat memerlukan penyusunan sistem informasi akuntansi yang lengkap. Namun, adakalanya sistem informasi akuntansi yang sudah ada tidak dapat memenuhi kebutuhan manajemen, baik dalam hal mutu, ketepatan penyajian maupun struktur informasi yang terdapat dalam laporan. Dengan memperbaiki pengawasan akuntansi dan pengendalian intern, maka pertanggungjawaban terhadap penggunaan kekayaan organisasi dapat dilaksanakan dengan baik serta informasi yang dihasilkan oleh sistem tersebut dapat dipercaya kebenarannya.

3.2 Piutang

3.2.1 Pengertian Piutang

Piutang merupakan suatu proses yang penting, yang dapat menunjukkan satu bagian yang besar dari harta likuid perusahaan.

Kieso dan Weygandt mendefinisikan pengertian piutang sebagai berikut : Receivables are claims held against customers and others for money,

goods, or services.

Sedangkan pengertian piutang menurut S.Hadibroto, Piutang merupakan klaim terhadap pihak lain, apakah klaim tersebut berupa uang, barang atau jasa, untuk maksud akuntansi istilah dipergunakan dalam arti yang lebih sempit yaitu merupakan klaim yang diharapkan akan diselesaikan dengan uang.

Penjelasan definisi di atas diketahui bahwa piutang secara luas diartikan sebagai tagihan atas segala sesuatu hak perusahaan baik berupa uang, barang maupun jasa atas pihak ketiga setelah perusahaan melaksanakan kewajibannya, sedangkan secara sempit piutang diartikan sebagai tagihan yang hanya dapat diselesaikan dengan diterimanya uang di masa yang akan datang.

Pada umumnya piutang timbul ketika sebuah perusahaan menjual barang atau jasa secara kredit dan berhak atas penerimaan kas di masa mendatang, yang prosesnya dimulai dari pengambilan keputusan untuk memberikan kredit kepada langganan, melakukan pengiriman barang, penagihan dan akhirnya menerima pembayaran, dengan kata lain piutang dapat juga timbul ketika perusahaan memberikan pinjaman uang kepada perusahaan lain dan menerima promes atau wesel, melakukan suatu jasa atau transaksi lain yang menciptakan suatu hubungan dimana satu pihak berutang kepada yang lain seperti pinjaman kepada pimpinan atau karyawan.

(8)

Piutang merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar secara terus menerus dalam rantai perputaran modal kerja yaitu Kas  persediaan  piutang  kas. Dalam keadaan normal dan dimana penjualan pada umumnya dilakukan dengan kredit, piutang mempunyai tingkat likuiditas yang lebih tinggi dari pada persediaan, karena perputaran dari piutang ke kas membutuhkan satu langkah, yang penting kebijaksanaan kredit yang efektif dan prosedur-prosedur penagihan untuk menjamin penagihan piutang yang tepat pada waktunya dan mengurangi kerugian akibat piutang tak tertagih.

3.2.2 Klasifikasi Piutang

Pada umumnya piutang bersumber dari kegiatan operasi normal perusahaan yaitu penjualan kredit atas barang dan jasa kepada pelanggan, tetapi selain itu masih banyak sumber-sumber yang dapat menimbulkan piutang.

Smith and Skousen memberikan klasifikasi piutang terdiri atas “piutang dagang (trade receivables)dan piutang bukan dagang”.

Piutang dagang

a. Wesel tagih atau notes receivables.

Wesel tagih ini didukung oleh suatu janji formal tertulis untuk membayar. b. Piutang usaha atau accounts receivables

Piutang usaha merupakan piutang dagang yang tidak dijamin “rekening terbuka”. Piutang dagang merupakan suatu perluasan kredit jangka pendek kepada pelanggan. Pembayaran-pembayarannya biasanya jatuh tempo dalam tiga puluh sampai sembilan puluh hari. Perjanjian kreditnya merupakan persetujuan informal antara penjual dan pembeli yang didukung oleh dokumen-dokumen perusahaan yaitu faktur dan kontrak-kontrak penyerahan. Biasanya piutang dagang tidak mencakup bunga, meskipun bunga atau biaya jasa dapat saja ditambahkan bilamana pembayaran tidak dilakukan dalam periode tertentu, dengan kata lain piutang dagang merupakan tipe piutang paling besar.

Piutang bukan dagang

Piutang bukan dagang ini meliputi seluruh tipe piutang lainnya dan mempunyai beberapa transaksi-transaksi yaitu :

a. Penjualan surat berharga atau pemilik selain barang dan jasa.

b. Uang muka kepada pemegang saham, para direktur, pejabat, karyawan dan

perusahaan-perusahaan affiliasi.

c. Setoran-setoran kepada kreditur, perusahaan kebutuhan umum dan instansi-instansi

lainnya.

d. Pembayaran dimuka pembelian-pembelian.

e. Setoran-setoran untuk menjamin pelaksanaan kontrak atau pembayaran biaya.

f. Tuntutan atas kerugian atau kerusakan.

g. Saham yang masih harus disetor.

h. Piutang deviden dan bunga.

Piutang bukan dagang umumnya didukung dengan persetujuan-persetujuan formal dan secara tertulis. Piutang bukan dagang harus diikhtisarkan dalam perkiraan-perkiraan yang berjudul sesuai dan dilaporkan secara terpisah dalam laporan keuangan.

Piutang merupakan klaim atautagihan perusahaan terhadap pihak ketiga yang timbul karena adanya suatu transaksi. Pada dasarnya piutang dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu :

1. Piutang Dagang

(9)

Piutang wesel adalah piutang berupa perjanjian tertulis debitur kepada kreditur untuk membayar sejumlah uang yang tercantum dalam surat janji tersebut pada waktu tertentu di masa yang akan datang. Umumnya piutang wesel berjangka waktu lebih dari 60 hari, apabila piutang wesel berjangka waktu kurang dari satu tahun dilaporkan dalam neraca sebagai aktiva lancar, sedangkan untuk piutang wesel berjangka waktu lebih dari satu tahun diperlakukan sebagai piutang jangka panjang. 3. Piutang lain-lain

Piutang lain-lain adalah tagihan perusahaan kepada pelanggan atau pihak lain akibat dari transaksi yang secara tidak langsung berhubungan dengan kegiatan normal usaha perusahaan. Beberapa contoh yang termasuk dalam piutang lain-lain diantaranya :

 Uang muka pembelian  Uang muka kepada pegawai  Uang muka pembelian saham  Uang muka menjamin kontrak  Piutang dividen

 Tagihan terhadap langganan untuk pengembalian tempat barang  Tuntutan kerugian kepada perusahaan asuransi

 Tuntutan atas pengurangan pajak

3.2.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Piutang

Piutang merupakan aktiva yang penting dalam perusahaan dan dapat menjadi bagian yang besar dari likuiditas perusahaan. Besar kecilnya piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Volume Penjualan Kredit

Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan memperbesar jumlah investasi dalam piutang. Dengan makin besarnya volume penjualan kredit setiap tahunnya bahwa perusahaan itu harus menyediakan investasi yang lebih besar lagi dalam piutang. Makin besarnya jumlah piutang berarti makin besarnya resiko, tetapi bersamaan dengan itu juga memperbesar profitability.

b. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit

Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat berarti bahwa perusahaan lebih mengutamakan keselamatan kredit daripada pertimbangan profitabilitas. Syarat yang ketat misalnmya dalam bentuk batas waktu pembayaran yang pendek, pembebanan bunga yang berat pada pembayaran piutang yang terlambat.

c. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit

Dalam penjualan kredit perusahaan dapat menetapkan batas maksimal atau plafondbagi kredit yang diberikan kepada para langganannya. Makin tinggi plafond yang ditetapkan bagi masing-masing langganan berarti makin besar pula dana yang diinvestasikan dalam piutang. Sebaliknya, jika batas maksimal plafond lebih rendah, maka jumlah piutang pun akan lebih kecil.

d. Kebijaksanaan Dalam Mengumpulkan Piutang

(10)

e. Kebiasaan Membayar Dari Para Langganan

Kebiasaan para langganan untuk membayar dalam periode cash discount akan mengakibatkan jumlah piutang lebih kecil, sedangkan langganan membayar periode setelah cash discount akan mengakibatkan jumlah piutang lebih besar karena jumlah dana yang tertanam dalam piutang lebih lama untuk menjadi kas.

3.2.4 Pengakuan Piutang Dagang

Piutang dagang diakui atau dicatat pada saat :

a. Perusahaan memperoleh piutang dagang tersebut melalui adanya penjualan kredit. b. Terjadinya retur dan potongan penjualan.

c. Adanya pelunasan. Misalnya:

PT. ABC pada tanggal 14 Januari 2013 menjual barang dagangan kepada PT. Sentosa seharga Rp. 20.000.000 dengan termin 2/10, n/30. Pada tanggal 16 Januari 2013 ada beberapa barang yang cacat sehingga dikembalikan kepada PT. ABC. Bila dihitung barang yang dikembalikan tersebut sebesar 1.000.000. Pada tanggal 24 PT. ABC menerima pelunasan dari PT. Sentosa sebesar saldo tagihannya. Jurnal yang dibutuhkan untuk mencatat transaksi-transaksi tersebut adalah sebagai berikut : Januari 14 Piutang dagang 20.000.000

Penjualan 20.000.000

(Untuk mencatat adanya piutang karena penjualan kredit) Januari 16 Retur penjualan 1.000.000

Piutang dagang 1.000.000

(Untuk mencatat adanya retur penjualan) Januari 24 Kas 18.620.000

Potongan penjualan 380.000 (2 % x 19.000.000) Piutang dagang 19.000.000 (Untuk mencatat adanya pelunasan piutang)

Catatan: Potongan biasanya diberikan oleh produsen kepada distributor atau grosir atau dari grosir kepada pengecer dan jarang diberikan dari pengecer ke konsumen.

3.2.5 Penilaian Piutang Dagang

Menurut Prinsip Akuntansi Indonesia piutang dagang harus dicatat dan dilaporkan dalam neraca sebesar nilai kas bersih (netto) yang bisa direalisasikan yaitu jumlah piutang setelah dikurangi Cadangan Kerugian Piutang Tak Tertagih (CKP) .

Contoh penyajian di neraca : Aktiva Lancar

Piutang dagang Rp. 10.000.000 (-) Cadangan kerugian piutang (CKP) Rp. 1.000.000 Nilai realisasi bersih Rp. 9.000.000 3.2.6 Retur dan Pengurangan Penjualan

Suatu saat Anda mendapati barang yang Anda beli dalam kondisi rusak, maka ap a yang akanAnda lakukan? Mungkin Anda mengembalikan barang tersebut atau A nda akan menerimanyasaja. Dalam perusahaan, transaksi seperti ini dicatat seba

gai akun pengembalian barang atausering disebut sebagai retur pembelian. Akun

retur pembelian dan pengurangan harga ini berfungsi untuk mencatat transaksi p engem- balian barang yang sudah dibeli kepada pihakpenjual atau pengurangan har ga yang disepakati penjual. Misalnya, barang yang dibeli sebagianrusak.

Retur pembelian dan pengurangan harga, yaitu pengembalian kembali sebagi an atau seluruhbarang yang dibeli.

(11)

Februari 2006 Dibeli barang dagangan secara tunai sebesar Rp25.000.000,00.

Februari 2006 Dibeli barang dagangan seharga Rp20.000.000,00 dengan syarat2/10, n/30 N o Faktur 1801.

Februari 2006 Dikembalikan barang dagangan yang dibeli tanggal 19 Februariseharga Rp5.000. 000,00 karena rusak.

Februari 2006 Dikembalikan barang dagangan yang dibeli tanggal 17 Februarisebesar Rp2.500. 000,00.

Februari 2006 Dibayar pelunasan utang untuk pembelian barang dagangan tanggal19 Februari 2006.

Transaksi tersebut di atas dicatat dalam jurnal berikut.

3.2.7 Resiko Kerugian Piutang

Setiap usaha yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan akan mengandung resiko yang tidak dapat dihindari. Dalam hal ini resiko hanya bisa dikendalikan agar berada dalam batas yang wajar. Resiko yang timbul karena transaksi penjualan secara kredit disebut resiko kerugian piutang.

Menurut S.Munawir berpendapat bahwa : Semakin besar day’s receivable suatu perusahaan semakin besar pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang. Dan kalau perusahaan tidak membuat cadangan terhadap kemungkinan kerugia yang timbul karena tidak tertagihnya piutang (allowance for bad debt) berarti perusahaan telah memperhitungkan labanya terlalu bear (overstated)

Resiko kerugian piutang terdiri dari beberapa macam yaitu : a. Resiko tidak dibayarnya seluruh tagihan (Piutang)

Resiko ini terjadi jika jumlah piutang tidak dapat direalisasikan sama sekali. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya karena seleksi yang kurang baik dalam memilih langganan sehingga perusahaan memberikan kredit kepada langganan yang tidak potensial dalam membayar tagihan, juga dapat terjadi adanya stabilitas ekonomi dan kondisi negara yang tidak menentu sehingga piutang tidak dapat dikembalikan.

b. Resiko tidak dibayarnya sebagian piutang

Hal ini akan mengurangi pendapatan perusahaan, bahkan bisa menimbulkan kerugian bila jumlah piutang yang diterima kurang dari harga pokok barang yang dijual secara kredit.

c. Resiko keterlambatan pelunasan piutang

Hal ini akan menimbulkan adanya tambahan dana atau untuk biaya penagihan. Tambahan dana ini akan menimbulkan biaya yang lebih besar apabila harus dibelanjai oleh pinjaman.

d. Resiko tidak tertanamnya modal dalam piutang

Resiko ini terjadi karena adanya tingkat perputaran piutang yang rendah sehingga akan mengakibatkan jumlah modal kerja yang tertanam dalam piutang semkin besar dan hal ini bisa mengakibatkan adanya modal kerja yang tidak produktif.

