• Tidak ada hasil yang ditemukan

University of Lampung | LPPM-UNILA Institutional Repository (LPPM-UNILA-IR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "University of Lampung | LPPM-UNILA Institutional Repository (LPPM-UNILA-IR)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

DISTRIBUSI MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS

(DISTRIBUTION OF LONG TAILED MACAQUE IN WAY KAMBAS NATIONAL PARK)

Nidya Astrida Ziyus1), Agus Setiawan1), Bainah Sari Dewi1), Sugeng Prayitno Harianto1)

1)Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1, Bandar Lampung

Email: [email protected]

Abstract

Long-tailed macaque (Macaca fascicularis) is one of the forest-dwelling animals. Long-tailed monkeys can be found along the road that connects the green signpost with elephant training center. The aim of research to determine the spread of long-tailed monkeys in the area. The research methods used Concentration Count on points discovery of groups of long-tailed monkeys. An observation method used to determine the area of long-tailed monkeys move is done by taking the coordinates of the GPS based outer canopy that is used to move. Habitat conditions are determined using the Rapid Assessment. The results obtained in such a location that there are five groups of long-tailed monkeys who are geographically separated from each other. Fifth habitat conditions are relatively similar groups dominated by rosewood and main feed jeluak, hibiscus and islands. Three groups of five of the group activities occur near Entrance PLG. It shows that the group is influenced by tourist activity. Two other groups are in the natural habitat conditions.

Keywords: long-tailed monkeys, distribution, Way Kambas National Park. Abstrak

(2)

relatif sama didominasi oleh sonokeling dan pakan utama yaitu jeluak, waru dan pulai. Tiga kelompok dari lima kelompok tersebut aktivitasnya terjadi dekat dengan Pintu Masuk PLG. Hal itu menunjukkan bahwa kelompok tersebut dipengaruhi oleh aktivitas wisatawan. Dua kelompok lainnya berada pada kondisi habitat yang alami. Kata Kunci: monyet ekor panjang, distribusi, Taman Nasional Way Kambas.

Pendahuluan

Monyet ekor panjang merupakan salah satu satwa penghuni hutan yang memiliki arti penting dalam kehidupan di alam. Pada habitatnya monyet ekor panjang dapat menjalankan fungsi ekologisnya, yaitu sebagai pemencar biji tanaman buah (pemencar biji pertama) yang penting bagi konservasi jenis tumbuhan dan sebagai pengendali populasi serangga dengan cara memangsanya (Seponada dan Firman, 2010). Monyet ekor panjang dalam menjalankan fungsi ekologisnya dibantu oleh dung beetle sebagai pemencar biji tanaman buah kedua (Dewi, 2015).

Monyet ekor panjang dapat dijumpai di sepanjang jalan yang menghubungkan Plang Hijau dengan PLG. Plang Hijau dan sekitarnya, terletak di pintu gerbang masuk utama Taman Nasional Way Kambas (TNWK), dengan aksesibilitas yang dapat dilalui kendaraan besar seperti bis ukuran besar, sepeda dan sepeda motor. Taman Nasional Way Kambas dengan kekayaan hayati dan non hayati yang dimilikinya merupakan potensi yang sangat besar untuk dikembangkan menjadi obyek daya tarik bagi wisatawan baik dalam maupun luar negeri. Beberapa lokasi telah menjadi ikon wisata yaitu Pusat Latihan Gajah (BTNWK, 2016). Pusat Latihan Gajah mengundang banyak wisatawan untuk datang ke PLG untuk berwisata. Jumlah wisatawan yang masuk menggunakan kendaraan yang melintasi jalan yang menghubungkan Plang Hijau dengan PLG cukup banyak.

Kebiasaan wisatawan memberikan pakan saat melintasi jalur ini membuat perilaku monyet berubah yang dapat mempengaruhi penyebaran monyet ekor panjang. Perilaku manusia walaupun tidak secara langsung mengganggu monyet ekor panjang, akan tetapi mengurangi keleluasaan monyet ekor panjang untuk beraktifitas (Febrianti & Dewi, 2010). Penelitian ini menjadi penting untuk mengetahui perilaku serta penyebaran monyet ekor panjang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebaran monyet ekor panjang di TNWK.

Metode

(3)

dikumpulkan dengan menggunakan metode rapid assement. Metode observasi digunakan untuk menentukan luas areal beraktivitas monyet ekor panjang dilakukan dengan pengambilan titik koordinat GPS berdasarkan tajuk terluar yang digunakan untuk beraktivitas.