3.2.8 Penghapusan Piutang atau Kerugian Piutang

(12)

Terdapat dua metode yang digunakan untuk mencatat adanya kerugian piutang yaitu :

a. Metode cadangan (Allowance method)

Adalah metode yang digunakan oleh suatu perusahaan yang menyisihkan piutang dagangnya sebagai cadangan piutang ragu-ragu atau cadangan piutang tak tertagih(Allowance for bad debts / provisions for doubtful accounts).

Metode ini digunakan apabila kerugian piutang cukup besar jumlahnya. Tiga hal yang penting berkaitan dengan metode cadangan yaitu :

1. Piutang yang tidak tertagih ditaksir jumlahnya terlebih dahulu, dan diakui sebagai biaya pada periode penjualan, bila piutang tak tertagih berasal dari tahun 2012 maka kerugian piutang diakui pada tahun 2012 juga.

2. Taksiran kerugian piutang dicatat dengan mendebet kerugian piutang dan mengkredit cadangan kerugian piutang melalui jurnal penyesuaian.

3. Piutang yang benar-benar tidak dapat ditagih dicatat dengan mendebet rekening cadangan kerugian piutang dan mengkredit rekening piutang usaha pada saat suatu piutang itu dihapus dari pembukuan.

Pendukung metode penghapusan tidak langsung (allowance method) merasa yakin bahwa beban piutang tak tertagih harus dicatat pada periode yang sama seperti penjualan untuk mendapatkan perbandingan yang tepat atas beban dan pendapatan serta untuk mendapatkan nilai tercatat yang tepat atas nilai piutang. Walaupun melibatkanestimasi namun persentase piutang yang tidak akan tertagih dapat diramalkan dari pengalaman masa lalu, kondisi pasar berjalan dan analisis dari saldo yang beredar. Banyak perusahaan membuat kebijakan kreditnya dengan menciptakan piutang tak tertagih dalam persentase tertentu.

b. Metode Penghapusan Langsung (Direct write of method)

Adalah metode penghapusan piutang langsung dihapus dari saldo piutang perusahaan jika piutang tersebut telah benar-benar tidak dapat ditagih setelah dilakukan upaya-upaya penagihan. Dalam metode ini perusahaan tidak perlu melakukan taksiran atas kerugian piutang sehingga rekening cadangan kerugian piutang tidak digunakan.

Apabila suatu piutang diyakini tidak dapat ditagih lagi, maka kerugian atas piutang tersebut langsung didebetkan ke dalam rekening kerugian piutang dan mengkredit rekening piutang dagang.

Dalam metode ini, rekening kerugian piutang hanya akan menunjukkan jumlah kerugian yang sesungguhnya diderita dan piutang dagang akan dilaporkan dalam neraca sejumlahnya brutonya, selain itu kerugian seringkali dilaporkan pada periode yang berbeda dari periode penjualannya sehingga tidak dapat memberikan gambaran tentang nilai piutang bersih yang dapat direalisasi, oleh karena itu metode ini tidak diakui untuk pelporan keuangan kecuali bila kerugian piutangnya jumlahnya tidak material/kecil.

Contoh soal :

Pada Juli 2011 PT. Hokindo melakukan penjualan kredit kepada PT. Agung sebesar Rp. 10.000.000. Hingga akhir tahun 2011 terdapat piutang sebesar Rp. 500.000 yang belum dapat ditagih. Manajemen memperkirakan Rp. 100.000 tidak akan dapat ditagih. Pada bulan Juli 2012 bagian penagihan menyatakan bahwa piutang sebesar Rp. 50.000 dihapus dari pembukuan karena tidak mungkin dapat diterima pelunasannya dari PT. Agung. Secara tidak terduga pada bulan Oktober 2012 PT. Agung melakukan pelunasan utangnya yang belum terbayar.

(13)

Buatlah jurnal penyesuaian dan jurnal yang dibutuhkan untuk mencatat transaksi diatas baik dengan metode cadangan maupun dengan metode penghapusan langsung!

3.2.9 Metode Penaksiran Piutang Tak Tertagih / Kerugian Piutang Terdapat tiga metode untuk menaksir piutang yang tidak tertagih yaitu : 1. Persentase Penjualan

Dalam metode ini perusahaan menetapkan persentase dari jumlah penjualan kredit untuk menaksir kerugian perusahaan akibat adanya piutang yang tidak tertagih. Persentase didasarkan pada kebijakan kredit perusahaan dan pengalaman pada waktu lalu.

Contoh :

PT. Hokindo menetapkan taksiran piutang yang tidak dapat ditagih adalah sebesar 1% dari penjualan kredit bersih. Apabila jumlah penjualan kredit selama tahun 2011 adalah sebesar Rp. 100.000.000 maka kerugian piutang ditaksir sebesar (1 % x 100.000.000 = 1.000.000).

Jurnal untuk mencatat kerugian piutang tersebut adalah : Des 31 Kerugian Piutang 1.000.000 CKP 1.000.000

(Untuk mencatat kerugian piutang tahun ini)

Apabila jumlah piutang yang dihapus (kerugian piutang sesungguhnya) berbeda cukup besar bila dibandingkan dengan jumlah yang ditaksir, maka persentase untuk tahun berikutnya harus dirubah.

Jika pada rekening CKP sampai akhir tahun bersaldo kredit sebesar Rp. 250.000 maka saldo CKP setelah penyesuaian adalah Rp. 1.250.000 (Rp. 1.000.000 + Rp. 250.000) begitu pula sebaliknya.

2. Persentase Saldo Piutang

Dalam metode ini saldo piutang pada akhir periode dapat digunakan sebagai dasar untuk menaksir piutang usaha yang tidak dapat ditagih.

Contoh :

PT. Hokindo pada tanggal 31 Desember 2011 mempunyai saldo piutang usaha sebesar Rp.50.000.000. Taksiran piutang usaha yang tak tertagih sebesar 5 % dari saldo piutang usaha yaitu sejumlah (5 % x 50.000.000 = 2.500.000). Untuk menghitung kerugian piutang harus memperhatikan saldo rekening CKP sebelum penyesuaian. Jika salso CKP sebelum penyesuaian bersaldo nol maka jumlah kerugian piutang sebesar Rp. 2.500.000 dan jurnal penyesuaiannya adalah:

Des 31 Kerugian Piutang 2.500.000 CKP 2.500.000

Setelah dibuat jurnal penyesuaian saldo rekening CKP sebesar Rp. 2.500.000 (5 % dari saldo piutang)

Jika rekening CKP sebelum penyesuaian bersaldo kredit sebesar Rp. 1.250.000 maka kerugian piutang sebesar Rp. 1.250.000 (Rp. 2.500.000 - Rp. 1.250.000). Jurnal penyesuaian yang dibuat sebagai berikut :

Des 31 Kerugian Piutang 1.250.000 CKP 1.250.000

(14)

Jika rekening CKP sebelum penyesuaian bersaldo debet sebesar Rp. 1.000.000 maka kerugian piutang sebesar Rp. 3.500.000 (Rp. 2.500.000 + Rp. 1.000.000). Jurnal penyesuaian yang dibuat sebagai berikut

Des 31 Kerugian Piutang 3.500.000 CKP 3.500.000

Setelah dibuat jurnal penyesuaian saldo rekening CKP sebesar Rp. 2.500.000 (5 % dari saldo piutang)

3.2.10 Analisa Umur Piutang

Dalam metode ini, perusahaan membuat daftar umur piutang pelanggan dengan membuat kelompok umur piutang berdasarkan masa lewat waktu dari jatuh tempo piutang dan juga menetapkan persentase taksiran kerugian piutang yang didasarkan pada kebijakan dan pengalaman masa lalu terhadap total masing-masing kelompok umur piutang.

Biasanya suatu piutang dagang yang umur jatuh temponya semakin lama, maka tingkat kemungkinan tak tertagihnya juga semakin besar.

Contoh analisa umur piutang adalah sebagai berikut :

Untuk piutang yang belum jatuh tempo, 2 % tak tertagih. Untuk piutang yang jatuh tempo kurang dari 30 hari, 5 % tak tertagih. Yang jatuh tempo 31 hari sampai 60 hari, 10 % tak tertagih. Yang jatuh tempo 61 hari sampai 90 hari, 25 % tak tertagih. Piutang yang jatuh tempo diatas 90 hari, 50 % tak tertagih.

Analisa Umur Piutang PT. Hokindo Per 31 Desember 2011

(dalam rupiah) No Pelanggan Jumlah Belum

Jatuh Tempo

Jumlah Hari

Lewat Waktu JatuhTempo 1-30 31-60 61-90 > 90

1 A 25.000 15.000 10.000

2 B 18.000 7.000 11.000

3 C 42.000 35.000 6.000 1.000

4 D 10.000 10.000

5 E 25.000 25.000

6 F 20.000 12.000 8.000

7 G 25.000 15.000 5.000 5.000

(15)

Berdasarkan tabel analisa umur piutang, maka kita dapat menentukan besarnya jumlah piutang tak tertagih sebagai berikut :

Status Piutang Saldo % tak tertagih Piutang tak tertagih Belum JT Rp. 104.000.000 2 % Rp. 2.080.000 Sudah JT

1-30 Rp. 50.000.000 5 % Rp. 2.500.000 31-60 Rp. 6.000.000 10 % Rp. 600.000 61-90 Rp. 5.000.000 25 % Rp. 1.250.000 +

Total Rp. 6.430.000

Des 31 Kerugian Piutang 6.430.000

CKP 6.430.000 3.2.11 Pengalihan Piutang Dagang

Pengalihan piutang adalah perusahaan mengalihkan piutang usaha yang dimilikinya kepada pihak lain (lembaga keuangan, bank dan pegadaian piutang) dengan tujuan untuk mempercepat penerimaan kas dari piutangnya.

Alasan perusahaan menjual ataupun mengalihkan piutangnya karena :

a. Situasi dan kondisi perusahaan yang sedang mengalami kesulitan dalam memperoleh pinjaman dan tingginya tingkat bunga sehingga piutang yang dimiliki perusahaan sedapat dan secepat mungkin harus dapat dirubah menjadi kas.

b. Penagihan piutang seringkali memakan waktu yang cukup lama dan terkadang juga memerlukan biaya sehingga perusahaan bersedia menerima kas yang lebih kecil jumlahnya dari jumlah yang seharusnya diterima dari piutang, asalkan kas dapat diterima lebih cepat.

Adapun jenis pengalihan piutang antara lain : 1. Penjualan piutang

Piutang usaha dapat dijual kepada bank atau lembaga keuangan lainnya. Pada saat menjual piutang perusahaan harus memberitahu perusahaan debitur (yang berutang) agar membayar utangnya kepada pembeli piutang. Resiko tidak tertagihnya piutang ditanggung oleh pihak pembeli piutang. Pembeli piutang biasanya akan menahan sebagian dari harga beli piutang untuk menjaga kemungkinan adanya retur penjualan, potongan penjualan dan lain-lain yang akan mengurangi hasil penagihan piutang.

Misalnya :

Pada tanggal 10 Agustus 2011 PT. Hokindo menjual piutang usahanya yang bernilai Rp. 2.500.000 kepada Bank BCA. Harga jual piutang usaha tersebut adalah Rp. 2.250.000. CKP pada tanggal 10 Agustus 2011 sebesar Rp. 150.000. Untuk berjaga-jaga Bank BCA menahan 10 % dari harga jual piutang usaha, maka :

Piutang yang diperkirakan dapat ditagih adalah : Rp. 2.350.000 (Rp. 2.500.000 – Rp. 150.000)

Rugi atas penjualan piutang usaha Rp. 100.000 (Rp. 2.350.000 – Rp. 2.250.000) Pembayaran yang ditahan oleh Bank adalah Rp. 225.000 (10 % x Rp. 2.250.000) Jurnal:

Kas Rp. 2.025.000 Kas ditahan Rp. 225.000 Piutang usaha yang dijual Rp. 2.250.000 2. Penggadaian atau Penjaminan Piutang

(16)

digunakan untuk membayar pinjaman ke Bank. Jika pinjaman sudah lunas sisa piutang usaha menjadi milik peminjam.

Misalnya :

Pada tanggal 1 Mei 2005 PT. Hokindo memperoleh pinjaman dari Bank BCA dengan jaminan piutang usaha sebesar Rp. 2.000.000. Pinjaman yang diterima 90 % dari piutang yang dijaminkan dipotong biaya administrasi Rp. 25.000. Bunga pinjaman 18 % setahun. Jumlah pinjaman Rp. 1.800.000 (90 % x Rp. 2.000.000). Pinjama yang diterima Rp. 1.775.000 (Rp. 1.800.000 – Rp. 25.000). Jurnal yang dibuat :

Kas Rp. 1.775.000 Biaya administrasi Rp. 25.000

Utang Bank Rp. 1.800.000 (Untuk mencatat pinjaman ke Bank)

Piutang usaha yang dijaminkan Rp. 2.000.000 Piutang usaha Rp. 2.000.000 (Untuk mencatat piutang usaha yang dijaminkan ke Bank)

Pada saat menerima pembayaran piutang usaha yang dijaminkan tersebut, jurnal yang dibuat adalah jurnal untuk mencatat penerimaan piutang yang dijaminkan dan jurnal untuk mencatat pembayaran pinjaman.