Data tersebut ditabulasikan dalam bentuk tabel, kemudian diolah untuk mendapatkan nilai, selanjutnya data dijelaskan secara deskriptif (analisis deskriptif). Data sekunder merupakan data-data penunjang penelitian yang dihasilkan dari studi literatur meliputi kondisi umum lokasi penelitian, jenis pakan monyet ekor panjang dan data pendukung lainnya di TNWK.

Hasil dan Pembahasan A. Habitat Monyet Ekor Panjang

Analisis kondisi habitat secara umum monyet ekor panjang yang meliputi pelindung, ruang, air, ketersedian pakan dengan metode rapid assement. Kondisi vegetasi di lokasi monyet ekor panjang berada dicatat secara cepat dan akurat dengan metode rapid asessment. Pengambilan data jenis–jenis pohon dilakukan di setiap titik-titik ditemukannya monyet ekor panjang. Data jenis-jenis pohon inang atau pohon yang sering dipanjat oleh monyet dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis-jenis pohon inang pada penelitian distribusi monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di TNWK bulan Maret–Mei 2018

Table 1. Types of host trees on distribution studies long-tailed macaque (Macaca

Keterangan *: Pohon yang daun, buah, biji, menjadi pakan monyet ekor panjang.

(4)

buah. Menurut Zairina et al. (2015) daun, bunga, dan buah pulai, juga sering menjadi pakan monyet ekor panjang.

Pada 10 hari penelitian di lapangan kelompok-kelompok monyet menjadikan vegetasi di sepanjang jalan yang menghubungkan Plang Hijau dengan PLG sebagai tempat atau ruang bermain sedangkan habitat yang dijadikan pohon tidur kelompok monyet ekor panjang ini berada pada bagian lebih dalam dari jalur yang bervegetasi. Monyet ekor panjang pada penelitian ini keluar dari habitatnya sekitar pukul 09.00 dan bermunculan pada vegetasi yang dijadikan tempat atau ruang bermain sampai pukul 14.00 WIB dengan aktivitas bermain/ berpindah/ bergelantungan/ makan. Menurut penelitian Santoso (1996), monyet ekor panjang keluar pada pukul 10.00 - 15.00 dengan aktivitas utama yaitu istirahat.

B. Penyebaran Monyet ekor Panjang

(5)

Gambar 1. Peta Penyebaran pada penelitian distribusi monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di TNWK bulan Maret–Mei 2018 dengan skala 1:75.000.

Figure 1. Map of distribution of long-tailed monkey research (Macaca fascicularis) in TNWK March to May 2018 at a scale of 1: 75,000.

(6)

Tabel 2. Keterkaitan jenis pakan, jumlah individu dan luas tempat bermain pada penelitian distribusi monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di TNWK bulan Maret–Mei 2018

(7)

Gambar 2. Persebaran monyet ekor panjang pada penelitian distribusi monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di TNWK bulan Maret–Mei 2018

Figure 2. Distribution of tailed monkeys in the study the distribution of long-tailed macaque (Macaca fascicularis) in TNWK March-May 2018

Kelompok E adalah kelompok yang memiliki jumlah individu paling banyak yaitu 20 ekor. Pada titik E terdapat sumber air yang mendukung kehidupan monyet ekor panjang. Monyet ekor panjang berada pada titik tersebut karena terdapat sumber air dan tempat beraktivitas yang luas yang terdiri dari 6 jenis tanaman dan 3 dari jenis tersebut adalah pakan dari monyet ekor panjang, sehingga jumlah individu monyet ekor panjang dipengaruhi oleh keberagaman jenis tanaman pakan, luasan wilayah berlindung dan tempat beraktivitas. Menurut Sembiring et al. (2016) persebaran kelompok monyet ekor panjang dipengaruhi oleh keberadaan sumber air, sumber pakan, manusia dan satwa lain.