Misalnya :

Pada tanggal 31 Mei 2005 PT. Hokindo menerima pembayaran piutang yang dijaminkan sebesar Rp. 1.500.000. Bunga bulan Mei sebesar Rp. 30.000 (Rp. 2.000.000 x 18 % x 1/12) sehingga jumlah uang yang dibayar ke Bank sebesar Rp. 1.530.000 (Rp. 1.530.000 + 30.000). Jurnal yang dibuat :

Kas Rp. 1.500.000

Piutang usaha yang dijaminkan Rp. 1.500.000

(Untuk mencatat penerimaan piutang yang dijaminkan) Utang bunga Rp. 1.500.000 Biaya bunga Rp. 30.000 Kas Rp. 1.530.000 (Untuk mencatat pembayaran pinjaman)

Jika terdapat retur atau penghapusan piutang maka saldo piutang yang dijaminkan harus dikurangi. Misal tanggal 5 Juni 2005 PT. Hokindo menerima kembali barang dagangan yang telah dijual sebesar Rp. 50.000. Jurnal yang dibuat :

Retur penjualan Rp. 50.000

Piutang usaha yang dijaminkan Rp. 50.000 3. Penjualan dengan kartu kredit.

Penjualan dengan kartu kredit terdapat tiga pihak yang terlibat, yaitu : Penjual, Penerbit Kartu Kredit dan Pembeli.

Penjualan dengan kartu kredit bagi penjual diperlakukan sebagai penjualan kredit. Piutang yang timbul bukan kepada pembeli tetapi kepada penerbit kartu kredit.

Misalnya :

Butik Syahmina menerima pembayaran dengan kartu kredit sebrsar Rp. 1.000.000 atas baju, kebaya, dan jilbab yang dibeli oleh seorang pembeli yang menggunakan American Express. Biaya jasa yang diberikan kepada penerbit kartu kredit sebesar 5 % (Rp. 1.000.000 x 5 % = Rp. 50.000) dari jumlah transaksi sehingga jumlah yang dibayar oleh American Express sebesar Rp. 950.000 (Rp. 1.000.000 – Rp. 50.000). Jurnal untuk transaksi tersebut diatas adalah :

Piutang dagang Rp. 1.000.000

(17)

(Untuk mencatat penjualan dengan kartu kredit)

Kas Rp. 950.000 Biaya jasa kartu kredit Rp. 50.000

Piutang dagang Rp. 1.000.000 (Untuk mencatat penerimaan pembayaran dari penerbit kartu kredit)

3.3 Sistem Akuntansi Piutang 3.3.1 Prosedur Pencatatan Piutang

Prosedur pencatatan piutang bertujuan untuk mencatat mutasi piutang perusahaan kepada setiap debitur. Mutasi piutang disebabkan oleh transaksi penjualan kredit, penerimaan kas dari debitur, retur penjualan, dan penghapusan piutang. Informasi yang diperlukan oleh Manajemen mengenai piutang yang dilaporkan kepada manajemen adalah:

1. Saldo piutang pada saat tertentu kepada setiap debitur

2. Riwayat pelunasaan piutang yang dilakukan oleh setiap debitur 3. Umur piutang kepada setiap debitur pada saat tertentu

Dalam akuntansi piutang, secara periodik dihasilkan peernyataan piutang yang dikirimkan kepada setiap debitur. Pernyataan piutang ini merupakan unsur pengendalian intern yang baik dalam pencatatan piutang, dengan mengirimkan secara periodik pernyataan piutang kepada setiap debitur, catatan piutang perusahaan diuji ketelitiannya dengan menggunakan tangapan yang diterima dari debitur dari pengiriman pernyataan tersebut dan dapat menimbulkan citra yang baik dimatta para debitur mengenai keandalaan pertanggungjawaban keuangan perusahaan. Untuk mengetahui status piutang dan kemungkinan tertagih dan tidaknya piutang, secara periodik fungsi pencatatan piutang menyajikan informasi umur piutang setiap debitur kepada manajer keungan. Daftar umur piutang ini merupakan laporan yang dihasilkan dari kartu piutang.

3.3.2 Dokumen

Dokumen pokok yang digunakan sebagai dasar pencatatan kedalam kartu piutang adalah:

1. Faktur Penjualan, dokumen ini digunakan sebagai dasar pencatatan timbulnya piutang atas dasar transaksi penjualan kredit. Dokumen ini dilampiri dengan surat muat (bill of loading) dan surat order pengiriman sebagai dokumen pendukung untuk mencatat transaksi penjualan kredit.

2. Bukti Kas Masuk, dokumen ini digunakan sebagai dasar pencatatan berkurangnya piutang dari transaksi pelunasan piutang dari transaksi pelunasan piutang oleh debitur.

3. Memo Kredit, dokumen ini digunakan sebagai dasar pencatatan retur penjualan. Dokumen ini dikeluarkan oleh bagian order penjualan.

4. Bukti Memorial (Journal Voucher), bukti memorial adalah dokumen sumber untuk dasar pencatatan transaksi kedalam jurnal umum. Dokumen inidigunakan sebagai dasar pencatatan penghapusan piutang. Dokumen ini dikeluarkan oleh fungsi kredit yang memberikan otorisasi penghapusan piutang yang sudah tidak dapat ditagih lagi.

3.3.3 Catatan Akuntansi

Catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi yang menyangkut piutang adalah: 1. Jurnal Penjualan, catatan ini digunakan untuk mencatat berkurangnya piutang dari transaksi penjualan

kredit.

2. Jurnal Retur Penjualan, catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat berkurangnya piutang dari transaksi retur penjualan.

3. Jurnal Penerimaan Kas, catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat berkurangnya piutang dari transaksi penerimaan kas dari debitur.

4. Kartu Piutang, catatan akuntansi ini digunakan untu mencatat mutasi dan saldo piutang kepada debitur.

3.3.4 Organisasi

Tugas fungsi akuntansi dalam hubungannya dengan pencatatan piutang adalah:

(18)

buku besar, atau berupa arsip faktur terbuka (open invoice file), yang berfungsi sebagai buku pembantu piutang.

2. Menghasilkan pernyataan piutang (account receivable statement) secara periodik dengan mengirimkannya kesetiap debitur.

3. Menyelenggarakan catatan riwayat krredit setiap debitur untuk memudahkan penyediaan data guna memutuskan pemberian kredit kepada pelanggan dan guna mengikuti data penagihan dari setiap debitur.

3.3.5 Metode Pencatatan Piutang

Pencatatan piutang dapat dilakukan dengan salah satu dari metode berikut ini: 1. Metode Konvesional

Dalam metode ini posting kedalam kartu piutang dilakukan atas dasar data yang dicatat dalam jurnal.berbagai transaksi yang mempengaruhi piutang adalah:

a. Transaksi Penjualan Kredit, transaksi ini di posting dalam kartu piutang atas dasar data yang telah dicatat dalam jurnal penjualan tersebut.

b. Transaksi Retur Penjualan, posting transaksi berkurangnya piutang dari transaksi retur penjulan di posting ke dalam kartu piutang atas dasar data yang telah di catat dalam jurnal retur penjualan. c. Transaksi Penerimaan Kas Dari Piutang, posting transaksi berkurangnya piutang dari pelunasan

piutang oleh debitur di posting ke dalam kartu piutang atas dasar data yang telah dicatat dalam jurnal umum.

d. Transaksi Penghapusan Piutang, transaksi berkurangnya piutang dari transaksi penghapusan piutang di posting ke dalam kartu piutang atas dasar data yang dicatat dalam jurnal umum.

Gb. Bagan Alir Pencatatan Piutang Metode Konvensional 2. Metode Posting Langsung, metode ini dibagi menjadi dua golongan berikut ini: a. Metode Posting Harian

1. Posting langsung kedalam kartu piutang dengan tulisan tangan; jurnal hanya menunjukkan jumlah total harian saja (tidak rinci). Dalam metode ini, faktur penjualan yang merupakan dasar untuk pencatatan timbulnya piutang di posting langsung setiap hari secara rinci ke dalam kartu piutang. Jurnal penjualan diisi dengan jumlah total penjualan harian yang merupakan julah faktur penjulaan selama sehari. Faktur yang diterima dari bagian penagihan diterima oleh bagian piutang dalam batch disertai dengan pita daftar total (pre-list tape).Jumlah faktur penjualan yang tercantum dalam pita daftar total tersebut dicatat dalam jurnal penjualan. Selanjutnya, setiap bulan, jurnal penjualan tersebut di posting ke rekening kontrolpiutang dalam buku besar. Setiapbulan pula, diadakan rekonsiliasi antara rekening kontrol piutang dengan daftar saldo (trial balance) yang disusun dari kartu piutang. Ada dua cara menangani media yang akan diposting kedalam kartu piutang:

1) Media disortasi meurut abjad sebelum diposting, di posting satu per satu kedalam kartu piutang, dan kemudian dibuat pita pembuktian ketelitian posting dari kartu piutang kemudian dicocokan dengan pita daftar total yang menyertai media pada saat diterima dari bagian penagihan. Pencocokan ini dimaksudkan untuk membuktikan ketelitian posting yang telah dilakukan.

2) Media di posting kedalam kartu piutang sesuai dengan urutan pada waktu diterima dari bagian penagihan.

2. Posting lansung kedalam kartu piutang dan pernyataan piutang. Dalam metode ini, media di posting kedalam pernyataan piutang dengan kartu piutang dengan kartu piutang sebagai tembusan lembar kedua berfungsi sebagai kartu piutang.

Gb. Bagan Alir Pencatatan Piutang Metode Posting Langsung ke dalam Kartu Piutang dengan Tulisan Tangan

b. Metode Posting Periodik

(19)

2. Penagihan Bersiklus (Cycle Billing). Dalam metode ini pada akhir bulan, dilakukan kegiatan posting yang meliputi (1) posting media yang dikumpulkan selama sebulan tersebut kedalam pernyataan piutang dan kartu piutang. (2) mencatat dan menghitung saldo kartu piutang.. metode ini membagi pekerjaan posting kedalam kartu piutang dan pernyataan piutang tersebut tersebar merata kedalam hari kerja selama sebulan. Setiap pelanggan akan menerima pernyataan piutang pada tanggal hari kerja yang sama setiap bulan.

c. Metode Pencatatan Tanpa Buku Pembantu (ledgerless bookeping)

Dalam metode ini Faktur penjualan beserta dokumen pendukungnya yang diterima dari bagian penagihan, oleh bagian piutang diarsipkan menurut nama pelanggan dalam arsip faktur yang belum bayar (unpaid invoice file). Pada saat diterima pembayarannya ada dua cara yang ditempuh:

1. Jika pelanggan pelanggan membayar penuh jumlah yang tercantum dalam faktur penjualan, faktur yang bersangkutan di ambil dari arsip faktur yang belum di bayar dan di cap “lunas”,kemudian dipindahkan kedalam arsip faktur yang telah dibayar.

2. Jika pelanggan hanya membayar sebagian jumlah dalma faktur, jumlah kas yang diterima dan sisa yang belum dibayar oleh pelanggan dicatat pada faktur tersebut. Kemudian dibuat faktur tiruan yang berisi informasi yang sama dengan faktur aslinya, dan faktur tiruan tersebut kemudian disimpan dalam arsip faktur yang telah dibayar, dan faktur asli disimpan kembali kedalam arsip faktur yang belum dibayar.

d. Metode Pencatatan Piutang Dengan Komputer.

Metode pencacatatan ini menggunakan batch system. Dalam sistem ini dokumen sumber yang mengubah piutang dikumpulkan dan sekaligus di posting setiap hari untuk memutakhirkan catatan piutang.dalam sistem ini dibentuk dua macam arsip: arsip transaksi (transaction file) dan arsip induk (master file) dan pancatatan piutangnya dilkukan secara hariain dan setiap hari pula, arsip transaksi digunakan untuk memutakhirkan arsip induk piutang.

3.3.6 Prosedur Pernyataan Piutang

Pernyataan piutang adalah formulir piutang yang menyajikan jumlah kewajiban debitur pad atanggal tertentu dan (dalam pernyataan piutang bentuk tertentu) disertai dengan rinciannya. Pernyataan piutang dapat berbentuk berikut ini:

1. Pernyataan Saldo Akhir Bulan, pernyataan ini tidak memberikan informasi apapun kepada debitur untuk dasar rekonsiliasi dengan catatanya, jika saldo yang tercantum dalam pernyataan piutang berbeda dengan saldo yang tercantum dalam catatannya

2. Pernyataan Satuan, pernyataan piutang ini berisi: (1) saldo kewajiban debitur pada awal bulan, (2) mutasi debit dan kredit selama sebulan beserta penjelasan rinci setiap transaksi, dan (3) saldo kewajiban debitur pada akhir bulan. Prosedur pembuatan pernyataan piutang dilakukan sebagai berikut:

a. Pada awal bulan, diambil formulir pernyataan piutang 2 lembar. lembar pertama akan berfungsi sebagai pernyataan piutang, sedangkan lembar kedua akan berfungsi sebagai catatan piutang (pengganti kartu piutang)

b. Saldo piutang kepada debitur pada akhir bulan yang lalu (dari arsip tembusan pernyataan piutang bulan sebelumnya) dicantumkan dalam formulir pernyataan piutang tersebut.

c. Semua transaksi pendebitan dan pengkeditan ke rekening debitur tersebut di catat dalam formulir pernyataan piutang (2 lembar) tersebut.

d. Pada akhir bulan, lembar pertama formulir pernyataan piutang tersebut dipisahkan dari lembar kedua, dan kemudian dikirimkan kepada debitur yang bersangkutan. Lembar pertama formulir tersebut berfungsi sebagai pernyataan piutang. Lembar kedua kemudian disimpan dalam arsip menurut nama debitur, dan berfungsi sebagai catatan piutang (buku pembantu piutang)

e. Pada awal bulan berikutnya, satu set formulir pernyataan piutang yang baru (2 lembar) diambil disisi dengan saldo piutang kepada debitur yang bersangkutan pada akhir bulan yang sebelumnya (diambilkan dari arsip tembusan pernyataan piutang)

(20)

dengan rekening konvensional adalah terletak pada cara posting dan isi catatan piutangnya. Prosedur pembuatan pernyataan piutang saldo berjalan dengan rekening konvensional adalah sebagai berikut: a. Pada Awal Bulan, diambil formulir pencatatan piutang 1 lembar.

b. Semua transaksi pendebitan dan pengkreditan ke rekening debitur tersebut dicatat dalam formulir pernyataan piutang yang sebagai tembusannya adalah kartu piutang.

c. Pada akhir bulan, pernyataan piutang dikirim kepada debitur yang bersangkutan.

d. Pada awal blan berikutnya diambil formulir pernyataan piutang baru sebanyak 1 lembar dan selama kartu piutang debitur yang bersangkutan belum penuh, pendebitan dan pengkreditan kerekening debitur tersebut kedalam pernyataan piutang yang dipakai dalam bulan sebelumnya sebagai tembusannya. Dengan demikian kartu piutang dalam bentuk pernyataan piutang ini dapat berisi informasi sekaligus. Hal ini tidak akan terjadi dalam bentuk pernyataan piutang satuan, yang catat piutangnya hanya berisi mutasi tiap bulannya.