(8)

Kelompok A, B, C adalah kelompok yang tersebar dekat dengan aktivitas wisatawan yaitu dekat dengan Pintu Masuk Pusat Latihan Gajah. Kelompok ini memiliki perilaku yang telah berubah. Perubahan tersebut diduga dipengaruhi oleh aktivitas wisatawan. Wisatawan yang ingin berkunjung ke PLG akan melintasi Plang Hijau, ditempat tersebut banyak penjual yang menjajakan pakan untuk diberikan kepada monyet ekor panjang. Pada saat wisatawan melintasi jalur tersebut maka satu persatu kelompok akan bermunculan untuk meminta pakan dari wisatawan. Hal ini sudah terbiasa terjadi karena faktor wisatawan yang selalu memberikan pakan pada monyet ekor panjang, karena kebiasaan wisatawan memberikan pakan menyebabkan monyet ekor panjang sudah terbiasa dengan kehadiran manusia. Menurut penelitian Hidayat (2016) pada habitat alami, satwa akan menganggap kehadiran manusia sebagai ancaman atau setidak-tidaknya merupakan sesuatu yang perlu diwaspadai. Tetapi hal tersebut berbeda dengan hasil penelitian yang diperoleh, monyet ekor panjang akan mendekati manusia (wisatawan) untuk meminta makanan. Pada lokasi tempat ketiga kelompok beraktivitas tidak terdapat jenis pakan yang dapat dijadikan makanan.

Pada titik ini hanya terdapat jenis-jenis pohon yang dijadikan tempat berlindung, sehingga sumber pakan kelompok-kelompok tersebut bergantung pada pakan yang diberikan wisatawan. Berdasarkan hasil penelitian, monyet ekor panjang akan lebih banyak keluar ke jalan apabila ada kendaraan roda empat yang melintas atau berhenti, dibandingkan motor dan sepeda. Hal itu menyebabkan monyet ekor panjang terbiasa dengan kehadiran manusia.

C. Perilaku Monyet Ekor Panjang

Perbedaan antara kelompok monyet ekor panjang satu dengan kelompok yang lainnya ditandai yaitu setiap masing-masing kelompok memiliki 1 jantan alfa. Menurut Pramudya et al. (2015) pemimpin kelompok terlihat lebih mencolok dari anggota kelompok lainnya, dengan badan yang lebih besar dan warna rambut yang lebih gelap. Pemimpin kelompok tersebut bias disebut jantan alfa. Jantan alfa akan menanggapi keberadaan predator potensial dengan mengeluarkan suara sebagai tanda bahaya dan membuat anggota kelompok bersembunyi di tempat dengan vegetasi yang rapat.

Jantan alfa juga memiliki sikap yang agresif. Jantan alfa akan menyerang apabila anggota kelompoknya merasa terancam. Jantan alfa juga akan merebut makanan yang dibawa oleh wisatawan apabila wisatawan enggan memberikan makanan tersebut. Monyet ekor panjang akan menyerang dengan cara melompat ke arah pengunjung untuk mengambil makanan tersebut. Menurut Djuwantoko et al. (2008) monyet jantan dewasa menunjukkan perilaku agresif yang paling intensif dibanding betina dan kelompok umur yang lebih muda.

(9)

berada di sepanjang jalan berpindah masuk ke dalam PLG pada siang atau sore hari dan pada saat hari libur karena pada saat itu wisatawan mulai ramai. Menurut penelitian Zairina et al. (2015) di Hutan Rakyat Ambender individu-individu monyet ekor panjang tersebut diketahui berpindah-pindah pada lokasi yang berbeda pada hari yang sama.

Kesimpulan dan Saran

Lima kelompok monyet ekor panjang ditemukan di sepanjang jalan yang menghubungkan Plang Hijau dengan PLG Taman Nasional Way Kambas yang secara geografis terpisah satu sama lain. Titik kelompok A berada pada distribusi area 225,1 m2, B 224,5 m2, C 160 m2, D 245 m2, dan E 402,9 m2. Tiga kelompok (A, B, C) dari lima kelompok tersebut aktivitasnya terjadi dekat dengan Pintu Masuk PLG. Hal itu menunjukkan bahwa kelompok tersebut dipengaruhi oleh aktivitas wisatawan. Dua kelompok lainnya (D dan E) berada pada kondisi habitat yang alami. Persebaran kelompok berdampingan dan dipengaruhi oleh keberadaan sumber air, sumber pakan, luas tempat bermain dan aktivitas wisatawan. Perlunya penelitian lanjutan untuk mengetahui penyebaran populasi monyet ekor panjang secara berkesinambungan dan menyeluruh.

Ucapan Terima Kasih

Ucapan terima kasih disampaikan kepada pihak Taman Nasional Way Kambas yang telah memfasilitasi pelaksanaan penelitian ini.