4. Pernyataan Faktur Yang Belum Dillunasi (Open Item Statement). Pernyataan piutang berisi daftar faktur-faktur yang belum dilunasi oleh debiturnya pada tanggal tertentu disertai dengan tanggal faktur danjumlah rupiahnya. Pengunaan bentuk pernyataan piutang ini dimungkinkan jika para pelanggan diharuskan membayar jumlah yang tercantum dalam faktur.

3.3.7 Distribusi Penjualan

Distribusi Penjualan adalah prosedur peringkasan rincian yang tercantum dalam faktur penjualan dan pengumpulan total ringkasan penjualan menurut daerah pemasaran tersebut untuk keperluan pembuatan laporan hasil penjualan menurut daerah pemasaran. Jika perusahaan menjual berbagai produk, diberbagai daerah pemasaran pada berbagai jenis pelanggan dengan berbagai variasi order size melalui berbagai pramuniaga, maka laporan penjualan yang biasanya dibutuhkan oleh manajer pemasaran adalah sebagai berikut:

1. Hasil Penjualan Menurut Produk 2. Hasil Penjualan Menurut Pelanggan 3. Hasil Penjualan Menurut Besarnya Order 4. Hasil Penjualan Menurut Daerah Pemasaran 5. Hasil Penjualan Menurut Saluran Distribusi 6. Hasil Penjualan Menurut Pramuniaga

Metode Distribusi Penjulan Ada 5 metode distribusi penjualan : 1. Metode Berkolom (Columnar Methods)

Dalam metode ini, distribusi data penjualan dilakukan dengan menyediakan satu kolom untuk setiap unsur dalam klasifikasi, atau satu kolom untuk setiap kelompok unsur dalam klasifikasi. Dengan demikian metode ini ditentukan oleh dua faktor: (1) jumlah unsur dalam klasifikasi, dan (2) frekuensi kegiatan setiap unsur dalam klasifikasi tersebut. Metode berkolom ini terdiri dari:

a. Metode Jurnal Berkolom

Dalam metode in jurnal penjualan dipakai sebagai alat distribusi. Dalam junal disediakan kolom-kolom sesuai dengan unsur klasifikasi yang diinginkan tercantum dalam laporan penjualan.

b. Metode worksheet.

Jumlah kolom yang disediakan oleh jurnal sangat terbatas, worksheet akan mampu menampung tambahan unsur dalam klasifikasi, lebih banyak yang dapat ditampung oleh jurnal berkolom. Namun jumlha unsur dalam kasifikasi yang dapat ditampun oleh worksheet inipun terbatas. Faktur penjuaan dicatat kedalam worksheet yang bersangkutan ssetiap hari dan pada akhir bulan setiap kolom worksheet dijumlah, dan jumlah tersebut disajikkan dalam laporan hasil penjualan menurut jenis produk.

c. Metode jurnal berkolom yang diselenggarakan dengan mesin pembukuan.

(21)

penjualan merupakan tembusan yang dihasilkan dari posting dengan mesin pembukuan transaksi penjualan kedalam dartu piutang.

2. Metode Rekening Tunggal Dan Rekening Berkolom (Unit Account And Columnar Acount Methods)

Penggunaan rekening tunggal dan rekening berkolom merupakan jawaban untuk menampung unsur klasifikasi yang banyak. Setiap unsur dalam klasifikasi disediakan satu rekening, dengan demikian jumlah unsur berapapun dalam klasifikasi dapat ditampung dengan penyediaan rekening ini.

3. Metode Summary Strip Dan Metode Tiket Tunggal (Summary Strip And Unit Ticket Methods) Dengan menggunakan metode summary strip faktur penjualan disortasi menurut klasifikasi yang ditetapkan sebelumnya dan jumlah setiap unsur klasifikasi dihitung dan dicatat dalam summary strip. Untuk membuat laporan periodik, misalnya mingguan, summary strip harian dijajarkan, dilakukan penjumlahan setiap baris dalam summary strip secara mendatar, dan jumlahnya ditulis pada summary strip akhir minggu. Sedangkan dalam metode tiket tunggal dilakukan dengan mengubah media yang dipakai seebagai distribusi menjadi media tunggal. Media tunggal adalah media yang berisi satu pendebitan atau satu pengkreditan saja. Media campuran (mixed media) adalah media yang berisi lebuh dari satu pendebitan atau lebih dari satu pengkreditan. Jika faktur penjualan dibatasi hanya digunakan untuk merekam satu macam produk yang dijual, maka faktur penjualan ini merupakan media tunggal. Jika setiap faktur penjualan dapat digunakan dengan merekam beberapa produk sekaligus, faktur ini merupakan media campuran. Dalam metode ini faktur penjualan diubah menjasi media tingga; berupa tiket tunggal. Tiket yang telah diisi data tersebut kemudian disortasi menurut klasifikasi yang telah ditentuka, dihitung jumlahnya untuk kemudian dicatat dalam summary strip atau rekening. Dari summary strip atau rekening ini kemudian dibuat laporan penjualan. Media tunggal dapat diperoleh dengan cara berikut ini:

1. Membuat media asli sebagai media tunggal.

2. Membuat tiket tunggal dari faktur penjualan melalui kegiatan tersendiri.

3. Membuat media tunggal sebagai produk sampingan dalam pembuatan faktur penjualan. 4. Metode Register (Register Methods)

Metode register dalam distribusi penjualan dilakukan dengan alat register kas. Register kas yang sederhana dilengkapi dengan dua register yang memungkinkan setiap hari register kas ini menyajikan jumlah penjualan dengan dua macam klasifikasi. Register kas yang lebih canggih dapat memilki register sampai 16, sehingga memungkinkan dihasilkannya laporan penjualan harian untuk 16 macamklasifikasi barang, jika register kas ini di hubungkan dengan komputer, berbagai distribusi penjualan dapat dilkukan dengan komputer tersebut, sehingga mmanajemen dapatmemperoleh laporan penjualan menurut informasi yang dikehendakinya.