Daftar Pustaka

[BTNWK] Balai Taman Nasional Way Kambas. (2016). Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Taman Nasional Way Kambas Provinsi Lampung Periode 2017-2026. Labuhan Ratu: Balai Taman Nasional Way Kambas.

Dewi, B. S. (2015). Dung Beetle Satwa, Peyebar Biji Tingkat Kedua. Yogyakarta: Plantaxia.

Djuwantoko., Utami, R.N. & Wiyono. (2008). Perilaku agresif monyet, Macaca fascicularis (Raffles, 1821) terhadap wisatawan di Hutan Wisata Alam Kaliurang, Yogyakarta. Biodiversitas, 9(4), 301-305.

Fakhri, K., Priyono, B., Rahayuningsih, M. (2012). Studi awal populasi dan distribusi Macaca fascicularis Ulolanang. Unnes Journal of Life Science, 1(2), 1-7.

Febrianti, D., & Dewi, B.S. (2010). Studi Prilaku Harian Kelompok Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Pulau Condong Darat Desa Rangai Kecamatan Ketibung Kabupaten Lampung Selatan. [Skripsi]. Bandar Lampung: Jurusan Menejemen Hutan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Tidak Dipublikasikan.

(10)

Pramudya, A., Setiawan, A. & Rustiati, E. L. (2015). Ukuran kelompok monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di Hutan Desa Cugung Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Gunung Rajabasa Lampung Selatan. Jurnal Sylva Lestari, 3(3),107-112.

Risdiyansyah, Harianto, S. P. & Nurcahyani, N. (2014). Studi populasi monyet ekor panjang (Macaca Fascicularis) di Pulau Condong Darat Desa Rangai Kecamatan Ketibung Kabupaten Lampung Selatan. Jurnal Sylva Lestari, 2(1), 41-48.

Santoso, N. (1996). Analisis habitat dan potensi pakan monyet ekor panjang di Pulau Tinjil. Jurnal Media Konservasi, 5(1), 5-9.

Seponada & Firman. (2010). Hutan Monyet Lembah Sarijo. 29 Oktober 2017, diunduh dari http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2010/04/25/hutan-monyet-lembah-sarijo/.

Sembiring, R.P., Setiawan, A. & Darmawan, A. (2016). Penyebaran dan kelimpahan populasi monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di Cagar Alam Sibolangit. Jurnal Sylva Lestari, 4(3), 47—58.

Gambar

Tabel 1. Jenis-jenis pohon inang pada penelitian distribusi monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di TNWK bulan Maret–Mei 2018 Table 1
Gambar 1. Peta Penyebaran pada penelitian distribusi monyet ekor panjang
Table 2.  Linkage types of feed, the number of individuals and spacious playground
Gambar 2. Persebaran monyet ekor panjang pada penelitian distribusi monyet ekor

Referensi

Dokumen terkait

Untuk memfokuskan penelitian dan membatasi ruang lingkup pembahasan serta menghindari pemaknaan dan persepsi yang beragam terhadap judul tesis “Analisi

Implikasi penelitian ini: 1) Kepribadian peserta didik di SDN 175 Jennae Kabupaten Soppeng dapat dibentuk oleh guru agama melalui proses pembelajaran, proses bimbingan,

Sumber Daya dan Administrasi Menyediakan manajemen organisasi kepemimpinan transformasional dalam mencapai tujuan sekolah Meningkatkan kualitas belajar siswa Memberdayakan staf

Berdasarkan observasi awal untuk menemukan fakta empiris pada Madrasah Aliyah al-Mawasir Lamasi Kabupaten Luwu, pelaksanaan tugas guru dalam mengimplementasikan

Lebih lanjut dikemukakan bahwa untuk memiliki kemampuan terutama keterampilan konsep, kepala madrasah senantiasa melakukan kegiatan-kegiatan yang mengacu pada

Pada penelitian yang dilakukan oleh Semnani, Yekrang dan Ghayoor (2009), telah ditemukan suatu metode untuk memodelkan struktur permukaan lapisan kain nonwoven

Dalam prakteknya, ketika pada saat produk/jasa dihasilkan dan ternyata masih ada barang yang cacat atau pelayanan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan maka kesalahan

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan peralatan yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktifitas pemecahan masalah yang dipilihnya.. 2 siswa untuk