5. Metode Dengan Komputer

Metode ini menghasilkan informasi penjualan yang luar biasa, kita hanya perlu memberikan kode yang benar terhadap transaksi penjualan yang terjadi, sperti klasifikasi informasi yang dikehendaki tampak pada laporan dan dengan menggunakan metode ini juga pekerjaan sortasi dan sortasi kembali dilakukan dengan program komputer yang memerlukan waktu yang singkat, dengan ketelitian yang tinggi.

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan metode ditribusi. Dalam memilih metode distribusi berbagai faktor berikut ini harus dipertimbangkan:

1. Informasi Yang Akan Dicantumkan Dalam Laporan.

Informasi yang dibtuhkan oleh manajemen sangat menentukan isi laporan yang akan dihasilkan oleh kegiatan distribusi. Jika berbagai jenis klasifikasi perlu disajikan dalam laporan, metode distribusi dengan menggunakan jurnla berkolom tidak dapat menghasilkan informasi tersebut.

2. Jumlah Unsur Dalam Klasifikasi

(22)

periode tertentu juga menentukan metode distribusi yang dipilih. Jika dalam klasifikasi terdapat 100 unsur, namun hanya 10 unsur yang aktif dalam setiap harinya, hal ini memerlukan metode distribusi yang berbeda dengan jika dari 100 unsur tersebut hanya 90%-nya yang aktif.

3. Media Yang Dipakai Sebagai Sumber Data

Jika media yang dipakai sebagai dasar berupa media campuran, hal ini memerlukan pengubahan media tersebut menjadi media tunggal untuk memudahkan sortasi bagi keperluan pembuatan laporan. Jika media berupa media tunggal, hal ini akan mendorong orang untuk memilih metode distribusi yang berisi didalamnya kegiatan sortasi penjualan.

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan

1. Sistem akuntansi piutang bertujuan untuk mencatat mutasi piutang perusahaan kepada setiap debitur, yang terjadi karena transaksi penjualan kredit, retur dan potongan penjualan kredit, penerimaan kas dari piutang, dan penghapusan piutang. 2. Dokumen sumber untuk dasar pencatatan mutasi piutang adalah faktur penjualan,

memo kredit, bukti kas masuk, dan bukti memorial. Catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem akuntansi piutang adalah jurnal penjualan, jurnal retur penjualan, jurnal penerimaan kas, jurnal umum, dan kartu piutang.

3. Ada 4 metode pencatatan piutang kedalam buku pembantu piutang: metode konvensional, metode posting langsung ke dalam kartu piutang atau pernyataan piutang, metode pencatatn tanpa buku pembantu (ledgerless bookkeeping). Dalam metode konvensional, posting ke dalam kartu piutang dilakukan atas dasar data yang dicatat dalam jurnal. Metode posting langsung ke dalam kartu piutang dibagi menjadi dua golongan: metode posting langsung ke dalam kartu piutang dengan tulisan tangan; jurnalhanya menunjukkan total harian saja (tidak rinci) atau dilakukan langsung kedalam kartu piutang dan pernyataan piutang. Dalam metode posting periodic, posting dokumen sumber kedalam kartu piutang dapat dilakukan dengan metode posting ditunda (delayed posting) atau metode penagihan bersiklus (cycle billing). Dalam metode pencatatan tanpa buku pembantu, tidak digunakan buku pembantu piutang (ledgerless). Sebagai ganti buku pembantu piutang, ledgerless bookkeeping menggunakan arsip faktup penjualan.

4. Dalam system akuntansi piutang, pernyataan piutang merupakan salah satu keluaran yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi piutang perusahaan kepada debitur. Pernyataan piutang adalah formulir yang menyajikan jumlah kewajibandebitur pada tanggal tertentu dan (dalam pernyataan piutang bentuk tertentu) disertai dengan rinciannya. Pernyataan piutang dapat berbentuk : (1) Pernyataan saldo akhir bulan(balance-end-od month), (2) Pernyataan satuan (unit statement), (3) Pernyataan saldo berjalan dengan rekening konvensional (running balance statement with conventional account), (4) Pernyataan faktur yang belum di lunasi (open item statement).

(23)

tunggal dan rekening berkolom (unit account and columnar account methoids), (3) metode summary strip dan metode tiket tunggal (summary strip and unit ticket methods), (4) metode register (register method), (5) metode distribusi dengan computer.

4.2 Saran

Bagi para pembaca dan atau penyusun makalah mengenai hal Sistem Akuntansi Piutang berikutnya, diharapkan agar istilah-istilah dalam penggunaan bahasa Akuntansi bisa di jelaskan secara lebih rinci. Selain itu seiring perkembangan jaman dan pesatnya teknologi, mungkin di dalam prosedur yang terdapat dalam Sistem Akuntansi Piutang akan mengalami perubahan, maka untuk penyusun selanjutnya diharapkan mampu untuk peka terhadap hal tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. Sistem Akuntansi/Mulyadi ; Cetakan Keempat. Jakarta : Salemba Empat, 2008

http://danukusumapraja.wordpress.com/2012/10/12/sistem-informasi-akuntansi-piutang/

https://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ved=0CDQQFjAD&url= https%3A%2F%2Fjosephtangon.files.wordpress.com%2F2013%2F07%2Fprosedur-

pencatatan-piutang.docx&ei=4xJzVIcnxrG4BNCvgLAL&usg=AFQjCNHl5Xs37wSKU101UWSvm 0JxfL44vA&sig2=CVJpdLCayIIMWZfCMFfzdw&bvm=bv.80185997,d.c2E

http://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=9&cad=rja&uact=8&ved=0CFMQFjAI&url= http%3A%2F%2Felearning.gunadarma.ac.id%2Fdocmodul

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan diatas maka rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian kali ini adalah bagaimana membangun sistem

Menyusun daftar pertanyaan atas hal-hal yang belum dapat dipahami dari kegiatan mengmati dan membaca yang akan diajukan kepada guru berkaitan dengan materi Persamaan frekuensi

4. Peserta didik mengumpulkan informasi sebanyak- banyaknya yang relevan untuk menjawab pertanyaan yang telah diidentifikasi sebelumnya dengan mengamati video yang

Selain itu hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suci Indah Hanifah dan Sugeng Praptoyo (2015) dengan judul Akuntabilitas dan Transparansi

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat, berkat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Fenomenologi Pemanfaatan

SKENARIO PERMASALAHAN DAMPAK IMPLIKASI SARAN PERBAIKAN POSITIF NEGATIF SKAU tetap berlaku seperti sekarang • Menurunkan posisi tawar petani • Berpotensi dijadikan sebagai

Artikel ini menjelaskan tentang pemakian salah satu dari elemen visual, yaitu garis, dalam karya fotografi sebagai elemen visual yang tidak hanya mampu untuk membuat perbedaan

2. Sistem penerapan pembiayaan murabahah merupakan penggunaan dana bank dari pihak ketiga yang disalurkan kepada nasabah. Upaya untuk meningkatkan profesionalisme dan